PENINGKATAN KEMAMPUAN OPERASI PENJUMLAHAN 1-10 MELALUI MEDIA KARTU BILANGAN PADA ANAK TUNAGRAHITA KELAS II C DI SLB TARBIYATUL MUTA’ALIMIN KABUPATEN SUBANG.
PENINGKATAN KEMAMPUAN OPERASI PENJUMLAHAN
1-10 MELALUI MEDIA KARTU BILANGAN PADA ANAK
TUNAGRAHITA KELAS II C DI SLB TARBIYATUL
MUTA’ALIMIN KABUPATEN SUBANG
PenelitianTindakanKelas
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Pada
Departemen Pendidikan Khusus
Oleh: ELIA AGUSTINI NIM.1004944
DEPARTEMEN PENDIDIKAN KHUSUS
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
2014
(2)
LEMBAR PENGESAHAN
ELIA AGUSTINI 1004944
PENINGKATAN KEMAMPUAN OPERASI PENJUMLAHAN 1-10 MELALUI MEDIA KARTU BILANGAN PADA ANAK TUNGRAHITA
KELAS II C DI SLB TARBIYATUL MUTA’ALIMIN KABUPATEN
SUBANG
( PenelitianTindakanKelas )
DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH : PEMBIMBING I,
Dr. Hidayat, Dipl. S.Ed, M.Si. 195707117985031003
PEMBIMBING II,
Drs. Zulkifli Sidiq, M.Pd. NIP. 196010151987101001
Mengetahui
Ketua Jurusan Pendidikan Khusus
Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia
Drs. Sunaryo, M.Pd.
(3)
Halaman Hak Cipta untuk Mahasiswa S1
======================================================
PENINGKATAN KEMAMPUAN OPERASI PENJUMLAHAN 1-10 MELALUI MEDIA KARTU BILANGAN PADA ANAK
TUNAGRAHITA KELAS II C DI SLB TARBIYATUL MUTA’ALIMIN KABUPATEN SUBANG
Oleh:
ELIA AGUSTINI NIM.1004944
Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Fakultas Ilmu Pendidikan
© ELIA AGUSTINI 2014 Universitas Pendidikan Indonesia
Agustus 2014
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari
(4)
(5)
Elia Agustini, 2014
Peningkatan Kemampuan Operasi Penjumlahan 1-10 Melalui Media Kartu Bilangan Pada Anak Tunagrahita Kelas II C di SLB Tarbiyatul Muta’alimin Kabupaten Subang
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
ABSTRAK
Penelitian ini berjudul” Peningkatan Kemampuan Operasi Penjumlahan 1-10 Melalui Media Kartu Bilangan Pada Anak Tunagrahita Kelas II C Di SLB
Tarbiyatul Muta’alimin Kabupaten Subang “ bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar pada anak dalam operasi penjumlahan 1-10 melalui media kartu bilangan. Subyek yang dikenai tindakan adalah anak tunagrahita kelas II SDLB Tarbiyatul
Muta’alimin Desa Kamarung Kecamatan Pagaden Kabupaten Subang. Penelitian
diawali dengan pemberian tes awal kepada anak yang bertujuan untuk memperoleh gambaran awal proses pembelajaran matematika, sikap dan keterampilan berhitung pada anak tunagrahita dalam menyelesaikan pengerjaan hitungan penjumlahan 1-10. Hasil yang didapat dari tes awal menunjukkan bahwa perlu diadakan perbaikan-perbaikan. Perbaikan tersebut dilakukan melalui penelitian tindakan kelas yang terdiri dari 2 siklus tindakan. Setiap tindakan melalui tahap perencanaan, tindakan, observasi dan refleksi. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu observasi dan hasil tes. Observasi digunakan untuk mengetahui sikap, interaksi dan partisipasi pada anak tunagrahita dalam proses pembelajaran; sedangkan hasil tes digunakan untuk mengetahui tingkat penguasaan pada anak tunagrahita dalam menyelesaikan soal-soal yang diberikan. Hasil penelitian ditemukan bahwa adanya peningkatan hasil belajar pada anak dengan menggunakan media kartu bilangan . Hal ini tampak pada proses pembelajaran matematika yang telah dilakukan pada kedua siklus tindakan, yaitu adanya interaksi antara anak dengan guru dan antara anak yang satu dengan
yang lainnya yang menimbulkan suasana belajar yang aktif dan kondusif. Selain itu, ditemukan pula informasi dari hasil proses pembelajaran yang
menyatakan bahwa anak bersikap positif terhadap matematika. Hal ini terlihat dari sikap antusias dan sungguh-sungguh dalam belajar matematika serta sikap yang penuh perhatian dalam mempelajari matematika dan menggangap belajar matematika bukan lagi hal yang membosankan.
Adapun saran untuk meningkatkan kualitas proses pembelajaran matematika dan tercapainya keberhasilan dalam pembelajaran matematika khususnya dalam hal operasi penjumlahan 1-10 di SLB, hendaknya guru berupaya untuk menciptakan dan mengembangkan proses pembelajaran matematika, yang dapat meningkatkan hasil belajar pada anak dan dapat meningkatkan sikap positif terhadap matematika, salah satu diantaranya melalui media kartu bilangan.
