PENGARUH MEDIA ULAR TANGGA DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN PENJUMLAHAN SISWA TUNAGRAHITA RINGAN : Single Subject Research Kelas II SDLB dalam Peningkatan Kemampuan Penjumlahan Sampai 10 di SLB C YPLB Majalengka.

(1)

PENGARUH MEDIA ULAR TANGGA DALAM

MENINGKATKAN KEMAMPUAN PENJUMLAHAN SISWA

TUNAGRAHITA RINGAN

(

Single Subject Research Kelas II SDLB dalam Peningkatan Kemampuan

Penjumlahan Sampai 10 di SLB C YPLB Majalengka

)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Jurusan Pendidikan Luar Biasa

Oleh: Isti Indrawati

0607130

JURUSAN PENDIDIKAN LUAR BIASA

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA


(2)

PENGARUH MEDIA ULAR TANGGA DALAM

MENINGKATKAN KEMAMPUAN PENJUMLAHAN SISWA

TUNAGRAHITA RINGAN

Oleh Isti Indrawati

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Ilmu Pendidikan

© Isti Indrawati 2013 Universitas Pendidikan Indonesia

Juli 2013

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.


(3)

LEMBAR PENGESAHAN

Isti Indrawati 0607130

PENGARUH MEDIA ULAR TANGGA DALAM

MENINGKATKAN KEMAMPUAN PENJUMLAHAN SISWA

TUNAGRAHITA RINGAN

(

Single Subject Research Kelas II SDLB dalam Peningkatan Kemampuan

Penjumlahan Sampai 10 di SLB C YPLB Majalengka

)

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH:

Pembimbing I

Drs. H. Maman Abdurahman SR, M.Pd NIP. 19570613 198503 1 001

Pembimbing II

Dra. Oom Sitti Homdijah, M.Pd NIP. 19610105 198303 2 002

Mengetahui

Ketua Jurusan PLB FIP UPI


(4)

PENGARUH MEDIA ULAR TANGGA DALAM

MENINGKATKAN KEMAMPUAN PENJUMLAHAN SISWA

TUNAGRAHITA RINGAN

(

Single Subject Research Kelas II SDLB dalam Peningkatan Kemampuan

Penjumlahan Sampai 10 di SLB C YPLB Majalengka

)

OLEH:

ISTI INDRAWATI 0607130

Skripsi ini telah direvisi dan disetujui oleh penguji sidang kelompok IX

Drs. H. DUDI GUNAWAN, M.Pd. NIP. 19621121 198403 1 002


(5)

ABSTRAK

Pembelajaran matematika di SLB-C pada dasarnya adalah membantu siswa untuk mengembangkan potensinya sesuai dengan kebutuhan dan karakteristik siswa, pembelajaran matematika untuk anak tunagrahita harus lebih afektif karena ranahnya akan mengarah pada kehidupan sehari –hari, contohnya pada saat berbelanja, yang tidak akan mungkin lepas dari menghitung jumlah barang yang akan di beli, membayar belanjaan, menghitung uang kembalian dan lainnya. Pemahaman-pemahaman tersebut sangat penting untuk siswa tunagrahita dalam kehidupan diri sendiri dan bermasyarakat. Pemahaman konsep matematika untuk anak tunagrahita diperlukan media pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan dan karakteristik anak, salah satu media yang sesuai adalah media ular tangga. Adapun masalah yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah kemampuan berhitung penjumlahan sampai 10 pada siswa tunagrahita ringan.

Berdasarkan pokok masalah tersebut, penelitian ini bertujuan untuk memperoleh data tentang kemampuan berhitung penjumlahan sampai 10 siswa tunagrahita ringan sebelum dan sesudah pemberian perlakuan melalui penggunaan media ular tangga.

Metode yang digunakan adalah metode eksperimen, dengan menggunakan pendekatan single subject research yang artinya penelitian yang dilakukan kepada subjek-persubjek, dan desain yang digunakan adalah desain A-B-A.

Teknik analisis data dalam penelitian ini dilakuakan melalui tampilan grafik garis, dari hasil penelitian data kemampuan berhitung penjumlahan 1 sampai 10, pada

mean level kemampuan subjek RN yaitu pada fase baseline-1 (A-1) adalah sebesar

30%, meningkat pada saat fase intervensi (B) sebesar 48.125%, dan meningkat lagi pada saat fase baseline-2 (A-2) sebesar 68.75% (hasil tersebut menunjukkan adanya perubahan positif yaitu perubahan terhadap kemampuan penjumlahan dari sangat buruk menjadi cukup baik). Sedangkan mean level kemampuan subjek LN yaitu pada fase baseline-1 (A-1) adalah sebesar 60%, meningkat pada saat fase intervensi (B) sebesar 65.625%, dan meningkat lagi pada saat fase baseline-2 (A-2) sebesar 77.5% (hasil tersebut menunjukkan adanya perubahan positif yaitu perubahan terhadap kemampuan penjumlahan dari cukup baik menjadi baik).

Hasil yang diperoleh dari penelitian ini, disarankan dan direkomendasikan untuk guru dan peneliti selanjutnya. Bagi guru diharapkan agar lebih kreatif dan selektif dalam memilih media yang tepat dalam mengajarkan penjumlahan dengan memperhatikan karakteristik setiap siswa, misalnya anak yang cenderung selalu mengalihkan aktivitas pembelajaran matematika bisa dialihkan melalui melalui permainan ular tangga (belajar sambil bermain). Selanjutnya bagi peneliti yang berkenan untuk mengangkat kembali permasalahan yang sama dalam penelitian ini, diharapkan dapat membuat instrument yang lebih variatif, desain yang berbeda, dan penambahan subjek lebih banyak.


(6)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

UCAPAN TERIMA KASIH ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GRAFIK ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xiv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 5

C. Batasan Masalah... 5

D. Rumusan Masalah ... 5

E. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ... 5

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 7

A. Deskripsi Teori ... 7

1. Konsep Dasar Siswa Tunagrahita ... 10

a. Pengertian Siswa Tunagrahita ... 7

b. Klasifikasi Siswa Tunagrahita... 7

2. Siswa Tunagrahita Ringan ... 9

a. Pengertian Siswa Tunagrahita Ringan ... 9

b. Dampak Ketunagrahitaan terhadap Pembelajaran ... 9

c. Pembelajaran Berhitung Siswa Tunagrahita Ringan... 10

d. Kesulitan Belajar Berhitung Siswa Tunagrahita Ringan ... 10

3. Operasi Hitung Penjunmlahan ... 11

a. Pengertian Operasi Hitung Penjumlahan ... 11

b. Tujuan Pengajaran Berhitung Siswa Tunagrahita Ringan ... 11


(7)

c. Pentingnya Pengajaran Berhitung Siswa Tunagrahita

Ringan ... 12

4. Media Ular Tangga ... 13

a. Media Pembelajaran ... 13

b. Ular Tangga ... 14

c. Media Ular Tangga dalam Konsep Penjumlahan ... 16

B. Kerangka Berfikir dan Penelitian Yang Relevan ... 16

1. Kerangka Berfikir... 16

2. Penelitian Yang Relevan ... 17

BAB III METODE PENELITIAN ... 18

A. Variabel Penelitian ... 18

1. Definisi Konsep Variabel ... 18

2. Definisi Operasional Variabel ... 18

B. Metode Penelitian... 19

C. Tempat dan Subjek Penelitian ... 21

1. Tempat Penelitian... 21

2. Subjek Penelitian ... 21

D. Prosedur Penelitian... 22

E. Teknik Pengumpulan Data ... 23

F. Instrumen Penelitian... 24

G. Uji Validitas Instrumen ... 25

H. Pengolahan dan Analisis Data ... 26

1. Pengolahan Data... 27

2. Analisis Data ... 28

BAB IV HASIL PENELETIAN DAN PEMBAHASAN ... 31

A. Hasil Penelitian ... 31

1. Subjek RN ... 31

2. Subjek LN ... 37

B. Analisis Data ... 44


(8)

a. Analisis Dalam Kondisi ... 44

b. Analisis Antar Kondisi ... 54

2. Subjek LN ... 57

a. Analisis Dalam Kondisi ... 58

b. Analisis Antar Kondisi ... 67

C. Pembahasan ... 70

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI ... 73

A. Kesimpulan ... 73

B. Rekomendasi ... 73

C. Penutup ... 96

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN-LAMPIRAN 1. Surat-surat Penelitian

2. Kisi-kisi, RPP, dan Instrumen Penelitian 3. Validitas Instrumen

4. Data Hasil Pengamatan Subjek RN dan LN 5. Foto-foto Kegiatan


(9)

