Morfologi Bahasa Pakpak Dialek Simsim

(1)

MORFOLOGI BAHASA PAKPAK DIALEK SIMSIM

SKRIPSI SARJANA

DIKERJAKAN OLEH :

NAMA : MELISA PADANG

NIM : 110703016

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU BUDAYA

DEPARTEMEN SASTRA DAERAH

PROGRAM STUDI BAHASA DAN SASTRA BATAK MEDAN


(2)

(3)

ABSTRAK

Judul skripsi “Morfologi bahasa pakpak dialek simsim” di Desa Traju, Kecamatan si Empat Rube, Kabupaten Pakpak Bharat.

Desa Traju Kecamataan Siempat Rube Kabupaten Pakpak Bharat merupakan salah satu Desa yang masyarakat penuturnya masih standar mengunakan bahasa Pakpak dialek Simsim. Adapun masalah yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah : 1) untuk memberikan gambaran tentang bentuk Morfologi bahasa Pakpak pada dialek Simsim yang mencakup afiksasi, reduplikasi, dan komposisi; 2) sebagai bahan perbandingan untuk penelitian selanjutnya tentang morfologi bahasa Pakpak; 3) sebagai sumber informasi tentang kajian morfologi bagi mahasiswa khususnya Departemen Sastra Daerah Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara; 4) Menambah khasanah pengkajian terhadap bahasa yang ada di Indonesia. untuk menganalisis morfologi Bahasa Pakpak dialek Simsim ini, maka Teori yang digunakan mengacu pada teori pendekataan struktural oleh Ramlan yang didukung Chaer. Metode yang dilakukan dalam penelitian adalah dengan dua tahap, yaitu metode deskriptif kualitatif dan metode pengumpulan data. Hasil analisis yang diperoleh dalam penelitian ini adalah : (1) afiksasi yang mencakup prefiks (me-, mer-, per-, ter-, se-, i-, ki- ), infiks (-in-, –um-), sufiks (en, i, -ken, -su), konfiks (mersi –en) dan simulfiks (men –ken, ke –en, si –na, dan pen –en). (2) reduplikasi yaitu perulangan seluruh, perulangan sebagian dan perulangan dengan pembubuhan afiks. (3) Komposisi yang mencakup komposisi yang menampung konsep-konsep yang digabungkan sederajat, komposisi yang menampung konsep-konsep yang digabung tidak sederajat. komposisi yang menghasilkan istilah, komposisi pembentuk idiom, dan komposisi yang menghasilkan nama.


(4)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan kasih-Nya yang dilimpahkan, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul “Morfologi Bahasa Pakpak Dialek Simsim”.

Untuk mempermudah rancangan isi yang dibahas, penulis memaparkan rincian sistematika skripsi sebagai berikut :

Bab I, merupakan pendahuluan yang mencakup latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, dan manfaat penelitian.

Bab II, merupakan tinjauan pustaka, kajian pustaka yang mencakup kepustakaan yang relevan dan teori yang digunakan.

Bab III, merupakan metodologi penelitian yang mencakup metode dasar, lokasi penelitian, sumber data, instrumen, metode pengumpulan data dan metode analisi data. Bab IV, merupakan pembahasan tentang permasalahan yang ada pada rumusan masalah. Bab V, merupakan kesimpulan dan saran.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, karena keterbatasan pengetahuan yang dimiliki. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan skripsi ini.

Medan, Maret 2015


(5)

RANA PENDUDURI

Perjolo-jolo kita poji dekket ta dokken mo lias ate mendahi Tuhanta si permende basa i, kumerna nggo i berreken berkat dekket kellengna mendahi kita gennep, isa penurat pe nggo boi mengsidungken skripsi i mo si merjudul

Morfologi Bahasa Pakpak Dialek Simsim”.

Nalako kipemurah rancangen isi nalako i bahas, penurat menjabarken susunen na enggo terencanaken mende, imo bage si niterruh en :

Bab I, i mo pendahuluan si enggo termasuk ibagasna, imo latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, dan manfaat penelitian.

Bab II, i mo tinjauan pustaka, kajian pustaka janah enggo termasuk ma misi kepustakaan yang relevan dekket teorina.

Bab III, imo metodologi penelitian si mencakup metode dasar, lokasi penelitian, sumber data, instrumen, metode pengumpulan data dekket metode analisis data. Bab IV, i mo pembahasan tentang permasalahen na lot i rumusan masalah. Bab V, i mo kesimpulan dekket saran.

Penurat mengakui mula skripsi en oda sadike den kini bagakna, kumerna penurat oda ngo sadike pemettohna. Kumerna idi, penurat mengido pendapet dekket masuken na sifatna pemendeken asa lebbih bagak skripsi enda.


(6)

rn pnE\DDri

prE\ jolojolo kit poji dkE\ktE\ t dko\knE\ mo lias\ atE mnE\d(ahi) (Th)n\t si prE\mnE\dE bs I, KmrE\n (<\go) I brE\rEknE\ brE\kt\ dkE\ktE\ klE\lE^n mnE\d(ahi) kit

gnE\npE\, Is pENrt\ pE (<\go) boI mE^siD^knE\ s\k\rpi\si

I mo si mrE\JdL\ “mro\pologi b(Ah)s pk\pa\ diAlEk\

smi\smi\.

nlko kipEM(rh) rn\c<nE\ Isi nlko I bks\, pENrt\ mnE\jbr\knE\ SsnnE\ n a^Ego trE\rnE\(c)nknE\ mnE\dE, Imo bgE sini

trE\Rh anE\ :

bb\ I, Imo pnE\dKLan\ si aE^go trE\msK\ Ibgs\n, Imo ltr\ bElk^ mslh, RMsn\ mslh, Tjan\ pEnElitian\, dn\ mn\pat\ pEnElitian\.

bb\ II, Imo tni\jUan\ pS\tk, kjian\ pS\tk jnh aE^go trE\msK\ m mo Isi kEpS\tkan\ y^ rElEpn\ dkE\ktE\ tEaorin.

bb\ III, Imo mEtodologi pEnElitian\ si mnE\ckP\ mEtodE dsr\, loksi pEnElitian\, sM\brE\ dt, In\s\tR\mnE\, mEtodE

pE<M\Pln\ dt dkE\ktE\ mEtodE anlissi\ dt.

bb\ IV, Imo pmE\bhsnE\ tnE\t^ prE\mslknE\ n lto\ I RMsnE\ mslh.

bb\ V, Imo kEsmi\PlnE\ dkE\ktE\ srn\.

pENrt\ mE<KI Ml sk\rpi\si aEn\ aod sdikE dnE\ kini bgk\n, KmrE\n pENrt\ aod <o sdikE pEmtE\tko\n. KmrE\n Idi,

pENrt\ mE<ido pnE\dptE\ dkE\ktE\ mSknE\ n sipt\n pEmnE\dEknE\ as lbE\bih bgk\ s\k\rpi\si anE\d.

mEdn\, mrtE\ 2015

mElis pd^ 110703016


(7)

UCAPAN TERIMA KASIH

Penulis tiada hentinya mengucapkan puji dan syukur serta berterima kasih kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas berkat dan karunia-Nya sehingga dapat menyelesikan skripsi ini. Selanjutnya penulis juga tidak lupa mengucapkan terima kasih kepada orang-orang yang sudah membantu penulis dalam memberikan arahan, motivasi, bimbingan dan semangat dalam menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada:

1. Bapak Dr. Syahron Lubis, M.A., selaku Dekan Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara, wakil dekan I, II, III, dan seluruh pegawai di jajaran Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara

2. Bapak Drs. Warisman Sinaga, M.Hum., selaku Ketua Departemen Sastra Daerah yang sudah memberikan arahan kepada penulis.

3. Ibu Dra. Herlina Ginting, M.Hum., selaku Sekretaris Departemen Sastra Daerah sekaligus sebagai pembimbing I penulis , yang sudah memberikan masukan, arahan serta memotivasi penulis.

4. Ibu Asriaty R Purba, M. Hum, selaku pembinmbing II penulis, yang sudah memberikan arahan serta masukan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

5. Dosen-dosen penulis yang dengan kasih sayang memberikan ilmu dengan ikhlas memberikan pelajaran yang baik selama perkuliahan buat penulis yang tidak dapat disebut satu persatu.

6. Terkhusus kepada Alm. ayahanda R. Padang dan Ibunda J Br Berutu yang sangat penulis hormati dan sayangi yang telah bersusah payah untuk


(8)

membimbing penulis sejak kecil hingga dewasa, dan berkorban baik moril maupun material sehingga skripsi ini terselesaikan.

7. Buat kakakku Turi Erika Br Padang, Masnah br Padang dan Floren Br Padang serta abangku Jontri Padang yang selalu memberikan motivasi serta dukungan selama penulis kuliah dan sampai dapat menyelesaikan skripsi ini.

8. Buat adikku yang kucintai dan kubanggakan Husain Padang, dapat membantu penulis secara material untuk menyelesaikan skripsi ini.

9. Sahabat-sahabat penulis stambuk’11 saya ucapkan terima kasih atas saran dan dukungannya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

10.Kepada alumni stambuk’08, abangda Imannuel Simanjuntak, S.S., penulis ucapkan terima kasih atas motivasi dan dukungan yang diberikan kepada penulis dimasa kuliah.

11.Teman-teman penulis semuanya yang telah mendukung penulis, yang tidak dapat ditulis satu persatu terima kasih atas kritik dan saran yang membangun sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

Semua pihak yang tidak sempat penulis sebutkan pada kesempatan ini yang telah membantu penulisan skripsi ini, kiranya Tuhan Yang Maha Kuasa senantiasa membalas segala kebaikan yang telah diberikan kepada penulis. Penulis menyadari akan keterbatasan penulis, maka hasil penelitian ini masih terdapat kekurangan dan kelemahan, untuk itu koreksi dan masukan dari berbagai pihak diharapkan penulis guna penyempurnaannya. Semoga skripsi ini berguna bagi pihak-pihak yang memerlukannya.


(9)

Medan, Agustus 2015 Penulis,

Melisa Padang, 110703016


(10)

DAFTAR ISI

ABSTRAK... ... i

KATA PENGANTAR ... ii

UCAPAN TERIMA KASIH ... v

DAFTAR ISI ... ..viii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 4

1.3 Tujuan Penelitian... 4

1.4 Manfaat Penelitian ... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 6

2.1 Kepustakaan yang Relevan ... 6

2.2 Teori yang Digunakan... 8

2.2.1 Proses pebubuhan afiks ... 9

2.2.2 Proses perulangan ... 13

2.2.3 Proses Pemajemukan ... 15

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 18

3.1 Metode Dasar ... 18

3.2 Lokasi Penelitian ... 19

3.3 Sumber Data Penelitian ... 19

3.4 Instrumen Penelitian ... 19

3.5 Metode Pengumpulan Data ... 20

3.6 Metode Analisis Data ... 21

BAB IV ANALISIS MORFOLOGI BAHASA PAKPAK DIALEK SIMSIM ... 22

4.1 Afiksasi ... 22

4.1.1 Prefiks ... 22


(11)

4.1.1.2 Prefiks mer-... 26

4.1.1.3 Prefiks peN- ... 30

4.1.1.4 Prefiks per- ... 34

4.1.1.5 Prefiks ter- ... 38

4.1.1.6 Prefiks se-... 41

4.1.1.7 Prefiks i- ... 44

4.1.1.8 Prefiks ki- ... 46

4.1.1.9 Prefiks Nasal ... 48

4.1.2 Infiks ... 49

4.1.2.1 infiks -in- ... 49

4.1.2.2 infiks –um- ... 51

4.1.3 sufiks ... 54

4.1.3.1 sufiks -en ... 54

4.1.3.2 sufiks -i ... 56

4.1.3.3 sufiks -ken ... 59

4.1.3.4 sufiks -su ... 62

4.1.4 konfiks/ simulfiks ... 64

4.1.4.1 konfiks mersi –en ... 64

4.1.4.2 simulfiks meN –ken ... 66

4.1.4.3 Simulfiks ke –en ... 69

4.1.4.4 Simulfiks si –na ... 72

4.1.4.5 Simulfiks peN –en ... 73

4.2 Reduplikasi (perulangan) ... 85


(12)

4.2.1.2 Perulangan Sebagian ... 87

4.2.1.3 Perulangan yang berkombinasi dengan pembubuhan afiks ... 88

4.2.2 Fungsi Reduplikasi ... 90

4.2.3 Nosi Reduplikasi ... 91

4.3 Komposisi (Kata Majemuk) ... 94

4.3.1 Bentuk Komposisi ... 95

4.3.2 Sifat Komposisi ... 99

4.3.3 Perulangan Kata Majemuk (Komposisi)... 101

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 102

5.1 Kesimpulan ... 102

5.2 Saran ... 104


(13)

ABSTRAK

Judul skripsi “Morfologi bahasa pakpak dialek simsim” di Desa Traju, Kecamatan si Empat Rube, Kabupaten Pakpak Bharat.

