GEOGRAFI DIALEK BAHASA SIMALUNGUN DALAM PENGEMBANGAN LEKSIKON BAHASA INDONESIA: Kajian Dialektologi Sinkronis.

(1)

GEOGRAFI DIALEK BAHASA SIMALUNGUN

DALAM PENGEMBANGAN LEKSIKON BAHASA

INDONESIA

(Kajian Dialektologi Sinkronis)

SKRIPSI

diajukan untuk memenuhi sebagian dari syarat dalam memperoleh gelar Sarjana Sastra

Junne T. H. Saragih NIM 1102072

PROGRAM STUDI BAHASA DAN SASTRA INDONESIA DEPARTEMEN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

FAKULTAS PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

BANDUNG 2015


(2)

DALAM PENGEMBANGAN LEKSIKON BAHASA INDONESIA (Kajian Dialektologi Sinkronis)

LEMBAR HAK CIPTA

oleh

Junne T. H. Saragih

Skripsi untuk memenuhi syarat memperoleh gelar Sarjana Sastra

© Junne T. H. Saragih 2015 Universitas Pendidikan Indonesia

September 2015

Hak cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhnya atau sebagian dengan dicetak ulang, difotokopi, atau cara lainnya tanpa izin dari penulis.


(3)

(4)

Bahasa Simalungun bervariasi akibat berbagai faktor, salah satunya letak geografis. Variasi (dialek) tersebut ditandai dengan banyaknya berian dalam pengaplikasian satu makna suatu benda. Dialek tersebut perlu dipetakan melihat belum ada penelitian yang memetakan dialek di Kecamatan Silimakuta, Kabupaten Simalungun, Provinsi Sumatra Utara dengan titik pengamatan: Desa Purba Tua Baru, Desa Purba Tua Etek, Desa Purba Tua, Desa Purba Sinombah, Desa Sinar Baru, dan Desa Sibangun Mariah. Pemetaan dilakukan berdasarkan perbedaan fonologi, morfologi, dan leksikal. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui: (1) perbedaan dialek bahasa Simalungun; (2) pemetaan dialek bahasa Simalungun; (3) persentase tingkat kekerabatan bahasa Simalungun berdasarkan perhitungan dialektometri; dan (4) Kontribusi geografi bahasa Simalungun dalam pengembangan leksikon bahasa Indonesia. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif dengan pendekatan sinkronis. Adapun metode kajian yang digunakan, yaitu (1) metode pupuan lapangan, (2) metode dialektometri, dan (3) metode informal (Mahsun, 1995). Berdasarkan perbedaan dialek bahasa Simalungun, ditemukan 1 berian yang menunjukkan persamaan dan 199 berian yang menunjukkan perbedaan, yaitu perbedaan fonologi berjumlah 108 berian, perbedaan morfologi berjumlah 61 berian, dan perbedaan leksikal berjumlah 156 berian. Berdasarkan pemetaan bahasa Simalungun,disimpulkan bahwa kosakata yang dominan digunakan adalah kosakata bahasa Simalungun dan ditemukan juga penggunaan kosakata yang berasal dari bahasa Karo dan Toba. Berdasarkan penghitungan dialektometri, diperoleh tiga golongan tingkat kekerabatan bahasa, yakni (1) perbedaan wicara, (2) perbedaan dialek, dan (3) perbedaan bahasa. Terdapat 8 dari 200 leksikon berdasarkan daftar tanyaan yang dapat dikontribusikan sebagai pengembangan leksikon bahasa Indonesia, yakni leksikon (1) manggalung, (2) rambas, (3) manappang, (4) mardang, (5) manduhuti,(6) makkubangi/makkomposi, (7) manggiling, dan (8) manobu.


(5)

ABSTRAK

Bahasa Simalungun varies as the result of many factors, one of them is geographical position. The Variety (Dialect) was marked by many berian in applying meanings of a thing. The dialect needed to be mapped because there has not study that mapped the dialect at Kecamatan Silimakuta, Kabupaten Simalungun, North Sumatra Province, by observation points at: Desa Purba Tua Baru, Desa Purba Tua Etek, Desa Purba Tua, Desa Purba Sinombah, Desa Sinar Baru, and Desa Sibangun Mariah. The mapping was conducted based on differences of phonology, morphology and lexical. The study proposed to know: (1) differences of Simalungun Language dialects; (2) mapping of Simalungun Language dialects; (3) percentage of level relationship of Simalungun Language by calculation on dialektometri; and (4) contributionof SimalungunLanguage geography to development of Bahasa Indonesia lexicon. The study used descriptive qualitative method by using syncronic approach. Research methodologies that used in the study were (1) questionnaire method, (2) dialektometri method, and (3) informal method (Mahsun, 1995). Based on dialect differences of Simalungun Language, it found one berian that showed similarity and 199 berian that showed differences, those were 108 berian of phonology differences, 61 berian of morphology differences, and 156 berian of lexical differences. According to Simalungun language mapping, it was concluded that dominant vocabularies which used were vocabularies of Simalungun language and it also found the using of vocabularies from Karo and Toba language. Based on calculation of dialektometri, there are three level classes of language relationship, (1) speech differences, (2) dialect differences, and (3) language differences. There were eight from 200 lexicons based on questions list that could be contributed as the lexicon development of Bahasa Indonesia, these lexicon were (1) manggalung, (2) rambas, (3) manappang, (4) mardang, (5) manduhuti, (6) makkubangi/makkomposi, (7) manggiling, and (8)manobu.


(6)

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN LEMBAR PERNYATAAN LEMBAR PERSEMBAHAN

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... iii

UCAPAN TERIMA KASIH ... iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR ISTILAH, LAMBANG, DAN TANDA ... ix

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang Masalah ... 1

1.2Rumusan Masalah Penelitian ... 4

1.3Tujuan Penelitian ... 5

1.4Manfaat Penelitian ... 5

1.5Struktur Organisasi ... 6

BAB II DIALEKTOLOGI, PERBEDAAN UNSUR-UNSUR KEBAHASAAN, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1Dialektologi ... 7

2.1.1 Dialek ... 8

2.1.2 Geografi Dialek ... 8

2.1.3 Dialektometri ... 11

2.2Perbedaan Unsur-Unsur Kebahasaan ... 12

2.2.1 Perbedaan Fonologi ... 12

2.2.2 Perbedaan Morfologi ... 16

2.2.3 Perbedaan Leksikal ... 17


(7)

2.3Tinjauan Pustaka ... 19

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1Metode Penelitian ... 20

3.2Partisipan dan Lokasi Penelitian ... 20

3.3Pengumpulan Data ... 26

3.3.1 Korpus ... 26

3.3.2 Instrumen Penelitian ... 27

3.3.3 Teknik Pengumpulan Data ... 30

3.4Analisis data ... 32

3.5Definisi Operasional ... 33

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1Hasil Penelitian ... 35

4.1.1 Deskripsi Perbedaan Dialek Bahasa Simalungun ... 35

4.1.2 Pemetaan Dialek Bahasa Simalungun ... 164

4.1.3 Persentase Tingkat Kekerabatan Bahasa Simalungun Berdasarkan Perhitungan Dialektometri ... 365

4.2Pembahasan ... 371

4.2.1 Deskripsi Perbedaan Dialek Bahasa Simalungun... 371

4.2.2 Pemetaan DialekBahasa Simalungun... 386

4.2.3 Persentase Tingkat Kekerabatan Bahasa Simalungun Berdasarkan Perhitungan Dialektometri ... 390

BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1Simpulan ... 392

5.2Rekomendasi ... 393

DAFTAR PUSTAKA... 394

LAMPIRAN-LAMPIRAN... 396


(8)

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang Masalah

Bahasa Simalungun atau Sahap Simalungun adalah bahasa yang digunakan oleh suku Simalungun yang mendiami Kabupaten Simalungun. Bahasa Simalungun merupakan salah satu bahasa daerah di Indonesia dan suku Simalungun menjadikan bahasa Simalungun ini sebagai bahasa ibu di Simalungun. Voorhoeve (1955) seorang ahli bahasa Belanda yang pernah menjabat sebagai taalambtenaar Simalungun tahun 1937, menyatakan bahwa bahasa Simalungun termasuk dalam sebuah bahasa dan merupakan bagian dari rumpun Austronesia yang lebih dekat dengan bahasa Sansekerta yang memengaruhi banyak bahasa daerah di Indonesia.

