PENANGANAN ANAK DISLEKSIA USIA 5- 6 TAHUN DENGAN METODE FERNALD DI TK PERTIWI 1 Penanganan Anak Disleksia Usia 5- 6 Tahun Dengan Metode Fernald Di TK Pertiwi 1 Gawan, Kecamatan Tanon, Kabupaten Sragen Tahun Ajaran 2011/ 2012.

PENANGANAN ANAK DISLEKSIA USIA 5- 6 TAHUN DENGAN METODE
FERNALD DI TK PERTIWI 1
GAWAN, KECAMATAN TANON, KABUPATEN SRAGEN TAHUN AJARAN
2011/2012

NASKAH PUBLIKASI
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan
Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1
Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini

Disusun oleh :
JOAN WINSTIA LENNOVA PUTRI
A520080046

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2012

ABSTRAK
PENANGANAN ANAK DISLEKSIA USIA 5- 6 TAHUN DENGAN
METODE FERNALD DI TK PERTIWI 1 KECAMATAN TANON,

KABUPATEN SRAGEN TAHUN AJARAN 2011/2012
Joan Winstia Lennova Putri, 520080046, Jurusan Pendidikan Anak Usia
Dini, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Muhammadiyah
Surakarta, 2012, halaman

Penelitian ini bertujuan untuk menangani anak Disleksia dengan Metode
Fernald yang menangani anak disleksia dengan cara visual, auditory, taktil, dan
kinestetik. Penelitian dilakukan pada anak di TK Pertiwi 1 Gawan, Kecamatan
Tanon, Kabupaten Sragen Tahun Ajaran 2011/2012. Subyek penelitian ini adalah
anak usia 5- 6 tahun kelompok B TK Pertiwi 1 Gawan, Kecamatan Tanon,
Kabupaten Sragen Tahun Ajaran 2011/2012 sejumlah 2 anak. Penelitian ini
merupakan penelitian lapangan (field research) dengan menggunakan pendekatan
deskriptif kualitatif sedangkan jenis penelitian yang digunakan adalah studi kasus.
Penelitian ini bersifat kolaboratif antara peneliti dan guru kelas. Metode
pengumpulan data melalui observasi, wawancara, dan dokumentasi.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dengan menggunakan metode dari
Fernald anak- anak yang kesulitan membaca dapat sedikit berkurang karena
dengan melalui cara belajar membaca menggunakan visual, auditory, taktil, dan
kinestetik. Sebelum dilakukan pembelajaran membaca anak diberikan motivasi
untuk memberikan semangat dalam pembelajaran membaca agar anak mampu

berkonsentrasi tinggi. Setelah dilakukan tindakan dengan menggunakan terapi
dengan metode fernald, kemampuan berkonsentrasi anak menunjukkan
peningkatan yakni anak mampu berkonsentrasi dalam pembelajaran membaca.
Kesimpulan dari penelitian ini adalah cara belajar dengan menggunakan metode
fernald dapat mengatasi anak disleksia di TK Pertiwi 1 Gawan, Kecamatan
Tanon, Kabupaten Sragen Tahun Ajaran 2011/2012.
Kata kunci : disleksia, terapi metode fernal
Pendahuluan
Pendidikan anak usia dini adalah jenjang pendidikan sebelum pendidikan dasar
yang merupakan suatu upaya pembinaan yang ditunjukan bagi anak sejak lahir
sampai usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan.
Montessori dalam Seldin (2004:5), menyatakan bahwa pada rentang usia lahir
sampai 6 tahun anak mengalami masa keemasan (the golden years) yang
merupakan periode dimana anak mulai peka atau sensitif untuk menerima
berbagai rangsangan. Salah satu permasalahan di lapangan tidak semua anak dapat
melewati proses perkembangan dengan baik. Pada fase perjalanan kehidupan anak
TK banyak terdapat anak yang tidak mengungkapkan apa yang sedang dialami