Desa Traju Kecamataan Siempat Rube Kabupaten Pakpak Bharat merupakan salah satu Desa yang masyarakat penuturnya masih standar mengunakan bahasa Pakpak dialek Simsim. Adapun masalah yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah : 1) untuk memberikan gambaran tentang bentuk Morfologi bahasa Pakpak pada dialek Simsim yang mencakup afiksasi, reduplikasi, dan komposisi; 2) sebagai bahan perbandingan untuk penelitian selanjutnya tentang morfologi bahasa Pakpak; 3) sebagai sumber informasi tentang kajian morfologi bagi mahasiswa khususnya Departemen Sastra Daerah Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara; 4) Menambah khasanah pengkajian terhadap bahasa yang ada di Indonesia. untuk menganalisis morfologi Bahasa Pakpak dialek Simsim ini, maka Teori yang digunakan mengacu pada teori pendekataan struktural oleh Ramlan yang didukung Chaer. Metode yang dilakukan dalam penelitian adalah dengan dua tahap, yaitu metode deskriptif kualitatif dan metode pengumpulan data. Hasil analisis yang diperoleh dalam penelitian ini adalah : (1) afiksasi yang mencakup prefiks (me-, mer-, per-, ter-, se-, i-, ki- ), infiks (-in-, –um-), sufiks (en, i, -ken, -su), konfiks (mersi –en) dan simulfiks (men –ken, ke –en, si –na, dan pen –en). (2) reduplikasi yaitu perulangan seluruh, perulangan sebagian dan perulangan dengan pembubuhan afiks. (3) Komposisi yang mencakup komposisi yang menampung konsep-konsep yang digabungkan sederajat, komposisi yang menampung konsep-konsep yang digabung tidak sederajat. komposisi yang menghasilkan istilah, komposisi pembentuk idiom, dan komposisi yang menghasilkan nama.


(14)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang Masalah

Negara Indonesia memiliki wilayah yang sangat luas. Penduduknya terdiri dari berbagai suku bangsa. Setiap suku bangsa memiliki latarbelakang budaya yang berbeda, sehingga menjadi penanda perbedaan antarsuku bangsa itu. Salah satu suku bangsa yang ada di Indonesia adalah suku Batak .

Suku Batak terdiri dari beberapa etnik yaitu Toba, Karo, simalungun, Angkola/Mandailing dan etnik Pakpak.

Suku Pakpak umumnya mendiami wilayah Kabupaten Dairi dan Kabupaten Pakpak Baharat di Provinsi Sumatera Utara. Selain itu, suku Pakpak juga menyebar sampai ke daerah Kabupaten Humbang Hasundutan, bahkan sampai ke Provinsi Daerah Istimewa Aceh.

Akibat dari penyebarannya, masyarakat Pakpak mengenal istilah kata Suak yang berarti alat penanda masyarakat yang berasal dari Pakpak. Istilah suak dalam bahasa Pakpak dapat juga diartikan sebagai dialek. Menurut Solin dalam (Basaria

2002) Tesis dengan judul “Analisis Morfologi Verba Bahasa Pakpak Dairi”, bahasa

Pakpak terdiri atas 5 ( lima) dialek yaitu : (1) dialek Pegagan di kecamatan sumbul Kabupaten dairi (2) dialek keppas di kecamatan sidikalang Kabupaten Dairi (3) dialek Sim-sim di kabupaten Pakpak Bharat (4) dialek Kelasen di Kecamatan Parlilitan Kabupaten Humbang hasundutan (5) dialek Boang di Provinsi Aceh Kabupaten Aceh singkil. Adanya kelima dialek tersebut, menggambarkan luasnya wilayah pemakaian bahasa ini. Akan tetapi, diantara kelima dialek Pakpak di atas,


(15)

berdasarkan ketiadaan pengaruh bahasa lain (bahasa Karo dan Toba) dialek yang paling standar dan paling asli dalam bahasa Pakpak adalah dialek Simsim.

Berdasarkan pengamatan penulis, kelima dialek dalam bahasa Pakpak sudah dipengaruhi oleh bahasa-bahasa lain yang tinggal berdekatan dengan suku Pakpak tersebut, sehingga menimbulkan adanya perbedaan dalam bahasa Pakpak itu sendiri. hal tersebut dapat dilihat dari banyaknya kosa kata yang baru dalam bahasa Pakpak di masing-masing dialek. Oleh karena itu, jika penelitian bahasa Pakpak dilakukan, maka harus dipilih di daerah mana penggunaan bahasa Pakpak itu yang minim dipengaruhi oleh bahasa lain. Dari hasil survei, penelitian kali ini dilakukan di dialek Simsim Kabupaten Pakpak Bharat.

Dialek Sim-sim dipakai di daerah Kabupaten Pakpak Bharat yang meliputi delapan kecamatan, yaitu Kecamatan Siempat Rube, Kecamatan Salak, Kecamataan Kerajaan, Kecamatan Tinada, Kecamatan Si Tellu Tali Urang Jehe, Kecamatan Si Tellu Tali Urang Julu, Kecamatan Pergetteng-getteng Sengkut dan Kecamatan Pagindar.

Dalam kedudukannya sebagai bahasa daerah, bahasa Pakpak mempunyai peranan penting, yaitu digunakan sebagai bahasa pengantar antar sesama anggota masyarakat. Selain itu, sesuai kebijaksanaan Pemerintah, bahasa daerah juga digunakan sebagai bahasa pengantar di sekolah dasar, yaitu dari kelas satu sampai dengan kelas tiga.

Selanjutnya, bahasa Pakpak juga berfungsi sebagai lambang identitas daerah dan lambang kebanggan daerah yang berfungsi sebagai pendukung perkembangan bahasa dan kebudayaan Nasional.


(16)

Perkembangan bahasa dapat diketahui melalui hasil penelitian bahasa. Objek kajian linguistik dibedakan adanya linguistik mikro dan linguistik makro, linguistik mikro mengarahkan kajian pada struktural internal atau struktur bahasa tertentu atau subsistem bahasa tertentu, maka dalam linguistik mikro terdapat pembidangan fonologi, morfologi, sintaksis, semantik dal leksikologi. Kemudian, dalam kajian makrolinguistiknya, yaitu sosiolinguistik, psikolinguistik, antropolinguistik, pragmatik, dan neurolinguistik. Namun penulis meneliti pada salah satu kajian internalnya, yaitu dalam bidang morfologi. Penelitian tentang bahasa Pakpak belum begitu banyak dilakukan. Namun ada dua judul hasil penelitian yang ditemukan dan berkaitan dengan judul proposal ini, yaitu :

“Morfologi dan Sintaksis Bahasa Pakpak Dairi” yang ditulis oleh (Sembiring dkk

1993), dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa Morfologi dan sintaksis bahasa Pakpak Dairi banyak dijumpai persamaannya dengan morfologi dan sintaksis bahasa Indonesia. Selain itu, bahasa Pakpak Dairi dapat dideskripsikan atas morfem terikat dan morfem bebas serta proses morfologi yang berupa afiksasi dan

reduplikasi.

Selanjutnya Basaria (2002) dalam tesisnya yang berjudul “Analisis Morfologi Verba

Bahasa Pakpak Dairi” Memaparkan tentang ciri-ciri verba bahasa Pakpak Dairi.

Ciri-ciri tersebut dapat diamati melalui (a) perilaku semantis, (b) perilaku sintaksis dan (c) perilaku morfologisnya. Dari perilaku morfologisnya, verba dapat diidentifikasi melalui afiks tertentu, afiks tersebut adalah: /mer-, me, pe, ki, um, -i, i-, -ken, ke-en, mersi-en, mer-en. Proses morfologi verba adalah proses pembentukan verba akibat pembubuhan afiks pada kata dasar yang terdiri dari: (a) proses afiksasi, (b) proses reduplikasi dan (c) proses pemajemukan.


(17)

Berdasarkan tinjauan pustaka tentang penelitian bahasa Pakpak Dairi diatas

khususnya dalam bidang morfologi, dapat disimpulkan bahwa penelitian yang telah dilakukan tersebut belum membahas proses morfologi secara utuh, yaitu afiksasi, reduplikasi dan komposisi. hal inilah yang mendorong penulis untuk meneliti

morfologi dalam tiga proses ini, sehingga proposal skripsi ini diberi judul “Morfologi bahasa Pakpak dialek Simsim”.

1.2Rumusan Masalah

Perumusan masalah sangat penting dalam pembuatan skripsi, karena dengan adanya perumusan masalah, maka pembahasan menjadi lebih terarah dan terperinci. Adapun rumusan masalah dalam penelitian masalah ini sebagai berikut :

1. Bagaimanakah proses pembubuhan afiks (afiksasi) dalam bahasa Pakpak dialek Simsim ?

2. Bagaimanakah proses perulangan (reduplikasi) dalam bahasa Pakpak dialek Simsim ?

3. Bagaimanakah proses pemajemukan (komposisi) dalam bahasa Pakpak dialek Simsim ?

1.3Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah yang telah dijelaskan di atas, maka tujuan penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui proses pembubuhan afiks (afiksasi) dalam bahasa Pakpak dialek Simsim.


(18)

2. Untuk mengetahui proses perulangan (reduplikasi) dalam bahasa Pakpak dialek Simsim.

3. Untuk mengetahui proses pemajemukan (komposisi) dalam bahasa Pakpak dialek Simsim.

1.4Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian ini adalah : 1. Manfaat Teoritis

Manfaat Teoritis dari penelitian ini adalah :

a. Menjadi salah satu bahan acuan tentang Morfologi bahasa Pakpak

b. Untuk dijadikan sebagai pembanding dengan buku Morfologi Bahasa di Indonesia, terutama pada Etnik bahasa Batak yang lain yaitu : Karo, Toba,Simalungun dan Angkola/Mandailing

c. Menambah khasanah pengkajian terhadap bahasa yang ada di Indonesia terutama bahasa Pakpak serta memberikan informasi dalam pengembangan keilmuan terhadap Mahasiswa yang ingin mengkaji lebih lanjut tentang Morfologi bahasa Pakpak.