DAFTAR TABEL

3.1 Daftar Nama Penilai Expert Judgement dalam Tes Uji Validitas ... 26 3.2 Data Pengkategorian Persentase Kemampuan Menjumlahkan Siswa

Tunagrahita Ringan ... 28 4.1 Data Kemampuan Penjumlahan Fase Baseline-1

untuk Subjek RN ... 31 4.2 Data Kemampuan Penjumlahan Fase Intervensi (B)

untuk Subjek RN ... 33

4.3 Data Kemampuan Penjumlahan Fase Baseline-2 untuk Subjek RN ... 34

4.4 Rekapitulasi Data Perkembangan Kemampuan Penjumlahan

untuk Subjek RN ... 35 4.5 Data Kemampuan Penjumlahan Fase Baseline-1

untuk Subjek LN ... 38 4.6 Data Kemampuan Penjumlahan Fase Intervensi

untuk Subjek LN ... 39

4.7 Data Kemampuan Penjumlahan Fase Baseline-2 untuk Subjek LN ... 40

4.8 Rekapitulasi Data Perkembangan Kemampuan Penjumlahan untuk Subjek LN ... 42 4.9 Data Panjang Kondisi Kemampuan Penjumlahan untuk Subjek RN ... 44 4.10 Data Kecenderungan Arah Kemampuan Penjumlahan

untuk Subjek RN ... 46 4.11 Banyaknya Data Dalam Rentang Pada Kondisi Baseline-1 (A-1)

untuk Subjek RN ... 48 4.12 Banyaknya Data Dalam Rentang Pada Kondisi Intervensi (B)


(10)

4.13 Banyaknya Data Dalam Rentang Pada Kondisi Baseline-2 (A-2)

untuk Subjek RN ... 51

4.14 Data Kecenderungan Stabilitas Dalam Kondisi Desain A-B-A pada Kemampuan Penjumlahan untuk Subjek RN ... 52

4.15 Data Jejak Kemampuan Penjumlahan untuk Subjek RN ... 52

4.16 Data Level Stabilitas dan Rentang untuk Subjekk RN ... 52

4.17 Data Level Perubahan untuk Subjek RN ... 53

4.18 Data Hasil Analisis Dalam Kondisi Pada Kemampuan Penjumlahan untuk Subjek RN ... 54

4.19 Data Jumlah Variabel Diubah untuk Subjek RN ... 54

4.20 Data Kecenderungan Arah Dan Efeknya untuk Subjek RN ... 55

4.21 Data Perubahan Kecenderungan Stabilitas untuk Subjek RN... 55

4.22 Data Perubahan Level untuk Subjek RN ... 55

4.23 Data Overlap Kemampuan Penjumlahan untuk Subjek RN ... 57

4.24 Rangkuman Hasil Analisis Antar Kondisi untuk Subjek RN ... 57

4.25 Data Panjang Kondisi Kemampuan Penjumlahan untuk Subjek LN ... 58

4.26 Data Kecenderungan Arah Kemampuan Penjumlahan 4.27 untuk Subjek LN ... 59

4.28 Banyaknya Data Dalam Rentang Pada Kondisi Baseline-1 (A-1) 4.29 untuk Subjek LN ... 61

4.30 Banyaknya Data Dalam Rentang Pada Kondisi Intervensi (B) untuk Subjek LN ... 63

4.31 Banyaknya Data Dalam Rentang Pada Kondisi Baseline-2 (A-2) untuk Subjek LN ... 65

4.32 Data Kecenderungan Stabilitas Dalam Kondisi Desain A-B-A pada Kemampuan Penjumlahan untuk Subjek LN ... 65

4.33 Data Jejak Kemampuan Penjumlahan untuk Subjek LN ... 65

4.34 Data Level Stabilitas dan Rentang untuk Subjekk LN... 66


(11)

4.36 Data Hasil Analisis Dalam Kondisi Pada Kemampuan Penjumlahan

untuk Subjek LN ... 67

4.37 Data Jumlah Variabel Diubah untuk Subjek LN... 67

4.38 Data Kecenderungan Arah Dan Efeknya untuk Subjek LN ... 68

4.39 Data Perubahan Kecenderungan Stabilitas untuk Subjek LN ... 68

4.40 Data Perubahan Level untuk Subjek LN ... 68

4.41 Data Overlap Kemampuan Penjumlahan untuk Subjek LN ... 70


(12)

DAFTAR GRAFIK

4.1 Kondisi Kemampuan Penjumlahan Fase Baseline-1

untuk Subjek RN ... 32 4.2 Kondisi Kemampuan Penjumlahan Fase Intervensi

untuk Subjek RN ... 33 4.3 Kondisi Kemampuan Penjumlahan Fase Baseline-2

untuk Subjek RN ... 34 4.4 Rekapitulasi Perkembangan Kemampuan Penjumlahan

untuk Subjek RN ... 36 4.5 Mean Level Kemampuan Penjumlahan untuk Subjek RN ... 37 4.6 Kondisi Kemampuan Penjumlahan Fase Baseline-1

untuk Subjek LN ... 38 4.7 Kondisi Kemampuan Penjumlahan Fase Intervensi

untuk Subjek LN ... 39 4.8 Kondisi Kemampuan Penjumlahan Fase Baseline-2

untuk Subjek LN ... 41 4.9 Rekapitulasi Perkembangan Kemampuan Penjumlahan

untuk Subjek LN ... 42 4.10 Mean Level Kemampuan Penjumlahan untuk Subjek LN ... 43 4.11 Estimasi Kecenderungan Arah Kondisi Baseline-1 (A-1),

Intervensi (B), dan Baseline-2 (A-2) untuk Subjek RN ... 45 4.12 Menentukan Banyaknya Data Kemampuan Penjumlahan

yang berada dalam Rentang pada kondisi Baseline-1 (A-1) untuk Subjek RN ... 47 4.13 Menentukan Trend Stability pada kondisi Baseline-1 (A-1)

untuk Subjek RN ... 47 4.14 Menentukan Banyaknya Data Kemampuan Penjumlahan

yang berada dalam Rentang pada kondisi Intervensi (B) untuk Subjek RN ... 49


(13)

4.15 Menentukan Trend Stability pada kondisi Intervensi (B)

untuk Subjek RN ... 49 4.16 Menentukan Banyaknya Data Kemampuan Penjumlahan

yang berada dalam Rentang pada kondisi Baseline-2 (A-2) untuk Subjek RN ... 51 4.17 Menentukan Trend Stability pada kondisi Baseline-2 (A-2)

untuk Subjek RN ... 51

4.18 Data Overlap Kondisi Baseline-1 (A-1) ke Intervensi (B) untuk Subjek RN ... 56

4.19 Data Overlap Kondisi Intervensi (B) ke Baseline-2 (A-2) untuk Subjek RN ... 56 4.20 Estimasi Kecenderungan Arah Kondisi Baseline-1 (A-1),

Intervensi (B), dan Baseline-2 (A-2) untuk Subjek LN ... 58 4.21 Menentukan Banyaknya Data Kemampuan Penjumlahan 4.22 yang berada dalam Rentang pada kondisi Baseline-1 (A-1)

untuk Subjek LN ... 60 4.23 Menentukan Trend Stability pada kondisi Baseline-1 (A-1)

untuk Subjek LN ... 60 4.24 Menentukan Banyaknya Data Kemampuan Penjumlahan

yang berada dalam Rentang pada kondisi intervensi (B)

untuk Subjek LN ... 62 4.25 Menentukan Trend Stability pada Kondisi Intervensi (B)

Untuk Subjek LN ... 62 4.26 Menentukan Banyaknya Data Kemampuan Penjumlahan

yang berada dalam Rentang pada kondisi Baseline-2 (A-2)

untuk Subjek LN ... 64 4.27 Menentukan Trend Stability pada kondisi Baseline-2 (A-2)

untuk Subjek LN ... 64

4.28 Data Overlap Kondisi Baseline-1 (A-1) ke Intervensi (B) untuk Subjek LN ... 69


(14)

4.29 Data Overlap Kondisi Intervensi (B) ke Baseline-2 (A-2) untuk Subjek LN ... 69


(15)

DAFTAR GAMBAR

2.1 Desain Ular Tangga... 15 2.2 Papan dan Dadu untuk Berhitung dalam Media Ular Tangga ... 15


(16)

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Pendidikan luar biasa merupakan bentuk layanan pendidikan yang menangani siswa-siswa berkebutuhan khusus, termasuk siswa tunagrahita ringan. Banyak istilah yang digunakan untuk menyebut siswa tunagrahita seperti lemah pikiran, idiot, terbelakang mental, moron, cacat mental, dan gangguan intelektual, namun semua mengarah kepada suatu arti, yaitu mereka yang mempunyai inteligensi di bawah rata-rata dengan adanya kemampuan dalam perilaku non-adaptif dan terjadi selama perkembangan usia 18 tahun, ini sesuai yang diungkapkan oleh Amin (1995 :11) bahwa :

Anak tunagrahita adalah mereka yang kecerdasannya jelas di bawah rata-rata. Disamping itu mereka mengalami keterbelakangan dalam menyesuaikan diri dengan lingkungan. Mereka kurang cakap dalam memikirkan hal-hal abstrak, yang sulit-sulit, dan yang berbelit-belit.

