Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Gaya Hidup Pleasure Seekers dalam Iklan Walls Magnum Gold T1 362008031 BAB I

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Sebagai salah satu perusahaan yang memproduksi es krim, Walls ternyata
mampu menguasai pangsa pasar terbesar di Indonesia atau mencapai 45%. Hal ini
terlihat dari sebaran konsumennya yang tidak hanya terbatas pada usia golongan
anak-anak tetapi juga telah merambah kepada usia golongan muda dan dewasa1.
Besarnya pangsa pasar tersebut membuat Walls memiliki brand awareness yang
baik dengan meraih Top Brands Index pada tahun 2011 sebesar 75,1% jauh di atas
kompetitor terdekat Campina yang hanya mencapai 14,4% (Leonita, 2012:3).
Besarnya potensi ini membuat Walls, pada tahun 2011 memperbesar
pabrik produksi dengan investasi sebesar Rp 300.000.000.000,00 agar dapat
menghasilkan es krim dengan kapasitas produksi 100 juta liter per tahun (Media
Industri, 2011:41). Belum genap satu satu tahun perluasan kapasitas produksi,
Walls berada di bawah naungan PT. Unilever Indonesia,Tbk kemudian
meluncurkan produk es krim terbarunya Magnum Gold di M Cafe Grand
Indonesia, Jakarta2.
Mencapai pangsa pasar terbesar di Indonesia sehingga menjadi meraih
Top Brands tentunya dibutuhkan pilihan strategi pemasaran yang tepat, yang tidak
hanya mengandalkan pada penetapan harga premium dari Magnum sebagai kunci

utama dalam membentuk citra mewah, tetapi juga memadukan dengan kampanye
dahsyat yaitu dengan memanfaatkan media digital maupun media konvensional.
Strategi ini mendapat sambutan positif dari pasar menjadikan produk es krim
Walls semakin

kokoh (data Laporan Tahunan 2012 hal 52 PT. Unilever

Indonesia, Tbk.).

1

) http://202.59.162.82/swamajalah/sajian/details.php?cid=1&id=4801&pageNum=11, diakses 17

Januari 2013 pukul 22.42 WIB
2

) http://mix.co.id/marketing-update/magnum-gold-resmi-dipasarkan-di-indonesia, diakses 17

Januari 2013 pukul 23.09 WIB


1

Ekspansi media digital yang digunakan PT. Unilever Indonesia, Tbk.
untuk mengkampanyekan produknya adalah Twitter, Facebook dan Youtube.
Meskipun sangat disorot produk Magnum Gold di Twitter, namun pihak Unilever
lebih memaksimalkan Youtube karena support digitalnya lebih lengkap, seperti
menampilkan seri Iklan Magnum Gold Rush yang disutradarai dari Hollywood,
Bryan Singer dan aktor peraih Oscar, Benicio del toro. Iklan ini mendapat respon
yang menggembirakan di Youtube3.
Iklan Walls Magnum Gold ditujukan untuk Pleasure Seekers. Di mana
Pleasure Seekers merupakan target pasar untuk usia 25 – 35 tahun yang mewakili
generasi produktif dan aktif yang bertujuan memberikan penghargaan untuk
dirinya setelah melakukan suatu aktivitas penting4. Hal ini terlihat di dalam iklan
Magnum Gold dengan munculnya istilah yang menunjukkan identitasnya, yaitu;
For Pleasure Seekers. Selain identitas produk, For Pleasure Seekers juga dapat
dipahami sebagai nama produk, logo, kalimat pendek (tagline/slogan), warna,
serta kendaraan, atau hal-hal lain yang membawa ciri khas produk. Dengan
mengacu Anggoro (2001:281) For Pleasure Seekers merupakan suatu komponen
pokok dari suatu produk yang harus senantiasa dipelihara atau dijaga, sehingga
nantinya dikenalkan oleh masyarakat luas. Selain itu, Pleasure seekers sendiri

merupakan sebutan bagi penggemar Magnum yang juga bisa diartikan pencari
kenikmatan5. pleasure seekers yaitu segmen yang ingin mencapai sesuatu tanpa
kerja terlalu keras (Kasali, 2007:241).
Pleasure Seeker menurut survei yang dilakukan oleh Lowe Indonesia
dilakukan pada November – Desember 2004 yang melibatkan 2086 responden,
laki-laki dan perempuan, dari seluruh Indonesia (perkotaan dan pedesaan) dari 63
daerah perkotaan di Indonesia terpilih secara acak 9 kota dan 78 daerah pedesaan
terpilih secara acak 8 wilayah (SWA, Maret 2005 : 31) adalah tipikal konsumen
3

