Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Gaya Hidup Pleasure Seekers dalam Iklan Walls Magnum Gold T1 362008031 BAB VI
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Iklan adalah media yang mudah untuk mempersuasif masyarakat.
Walaupun tujuan awal adalah sebagai sarana memperkenalkan produk serta
menjualnya, tetapi kini iklan juga telah menjadi medium yang menawarkan suatu
budaya baru sebagai gaya hidup modern yang membentuk suatu komunitas yang
mengikat pengikutnya ke arah gaya hidup hedonis dan bergaya hidup kelas atas.
Konstruksi gaya hidup ini khususnya ditujukan pada pleasure seekers yang
dipandang sebagai orang yang mencari kesenangan dan diarahkan kesenangannya
guna memuaskan pihak dominan yang berkuasa dalam mengembangkan
perusahaannya. Hal ini nampak pada elemen – elemen iklan Walls Magnum Gold,
yakni: Talent, Audio, Video, Words (seenword), Colour (Warna), Props.
Penelitian ini menganalisa bagaimana pleasure seekers direpresentasikan
melalui elemen – elemen iklan Walls Magnum Gold. Dengan menggunakan teori
representasi Stuart Hall telah ditemukan bahwa representasi pleasure seekers
memiliki dua sisi yakni: Aspek yang ditonjolkan, representasi pleasure seekers
yang ingin ditunjukkan oleh Magnum Gold adalah produk Magnum Gold
ditujukan kepada orang yang bergaya hidup hedonis, mewah, pintar yang berasal
dari kalangan menengah dan kalangan atas dengan latar belakang budaya yang
beragam. Serta aspek yang dimarginalisasi, representasi Pleasure seekers yang
ingin ditunjukkan oleh Magnum Gold adalah produk Magnum Gold sebenarnya
tidak ditujukan kepada orang yang bergaya hidup sederhana apalagi mereka yang
berharap mendapat kekayaan dengan melakukan segala cara akan tetapi harapan
mereka tidak terwujud kemudian melakukan tindakan yang menyimpang, dan
mereka yang ingin instant untuk mendapatkan kekayaan.
101
Perbedaan penelitian Representasi Gaya Hidup Pleasure Seekers dalam
Iklan Walls Magnum Gold dibandingkan penelitian yang sudah ada seperti yang
dijelaskan dalam bab II terkait dengan teori, metode dan temuan empirik yaitu:
Menggunakan teori Proses Repersentasi Stuart Hall dalam
pendekatan
Konstuksionis.
Sedangkan
Penelitian
dengan
menggunakan Teori representasi Stuart Hall sudah pernah
dilakukan
oleh
Puti
Parameswari
(2012)
yang
berjudul
MEMBACA MAKNA DI BALIK TIGA IKLAN PRODUK
PENCOKLAT
KECANTIKAN
KULIT
PEREMPUAN
NIVEA:
DI
REPRESENTASI
JERMAN.
Teori
yang
digunakan Teori representasi Stuart Hall, Teori identitas Stuart
Hall, Circuit of culture Stuart Hall. Perbedaannya dengan
penelitian ini yaitu teori yang digunakan.
Metode pengumpulan data menggunakan sumber data primer
berupa video iklan Walls Magnum Gold kemudian data sekunder
menggunakan
studi
pustaka,
Teknik
pengumpulan
data
menggunakan studi pustaka, dokumentasi, wawancara. Sedangkan
Puti Parameswari (2012) menggunakan studi pustaka. Sumber data
dari buku dan pengunduhan data dari internet.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa representasi pleasure seekers
memiliki dua sisi. Aspek yang ditonjolkan, representasi pleasure
seekers yang ingin ditunjukkan oleh Magnum Gold adalah produk
Magnum Gold ditujukan kepada orang yang bergaya hidup
hedonis, mewah, pintar yang berasal dari kalangan menengah dan
kalangan atas dengan latar belakang budaya yang beragam. Serta
aspek yang dimarginalisasi, representasi Pleasure seekers yang
ingin ditunjukkan oleh Magnum Gold adalah produk Magnum
Gold sebenarnya tidak ditujukan kepada orang yang bergaya hidup
sederhana apalagi mereka yang berharap mendapat kekayaan
dengan melakukan segala cara akan tetapi harapan mereka tidak
terwujud kemudian melakukan tindakan yang menyimpang, dan
102
mereka yang ingin instant untuk mendapatkan kekayaan. Dengan
kedua sisi tersebut, Iklan Walls Magnum Gold mampu membentuk
gaya hidup modern yang membentuk suatu komunitas yang
mengikat pengikutnya ke arah gaya hidup hedonis dan bergaya
hidup kelas atas guna memuaskan pihak dominan yang berkuasa
dalam
mengembangkan
perusahaannya
disinilah
kekuasaan
ideologi berperan dalam iklan.