2. Manfaat Praktis

a. Untuk memperkenalkan lebih luas tentang bentuk Morfologi bahasa Pakpak pada dialek Simsim.

b. Melestarikan, menghindari kepunahan dan sekaligus sebagai usaha pembinaan dan pengembangan bahasa Daerah sebagai salah satu unsur bahasa Nusantara yaitu bahasa Pakpak


(19)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kepustakaan yang Relevan

Dalam penyusunan sebuah karya ilmiah, sangat diperlukan tinjauan pustaka. Tinjauan pustaka merupakan paparan atau konsep-konsep yang mendukung pemecahan masalah dalam suatu penelitian, paparan atau konsep-konsep tersebut bersumber dari pendapat para ahli, empirisme (pengalaman penelitian), dokumentasi, dan nalar penelitian yang berhubungan dengan masalah yang diteliti.

Penulisan proposal skripsi ini tidak terlepas dari buku-buku pendukung yang relevan dan dapat dipertanggungjawabkan. Oleh karena itu, data-data yang ditampilkan harus berdasarkan data-data yang akurat dan berhubungan dengan objek yang diteliti. Penulis menggunakan beberapa buku sebagai acuan kepustakaan yang relevan yang berkaitan dengan penelitian yang akan dilakukan. Adapun bahan rujukan yang penulis gunakan adalah :

Menurut Chaer (2008:3) secara etimologi kata morfologi berasal dari kata

morf yang berarti’ bentuk’ dan kata logi yang berarti ‘ilmu’. Jadi secara harafiah kata morfologi berati ‘ilmu mengenai bentuk’. Jadi morfologi ialah ilmu mengenai

bentuk-bentuk dan pembentukan kata, sedangkan proses Morfologi adalah proses pembentukan kata dari sebuah bentuk dasar melalaui pembubuhan afiks (dalam proses afiksasi), pengulangan (dalam proses reduplikasi), penggabungan (dalam proses komposisi), pemendekan (dalam proses akrominasi), dan pengubahan status (dalam proses konversi).


(20)

Keraf (1980:50) morfologi adalah bagian dari tata bahasa yang membicarakan bentuk kata. konsep kata atau tegasnya kata berdasarkan bentuknya dapat dibagi atas kata dasar, kata berimbuhan (afiks), kata ulang, dan kata majemuk.

Parera (1990:18) proses Morfemis merupakan proses pembentukan kata bermorfem jamak baik derivatif maupun inflektif. Proses ini disebut morfemis karena proses ini bermakna dan berfungsi sebagai pelengkap makna leksikal yang dimiliki oleh sebuah bentuk dasar. Selain sebutan morfemis, disebut juga proses Morfologi.

Ramlan (1978:21) Morfologi ialah bagian dari ilmu bahasa yang membicarakan atau yang mempelajari seluk-beluk bentuk kata serta pengaruh perubahan-perubahan bentuk kata terhadap golongan dan arti kata. Sedangkan proses Morfologi ialah proses pembentukan kata-kata dari satuan lain yang merupakan bentuk dasarnya. Bentuk dasarnya mungkin berupa kata. dalam bahasa indonesia terdapat tiga proses Morfologik yaitu proses pembubuhan afiks, proses perulangan, dan proses pemajemukan.

Selanjutnya Samsuri (1994:190) proses morfologis ialah cara pembentukan kata-kata dengan menghubungkan morfem yang satu dengan morfem yang lain. Buku ini menguraikan tentang proses morfologi yang dapat dilakukan melalui proses afiksasi, proses reduplikasi, proses perubahan intern, suplisi, dan modifikasi kosong. Dari uraian di atas, dapat dikatakan bahwa morfologi adalah suatu cabang ilmu bahasa yang membicarakan tentang morfem bebas atau morfem terikat yang dapat disusun membentuk kata. Sedangkan Proses Morfologi adalah cara pembentukan kata-kata dengan menghubungkan morfem yang satu dengan morfem yang lain. Pembentukan kata tersebut dapat dilakukan yaitu melalui pembubuhan afiks (afiksasi), proses perulangan (reduplikasi) dan proses pemajemukan (kompositum).


(21)

2.2Teori yang Digunakan

Teori merupakan suatu prinsip dasar yang terwujud dalam bentuk dan berlaku secara umum yang akan mempermudah penulis dalam memecahkan suatu masalah yang dihadapi. Teori digunakan untuk membimbing dan memberi arah sehingga dapat menjadi penuntun kerja bagi penulis.

Dalam landasan teori penelitian ini, penulis menggunakan teori pendekatan Struktural oleh Ramlan. Penulis menggunakan teori ini karena penulis berpendapat bahwa untuk menganalisis Morfologi dalam bahasa Pakpak Dialek Sim-sim, teori ini lebih sesuai.

Selain menggunakan teori Ramlan, penulis juga menggunakan teori Abdul Chaer yang mendukung dan menunjang untuk memahami konsep-konsep pokok serta memecahkan masalah. Dengan demikian kerangka teori yang dipakai dalam penelitian ini bersifat gabungan ,tetapi tidak bertentangan, bahkan saling melengkapi. Menurut Ramlan (1978:51-52) proses Morfologi ialah proses pembentukan kata-kata dari satuan lain yang merupakan bentuk dasarnya. Bentuk dasarnya mungkin berupa kata. Seperti pada kata terjauh yang dibentuk dari kata jauh, kata menggergaji yang yang dibentuk dari kata gergaji, rumah-rumah yang dibentuk dari kata rumah; mungkin berupa pokok kata, misalnya bertemu yang dibentuk dari pokok kata temu, kata bersandar yang dibentuk dari pokok kata sandar ; mungkin berupa frase, misalnya kata ketidakadilan yang dibentuk dari frase tidak adil; mukngkin berupa kata dan kata, misalnya kata rumah sakit yang dibentuk dari kata rumah dan sakit; mungkin berupa kata dan pokok kata, misalnya kata pasukan tempur yang dibentuk dari kata pasukan dan pokok kata tempur; mungkin juga


(22)

berupa pokok kata dan pokok kata, misalnya kata lomba lari yang dibentuk dari pokok kata lomba dan pokok kata lari.

Proses pembentukan kata dengan pembubuhan afiks itu disebut afiksasi dan kata yang dibentuk dengan proses ini disebut kata berafiks. Proses pembentukan kata dengan pengulangan bentuk dasarnya itu disebut proses perulangan atau reduplikasi, dan kata yang dibentuk dengan proses ini disebut kata ulang, gabungan dua kata yang menimbulkan suatu kata baru yang, seperti kata meja makan dan kepala batu, yang dibentuk dari kata meja dan makan, kepala dan batu. Proses pembentukan dengan semacam itu disebut proses pemajemukan, dan kata yang dibentuk dengan proses seperti ini disebut kata majemuk.

Dari uraian Ramlan, telah dijelaskan bahwa dalam bahasa indonesia terdapat tiga proses Morfologik, ialah proses pembubuhan afiks, proses perulangan, dan proses pemajemukan.

Abdul Chaer ( 2008:25 ) proses Morfologi adalah proses pembentukan kata dari sebuah bentuk dasar melalaui pembubuhan afiks (dalam proses afiksasi), pengulangan (dalam proses reduplikasi), penggabunagan (dalam proses komposisi), pemendekan (dalam proses akrominasi), dan pengubahan status (dalam proses konversi).

2.2.1 Proses Pembubuhan Afiks

Proses pembubuhan afiks ialah pembubuhan afiks pada satuan-satuan, baik satuan itu berupa bentuk tunggal, maupun bentuk kompleks, untuk membentuk kata (Ramlan 1978:54-55) sedangkan afiks ialah suatu satuan gramatik terikat yang di dalam suatu kata merupakan unsur yang bukan kata dan bukan pokok kata, yang


(23)

memiliki kesanggupan melekat pada satuan-satuan lain untuk membentuk kata atau pokok kata baru.

Setiap afiks tentu berupa satuan terikat, artinya dalam tuturan biasa tidak dapat berdiri sendiri dan secara gramatik selalu melekat pada satuan lain, namun morfem di- seperti dalam di rumah, di pekarangan, di ruang, tidak dapat digolongkan afiks sebab secara gramatik morfem itu sebanarnya mempunyai sifat bebas, tidak seperti halnya morfem di- dalam dipukul, dibaca, dikelola, diadakan. Afiks yang terletak di jalur paling depan disebut prefiks karena selalu melekat di depan bentuk dasar, contoh: morfem ber- dalam berlari, bertopi,bernyanyi. Morfem ter- dalam terjatuh, terluka, terbakar. yang terletak di lajur tengah disebut infiks karena selalu melekat di tengah bentuk dasar, contoh: morfem –el-,-er-, dan –em- yang hanya terdapat dalam geletar, gerigi,gemetar,temali, seruling. yang terletak di lajur belakang disebut sufiks karena selalu melekat di belakang bentuk da sar, contoh: morfem –kan dalam samakan, gulungkan, ikatkan. dan sebagiannya terletak di muka bentuk dasar, sebagiannya terletak di belakangnya yang disebut simulfiks atau afiks terpisah, contoh: /pen- + -an/ pada pemakaian, pemisahan dan afiks /ber- + -an/ pada berpakaian,berberserakan.

Berdasarkan uraian dari teori tersebut, afiks-afiks pembentuk kata dalam bahasa Pakpak dialek Simsim melalui prefiks, infiks, sufiks dan afiks terpisah (konfiks) adalah:

1. Prefiks

Prefiks yang terdapat dalam bahasa Pakpak dialek Simsim yaitu Prefiks pe-


(24)

Pe- + kundul ‘duduk’ pekundul ‘dudukkan’ Pe- + jolmit ‘dekat’ pejolmit ‘dekatkan’ Prefiks per-

contoh:

per- + dalan ‘jalan’ perdalan ‘cara berjalan’ per- + juma ‘ladang’ perjuma ‘pekerja kebun’ Prefiks mer-

contoh :

mer- + dalan ‘jalan’ merdalan ‘berjalan’ mer- + ukur ‘hati’ merukur ‘baik’ Prefiks se-

contoh :

se- + sambung ‘ember’ sesambung ‘satu ember’

se- + selup ‘liter’ seselup ‘satu liter’

2. Infiks

Infiks yang terdapat dalam bahasa Pakpak dialek Simsim yaitu Infiks –in-

Contoh :

-in- + tukak ‘tusuk’ tinukak ‘ ditusuk’ -in- + taka ‘belah’ tinaka ‘dibelah’ Infiks –um-

Contoh :

-um- + tabah ‘tebang’ tumabah ‘menebang -um- + tatak ‘tari’ tumatak ‘menari’


(25)

3. Sufiks

Sufiks yang terdapat dalam bahasa Pakpak dialek Simsim yaitu Sufiks -en

Contoh :

-en +‘sukut ‘cerita’ sukuten ‘cerita/perkataan’ -en +‘laus ‘pergi’ lausen ‘akan dilewati’ Sufiks –i

Contoh :

-i + palu ‘pukul’ palui ‘pukuli’ -i + sira ‘garam’ sirai ‘garami’ Sufiks –ken

Contoh :

-ken + berre ‘beri’ berreken ‘berikan’ -ken + gampar ‘letak’ gamparken ‘letakkan’ 4. Konfiks / simulfiks

simulfiks yang terdapat dalam bahasa Pakpak Suak Simsim yaitu Konfiks ke -en

Contoh :

ke -en + bincar ‘terang’ kebincaren ‘cahaya terang’ ke -en + mende ‘bagus’ kemenden ‘kebaikan’


(26)

2.2.2 Proses Perulangan

Ramlan (1980:63) proses pengulangan atau reduplikasi ialah pengulangan satuan gramatik, baik seluruhnya maupun sebagiannya, Baik dengan variasi fonem maupun tidak. Hasil pengulangan ini disitu disebut kata ulang, sedangkan satuan yang diulang disebut bentuk dasar. Misalnya kata ulang rumah-rumah dari bentuk dasar rumah, kata ulang perumahan-perumahan dari bentuk dasar perumahan, kataulang bolak-balik daribentuk dasar balik.