1


dan apa yang harus dilakukannya, sehingga timbul perkembangan yang kurang,
seperti perkembangan berbahasa pada anak TK. Karena biasanya anak usia 4-6
tahun mulai menunjukan perkembangan yang sangat signifikan seperti
perkembangan berbahasa. Dan saat ini mulai muncul kelainan dan gangguan pada
anak seperti disleksia. Disleksia adalah gangguan atau masalah pada kesulitan
belajar khusus. Hal ini menyebabkan masalah dalam membaca dan menulis,
karena seseorang dengan masalah disleksia berarti menderita kesulitan yang
berhubungan dengan kata atau simbol tulis. Tanpa memandang jenis kelamin bisa
mengalami disleksia, namun riwayat keluarga dengan disleksia merupakan faktor
resiko terpenting karena 23-65% orangtua disleksia mempunyai anak disleksia
juga. Sehingga dapat di analisis untuk menemukan beberapa penyabab anak
mengalami kesulitan belajar membaca atau disleksia. Tujuan penelitian ini adalah
(1) Untuk mengetahui keberhasilan penanganan anak disleksia di TK Pertiwi 1
Gawan. (2) Untuk mengetahui faktor penyebab disleksia dan cara penanganan
anak disleksia di TK Pertiwi 1 Gawan. Manfaat penelitian adalah (1) secara
teoritis: Untuk mendukung teori yang lama, karena penelitian ini berpendapat
bahwa teori ini membantu anak dalam pembelajaran membaca dan kesulitan
belajar membaca pada anak disleksia. (2) secara praktis (a) Bagi guru, Hasil
penelitian ini dapat digunakan sebagai acuan dalam pelaksanaan pembelajaran
membaca, (b) Bagi anak, Hasil Penelitian ini diharapkan dapat memberikan

dampak pada peningkatan pemahaman anak tentang konsep huruf dan dalam
kemampuan belajar membaca, (c) Bagi sekolah, Dapat menyempurnakan proses
belajar dan mengajar dalam pembelajaran membaca di TK Pertiwi 1 Gawan.
Landasan Teori
Membaca merupakan aktivitas auditif dan visual untuk memperoleh makna dari
simbol berupa huruf dan kata. Kesulitan membaca yang tidak diharapkan
(kesulitan membaca pada seseorang yang tidak sesuai dengan kemampuan
kognitif orang tersebut atau tidak sesuai dengan usia, tingkat kepandaian, dan
tingkat pendidikan), selain itu terdapat masalah yang berhubungan dengan proses
fonologi.
Anak usia pra sekolah, adanya riwayat keterlambatan berbahasa atau tidak
tampaknya bunyi dari suatu kata (kesulitan bermain kata-kata yang berirama,
kebingungan dalam menghadapi kata-kata yang mirip, kesulitan belajar mengenal
huruf), disertai dengan adanya riwayat keluarga yang menderita disleksia,
menunjukkan faktor resiko yang bermakna untuk menderita Disleksia. Disleksia
itu sendiri adalah suatu masalah kesulitan belajar khusus. Disleksia
mempengaruhi kemampuan seseorang untuk belajar, mengolah, dan mengerti
suatu informasi dengan baik. Secara khusus, hal ini menyebabkan masalah dalam
membaca dan menulis karena seseorang dengan masalah disleksia mempunyai
kesulitan mengenali dan mengartikan suatu kata, mengerti isi suatu bacaan, dan

mengenali bunyi. Tentunya ini menghambat kemampuan seorang anak untuk
belajar membaca, bahkan jika anak mempunyai intelegensia normal dan intruksi
yang jelas. Disleksia mempengaruhi 15-20% dari populasi, dan terjadi pada anak

2

laki-laki dua kali lebih banyak dari pada perempuan. Gangguan bisa juga dalam
kemampuan menulis huruf, misalnya b ditulis atau dibaca d, p ditulis atau dibaca
q atau sebaliknya. Penderita Disleksia terbanyak adalah dalam belajar membaca
dan menulis. Bisa juga salah dalam mengeja atau membaca rangkain huruf
tertentu, seperti “left” dibaca atau ditulis “felt”, “band” dibaca atau ditulis
“brand”, “itu” dibaca dan ditulis “uti”, “gajah” dibaca dan ditulis “jagah”. Yang
menarik, Disleksia ternyata tidak hanya menyangkut kemampuan baca dan tulis,
melainkan bisa juga berupa gangguan dalam mendengarkan atau mengikuti
petunjuk, bisa pula dalam kemampuan bahasa ekspresif atau reseptif, kemampuan
membaca rentetan angka, kemampuan mengingat, kemampuan dalam
mempelajari matematika atau berhitung, kemampuan bernyanyi, memahami irama
musik, dan lain-lain.
Identifikasi Disleksia mungkin sangat sulit dilakuakan orangtua atau guru kelas.
Namun orangtua dan guru bisa melihat beberapa tanda dan gejala Disleksia, dan