(6)
vii DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN DAN PENGESAHAN... ii
HALAMAN PERNYATAAN ... iii
MOTO DAN PERSEMBAHAN ... iv
KATA PENGANTAR ... v
DAFTAR ISI ... vii
DAFTAR TABEL ... ix
DAFTAR GAMBAR ... x
DAFTAR LAMPIRAN ... xi
ABSTRAK ... xii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Sasaran Tindakan ... 3
C. Rumusan Masalah ... 4
D. Hipotesis Tindakan ... 4
E. Tujuan Penelitian ... 5
F. Kegunaan Penelitian ... 5
BAB II KEMAMPUAN OPERASI PENJUMLAHAN MELALUI MEDIA KARTU BILANGAN PADA ANAK TUNGRAHITA ... 7
(7)
viii
B. Media Pembelajaran ... 10
C. Konsep Dasar Tunagrahita ... 16
D. Teori Kognitif Jean Piaget ... 18
E. Kerangka Pemikiran ... 21
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 22
A. Metode Penelitian ... 22
B. Setting Penelitian ... 24
C. Siklus Tindakan ... 25
D. Variabel Penelitian ... 28
E. Instrumen Pengumpulan Data ... 29
F. Teknik Pengolahan Data ... 29
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 31
A. Deskripsi Data Hasil Penelitian ... 31
B. Pembahasan ... 44
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 48
A. Kesimpulan ... 48
B. Rekomendasi ... 49
DAFTAR PUSTAKA ... 50
(8)
Elia Agustini, 2014
Peningkatan Kemampuan Operasi Penjumlahan 1-10 Melalui Media Kartu Bilangan Pada Anak Tunagrahita Kelas II C di SLB Tarbiyatul Muta’alimin Kabupaten Subang
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Seiring dengan kemajuan peradaban manusia di era global yang lebih memberikan tuntutan atas kemajuan pemikiran dan pola pikir manusia di seluruh penjuru dunia, proses pendidikan dijadikan sebagai tonggak peningkatannya. Hal ini berkaitan erat dengan kualitas pendidikan yang diberikan kepada seluruh anggota masyarakat, termasuk masyarakat yang memiliki kebutuhan khusus. Karena kesempatan memperoleh pendidikan yang berkualitas berlaku untuk semua (education for all) tanpa ada diskriminasi, baik itu untuk pendidikan umum maupun pendidikan khusus.
Hal ini sejalan dengan Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 5 ayat 2 bahwa: “warga negara yang memiliki kelainan fisik, emosional, mental, intelektual, dan sosial berhak
memperoleh pendidikan khusus”. Anak tunagrahita merupakan salah satu
yang berhak mendapatkan pendidikan khusus seperti penjelasan tunagrahita menurut Somantri (2006,hlm.103).
Adalah anak yang mempunyai kemampuan intelektual di bawah rata-rata. Istilah tersebut sesungguhnya memiliki arti yang sama, yang menjelaskan kondisi anak yang kecerdasannya jauh di bawah rata-rata yang ditandai oleh keterbatasan inteligensi dan kecakapan dalam interaksi sosial. Anak tunagrahita atau dikenal dengan istilah keterbelakangan mental karena keterbatasan kecerdasannya sukar untuk mengikuti program pendidikan di sekolah biasa secara klasikal, oleh karena itu anak terbelakang mental membutuhkan layanan pendidikan secara khusus, yakni disesuaikan dengan kemampuan anak itu.
Matematika merupakan suatu kajian yang memiliki tingkat kesulitan yang tinggi bagi anak tunagrahita apabila diajarkan secara ceramah akan menjadi materi yang abstrak. Dalam buku Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Sekolah Dasar Luar Biasa (SDLB-C) yang diterbitkan Badan Standar Nasional Pendidikan Tahun 2006 disebutkan bahwa:
(9)
2
“Pelajaran Matematika diberikan di sekolah-sekolah dasar untuk melatih siswa berpikir sistematis (teratur), logis (masuk akal), kritis (banyak bertanya;
tak lekas percaya), kreatif (berdaya cipta), dan konsisten (ajeg; taat aturan).”
Hal ini dilakukan antara lain, melalui pelatihan penambahan, pengurangan, pembagian, dan perkalian bilangan. Selain itu dimaksudkan pula untuk mengembangkan kemampuan menggunakan matematika dalam pemecahan masalah dan mengkomunikasikan ide atau gagasan dengan menggunakan simbol, tabel, diagram, dan media lain.
Tujuan tersebut menunjukkan betapa pentingnya belajar matematika. Melalui belajar matematika, sejumlah kemampuan dan keterampilan yang diperoleh tidak hanya berguna saat belajar matematika namun dapat diaplikasikan dalam memecahkan berbagai masalah sehari-hari. Berbagai alasan perlunya sekolah mengajarkan matematika kepada siswa pada hakikatnya dapat diringkaskan untuk menyelesaikan masalah kehidupan sehari-hari. Salah satu materi yang terdapat dalam mata pelajaran Matematika pada satuan pendidikan SDLB - C adalah mengenai operasi penjumlahan dalam Standar Kompetensi yaitu melakukan penjumlahan banyak benda sampai 10.
Kemampuan siswa tunagrahita SDLB - C kelas II di SLB Tarbiyatul
Muta’alimin dalam menyelesaikan materi memecahkan masalah perhitungan termasuk yang berkaitan operasi penjumlahan belum tuntas. Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang ditetapkan sebesar 75% tidak terjangkau. Hasil evaluasi menunjukkan bahwa, pemahaman siswa mengenai operasi penjumlahan masih rendah. Berdasarkan hasil analisis pembelajaran pada materi memecahkan masalah perhitungan termasuk yang berkaitan dengan penjumlahan di siswa kelas II SDLB - C SLB Tarbiyatul Muta’alimin, terdapat beberapa kelemahan. Guru belum menemukan strategi pembelajaran yang efektif. Guru masih menggunakan pendekatan pembelajaran yang belum menyentuh ke sasaran. Pendekatan yang digunakan masih bersifat konvensional dan kurangnya media dalam pembelajaran sehingga
(10)
3
Elia Agustini, 2014
Peningkatan Kemampuan Operasi Penjumlahan 1-10 Melalui Media Kartu Bilangan Pada Anak Tunagrahita Kelas II C di SLB Tarbiyatul Muta’alimin Kabupaten Subang
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
menyebabkan peserta didik cepat merasa bosan dan tidak termotivasi untuk belajar
Salah satu cara untuk mengatasi problem terhadap pembelajaran adalah diperlukan pengalaman benda konkrit mudah dipahami menggunakan contoh yang sederhana, menggunakan bahasa yang mudah dipahami, dilakukan dalam situasi yang menarik dan menyenangkan, supaya anak tunagrahita tidak cepat bosan serta termotivasi untuk belajar, sedangkan untuk menjembatani keabstrakan atau prinsip konsep matematika, maka diperlukan media pembelajaran yang sesuai dengan kondisi siswa tunagrahita.
Anak tunagrahita dalam mengikuti proses pembelajaran khususnya mata pelajaran matematika diperlukan adanya pelayanan khusus sesuai kondisi anak tunagrahita. Media dalam kegiatan belajar mengajar memiliki peranan yang besar karena, melalui media akan memudahkan siswa menangkap ataupun menguasai materi yang disampaikan oleh guru. Salah satu media yang akan diterapkan adalah menggunakan media kartu bilangan. Kartu bilangan sebagai media dalam pembelajaran merupakan media yang murah dan semua guru dapat membuatnya.