) http://swa.co.id/profile/oky-andries-unilever-university-learning-forever, diakses 11 April 2013

pukul 22.34 WIB
4

) http://www.epochtimes.co.id/ekonomi.php?id=647, diakses 26 Februari 2013 pukul 13.38 WIB

5

)


http://www.centroone.com/lifestyle/2012/11/1r/nikmati-es-krim-berkesempatan-dapat-emas,

diakses 22 April 2013 pukul 23.01 WIB

2

yang justru sangat terbuka, suka bergaul dan penuh gairah. Umumnya juga
didominasi wanita usia matang, tetapi mereka tinggal di daerah perkotaan dengan
tingkat sosial-ekonomi A+. Di Indonesia, kelas sosial ekonomi A+ merupakan
kelas atas – atas. Pembagian kelas sosial ini biasanya disertai dengan
pengelompokkan berdasarkan daya beli (penghasilan) individu yang disandang
masing - masing kelas (Kasali, 2007:212). Mereka sangat materialistis, dan bagi
mereka, memiliki (harta/benda) adalah puncak kebahagiaan hidup. Apalagi,
mereka merasakan sukses yang mereka capai itu tidak diperoleh dari pendidikan
formal. Sisi menarik kelompok ini percaya bahwa pertemanan adalah investasi. Di
mata mereka, pertemanan lebih seperti membuat jejaring daripada membangun
ikatan. Sehingga buat mereka, pengakuan diri itu ada jika sangat diterima oleh
lingkungan pergaulannya. Menurut mereka, teman (relasi/kerabat) adalah
pendukung kesuksesan mereka (SWA, Maret 2005 : 30).

Iklan Walls Magnum Gold merupakan bentuk komunikasi antara PT
Unilever Indonesia, Tbk. untuk memperkenalkan produk terbaru dari Walls yaitu
Magnum Gold kepada khalayak. Dalam menghadirkan kembali suatu realitas
dalam iklan Walls Magnum Gold, realitas yang tampak tersebut tidaklah sematamata menghadirkan realitas sebagaimana adanya. Dengan kreativitas tinggi dalam
memvisualisasikannya yang dikemas secara menakjubkan dalam alur dramatiknya
sebuah cerita dalam iklan Magnum Gold mampu menghadirkan suatu realitas
dunia imajinasi semata di mana bahasa menggunakan simbol, tanda untuk
mewakili atau merujuk pada tidak hanya objek-objek, orang-orang dan peristiwa
pada dunia nyata (Denotasi) tetapi bahasa juga dapat merujuk pada hal-hal yang
imajinasi (Konotasi). Maka apapun yang ditampilkan oleh iklan merupakan hasil
dari proses pemaknaan oleh creative department serta klien nya yaitu PT Unilever
Indonesia, Tbk. dan secara otomatis menciptakan sistem jaringan pemaknaan pada
tingkat kelompok, sehingga dapat dibayangkan kerumitan negosiasi antar individu
untuk menciptakan representasi yang disepakati bersama dalam proses itu.
Menarik untuk diperhatikan, fenomena yang terjadi saat ini, bagaimana
seseorang dilatih untuk terobsesi dengan persoalan gaya hidup oleh karena
dasyatnya pengaruh iklan terhadap pencitraan gaya hidup seseorang, hingga

3


seseorang mau mengeluarkan segala macam kemampuan untuk mengikuti tren
gaya hidup yang sudah menjadi bagian penting dalam masyarakat modern. Iklan
merepresentasikan gaya hidup dengan menanamkan secara halus (subtle) arti
pentingnya citra diri untuk tampil di muka publik menurut Chaney (dalam
Subandy, 2007:141). Lalu gambaran gaya hidup Pleasure seekers yang seperti apa
yang direpresentasikan iklan Walls Magnum Gold, merupakan pertanyaan yang
akan dijawab melalui penelitian ini.

1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut:
Bagaimana elemen iklan Walls Magnum Gold merepresentasikan gaya hidup
pleasure seekers?