Aritmatika merupakan bagian dari matematika yang terdiri dari proses penjumlahan, pengurangan, perkalian, dan pembagian. Seperti yang dikemukakan oleh Delphi (2009 : 3) bahwa: “Aritmatika atau berhitung merupakan cabang matematika yang mempelajari sifat hubungan nyata dengan perhitungannya yang meliputi penjumlahan, pengurangan, perkalian, dan pembagian”.

Pembelajaran matematika untuk anak-anak harus melibatkan indera penglihatan, pendengaran, penciuman, taktil dan perabaannya agar konsep yang terkandung di dalamnya dapat dicerna dengan baik, dengan kata lain pembelajaran tersebut harus dimulai dari hal yang konkrit - semi konkrit - semi abstrak - dan abstrak. Pembelajaran tersebut juga harus diterapkan pada anak-anak tunagrahita (pada subjek penelitian ini, siswa sudah mahir berhitung memakai benda-benda konkrit, akan tetapi lemah ditahapan semi konkrit – semi abstrak dan abstrak).


(17)

2

Hal tersebut senada dengan teori yang diungkapkan oleh Alimin (2007 : 3)

Pembelajaran bagi anak-anak harus memfungsikan semua sensoris, oleh karena itu belajar harus selalu dimulai dari hal yang konkrit. Konsekuensi dari semua ini proses belajar hendaknya melalui tahapan konkrit, semi konkrit, semi abstrak, dan abstrak. Proses belajar seperti ini terjadi pula pada anak tunagrahita.

Salah satu cara untuk mengatasi problema tersebut terhadap pembelajaran adalah diperlukan media pembelajaran berupa benda konkrit, mudah dipahami, menggunakan contoh yang sederhana, menggunakan bahasa yang mudah dipahami, dilakukan dalam situasi yang menarik dan menyenangkan.

Matematika dianggap penting untuk siswa tunagrahita dalam kelangsungan hidupnya contohnya adalah pada waktu berbelanja dan menggunakan uang.

Bidang matematika, khususnya penjumlahan sudah dipelajari oleh siswa tunagrahita sejak tingkat sekolah dasar, tetapi masih sampai bilangan puluhan. Selain penjumlahan, siswa tunagrahita belajar pengurangan, sedangkan untuk perkalian dan pembagian diberikan pada tingkat menengah atau lanjutan.

Berdasarkan hasil studi di lapangan tentang proses pembelajaran terhadap siswa di SLB bagian C YPLB Majalengka kelas II SDLB ditemukan permasalahan dalam pembelajaran yakni motivasi diri dan minat siswa yang rendah dalam pembelajaran matematika, kecenderungan mengalihkan aktivitas lain disaat proses pembelajaran (tiduran pada saat guru memberikan materi, jalan-jalan, dan mengganggu teman), kurangnya perhatian yang diberikan oleh guru, rendahnya tingkat pemahaman siswa terhadap materi yang disampaikan (belum

konsisten dalam memahami simbol angka contohnya “6” menjadi “9”, berhitung masih menggunakan jari, dan lain-lain), dan guru masih monoton dalam menyampaikan pembelajaran matematika sebagai contoh yaitu media yang digunakan belum inovatif (media berhitung penjumlahan masih menggunakan jari). Kondisi tersebut memberikan indikasi yang jelas tentang masalah yang ada pada saat pembelajaran yang mana anak menjadi jenuh dan tidak termotivasi untuk belajar matematika khususnya penjumlahan.


(18)

3

Salah satu cara untuk mengatasi kejenuhan anak dalam belajar adalah dengan menggunakan media pembelajaran. Sebagaimana Hamalik mengungkapkan bahwa:

Pemakaian media pembelajaran dalam proses belajar mengajar dapat membangkitkan keinginan dan minat yang baru, membangkitkan motivasi dan rangsang kegiatan belajar, dan bahkan membawa pengaruh-pengaruh psikologis terhadap siswa (Kustandi dan Sutjipto, 2011 : 21)

Media pembelajaran sebagai salah satu komponen dalam sistem pendidikan merupakan solusi yang diupayakan oleh para ahli untuk menunjang proses belajar, sehingga diharapkan dengan adanya media dalam sebuah proses pembelajaran akan tercipta sebuah proses belajar mengajar yang efektif dan efisen. Hal ini sejalan dengan pendapat Kustandi dan Sutjipto (2011 : 26) bahwa manfaat praktis dari penggunaan media pembelajaran di dalam belajar mengajar, sebagai berikut:

1. Media pembelajaran dapat memperjelaskan penyajian pesan dan informasi sehingga dapat memperlancar serta meningkatkan proses dan hasil belajar.

2. Media pembelajaran dapat meningkatkan dan mengarahkan perhatian anak, sehingga dapat menimbulkan motivasi belajar, interaksi yang lebih langsung antara siswa dan lingkungannya, dan kemungkinan siswa untuk belajar sendiri-sendiri sesuai dengan kemampuan dan minatnya.

3. Media pembelajaran dapat mengatasi keterbatasan indera, ruang, dan waktu

4. Media pembelajaran dapat memberikan kesamaan pengalaman kepada siswa tentang peristiwa lingkungan mereka, serta memungkinkan terjadinya interaksi langsung dengan guru, masyarakat, dan lingkungannya.

Dari keempat fungsi tersebut, jika melihat fungsi media pembelajaran nomor tiga di atas maka kita dapat menjawab permasalahan yang sudah dibahas sebelumnya yaitu bahwa dalam pembelajaran matematika siswa tunagrahita harus melibatkan sensoris (penglihatan, pendengaran, penciuman, taktil dan perabaannya).

Ular tangga merupakan permainan papan yang dimainkan oleh dua orang atau lebih, papan permainannya dibagi dalam kotak-kotak kecil dan dibeberapa


(19)

4

kotaknya digambar sejumlah tangga atau ular yang untuk menghubungkan dengan kotak lain, permainan ini memakai dadu untuk memainkannya.

Ular tangga memiliki unsur edukasi seperti belajar bersosialisasi, melatih motorik halus, dan belajar matematika dalam membilang dan menjumlahkan. Penulis menganggap ular tangga memuat pembelajaran matematika yang melibatkan alat sensoris seperti penglihatan, pendengaran, taktil, dan perabaan. Ular tangga juga dapat dijadikan media pembelajaran yang dapat mewujudkan PAIKEM (pembelajaran aktif, inovatif, kreatif, efektif, dan menyenangkan), sehingga diharapkan melalui media ular tangga kemampuan berhitung siswa tunagrahita ringan akan meningkat.

Keuntungan apabila penelitian ini dilakukan adalah kita dapat mengetahui sebarapa besar konstribusi media ini dalam menyelesaikan permasalahan belajar siswa tunagrahita ringan khususnya dalam masalah belajar matematika penjumlahan sampai 10.

Peneliti menganggap media ular tangga bisa dijadikan media untuk membantu siswa tunagrahita ringan dalam memahami isi materi yang

disampaikan, oleh karena itu peneliti ingin meneliti tentang “Pengaruh Media Ular Tangga Dalam Meningkatkan Kemampuan Penjumlahan Siswa Tunagrahita

Ringan”.

B. IDENTIFIKASI MASALAH

Berdasarkan hasil studi di atas, maka permasalahan yang muncul mengenai pengaruh media ular tangga dalam meningkatkan kemampuan penjumlahan, diantaranya:

1. Kemampuan berhitung siswa tunagrahita ringan yang rendah. 2. Motivasi dan minat siswa dalam pembelajaran matematika rendah.

3. Pembelajaran matematika penting dalam kehidupan sehari-hari seperti pada waktu berbelanja atau menggunakan uang. Oleh karena itu, pemahaman terhadap konsep operasi hitung sangat diperlukan.