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, peneliti menganggap penting untuk mengadakan perbaikan pembelajaran melalui Penelitian Tindakan Kelas (PTK) tentang upaya peningkatan kemampuan operasi penjumlahan melalui media kartu bilangan pada anak tunagrahita kelas II C di
SLB Tarbiyatul Muta’alimin Kabupaten Subang.
B. Sasaran Tindakan
Sasaran tindakan dalam penelitian tindakan kelas ini adalah anak
tunagrahita kelas II C di SLB Tarbiyatul Muta’alimin Kabupaten Subang,
dengan jumlah siswa sebanyak 3 (tiga) orang.
Ada beberapa hal yang dapat dijadikan sebagai dasar peneliti memilih
siswa kelas II C di SLB Tarbiyatul Muta’alimin sebagai subjek penelitian, antara lain :
(11)
4
1 Pada saat menemukan permasalahan pembelajaran tersebut, peneliti sedang bertugas mengajar matematika di kelas. sehingga peneliti memahami permasalahan yang ada di dalam kelas.
2 Adanya kesesuaian antara kurikulum dengan materi pelajaran yang dijadikan sebagai sasaran dari penelitian.
3 Mendapat dukungan dari pihak sekolah baik kepala sekolah maupun
guru-guru SLB Tarbiyatul Muta’alimin Kabupaten Subang.
C. Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang masalah seperti yang telah diuraikan di atas, masalah yang akan dicoba dipecahkan dalam penelitian tindakan kelas ini adalah kesenjangan hasil belajar anak tunagrahita kelas II C di SLB
Tarbiyatul Muta’alimin Kabupaten Subang pada mata pembelajaran operasi penjumlahan. Harapannya hasil belajar anak tunagrahita kelas II C tersebut minimal mencapai nilai rerata 7,5 kenyataannya nilai rerata tersebut belum pernah tercapai, paling tidak dalam satu tahun terakhir. Untuk memecahkan masalah tersebut akan dipilih tindakan berupa penggunaan media kartu bilangan.
Oleh karena itu masalah penelitian tindakan kelas ini dirumuskan sebagai berikut: ”Apakah Penggunaan Media Kartu Bilangan pada Mata Pelajaran Matematika dapat Meningkatkan Kemampuan Operasi Hitung Penjumlahan pada Anak Tunagrahita Kelas II C SLB Tarbiyatul MU’alimin Kabupaten Subang?”
D. Hipotesis Tindakan
Penelitian ini direncanakan terbagi ke dalam dua siklus, setiap siklus direncanakan mengikuti prosedur perencanaan (planning), tindakan (acting), pengamatan (observing), dan refleksi (reflecting). Melalui kedua siklus tersebut dapat diamati peningkatan kemampuan operasi hitung penjumlahan melalui media kartu bilangan. Dengan demikian, dapat dirumuskan hipotesis tindakan sebagai berikut: ”Melalui penggunaan media kartu bilangan dapat
(12)
5
Elia Agustini, 2014
Peningkatan Kemampuan Operasi Penjumlahan 1-10 Melalui Media Kartu Bilangan Pada Anak Tunagrahita Kelas II C di SLB Tarbiyatul Muta’alimin Kabupaten Subang
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
meningkatkan kemampuan operasi hitung penjumlahan pada anak tunagrhaita kelas II C SLB Tarbiyatul Muta’alimin Kabupaten Subang”.
E. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah yang telah ditetapkan penelitian rumuskan menjadi 2 tujuan yaitu tujuan umum dan tujuan khusus.
1. Tujuan umum penelitian tindakan kelas ini adalah untuk melihat seberapa besar peningkatan kemampuan operasi hitung penjumlahan pada anak tunagrahita kelas II C SLB Tarbiyatul Mu’alimin Kabupaten Subang. 2. Tujuan Khusus penelitian tindakan kelas ini adalah untuk memperoleh
gambaran mengenai kemampuan operasi penjumlahan 1-10 pada anak tunagrahita melalui penggunaan media kartu bilangan.
F. Kegunaan Penelitian
Adapun kegunaan penelitian dalam ini, dijabarkan sebagai berikut: 1 Untuk Siswa
a Dapat membangkitkan sikap positif siswa terhadap pelajaran matematika, sehingga persepsi yang membosankan tidak terjadi lagi. b Dapat meningkatkan pemahaman siswa dalam menyelesaikan soal
operasi penjumlahan untuk penguasaan materi di tingkat selanjutnya melalui interaktivitas pembelajaran matematika selanjutnya.
c Dapat menimbulkan kembali minat belajar siswa dalam menyelesaikan soal operasi penjumlahan matematika dengan menggunakan media kartu bilangan.
2 Untuk Guru
a Memberikan pembekalan yang bermakna terhadap siswa dalam menyelesaikan soal operasi penjumlahan matematika dalam kehidupannya.
b Meningkatkan kualitas kegiatan belajar mengajar di kelas melalui interaktivitas dengan cara menggunakan media kartu bilangan untuk
(13)
6
memaksimalkan potensi siswa dalam memahami pembelajaran matematika yang diberikan.
3 Untuk Sekolah
Hasil penelitian ini bisa menjadi bahan evaluasi untuk mengetahui efektivitas dan efisiensi penggunaan media kartu bilangan dalam pembelajaran matematika kelas II C SLB Tarbiyatul Mu’alimin Kabupaten Subang, sehingga meningkatkan mutu pembelajaran dan akhirnya berdampak pada peningkatan kualitas nilai yang lebih baik pada tingkat selanjutnya.