Bahasa-bahasa yang ada di dunia pada mulanya mempunyai protobahasa. Protobahasa (bahasa purba) merupakan rakitan teoretis yang dirancang dengan sistem bahasa-bahasa yang mempunyai hubungan kesejarahan melalui rumusan kaidah-kaidah secara singkat (Nadra, 2006). Begitu pula dengan bahasa Simalungun yang pada mulanya belum termasuk ke dalam satu bahasa melainkan masih disebut sebagai bahasa Batak. Berdasarkan kemajuan zaman untuk memenuhi kebutuhan penutur dalam berbahasa, bahasa Batak dengan kata lain bahasa purba Batak (protobahasa Batak) terbagi menjadi bahasa-bahasa Batak, yaitu bahasa Simalungun, bahasa Karo, bahasa Toba, bahasa Pak-pak, dan bahasa Mandailing (sembiring, 2009). Berdasarkan hal tersebutlah, bahasa Simalungun dapat disebut sebagai sebuah bahasa yang berbeda dari bahasa-bahasa yang lainnya.

Sebuah bahasa akan memunculkan perbedaan wicara karena bahasa tersebut digunakan oleh penuturnya untuk berkomunikasi dengan masyarakat yang lain. Perbedaan wicara tersebut akan berkembang menjadi perbedaan subdialek. Kemudian, perbedaan subdialek menjadi perbedaan dialek. Pada akhirnya, di suatu masa yang tidak dapat ditentukan bahkan dapat menjadi perbedaan bahasa.

Dewasa ini, bahasa Simalungun di Kecamatan Silimakuta telah dipengaruhi oleh berbagai faktor di lingkungan bahasa itu digunakan. Faktor-faktor yang


(9)

2

memengaruhi bahasa Simalungun tersebut, yaitu letak geografis, aktivitas jual-beli, dan interaksi budaya yang ada di Kecamatan Silimakuta. Faktor-faktor tersebutlah yang mengakibatkan timbulnya variasi bahasa yang digunakan oleh masyarakat di Kecamatan Silimakuta.

Letak geografis berperan besar dalam terbentuknya variasi bahasa di Kecamatan Silimakuta. Melihat wilayah Simalungun yang berbatasan langsung dengan wilayah Karo dan Toba memungkinkan terjadinya berbagai aktivitas komunikasi sehingga menyebabkan bahasa Simalungun dipengaruhi oleh bahasa Toba dan Karo. Selain letak geografis, aktivitas jual-beli, aktivitas di ladang, dan aktivitas budaya, seperti perkawinan antarwilayah juga memungkinkan bahasa Simalungun dipengaruhi oleh bahasa Karo dan bahasa Toba.

Variasi bahasa di Kecamatan Silimakuta terlihat jelas dari penggunaan dialek ketika berkomunikasi antarmasyarakat desa. Sebagai contoh, gloss dimarahi, di Desa Purba Sinombah memiliki berian imarahi [imarahi], Desa Purbatua Bolak dan Desa Sinar Baru memiliki berian igilai [igilai], Desa Purbatua Baru dan Desa Purbatua Etek memiliki berian imalingi [imalIŋi], dan Desa Sibangun Mariah memiliki berian ilagai [ilagai]. Contoh tersebut termasuk dalam perbedaan leksikal.

Selain contoh di atas, ada gloss anjing sebagai contoh lain yang memiliki berbagai berian yang berbeda, yaitu Desa Purba Sinombah dan Desa Purbatua Bolak memiliki berian baliang [baliaŋ], Desa Sinar Baru memiliki berian nenek [nenek], Desa Purbatua Baru dan Desa Purbatua Etek memiliki berian biang

[biaŋ], dan Desa Sibangun Mariah dan Desa Purbatua Baru memiliki berian asu

[asu]. Contoh tersebut termasuk dalam perbedaan fonologi dan leksikal.

Berdasarkan contoh di atas, bahasa Simalungun dapat dikategorikan sebagai bahasa yang unik karena memiliki variasi bahasa dan memiliki banyak berian untuk mengaplikasikan satu makna suatu benda. Oleh karena itu, penelitian geografi dialek cocok diterapkan untuk bahasa Simalungun di Kecamatan Silimakuta, Kabupaten Simalungun.

Penelitian geografi dialek perlu dilakukan karena masih banyak daerah di Indonesia khususnya daerah Simalungun yang memiliki variasi bahasa, tetapi belum memiliki peta kebahasaan. Sepengetahuan peneliti, penelitian geografi


(10)

dialek bahasa Simalungun di Kecamatan Silimakuta, Kabupaten Simalungun merupakan penelitian yang pertama kali dilakukan. Bahasa Simalungun ini sangat penting untuk dipetakan dalam menunjang pembelajaran muatan lokal di sekolah-sekolah setempat. Hasil pemetaan bahasa Simalungun ini dapat dijadikan sebagai referensi untuk pembuatan kamus saku bagi pelajar. Kamus saku tersebutlah yang dapat dijadikan sebagai penunjang dalam pembelajaran muatan lokal bahasa Simalungun.

Peneliti menemukan sebuah penelitian sejenis mengenai bahasa Simalungun yakni penelitian yang dilakukan oleh Saragih (2011). Namun, dalam penelitiannya, Saragih meneliti bahasa Simalungun dengan fokus kajian umpasa

pernikahan Simalungun ‘pantun pernikahan Simalungun’ sangat berbeda dengan penelitian yang dilakukan peneliti yaitu pemetaan bahasa Simalungun.

Selain hal di atas, akan dikemukakan juga kontribusi geografi dialek itu sendiri terhadap pengembangan leksikon bahasa Indonesia karena penelitian geografi dialek ini memberikan peran besar dalam pengembangan leksikon bahasa Indonesia. Hal tersebut dilakukan dengan pemanfaatan kosakata-kosakata yang akan diperoleh di lapangan. Kosakata-kosakata yang dicari, yaitu kosakata yang khas di daerah penelitian yang belum memiliki padanan dalam bahasa Indonesia.

Sebagai bahasa resmi, bahasa Indonesia memerlukan pengembangan kata dan istilah untuk mengembangkan ilmu pengetahuan, pendidikan, dan pemerintahan. Kekayaan kosakata suatu bahasa mengindikasikan kemajuan peradaban bangsa. Bahasa Indonesia telah mengalami perkembangan karena pengaruh bahasa asing dan bahasa daerah. Bahasa daerah diserap bahasa Indonesia karena adanya interaksi budaya antarsuku. Pelaku dalam hal ini adalah penutur bahasa Indonesia yang berlatar belakang bahasa daerah.

Kosakata bahasa daerah yang diserap ke dalam bahasa Indonesia memperkaya kosakata bahasa Indonesia. Dalam penelitian ini, kosakata-kosakata bahasa Simalungun akan diserap ke dalam bahasa Indonesia. Kosakata-kosakata yang dapat diserap ke dalam bahasa Indonesia yaitu kosakata yang belum memiliki padanan dalam bahasa Indonesia, seperti manggalung, yaitu membuat alur tanaman.


(11)

4

Berdasarkan beberapa hal di atas, penelitian ini merujuk pada penelitian-penelitian sebelumnya antara lain. Penelitian yang dilakukan oleh Selviana (2010) tentang perbedaan ragam dialek bahasa Batak Toba dan bagaimana pemetaan variasi dialek bahasa Batak Toba di Kabupaten Dairi.