Setiap kata ulang sudah tentu memiliki bentuk dasar. Kata dalam bahasa Indonesia, misalnya: sia-sia, alun-alun,mondar-mandir, dalam tinjauan deskriptif tidak dapat digolongkan kata ulang karena tidak ada satuan yang diulang. Dari deretan morfologi dapat ditentukan bahwa sesungguhnya tidak ada satuan yang lebih kecil dari kata-kata tersebut. Berbeda dengan temu, sekalipun satuan ini tidak bertemu dalam bentuk temu saja, namun dari deretan morfologi dapat dipastikan bahwa satuan itu ada. Deretan morfologiknya adalah : pertemuan, penemuan, bertemu, ketemu, ditemukan, menemukan, mempertemukan, dipertemukan.

Setiap kata ulang memiliki satuan yang diulang, satuan yang diulang itu disebut bentuk dasar. Sebagian kata ulang dapat lebih mudah ditentukan bentuk dasarnya, misalnya : rumah-rumah bentuk dasarnya rumah, sakit-sakit bentuk dasarnya sakit, dua-dua bentuk dasarnya dua.

Berdasarkan cara mengulang bentuk dasarnya, pengulangan dapat digolongkan menjadi empat golongan yaitu (1) pengulangan seluruh ialah pengulangan seluruh bentuk dasar, tanpa perubahan fonem dan tidak berkombinasi dengan proses pembubuhan afiks. Misalnya : sepeda menjadi sepeda-sepeda, buku menjadi buku-buku, (2) pengulangan sebagian ialah pengulangan sebagian dari


(27)

bentuk dasarnya. Bentuk dasarnya tidak diulang seluruhnya. Misalnya: mengambil menjadi mengambil-ambil, membaca menjadi membaca-baca, (3) perulangan yang berkombinasi dengan pembubuhan afiks merupakan perulangan yang terjadi bersama-sama dengan proses pembubuhan afiks dan bersama-sama pula mendukung suatu fungsi, misalnya : kereta-keretaan yang bentuk dasarnya adalah kereta dan bukan keretaan, dan (4) pengulangan dengan perubahan fonem merupakan kata ulang yang diulang seluruhnya dengan perubahan fonem. Misalnya : gerak menjadi gerak-gerik, serba menjadi serba-serbi.

Dengan demikian, reduplikasi dalam bahasa Pakpak dialek Simsim secara nyata masih hidup dan tetap dipakai pada masyarakat penutur adalah sebagai berikut: 1. pengulangan seluruh ialah pengulangan seluruh bentuk dasar, tanpa perubahan

fonem. contoh :

bapa ‘ayah’ → bapa-bapa ‘bapak-bapak’

kedek ‘kecil’ → kedek-kedek ‘kecil-kecil’

2.Perulangan sebagiaan ialah perulangan sebagian dari bentuk dasarnya. Di sini bentuk dasar tidak diulang seluruhnya.

Bentuk perulangan sebagian Contoh :

bagak ‘cantik’ → babagak ‘cantik-cantik’

dogok ‘duduk’ → dokdogok ‘duduk-duduk’

gomok ‘gemuk’ → gogomok ‘gemuk-gemuk’


(28)

3. Perulangan yang berkombinasi denganpembubuhan afiks merupakan perulangan yang terjadi bersama-sama dengan proses pembubuhan afiks.

a. Reduplikasi dengan prefiks :

Reduplikasi prefiks ini mendapat prefiks pada kata dasarnya. Contoh :

menangkih ‘memanjat’ → menangkih-nangkih ‘memenjat-manjat’

menurat ‘menulis’ → menurat-nurat ‘menulis-nulis’

b. Reduplikasi dengan infiks :

Reduplikasi ini terjadi dengan mendapat infiks, baik pada kata yang pertama maupun pada kata yang kedua.

Contoh :

dumurban ‘serentak’ → dumurban-durban ‘serentak-serentak’

tumutung ‘membakar’ → tumutung-tutung ‘membakar-bakar’

c.Reduplikasi dengan sufiks :

Reduplikasi ini mendapat sufiks pada kata dasar. Contoh :

paluken ‘pukulkan’→palu-paluken ‘pukul-pukulkan’

endeken ‘nyanyikan’→ ende-endeken ‘nyayi-nyanyikan’ d.Reduplikasi dengan konfiks :

Reduplikasi yang terjadi dengan mendapat konfiks pada kata dasar. Contoh :

mersitukulen ‘saling memukul’ → mersitukulen ‘saling memukul’

mersipaguten ‘saling memukul’ → mersipaguten ‘saling mematok’


(29)

2.2.3 Proses Pemajemukan

Ramlan (1980:76) Gabungan dua kata yang menimbulkan suatu kata baru. Misalnya: rumah sakit, meja makan, kepala batu, keras hati. Kata yang terdiri dari gabungan dua kata sebagai unsurnya merupakan kata majemuk. Disamping itu ada juga kata majemuk yang terdiri dari satu kata dan satu pokok kata sebagai unsurnya. Misalnya: daya tahan, kamar kerja, ruang baca, kolam renang, lempar lembing.

Kata-kata majemuk yang terdiri dari unsur berupa kata dan pokok kata. Unsur yang berupa pokok kata, misalnya : kolam renang,pasukan tempur, medan tempur, lomba lari, kamar kerja, jam kerja, masa kerja. Sedangkan unsur yang berupa kata ialah : kolam, pasukan, medan, lomba, kamar, jam, masa. Sedangkan kata majemuk yang terdiri dari pokok kata semua misalnya: terima kasih, lomba lari, loba tembak, lomba masak, lomba nyanyi, jual beli, tanggung jawab, tanya jawab, simpan pinjam dan sebagainya.

Chaer (2008:209) komposisi adalah proses penggabungan dasar dengan dasar ( biasanya berupa akar maupun bentuk berimbuhan ) untuk mewadahi suatu konsep yang belum tertampung dalam sebuah kata.

komposisi dapat dibedakan lima macam yaitu sebagai berikut :

1. Komposisi yang menampung konsep-konsep yang digabungkan sederajat, sehingga bentuk komposisinya yang koordinatif. Contoh : baca tulis, makan minum, kaya miskin, ayam itik, Contoh dalam bahasa Pakpak yaitu : juma sabah

‘sawah ladang’.

2. Komposisi yang menampung konsep-konsep yang digabung tidak sederajat, sehingga melahirkan komposisi yang subordinatif. Contoh : sate ayam, sate


(30)

lontong, sate madura, Contoh dalam bahasa Pakpak yaitu : mangan gadong

‘makan ubi’

3. Komposisi yang menghasilkan istilah, yakni yang maknanya sudah pasti, sudah tentu, sekalipun bebas dari konteks kalimatnya sebagai istilah yang digunakan dalam bidang ilmu atau kegiatan tertentu. Contohnya : tolak peluru, angkat besi, terjun payung. Contoh dalam bahasa Pakpak yaitu : limper mbaling ‘logam bengkok’

4. Komposisi pembentuk idiom, yakni penggabungan dasar dengan dasar yang menghasilkan makna idiomatik, yaitu makna yang tidak dapat diprediksi secara leksikal maupun gramatikal. Contoh : memeras keringat’bekerja keras’, membanting tulang’kerja keras’, menjual gigi’tertawa’ Contoh dalam bahasa Pakpak yaitu : merdea kessah ‘jual nyawa’

5. Komposisi yang menghasilkan nama, yakni yang mengacu pada sebuah wujut dalam dunia nyata. Contohnya : stasiun gambir, selat sunda, Contoh dalam bahasa Pakpak yaitu : jambu mbellang ‘jambu luas’, lae mbereng ‘air hitam’.


(31)

BAB III

METODE PENELITIAN

Metodologi adalah ilmu tentang metode atau urain tentang metode. Metode adalah cara yang teratur dan terpikir baik-baik untuk mencapai maksut (dalam ilmu pengetahuan). Cara kerja bersistem untuk memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan untuk mencapai tujuan yang ditentukan. Djajasudarma (1993:1) Metodologi di dalam penelitian linguistik harus dipertimbangkan dari dua segi, yaitu segi penelitian yang mencakup pengumpulan data, cara dan teknik serta prosedur yang ditempuh. Segi lain ialah metode kajian (analisis) yang melibatkan pendekatan (teori) sebagai alat analisis data penelitian.

3.1 Metode Dasar

Metode dasar adalah metode yang digunakan dalam hal proses pengumpulan data, sampai tahap analisa dengan mengaplikasikan pada pokok permasalahan untuk mendapatkan suatu hasil yang baik, sesuai dengan apa yang diharapkan.

Usaha untuk mengumpulkan data-data penelitian ini, penulis mengunakan metode Kualitatif. Subroto (2007:5) metode kualitatif adalah metode pengkajian atau metode penelitian suatu masalah yang tidak didesain atau dirancang menggunakan prosedur-prosedur satatistik.

Penulis melaksanakan penelitian dengan metode lapangan dan metode kepustakaan (studi pustaka), dengan mengkaji, mengambil, mencatat dan memeriksa


(32)

sejumlah data yang diperlukan dari buku, penelitian-penelitian mengenai bahasa Pakpak.

3.2 Lokasi Penelitian

Lokasi yang dijadikan objek penelitian adalah Desa Traju, Kecamatan si Empat Rube, Kabupaten Pakpak Bharat, Provinsi Sumatera Utara. Lokasi ini merupakan daerah penutur bahasa Pakpak yang masih tetap dipergunakan dalam kehidupan sehari-hari, dan bahasanya masih sedikit mendapat pengaruh dari bahasa lain.

3.3Sumber Data Penelitian

Adapun sumber data dari penelitian ini adalah :

1. Masyarakat penutur asli bahasa itu sendiri yang dijadikan sebagai sumber informasi dengan cara melakukan penelitian langsung ke lapangan.

2. Penelitian kepustakaan yaitu cara mencari sumber dari buku-buku yang ada dan sesuai dengan judul skripsi.

3.4Instrumen Penelitian

Sebelum penulis melakukan penelitian, terlebih dahulu mempersiapkan alat bantu penelitian. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

1. Alat tulis, berupa buku catatan dan pulpen untuk mencatat data-data yang diperlukan.


(33)

2. Alat perekam (tape racorder) yang digunakan untuk membantu merekam wawancara dengan informan, sehingga mempermudah penulis pada saat pengolahan data.

3.5Metode Pengumpulan Data

Fase terpenting dari penelitian adalah pengumpulan data, pengumpulan data tidak lain dari suatu proses pengadaan data menghasilkan temuan. Pengumpulan data dalam penelitian ilmiah adalah prosedur yang sistematis untuk memperoleh data yang diperlukan.

Usaha pengumpulan data, penulis menggunakan beberapa metode yaitu : 1. Metode Observasi

Metode observasi yaitu mengadakan pengamatan secara langsung ke daerah objek penelitian.

2. Metode Wawancara

Dengan cara mewawancarai informan atau dengan mengajukan pertanyaan langsung kepada informan. Wawancara dilakukan untuk memperoleh keterangan lebih lanjut dan terperinci mengenai Morfologi Bahasa Pakpak dialek Simsim. 3. Metode Kepustakaan

Metode ini digunakan untuk mendapatkan keterangan tentang penelitian yang pernah dilakukan terhadap bahasa-bahasa daerah, mengumpulkan buku-buku yang berhubungan dengan judul proposal.