(14)
7
Elia Agustini, 2014
Peningkatan Kemampuan Operasi Penjumlahan 1-10 Melalui Media Kartu Bilangan Pada Anak Tunagrahita Kelas II C di SLB Tarbiyatul Muta’alimin Kabupaten Subang
(15)
Elia Agustini, 2014
Peningkatan Kemampuan Operasi Penjumlahan 1-10 Melalui Media Kartu Bilangan Pada Anak Tunagrahita Kelas II C di SLB Tarbiyatul Muta’alimin Kabupaten Subang
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Metode penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research). PTK adalah penelitian tindakan dalam bidang pendidikan yang dilaksanakan dalam kawasan kelas dengan tujuan untuk memperbaiki dan atau untuk meningkatan kemampuan atau profesionalisme guru dalam kegiatan belajar mengajar di kelas. Dengan melakukan penelitian ini diharapkan guru dapat memperbaiki praktik pembelajaran menjadi lebih efektif.
Dalam penelitian ini digunakan desain penelitian dari Kurt Lewin dengan teknik penelitian tindakan kelas kolaboratif. Penelitian tindakan kelas kolaboratif menurut Kemmis dan Mc Taggart (Madya, 2007, hlm. 51) adalah:
“The approach is only action research when it is collaborative, though it is important to realize that the action research of the group is achieved through the critically examined action of individual group members [empbasis in
original].”
Berdasarkan pernyataan ini diperoleh penegasan tentang dua hal. Pertama, penelitian tindakan yang sejati adalah penelitian tindakan kolaboratif, yaitu yang dilakukan oleh sekelompok peneliti melalui kerja sama dan kerja bersama. Kedua, penelitian kelompok tersebut dapat dilaksanakan melalui tindakan anggota kelompok tersebut dapat dilaksanakan melalui tindakan anggota kelompok perorangan yang diperiksa secara kritis melalui refleksi demokratik dan dialogis. Kolaborasi atau kerjasama dalam melakukan penelitian tindakan kelas ini dilakukan bersama-sama dengan guru kelas V SDLB dan wakil kepala sekolah bidang kurikulum sebagai teman sejawat yang bertindak sebagai observer.
(16)
23
Desain penelitian model Kurt Lewin (dalam Wibawa, 2003, hlm. 17) sebagai berikut:
Gambar 3.1
Model Kurt Lewin ini merupakan suatu rangkaian lengkap ( a spiralof
steps ) yang terdiri dari 4 komponen, yaitu :
1. Perencanaan (planning) yaitu merupakan tindakan yang tersusun, dan dari segi definisi harus mengarah pada tindakan, yaitu bahwa rencana itu harus memandang ke depan. Beberapa hal yang direncanakan sebagai berikut:
a. Membuat skenario pembelajaran yang berisi langkah-langkah kegiatan dalam pembelajaran di samping bentuk-bentuk kegiatan yang akan dilakukan.
b. Mempersiapkan sarana pembelajaran yang mendukung terlaksananya tindakan.
Observasi Awal
Observasi I
Pelaksanaan Refleksi I
Rencana Tindakan I
Observasi II
Refleksi II Pelaksanaan
Rencana Tindakan II
(17)
24
c. Mempersiapkan instrumen penelitian. d. Melakukan simulasi pelaksanaan tindakan.
2. Tindakan (acting) yaitu pelaksanaan tindakan perbaikan merupakan tindakan pokok dalam siklus penelitian tindakan yang dilakukan secara sadar dan terkendali, yang merupakan variasi praktik yang cermat dan bijaksana serta mengandung pembaharuan.
3. Pengamatan (Observing) berfungsi untuk mendokumentasikan pengaruh tindakan terkait bersama prosesnya dan berorientasi kemasa yang akan datang untuk refleksi selanjutnya.
4. Refleksi (Reflecting) adalah mengingat dan merenungkan kembali suatu tindakan yang telah dicatat dalam observasi, berusaha memahami proses, masalah, persoalan, dan kendala yang nyata dalam tindakan srtategi melalui diskusi antara peneliti, observer, dan pembimbing skripsi.
B. Setting Penelitian 1. Tempat penelitian
Tempat penelitian yang digunakan adalah SDLB C Tarbiyatul
Muta’alimin yang berada di kecamatan pagaden kabupaten Subang. Sekolah ini berstatus swasta dan berada dibawah pimpinan bapak H. Agus Sutisna, S.Pd.
2. Subyek Penelitian
Adapun karakteristik dari tiap subyek penelitian sebagai berikut: a. Ahmad
Ahmad pada saat ini duduk di kelas II SDLB-C. kemampuan membaca, menulis dan berhitungnya rata-rata masih terbilang sangat rendah dikarenakan Ahmad mengalami hambatan dalam bidang akademik. Khususnya dalam hal penjumlahan dua angka tetapi dalam membilang secara runtun dari 1-10 dengan baik .
b. Rizal
Rizal juga sama duduk di kelas II SDLB-C dalam hal kemampuan membaca menulis dan berhitungnya Rizal juga masih sangat rendah
(18)
25
sehingga harus diperhatikan pada saat membilang karena seringkali ada bilangan yang terlewat.
c. Dilal
Dilal juga sama duduk di kelas II SDLB-C dalam hal kemampuan membaca, menulis dan berhitung juga masih sangat rendah terkadang pada saat proses pembelajaran Dilal mudah bosan dan tidak berkosentrasi pada pelajaran yang diajarkan.
3. Waktu penelitiaan
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai dengan selesai. Penentuan waktu penelitian mengacu pada kalender akademik sekolah karena pelaksanaan PTK memerlukan beberapa siklus dan dilaksanakan pada saat kegiatan belajar mengajar yang efektip dikelas.
C. Siklus Tindakan
Prosedur PTK ini didesain untuk 2 (dua) siklus, dimana tiap-tiap siklus dilaksanakan dalam 1 (satu) kali tatap muka. Rencana tindakan pada masing-masing siklus dalam PTK ini dibagi dalam 4 (empat) kegiatan yaitu: (1) Perencanaan, (2) Implementasi Tindakan, (3) Observasi dan Evaluasi, serta (4) Analisis dan Refleksi.