Penelitian selanjutnya dilakukan oleh Sembiring (2009) tentang variasi fonologis bahasa Karo, variasi leksikal bahasa Karo, pemetaan variasi bahasa Karo berdasarkan fonologis dan leksikal, dan berapa dialek karo di Kabupaten Karo, Deli Serdang, dan Langkat.

Adapun penelitian serupa, penelitian yang dilakukan oleh Hasibuan (1989), yaitu pendeskripsian perbedaan bahasa berdasarkan perbedaan fonologi, morfologi dan kosakata. Dalam penelitiannya, Hasibuan memanfaatkan data sebanyak 57 kosakata.

Berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti, penelitian ini mencari deskripsi variasi bahasa Simalungun di Kecamatan Silimakuta, Kabupaten Simalungun. Variasi bahasa tersebut akan dikorespondensikan berdasarkan deskripsi perbedaan fonologi, morfologi, dan leksikal kemudian dipetakan. Setelah dipetakan, perbedaan-perbedaan bahasa yang diperoleh di hitung berdasarkan perhitungan dialektometri untuk menentukan kekerabatan dialeknya. Selain itu, penelitian geografi dialek ini juga akan memberikan kontribusi kosakata sebagai pengembangan bahasa Indonesia.

1.2Rumusan Masalah Penelitian

Penelitian dialektologi perlu dilakukan untuk melihat gambaran umum kondisi kebahasaan yang terjadi di daerah titik pengamatan, yaitu di Kecamatan Silimakuta, Kabupaten Simalungun. Adapun rumusan masalah yang diangkat dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

1) Bagaimana perbedaan dialek bahasa Simalungun di Kecamatan Silimakuta, Kabupaten Simalungun?

2) Bagaimana pemetaan dialek bahasa Simalungun di Kecamatan Silimakuta, Kabupaten Simalungun?


(12)

3) Berapa persen tingkat kekerabatan bahasa Simalungun di Kecamatan Silimakuta, Kabupaten Simalungun berdasarkan perhitungan dialektometri?

1.3Tujuan Penelitian

Sejalan dengan rumusan masalah di atas, tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dan mendeskrisikan hal-hal berikut:

1) perbedaan dialek bahasa Simalungun di Kecamatan Silimakuta, Kabupaten Simalungun;

2) pemetaan dialek bahasa Simalungun di Kecamatan Silimakuta, Kabupaten Simalungun;

3) persentase tingkat kekerabatan di Kecamatan Silimakuta, Kabupaten Simalungun berdasarkan perhitungan dialektometri;

1.4Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara teoretis maupun secara praktis. Adapun manfaat-manfaat yang ingin disampaikan adalah sebagai berikut.

1.2.1 Secara Teoretis

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu sumbangsih keilmuan dalam bidang kajian linguistik khususnya dialektologi. Selain itu, dapat juga menjadi modal dasar untuk penelitian-penelitian selanjutnya agar lebih luas dan mendalam cakupan penelitiannya dengan tujuan untuk menambah keberagaman penelitian dalam ranah dialektologi. begitupun, hasil penelitian ini digunakan sebagai visualisasi kondisi kebahasaan daerah upaya pelestarian bahasa yang dapat menunjang perbendaharaan bahasa daerah dan bahasa Indonesia.

1.4.2 Secara Praktis

Adapun manfaat penelitian ini secara praktis adalah sebagai berikut.

a. Bagi masyarakat kecamatan Silimakuta, Kabupaten Simalungun, penelitian ini akan dijadikan salah satu sarana pemicu yang lebih besar terhadap rasa kepemilikan bahasa setempat sebagai warisan yang telah dipertahankan hingga saat ini.


(13)

6

b. Bagi masyarakat di luar Kecamatan Silimakuta, Kabupaten Simalungun, penelitian ini semoga menjadi pembangkit nilai kesadaran akan pentingnya sebuah bahasa daerah yang selama ini telah pudar karena pengaruh zaman dan budaya luar.

c. Bagi pemerintah Simalungun, penelitian ini semoga menjadi jembatan yang berarti dalam mewadahi upaya masyarakat dalam menjaga dan mempertahankan bahasa Simalungun sebagai alat komunikasi masyarakat setempat.

d. Penelitian ini dapat digunakan sebagai inventarisasi dan publikasi bahasa-bahasa khas yang dapat dijadikan sebagai referensi pembuatan kamus bahasa-bahasa Simalungun.

e. Penelitian ini juga dapat digunakan sebagai penunjang pembelajaran muatan lokal di sekolah –sekolah daerah penelitian.

1.5 Struktur Organisasi

Struktur organisasi berisis rincian keseluruhan isi skripsi, berikut merupakan penjabarannya.

Bab I Pendahuluan berisi latar belakang penelitian, rumusan masalah penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan struktur organisasi.

Bab II Kajian pustaka/landasan teoretis berisi teori-teori yang digunakan dalam penelitian, penjabaran mengenai penelitian terdahulu, dan penjabaran mengenai posisi penelitian.

Bab III Metode penelitian berisi desain penelitian, partisipan dan lokasi penelitian, pengumpulan data (korpus, instrumen penelitian, dan teknik pengumpulan data), analisis data, dan definisi operasional.

Bab IV Temuan dan Pembahasan berisi pendeskripsian perbedaan bahasa, penyajian peta dialek, perhitungan dialektometri untuk menentukan tingkat Kekerabatan Bahasa, dan pembahasan mengenai kontribusi geografi bahasa Simalungun dalam pengembangan bahasa Indonesia.

Bab V Simpulan dan Saran berisi hasil inti dari penelitian dan saran-saran untuk penelitian selanjutnya.


(14)

METODOLOGI PENELITIAN

Pada bab ini, dipaparkan metode penelitian yang menjadi landasan penelitian ini. metode pennelitian tersebut meliputi (1) metode penelitian, (2) partisipan dan lokasi penelitian, (3) pengumpulan data, (4) analisis data, dan (5) definisi operasional. Semua metode penelitian tersebut dibahas secara berurutan sebagai berikut.

3.1Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif karena peneliti menggambarkan secara objektif, sitematis, faktual, dan akurat aspek fonologi, morfologi, dan leksikal bahasa yang terdapat di Kecamatan Silimakuta, Kabupaten Simalungun. Penelitian deskriptif ini tidak mempertimbangkan benar atau salahnya penggunaan bahasa pada penuturnya sehingga data bahasa yang tersaji pun apa adanya. Penelitian ini menggunakan pendekatan sinkronis, yaitu penelitian bahasa yang dilakukan dengan cara membandingkan variasi atau dialek bahasa Simalungun antara satu titik pengamatan dengan titik pengamatan yang lain di Kecamatan Silimakuta, Kabupaten Simalungun dalam satu periode.

Adapun metode kajian yang digunakan dalam penelitian ini terbagi atas tiga metode yang didasarkan pada tahapan strategisnya, yaitu sebagai berikut. (1) metode pupuan lapangan digunakan pada tahap pengumpulan data. (2) metode dialektometri digunakan pada tahap analisis data, dan (3) metode informal digunakan pada tahap penyajian data hasil analisis. (Mahsun, 1995, hlm. 93-194)

3.2Partisipan dan Lokasi Penelitian

Partisipan dalam penelitian ini adalah orang-orang yang berdomisili atau tinggal di Kecamatan Silimakuta, Kabupaten Simalungun. Setiap daerah yang menjadi titik pengamatan dicari tiga informan untuk memberikan gambaran yang lebih objektif mengenai situasi kebahasaan setempat. Informan tersebut harus memiliki syarat-syarat seperti yang diutarakan Mahsun (2012, hlm. 324) sebagai berikut.


(15)

21

1) Nama,

2) Jenis kelamin, 3) Usia,

4) Tempat lahir,

5) Pendidikan tertinggi, 6) Pekerjaan,

7) Tinggal di desa/dusun ini sejak tahun, 8) Pernah bepergian keluar desa/dusun, 9) Bahasa yang digunakan, dan

10)Bahasa lain yang dikuasai.