1.3 Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan representasi gaya hidup
pleasure seekers dalam elemen iklan Walls Magnum Gold.

1.4 Manfaat Penelitian
Secara teoretis, manfaat hasil penelitian adalah:
1) menambah wawasan dan pengetahuan penulis, serta masyarakat untuk

mengetahui bagaimana elemen iklan Magnum gold memproduksi dengan
mencetak subjektivitas dan identitas berkaitan dengan gaya hidup yang
direpresentasikan sebagai pleasure seekers.
2) menjadi sumber masukan bagi peneliti lain yang ingin membicarakan
tentang representasi pendekatan konstruksionis yang digambarkan dalam
iklan.
Secara praktis, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai sumbangan pemikiran
kepada masyarakat untuk dapat menafsirkan dan memahami representasi dalam
iklan.

4

1.5 Konsep yang digunakan
a. Elemen Periklanan
Periklanan merupakan pesan-pesan penjualan yang paling persuasif
yang diarahkan kepada calon pembeli yang paling potensial atas produk
barang atau jasa tertentu. Namun dalam penelitian ini iklan tidak hanya
dipandang hanya sekedar mempersuasif, tetapi dengan elemennya mampu
mengkonstruksikan subjektivitas dan identitas berkaitan dengan gaya
hidup yang direpresentasikan sebagai pleasure seekers.

b. Representasi
Representasi adalah memproduksi makna melalui bahasa. Bahasa
menggunakan simbol, tanda untuk mewakili atau merujuk pada tidak
hanya objek-objek, orang-orang, dan peristiwa pada dunia nyata tetapi
bahasa juga dapat merujuk pada hal-hal yang imajinari dan dunia fantasi
sehingga bahasa tidak bekerja seperti cermin yang merefleksikan realitas.
Makna diciptakan dalam bahasa melalui sistem representasi yang
berdasarkan

konvensi

linguistik

suatu

masyarakat.

Pendekatan

konstruksionis dalam memandang representasi yang menjadi pijakan Hall

mengatakan bahwa makna tidak terletak pada diri sesuatu itu sendiri,
bukan pula pada individu komunikator yang menetapkan makna nya.
Makna adalah hasil dari hubungan sosial, budaya, dan konvensi linguistik.
Implikasi nya makna tidak lagi dianggap tetap (fix) tetapi tidak akan
pernah tetap. Ketika memahami iklan Magnum Gold sebagai representasi
yang konstruksionis, maka masalah yang harus dipahami adalah bahwa
iklan Magnum Gold bersifat mereduksi realitas dengan proses kronstruktif
yang menunjukkan sejumlah aspek dari realitas yang ditonjolkan serta ada
sejumlah aspek lain yang dimarginalisasi atau misrepresentatif. Hal
penting yang harus dilihat dalam representasi adalah apakah seseorang,
kelompok, atau gagasan ditampilkan sebagaimana mestinya. Ini mengacu
pada apakah Pleasure seekers digambarkan dengan baik atau kah buruk.
Dengan indikasi sebagai berikut:
1. Menganalisa audio dan video

5

2. Menganalisa talent
3. Menganalisa props
4. Menganalisa words (seenword)

5. Menganalisa colour
Dimana semua elemen iklan diatas nanti akan dikaji menggunakan
teori Representasi Stuart Hall.
c. Gaya Hidup
Dalam masyarakat mutakhir, berbagai perusahaan (korporasi), para
politisi, individu-individu semuanya terobsesi dengan citra. Di dalam era
globalisasi informasi seperti sekarang ini, yang berperan besar dalam
membentuk budaya citra (image culture) dan budaya cita rasa (taste
culture) adalah gempuran iklan yang menawarkan gaya visual yang
kadang - kadang mempesona dan memabukkan. Iklan merepresentasikan
gaya hidup dengan menanamkan secara halus (subtle) arti pentingnya citra
diri untuk tampil di muka publik. Iklan juga perlahan tapi pasti
mempengaruhi pilihan cita rasa yang kita buat Menurut Chaney (dalam
Subandy, 1997).
d. Pleasure seekers
Berdasarkan arti kata nya, Pleasure berarti kesenangan dalam Peter
Salim (2006:1712). Seekers berarti orang yang mencoba untuk
menemukan atau mendapatkan hal yang disebutkan dalam Peter Salim
(2006:2075).


6