1 Tahap Perencanaan
Pada tahap perencanaan ini kegiatan yang dilakukan berupa persiapan-pesiapan yang terdiri dari:
a . menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP)
b. menetapkan materi bahan ajar. Banyaknya bahan ajar yang harus disusun adalah untuk satu kali pertemuan.
c . menyusun skenario pembelajaran dengan menggunakan media kartu bilangan
d. menyusun alat evaluasi berupa tes untuk mengetahui respon dan kemampuan operasi hitung penjumlahan melalui media kartu bilangan. e . menyiapkan instrumen observasi untuk pelaksanaan pengamatan
(19)
26
2 Tahap Implementasi Tindakan
Deskripsi tindakan yang dilakukan sesuai dengan judul PTK ini adalah penggunaan media kartu bilangan dalam peningkatan kemampuan operasi hitung penjumlahan matematika, dimana skenario kerja tindakan meliputi:
a. Guru menyiapkan skenario yang akan ditampilkan.
b. Guru menunjuk beberapa peserta didik mempelajari skenario dua hari sebelum kegiatan belajar mengajar.
c. Memberikan penjelasan tentang kompetensi yang ingin dicapai.
d. Memanggil para peserta didik untuk melakukan skenario yang sudah dipersiapkan.
e. Peneliti mencontohkan cara menjumlahkan dengan menunjukan deretan kartu bilangan.
f. Anak mengamati deretan kartu bilangan sambil menirukan apa yang telah dicontohkan oleh guru.
g. Anak menghitung jumlah gambar yang terdapat pada kartu sesuai dengan soal yang diberikan.
h. Setiap anak tunagrahita kelas II C mengerjakan lembar kerja.
i. Masing-masing anak tunagrahita kelas II C menyampaikan hasil pekerjaan yang dikerjakan dalam lembar kerja siswa.
j. Guru memberikan komentar dan kesimpulan secara umum k. Evaluasi
l. Penutup
3 Tahap Observasi dan Evaluasi.
Kegiatan observasi dilakukan oleh observer yaitu guru kelas II dan wakil kepala sekolah yang menjadi mitra kerja dalam PTK ini. Observasi dilakukan pada setiap akhir pertemuan setiap siklus atau sebanyak 2 (dua kali) selama PTK berlangsung. Variabel yang diobservasi dengan menggunakan lembar observasi meliputi kualitas tentang:
(20)
27
a. perhatian peserta didik dalam mengikuti sajian bahan ajar dari awal hingga akhir pelajaran.
b. pemahaman peserta didik terhadap tujuan dan manfaat materi bahan ajar yang disajikan dan tugas-tugas yang harus diselesaikan selama pembelajaran.
c. ingatan materi prasyarat yang menghubungkan antara pengetahuan yang lama dengan pengetahuan yang baru yang akan dipelajari.
d. persepsi terhadap materi pelajaran yang berupa pokok-pokok materi bahan ajar yang penting dan bersifat kunci.
e. kesulitan belajar dan hambatan peserta didik dalam mencapai tujuan pembelajaran atau menguasai kompetensi yang ditetapkan.
Sedangkan kegiatan evaluasi dilaksanakan dengan pemberian tes pada setiap akhir siklus. Variabel yang diukur melalui kegiatan ini meliputi:
a. respon peserta didik sebagai tampilan unjuk kerja yang menggambarkan apakah peserta didik telah mencapai penguasaan kompetensi pada setiap akhir kegiatan pembelajaran.
b. hasil belajar peserta didik setelah mengikuti kegiatan utuh satu siklus. 4 Analisis dan Refleksi.
Hasil kegiatan observasi dan evaluasi di atas selanjutnya dianalisis dengan menggunakan poly sebagai berikut:
a. Hasil observasi dan evaluasi pada masing-masing siklus dipandang sebagai "akibat".
b. Dari akibat tersebut kemudian dianalisis faktor "sebab". c. Dari sebab tersebut selanjutnya ditelusuri "akar sebab".
Hasil analisis di atas menjadi dasar dalam penyusunan refleksi yaitu memikirkan upaya apa yang perlu dilakukan untuk mengatasi akar sebab yang ditemukan. Hasil refleksi ini akan menjadi asar dalam merencanakan tindakan yang akan diterapkan untuk siklus selanjutnya.
(21)
28
D. Variabel Penelitian
Variabel penelitian tindakan kelas yang berjudul ” Peningkatan
Kemampuan Operasi Penjumlahan Melalui Media Kartu bilangan Pada Anak Tunagrahita Kelas II SDLB - C SLB Tarbiyatul Muta’alimin Kabupaten
Subang”adalah:
1. Kemampuan Operasi Penjumlahan
kemampuan merupakan daya untuk melakukan suatu tindakan sebagai
hasil dari pembawaan dan latihan”. Berdasarkan peryataan diatas dengan
demikian, kemampuan adalah potensi atau kesanggupan seseorang yang merupakan bawaan dari lahir dimana potensi atau kesanggupan ini dihasilkan dari pembawaan dan juga latihan yang mendukung seseorang untuk menyelesaikan tugasnya. Sedangkan operasi penjumlahan pada bilangan cacah merupakan aturan
yang mengaitkan setiap pasang bilangan cacah dengan bilangan cacah yang lain. Jika a dan b adalah bilangan cacah, maka jumlah dari kedua
bilangan tersebut dilambangkan dengan “a + b” yang di baca “a tambah b” atau “jumlah dari a dan b”. dengan demikian kemampuan operasi
penjumlahan adalah kesanggupan untuk mengerjakan atau menyelesaikan persoalan yang berkaitan dengan hitungan penjumlahan.
2. Media Kartu Bilangan
Kartu bilangan adalah salah satu cara untuk membangkitkan kemauan dan kemampuan siswa. media kartu didalam pengajaran matematika merupakan suatu media yang memuat instruksi-instruksi yang berupa pertanyaan dan latihan yang digunakan untuk mempelajari ide mereka dalam bentuk kartu angka. (Herman Hudojo,1988, hlm.136)
Berdasarkan pengertian tersebut diatas, maka yang dimaksud media kartu bilangan dalam penelitian ini adalah media kartu yang berbentu persegi panjang yang terbuat dari kertas asturo yang berukuran 15 x 10 cm yang
(22)
29
berisi gambar-gambar bilangan dan angka bilangan di bawahnya yang bertujuan untuk mencapai suatu pembelajaran.
E. Instrumen Pengumpulan Data
Instrument pengumpulan data adalah cara-cara yang digunakan oleh peneliti untuk mengumpulkan data. Adapun instrument yang digunakan dalam pengumpulan data ini adalah observasi dan tes dalam bentuk butir-butir soal yang digunakan untuk mengungkap kemampuan operasi penjumlahan.