Lokasi penelitian berada di Kecamatan Silimakuta, Kabupaten Simalungun, Provinsi Sumatra Utara dengan enam titik penangamatan, yaitu Desa Purba Tua Baru, Desa Purba Tua Etek, Desa Purba Tua, Desa Purba Sinombah, Desa Sinar Baru, dan Desa Sibangun Mariah.

Tabel 3.1 Situasi Kebahasaan di Kecamatan Silimakuta

Nama Desa Situasi Kebahasaan (berbahasa)

Sebelah Timur Sebelah Barat Sebelah Utara Sebelah Selatan Desa Purba

Tua Baru

Simalungun Karo Simalungun Simalungun

Desa Purba Tua Etek

Simalungun Simalungun Karo Simalungun

Desa Purba Tua

Simalungun Simalungun Simalungun Simalungun

Desa Purba Sinombah

Simalungun Simalungun Simalungun Simalungun/Karo

Desa Sinar Baru

Simalungun Simalungun Simalungun Simalungun

Desa Sibangun Mariah


(16)

Tabel 3.2 Situasi Geografis di Kecamatan Silimakuta

Nama Desa

Letak Morfologi

Pantai Km dari pantai

Di pedalaman dataran pengunungan berbukit

Desa Purba Tua Baru

- 15 km - 7 km2 4,7 km2 -

Desa Purba Tua Etek

- 1,548 km pedalaman - pegunungan -

Desa Purba Tua - - - - Desa Purba Sinombah

- 145 km - dataran - -

Desa Sinar Baru

- 151 km - - - -

Desa Sibangun Mariah

- 3 km - 36 km2 - -

Tabel 3.3 Penduduk di Kecamatan Silimakuta

Nama Desa

Jumlah Pria Wanita Di bawah 20 th

Antara 20-40 th

Di atas 40 th

Desa Purba Tua Baru

856 426 430 112 524 220

Desa Purba Tua Etek

1196 593 603 390 308 500

Desa Purba Tua

877 367 510 414 308 110

Desa Purba


(17)

23

Sinombah Desa Sinar Baru

820 404 416 387 296 137

Desa Sibangun Mariah

2317 1121 1196 923 814 580

Tabel 3.4 Etnik di Kecamatan Silimakuta

Nama Desa Mayoritas etnik % Minoritas etnik %

Desa Purba Tua Baru Simalungun 96,8 Campuran 3,8

Desa Purba Tua Etek Simalungun 80 Karo, Tapanuli, Jawa 20

Desa Purba Tua Simalungun 99 Campuran 1

Desa Purba Sinombah Simalungun 94 Jawa 6

Desa Sinar Baru Simalungun 99 Batak Toba 1

Desa Sibangun Mariah Simalungun 97 Campuran 3

Tabel 3.5 Mata Pencaharian di Kecamatan Silimakuta

Nama Desa Bertani Nelayan Berdagang Buruh Pegawai Lain-lain Desa Purba Tua

Baru

96 % - 2 % - 2 % -

Desa Purba Tua Etek

95 % - 3 % - 2 % -

Desa Purba Tua 98 % - 1 % - 1 % -

Desa Purba

Sinombah

99 % - - - 0,5 % 0,5 %

Desa Sinar Baru 98 % - - - - 2 %

Desa Sibangun Mariah

99 % - - - - 1 %

Tabel 3.6 Pendidikan di Kecamatan Silimakuta

Nama Desa SD SLTP SLTA Perguruan

Tinggi

Kursus-Kursus Pesantren

Desa Purba Tua Baru


(18)

Desa Purba Tua Etek

90 60 30 30 10 60

Desa Purba Tua 145 48 15 8 30 4

Desa Purba Sinombah

153 45 13 5 83 7

Desa Sinar Baru 80 % 60 % 55 % 2 % 3 % 7 %

Desa Sibangun Mariah

318 154 41 12 410 3

Tabel 3.7 Sarana Pendidikan di Kecamatan Silimakuta

Nama Desa SD SLTP SLTA Perguruan

Tinggi

Kursus-Kursus

Pesantren

Desa Purba Tua Baru 98 % 90 % 80 % 2 % - -

Desa Purba Tua Etek 10 % 20 % 10 % 10 % - -

Desa Purba Tua 70 % 70 % 50 % 1 % - -

Desa Purba Sinombah 70 % 50 % 35 % 2 % - -

Desa Sinar Baru 80 % 60 % 55 % 2 % - -

Desa Sibangun Mariah 90 % 75 % 80 % 0,1 % - -

Tabel 3.8 Agama Penduduk di Kecamatan Silimakuta

Nama Desa Islam Protestan Katolik Hindu Budha Lain-lain

Desa Purba Tua Baru 0,4 % 36 % 63,6 % - - -

Desa Purba Tua Etek 5 % 85 % 10 % - - -

Desa Purba Tua 0,1 % 99 % - - - -

Desa Purba Sinombah 4 % 96 % - - - -

Desa Sinar Baru - 100 % - - - -

Desa Sibangun Mariah - 80 % 20 % - - -

Tabel 3.9 Hubungan dengan Antardesa di Kecamatan Silimakuta

Nama Desa Sangat Lancar Lancar Sedang Kurang Lancar Tidak Lancar Desa Purba Tua

Baru

- v - - -

Desa Purba Tua Etek


(19)

25

Desa Purba Tua - v - - -

Desa Purba

Sinombah

- v - - -

Desa Sinar Baru - v - - -

Desa Sibangun Mariah

v - - - -

Tabel 3.10 Prasarana Hubungan Antardesa di Kecamatan Silimakuta

Nama Desa Jalan Kaki

Bus Minibus Sepeda Motor

Perahu Kapal Laut

Kuda Pesawat

Desa Purba Tua Baru

- v v v - - - -

Desa Purba Tua Etek

- - - v - - - -

Desa Purba Tua

v v - v - - - -

Desa Purba Sinombah

- v - v - - - -

Desa Sinar Baru

- v - v - - - -

Desa Sibangun Mariah

v v - v - - - -

Tabel 3.11 Usia Desa-Desa di Kecamatan Silimakuta

Nama Desa Di atas 500 th

Antara 200-500 th Antara 50-100 th

Di bawah 50 th

Desa Purba Tua Baru - v - -

Desa Purba Tua Etek - v - -

Desa Purba Tua - - v -

Desa Purba Sinombah - v - -

Desa Sinar Baru - v - -


(20)

3.3Pengumpulan Data

Pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari korpus, instrumen penelitian, dan teknik pengumpulan data yang diuraikan sebagai berikut.

3.3.1 Korpus

Data yang diperoleh dari penelitian ini adalah jawaban lisan dari daftar tanyaan yang berasal dari kosakata dasar Swadesh yang kemudian dimodifikasi oleh peneliti sebanyak 200 kosakata. Kosakata dipilih berdasarkan kondisi sosial masyarakat Kecamatan Silimakuta, Kabupaten Simalungun. Kosakata sebanyak 200 sudah dianggap cukup oleh peneliti untuk menyelesaikan masalah yang ada dalam penelitian ini. Pemodifikasian ini dilakukan agar data yang terjaring dari daftar tanyaan tersebut dapat memunculkan lebih banyak variasi bahasa, terutama variasi bahasa pada unsur fonologi, morfologi, dan leksikal yang ada di setiap titik pengamatan atau desa yang terdapat di Kecamatan Silimakuta, Kabupaten Simalungun. Data tersebut berupa dialek bahasa Simalungun di Kecamatan Silimakuta, Kabupaten Simalungun yang biasa digunakan oleh masyarakat setempat.

3.3.2 Instrumen Penelitian

Instrumen yang dipakai untuk menjaring data sebagai pedoman wawancara di lapangan adalah daftar tanyaan berjumlah 200 kosakata. Daftar tanyaan dalam penelitian ini terdiri dari beberapa jenis kosakata yang disusun berdasarkan medan makna untuk mempermudah penelitian. Daftar tanyaan tersebut adalah sebagai berikut.