(34)

3.6Metode Analisis Data

Metode analisis data merupakan cara dalam pengolahan data, fakta, atau fenomena yang sifatnya belum dianalisis. Metode analisis data juga merupakan proses pengaturan data, kategori dari suatu uraian dasar.

Langkah-langkah yang digunakan dalam menganalisis data pada penelitian ini adalah :

1. Menuliskan data yang diperoleh dari lapangan

2. Data yang diperoleh diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia

3. Setelah data diterjemahkan, kemudian di klasifikasikan sesuai dengan objek penelitian

4. Setelah data diklasifikasikan, kemudian dianalisis sesuai dengan kajian yang diterapkan


(35)

BAB IV

ANALISIS MORFOLOGI BAHASA PAKPAK

DIALEK SIMSIM

4.4

Afiksasi

4.4.1

Prefiks

4.4.1.1

Prefiks

meN-a. Bentuk Prefiks

meN-Berdasarkan hasil analisis, bentuk prefiks meN- dalam bahasa Pakpak dialek Simsim dapat berubah bentuk menjadi men-, mem-, meng-, dan menge-, sesuai dengan fonem awal kata dasar yang dapat dilekatinya.

1. Prefiks meN- mengalami perubahan bentuk menjadi men-, bila melekat pada kata dasar yang berfonem awal konsonan / c /, / d /, / j /, / s / dan / t / . jika meN- melekat pada kata dasar yang berfonem awal konsonan / s / dan / t /, maka fonem awal tersebut luluh.

Contoh :

meN- + cekep ‘pegang’ → mencekep ‘memegang’ meN- + deddoh ‘pijak’ → mendeddoh ‘memegang’ meN- + jaka ‘baca’ →menjaka ‘membaca’ meN- + suan ‘tanam’ →menuan ‘menanam’ meN- + tutu ‘tumbuk’ →menutu ‘menumbuk’

2. Prefiks meN- mengalami perubahan bentuk menjadi mem-, bila melekat pada kata dasar yang berfonem awal / b / dan / p /. jika melekat pada kata dasar yang


(36)

dasar yang berawalan konsonan / b /, maka kata dasar tersebut dapat luluh dan tidak luluh.

Contoh :

meN- + borih ‘cuci’ → memorih/ memborih ‘menyuci’ meN- + belgang ‘rebus’ → memelgang/ membelgang ‘merebus’ meN- + palu ‘pukul’ → memalu ‘memukul’

meN- + pido ‘minta’ → memido ‘meminta’

3. Prefiks meN- mengalami perubahan bentuk menjadi meng-, bila melekat pada kata dasar yang berfonem awal vokal / a /, / e /, / i /, / o /, / u / , dan berfonem awal konsonan / g /, / k /. Namun jika melekat pada kata dasar berfonem awal konsonan / k /, maka fonem awal kata dasar tersebut terkadang mengalami peluluhan.

Contoh :

meN- + abing ‘gendong’ → mengabing ‘menggendong’ meN- + etong ‘jumlah’ → mengetong ‘menjumlah’ meN- + idah ‘lihat’ → mengidah ‘melihat’ meN- + onjor ‘dorong’ → mengonjor‘mendorong’ meN- + uak ‘kopek’ → menguak ‘mengopek’ meN- + gettuk ‘cubit’ → menggettuk ‘mencubit’

meN- + koling ‘kupas’ → mengoling/ pengkoling ‘mengkupas’

4. Prefiks meN- mengalami perubahan bentuk menjadi menge-, bila melekat pada kata dasar yang berfonem awal / l / dan / r /.

Contoh :

meN- + labang ‘paku’ → mengelabang ‘memaaku’ meN- + lanja‘pikul’ → mengelanja ‘memikul’


(37)

meN- + roroh’sayur’ → mengeroroh ‘menyayur’ meN- + ribak ‘sobek’ → mengeribak ‘menyobek’

b. Distribusi Prefiks

meN-Distribusi prefiks meN- dapat melekat pada kelas kata nomina, verba dan adjektiva.

1. prefiks meN- dapat melekat pada kelas kata nomina Contoh :

meN- + pakkur ‘cangkul’ → memakkur ‘mencangkul’ meN- + roroh ‘sayur’ → mengeroroh ‘menyayur’ meN- + labang ‘paku’ → mengelabang ‘memaku’ 2. prefiks meN- dapat melekat pada kelas kata verba.

Contoh :

meN- + kerpi ‘peluk’ → mengkerpi ‘memeluk’ meN- + kurak ‘korek’ → mengurak ‘mengorek’ meN- + deddoh ‘pijak’ → mendeddoh ‘memijak’ 3. prefiks meN- dapat melekat pada kelas kata adjektiva.

Contoh :

meN- + bettoh ‘tahu’ → memettoh/ membettoh ‘mengetahui’ meN- + pustak ‘pecah’ → memustak ‘memecah’

c. Fungsi prefiks


(38)

1. Jika prefiks meN- melekat pada kelas kata nomina, maka meN- berfungsi membentuk kelas kata verba.

contoh :

meN- + pakkur ‘cangkul’ → memakkur ‘mencangkul’ meN- + roroh ‘sayur’ →mengeroroh ‘menyayur’ meN- + labang ‘paku’ → mengelabang ‘memaku’

2. Jika prefiks meN- melekat pada kelas kata verba, maka meN- tidak berfungsi mengubah kelas kata.

Contoh :

meN- + tanem ‘tanam’ → menanem ‘menanam’ meN- + abing ‘gendong’ → mengabing ‘menggendong’ meN- + tilik ‘lihat’ → menilik ‘melihat’

3. Jika prefiks meN- melekat pada kelas kata adjektiva, maka meN- berfungsi membentuk kelas kata verba.

Contoh :

meN- + bettoh ‘tahu’ → memettoh/ membettoh ‘mengetahui’ meN- + pustak ‘pecah’ → memustak ‘memecah’

d. Nosi Prefiks

meN-Nosi yang ditimbulkan prefiks meN- dalam bahasa Pakpak Dialek Simsim adalah sebagai berikut :

1. Melakukan pekerjaan dengan alat apa yang tertulis pada kata dasar. meN- + kail ‘pancing’ → mengkail/ mengkoling ‘memancing’ meN- + konci ‘kunci’ → mengonci/ mengkonci ‘mengunci’ 2. Melakukan pekerjaan sesuai dengan apa yang tertulis pada kata dasar.


(39)

Contoh :

meN- + deddoh ‘pijak’ → mendeddoh ‘memijak’ meN- + perso ‘bohong’ → memerso ‘berbohong’

2. Prefiks

mer-a. Bentuk Prefiks

mer-Prefiks mer- dalam bahasa Pakpak dialek Simsim tidak mengalami perubahan bentuk, baik melekat pada kata dasar yang berfonem awal vokal maupun konsonan. Contoh :

mer- + epen ‘gigi’ → merepen ‘bergigi’ mer- + ugah ‘luka’ → merugah ‘berluka’ mer- + asar ‘sarang → merasar ‘bersarang’ mer- + beltok ‘perut’ → merbeltok ‘berperut’ mer- + cember ‘asap’ → mercember ‘berasap’ mer- + uit ‘ekor’ → meruit ‘berekor’

b. Distribusi prefiks

mer-Distribusi prefiks mer- dalam bahasa Pakpak dialek Simsim dapat melekat pada kelas kata nomina, verba, adjektiva dan numeral.

1. prefiks mer- dapat melekat pada kelas kata nomina contoh :

mer- + naruh ‘telur’ → mernaruh ‘bertelur’ mer- + sapo ‘rumah’ → mersapo ‘berumah’


(40)

mer- + epen ‘gigi’ → merepen ‘bergigi’ 2. prefiks mer- dapat melekat pada kelas kata verba.

Contoh :

mer- + langi ‘renang’ → merlangi ‘berenang’ mer- + dakan ‘masak’ → merdakan ‘memasak’ mer- + tenju ‘tinju’ → mertenju ‘bertinju’ 3. prefiks mer- dapat melekat pada kelas kata adjektiva.

Contoh :

mer- + lolo ‘senang’ → merlolo ‘keadaan senang’ mer- + kelsoh ‘sedih’ → merkelsoh ‘keadaan sedih’ 4. prefiks mer- dapat melekat pada kelas kata numeral

contoh :

mer- + sada ‘satu’ → mersada ‘bersatu’

c. fungsi prefiks

mer-Fungsi prefiks mer- dalam bahasa Pakpak dialek Simsim adalah :

1. Jika mer- melekat pada kelas kata nomina, maka mer- berfungsi membentuk kelas kata verba dan adjektiva.

Contoh :

mer- + oles ‘baju’ → meroles ‘berbaju’ (V) mer- + gusting ‘gunting’ → mergusting ‘bergunting’ (V) mer- + coping‘kuping’ → mercoping ‘berkuping’ (Adj) mer- + daroh ‘darah’ → merdaroh ‘berdarah’ (Adj)

2. Jika mer- melekat pada verba, maka mer- tidak berfungsi merubah kelas kata. Contoh :


(41)

mer- + borih ‘cuci’ → merborih ‘menyuci’ mer- + kerpi ‘peluk’ → merkerpi ‘berpeluk’

3. Jika mer- melekat pada adjektiva, maka mer- tidak berfungsi merubah kelas kata. Contoh :

mer- + lolo ‘senang’ → merlolo ‘keadaan senang’ mer- + kelsoh ‘sedih’ → merkelsoh ‘keadaan sedih’

4. Jika mer- melekat pada numeralia, maka mer- berfungsi membentuk kelas kata verba.

Contoh :

mer- + sada ‘satu’ → mersada ‘menjadi satu’

d. Nosi prefiks

mer-Nosi yang ditimbulkan prefiks mer- dalam bahasa Pakpak Dialek Simsim adalah :

1. Mempunyai/ memiliki apa yang tertulis pada kata dasar. Contoh :

mer- + babah ‘mulut ‘ → merbabah ‘mempunyai mulut’ mer- + coping ‘kuping’ → mercoping ‘mempunyai kuping’ mer- + takal ‘kepala’ → mertakal ‘mempunyai kepala’ 2. Menjadi apa yang tertulis pada kata dasar.

Contoh :

mer- + sada ‘satu’ → mersada ‘menjadi satu’

mer- + tinencut ‘tumpuk’ → mertinencut ‘menjadi bertumpuk’ 3. Memakai apa yang tertulis pada kata dasar


(42)

mer- +sepeda ‘sepeda’ → mersepeda ‘memakai sepeda’ mer- +tangkuluk ‘topi’ → mertangkuluk ‘memakai rtopi’ mer- + bura ‘kalung’ → merbura ‘memakai kalung’ 4. Memelihara apa yang tertulis pada kata dasar

Contoh :

mer- + didi ‘entok’ → merdidi ‘memelihara entok’ mer- + kerbo ‘kerbau’ → merkerbo ‘memelihara kerbau’ mer- + manuk ‘ayam’ → mermanuk ‘memelihara ayam’ 5. Mengusahai apa yang tertulis pada kata dasar

Contoh :

mer- + sabah ‘sawah’ → mersabah ‘mengusahai sawah’ mer- + juma ‘ladang’ → merjuma ‘mengusahai ladang’ mer- + kedde ‘kedai’ → merkedde ‘mengusahai kedai' 6. Memperoleh / menghasilkan apa yang tertulis pada kata dasar.

Contoh :

mer- + anak ‘anak’ → meranak ‘memperoleh anak’ mer- + naruh ‘telur’ → mernaruh ‘mengeluarkan telur’ mer- + duruh ‘getah’ → merduruh ‘memperoleh getah’ 7. Berada dalam keadaan seperti apa yang tertulis pada kata dasar.