bisa mencari pendapat dan evaluasi dari ahli profesional atau terapis yang tepat.
Jika seorang anak menunjukkan sejumlah tanda-tanda Disleksia, rujuklah anak
pada lembaga pendidikan khusus atau profesional yang terlatih dalam masalah
Disleksia, untuk melakukan evaluasi menyeluruh. Akan tetapi daftar tanda-tanda
di atas tidak merupakan daftar mutlak tanda dan gejala Disleksia. Gunakanlah
hanya sebagai panduan umum, bukan sebagai dasar diagnosis. Kemampuan
membaca dapat dinilai berdasarkan analisis, kefasihan dan pemahaman. Tes yang
dapat digunakan untuk menilai fonologi anak adalah Comprehensive Test Of
Phonologcial (CTOPP). Tes ini mencakup kepekaan fonologik, analisis fonologik
dan menghafal. Tes ini telah distandardisasi di Amerika Serikat untuk anak usia 5
tahun sampai dewasa. Pada anak usia sekolah salah satu tes yang penting adalah
menilai apakah anak tersebut dapat menganalisis kata. Tes yang digunakan adalah
Woodcock-Johnson 111 dan Woodcock Reading Mastery Test. Kefasihan
berbicara dinilai dengan Gary Oral Reading Test. Keistimewaan anak tentu dapat
dilihat dan dirasakan, bahkan ketika anak memiliki kelainan atau gangguan
sekalipun. Kelainan atau gangguan pada anak tentu ada penyebabnya, maka sejak
dini kenali dan cari informasi tentang gejalanya, apa faktor-faktor penyababnya,
dan upayakan semaksimal mungkin pencegahannya. Tindakan selanjutnya tentu
mengupayakan penyembuhannya.
Penyembuhan disleksia harus dilakukan dengan berbagai macam cara, Mengingat

demikian “kompleks”nya keadaan disleksia ini, maka sangat disarankan bagi
orang tua yang merasa anaknya menunjukkan tanda-tanda Disleksia, agar segera
membawa anaknya berkonsultasi kepada tenaga medis profesional yang kapabel
di bidang tersebut. Karena semakin dini kelainan ini dikenali, semakin “mudah”
pula intervensi yang dapat dilakukan, sehingga anak tidak terlanjur larut dalam
kondisi yang lebih parah. Begitu seorang anak ditemukan mempunyai kelainan
Disleksia, berikan terapi sedini mungkin. Latihan remedial teaching (terapi
mengulang) dengan penuh kesabaran dan ketekunan biasanya akan membantu si
anak mengatasi kesulitannya. Memberi motivasi seperti pujian atau hadiah kecil
setiap kali ia berhasil mengatasinya akan sangat membantu. Untuk mereka yang

3

memiliki gangguan penyerta, bisa ditambah dengan terapi perilaku. Atau,
tambahan terapi wicara bagi mereka yang disertai kesulitan wicara. Pada saat
pertumbuhan otak dan sel otaknya sudah sempurna, ia akan dapat mengatasinya.
Namun selama mendapat gangguan ia memerlukan pelatihan khusus untuk
mengejar ketertinggalannya. Bagi anak penderita Disleksia harus segera dilakukan
evaluasi. Setelah anak dievaluasi, hasilnya akan menunjukkan dengan cara
bagaimana anak bisa belajar paling baik. Ada anak yang belajar lebih baik dengan

cara visual (melihat), auditori (mendengarkan), dan taktil (menyentuh dan
meraba). Menggunakn cara belajar yang sesuai untuk tiap anak sangat penting
supaya mereka bisa belajar lebih baik. Berikut adalah contoh cara belajar untuk
masing-masing tipe anak, dan bersifat umum dan tidak harus digunakan secara
mutlak pada setiap anak.
Anak disleksia dapat belajar di sekolah reguler ataupun disekolah khusus. Jika
dengan kesulitan belajarnya tersebut, anak masih dapat mengikuti pelajaran
dengan nilai yang “cukup” dan perkembangan sosial dan emosinya tidak
terganggu, maka kondisi ini masih memungkinkan anak itu untuk belajar
disekolah reguler. Namun jika kesulitannya itu sangat berpengaruh pada prestasi
belajarnya, bahkan sampai tidak naik kelas, maka anak seperti ini sebaiknya
ditangani di sekolah khusus agar memperoleh penanganan yang lebih terfokus. Di
sekolah khusus yang menangani anak-anak yang memiliki kesulitan belar spesifik
(diantaranya anak disleksia). Strategi yang dilakukan dikelas bisa secara faktual,
kesulitan anak Disleksia bukan hanya pada membaca, tetapi juga pada bidang
lain. Menurut (Pollock dan Waller, 1994), anak Disleksia dapat mengalami
gangguan di satu atau beberapa bidang dalam. Proses penanganan dalam
belajarnya yaitu: (1) Membaca, (2) Menulis, (3) Memahami urutan, (4)
Memahami orientasi, (5) Memahami angka.
Fernald telah mengembangkan suatu metode pengajaran membaca multisensori