Sedangkan hasil penelitian Puti Parameswari (2012) menunjukkan
bahwa representasi kecantikan perempuan di jerman sekarang
sudah berubah. Representasi kecantikan sekarang mengalami
pergeseran, dimana kulit cokelat yang dulu dipandang sebagai kulit
yang tidak menarik justru kini dinilai lebih cantik dibanding kulit
berwarna putih. Kegiatan konsumsi tidak hanya sebatas pemakaian
benda,
namun
menjadi
budaya.
Konsumen
tidak
hanya
mengonsumsi produk yang diiklankan namun juga mengonsumsi
tanda, simbol dan makna dalam iklan. Kegiatan konsumsi terhadap
produk membuat konsumen memberikan penilaian dan identitas
terhadap dirinya. Melalui barang – barang yang dikonsumsinya,
terlihat identitas yang dimiliki konsumen tersebut.
6.2 Saran
Berdasarkan hasil menganalisis data dan kesimpulan, maka disarankan:
1. Bagi masyarakat
a. Dampak positifnya antara lain, tingkat pengetahuan masyarakat
diperkaya dengan hadirnya iklan Walls Magnum Gold dan
pesannya, mengenai gaya hidup yang direpresentasikan oleh
elemen iklan serta produk baru yang ditampilkan dalam iklan
tersebut. Hal ini penting artinya untuk memajukan pengetahuan
masyarakat (dari tidak tahu menjadi tahu tentang produk Magnum
103
Gold dan menjadi tahu gaya hidup seperti apa yang disajikan iklan
ini).
b. Namun, pesan - pesan iklan ini dapat juga berdampak negatif.
Secara sengaja atau tidak, pesan iklan akan membentuk masyarakat
bergaya hidup hedonis dan bergaya hidup kelas atas. Hal ini
merupakan suatu konstruksi yang dibentuk oleh faktor kekuasaan
sehingga realitas yang tidak adil dalam masyarakat (aspek yang
dimarginalisasi) bukanlah perlakuan yang harus diterima begitu
saja. Oleh karena itu, Bagi masyarakat harus sadar dalam
memaknai pesan tersirat yang melibatkan kekuasaan dalam elemen
– elemen iklan.
2. Bagi pengiklan
Pengiklan harus bisa menggugah pikiran konsumen dengan
mengetahui tipikal konsumen bukan hanya status sosial ekonomi,
melainkan juga gaya hidup mereka karena produk dan jasa yang
dibeli konsumen bukan semata karena kebutuhan atau fungsinya
melainkan juga untuk menciptakan persepsi tertentu mengenai
dirinya seperti nilai apa yang menjadi utama dalam hidup mereka,
menunjukkan dari kelas mana kah mereka berasal, gaya hidup
seperti apa yang diinginkan mereka. Oleh karena itu, dalam
merancang pesan iklan harus mengetahui nilai, kelas, gaya hidup
seperti
apa
yang
diinginkan
konsumen
dan
jangan
memarginalisasikan khalayak yang bukan menjadi target pasar nya.
3. Bagi Penelitian Selanjutnya
Dapat meneruskan penelitian ini dengan paradigma kritis yang
mana dominasi dianggap sesuatu yang sangat mengganggu dan
harus dilawan. Bentuk nyata dari dominasi dapat dilihat dari
penggunaan bahasa, kode, simbol yang mengagunggkan kelompok
tertentu, sehingga muncullah kelompok-kelompok termarjinalkan.