1. Observasi
Observasi merupakan pengamatan dan pemusatan perhatian penuh terhadap subjek penelitian. Kegiatan observasi ini dilaksanakan selama proses belajar mengajar berlangsung, serta untuk mengetahui kesesuian pelaksanaan pembelajaran dengan ketentuan yang telah ditetapkan. Hasil observasi ini dijadikan dasar untuk refleksi terhadap pembelajaran yang telah dilaksanakan dan bahan perbaikan pada tindakan selanjutnya.
2. Tes
kemampuan memahami operasi penjumlahan,dalam penelitian ini berupa tes lisan, tes tertulis dan tes perbuatan, yaitu berbentuk instrument tes berupa tugas-tugas yang harus dilakukan anak bekaitan dengan soal-soal operasi penjumlahan yang mengggunakan media kartu bilangan. Melalui tugas-tugas yang diberikan kepada anak, peneliti dapat mengetahui kemampuan sekaligus ketidakmampuan anak berkaitan dengan materi pembelajaran yang sedang diberikan.
F. Teknik Pengolahan Data
Data yang diperoleh berupa data kuantitatif dan kualitatif. Data kualitatif berasal dari hasil tes, sedangkan data kualitatif berasal dari hasil observasi. Adapun pengolahannya adalah sebagai berikut :
(23)
30
Data tes berupa jawaban siswa, terhadap jenis soal uraian dengan patokan jawaban yang benar. Untuk mengetahui tingkat kemampuan siswa dalam soal cerita matematika dengan menggunakan media kartu bilangan digunakan rumus:
Peneliti menetapkan ketuntasan belajar siswa jika siswa telah mampu mencapai kemampuan 75% atau lebih.
b Observasi
Observasi dianalisis dengan cara mengelompokkan data hasil observasi sehingga diperoleh kesimpulan selanjutnya diinterprestasikan secara deskriptif.
Untuk melihat peningkatan kemampuan operasi penjumlahan antara sebelum dan sesudah pembelajaran akan digunakan gain ternormalisasi. Dalam penelitian ini, indeks gain akan digunakan apabila rata-rata nilai postes kelas pada tiap anak berbeda.
Adapun untuk melihat adanya peningkatan penguasaan konsep siswa adalah dengan melihat gain (selisih) dari hasil tes penguasaan konsep pada pre tes dan post tes setiap siklusnya.
Presentase Kemampuan = Skor yang diperoleh x 100% Skor maksimal
(24)
Elia Agustini, 2014
Peningkatan Kemampuan Operasi Penjumlahan 1-10 Melalui Media Kartu Bilangan Pada Anak Tunagrahita Kelas II C di SLB Tarbiyatul Muta’alimin Kabupaten Subang
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
BAB V
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas tentang peningkatan kemampuan operasi penjumlahan 1-10 melalui media kartu bilangan pada anak tunagrahita kelas II di SDLB SLB C Tarbiyatul Muta’alimin Kabupaten Subang, dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Terdapat peningkatan terhadap kemampuan operasi penjumlahan pada anak tunagrahita ringan di SLB Tarbiyatul Mta’alimin Kabupaten Subang (mencapai persentase sebesar 100 % yang termasuk kategori sebagian besar mencapai tinggi) pada mata pelajaran matematika pada proses pembelajaran siklus I, namun belum sepenuhnya dapat meningkatkan ketuntasan dan hasil belajar siswa, indikator yang dapat disimak antara lain: (a) proses pembelajaran yang diukur melalui lembar observasi siswa baru mencapai 61.5%, sedang hasil observasi kepada guru baru mencapai 64.3% dapat mencapai kategori tuntas, (b) dampak lanjutan adalah nilai rerata hasil belajar pada siklus I baru mencapai 69,3% dengan kata lain apabila dihubungkan dengan kriteria keberhasilan, belum memenuhi kriteria yang telah ditetapkan.
2. Terbukti terdapat peningkatan ketuntasan dan hasil belajar yang signifikan setelah pembelajaran dengan menggunakan media kartu bilangan pada siklus II. Ketuntasan belajar menjadi 100% dengan rerata hasil belajar 81,3 %, dan motivasi belajar meningkat menjadi 100%. Hal ini mengandung makna bahwa penelitian tindakan kelas dapat dinyatakan berhasil. Keberhasilan ini ditunjukkan oleh indikator: (a) siswa berhasil mencapai kategori tuntas belajar 100%, (b) hasil belajar mencapai rerata 81,3%, melebihi kriteria yang ditetapkan yaitu rerata 75%, (c) motivasi belajar mencapai rerata sangat tinggi 100%.
(25)
49
B. Rekomendasi
Berdasarkan kesimpulan tersebut, maka rekomendasi yang muncul adalah sebagai berikut:
Berkaitan dengan kesimpulan di atas, maka peneliti dapat mengajukan saran kepada beberapa pihak, antara lain sebagai berikut:
1. Kepada Siswa
a) Siswa sebaiknya mengoptimalkan penggunaan media kartu bilangan dalam pembelajaran matematika sehingga motivasi belajar matematikanya dapat meningkat.
b) Siswa sebaiknya mempertahankan motivasi yang telah terbukti meningkat dengan menggunakan media kartu bilangan.
c) Siswa diharapkan dapat menerapkan media kartu bilangan dalam belajar matematika sehingga dapat meningkatkan motivasi belajarnya. 2. Kepada Peneliti Lain
a) Bagi peneliti yang ingin menerapkan media kartu bilangan dalam proses pembelajaran hndaknya dapat bekerja sama atau berkolaborasi dengan guru yang mengalami permasalahan dalam pembelajaran matematika.
b) Hasil penelitian ini hendaknya menumbuhkan ide kreatif dari peneliti lain, Untuk dapat memberikan jalan keluar mengatasi permasalahan yang terjadi pada anak tunagrahita khususnya berkaitan dengan pembelajaran yang bertujuan untuk meningkatkan motivasi belajar matematika pada anak tunagrahita.
(26)
Elia Agustini, 2014
Peningkatan Kemampuan Operasi Penjumlahan 1-10 Melalui Media Kartu Bilangan Pada Anak Tunagrahita Kelas II C di SLB Tarbiyatul Muta’alimin Kabupaten Subang
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
DAFTAR PUSTAKA
Abdurrahman, M. (1999) Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta: Rineka Cipta.