(20)

5

C. BATASAN MASALAH

Berdasarkan identifikasi masalah di atas menunjukkan bahwa, ruang lingkup yang perlu diteliti cukup luas. Untuk itu, peneliti membatasi permasalahan pada penguasaan konsep operasi hitung penjumlahan sampai 10 pada siswa tunagrahita ringan kelas II SDLB dengan menggunakan media media ular tangga.

D. RUMUSAN MASALAH

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah : “Apakah penggunaan media ular tangga dapat meningkatkan kemampuan penjumlahan sampai 10 pada

siswa tunagrahita kelas II di SLB bagian C?”.

E. TUJUAN DAN KEGUNAAN PENELITIAN 1. Tujuan

a. Tujuan Umum

Secara umum penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran tentang pengaruh media ular tangga terhadap penjumlahan pada siswa tunagrahita ringan.

b. Tujuan Khusus

Untuk mengetahui:

1) Kemampuan siswa tunagrahita ringan kelas II SDLB bagian C YPLB Majalengka dalam penjumlahan sampai 10 sebelum diberikan intervensi dengan menggunakan media ular tangga.

2) Kemampuan siswa tunagrahita ringan kelas II SDLB bagian C YPLB Majalengka dalam penjumlahan sampai 10 sesudah diberikan intervensi dengan menggunakan media ular tangga.


(21)

6

2. Kegunaan

Berdasarkan tujuan penelitian yang dikemukakan di atas maka hasil yang dicapai dalam penelitian ini diharapkan berguna bagi peneliti, dan para praktisi Pendidikan Luar Biasa.

a. Bagi peneliti: memperoleh pengetahuan dan pengalaman praktis tentang pengaruh penerapan media ular tangga untuk meningkatkan kemampuan operasi hitung siswa tunagrahita ringan.

b. Kegunaan bagi guru: hasil penelitian ini dapat memberikan informasi dan penjelasan bahwa media ular tangga dapat meningkatkan kemampuan penjumlahan sampai 10 pada siswa tunagrahita ringan.

c. Bagi siswa: sebagai inovasi belajar yang menyenangkan dalam mengatasi permasalahan kejenuhan belajar siswa.

d. Bagi sekolah: memberikan terobosan baru dalam pembelajaran dan dapat menjadi sebuah rekomendasi/ bahan kajian para pengelola sekolah luar biasa bahwa media ular tangga menjadi salah satu sebuah solusi dalam permasalahan pembelajaran matematika yang terjadi di sekolah.


(22)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Variabel Penelitian 1. Definisi Konsep Variabel

Variabel penelitian dapat diartikan sebagai (1) atribut mengenai sesuatu yang diamati dalam penelitian, (2) suatu konsep yang memiliki variasi nilai, (3) ciri dari individu, objek, gejala, peristiwa yang dapat terukur secara kuantitatif maupun kualitatif. Sesuai pernyataan dari Hatch dan Farhady (Sugiyono, 2011 : 60) „Variabel dapat didefinisikan sebagai atribut, atau objek, yang mempunyai variasi antara satu orang dengan yang lain atau satu objek dengan objek lainnya‟. Variabel terbagi menjadi dua yakni variabel bebas dan variabel terikat, adapun penjelasannya sebagai berikut:

a. Variabel Independen (Bebas)

Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi variabel terikat yang dikenal dengan istilah intervensi atau perlakuan.

b. Variabel Dependen (Terikat)

Variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi variabel oleh variabel bebas yang dikenal dengan istilah perilaku sasaran atau target behavior. (Sunanto, 2006:12)

2. Definisi Operasional Variabel

a. Variabel Bebas

Dalam penelitian ini yang menjadi variabel bebas dalam penelitian ini adalah permainan ular tangga.

Permainan ular tangga adalah permainan yang dimainkan oleh dua orang atau lebih, papan permainannya dibagi dalam kotak dan beberapa digambari ular dan tangga, ular diharuskan turun dan tangga diharuskan naik. Cara memainkan ular tangga yaitu setiap pemain memulai permainan dengan bidaknya di kotak pertama dan secara bergiliran dengan melemparkan dadu. Bidak dijalankan sesuai dengan jumlah mata dadu yang muncul (menjumlahkan angka dadu yang muncul).


(23)

19

b. Variabel Terikat

Variabel terikat dari penelitian ini adalah kemampuan penjumlahan. Adapun permasalahan kemampuan penjumlahan pada variabel terikat ini yakni membahas tentang konsep operasi hitung penjumlahan sampai 10 pada siswa tunagrahita ringan kelas II SDLB.

Penjumlahan merupakan suatu operasi hitung matematika dengan simbol

“+”. Penjumlahan pada dasarnya melanjutkan menghitung dari angka dimana angka pertama sebanyak angka penjumlahan, maka angka terakhir merupakan hasil dari penjumlahan. Contoh : 2 + 4= ..., maka dari angka 2 kita melanjutkan menghitung sebanyak 6 hitungan yaitu 3, 4, 5, dan angka 6 merupakan angka terakhir dan itulah hasil penjumlahan dari 2 + 4.

B. Metode Penelitian

Dalam melakukan penelitian dibutuhkan suatu metode yang akan digunakan. Tujuannya adalah untuk memperoleh pemecahan masalah dari suatu fokus yang sedang diteliti agar mencapai target yang diharapkan. Pemilihan metode didasarkan pada rumusan masalah yang jawabanya akan dicari dan dibuktikan dengan penelitian. Metode yang digunakan untuk mengetahui tingkat ketercapaian suatu penelitian. Penelitian ini menggunakan metode eksperimen.

Sukardi (2003: 179) menyatakan bahwa “metode penelitian eksperimen merupakan metode penelitian yang paling produktif, karena jika penelitian tersebut dilakukan dengan baik dapat menjawab hipotesis yang utamanya berkaitan dengan hubungan sebab akibat”.

Penelitian ini menggunakan metode penelitian eksperimen desain subjek tunggal (single subject desain). Menurut Wijaya (2011) yang dimaksud dengan desain subjek tunggal:

Suatu eksperimen dimana subjek atau partisipannya bersifat tunggal, bisa satu orang, dua orang atau lebih. Hasil eksperimen disajikan dan dianalisis berdasarkan subjek secara individual. Prinsip dasar eksperimen subjek tunggal dalah meneliti individu dalam dua kondisi, yaitu tanpa perlakuan dan dengan perlakuan.


(24)

20

Perlakuan yang diberikan kepada subjek dalam penelitian ini berupa permainan ular tangga untuk meningkatkan penjumlahan sampai 10 pada siswa tunagrahita ringan. Desain yang digunakan yaitu desain A-B-A. Desain A-B-A untuk mengetahui hubungan sebab akibat antara variabel terikat dengan variabel bebas. Desain A-B-A terdapat tiga tahapan anatara lain: Baseline-1 (A-1), Intervensi (B), Baseline-2 (A-2). Adapun penjelasannya sebagai berikut:

A-1 (Baseline-1) merupakan keadaan subjek sebelum mendapatkan

perlakuan. Subjek diperlakukan secara alami tanpa treatmen dan diberikan secara berulang-ulang. Pada kegiatan ini peneliti memberikan soal test berisikan 20 pertanyaan dan dilakukan sebanyak empat sesi (satu sesi = 60 menit)

B (Intervensi) merupakan keadaan treatmen. Subjek diberikan perlakuan

secara berulang-ulang. Tujuannya untuk melihat tingkah laku berkaitan dengan kompetensi yang menjadi sasaran pembelajaran yang terjadi selama proses kegiatan pembelajaran. Pada kegiatan ini siswa memainkan permainan ular tangga dan mengerjakan soal pada papan berhitung yang disediakan (penilaian dilakukan sebanyak 20 kali menghitung jumlah dadu yang dilempar), kegiatan ini dilakukan sebanyak delapan kali sesi (satu sesi = 60 menit) adapun langkah operasionalnya adalah sebagai berikut:

(1) Siswa diperkenalkan material (papan ular tangga, papan berhitung kartu gambar, dan dadu), simbol matematika (1-10, +, =) cara bermain, dan aturan permaianan ular tangga

(2) Siswa melempar dan menghitung jumlah dadu yang keluar menggunakan papan berhitung dan kartu gambar (peneliti mencatat soal dan hasil jawaban siswa)

(3) Siswa mengaplikasikan hasil berhitung (hasil angka dadu yang keluar) ke papan ular tangga

(4) Siswa bergantian menunggu giliran bermain kembali

A-2 (Baseline-2) merupakan pengulangan kondisi baseline-1 yang

dilakukan untuk memantau dan mengevaluasi pengaruh intervensi terhadap perkembangan subjek secara berulang-ulang. Pada kegiatan ini


(25)

21

peneliti kembali memberikan soal test berisikan 20 pertanyaan dan dilakukan sebanyak empat kali sesi (satu sesi = 60 menit)

C. Tempat dan Subjek Penelitian

1. Tempat Penelitian

Penelitian tidak akan terlepas dari latar yang menjadi tempat diperolehnya sumber data. Penelitian ini dilakukan di SLB C YPLB Majalengka Kab. Majalengka. Pengambilan data diambil pada jam pertama sekolah sampai selesai (60 menit).