untuk anak disleksia yang sering dikenal pula sebagai metode VAKT (Visual,
Auditory, Kinesthetic, dan Tactile). Metode ini menggunakan materi bacaan yang
dipilih dari kata- kata yang diucapkan oleh anak, dan tiap kata yang diajarkan
secara utuh.
Kerangka Penelitian
Banyak kelainan-kelainan yang terjadi pada anak yang kebanyakan dari orangtua
dan guru tidak memahaminya bahkan tidak menyadarinya bahwa anak tersebut
mengalami gangguan kesulitan membaca atau Disleksia. Orangtua di haruskan
mendeteksi anak jika anak ditemukan mempunyai kelainan Disleksia sedini
mungkin. Maka, bagi guru pemahaman tentang semua gejala, gangguan, dan
kelainan pada anak didiknya tentang kesulitan membaca harus lebih diteliti lagi.
Agar anak segara mendapatkan penanganan dengan baik. Guru harus selalu
waspada dan harus selalu memberikan motivasi kepada anak, serta membentuk
pola pembelajaran yang baru kepada anak yang kesulitan membaca, seperti
dengan cara visual (melihat), auditori (mendengarkan), taktil (menyentuh atau
meraba).

4

Metode Penelitian

Berdasarkan bentuknya penelitian ini menggunakan penelitian lapangan (field
research). Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif Jenis
metode yang digunakan adalah studi kasus. Studi kasus adalah uraian dan
penjelasan komprehensif mengenai berbagai aspek seorang individu, suatu
kelompok, organisasi, program atau situasi sosial. Secara umum studi kasus
merupakan strategi yang lebih cocok bila pokok pertanyaan suatu penelitian
berkenaan dengan “how” atau “why” (Yin Robert, 1997:6). Penelitian studi kasus
dapat dibedakan menjadi tiga tipe yaitu, studi kasus eksplantaris, eksplorataris,
dan deskriptif.
Instrumen Penelitian
Data yang diambil dalam penelitian ini adalah (1)pedoman observasi tentang
aktivitas pada saat kegiatan diluar kelas, (2)pedoman observasi tentang aktivitas
anak saat kegiatan di luar kelas, (3)dokumentasi, (4)interview digunakan untuk
mengetahui tingkat hiperaktif anak sebelum tindakan dan upaya-upaya yang
dilakukan peneliti untuk meningkatkan kreativitas anak.
Teknik Analisis Data
Penelitian kualitatif deskriptif menggunakan analisis data, yaitu:
Teori Induksi, Peneliti harus memfokuskan perhatiannya pada data yang di
lapangan sehingga segala sesuatu tentang teori yang berhubungan dengan
penelitian menjadi tidak penting. Data akan menjadi sangat penting, sedangkan

teori akan di bangun berdasarkan temuan data di lapangan. Data merupakan
segalanya yang dapat memecahkan semua masalah penelitian. Posisi penelitian
benar-benar bereksplorasi terhadap data, dan apabila peneliti secara kebetulan
telah memiliki pemahaman teoritis tentang data yang akan diteliti, proses
pembuatan teori itu harus dilakukan. Peneliti berkeyakinan bahwa data harus
terlebih dahulu di peroleh untuk mengungkapkan misteri penelitian dan teori baru
akan di pelajari apabila seluruh data sudah di peroleh (Bungin, 2001: 31).
Reduksi Data, Analisis data dalam penelitian berlangsung bersamaan dengan
proses pengumpulan data. Diantaranya adalah melalui reduksi data, penyajian
data, dan vertifikasi. Namun, ketiga tahapan tersebut berlangsung secara simultan.
Keabsahan Data
Triangulasi dalam penguji kredibilitas ini diartikan sebagai pengecekkan data dari
berbagi sumber dengan berbagai cara dan berbagai waktu. Terdapat triangulasi
sumber, triangulasi pengumpulan data, dan triangulasi waktu.
Triangulasi Sumber, Triangulasi sumber untuk mengkaji kredibilitas data
dilakukan dengan cara mengecek data yang telah di peroleh melalui beberapa
sumber.
Triangulasi Teknik, Triangulasi teknik untuk menguji kredibilitas data dilakukan
dengan cara mengecek data sumber yang sama dengan teknik yang berbeda.