Anitah, S. (2010) Media Pembelajaran. Surakarta: Yuma Pustaka.
Amin, M. (1995) Ortopedagogik Anak Tunagrahita. Jakarta: Proyek Pendidikan Tenaga Guru – Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi – Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Arsyad, A. (1997a) Media Pembelajaran. Raja Grafindo Persada: Jakarta Arsyad, A. (2011b) Media Pembelajaran. Raja Grafindo Persada: Jakarta
Daryanto. (2010). Media Pembelajaran. Yogyakarta : Gava Media.
Delphie, B. (2006a) Pembelajaran Anak Tunagrahita: Suatu pengantar dalam
pendidikan inklusi. Bandung: Refika Aditama.
Delphie, B. (2009b). Pendidikan Anak Autistik. Sleman: KTSP.
Direktur Pembinaan Sekolah Luar Biasa. (2006). Standar Kompetensi dan
Kompetensi Dasar Sekolah Dasar Luar Biasa Tunagrahita Ringan (SDLB-C). Jakarta: Badan Standar Nasional Pendidikan
Hudojo, H. (1988) Mengajar Matematika. Jakarta. Depdikbud
James dan James (1976) Pengertian Matematika Menurut para ahli. (online) . Tersedia :
http://www.trigonalworld.com/2013/04/pengertian-matematika-menurut-para-ahli.html
Johnson. (1972). Pengertian Matematika Menurut para ahli. (online) . Tersedia : http://www.trigonalworld.com/2013/04/pengertian-matematika-menurut-para-ahli.html
Madya, S. (2007) Teori dan Praktik Penelitian Tindakan (Action Research). Bandung: Alfabeta.
Mukti, F. dan Wibowo, B. (2001) Media Pengajaran. Bandung: CV. Maulana Reys, dkk. (1984) Pengertian Matematika Menurut para ahli. (online) . Tersedia:
http://www.trigonalworld.com/2013/04/pengertian-matematika-menurut-para-ahli.html
(27)
51
Rochyadi, E dan Alimin, Z. (2005) Pengembangan Program Pembelajaran Individual bagi Anak Tunagrahita. Jakarta. Departemen Pendidikan Nasional.
Sadiman, S.A. (2009) Media Pembelajaran: Pengertian, Pengembangan dan
Pemanfaatannya. Jakarta: Rajawali Pers.
Somantri, T. S. (2006) psikologi anak luar biasa. Bandung: Refika Aditama. Susanto, A. (2011) Perkembangan anak usia dini: Pengantar dalam berbagai
aspeknya. Jakarta: Kencana.
Wardani, I.G.A.K. dkk.( 2002) Pengantar Pendidikan Luar Biasa. Jakarta: Universitas Terbuka.
Winataputra, S. U. (2007) Strategi Belajar Mengajar,. Jakarta :Depdikbud
(1)
berisi gambar-gambar bilangan dan angka bilangan di bawahnya yang bertujuan untuk mencapai suatu pembelajaran.
E. Instrumen Pengumpulan Data
Instrument pengumpulan data adalah cara-cara yang digunakan oleh peneliti untuk mengumpulkan data. Adapun instrument yang digunakan dalam pengumpulan data ini adalah observasi dan tes dalam bentuk butir-butir soal yang digunakan untuk mengungkap kemampuan operasi penjumlahan.
1. Observasi
Observasi merupakan pengamatan dan pemusatan perhatian penuh terhadap subjek penelitian. Kegiatan observasi ini dilaksanakan selama proses belajar mengajar berlangsung, serta untuk mengetahui kesesuian pelaksanaan pembelajaran dengan ketentuan yang telah ditetapkan. Hasil observasi ini dijadikan dasar untuk refleksi terhadap pembelajaran yang telah dilaksanakan dan bahan perbaikan pada tindakan selanjutnya.
2. Tes
kemampuan memahami operasi penjumlahan,dalam penelitian ini berupa tes lisan, tes tertulis dan tes perbuatan, yaitu berbentuk instrument tes berupa tugas-tugas yang harus dilakukan anak bekaitan dengan soal-soal operasi penjumlahan yang mengggunakan media kartu bilangan. Melalui tugas-tugas yang diberikan kepada anak, peneliti dapat mengetahui kemampuan sekaligus ketidakmampuan anak berkaitan dengan materi pembelajaran yang sedang diberikan.
F. Teknik Pengolahan Data
Data yang diperoleh berupa data kuantitatif dan kualitatif. Data kualitatif berasal dari hasil tes, sedangkan data kualitatif berasal dari hasil observasi. Adapun pengolahannya adalah sebagai berikut :
(2)
Data tes berupa jawaban siswa, terhadap jenis soal uraian dengan patokan jawaban yang benar. Untuk mengetahui tingkat kemampuan siswa dalam soal cerita matematika dengan menggunakan media kartu bilangan digunakan rumus:
Peneliti menetapkan ketuntasan belajar siswa jika siswa telah mampu mencapai kemampuan 75% atau lebih.
b Observasi
Observasi dianalisis dengan cara mengelompokkan data hasil observasi sehingga diperoleh kesimpulan selanjutnya diinterprestasikan secara deskriptif.
Untuk melihat peningkatan kemampuan operasi penjumlahan antara sebelum dan sesudah pembelajaran akan digunakan gain ternormalisasi. Dalam penelitian ini, indeks gain akan digunakan apabila rata-rata nilai postes kelas pada tiap anak berbeda.
Adapun untuk melihat adanya peningkatan penguasaan konsep siswa adalah dengan melihat gain (selisih) dari hasil tes penguasaan konsep pada pre tes dan post tes setiap siklusnya.