2. Subjek Penelitian Subjek 1

Subjek yang pertama yaitu siswa kelas II SDLB berjenis kelamin laki-laki berinisial RN, kemampuan subjek ini dalam membilang cukup baik namun masih terkadang keliru seperti antara angka 6 dan 9, 5 dan 2, dan lain-lain, hal tersebut karena daya ingat siswa cepat lupa, dalam menghitung penjumlahan masih kurang, itu bisa dilihat dari hasil latihan-latihan yang diberikan wali kelasnya. Siswa ini dapat mengerjakan soal penjumlahan jika dibantu oleh guru dan dengan bantuan menggunakan gambar.

Subjek 2

Subjek penelitian yang kedua yaitu siswi kelas II SDLB berjenis kelamin perempuan yang berinisial LN, subjek ini cenderung pasif, kemampuan subjek ini dalam membilang sudah baik, namun dalam hal menghitung khususnya menjumlahkan masih kurang dikarenakan masih dibantu oleh guru dan cara menghitung soal tidak menggunakan jari namun terkadang membilangnya tidak sesuai dengan konsep membilang.


(26)

22

D. Prosedur Penelitian

1. Observasi pendahuluan, Studi pendahuluan lapangan yang dilakukan oleh penulis bertujuan untuk mengetahui subjek dan memperoleh informasi tentang permasalahan yang dimilikinya.

2. Menentukan dan menetapkan perilaku yang akan diubah sebagai target

behavior yaitu meningkatkan kemampuan penjumlahan siswa tunagrahita

ringan dan membuat program intervensi yaitu mendesain dan membuat media permainan ular tangga.

3. Pengurusan surat izin

a. Permohonan surat pengantar dari jurusan kepada fakultas untuk pengesahan judul dan pengangkatan dosen pembimbing.

b. Permohonan surat pengantar dari fakultas kepada rektor untuk membuat surat pengantar kepada Kepala Badan Kesatuan Bangsa dan Politik Pemerintah Kabupaten Majalengka.

c. Permohonan izin Kepala Badan Kesatuan Bangsa dan Politik Pemerintah Kabupaten Majalengka sebagai rekomendasi penelitian di SLB C YPLB Majalengka

d. Surat pernyataan telah melaksanakan penelitian di SLB C YPLB Majalengka

4. Tahap pelaksanaan

Pada tahap Pelaksanaan ini dilaksanakan dalam desain A-B-A yang mana memiliki langkah-langkah sebagai berikut:

a. Menetapkan kemampuan dasar atau kondisi baseline-1 kemampuan penjumlahan sebanyak 4x sesi. Langkah pertama mengkondisikan subjek pada situasi belajar dengan subjek duduk dan berhadapan dengan peneliti, subjek diminta mengerjakan soal test yang sudah dipersiapkan.

b. Melakukan perlakuan pada siswa atau intervensi penggunaan permainan ular tangga terhadap kemampuan penjumlahan. Kegiatan ini dilakukan selama delapan kali intervensi, penilaian dilakukan pada saat intervensi pembelajaran (evaluasi proses pembelajaran). Adapun proses treatment


(27)

23

(Langkah operasional permainan ular tangga) yang lebih jelas digambarkan sebagai berikut:

(1) Siswa diperkenalkan materi (papan ular tangga, papan berhitung kartu gambar, dan dadu), simbol matematika (1-10, +, =) cara bermain, dan aturan permaianan ular tangga

(2) Siswa melempar dan menghitung jumlah dadu yang keluar menggunakan papan berhitung dan kartu gambar (peneliti mencatat soal dan hasil jawaban siswa)

(3) Siswa mengaplikasikan hasil berhitung (hasil angka dadu yang keluar) ke papan ular tangga

(4) Siswa bergantian menunggu giliran bermain kembali

c. Untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh penggunaan permainan ular tangga maka dilakukan tahapan sesi baseline-2. Baseline-2 merupakan pengulangan dari baseline-1 yaitu pemberian soal tes dan dilakukan sebanyak empat kali tes tanpa adanya perlakuan atau penggunaan permainan ular tangga

E. Teknik Pengumpulan Data

Menyusun instrumen adalah pekerjaan yang penting dilakukan dalam penelitian namun sebelum menyusun instrumen kita perlu mengetahui teknik pengumpulan datanya agar memperoleh hasil sesuai dengan variable yang ditentukan.

Pada penelitian ini teknik pengumpulan datanya menggunakan dua teknik yaitu pada sesi baseline-1 (A-1) dan baseline-2 (A-2) menggunakan teknik pemberian tes tertulis kemampuan penjumlahan (20 soal), sedangkan untuk sesi intervensi (B) menggunakan metode observasi, dimana penulis mengamati ketika proses menghitung, yang mana soal yang muncul sesuai dengan angka dadu yang keluar dalam permainan ular tangga.


(28)

24

F. Instrumen Penelitian

Pada prinsipnya meneliti adalah melakukan pengukuran, maka harus ada alat ukur yang baik. Alat ukur dalam penelitian biasanya dinamakan instrumen penelitian. Arikunto (2010 : 203) menyatakan bahwa:

Instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik, dalam arti lebih cermat, lengkap, dan sistematis sehingga lebih mudah diolah.

Instrumen dalam penelitian ini yang digunakan adalah berupa soal tes, dan format isian soal yang akan keluar (melalui teknik observasi). untuk mengetahui kemampuan awal (sesi A-1) menggunakan soal test, pada saat intervensi (B) format isian soal yang keluar, dan kemampuan akhir sebagai evaluasi (sesi A-2) menggunakan soal test.

Untuk mempermudah pembuatan instrumen, peneliti membuat beberapa langkah yaitu:

a. Membuat kisi-kisi

Pembuatan kisi kisi berguna untuk untuk memberikan gambaran untuk menyusun pembuatan butir soal pada variabel yang telah ditentukan (terlampir).

b. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

Perencanaan pembelajaran atau biasa disebut Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) adalah rancangan pembelajaran mata pelajaran per unit yang akan diterapkan guru dalam pembelajaran di kelas.

RPP digunakan untuk mempermudah penelitian karena rancangan atau skenario dapat ditentukan terlebih dahulu sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Secara teknis rencana pembelajaran mencakup komponen-komponen berikut :

(1) Standar kompetensi, kompetensi dasar, dan indikator pencapaian hasil belajar.

(2) Tujuan pembelajaran. (3) Materi pembelajaran.


(29)

25

c. Pembuatan butir soal dan format isian soal yang akan keluar

Pembuatan butir soal disesuaikan dengan indikator yang telah ditentukan pada kisi-kisi soal. Dari tujuan tersebut dibuat bentuk soal tes dan format isian soal yang akan keluar yang jumlah masing-masing sebanyak 20 soal (terlampir)

d. Sistem penilaian butir soal (skala penilaian)

Penilaian butir soal terdiri dari dua kategori atau skala pengukuran yang

diambil dari skala Guttman. Menurut Sugiyono (2011: 139) “skala

pengukuran tipe dengan tipe ini, akan didapat jawaban yang tegas, yaitu “ya -

tidak”; “benar-salah”; “pernah - tidak pernah”; “positif – negatif”; dan lain -lain”, Peneliti pun memilih dua kategori penilaian yaitu benar-salah, Kategori benar diberi skor 1 dan kategori salah mampu diberi skor 0.

G. Uji Validitas Instrumen

Instrumen yang baik adalah instrumen yang pengukurannya sesuai dengan apa yang hendak diukur, sesuai pernyataan dari Gay (Sukardi, 2003: 121) bahwa

„suatu instrumen dikatakan valid jika instrumen yang digunakan dapat mengukur

apa yang hendak diukur‟.

Validitas tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah validitas isi dengan teknik penilaian (judgement) menurut Margono (2007 : 188) “penentuan suatu alat ukur mempunyai validitas isi, biasanya dapat juga didasarkan pada penilaian para ahli dalam bidang tersebut”. Validitas isi dengan teknik penilaian ini digunakan untuk menentukan apakah tes tersebut sesuai antara tujuan dengan butir soal yang dibuat.