1. Kata ganti orang, sapaan, dan acuan sebanyak 5 kosakata.

2. Kata yang termasuk dalam sistem kekerabatan sebanyak 14 kosakata. 3. Kata yang termasuk dalam bagian tubuh manusia sebanyak 31 kosakata. 4. Kata yang termasuk dalam rumah dan bagian-bagiannya sebanyak 7 kosakata. 5. Kata yang termasuk dalam dapur dan bagian-bagiannya sebanyak 13 kosakata. 6. Kata yang termasuk perangai, kata sifat, dan warna sebanyak 24 kosakata. 7. Kata yang termasuk dalam kata tugas sebanyak 6 koakata.


(21)

27

8. Kata yang termasuk dalam pakaian dan perhiasan sebanyak 3 kosakata. 9. Kata yang termasuk dalam tanaman dan pepohonan sebanyak 16 kosakata. 10.Kata yang termasuk dalam hewan sebanyak 37 kosakata.

11.Kata yang termasuk dalam waktu, musim, keadaan alam, benda alam, dan arah sebanyak 7 kosakata.

12.Kata yang termasuk dalam gerak dan kerja sebanyak 15 kosakata. 13.Kata yang termasuk dalam penyakit sebanyak 1 kosakata.

14.Kata yang termasuk dalam bilangan dan ukuran sebanyak 3 kosakata.

15.Kata yang termasuk dalam pasar dan bagian-bagiannya sebanyak 1 kosakata. Penggunaan kosakata berdasarkan medan makna seperti yang telah ditentukan di atas diharapkan lebih dapat menunjukkan ciri-ciri khas dari dialek di Silimakuta tersebut.

Selain daftar tanyaan di atas, penelitian ini juga menggunakan angket terbuka untuk profil informan dan informasi daerah Kecamatan Silimakuta.

Tabel 3.12 Daftar tanyaan

Desa: ...

No. Gloss Bahasa Simalungun

1. ... ...

... ... ...

Keterangan dari tabel daftar tanyaan di atas, yaitu baris pertama dipakai untuk nama desa yang akan diteliti. Baris kedua kolom pertama dipakai untuk nomor, kolom kedua dipakai untuk gloss atau kosakata tanyaan dalam bahasa Indonesia, dan kolom ketiga digunakan untuk isian jawaban dalam bahasa Simalungun. Daftar tanyaan dibuat sebanyak jumlah desa yang akan diteliti dikalikan dengan tiga informan (6 desa x 3 informan = 18 informan).

Tabel 3.13 Kartu data informan

Nama

Jenis Kelamin Usia


(22)

Tempat lahir Pendidikan tertinggi Pekerjaan

Tahun Domisili

Bahasa yang digunakan sehari-hari Bahasa lain yang dikuasai

Tabel 3.14 Daftar tanyaan wilayah

A. KETERANGAN DAERAH PENGAMATAN 1. Nama desa pengamatan:

Kecamatan Kabupaten Pulau Provinsi

2. Situasi kebahasaan Sebelah timur desa berbahasa

Sebelah barat desa berbahasa

Sebelah utara desa berbahasa

Sebelah selatan desa berbahasa

3. Situasi geografis

Letak Morfologi

pantai ...Km dari pantai Di pedalaman

dataran pegunungan berbukit

4. Penduduk

jumlah pria wanita Di bawah 20 th Antara 20-40 th Di atas 40 th

5. Etnik

Mayoritas etnik persen Minorotas etnik persen

6. Mata pencaharian

bertani nelayan berdagang buruh pegawai Lain-lain % % % % % % 7. Pendidikan


(23)

29

Bersekolah

8. Sarana pendidikan

SD SLTP SLTA Perguruan Tinggi Kursus-kursus

Pesantren

% % % % % % 9. Agama penduduk

islam protestan Katolik hindu budha Lain-lain % % % % % % B. HUBUNGAN KELUAR

1. Dengan desa lain

Sangat lancar lancar sedang Kurang lancar Tidak lancar

2. Prasarana hubungan Jalan

kaki

bus minibus Sepeda motor

perahu/ motor boot

Kapal laut

kuda Pesawat udara

C. Usia desa/ dusun 1 Desa ini dibangun

Di atas 500 th Antara 200-500 th Antara 50-100 th Di bawah 50 th

Tabel 3.15 Daftar rekapitulasi data

No. Gloss Bahasa Simalungun yang digunakan di Kecamatan Silimakuta, Kabupaten Simalungun

Ket.

1 2 3 4 5 6

... ... ... ... ... ... ... ...

Daftar rekapitulasi data di atas berisi hasil rekap data dari semua titik pengamatan dari titik pengamatan 1 sampai titik pengamatan 6.

3.3.3 Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data diawali dengan mencari informasi kebahasaan daerah yang akan dijadikan titik pengamatan. Peneliti menetapkan Kecamatan Silimakuta


(24)

sebagai daerah pengamatan dan lingkup kelurahan/desa sebagi satuan pengamatan.

Langkah selanjutnya adalah melakukan observasi ke setiap titik pengamatan atau desa yang terdapat di Kecamatan Silimakuta, Kabupaten Simalungun. Peneliti secara langsung mengadakan wawancara dengan informan tentang keadaan kebahasaan di daerah setempat dan mengajukan pertanyaan yang berisi 200 kosakata Swadesh yang harus dialihbahasakan ke dalam bahasa Simalungun dialek Kecamatan Silimakuta, Kabupaten Simalungun. Data yang digunakan tersebut terlebih dahulu diseleksi dan dipilih berdasarkan kondisi sosial masyarakat Kecamatan Silimakuta, Kabupaten Simalungun. Begitu pula dalam penentuan informan juga didasarkan pada syarat-syarat yang telah ditentukan.

Adapun beberapa teknik yang digunakan untuk menunjang data yang diperoleh dari setiap titik pengamatan dalam penelitian ini, yaitu teknik libat-cakap, teknik pencatatan, dan teknik perekaman. Pertama, teknik simak-libat-cakap, simak dalam penelitian ini maksudnya menyimak pengggunaan bahasa berupa tuturan masyarakat di setiap titik pengamatan. Dalam teknik ini, upaya peneliti untuk mendapatkan data dilakukan dengan cara menyadap penggunaan bahasa lisan seseorang atau beberapa orang informan. Penyadapan penggunaan bahasa lisan ini dimaksudkan agar informan tampil dengan sosoknya sebagi orang yang sedang menggunakan bahasanya (berbicara atau bercakap-cakap).

Libat dalam hal ini maksudnya peneliti langsung terlibat baik dalam pengambilan data maupun dalam penentuan daerah dan informan. Peneliti tidak mewakilkan pada pihak lain, sehingga dapat langsung mengetahui gejala bahasa yang timbul di setiap titik pengamatan. Penggunaan teknik ini juga memudahkan peneliti untuk dapat mengetahui secara langsung keadaan geografis di setiap titik pengamatan dan turut berperan dalam perkembangan isolek pada setiap titik pengamatan itu sendiri.

Cakap dalam penelitian ini maksudnya adalah suatu cara yang ditempuh berupa percakapan terarah antara peneliti dengan informan di setiap titik pengamatan. Dalam teknik ini, peneliti langsung mendatangi setiap titik pengamatan, kemudian melakukan percakapan dengan informan menggunakan


(25)

31

pancingan yang berupa daftar tanyaan. Selain menggunakan pancingan, peneliti juga melakukan percakapan dengan memulai dari hal yang umum sampai hal yang ditanyakan.

Kedua, teknik pencatatan maksudnya peneliti langsung mencatat hal-hal yang membedakan bunyi-bunyi yang agak mirip dengan memperhatikan cara pelafalannya. Sistem pencatatan ini menggunakan transkripsi fonetis (perekaman bunyi lambang tulis). Pencatatan dilakukan agar data yang didapat tidak hilang.