Contoh :

mer- + lungun ate ‘sedih’ → merlungun ate ‘keadaan sedih’ mer- + lolo ate ‘gembira’ → merlolo ate ‘keadaaan gembira’

8. Melakukan tindakan untuk diri sendiri, seperti apa yang tertulis pada kata dasar. Contoh :


(43)

mer- + sori ‘sisir’ → mersori ‘bersisir’ mer- + cukkur ‘cukur’ → mercukkur ‘bercukur’ 9. meyatakan memanggil, seperti apa yang tertulis pada kata dasar.

Contoh :

mer- + inang ‘ibu’ → merinang ‘memanggil ibu’ mer- + empung ‘nenek’ → merempung ‘memanggil nenek’ 10. Menyatakan bermain dengan apa yang tertulis pada kata dasar.

Contoh :

mer- + bola ‘bola’ → merbola ‘bermain bola’ mer- + pukkul ‘guli’ → merpukkul ‘bermaain guli’

11. Melakukan pekerjaan sesuai dengan apa yang tertulis pada kata dasar. Contoh :

mer- + dalan ‘jalan’ → merdalan ‘berjalan’ mer- + dedah ‘jaga’ → merdedah ‘berjaga’ mer- + tenju ‘tinju’ → mertenju ‘bertinju’ mer- + rakep ‘peluk’ → merrakep ‘berpeluk’

3. Prefiks

peN-a. Bentuk prefiks

peN-Bentuk prefiks peN- dalam bahasa Pakpak dialek Simsim dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Prefiks peN- mengalami perubahan bentuk menjadi pen-, bila melekat pada kata dasar yang berfonem awal konsonan / c /, / d /, / j /, / s / dan / t / . jika peN-


(44)

melekat pada kata dasar yang berfonem awal konsonan / s / dan / t /, maka fonem awal kata dasar tersebut luluh.

contoh :

peN- + cekep ‘pegang’ → pencekep ‘cara memegang’ peN- + deddoh ‘pijak’ → pendeddoh ‘cara memijak’ peN- + jaka ‘baca’ → penjaka ‘cara membaca’ peN- + sintak ‘tarik’ → penintak ‘cara menarik’ peN- + tutung ‘bakar’ → penutung ‘cara membakar’

2. Prefiks peN- mengalami perubahan bentuk menjadi pem-, bila melekat pada kata dasar yang berfonem awal / b / dan / p /. jika melekat pada kata dasar yang berawalan konsonan / p /, maka terjadi peluluhan, tetapi jika melekat pada kata dasar yang berawalan konsonan / b /, maka kata dasar tersebut dapat luluh dan tidak luluh.

Contoh :

peN- + borih ‘cuci’ → pemorih / pemborih ‘penyuci’

peN- + bekkuk ‘bengkok’ → pemekkuk/ pembekkuk ‘pembengkok’ peN- + palkok ‘pukul’ → pemalkoh ‘peemukul’

peN- + pido ‘minta’ → pemido ‘cara meminta’

3. Prefiks peN- mengalami perubahan bentuk menjadi peng-, bila melekat pada kata dasar yang berfonem awal vokal / a /, / e /, / i /, / o /, / u / dan konsonan / g /, dan / k /. Namun jika melekat pada kata dasar yang berawalan konsonan / k /, maka fonem awal kata dasar tersebut dapat luluh dan tidak luluh.

Contoh :


(45)

peN- + eket ‘ikat’ → pengeket ‘alat mengikat’ peN- + idah ‘lihat’ → pengidah ‘cara menglihat’ peN- + okal ‘korek’ → pengokal ‘cara mengorek’ peN- + uak ‘kopek’ → penguak ‘cara mengkopek’ peN- + garu ‘kacu’ → penggaru ‘cara mengacu’

peN- + kail ‘pancing’ → pengail/ pengkail ‘gemar memancing’

4. Prefiks peN- mengalami perubahan bentuk menjadi penge-, bila melekat pada kata dasar yang berfonem awal konsonan / l / dan / r /.

Contoh :

peN- + lanja‘pikul’ → pengelanja ‘pemikul’

peN- + labang ‘paku’ → pengelabang ‘cara memaku’ peN- + rana ’bicara’ → pengerana ‘cara bicara’ peN- + ribak ‘sobek’ →pengeribak ‘cara menyobek’

b. Distribusi prefiks

peN-Distribusi prefiks PeN- dapat melekat pada kelas kata nomina, verba dan adjektiva.

1. prefiks peN- dapat melekat pada kelas kata nomina Contoh :

peN- + kail ‘pancing’ → pengkail/ pengkail ‘gemar memancing’ peN- + pakkur ‘cangkul’ → pemakkur ‘cara mencangkul’

peN- + roroh ‘sayur’ → pengeroroh ‘cara menyayur’ peN- + jaka ‘baca’ → penjaka‘cara membaca’ 2. prefiks peN- dapat melekat pada kelas kata verba.


(46)

peN- + cekep ‘pegang’ → pencekep ‘cara memegang’ peN- + jemak ‘pegang’ → penjemak ‘cara memegang’ 3. prefiks peN- dapat melekat pada kelas kata adjektiva.

Contoh :

peN- + postep ‘putus’ → pemostep ‘pemutus’

peN- + bekkuk ‘bengkok’ → pemekkuk/ pebekkuk ‘bengkokkan’

c. fungsi prefiks

peN-Fungsi prefiks peN- dalam bahasa Pakpak dialek Simsim adalah sebagai berikut :

1. Jika prefiks peN- melekat pada kelas kata nomina, maka peN- berfungsi membentuk kelas kata adjektiva.

Contoh :

peN- + kail ‘pancing’ → pengkail/ pengail ‘gemar memancing’ peN- + eket ‘tali’ → pengeket ‘cara mengikat’

2. Jika prefiks peN- melekat pada kelas kata verba, maka peN- berfungsi membentuk kelas kata nomina dan adjektiva.

Contoh :

peN- + cekep ‘pegang → pencekep ‘cara memegang’(Adj) peN- + galar ‘bayar’ → penggalar ‘alat membayar’(N) peN- + kurak ‘korek’ → pengurak ‘pengorek’(N)

3. Jika prefiks peN- melekat pada kelas kata adjektiva, maka peN- berfungsi membentuk nomina.

Contoh :


(47)

peN- + bekkuk ‘bengkok’ → pemekkuk/ pebekkuk ‘alat membengkok’

d. Nosi prefiks

peN-Nosi yang ditimbulkan prefiks peN- dalam bahasa Pakpak Dialek Simsim adalah sebagai berikut :

1. menyatakan cara, sesuai dengan apa yang tertulis pada kata dasar. Contoh :

peN- + ardang ‘tanam’ → pengardang ‘cara mengardang’ peN- + ido ‘minta → pemido ‘cara meminta’

peN- + jemak ‘pegang’ → penjemak ‘cara memegang’

2. menyatakan orang yang melakukan dan gemar dengan apa yang tertulis pada kata dasar.

contoh :

peN- + gidik ‘gelitik’ → penggidik ‘gemar menggelitik’

peN- + kail ‘pancing’ → pengkail/ pengail ‘gemar memancing’ 3. menyatakan alat apa yang tertulis pada kata dasar.

Contoh :

peN- + galar ‘bayar’ → penggalar ‘alat membayar’ peN- + kurak ‘korek’ → pengurak ‘pengorek’

4. Prefiks

per-a. Bentuk Prefiks

Prefiks per- dalam bahasa Pakpak dialek Simsim tidak mengalami perubahan bentuk baik melekat pada kata dasar yang berfonem awal vokal maupun konsonan.


(48)

per- + dogok ‘duduk → perdogok ‘cara duduk’ per- + kiam ‘lari’ → perkiam ‘cara lari’ per- + idah ‘lihat’ → peridah ‘saling melihat’ per- +onan ‘pasar’ → peronan ‘tukang jualan’ per- + eket ‘ikat’ → pereket ‘tukang tali’

b. Distribusi prefiks

per-Distribusi prefiks per- dalam bahasa Pakpak dialek Simsim dapat melekat pada kelas kata nomina, verba, adjektiva dan numeralia.

1. prefiks per- dapat melekat pada kelas kata nomina contoh :

per- + kerbo ‘kerbau’ → perkerbo ‘pemilik kerbau’ per- + gambir ‘gambir’ → pergambir ‘tukang gambir’ per- + kambing ‘kambing’ → perkambing ‘tukang kambing’ 2. prefiks per- dapat melekat pada kelas kata verba.

Contoh :

per- + keke ‘bangkit’ → perkeke ‘cara bangkit’ per- + meddem ‘tidur’ → permeddem ‘cara tidur’ per- + menum ‘minum’ → permenum‘tukang minum’ 3. prefiks per- dapat melekat pada kelas kata adjektiva.

Contoh :

per- + mbalang ‘hilang → permbalang ‘cara hilang’ per- + mate ‘meninggal’ → permate ‘cara meninggal’ per- + ceda ‘rusak’ → perceda ‘penyebab rusak’ 4. prefiks per- dapat melekat pada kelas kata numeralia.


(49)

per- + ituk ‘sedikit → perituk ‘buat sedikit’

c. fungsi prefiks

per-1. Jika prefiks per- melekat pada kelas kata nomina dan verba, maka prefiks per- berfungsi membentuk kelas kata adjektiva.

Contoh :

per- + gambir ‘gambir(N) → pergambir ‘tukang gambir’ per- + kopi ‘kopi’(N) → perkopi ‘tukang kopi’ per- + kundul ‘duduk(V) → perkundul ‘cara duduk’ per- + lojang ‘lari’ (V) → perlojang ‘cara lari’

2. Jika prefiks per- melekat pada kelas kata adjektiva, maka prefiks per-tidak berfungsi merubah kelas kata.

per- + mbalang ‘hilang → permbalang ‘penyebab hilang’ per- + mbeluk ‘bengkok → permbekkok ‘penyebab bengkok’ 3. Jika prefiks per- melekat pada kelas kata numeral, maka prefiks per-tidak

berfungsi merubah kelas kata. Contoh :

per- + sada ‘satu’ → persada ‘satukan’ per- + ituk ‘sedikit → perituk ‘sedikitkan’

d.

Nosi prefiks

per-Nosi yang ditimbulkan prefiks per- dalam bahasa Pakpak Dialek Simsim adalah :

1. menyatakan pekerjaaan yang biasa dilakukan, sesuai dengan apa yang tertulis pada kata dasar.


(50)

per- + jodi ‘judi’ →perjodi ‘yang biasa berjudi’ per- + buru ‘buru’ → perburu ‘yang biasa berburu’ per- + akkal ‘bohong’ → perakkal ‘yang biasa berbohong’ 2. menyatakan cara/ penyebab apa yang tertulis pada kata dasar.

Contoh :

per- + lojang ‘lari → perlojang ‘cara lari’ per- + meddem ‘tidur’ → permeddem ‘cara tidur’ per- + mbalang ‘hilang’ → permbalang ‘penyebab hilang’ per- + ndabuh ‘jatuh’ → perndabuh ‘penyebab jatuh

3. menyatakan tempat/ asal, sesuai dengan apa yang tertulis pada kata dasar. Contoh :

per- + sidikalang ‘daerah sidikalang’→ persidikalang ‘orang yang berasal dari Sidikalang’

per- + medan ‘medan’ → perjuma ‘orang yang tinggal di Medan’ 4. menyatakan keadaan sesuai dengan apa yang tertulis pada kata dasar.

Contoh :

per- + magin ‘sakit’ → permagin ‘keadaan sakit’ per- + pelm ‘bengkak’ → perpelm ‘keadaan bengkak’

5. menyatakan suatu alat yang dipakai sesuai dengan apa yang tertulis pada kata dasar.

