T2 932013901 Full text
PENDAHULUAN
Kecenderungan
kecurangan
yang
terjadi
di
Timor
Leste,berdasarkan hasil pemeriksaan Komisi Anti Korupsi
(KAK) Timor leste Pada tahun 2013 berhasil mengidentifikasi 30
kasus korupsi dan kasus-kasus tersebut telah diserahkan kepada
jaksa untuk ditindak lanjuti. Dari hasil temuan
pemeriksaan
Komisi Anti Korupsi (KAK) Timor Leste tersebut Pengadilan
Distrik Dili telah menetapkan mantan Mentri kehakiman Timor
Leste
sebagai
wewenang
dalam
tersangka.Kasus
memanipulasi
korupsi
penyalahgunaan
dokumen
tender
proyek
pengadaan seragam penjaga penjara. Selain itu juga kepala
bagian procurement kementrian kehakiman juga didakwa ikut
terlibat dalam kasus tersebut.
Kecenderungan kecurangan telah mendapatkan banyak
perhatian media sebagai dinamika yang sering terjadi.Terdapat
opini bahwa kecenderungan kecurangan dapat dikatakan sebagai
tendensi korupsi dalam definisi danterminologi
karena
keterlibatan beberapa unsur yang terdiri daripengungkapanfaktafakta menyesatkan, pelanggaranaturan atau penyalahgunaan
kepercayaan, dan omisi fakta kritis. Soepardi (2007:24)dalam
Mohammad
(2011)
indikasi
adanya
kecenderungan
kecurangandapat dilihat dari bentuk kebijakan yang disengaja
dan tindakan yang bertujuan untuk melakukan penipuan atau
manipulasi
yang
merugikan
pihak
lain.
Kecenderungan
kecurangan meliputi berbagai bentuk, seperti tendensi untuk
melakukantindak
korupsi(corruption),
1
tendensi
untuk
penyalahgunaan atas aset(Asset Missappropriation), dan tendensi
untukmelakukan
kecurangandalam
laporan
keuangan
(financialstatement fraudulent).
Teori Fraud Triangleyang dijabarkan Cressey (1953) dalam
Tuannakotta (2007: 207) mengatakan bahwa korupsidisebabkan
karena adanya 3 faktor, yaitu tekanan (pressure), peluang
(opportunity),
(pressure)
dan
rasionalisasi
merupakan
(rationalization).
faktor yang
berasal
dari
Tekanan
kondisi
individu yang menyebabkan seseorang melakukan kecurangan.
Menurut Salam (2005) tekanan (presure) yaitu insentif yang
mendorong orang melakukan kecurangan karena tuntutan gaya
kehidupan, ketidakberdayaan dalam soal keuangan prilaku
gambling, mencoba mengalahkan sistim dan ketidakpuasan kerja.
Tekanan merupakan faktor yang berasal dari individu yang
menyebabkan seseorang melakukan kecurangan tekanan dari
dalam diri seseorang tersebut dapat dipengaruhi oleh lingkungan
tempat kerja. Salah satu faktor lingkungan yang menyebabkan
tekanan pada seorang pegawai adalah mengenai keadilan
organisasional dalam pekerjaan.
Opportunity adalah peluang yang memungkinkan fraud
terjadi. Biasanya disebabkan karena internal control suatu
organisasi
yang lemah, kurangnya
pengawasan, dan/atau
penyalahgunaan wewenang. Di antara tiga elemen fraud triangle,
opportunity merupakan elemen yang paling memungkinkan untuk
diminimalisir melalui penerapan proses, prosedur, dan control
dan
upaya
deteksi
dini
terhadap
2
fraud.
Penelitian
ini
menggunakan keefektifan sistem pengendalian internal sebagai
suatu peluang bagi pemerintahan atas terjadinya fraud di sektor
pemerintahan.
Rationalization (rasionalisasi)adalah pertimbangan perilaku
kecurangan sebagai konsekuensi dari kesenjangan integritas
pribadi pegawai atau penalaran moral yang lain.Menurut Skousen
(2009)
rasionalisasi adalah komponen penting dalam banyak
kecurangan, rasionalisasi menyebabkan pelaku kecurangan
mencaripembenaran atas perbuatannya. Rasionalisasi merupakan
bagian dari fraud triangle yang paling sulit diukur. Selain ketiga
factor tersebut budaya
faktor
organisasi juga merupakansalah satu
yang diduga menjadikan alasan pembenaran mengapa
pegawai melakukan korupsi.