Ketiga, teknik perekaman, maksudnya peneliti secara langsung merekam pada saat pengambilan data dari informan berupa daftar tanyaan. Dalam penelitian ini, hal yang diteliti adalah aspek fonologi, morfologi, dan leksikalnya sehingga penulisan secara langsung saja tidak cukup. Peneliti harus merekam wawancara yang dilakukan dengan informan, sehingga pelafalannya dapat diteliti secara benar. Perekaman dilakukan untuk mengantisipasi terdistorsinya hasil pencatatan.

3.4Analisis Data

Analisi data dilakukan dengan membagi penganalisisan ke dalam enam tahap pengerjaan. Tahap analisi data yang dilakukan oleh peneliti adalah sebagai berikut.

1. Mentranskripsi data yang telah dikumpulkan berdasarkan fonetis.

2. Mengklasifikasikan data yang telah dikumpulkan berdasarkan aspek fonologis, morfologis, dan leksikal. Dalam hal ini, data yang dicari hanya data yang berbentuk kosakata yang termasuk dalam aspek fonologi, morfologi, dan leksikal.

3. Menganalisis data yang telah ditranskripsi dan diklasifikasikan berdasarkan korespondensi bunyi dan variasi bunyi. Selanjutnya, berian-berian yang telah dianalisis diberi lambang untuk mempermudah dialihkan ke dalam peta. 4. Memindahkan data yang telah dianalisis ke dalam bentuk peta yang dilengkapi

dengan penggambaran isoglos sehingga diperoleh peta fonetis dari keseluruhan berian yang digunakan pada setiap daerah titik pengamatan. 5. Setelah dipetakan, kemudian diadakan perhitungan dialektometri untuk

menentukan jarak perebedaan unsur-unsur kebahasaan antar titik pengamatan. Hasil dari penghitungan dialektometri tersebut untuk menentukan apakah


(26)

perbedaan-perbedaan yang ada itu merupakan perbedaan bahasa dialek, subdialek, atau perbedaan wicara di Kecamatan Silimakuta, Kabupaten Simalungun.

6. Setelah pentranskripsi data sampai perhitungan dilektometri selesai dilakukan, kemudian dilakukan penyeleksian data dari daftar tanyaan untuk memperoleh data yang akan dijaikan sebagai kontribusi leksikon bahasa Indonesia.

7. Setelah penyeleksian, akan diperoleh beberapa leksikon yang akan dikontribusikan dan kemudian dianalisis serta dilihat kemungkinannya apakah dapat dikontribusikan sebagai pengembangan leksikon bahasa Indonesia.

3.5Definisi Operasional

Istilah-istilah yang didefinisikan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Geografi dialek adalah cabang dialektologi yang mempelajari variasi atau dialek bahasa Simalungun berdasarkan perbedaan lokal atau tempat di Kecamatan Silimakuta, Kabupaten Simalungun.

2. Bahasa Simalungun adalah salah satu bahasa daerah yang terdapat di Kecamatan Silimakuta, Kabupaten Simalungun yang digunakan oleh masyarakat setempat untuk berkomunikasi atau berinteraksi.

3. Perbedaan fonologi adalah perbedaan kebahasaan yang berkaitan dengan bidang fonologi dalam bahasa Simalungun di Kecamatan Silimakuta, Kabupaten Simalungun.

4. Perbedaan morfologi adalah perbedaan kebahasaan yang berkaitan dengan bentukan kata yang meliputi pembubuhn afiks, pemajemukan, dan pengulangan (reduplikasi) dalam bahasa Simalungun di Kecamatan Silimakuta, Kabupaten Simalungun.

5. Perbedaan leksikal adalah perbedaan kebahasaan yang berkaitan dengan leksikon yang digunakan dalam bahasa Simalungun di Kecamatan Silimakuta, Kabupaten Simalungun.

6. Pemetaan adalah gambaran visualisasi penggunaan bahasa yang digunakan dalam bahasa Simalungun di Kecamatan Silimakuta, Kabupaten Simalungun. 7. Tingkat kekerabatan adalah bagaimana perbedaan bahasa Simalungun yang


(27)

33

8. Dialektometri adalah perhitungan perbedaan bahasa Simalungun yang digunakan di Kecamatan Silimakuta, Kabupaten Simalungun untuk mengetahui apakah bahasa yang digunakan itu termasuk ke dalam perbedaan bahasa, dialek, subdialek, wicara, atau dianggap tidak ada perbedaan.

9. Dialektologi adalah cabang ilmu linguistik yang secara sistematis menangani kajian yang berkenaan dengan distribusi variasi atau dialek bahasa Simalungun di Kecamatan Silimakuta, Kabupaten Simalungun dengan memperhatikan faktor geografis, politik, ekonomi, dan sosial budaya.

10.Kajian sinkronis adalah kajian geografi dialek yang dilakukan dengan cara membandingkan variasi atau dialek bahasa Simalungun antara satu titik pengamatan dengan titik pengamatan yang lain di Kecamatan Silimakuta, Kabupaten Simalungun dalam satu periode, yakni tahun 2014.

11.Kontribusi pengembangan leksikon bahasa Indonesia adalah sumbangan bahasa Simalungun dalam upaya meningkatkan mutu bahasa Indonesia agar dapat dipakai untuk berbagai keperluan dalam kehidupan masyarakat. Misalnya, manggalung, yaitu membuat alur tanaman.


(28)

SIMPULAN DAN REKOMENDASI

Dalam bagian ini akan diuraikan (1) simpulan dan (2) saran. Adapun uraiannya adalah sebagai berikut.

5.1Simpulan

Sesuai dengan hasil temuan dan analisis pada bab sebelumnya, dapat disimpulkan beberapa hal terkait dengan empat rumusan masalah dalam penelitian ini. Berikut ini adalah paparannya.

1) Berdasarkan perbedaan dialek bahasa Simalungun di Kecamatan Silimakuta, Kabupaten Simalungun, Provinsi Sumatra Utara berdasarkan perbedaan fonologi, morfologi, dan leksikal, ditemukan 1 berian yang menunjukkan persamaan, baik dari segi bentuk maupun makna, dan 199 berian yang menunjukkan perbedaan. Perbedaan fonologi berjumlah 108 berian, perbedaan morfologi berjumlah 61 berian, dan perbedaan leksikal berjumlah 156 berian. 2) Berdasarkan pemetaan bahasa Simalungun yang telah dilakukan disimpulkan

bahwa kosakata yang dominan digunakan di enam desa tersebut adalah kosakata bahasa Simalungun. Selain kosakata simalungun ditemukan juga penggunaan kosakata yang diduga berasal dari bahasa Karo dan Toba. Selain itu, jika melihat perwilayah, titik pengamtan 6 memiliki kosakata-kosakata yang mengalami penghilangan bunyi [h] di akhir kosakata. Titik pengamatan 4 memiliki banyak kosakta yang hanya dimiliki titik pengamatan 4 saja, yaitu sebanyak 71 kosakata. Titik pengamatan 1 dan 2 memiliki banyak kosakata yang hampir mirip. Adapun temuandalam penelitian ini, yaitu ditemukannya 8 dari 200 leksikon berdasarkan daftar tanyaan yang dapat dikontribusikan sebagai pengembangan leksikon bahasa Indonesia, yakni leksikon (1)

manggalung, (2) rambas, (3) manappang, (4) mardang, (5) manduhuti,(6) makkubangi/makkomposi, (7) manggiling, (8) manobu.