Contoh :

per- + bentir ‘lempar’ → perbentir ‘alat untuk melempar per- + jukjuk’ jolok’ → perjukjuk ‘alat untuk melempar’ 6. mempunyai sifat seperti apa yang tertulis pada kata dasar.


(51)

per- + biar ‘takut’ → perbiar ‘mempunyai sifat penakut’ per- + kelleng ‘sayang’ → perkelleng ‘mempunyai sifat sayang’ 7. menyatakan sering/ mudah sakit, seperti apa yang tertulis pada kata dasar.

Contoh :

per- + magin ‘sakit’ → permagin ‘mudah sakit’ per- + mengget ‘pening’ → permengget ‘mudah pening’

5. Prefiks

ter-a. Bentuk prefiks

ter-

Prefiks ter- dalam bahasa Pakpak dialek Simsim tidak mengalami perubahan bentuk, baik melekat pada kata dasar berfonem awal vokal dan konsonan.

Contoh :

ter- + anggoh ‘cium’ → teranggoh ‘tercium’ ter- + eket ‘tali’ → tereket ‘tertali’ ter- + deddoh ‘pijak’ → terdeddoh ‘terpijak’ ter- + jomur ‘jemur’ → terjomur ‘terjemur’

b. Distribusi prefiks

ter-Distribusi prefiks ter- dalam bahasa Pakpak dialek Simsim dapat melekat pada kelas kata nomina, verba, adjektiva dan numeralia.

1. prefiks ter- dapat melekat pada kelas kata nomina contoh :

ter- + tulan ‘tulang’ → tertulan ‘terkenak tulang’ ter- + api ‘api’ → terapi ‘terkena api’ 2. prefiks ter- dapat melekat pada kelas kata verba.


(52)

ter- + borih ‘cuci’ → terborih ‘tercuci’ 3. prefiks ter- dapat melekat pada kelas kata adjektiva.

Contoh :

ter- + lekkuk ‘bengkok’ → terbekkuk ‘terbengkok’ ter- + pustak ‘pecah’ → terpustak ‘terpecah’ 4. prefiks ter- dapat melekat pada kelas kata numeralia.

Contoh :

ter- + dua ‘dua’ → terdua ‘masing-masing dua’ ter- +tellu ‘tellu’ → tertellu ‘massing-masing tiga’

c.

Fungsi prefiks

ter-1. Jika Prefiks ter- melekat pada kelas kata nomina, maka prefiks ter- berfungsi membentuk kelas kata verba.

Contoh :

ter- + lae‘air’ → terlae ‘terkena air’

ter- + gusting ‘gunting’ → tergusting ‘terkena gunting’

2. Jika Prefiks ter- melekat pada kelas kata verba, maka Prefiks ter- berfungsi membentuk kelas kata adjektiva.

Contoh :

ter- + anggoh ‘cium’ → teranggoh ‘tercium’ ter- + ribak ‘sobek’ → teribak ‘tersobek’

3. Jika Prefiks ter- melekat pada kelas kata adjektiva, maka Prefiks ter-tidak berfungsi merubah kelas kata.


(53)

ter- + akap ‘rasa’ → terakap ‘terasa’ ter- + lekkuk ‘bengkok’ → terlekkuk ‘terbengkok’

4. Jika Prefiks ter- melekat pada kelas kata numeral, maka Prefiks ter- berfungsi membentuk kelas kata adjektiva.

Contoh :

ter- + dua ‘dua’ → terdua ‘masing-masing dua’ ter- + tellu ‘tiga’ → tertellu ‘masing-masing tiga’

d.

Nosi prefiks

ter-Nosi yang ditimbulkan prefiks ter- adalah :

1. Mengatakan tidak sengaja, seperti apa yang tertulis pada kata dasar. Contoh :

ter- + enum ‘minum’ → terenum ‘tidak sengaja diminum’ ter- + deddoh ‘pijak’ → terdeddoh ‘tidak sengaja dipijak’ 2. Mengatakan sampai ke, seperti apa yang tertulis pada kata dasar.

Contoh :

ter- + tulan ‘tulang’ → tertulan ‘sampai ke tulang’ ter- + pusuh ‘hati’ → terpusuh ‘sampai ke hati’

3. Mengatakan mengeluarkan sesuatu, seperti apa yang tertulis pada kata dasar. Contoh :

ter- + eluh ‘air mata’ → tereluh ‘mengeluarkan air mata’ ter- + daroh ‘darah’ → terdaroh ‘mengeluarkan darah’ 4. Menyatakan masing-masing seperti apa yang tertulis pada kata dasar.


(54)

ter- + sada ‘satu’ → tersada ‘masing-masing satu’ ter- + dua’ dua’ → terdua ‘masing-masing dua’ 5. Mengatakan dapat/ sanggup melakukan sesuatu pekerjaan.

Contoh :

ter- + tokor ‘beli’ → tertokor ‘sanggup membeli’ ter- + tangkih ‘panjat’ → tertangkih ‘sanggup memanjat’

6. Prefiks

seN-a. Bentuk prefiks

seN-Bentuk prefiks seN- dalam bahasa Pakpak dialek Simsim dapat berubah bentuk menjadi sen-, sem-, seng-,dan sengka-,sesuai dengan fonem awal kata dasar yang dapat dilekatinya.

1. Prefiks seN- mengalami perubahan bentuk menjadi sen-, bila melekat pada kata dasar yang berfonem awal konsonan / c /, / d /, / j / dan / t /.

Contoh :

seN- + cerrep ‘rendah’ → sencerrep ‘serendah’

seN- + dalan ‘jalaan’ → sendalan ‘sejalan’

seN- + jolmit ‘dekat’ → senjolmit ‘sedekat’

seN- + tiris ‘bocor’ → sentiris ‘sebocor’

2. Prefiks seN- mengalami perubahan bentuk menjadi sem-, bila melekat pada kata dasar yang berfonem awal konsonan / b /, / p /. jika melekat pada kata dasar yang berawalan konsonan / p /, maka terjadi peluluhan, tetapi jika melekat pada kata dasar yang berawalan konsonan / b /, maka kata dasar tersebut dapat luluh dan tidak luluh.


(55)

Contoh :

seN- + bulung ‘daun’ → sembulung/ sebulung ‘sedaun’

seN- + babah ‘mulut’ → sembabah/ sebabah ‘semulut’

seN- + para ‘tingkat’ → sempara ‘setingkat’

seN- + paldem ‘bodoh’ → sempaldem ‘sebodoh’

3. Prefiks seN- mengalami perubahan bentuk menjadi seng-, bila melekat pada kata dasar yang berfonem awal konsonan / g / dan / k /.

Contoh :

seN- + kambal ‘jari ibu’ → sengkapal ‘sejari ibu’

seN- + kupul ‘kepal’ → sengkupul ‘sengkepal’

seN- + galung ‘petak’ → senggalung ‘sepetak’

seN- + gara ‘panas’ → senggara ‘sepanas’

4. Prefiks se- berubah bentuk menjadi sengke-, bila melekat pada beberapa kata dasar tertentu.

Contoh :

seN- + benna ‘batang’ → sengkebenna ‘sebatang seN- + buah ‘buah’ → sengkebuah ‘satu buah’

seN- + belgah ‘besar’ → sengkebelgah ‘sebesar’

b.

Distribusi prefiks

seN-Distribusi prefiks seN- dapat melekat pada kelas kata nomina, verba dan adjektiva. 1. prefiks seN- dapat melekat pada kelas kata nomina


(56)

seN- + ember ‘ember → seember ‘satu ember’ 2. prefiks seN-dapat melekat pada kelas kata verba.

Contoh :

seN- + kupul ‘kepal’ → sengkupul ‘sekepal’

seN- + kurak ‘korek’ → sengkurak ‘sekali korek’

3. prefiks seN- dapat melekat pada kelas kata adjektiva. Contoh :

seN- + tutup ‘tutup’ → sentutup ‘sekali tutup’

seN- + cerrep ‘pendek’ → sencerrep ‘sependek’

c.

Fungsi prefiks

seN-Prefiks seN- dalam bahasa Pakpak dialek Simsim berfungsi membentuk kelas kata adjektiva, Baik melekat pada kelas kata nomina, verba dan adjektiva.

Contoh :

seN- + tampuk ‘pucuk’ → sentampuk ‘satu pucuk’

seN- + kertep ‘gigit’ → sengkertep ‘sekali gigit’

seN- + kupul ‘kepal’ → sengkupul ‘sekepal’

seN- + ndeas ‘datar’ → sendeas ‘sedatar’

seN- + ndalmuk ‘lunak’ → sendalmuk ‘selunak’

d.

Nosi prefiks

seN-Nosi yang ditimbulkan prefiks seN-dalam bahasa Pakpak Dialek Simsim ialah Menyatakan satu/ sekali sesuai dengan apa yang tertulis pada kata dasar.


(57)

seN- + dergek ‘telan’ → sendergek ‘sekali telan’

seN- + penggel ‘potong’ → sempenggel ‘satu potong’

seN- + jengkal ‘jengkal’ → senjengkal ‘satu jengkal’

7.

Prefiks

i-a.

Bentuk prefiks

i-Prefiks i- dalam bahasa Pakpak dialek Simsim tidak mengalami perubahan bentuk, baik melekat pada kata dasar berfonem awal vokal dan konsonan.

Contoh :

i- + belgang ‘rebus’ → ibelgang ‘direbus’

i- + cinar ‘jemur’ → icinar ‘dijemur’

i- + etong ‘jumlah’ → ietong ‘dijumlah’

i- + alun ‘kusuk’ → ialun ‘dikusuk’

b.

Distribusi prefiks

i-Distribusi prefiks i- dalam bahasa Pakpak dialek Simsim dapat melekat pada kelas kata nomina, verba dan adjektiva.

1. prefiks i- dapat melekat pada kelas kata nomina Contoh :

i- + pakkur ‘cangkul’ → ipakkur ‘dicangkul’

i- + kail ‘pancing’ → ikail ‘dipancing’

i- + eket ‘tali’ → ieket ‘ditali’

2. prefiks i- dapat melekat pada kelas kata verba. Contoh:

i - + cinar ‘jemur’ → icinar ‘dijemur’


(58)

i- + cekep ‘pegang’ →icekep ‘dipegang’ 3. prefiks i- dapat melekat pada kelas kata adjektiva

contoh:

i- + bettoh ‘tahu’ →ibettoh ‘diketahui’

i- + pustak ‘pecah’ →ipustak ‘dipecah’

c.

Fungsi prefiks

i-Prefiks i- berfungsi membentuk kelas kataverba, baik melekat pada kelas kata nomina, verba, dan adjektiva.

Contoh:

i- + eket ‘tali’ → itali ‘ditali’

i- + kail ‘pancing’ → ikail ‘dipancing’

i- + degger ‘goyang’ → idegger ‘digoyang’

i- + dokong ‘angkat’ → idokong ‘iangkat’

i- + labang ‘paku’ → ilabang ‘dipaku’

i- + pakkur ‘cangkul’ → ipakkur ‘dicangkul’

d.

Nosi prefiks

i-Nosi yang ditimbulkan prefiks i- ialah menyatakan dikenai tindakan seperti apa yang tersebut pada kata dasar.

Contoh :

i- + pekpek ‘pukul’ → ipekpek ‘dikenai tindakan dipukul’


(59)

8.

Prefiks

ki-a.

Bentuk prefiks

Prefiks ki- dalam bahasa Pakpak dialek Simsim tidak mengalami perubahan bentuk, baik melekat pada fonem awal vokal maupun konsonan.