Uji validitas dilakukan dengan cara menyusun butir soal yang sesuai dengan materi yang akan diajarkan, kemudian diminta penilaian (judgement) kepada tiga orang guru penilai yaitu guru SLB C YPLB Majalengka dan satu dosen Pendidikan Luar Biasa. Adapun penilai instrumen dalam penelitian ini adalah pada halaman berikutnya:


(30)

26

Tabel 3.1

Daftar Nama Penilai Expert Judgement dalam Tes Uji Validitas

NO NAMA JABATAN INSTANSI

1 Drs. Ahmad M, M.Pd Dosen PLB Spesialisasi C

Universitas

Pendidikan Indonesia 2 Bayusari Tresnawati K, S.Pd Guru SLB C YPLB

Majalengka 3 Heni Yuliati, S.Pd Guru SLB C YPLB

Majalengka 4 Entin Rahmawati, S.Pd Guru SLB C YPLB

Majalengka

Uji validitas dilakukan dengan cara menyusun soal-soal penjumlahan yakni dengan memecahkan variabel menjadi sub-variabel dan indikator setelah itu dituangkan dalam butir-butir pertanyaan atau soal kemudian diminta penilaian (judgement) kepada para ahli. Setelah instrumen dinilai (judgement), data yang terkumpul dinilai validitasnya dengan menggunakan rumus:

P = ×100 % Dimana:

P : persentasi F : jumlah cocok

N : jumlah penilai ahli / guru mata pelajaran

Apabila semua item dinyatakan valid oleh para ahli dan tidak ada yang diperbaiki maka instrumen tersebut dapat digunakan dalam penelitian yang akan dilakukan (adapun hasil expert-judgement dalam penelitian ini terlampir).

H. Pengolahan Data dan Analisis Data

Mengolah data adalah salah satu langkah yang sangat penting dalam kegiatan penelitian. Langkah ini dilakukan agar data yang terkumpul mempunyai arti dan dapat ditarik suatu kesimpulan sebagai jawaban dari permasalahan yang diteliti. Teknik pengolahan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah persentase. Persentase merupakan satuan yang sering dipilih oleh para peneliti


(31)

27

dan guru untuk mengukur perilaku dibidang akademik maupun sosial. Untuk itu peneliti memilih persentase sebagai teknik pengolahan datanya.

Setelah data terkumpul, masing-masing data baseline-1, intervensi, dan

baseline-2 kemudian data tersebut dibuat analisis deskriptifnya. Pada penelitian

SSR, analisis data dilakukan dengan subjek persubjek (dalam penelitian ini terdapat dua subjek) dan disajikan dengan menggunakan statistik deskriptif yang berbentuk grafik dengan tujuan untuk mempermudah memahami data, dengan kata lain kita dapat memperoleh gambaran jelas tentang hasil kemampuan penjumlahan siswa tunagrahita ringan di SLB C YPLB Majalengka setelah diberi perlakuan menggunakan permainan ular tangga yang dilakukan secara berulang-ulang.

Dalam penelitian ini grafik yang dipilih adalah grafik garis. Sunanto (2006: 40) menyatakan bahwa “grafik garis biasanya digunakan untuk

menampilkan data yang ditampilkan secara kontinu”. Grafik garis mempunyai

beberapa kelebihan diantaranya yang paling penting adalah dikenal pembaca, dengan demikian mudah dibaca dan dipahami. Menurut Sunanto (2005: 35) ada beberapa komponen garis, yaitu:

a. Absis: garis horizontal (x) yang memberikan keterangan waktu (sesi, hari dan tanggal).

b. Ordinat: garis vertikal (y) sebagai variabel terikat (persentase, frekuensi dan durasi)

c. Titik Awal: merupakan pertemuan antara sumbu X dan sumbu Y sebagai suatu titik awal satuan variabel bebas dan terikat

d. Skala: garis-garis pendek pada sumbu X dan sumbu Y yang menunjukan ukuran

e. Label kondisi: keterangan yang menggambarkan kondisi eksperimen, misalnya kondisi satu ke kondisi lainnya.

f. Garis perubahan kondisi: yaitu garis vertikal yang menunjukan adanya perubahan kondisi ke kondisi lainnya

g. Judul grafik: judul yang menunjukan hubungan antara variabel bebas dan terikat.

1. Pengolahan Data

Teknik pengolahan data dalam penelitian ini menggunakan pengukuran


(32)

28

terikat yang biasa digunakan oleh peneliti dan guru untuk mengukur perilaku

dalam bidang akademik maupun sosial” (Sunanto, 2005 : 16). Persentase (%) dihitung dengan cara rumus dibawah ini:

tes yang dikerjakan dengan benar

100% jumlah soal

Dikarenakan perhitungan persentase dipastikan hasilnya sebesar 0%-100% (angka-angka), maka untuk menghindari kesalahfahaman antara baik atau buruknya dari hasil perhitungan persentase kemampuan menjumlahkan siswa tunagrahita ringan disetiap fase atau kondisi, maka peneliti menetapkan pengkategorian persentase untuk mendeskripsikan hasil baik atau buruknya dalam kemampuan menjumlahkan. Terdapat 5 kategori hasil persentase yaitu:

Tabel 3.2

Data Pengkategorian Persentase Kemampuan Menjumlahkan SiswaTunagrahita Ringan

No Persentase (%) Kategori 1 0-39,99 Sangat buruk

2 40-59,99 buruk

3 60-69,99 Cukup baik

4 70-89,99 Baik

5 90 -100 Sangat baik

2. Analisis Data

Analisis data merupakan tahap terakhir sebelum menarik kesimpulan. Setelah terkumpul semua data, data tersebut kemudian diolah dan dianalisis untuk dihitung dan dipertanggung jawabkan secara ilmiah. Perhitungan ini dilakukan dengan menganalisis (1) dalam kondisi dan (2) antar kondisi. Analisis dalam kondisi memiliki komponen sebagai berikut:

a. Panjang kondisi

Panjang kondisi adalah banyaknya data dalam kondisi yang juga menggambarkan banyaknya sesi dalam kondisi tersebut.


(33)

29

Kecenderungan arah digambarkan oleh garis lurus yang melintasi semua data dalam kondisi dimana banyaknya data yang berada di atas dan di bawah garis yang sama banyak.

c. Tingkat stabilitas (level stability)

Menunjukkan tingkat homogenitas data dalam suatu kondisi. Tingkat kestabilan dapat ditentukan dengan menghitung banyaknya data yang berada di dalam rentang 50% di atas dan di bawah mean.

d. Jejak data (data path)

Jejak data merupakan perubahan dari data satu ke data lain dalam suatu kondisi dengan tiga kemungkinan yaitu menaik, menurun, dan mendatar. e. Level stabilitas dan rentang

Rentang maksudnya disini adalah jarak antara data terbesar dengan data terkecil pada setiap kondisi (fase)

f. Tingkat perubahan (level change)

Tingkat perubahan menunjukkan besarnya perubahan data atau merupakan selisih antara data pertama dengan data terakhir.

Sedangkan dalam menganalisis antar kondisi meliputi komponen sebagai berikut:

a. Variabel yang diubah

Merupakan variabel terikat atau sasaran yang difokuskan. b. Perubahan kecenderungan arah dan efeknya

Merupakan perubahan kecenderungan arah grafik antara kondisi baseline dan intervensi.

c. Perubahan stabilitas dan efeknya

Stabilitas data menunjukkan tingkat kestabilan perubahan dari sederetan data.

d. Perubahan level data

Menunjukkan seberapa besar data berubah dari fase kodisi ke kondisi lainnya (selisih antara sesi terakhir dengan sesi pertama pada fase kondisi selanjutnya).


(34)

30

e. Data yang tumpang tindih

Data yang tumpang tindih antara dua kondisi terjadi akibat dari keadaan data yang sama pada kedua kondisi.

Adapun langkah-langkah yang dilakukan dalam menganalisis data tersebut adalah:

a. Menskor hasil penilaian pada kondisi baseline-1.

b. Menskor hasil penilaian pada kondisi treatmen/intervensi. c. Menskor hasil penilaian pada kondisi baseline-2.

d. Membuat tabel penilaian untuk skor yang telah diperoleh pada kondisi

baseline-1, kondisi intervensi, dan kondisi baseline-2.

e. Membandingkan hasil skor pada kondisi baseline-1, skor intervensi, dan skor pada kondisi baseline-2.

f. Membuat analisis dalam bentuk grafik garis sehingga dapat dilihat secara langsung perubahan yang terjadi dari ketiga fase.