3) Berdasarkan penghitungan dialektometri, diperoleh tiga golongan tingkat kekerabatan bahasa setiap desanya, yakni (1) perbedaan wicara, (2) perbedaan dialek, dan (3) perbedaan bahasa. Antardesa yang tingkat kekerabatanya


(29)

393

menunjukkan perbedaan wicara, yakni Desa Purba Tua Baru dengan Desa Purba Tua Etek 38,5%. Selanjutnya, antardesa yang tingkat kekerabatannya menunjukkan perbedaan dialek, yakni Desa Purba Tua Baru dengan Desa Purba Tua 52,5%, Desa Purba Tua Baru dengan Desa Sinar Baru 56,5%, Desa Purba Tua Baru dengan Desa Sibangun Mariah 66,5%, Desa Purba Tua Etek dengan Desa Purba Tua 57,5%, Desa Purba Tua Etek dengan Desa Purba Sinombah 63,5%, Desa Purba Tua Etek dengan Desa Sinar baru 58,5%, Desa Purba Tua dengan Desa Purba Sinombah 68%, Desa Purba Tua dengan Desa Sinar Baru 61%, Desa Purba Tua dengan Desa Sibangun Mariah 63%, Desa Purba Sinombah dengan Desa Sinar Baru 64%, dan Desa Sinar Baru dengan Desa Sibangun Mariah 67%. Selain itu, antardesa yang tingkat kekerabatannya menunjukkan perbedaan bahasa, yakni Desa Purba Tua Baru dengan Desa Purba Sinombah 71%, Desa Purba Tua Etek dengan Desa Sibangun Mariah 71%, dan Desa Purba Sinombah dengan Desa Sibangun Mariah 75,5%.

5.2Rekomendasi

Adapun rekomendasi dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut.

1) penelitian ini murni penelitian geografi dialek sehingga penelitian ini perlu dikembangan dengan menambahkan kajian seperti sosiodialektologi untuk mengupas lebih dalam mengenai dialek bahasa Simalungun.

2) Penelitian ini menggunakan kajian dialektologi sinkronis sehingga memungkinkan bagi peneliti selanjutnya untuk melakukan penelitian dengan kajian diakronis.

3) Kata-kata yang dijadikan rekomendasi sebagai pengembangan leksikon bahasa Indonesia disarankan untuk dapat dimasukkan ke dalam entri Kamus Besar Bahasa Indonesia dengan penyaringan ulang oleh para ahli dalam bidang pembakuan bahasa.

4) Dalam penghitungan dialektometri, penelitian ini menggunakan penghitungan kuantitatif saja sehingga menunjukkan hasil perbedaan bahasa antardesanya. Oleh karena itu, memungkinkan dapat diadakannya penelitian lanjutan dengan menggunakan penghitungan kekerabatan bahasa secara kualitatif menurut cara Lauder.


(30)

DAFTAR PUSTAKA

Alwi, H., dkk. 2003. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia Edisi Ketiga. Jakarta: Balai Pustaka.

Ayatrohaedi. 1983. Dialektologi: Sebuah Pengantar. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Ayatrohaedi. 2003. Pedoman penelitian Dialektologi. Jakarta: Pusat Bahasa. Chaer, A. 2003. Linguistik Umum. Jakarta: Rineka Cipta

Chaer, A. 2009. Fonologi Bahasa Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta.

Chaer, A. 2009. Pengantar Semantik Bahasa Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta. Fernandez, I. Y. 11993. Dialektologi Sinkronis dan Diakronis Sebuah Pengantar.

Yogyakarta: Program Pascasarjana Universitas Gadjah Mada.

Fernandez, I. Y. 1994. Linguistik Historis Komparatif Bagian pertama Bagian

kedua. Yogyakarta: Program Pascasarjana UGM.

Hasibuan, N. H. 1989. Geografi Dialek Bahasa Simalungun di Kabupaten Simalungun. Laporan Penelitian pada Universitas Sumatera Utara. Medan: tidak diterbitkan.

Kridalaksana, H. 2008. Kamus Linguistik Edisi Keempat. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Kushartanti, dkk. 2009. Pesona Bahasa Langkah Awal Memahami Linguistik. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Mahsun. 1995. Dialektologi Diakronis: Sebuah Pengantar. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Mahsun. 2012. Metode Penelitian Bahasa: Tahapan Strategi, Metode, dan

Tekniknya. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Napitupulu, S. 2010. Geografi Dialek Bahasa Batak Toba di Kabupaten Dairi dan Pakpak Barat: 18 (2), hlm. 1-19.


(31)

395

Ramlan, M. 1987. Morfologi: Suatu Tinjauan Deskritif. Yogyakarta: Karyono. Saadie, M., dkk. 1998. Bahasa Bantu. Jakarta: Departemen Pendidikan dan

Kebudayaan.

Sembiring, M. C. A. 2009. Variasi Dialek Bahasa Karo di Kabupaten Karo, Deli Serdang, dan Langkat. Disertasi pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara. Medan: tidak diterbitkan.

Tarigan, H. G. 1975. Morfologi Bahasa Simalungun. Disertasi pada Fakultas Sastra UI. Jakarta: tidak diterbitkan.

Voorhoeve, P. 1955. Critical Survey of Studies on the Languages of Sumatra’s

Gravenhage: Nijhoff. Hlm. 9.

Zulaeha, I. 2010. Dialektologi: Dialek Geografi dan Dialek Sosial. Yogyakarta: Graha Ilmu.


(1)

32

perbedaan-perbedaan yang ada itu merupakan perbedaan bahasa dialek, subdialek, atau perbedaan wicara di Kecamatan Silimakuta, Kabupaten Simalungun.

6. Setelah pentranskripsi data sampai perhitungan dilektometri selesai dilakukan, kemudian dilakukan penyeleksian data dari daftar tanyaan untuk memperoleh data yang akan dijaikan sebagai kontribusi leksikon bahasa Indonesia.

7. Setelah penyeleksian, akan diperoleh beberapa leksikon yang akan dikontribusikan dan kemudian dianalisis serta dilihat kemungkinannya apakah dapat dikontribusikan sebagai pengembangan leksikon bahasa Indonesia.

3.5Definisi Operasional

Istilah-istilah yang didefinisikan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Geografi dialek adalah cabang dialektologi yang mempelajari variasi atau dialek bahasa Simalungun berdasarkan perbedaan lokal atau tempat di Kecamatan Silimakuta, Kabupaten Simalungun.

2. Bahasa Simalungun adalah salah satu bahasa daerah yang terdapat di Kecamatan Silimakuta, Kabupaten Simalungun yang digunakan oleh masyarakat setempat untuk berkomunikasi atau berinteraksi.

3. Perbedaan fonologi adalah perbedaan kebahasaan yang berkaitan dengan bidang fonologi dalam bahasa Simalungun di Kecamatan Silimakuta, Kabupaten Simalungun.

4. Perbedaan morfologi adalah perbedaan kebahasaan yang berkaitan dengan bentukan kata yang meliputi pembubuhn afiks, pemajemukan, dan pengulangan (reduplikasi) dalam bahasa Simalungun di Kecamatan Silimakuta, Kabupaten Simalungun.

5. Perbedaan leksikal adalah perbedaan kebahasaan yang berkaitan dengan leksikon yang digunakan dalam bahasa Simalungun di Kecamatan Silimakuta, Kabupaten Simalungun.

6. Pemetaan adalah gambaran visualisasi penggunaan bahasa yang digunakan dalam bahasa Simalungun di Kecamatan Silimakuta, Kabupaten Simalungun. 7. Tingkat kekerabatan adalah bagaimana perbedaan bahasa Simalungun yang


(2)

33

8. Dialektometri adalah perhitungan perbedaan bahasa Simalungun yang digunakan di Kecamatan Silimakuta, Kabupaten Simalungun untuk mengetahui apakah bahasa yang digunakan itu termasuk ke dalam perbedaan bahasa, dialek, subdialek, wicara, atau dianggap tidak ada perbedaan.

9. Dialektologi adalah cabang ilmu linguistik yang secara sistematis menangani kajian yang berkenaan dengan distribusi variasi atau dialek bahasa Simalungun di Kecamatan Silimakuta, Kabupaten Simalungun dengan memperhatikan faktor geografis, politik, ekonomi, dan sosial budaya.

10.Kajian sinkronis adalah kajian geografi dialek yang dilakukan dengan cara membandingkan variasi atau dialek bahasa Simalungun antara satu titik pengamatan dengan titik pengamatan yang lain di Kecamatan Silimakuta, Kabupaten Simalungun dalam satu periode, yakni tahun 2014.