104
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Iklan adalah media yang mudah untuk mempersuasif masyarakat.
Walaupun tujuan awal adalah sebagai sarana memperkenalkan produk serta
menjualnya, tetapi kini iklan juga telah menjadi medium yang menawarkan suatu
budaya baru sebagai gaya hidup modern yang membentuk suatu komunitas yang
mengikat pengikutnya ke arah gaya hidup hedonis dan bergaya hidup kelas atas.
Konstruksi gaya hidup ini khususnya ditujukan pada pleasure seekers yang
dipandang sebagai orang yang mencari kesenangan dan diarahkan kesenangannya
guna memuaskan pihak dominan yang berkuasa dalam mengembangkan
perusahaannya. Hal ini nampak pada elemen – elemen iklan Walls Magnum Gold,
yakni: Talent, Audio, Video, Words (seenword), Colour (Warna), Props.
Penelitian ini menganalisa bagaimana pleasure seekers direpresentasikan
melalui elemen – elemen iklan Walls Magnum Gold. Dengan menggunakan teori
representasi Stuart Hall telah ditemukan bahwa representasi pleasure seekers
memiliki dua sisi yakni: Aspek yang ditonjolkan, representasi pleasure seekers
yang ingin ditunjukkan oleh Magnum Gold adalah produk Magnum Gold
ditujukan kepada orang yang bergaya hidup hedonis, mewah, pintar yang berasal
dari kalangan menengah dan kalangan atas dengan latar belakang budaya yang
beragam. Serta aspek yang dimarginalisasi, representasi Pleasure seekers yang
ingin ditunjukkan oleh Magnum Gold adalah produk Magnum Gold sebenarnya
tidak ditujukan kepada orang yang bergaya hidup sederhana apalagi mereka yang
berharap mendapat kekayaan dengan melakukan segala cara akan tetapi harapan
mereka tidak terwujud kemudian melakukan tindakan yang menyimpang, dan
mereka yang ingin instant untuk mendapatkan kekayaan.
101
Perbedaan penelitian Representasi Gaya Hidup Pleasure Seekers dalam
Iklan Walls Magnum Gold dibandingkan penelitian yang sudah ada seperti yang
dijelaskan dalam bab II terkait dengan teori, metode dan temuan empirik yaitu:
Menggunakan teori Proses Repersentasi Stuart Hall dalam
pendekatan
Konstuksionis.
Sedangkan
Penelitian
dengan
menggunakan Teori representasi Stuart Hall sudah pernah
dilakukan
oleh
Puti
Parameswari
(2012)
yang
berjudul
MEMBACA MAKNA DI BALIK TIGA IKLAN PRODUK
PENCOKLAT
KECANTIKAN
KULIT
PEREMPUAN
NIVEA:
DI
REPRESENTASI
JERMAN.
Teori
yang
digunakan Teori representasi Stuart Hall, Teori identitas Stuart
Hall, Circuit of culture Stuart Hall. Perbedaannya dengan
penelitian ini yaitu teori yang digunakan.
Metode pengumpulan data menggunakan sumber data primer
berupa video iklan Walls Magnum Gold kemudian data sekunder
menggunakan
studi
pustaka,
Teknik
pengumpulan
data
menggunakan studi pustaka, dokumentasi, wawancara. Sedangkan
Puti Parameswari (2012) menggunakan studi pustaka. Sumber data
dari buku dan pengunduhan data dari internet.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa representasi pleasure seekers
memiliki dua sisi. Aspek yang ditonjolkan, representasi pleasure
seekers yang ingin ditunjukkan oleh Magnum Gold adalah produk
Magnum Gold ditujukan kepada orang yang bergaya hidup
hedonis, mewah, pintar yang berasal dari kalangan menengah dan
kalangan atas dengan latar belakang budaya yang beragam. Serta
aspek yang dimarginalisasi, representasi Pleasure seekers yang
ingin ditunjukkan oleh Magnum Gold adalah produk Magnum
Gold sebenarnya tidak ditujukan kepada orang yang bergaya hidup
sederhana apalagi mereka yang berharap mendapat kekayaan
dengan melakukan segala cara akan tetapi harapan mereka tidak
terwujud kemudian melakukan tindakan yang menyimpang, dan
102
mereka yang ingin instant untuk mendapatkan kekayaan. Dengan
kedua sisi tersebut, Iklan Walls Magnum Gold mampu membentuk
gaya hidup modern yang membentuk suatu komunitas yang
mengikat pengikutnya ke arah gaya hidup hedonis dan bergaya
hidup kelas atas guna memuaskan pihak dominan yang berkuasa
dalam
mengembangkan
perusahaannya
disinilah
kekuasaan
ideologi berperan dalam iklan.