Contoh :

ki- + balang ‘belalang’ → kibalang ‘mencari belalang’

ki- + jalang ‘kejar’ → kijalang ‘ mengejar’

ki- + encep ‘isap’ → kiencep ‘mengisap’

ki- + idah ‘lihat’ → kiidah ‘melihat’

b.

Distribusi prefiks

ki-Distribusi prefiks ki- dalam bahasa Pakpak dialek Simsim dapat melekat pada kelas kata nomina, verba dan adjektiva.

1. prefiks ki- dapat melekat pada kelas kata nomina contoh :

ki- + manuk ‘ayam’ → kimanuk ‘mencari ayam’

ki- + kapas ‘kapas’ → kikapas ‘mencari kapas’

ki- + kayu ‘kayu’ → kikayu ‘mencari kayu’

2. prefiks ki- dapat melekat pada kelas kata verba. Contoh :

ki- + kadang ‘tenteng’ → kikadang ‘menenteng’

ki- + jalang ‘kejar’ → kijalang ‘mengejar’

ki- + cokil ‘korek’ → kicokil ‘mengorek’

3. prefiks ki- dapat melekat pada kelas kata adjektiva. Contoh :


(60)

ki- + ose ‘lepas’ → kiose ‘melepas’

ki- + pasek ‘tancap’ → kipasek ‘menancap’

c.

Fungsi prefiks

ki-Fungsi Prefiks ki- dalam bahasa Pakpak dialek Simsim adalah :

1. Jika prefiks ki- melekat pada kelas kata nomina, maka prefiks ki- berfungsi membentuk kelas kata verba.

Contoh :

ki- + dori ‘duri’ → kidori ‘mencari duri’

ki- + batu ‘batu’ → kibatu ‘mencari batu’

2. Jika prefiks ki- melekat pada kelas kata verba, maka ki-tidak berfungsi merubah kelas kata.

Contoh :

ki-+ dedah ‘jaga’ → kidedah ‘ menjaga’

ki- + jemak ‘pegang’ → kijemak ‘memegang’

3. Jika prefiks ki- melekat pada kata adjektiva, maka prefiks ki- berfungsi membentuk kelas kata verba.

Contoh :

ki- + ose ‘lepas’ → kiose ‘ melepas’

ki- + beluk ‘bengkok’ → kibeluk ‘membengkok’

d.

Nosi prefiks

ki-Nosi yang ditimbulkan prefiks ki- dalam bahasa Pakpak dialek Simsim adalah:

1. Melakukan pekerjaan, sesuai dengan apa yang tertulis pada kata dasar. Contoh :

ki- + pangan ‘makan’ → kipangan ‘melakukan pekerjaan makan’

ki- + tanem ‘tanam’ → kitanem ‘melakukan pekerjaan menanam’


(61)

Contoh :

ki- + sebban ‘kayu bakar’ → kisebban ‘mencari kayu bakar’

ki- + kettang ‘rotan’ → kikettang ‘mencari rotan’

9.

Prefiks

Nasal (N-)

1

. N- (m)

a.

Bentuk prefiks

N-

Prefiks N- dalam bahasa Pakpak dialek Simsim dapat melekat pada kata dasar berfonem awal konsonan dan tidak mengalami perubahan bentuk.

Contoh :

N - + bages ‘dalam’ → mbages ‘dalam’

N - + bellang ‘luas’ → mbellang ‘luas’

N - + pagit ‘pahit’ → mpagit ‘pahit’

N - + postep ‘putus’ → mpostep ‘putus’

b.

Distribusi prefiks

N-

Distribusi prefiks N- dalam bahasa Pakpak dialek Simsim dapat melekat pada kelas kata adjektiva.

Contoh :

N - + belgah ‘besar’ → mbelgah ‘besar’

N - + bellang ‘luas’ → mbellang ‘luas’

N - + pustak ‘pecah’ → mpustak ‘pecah’

N - + postep ‘putus’ → mpostep ‘putus’

c.

Fungsi prefiks

N-

Prefiks N- tidak berfungsi merubah kelas kata. Contoh :


(1)

golok mbolbol golok-golok mbolbol keke kundul keke-keke kundul

Berdasarkan contoh-contoh diatas dapat disimpulkan bahwa perulangan kata majemuk dalam bahasa Pakpak dialek Simsim hanya dapat dilakukan perulangan pada salah satu unsur pembentuknya. Pada umumnya perulangan tersebut dilakukan pada unsur pertama kata majemuk tersebut.


(2)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dan sesuai data yang sudah dianalisis terhadap morfologi bahasa Pakpak dialek Simsim, maka dapat dirumuskan kesimpulan sebagai berikut :

1. Proses pembubuhan afiks (Afiksasi) yang terdiri dari prefiksasi, infiksasi, sufiksasi, dan proses pengimbuhan afiks gabung yang ditinjau dari segi bentuk, distribusi, fungsi dan nosi dapat disimpulkan bahwa :

a. Afiks yang dapat mengalami perubahan bentuk setelah berdistribusi dengan kata dasar adalah : Prefiks me-, pe-,se-. dan konfiks me-ken. Sedangkan Afiks yang tidak dapat mengalami perubahan bentuk adalah : prefiks mer-, per-, ter-, ki- dan i-, Infiks -in- dan -um-, Sufiks -en, -i, -na, -ken, -su serta konfiks yang meliputi ke-en, mersi-en, si-na, danpe-en.

b. Secara umum dapat dikatakan bahwa semua afiks dapat berdistribusi dengan kelas kata Nomina, Verba, Adjektiva dan Numeralia.

c. Afiksasi berfungsi mengubah kelas kata.

d. Nosi yang ditimbulkan oleh afiks bervariasi, sesuai dengan kata yang dilekati afiks tersebut.

e. Dalam bahasa Pakpak dialek Simsim, imbuhan |i| sering sekali dipergunakan sehingga imbuhan tersebut terdapat pada awalan (prefiks) dan akhiran (sufiks).


(3)

f. Dalam bahasa Pakpak dialek Simsim, sufiks -en dapat berubah bunyi apabila melekat dengan kata dasar yang berahiran dengan fonem vokal.

Seperti contoh : tutu + -en → tutuen. dibaca ‘tutun.

g. Pada umumnya Fonem |e| yang dilafalkan e lemah |ɚ| lebih sering dipergunakan dalam bahasa Pakpak dialek Simsim.

2. Proses Perulangan (Reduplikasi) yang terdapat dalam bahasa Pakpak dialek Simsim terdiri atas perulangan seluruh, perulangan sebagian dan perulangan yang berkombinasi dengan pembubuhan afiks.

a. Perulangan tidak mengubah kelas kata, maksutnya adalah apabila kata yang diulang adalah kelas kata nomina, maka hasil pengulanganpun berkelas kata nomina. Demikian juga selanjutnya dengan kelas kata verba, adjektiva dan kelas kata numeralia.

b. Perulangan sebagian dalam bahasa Pakpak dialek Simsim sangat banyak jumlahnya.

c. perulangan yang berkombinasi dengan pembubuhan afiks dalam bahasa Pakpak dialek Simsim lebih jarang dipergunakan dibandingkan dengan perulangan seluruh dan perulangan sebagian.

d. Nosi yang ditimbulkan perulangan sangat bervariasi sesuai dengan kelas kata yang diulang.

3. Proses pemajemukan (Komposisi) yang ditinjau dari segi ciri, bentuk dan sifat dapat disimpulkan sebagai berikut :


(4)

b. Berdasarkan bentuk dan unsur-unsur pembentuk kata majemuk, maka kata majemuk yang paling banyak dijumpai adalah yang dibentuk dengan unsur Kata benda(N) + kata benda (N), Kata benda (N) + kata sifat (Adj), Kata benda (N) + Kata kerja (V).

c. Berdasarkan sifatnya, kata majemuk yang bersifat endosentris lebih banyak jumlahnya dibandingkan dengan bersifat eksosentris.

d. Perulangan kata majemuk dapat terjadi dengan cara mengulang salah satu unsur pembentuknya. Pada umumnya perulangan tersebut dilakukan pada unsur pertama.

5.2 Saran

Bahasa Pakpak adalah salah satu bahasa yang secara umum masyarakat penuturnya berada di Provinsi sumatera utara. Daerah pemakai bahasa Pakpak dikelilingi oleh beragam pengguna bahasa lainnya seperti bahasa Karo, Batak Toba, simalungun bahkan bahasa Gayo (Aceh). selain dialek Simsim, dapat dikatakan bahwa bahasa Pakpak sudah banyak perbedaan antar dialeknya..

Sebelum mengakhiri tulisan ini, berikut ini penulis mengutarakan beberapa usul atau saran.

1. Mengingat bahwa bahasa daerah merupakan ciri dan lambang dari masyarakat daerah dan juga penghubung antara satu dengan yang lain dalam masyarakat, untuk itu kita patutut untuk menjaga serta melestarikan bahasa yang merupakan pendukung perkembangan bahasa Indonesia.


(5)

2. Dengan tersusunnya skripsi Morfologi bahasa Pakpak dialek Simsim ini, semoga menjadi perbandingan terhadap Daerah pengguna Bahasa Pakpak yang telah mendapaat pergeseran seperti Dialek Boang, Kelasen dan Pegagan.

3. Pengguna Bahasa Pakpak jauh lebih langka bila dibandingkan dengan bahasa lainnya. Untuk itu, kita selaku masyarakat Pakpak haruslah memakai bahasa tersebut dalam kehidupan sehari-hari dan melestarikannya sehingga bahasa Pakpak tidak akan hilang.

4. Bahasa Pakpak dialek Simsim merupakan warisan leluhur dan identitas yang mengandung nilai-nilai sejarah dan nilai-nilai budaya, untuk itu bahasa Pakpak perlu dikembangkan lagi dengan melakukan penelitian secara mendetail. 5. Kepada mahasiswa Fakultas Ilmu Budaya USU Medan Jurusan sastra Daerah,

terutama bagi putra-putri yang berasal dari kabupaten Pakpak Bharat dan kabupaten Dairi agar turut serta menggali dan mengembangkan Bahasa Pakpak demi kemajuan bahasa daerah dan jurusan Sastra Daerah di Fakultas ilmu budaya Usu.


(6)

DAFTAR PUSTAKA

Alwasilah, chaedar. A.1993. Linguistik Suatu Pengantar, Bandung: Angkasa Alwi, Hasan dkk.2003. Tata bahasa Indonesia baku, Jakarta: Balai Pustaka Basaria,Ida.2002. .Analisis Morfologi Verba Bahasa Pak-pak Dairi.

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/16257/4/Chapter%20I.pdf ...,1997.Morfologi Nomina dalam bahasa Pakpak Dair .

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/16257/4/Chapter%20I.df Chaer, Abdul.2007. Linguistik Umum. Jakarta : RinekaCipta

...,2008. Morfologi Bahasa Indonesia: Pendekatanproses. Jakarta: Rinekacipta Djajasudarma, Fatimah.1993.Metode Linguistik. Bandung: PT. Eresco

Keraf, Goris.1980. Tata bahasa Indonesia. Jakarta: Nusa Indah Parera, Jos Daniel. 1990. Morfologi Bahasa. Jakarta: Gramedia.

Ramlan, M. 1978. Morfologi: Suatu Tinjauan Deskriptif. Yogyakarta: Karyono. Samsuri. 1994. Analisis Bahasa. Jakarta: Erlangga

Sembiring, Matius C.A, Dkk.1993.Morfologi dan Sintaksis bahasa Pakpak Dairi. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Subroto, Edi. 2007. Pengantar Metode Penelitian Linguistik Struktural. Surakarta: Lembaga Pengembangan Pendidikan (LPP) UNS.

Tampubolon, Flansius.1989.Sistem kata benda Pakpak Dairi. Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sumatera Utara.