5

Misalnya, data diperoleh dengan wawancara, lalu di cek dengan observasi, dan
dokumentasi.
Triangulasi Waktu, Waktu juga sering mempengaruhi kredibilitas data. Data
yang di kumpulkan dengan teknik wawancara di pagi hari pada saat nara sumber
masih segar, belum banyak masalah akan memberikan data yang lebih valid
sehingga lebih kredibel. Pengujian keabsahan data dapat dilakukan dengan cara
melakukan pengecekkan dengan wawancara, observasi, atau teknik lain dalam
waktu atau situasi yang berbeda. Bila hasil uji menghasilkan data yang berbeda,
maka dilakukan secara berulang-ulang sehingga sampai di temukan kapasitas
datanya (Sugiyono, 2007: 127).
Hasil Penelitian
Menurut hasil penelitian pada tanggal 2 April- 2 Mei 2012, terhadap beberapa
kesulitan mengasosiasikan huruf sehingga pengucapan berbeda antara tulisan
dengan bunyi saat pembelajaran. Huruf yang sering terdapat kesulitan
mengasosiasikan yaitu antara lain: 1) Terdapat kesulitan membaca tulisan dan
dalam pengucapanpun berbeda, pada saat pengucapan huruf “b ” dan “d “, dalam
kata “budi “ menjadi “dubi “, 2) Kesulitan pengucapan huruf “m “ dan “n “ oleh
anak bernama Jelita. Setiap kali si anak membaca huruf “m “ dia baca menjadi “n
“. Walaupun itu sudah diulang berkali-kali. Misal, kata “mama “ dibaca menjadi
“nana “, 3) Kesulitan mengasosiasikan huruf “f “ dan “v “ oleh anak bernama
Hanif. Setiap mengucapkan huruf “v “ selalu dibaca “f “. Begitupun sebaliknya,
walaupun sudah dikenalkan dan dibaca secara ulang tetapi tetap saja belum dapat
membedakannya, 4) Kesulitan pengucapan dan penulisan huruf “p “ dengan “q “
oleh Jelita dan Hanif. Huruf “p “ dan “q “ dibaca terbalik dan dalam penulisannya
juga terbalik. Anak mengalami kesulitan membaca hanya ada 2 anak dalam satu
kelas yang berjumlah 15 anak, yaitu Jelita dan Hanif. Anak tersebut memiliki
kesulitan membaca yang berbeda-beda. Terdapat persamaan kesulitan yang
dialami oleh Jelita dan Hanif yaitu membedakan antara huruf “b “ dan “d “, huruf
“p “ dan “q “. Anak yang bernama Hanif mengalami kesulitan membedakan huruf
“f “ dan “v “. Sedangkan anak yang bernama Jelita memiliki kesulitan
membedakan huruf “d “, “e “, “m “, “n “, “o “, “r “, “s “ dan bahkan jelita belum
bisa menghafalkan huruf abjad. Jelita juga sulit untuk menghafalkan dan
mengenal angka 1- 20. Jelita bisa mengucapkan tetapi tidak tau angka berapa yang
diucapkan. Misal, dia bisa mengucapkan angka “9 “ tetapi dalam menuliskan
angka „9 “ tersebut si anak tidak bisa. Tidak mengenal bentuk dari angka “9 “ itu
seperti apa. Hasil penelitian kesulitan mengasosiasikan huruf terdapat 2 anak yang
mengalami kesulitan- kesulitan yang berbeda- beda tetapi terdapat beberapa huruf
(“b “ dan “d “, “p “ dan “q “, “f “ dan “w “). Memiliki persamaan kesulitan
mengasosiasikan huruf oleh 2 anak yaitu Jelita dan Hanif.
Pembahasan Hasil Penelitian
Mengidentifikasi kesulitan membaca atau Disleksia. Penelitian ini bertujuan
mengidentifikasi kesulitan belajar membaca yang di alami anak usia dini, yaitu