(35)

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. KESIMPULAN

Berdasarkan analisis terhadap keseluruhan data yang diperoleh di lapangan atau perhitungan persentase pada fase baseline-1, intervensi, dan baseline-2 secara umun dapat disimpulkan bahwa penggunaan media ular tangga cukup efektif digunakan untuk meningkatkan kemampuan penjumlahan sampai 10 siswa tunagrathita ringan di SLB bagian C YPLB Majalengka kelas II SDLB, apabila ditinjau secara khusus dapat disimpulkan bahwa ketika kemampuan penjumlahan sebelum diberikan intervensi menggunakan media ular tangga hasilnya untuk subjek RN sangat buruk dan untuk subjek LN buruk, sedangkan untuk kemampuan penjumlahan sesudah diberikan intervensi menggunakan media ular tangga hasilnya untuk subjek peneliti RN cukup baik dan untuk subjek LN baik.

Penggunaan media ular tangga dapat mengatasi permasalahan belajar matematika khususnya dalam penjumlahan, dimana siswa lebih termotivasi dan menumbuhkan minat dalam belajar, selain itu permasalahan pembelajaran matematika yang biasanya muncul seperti kecenderungan mengalihkan aktivitas lain, jalan-jalan pada saat pembelajaran, mengganggu teman, kurangnya perhatian yang disampaikan tidak muncul ketika media ular tangga dimainkan.

B. REKOMENDASI

Dari hasil kesimpulan yang telah dikemukan, maka ada beberapa hal yang harus disampaikan sebagai suatu rekomendasi, yaitu:

1. Bagi Guru

Pihak sekolah khususnya guru perlu mengembangkan dan menciptakan media-media yang menarik untuk pembelajaran matematika siswa tunagrahita ringan misalnya seperti media ular tangga,. Dengan media ular tangga ini semoga bisa merekomendasikan dan bahan pertimbangan sekolah untuk


(36)

74

dapat mengembangkan dan mengoptimalkan kemampuan siswa dalam pembelajaran matematika khusus membantu meningkatkan kemampuan penjumlahan.

2. Bagi Peneliti Selanjutnya

Untuk mendapatkan hasil yang lebih maksimal, penulis menyarankan kepada peneliti selanjutnya untuk mengadakan penelitian sejenis dengan memodifikasi atau memperbaiki segala kekurangan yang ada pada penelitian ini, contohnya mengubah desain penelitian menjadi A-B-A-B yang diharapkan dapat menambah jumlah fase lebih lama, sehingga dapat memberi gambaran yang lebih jelas lagi tentang penelitian ini.


(37)

DAFTAR PUSTAKA

Amin, M. (1995). Ortopedagogik Anak Tunagrahita. Jakarta: Depdikbud.

Alimin, Z. (2007). Hambatan dan Perkembangan Anak dengan Gangguan

Kognitif/Kecerdasan, [Online]. Tersedia:

http//file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PEND._LUAR_BIASA/195903241 984031-ZAENAL_ALIMIN/MODUL_3_UNIT_1.pdf. [3 November 2012].

Arikunto, S. (2010). Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Bineka Cipta.

Asherdianto, hangkit, (2010). Pengaruh Metode Pembelajaran Make-A Match

Terhadap Peningkatan Kemampuan Berhitung Siswa Tunagrahita Ringan Tingkat Sdlb:Penelitian Eksperimen pada Siswa Kelas II di SLB Nurul Iman Dayeuhkolot . Skripsi PLB

Cahyo, A. (2011). Gudang Permainan Kreatif Khusus Asah Otak Kiri Anak. Yogyakarta: Flashbooks.

Daryanto. (2011). Media Pembelajaran. Bandung: CV Yrama Widya.

Khalieqy, N. (2012).

Analisis Sumber Belajar dan Media Pembelajaran.

Tersedia:

http://nurulelkhalieqy.blogspot.com/2012/03/analisis-sumber-belajar-dan-media.html. [19 nov 2012].

Kustandi dan Sutjipto. (2011). Media Pembelajaran Manual dan Digital. Jakarta: Ghalia Indonesia.

Nurwahuyni, D. (2012). Tunagrahita Ringan. Tersedia:

http://chihoney.blogspot.com/2012/04/tunagrahita-ringan.html. [24 april 2012].

Payton, J.S, Patton, J.R. (1981). Mental Retardation. Columbus: Charles E. Merril Publishing Company.

Sugiyono. (2011). Metode Penelitian (Pendidikan Kuantitatif, Kualitatif dan


(38)

76

Sukardi. (2003). Metodologi Penelitian Pendidikan. Yogyakarta: PT Bumi Aksara.

Sunanto, J., Takeuchi, K. & Nakata, H. (2005). Pengantar Penelitian Dengan

Subyek Tunggal. CRICED University of Tsukuba.

Sunanto, J. (2006). Penelitian Dengan Subyek Tunggal. Bandung: UPI Press. Shadiq, F. (2008). Untuk Apa Belajar Matematika?. Tersedia: http//fadjarp3g.

files.wordpress.com/2008/12-utkapabelmat_widya_pdf. [18 November 2012].

Zahra, A. (2012). Tujuan Belajar Matematika. Tersedia: http://weusemath.blogspot.com/2012/06/tujuan-belajar-matematika.html. [18 November 2012]


(1)

Isti Indrawati, 2013

Pengaruh Media Ular Tangga Dalam Meningkatkan Kemampuan Penjumlahan Siswa Tunagrahita Ringan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Kecenderungan arah digambarkan oleh garis lurus yang melintasi semua data dalam kondisi dimana banyaknya data yang berada di atas dan di bawah garis yang sama banyak.

c. Tingkat stabilitas (level stability)

Menunjukkan tingkat homogenitas data dalam suatu kondisi. Tingkat kestabilan dapat ditentukan dengan menghitung banyaknya data yang berada di dalam rentang 50% di atas dan di bawah mean.

d. Jejak data (data path)

Jejak data merupakan perubahan dari data satu ke data lain dalam suatu kondisi dengan tiga kemungkinan yaitu menaik, menurun, dan mendatar. e. Level stabilitas dan rentang

Rentang maksudnya disini adalah jarak antara data terbesar dengan data terkecil pada setiap kondisi (fase)

f. Tingkat perubahan (level change)

Tingkat perubahan menunjukkan besarnya perubahan data atau merupakan selisih antara data pertama dengan data terakhir.

Sedangkan dalam menganalisis antar kondisi meliputi komponen sebagai berikut:

a. Variabel yang diubah

Merupakan variabel terikat atau sasaran yang difokuskan. b. Perubahan kecenderungan arah dan efeknya

Merupakan perubahan kecenderungan arah grafik antara kondisi baseline dan intervensi.

c. Perubahan stabilitas dan efeknya

Stabilitas data menunjukkan tingkat kestabilan perubahan dari sederetan data.

d. Perubahan level data

Menunjukkan seberapa besar data berubah dari fase kodisi ke kondisi lainnya (selisih antara sesi terakhir dengan sesi pertama pada fase kondisi selanjutnya).


(2)

30

Isti Indrawati, 2013

Pengaruh Media Ular Tangga Dalam Meningkatkan Kemampuan Penjumlahan Siswa Tunagrahita Ringan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu e. Data yang tumpang tindih

Data yang tumpang tindih antara dua kondisi terjadi akibat dari keadaan data yang sama pada kedua kondisi.

Adapun langkah-langkah yang dilakukan dalam menganalisis data tersebut adalah:

a. Menskor hasil penilaian pada kondisi baseline-1.

b. Menskor hasil penilaian pada kondisi treatmen/intervensi. c. Menskor hasil penilaian pada kondisi baseline-2.

d. Membuat tabel penilaian untuk skor yang telah diperoleh pada kondisi baseline-1, kondisi intervensi, dan kondisi baseline-2.

e. Membandingkan hasil skor pada kondisi baseline-1, skor intervensi, dan skor pada kondisi baseline-2.

f. Membuat analisis dalam bentuk grafik garis sehingga dapat dilihat secara langsung perubahan yang terjadi dari ketiga fase.