11.Kontribusi pengembangan leksikon bahasa Indonesia adalah sumbangan bahasa Simalungun dalam upaya meningkatkan mutu bahasa Indonesia agar dapat dipakai untuk berbagai keperluan dalam kehidupan masyarakat. Misalnya, manggalung, yaitu membuat alur tanaman.


(3)

BAB V

SIMPULAN DAN REKOMENDASI

Dalam bagian ini akan diuraikan (1) simpulan dan (2) saran. Adapun uraiannya adalah sebagai berikut.

5.1Simpulan

Sesuai dengan hasil temuan dan analisis pada bab sebelumnya, dapat disimpulkan beberapa hal terkait dengan empat rumusan masalah dalam penelitian ini. Berikut ini adalah paparannya.

1) Berdasarkan perbedaan dialek bahasa Simalungun di Kecamatan Silimakuta, Kabupaten Simalungun, Provinsi Sumatra Utara berdasarkan perbedaan fonologi, morfologi, dan leksikal, ditemukan 1 berian yang menunjukkan persamaan, baik dari segi bentuk maupun makna, dan 199 berian yang menunjukkan perbedaan. Perbedaan fonologi berjumlah 108 berian, perbedaan morfologi berjumlah 61 berian, dan perbedaan leksikal berjumlah 156 berian. 2) Berdasarkan pemetaan bahasa Simalungun yang telah dilakukan disimpulkan

bahwa kosakata yang dominan digunakan di enam desa tersebut adalah kosakata bahasa Simalungun. Selain kosakata simalungun ditemukan juga penggunaan kosakata yang diduga berasal dari bahasa Karo dan Toba. Selain itu, jika melihat perwilayah, titik pengamtan 6 memiliki kosakata-kosakata yang mengalami penghilangan bunyi [h] di akhir kosakata. Titik pengamatan 4 memiliki banyak kosakta yang hanya dimiliki titik pengamatan 4 saja, yaitu sebanyak 71 kosakata. Titik pengamatan 1 dan 2 memiliki banyak kosakata yang hampir mirip. Adapun temuandalam penelitian ini, yaitu ditemukannya 8 dari 200 leksikon berdasarkan daftar tanyaan yang dapat dikontribusikan sebagai pengembangan leksikon bahasa Indonesia, yakni leksikon (1)

manggalung, (2) rambas, (3) manappang, (4) mardang, (5) manduhuti,(6) makkubangi/makkomposi, (7) manggiling, (8) manobu.

3) Berdasarkan penghitungan dialektometri, diperoleh tiga golongan tingkat kekerabatan bahasa setiap desanya, yakni (1) perbedaan wicara, (2) perbedaan dialek, dan (3) perbedaan bahasa. Antardesa yang tingkat kekerabatanya


(4)

393

menunjukkan perbedaan wicara, yakni Desa Purba Tua Baru dengan Desa Purba Tua Etek 38,5%. Selanjutnya, antardesa yang tingkat kekerabatannya menunjukkan perbedaan dialek, yakni Desa Purba Tua Baru dengan Desa Purba Tua 52,5%, Desa Purba Tua Baru dengan Desa Sinar Baru 56,5%, Desa Purba Tua Baru dengan Desa Sibangun Mariah 66,5%, Desa Purba Tua Etek dengan Desa Purba Tua 57,5%, Desa Purba Tua Etek dengan Desa Purba Sinombah 63,5%, Desa Purba Tua Etek dengan Desa Sinar baru 58,5%, Desa Purba Tua dengan Desa Purba Sinombah 68%, Desa Purba Tua dengan Desa Sinar Baru 61%, Desa Purba Tua dengan Desa Sibangun Mariah 63%, Desa Purba Sinombah dengan Desa Sinar Baru 64%, dan Desa Sinar Baru dengan Desa Sibangun Mariah 67%. Selain itu, antardesa yang tingkat kekerabatannya menunjukkan perbedaan bahasa, yakni Desa Purba Tua Baru dengan Desa Purba Sinombah 71%, Desa Purba Tua Etek dengan Desa Sibangun Mariah 71%, dan Desa Purba Sinombah dengan Desa Sibangun Mariah 75,5%.

5.2Rekomendasi

Adapun rekomendasi dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut.

1) penelitian ini murni penelitian geografi dialek sehingga penelitian ini perlu dikembangan dengan menambahkan kajian seperti sosiodialektologi untuk mengupas lebih dalam mengenai dialek bahasa Simalungun.

2) Penelitian ini menggunakan kajian dialektologi sinkronis sehingga memungkinkan bagi peneliti selanjutnya untuk melakukan penelitian dengan kajian diakronis.

3) Kata-kata yang dijadikan rekomendasi sebagai pengembangan leksikon bahasa Indonesia disarankan untuk dapat dimasukkan ke dalam entri Kamus Besar Bahasa Indonesia dengan penyaringan ulang oleh para ahli dalam bidang pembakuan bahasa.

4) Dalam penghitungan dialektometri, penelitian ini menggunakan penghitungan kuantitatif saja sehingga menunjukkan hasil perbedaan bahasa antardesanya. Oleh karena itu, memungkinkan dapat diadakannya penelitian lanjutan dengan menggunakan penghitungan kekerabatan bahasa secara kualitatif menurut cara Lauder.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Alwi, H., dkk. 2003. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia Edisi Ketiga. Jakarta: Balai Pustaka.

Ayatrohaedi. 1983. Dialektologi: Sebuah Pengantar. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Ayatrohaedi. 2003. Pedoman penelitian Dialektologi. Jakarta: Pusat Bahasa. Chaer, A. 2003. Linguistik Umum. Jakarta: Rineka Cipta

Chaer, A. 2009. Fonologi Bahasa Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta.

Chaer, A. 2009. Pengantar Semantik Bahasa Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta. Fernandez, I. Y. 11993. Dialektologi Sinkronis dan Diakronis Sebuah Pengantar.

Yogyakarta: Program Pascasarjana Universitas Gadjah Mada.

Fernandez, I. Y. 1994. Linguistik Historis Komparatif Bagian pertama Bagian

kedua. Yogyakarta: Program Pascasarjana UGM.

Hasibuan, N. H. 1989. Geografi Dialek Bahasa Simalungun di Kabupaten Simalungun. Laporan Penelitian pada Universitas Sumatera Utara. Medan: tidak diterbitkan.

Kridalaksana, H. 2008. Kamus Linguistik Edisi Keempat. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Kushartanti, dkk. 2009. Pesona Bahasa Langkah Awal Memahami Linguistik. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Mahsun. 1995. Dialektologi Diakronis: Sebuah Pengantar. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Mahsun. 2012. Metode Penelitian Bahasa: Tahapan Strategi, Metode, dan

Tekniknya. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Napitupulu, S. 2010. Geografi Dialek Bahasa Batak Toba di Kabupaten Dairi dan Pakpak Barat: 18 (2), hlm. 1-19.


(6)

395

Ramlan, M. 1987. Morfologi: Suatu Tinjauan Deskritif. Yogyakarta: Karyono. Saadie, M., dkk. 1998. Bahasa Bantu. Jakarta: Departemen Pendidikan dan

Kebudayaan.

Sembiring, M. C. A. 2009. Variasi Dialek Bahasa Karo di Kabupaten Karo, Deli Serdang, dan Langkat. Disertasi pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara. Medan: tidak diterbitkan.

Tarigan, H. G. 1975. Morfologi Bahasa Simalungun. Disertasi pada Fakultas Sastra UI. Jakarta: tidak diterbitkan.

Voorhoeve, P. 1955. Critical Survey of Studies on the Languages of Sumatra’s Gravenhage: Nijhoff. Hlm. 9.

Zulaeha, I. 2010. Dialektologi: Dialek Geografi dan Dialek Sosial. Yogyakarta: Graha Ilmu.