6

anak yang mengalami kesulitan membaca erat kaitannya dengan tingkat
kemampuan berbicara sejak dini. Keterlambatan berbicara menyebabkan terjadi
kesulitan belajar membaca. Kesulitan membaca terdapat ketidak konsistenan
antara ucapan saat membaca huruf “b “ dan “d “, “p “ dan “q “, “m “ dan “n “, “f “
dan “v “, “m “ dan “w “.
Riwayat penyakit Disleksia, disleksia adalah suatu masalah kesulitan belajar
khusus. Disleksia mempengaruhi kemampuan seseorang untuk belajar, mengolah,
dan mengerti suatu informasi dengan baik. Secara khusus seorang disleksia
mempunyai kesulitan mengenali dan mengartikan suatu kata, mengerti isi suatu
bacaan, dan mengenali bunyi. Menderita Disleksia berarti menderita kesulitan
yang berhubungan dengan kata atau simbol- simbol “kesulitan membaca”.
Penderita disleksia terbanyak adalah dalam belajar membaca dan menulis. Bisa
juga salah dalam mengeja atau membaca rangkaian huruf tertentu. Anak dengan
kelainan disleksia, menurut penelitian, dilahirkan dari keluarga dengan kesulitan
kronis dalam membaca atau mengeja, sekalipun intelegensi mereka cukup tinggi.
Selain itu para peneliti menemukan bahwa susunan kromosom kaum disleksia
berhubungan erat dengan sistem kontrol imunitas. Ini menunjukan, para
penderitanya rentan terhadap serangan dari antibodi. Dan adanya riwayat keluarga
yang menderita disleksia, juga dapat menunjukan faktor resiko yang bermakna
untuk menderita disleksia.Gangguan kesulitan membaca (Disleksia) menurut
tokoh biologi terletak pada gangguan fungsi otak (pada belahan otak sebelah kiri
dan terkadang otak disebelah kanan). Perkembangan Disleksia dalam bahasa yang
berbeda bersumber dari biologis, gangguan pada otak kiri yang berhubungan
dengan proses fonologi.Bagi ahli psikologi kognitif dan sampai sekarang
menyetujui bahwa disleksia mempunyai sumber yang sama dalam bahasa yang
berbeda, yaitu penurunan aktivitas dalam konteks kiri, bagian otak dihubungkan
dengan tulisan ke suara.
Riwayat kesehatan anak, Terhadap kedua anak yang diamati oleh peneliti, yang
dialami jelita terhadap kesulitan membaca karena faktor perilaku, yaitu: observasi
normatif dari penampilan orang disleksia. Dalam perkembangannya anak lebih
banyak memperoleh bahasa dari lingkungan disekitarnya. Anak memiliki problem
dalam hubungan sosial. Stress dan malas merupakan implikasi dari kesulitan
belajar membaca. Tidak bisa berbaur dan bergaul bersama teman- temannya.
Tetapi yang dialami oleh Hanif terhadap kesulitan membaca karena faktor
biologis, yaitu: merupakan akibat dari pengaruh genetika atau kelainan otak.
Karena sebagai perilaku yang diturunkan melalui dasar biologis. Ada riwayat
keluarga yang pernah mengalami disleksia, yaitu kakaknya Hanif sendiri sampai
SD juga belum bisa membaca. Hanif juga menyangkut adanya faktor perilaku,
karena Hanif tidak bisa membaca. Pada saat berbicara saja Hanif juga tidak jelas,
sering terbata- bata dan artikulasinya tidak jelas. Hasil penelitian diatas
menunjukan bahwa kesulitan belajar membaca dipengaruhi oleh beberapa faktor,
1) Adanya riwayat penyakit, bisa disebut dipengaruhi oleh faktor biologis.
2)Faktor kognitif atau kemampuan pada saat anak mengucapkan artikulasi bahasa.
3) Faktor perilaku atau dilihat dari kegiatan anak sehari- hari.

7

Hasil penelitian yang menganalisis kesulitan belajat membaca anak usia dini perlu
adanya suatu pertimbangan dan kesehatan fisik dan psikis anak (kejiwaan anak),
motivasi dan dukungan dari orangtua serta orang- orang yang ada disekitar anak.
Ini merupakan faktor pendukung agar anak memiliki semangat dan mampu
mengikuti proses pembelajaran membaca.
Kesimpulan
Terdapat beberapa cara yang sangat sederhana yang dapat membantu anak dalam
mengatasi kesulitan membaca pada anak yang menderita Disleksia, yaitu: dengan
menggunakan jenis permainan puzzle. Dapat juga dengan mengguanakn kartu
huruf, kartu kata, kartu kalimat. Hambatan guru dalam menangani anak disleksia:
(1)Kurang kerjasama antara guru dan orang tua, sehingga penanganan yang
dilakukan guru kurang optimal, (2) Dalam satu kelas seorang guru mengajar 15
anak tanpa ada guru pendamping (swadow Teacher ), (3)Tidak adanya guru yang
secara khusus menangani anak disleksia, (4)Masih kurangnya sarana dan
prasarana atau media penunjang terapi agar perilaku hiperaktif anak dapat
berkurang.
Implikasi Hasil Penelitian
Dalam penerapan pembelajaran membaca terhadap anak disleksia, anak diarahkan
untuk mengenal huruf abjad terlebih dahulu. Kemudian si anak mulai diminta
untuk menghafalkan huruf abjad dari A- Z, walaupun untuk menghafalkan harus
selalu diulang- ulang.
1)Hasil identifikasi terdapat beberapa kesulitan membaca (Disleksia).
Kesulitan untuk mengasosiasikan huruf dan bunyi atau pengucapan berbeda
dengan tulisan, Kesulitan terbalik membaca huruf. Sulit untuk menempatkan
huruf dalam suatu kata, Masalah perilaku tidak suka membaca. Anak selalu
berusaha menunjukan sikap menolak dan selalu menghindar saat diminta belajar
membaca, Kesulitan mengerti benda yang mereka lihat (visual). Rendahnya suatu
konsentrasi dapat memicu kesulitan dalam memahami konsep bacaan yang dilihat,
Kesulitan mengerti kata yang mereka dengar (auditori). Rendahnya konsentrasi
yang dapat memicu kesulitan dalam memahami konsep bacaan yang didengarnya,
Kesulitan untuk mencatat huruf maupun suatu kalimat dari papan tulis. Sulit untuk
mencatat ataupun meniru tulisan yang dituliskan oleh guru dipapan tulis.
2)Strategi yang digunakan untuk mengatasi kesulitan membaca (Disleksia),
Dengan menggunakan metode phonic, yaitu salah satu cara yang digunakan untuk
mengatasi masalah anak berkesulitan membaca dengan menggunakan bunyi yang
dihasilkan, Strategi permainan puzzle huruf juga dapat mengatasi kesulitan anak
dalam belajar membaca, Strategi dengan menggunakan kartu huruf, kartu kata,
dan kartu kalimat, Strategi untuk anak yang mengalami kesulitan meniru tulisan
dipapan tulis, dengan cara menuntun dan menunjukan satu persatu huruf yang
akan ditulis agar anak mampu mengikuti pelan-pelan.