(3)

Isti Indrawati, 2013

Pengaruh Media Ular Tangga Dalam Meningkatkan Kemampuan Penjumlahan Siswa Tunagrahita Ringan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. KESIMPULAN

Berdasarkan analisis terhadap keseluruhan data yang diperoleh di lapangan atau perhitungan persentase pada fase baseline-1, intervensi, dan baseline-2 secara umun dapat disimpulkan bahwa penggunaan media ular tangga cukup efektif digunakan untuk meningkatkan kemampuan penjumlahan sampai 10 siswa tunagrathita ringan di SLB bagian C YPLB Majalengka kelas II SDLB, apabila ditinjau secara khusus dapat disimpulkan bahwa ketika kemampuan penjumlahan sebelum diberikan intervensi menggunakan media ular tangga hasilnya untuk subjek RN sangat buruk dan untuk subjek LN buruk, sedangkan untuk kemampuan penjumlahan sesudah diberikan intervensi menggunakan media ular tangga hasilnya untuk subjek peneliti RN cukup baik dan untuk subjek LN baik.

Penggunaan media ular tangga dapat mengatasi permasalahan belajar matematika khususnya dalam penjumlahan, dimana siswa lebih termotivasi dan menumbuhkan minat dalam belajar, selain itu permasalahan pembelajaran matematika yang biasanya muncul seperti kecenderungan mengalihkan aktivitas lain, jalan-jalan pada saat pembelajaran, mengganggu teman, kurangnya perhatian yang disampaikan tidak muncul ketika media ular tangga dimainkan.

B. REKOMENDASI

Dari hasil kesimpulan yang telah dikemukan, maka ada beberapa hal yang harus disampaikan sebagai suatu rekomendasi, yaitu:

1. Bagi Guru

Pihak sekolah khususnya guru perlu mengembangkan dan menciptakan media-media yang menarik untuk pembelajaran matematika siswa tunagrahita ringan misalnya seperti media ular tangga,. Dengan media ular tangga ini semoga bisa merekomendasikan dan bahan pertimbangan sekolah untuk menjadi sebagai salah satu terobosan baru dalam media pendidikan, sehingga


(4)

74

Isti Indrawati, 2013

Pengaruh Media Ular Tangga Dalam Meningkatkan Kemampuan Penjumlahan Siswa Tunagrahita Ringan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

dapat mengembangkan dan mengoptimalkan kemampuan siswa dalam pembelajaran matematika khusus membantu meningkatkan kemampuan penjumlahan.

2. Bagi Peneliti Selanjutnya

Untuk mendapatkan hasil yang lebih maksimal, penulis menyarankan kepada peneliti selanjutnya untuk mengadakan penelitian sejenis dengan memodifikasi atau memperbaiki segala kekurangan yang ada pada penelitian ini, contohnya mengubah desain penelitian menjadi A-B-A-B yang diharapkan dapat menambah jumlah fase lebih lama, sehingga dapat memberi gambaran yang lebih jelas lagi tentang penelitian ini.


(5)

Isti Indrawati, 2013

Pengaruh Media Ular Tangga Dalam Meningkatkan Kemampuan Penjumlahan Siswa Tunagrahita Ringan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR PUSTAKA

Amin, M. (1995). Ortopedagogik Anak Tunagrahita. Jakarta: Depdikbud.

Alimin, Z. (2007). Hambatan dan Perkembangan Anak dengan Gangguan

Kognitif/Kecerdasan, [Online]. Tersedia:

http//file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PEND._LUAR_BIASA/195903241 984031-ZAENAL_ALIMIN/MODUL_3_UNIT_1.pdf. [3 November 2012].

Arikunto, S. (2010). Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Bineka Cipta.

Asherdianto, hangkit, (2010). Pengaruh Metode Pembelajaran Make-A Match Terhadap Peningkatan Kemampuan Berhitung Siswa Tunagrahita Ringan Tingkat Sdlb:Penelitian Eksperimen pada Siswa Kelas II di SLB Nurul Iman Dayeuhkolot . Skripsi PLB

Cahyo, A. (2011). Gudang Permainan Kreatif Khusus Asah Otak Kiri Anak. Yogyakarta: Flashbooks.

Daryanto. (2011). Media Pembelajaran. Bandung: CV Yrama Widya.

Khalieqy, N. (2012).

Analisis Sumber Belajar dan Media Pembelajaran.

Tersedia:

http://nurulelkhalieqy.blogspot.com/2012/03/analisis-sumber-belajar-dan-media.html. [19 nov 2012].

Kustandi dan Sutjipto. (2011). Media Pembelajaran Manual dan Digital. Jakarta: Ghalia Indonesia.

Nurwahuyni, D. (2012). Tunagrahita Ringan. Tersedia:

http://chihoney.blogspot.com/2012/04/tunagrahita-ringan.html. [24 april 2012].

Payton, J.S, Patton, J.R. (1981). Mental Retardation. Columbus: Charles E. Merril Publishing Company.

Sugiyono. (2011). Metode Penelitian (Pendidikan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D). Bandung: Alfabeta


(6)

76

Isti Indrawati, 2013

Pengaruh Media Ular Tangga Dalam Meningkatkan Kemampuan Penjumlahan Siswa Tunagrahita Ringan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Sukardi. (2003). Metodologi Penelitian Pendidikan. Yogyakarta: PT Bumi Aksara.

Sunanto, J., Takeuchi, K. & Nakata, H. (2005). Pengantar Penelitian Dengan Subyek Tunggal. CRICED University of Tsukuba.

Sunanto, J. (2006). Penelitian Dengan Subyek Tunggal. Bandung: UPI Press. Shadiq, F. (2008). Untuk Apa Belajar Matematika?. Tersedia: http//fadjarp3g.

files.wordpress.com/2008/12-utkapabelmat_widya_pdf. [18 November 2012].

Zahra, A. (2012). Tujuan Belajar Matematika. Tersedia: http://weusemath.blogspot.com/2012/06/tujuan-belajar-matematika.html. [18 November 2012]


Dokumen yang terkait

PENGARUH METODE DRILL TERHADAP PENINGKATAN KETERAMPILAN MEMAKAI SEPATU BERTALI PADA ANAK TUNAGRAHITA RINGAN KELAS 3 SDLB DI SLB C YPLB MAJALENGKA.

6 18 25

PENGARUH METODE MATEMATIKA REALISTIK TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN SATUAN PENGUKURAN PANJANG SISWA TUNAGRAHITA RINGAN DI KELAS I SDLB C YPLB MAJALENGKA.

0 1 36

PENINGKATAN KEMAMPUAN OPERASI PENJUMLAHAN 1-10 MELALUI MEDIA KARTU BILANGAN PADA ANAK TUNAGRAHITA KELAS II C DI SLB TARBIYATUL MUTA’ALIMIN KABUPATEN SUBANG.

1 6 27

PENGGUNAAN MEDIA ABAKUS UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN OPERASI HITUNG PENJUMLAHAN PADA SISWA LOW VISION KELAS VI SDLB DI SLB NEGERI CITEUREUP KOTA CIMAHI.

0 4 16

PENGARUH MULTIMEDIA INTERAKTIF MODEL PERMAINAN TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN OPERASI HITUNG PENJUMLAHAN SAMPAI 10 PADA ANAK TUNAGRAHITA RINGAN DI SPLB-C YPLB CIPAGANTI BANDUNG.

0 1 38

PENGGUNAAN MEDIA PAPAN CONGKAK HITUNG UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN ANAK TUNAGRAHITA RINGAN DALAM OPERASI HITUNG PENGURANGAN : Studi Eksperimen Dengan Desain Single Subject Research Terhadap Siswa Tunagrahita Ringan Kelas IV SDLB C Purnama Asih.

1 6 26

EFEKTIVITAS PENERAPAN METODE JARIMATIKA TERHADAP KEMAMPUAN BERHITUNG PENJUMLAHAN SISWA TUNAGRAHITA KATEGORI RINGAN KELAS XI DI SLB C DAN C1 YAKUT PURWOKERTO.

3 6 189

PENGARUH METODE MATEMATIKA REALISTIK TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN SATUAN PENGUKURAN PANJANG SISWA TUNAGRAHITA RINGAN DI KELAS I SDLB C YPLB MAJALENGKA - repository UPI S PKH 1106679 Title

0 0 4

PENGARUH PENGGUNAAN MEDIA PAPAN BILAH PENJUMLAHAN TERHADAP KEMAMPUAN BERHITUNG PENJUMLAHAN 1-20 PADA SISWA TUNAGRAHITA RINGAN KELAS IX DI SLB – C SUMBERSARI BANDUNG - repository UPI S PKH 1106671 Title

0 0 3

PENINGKATAN KEMAMPUAN OPERASI PENJUMLAHAN 1-10 MELALUI MEDIA KARTU BILANGAN PADA ANAK TUNAGRAHITA KELAS II C DI SLB TARBIYATUL MUTA’ALIMIN KABUPATEN SUBANG - repository UPI S PLB 1004944 TITLE

0 0 4