Menurut Jones dan Goerge (2008:105)organizational
culture is the shared set of beliefs, expectations, values, norms,
and work routines that influence the ways in which individuals,
groups, and teams intreract with one another and cooperate to
achieve organizational goals. Jones danGoerge juga mengatakan,
bahwa ketika paraanggota organisasi memiliki komitmen
yangkuat terhadap keyakinan, harapan, nilai-nilai,norma-norma,
dan kebiasaan-kebiasaan yangdigunakannya dalam mencapai
tujuan,menunjukkan budaya organisasi yang kuat.Sebaliknya bila
para anggota organisasi tidak memiliki komitmen yang kuat,
menunjukkanbudaya organisasinya lemah
3
Penelitian yang dilakukan Sulistiyowati (2007) mengatakan
bahwa budaya organisasi berpengaruh terhadap persepsi aparatur
pemerintah daerah tentang tindak korupsi. Dalam penelitianya
juga menjelaskan bahwa budaya organisasi yang baik tidak akan
membuka peluang sedikitpun bagi individu untuk melakukan
korupsi, karena budaya organisasi yang baik akanmembentuk
para pelaku organisasi mempunyaisense of belonging (rasa ikut
memiliki) dan sense of identity (rasa bangga sebagai bagian dari
suatu organisasi).
Selain budaya organisasi, variabel lain yang berpengaruh
terhadapkecenderungan korupsi adalah sistem pengendalian
internal.Menurut
Tuanakotta(2007)
pencegahanfrauddapat
dilakukan dengan mengaktifkanpengendalian internal. Jika
pengendalian internal suatu organisasi lemah makakemungkinan
terjadinya
kesalahan
dan
fraudsangat
besar.
Menurut
AICPA(American Institute of Certified Pulic Accountant)dalam
Wilopo (2006) adanyasuatu sistem pengendalian internal bagi
sebuah
organisasi
memberikan
sangatlah
penting,antara
perlindungan
kelemahanmanusia
serta
bagi
untuk
lain
entitas
mengurangi
untuk
terhadap
kemungkinan
kesalahan dan tindakan yang tidaksesuai dengan peraturan.
Pengendalian internal juga dimaksudkan untukmeningkatkan
kepatuhan
karyawan/pegawai
terhadap
hukum-hukum
danperaturan yang telah ditetapkan.
Suatu organisasi yang memiliki sistem pengendalian
internal yang lemah, cenderung akan meningkatkan peluang
4
terjadinya fraud di dalam organisasi tersebut. Rae and
Subramaniam (2008) mengatakan bahwa kualitas pengendalian
internal bertindak sebagai suatu ukuran kuasa untuk peluang
terjadinya fraud karena tindakan pengendalian internal yang
berkualitas akan memperkecil frekuensi fraud. Akan tetapi
adanya suatu sistem pengendalian internal saja tidak cukup jika
tidak ada kepatuhan di dalamnya.
Menurut Hartanto dan Indra (2001) tekanan ketaatan
adalah individu yang memiliki kekuasaan
sumber
merupakan
yang dapat mempengaruhi perilaku
perintah
yang
diberikannya,
hal
ini
suatu
orang dengan
disebabkan
oleh
keberadaan kekuasaan atau otoritas yang merupakan bentuk
legitimate power atau kemampuan atasan untuk mempengaruhi
bawahan karena ada posisi khusus dalam struktur hierarki
organisasi.
Paradigma
dikembangkan
ketaatan
pada
kekuasaan
ini
oleh Milgram (2012) yang dikatakan dalam
teorinya bahwa bawahan yang mengalami tekanan ketaatan dari
atasan akan mengalami perubahan psikologis dari seseorang yang
berperilaku otonomis menjadi
perilaku
agen. Perubahan
perilaku ini terjadi karena bawahan tersebut merasa menjadi
agen dari sumber kekuasaan, dan dirinya terlepas dari tanggung
jawab atas apa yang dilakukannya
Beberapapeniliti
telahmenelititentangfaktor-faktor
yangmempengaruhifrauddi sektor pemerintahan, antara lain
penelitianMohamad (2013)menunjukkanbahwa terdapat pengaruh
negatif antara kepatuhan sistem pengendalian intern dengan fraud
5
di sektor pemerintahan, penelitian Wilopo (2006) mengatakan
bahwa variabelkeefektifan pengendalian internal berpengaruh
negatif terhadap fraud, penelitian Sulistyowati pada tahun (2007)
menyatakan hasil bahwa
variabel
budaya
etis
organisasi
berpengaruh negatif terhadap frauddanpenelitian Rahmawati dan
Soetikno
(2012)
menyatakan
bahwa
variabel
keefektifan
pengendalian internal berpengaruh negatif terhadapfraud.