Sedangkan hasil penelitian Puti Parameswari (2012) menunjukkan
bahwa representasi kecantikan perempuan di jerman sekarang
sudah berubah. Representasi kecantikan sekarang mengalami
pergeseran, dimana kulit cokelat yang dulu dipandang sebagai kulit
yang tidak menarik justru kini dinilai lebih cantik dibanding kulit
berwarna putih. Kegiatan konsumsi tidak hanya sebatas pemakaian
benda,
namun
menjadi
budaya.
Konsumen
tidak
hanya
mengonsumsi produk yang diiklankan namun juga mengonsumsi
tanda, simbol dan makna dalam iklan. Kegiatan konsumsi terhadap
produk membuat konsumen memberikan penilaian dan identitas
terhadap dirinya. Melalui barang – barang yang dikonsumsinya,
terlihat identitas yang dimiliki konsumen tersebut.
6.2 Saran
Berdasarkan hasil menganalisis data dan kesimpulan, maka disarankan:
1. Bagi masyarakat
a. Dampak positifnya antara lain, tingkat pengetahuan masyarakat
diperkaya dengan hadirnya iklan Walls Magnum Gold dan
pesannya, mengenai gaya hidup yang direpresentasikan oleh
elemen iklan serta produk baru yang ditampilkan dalam iklan
tersebut. Hal ini penting artinya untuk memajukan pengetahuan
masyarakat (dari tidak tahu menjadi tahu tentang produk Magnum
103
Gold dan menjadi tahu gaya hidup seperti apa yang disajikan iklan
ini).
b. Namun, pesan - pesan iklan ini dapat juga berdampak negatif.
Secara sengaja atau tidak, pesan iklan akan membentuk masyarakat
bergaya hidup hedonis dan bergaya hidup kelas atas. Hal ini
merupakan suatu konstruksi yang dibentuk oleh faktor kekuasaan
sehingga realitas yang tidak adil dalam masyarakat (aspek yang
dimarginalisasi) bukanlah perlakuan yang harus diterima begitu
saja. Oleh karena itu, Bagi masyarakat harus sadar dalam
memaknai pesan tersirat yang melibatkan kekuasaan dalam elemen
– elemen iklan.
2. Bagi pengiklan
Pengiklan harus bisa menggugah pikiran konsumen dengan
mengetahui tipikal konsumen bukan hanya status sosial ekonomi,
melainkan juga gaya hidup mereka karena produk dan jasa yang
dibeli konsumen bukan semata karena kebutuhan atau fungsinya
melainkan juga untuk menciptakan persepsi tertentu mengenai
dirinya seperti nilai apa yang menjadi utama dalam hidup mereka,
menunjukkan dari kelas mana kah mereka berasal, gaya hidup
seperti apa yang diinginkan mereka. Oleh karena itu, dalam
merancang pesan iklan harus mengetahui nilai, kelas, gaya hidup
seperti
apa
yang
diinginkan
konsumen
dan
jangan
memarginalisasikan khalayak yang bukan menjadi target pasar nya.
3. Bagi Penelitian Selanjutnya
Dapat meneruskan penelitian ini dengan paradigma kritis yang
mana dominasi dianggap sesuatu yang sangat mengganggu dan
harus dilawan. Bentuk nyata dari dominasi dapat dilihat dari
penggunaan bahasa, kode, simbol yang mengagunggkan kelompok
tertentu, sehingga muncullah kelompok-kelompok termarjinalkan.
104