8

Saran
1)Kepada kepala sekolah TK Pertiwi 1 Gawan Tanon, Dalam konteks pendidikan
salah satu unsur yang menopang terhadap kualitas pendidikan anak usia Taman
Kanak- Kanak adalah masalah system pengelolaan pada suatu lembaga yang
dipimpinnya, maka prinsip managemen yang berbasis Taman Kanak- Kanak (TK)
akan membantu suatu proses pendidikan yang sedang berlangsung. Oleh karena
itu managemen berbasis Taman Kanak- Kanak perlu dioptimalkan penerapannya.
2)Kepada Guru, Agar dapat memilih dan menggunakan alat yang sesuai dan dapat
membantu anak untuk menangani kesulitan belajar membaca, Memberikan
dorongan dan motivasi kepada setiap anak untuk memiliki minat belajar
membaca, Hendaknya dapat membina hubungan dan kerjasama, saling memberi
informasi kepada orangtua anak, sehingga dapat mengetahui masalah- masalah
yang mungkin berasal dari keluarga sehingga mengakibatkan rendahnya hasil
belajar setiap anak, Hendaknya selalu tanggap dan cepat dalam mengatasi
masalah- masalah yang dihadapi anak di sekolahnya dan pada saat proses belajar
mengajar. 3)Kepada Orangtua, Mengingat pentingnya peran bimbingan yang tidak
hanya ada pada guru namun dirumah anak harus tetap mendapat bimbingan
orangtua, khususnya pada proses belajar membaca, Mengingat anak- anak lebih
banyak waktu tinggal dirumah dari pada disekolah, maka pengawasan orangtua
pada jam- jam belajar dan bermain senantiasa menjadi perhatian penuh dan
tanggung jawab pada kedua orangtua.

9

DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman, Mulyono, 1999. Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar .
Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Bungin, Burhan, 2001. Metodologi Penelitian Kualitatif. Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada.
Djamarah, Syaiful Bahri, 1995. Strategi Belajar Mengajar . Jakarta: Penerbit PT.
Rineka Cipta.
Fadhli, Aulia. 2010. Buku Pintar Kesehatan Anak. Yogyakarta: Penerbit Pustaka
Anggrek.
Fajarwati, Fajarwati, 2011. Analisis Kesulitan Belajar Membaca dan Menulis
Permulaan Pada Anak Usia Dini di BA Aisyiyah 1 Grogol. (Skripsi S-1
PAUD) Surakarta: FKIP Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Hariyanto, Agus. 2009. Membuat Anak Anda Cepat Pintar Membaca . Jogjakarta:
Penerbit Diva Press.
Iramaswaty, Kamarul, dkk. 1991. Gangguan-Gangguan Pada Anak, Jakarta:
Balai Penerbit FKUI.
Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan Disdik Provinsi Banten Edisi ke empat TH. III
Vol. IV/2003. “Penilaian Perkembangan Anak Didik di TK”.
Kats, Adrienne. 1997. Membimbing Anak Belajar Membaca . Jakarta: Penerbit
Arcan.
Le Fanu, James. 2010. Atasi dan Deteksi Ragam Masalah Kejiwaan Anak Sejak
Dini. Jogjakarta: Garailmu.
Martin dan Theo, 2004. Pendidikan Pada Anak Usia Dini. Jakarta: PT. Grasindo.
Moleong, Lexy, 2010. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya.
Mulyadi, 2010. Diagnosis Kesulitan Belajar dan Bimbingan Terhadap Kesulitan
Belajar Khusus. Yogyakarta: Nuha Litera.
Nurbiana Dhieni, dkk, 2008. Metode Pengembangan Bahasa . Universitas
Terbuka.