Presentase Kemampuan = Skor yang diperoleh x 100% Skor maksimal
(3)
Elia Agustini, 2014
Peningkatan Kemampuan Operasi Penjumlahan 1-10 Melalui Media Kartu Bilangan Pada
Anak Tunagrahita Kelas II C di SLB Tarbiyatul Muta’alimin Kabupaten Subang
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas tentang peningkatan kemampuan operasi penjumlahan 1-10 melalui media kartu bilangan pada anak tunagrahita kelas II di SDLB SLB C Tarbiyatul Muta’alimin Kabupaten Subang, dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Terdapat peningkatan terhadap kemampuan operasi penjumlahan pada anak tunagrahita ringan di SLB Tarbiyatul Mta’alimin Kabupaten Subang (mencapai persentase sebesar 100 % yang termasuk kategori sebagian besar mencapai tinggi) pada mata pelajaran matematika pada proses pembelajaran siklus I, namun belum sepenuhnya dapat meningkatkan ketuntasan dan hasil belajar siswa, indikator yang dapat disimak antara lain: (a) proses pembelajaran yang diukur melalui lembar observasi siswa baru mencapai 61.5%, sedang hasil observasi kepada guru baru mencapai 64.3% dapat mencapai kategori tuntas, (b) dampak lanjutan adalah nilai rerata hasil belajar pada siklus I baru mencapai 69,3% dengan kata lain apabila dihubungkan dengan kriteria keberhasilan, belum memenuhi kriteria yang telah ditetapkan.
2. Terbukti terdapat peningkatan ketuntasan dan hasil belajar yang signifikan setelah pembelajaran dengan menggunakan media kartu bilangan pada siklus II. Ketuntasan belajar menjadi 100% dengan rerata hasil belajar 81,3 %, dan motivasi belajar meningkat menjadi 100%. Hal ini mengandung makna bahwa penelitian tindakan kelas dapat dinyatakan berhasil. Keberhasilan ini ditunjukkan oleh indikator: (a) siswa berhasil mencapai kategori tuntas belajar 100%, (b) hasil belajar mencapai rerata 81,3%, melebihi kriteria yang ditetapkan yaitu rerata 75%, (c) motivasi belajar mencapai rerata sangat tinggi 100%.
(4)
B. Rekomendasi
Berdasarkan kesimpulan tersebut, maka rekomendasi yang muncul adalah sebagai berikut:
Berkaitan dengan kesimpulan di atas, maka peneliti dapat mengajukan saran kepada beberapa pihak, antara lain sebagai berikut:
1. Kepada Siswa
a) Siswa sebaiknya mengoptimalkan penggunaan media kartu bilangan dalam pembelajaran matematika sehingga motivasi belajar matematikanya dapat meningkat.
b) Siswa sebaiknya mempertahankan motivasi yang telah terbukti meningkat dengan menggunakan media kartu bilangan.
c) Siswa diharapkan dapat menerapkan media kartu bilangan dalam belajar matematika sehingga dapat meningkatkan motivasi belajarnya. 2. Kepada Peneliti Lain
a) Bagi peneliti yang ingin menerapkan media kartu bilangan dalam proses pembelajaran hndaknya dapat bekerja sama atau berkolaborasi dengan guru yang mengalami permasalahan dalam pembelajaran matematika.
b) Hasil penelitian ini hendaknya menumbuhkan ide kreatif dari peneliti lain, Untuk dapat memberikan jalan keluar mengatasi permasalahan yang terjadi pada anak tunagrahita khususnya berkaitan dengan pembelajaran yang bertujuan untuk meningkatkan motivasi belajar matematika pada anak tunagrahita.
(5)
Elia Agustini, 2014
Peningkatan Kemampuan Operasi Penjumlahan 1-10 Melalui Media Kartu Bilangan Pada
Anak Tunagrahita Kelas II C di SLB Tarbiyatul Muta’alimin Kabupaten Subang
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR PUSTAKA
Abdurrahman, M. (1999) Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta: Rineka Cipta.
Anitah, S. (2010) Media Pembelajaran. Surakarta: Yuma Pustaka.
Amin, M. (1995) Ortopedagogik Anak Tunagrahita. Jakarta: Proyek Pendidikan Tenaga Guru – Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi – Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Arsyad, A. (1997a) Media Pembelajaran. Raja Grafindo Persada: Jakarta Arsyad, A. (2011b) Media Pembelajaran. Raja Grafindo Persada: Jakarta
Daryanto. (2010). Media Pembelajaran. Yogyakarta : Gava Media.
Delphie, B. (2006a) Pembelajaran Anak Tunagrahita: Suatu pengantar dalam
pendidikan inklusi. Bandung: Refika Aditama.
Delphie, B. (2009b). Pendidikan Anak Autistik. Sleman: KTSP.
Direktur Pembinaan Sekolah Luar Biasa. (2006). Standar Kompetensi dan
Kompetensi Dasar Sekolah Dasar Luar Biasa Tunagrahita Ringan (SDLB-C). Jakarta: Badan Standar Nasional Pendidikan
Hudojo, H. (1988) Mengajar Matematika. Jakarta. Depdikbud
James dan James (1976) Pengertian Matematika Menurut para ahli. (online) . Tersedia :
http://www.trigonalworld.com/2013/04/pengertian-matematika-menurut-para-ahli.html
Johnson. (1972).Pengertian Matematika Menurut para ahli. (online) . Tersedia : http://www.trigonalworld.com/2013/04/pengertian-matematika-menurut-para-ahli.html
Madya, S. (2007) Teori dan Praktik Penelitian Tindakan (Action Research). Bandung: Alfabeta.
Mukti, F. dan Wibowo, B. (2001) Media Pengajaran. Bandung: CV. Maulana Reys, dkk. (1984) Pengertian Matematika Menurut para ahli. (online) . Tersedia:
http://www.trigonalworld.com/2013/04/pengertian-matematika-menurut-para-ahli.html
(6)
Rochyadi, E dan Alimin, Z. (2005) Pengembangan Program Pembelajaran Individual bagi Anak Tunagrahita. Jakarta. Departemen Pendidikan Nasional.
Sadiman, S.A. (2009) Media Pembelajaran: Pengertian, Pengembangan dan
Pemanfaatannya. Jakarta: Rajawali Pers.
Somantri, T. S. (2006) psikologi anak luar biasa. Bandung: Refika Aditama. Susanto, A. (2011) Perkembangan anak usia dini: Pengantar dalam berbagai
aspeknya. Jakarta: Kencana.
Wardani, I.G.A.K. dkk.( 2002) Pengantar Pendidikan Luar Biasa. Jakarta: Universitas Terbuka.
Winataputra, S. U. (2007) Strategi Belajar Mengajar,. Jakarta :Depdikbud