10

Purwati, Emi, 2011. Upaya Peningkatan Motivasi Belajar Membaca Melalui
Media Big Book di BA Aisyiyah Bakipandeyan 02 Sukoharjo kelompok B
Tahun Ajaran 2010/2011. (Skripsi S-1 PAUD) Surakarta: FKIP
Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Rahim, Farida. 2005. Pengajaran Membaca di Sekolah Dasar , Jakarta: Bumi
Aksara.
Republik, Selasa, 3 Januari 2006. “ Menentukan Gangguan Pertumbuhan Pada
Anak.”
Sardiman, A. M. 2000. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar . Jakarta: PT.
Bumi Aksara.
Soedjatmiko. 1995. “ Deteksi Dini Gangguan Tumbuh Kembang Balita ”. Jakarta:
Majalah Sari Pediatri.
Soetjiningsih. 1995. “ Gangguan Bicara dan Bahasa Pada Anak” dalam Buku
Ajar Tumbuh Kembang Anak. Jakarta: Sagung Seto.
Soetjiningsih. 2002. “Perkembangan Anak dan Permasalahannya ” Dalam Buku
Ajar Tumbuh Kembang Anak dan Remaja Edisi 1. Jakarta: Sagung Seto.
Solehuddin, M. Dkk. 2006. Pembahuruan Pendidikan. Jakarta: Penerbit
Universitas Terbuka.
Sugiono. 2007. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabetaslameto,
2003. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya . Jakarta: PT.
Rineka Cipta.
Sujiono, Yuliani Nuraini, 2009. Konsep Dasar Pedidikan Anak Usia Dini. Jakarta:
PT. Indeks.
Susilo, M. Djoko. 2006. Gaya Belajar Menjadi Semakin Pintar . Yogyakarta:
Penerbit Pinus.
Yusuf, Munawir. 2005. Pendidikan Anak dengan Problema Belajar , Jakarta:
Departemen Pendidikan Nasional.
(www.Islamkuno.com/2008/01/27/metodestudikasus) diakses pada tanggal 4
Januari 2012.
(www.perempuan.com) “mengenal Disleksia”. Diakses pada tanggal 18
November 2011.
(www.dyslexia-indonesia.org) diakses pada tanggal 18 November 2011.

11

Dokumen yang terkait

Hubungan antara Penggunaan Media Pembelajaran dengan Prestasi Belajar Anak Usia Dini di TK PGRI Desa Sepanjang Kecamatan Glenmore Kabupaten Banyuwangi Tahun Ajaran 2012-2013

3 41 3

HUBUNGAN KEGIATAN BERMAIN PERAN MAKRO DENGAN KETERAMPILAN BERBICARA ANAK USIA 5-6 TAHUN DI TK AL-AZHAR 1 BANDAR LAMPUNG TAHUN AJARAN 2014/2015

5 14 60

HUBUNGAN PENGGUNAAN METODE BERCAKAP-CAKAP DENGAN KEMAMPUAN BERBAHASA ANAK USIA 4-5 TAHUN DI TK AL-AZHAR 14 JATI AGUNG

1 51 61

HUBUNGAN STIMULASI DENGAN PERKEMBANGAN ANAK USIA 5 TAHUN DI TK IKBA A.YANI CIMAHI TAHUN 2013

0 0 8

LINGUISTIK ANAK USIA 5-6 TAHUN DI TK ISLAMIYAH

0 1 10

1 PELAKSANAAN SALAT DUHA PADA ANAK USIA 4-5 TAHUN DI TK AL – ADABIY PONTIANAK

1 0 10

1 PEMANFAATAN LINGKUNGAN OUTDOOR SEBAGAI SUMBER BELAJAR PADA ANAK USIA 5-6 TAHUN DI TK

0 0 8

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1.Jenis Penelitian - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Meningkatkan Kemampuan Berbicara Anak TK B Usia 5-6 Tahun Melalui Digital Storytelling di TK Apple Kids Salatiga Semester 1 Tahun Ajaran 201

0 0 12

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Meningkatkan Kemampuan Berbicara Anak TK B Usia 5-6 Tahun Melalui Digital Storytelling di TK Apple Kids Salatiga Semester 1 Tahun Ajaran 2017/2018

0 1 13

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Meningkatkan Kemampuan Berbicara Anak TK B Usia 5-6 Tahun Melalui Digital Storytelling di TK Apple Kids Salatiga Semester 1 Tahun Ajaran 2017/2018

0 0 38