Dengan melihat fenomena yang terjadi di Timor Leste
tentang kecenderungan korupsi dan riset-riset terdahulu yang bisa
menjelaskan fenomena tersebut, maka peneliti tertarik untuk
melakukan penelitian tentang pengaruh pengendalian internal,
budaya organisasi dan tekanan ketaatan terhadap kecendrungan
korupsipada Kementerian Pekerjaan Umum Timor Leste. Tujuan
dari penelitian iniuntuk memberi bukti empiris mengenai
pengaruh sistem pengendalian internal, budaya organisasi dan
tekanan ketatan terhadap kecenderungan korupsi.Manfaat teoritis
penelitian inidiharapkan dapat menambah wawasan pengetahuan
tentang kecenderungan korupsipada sektor publik. Sedangkan
manfaat praktisinya diharapkan dapat memberikan masukan
kepada pemerintah dalam upaya mencegah korupsi.
TELAAHLITERATURDAN
HIPOTESIS
PENGEMBANGAN
Kecurangan (fraud)
The ACFE(Association of Certified Fraud Examiner) dalam
Amrizal (2004) membagi kecurangan
tipologi berdasarkan perbuatan yaitu:
6
(fraud)
dalam
tiga
Penylahgunaan atas asset (Asset Misappropriation),
dapat
digolongkan
dalam:
fraud),meliputi pencurian
kas
1)
kecurangan
kas(cash
dan pengeluaran-pengeluaran
secara kecurang, sepertipemalsuan cek.2) kecurangan atas
persediaan dan aset lainnya (fraud ofinventory and all other
assets), berupapencurian dan pemakaianpersediaan/aset lainnya
untuk kepentingan pribadi.
Kecurangan
laporan
keuangan(financialstatement
fraudulent)dikategorikan dalam: 1)timing difference(improper
treatment of sales),mencatat waktu transaksi berbeda atau lebih
awal dari waktu transaksi yangsebenarnya.2)fictitious revenues,
menciptakan
pendapatan
yangsebenarnyatidak
pernahterjadi(fiktif).3)
Cancealed
liabilities
andexpenses,menyembunyikankewajiban-kewajibanperusahaan,
sehingga laporankeuanganterlihat bagus. 4)improper disclosures,
perusahaan tidak melakukanpengungkapanataslaporan keuangan
secara cukupdengan maksud untukmenyembunyikan kecurangankecurangan yang terjadi. 5) improper assetvaluation,penilaian
yang
tidak
wajar
atau
tidak
sesuai
dengan
prinsipakuntansiberlaku umum atas aset perusahaan
dengan
tujuan meningkatkanpendapatan dan menurunkan biaya.
Korupsi (Corruption). Jenis fraud ini paling sulit
dideteksi karenamenyangkut
kerja
sama
dengan pihak lain
dalam menikmati keuntunganseperti suap dan korupsi. Korupsi
terbagi atas:1) pertentangankepentingan(conflict of interest),
terjadi ketika karyawan, manajer dan eksekutif perusahaan
7
memiliki
kepentingan
pribadi terhadap
transaksi,
yang
mengakibatkan dampak yang kurang baik terhadap perusahaan.
2) suap (bribery), penawaran, pemberian, penerimaan, atau
permohonan
sesuatu
dengan
tujuan untuk
mempengaruhi
pembuat keputusan dalam membuat keputusan bisnis. 3)
pemberian illegal (illegal gratuity), pemberian illegal disini
bukan
untuk mempengaruhi keputusan
bisnis,
tapi sebuah
permainan. Hadiah diberikan setelah kesepakatan selesai. 4)
pemerasan secara ekonomi (economic extortion), pada dasarnya
pemerasan secara ekonomik lawan dari
suap. Penjual
menawarkan memberi suap atau hadiah kepada pembeli yang
memesan produk dari perusahaan.
Berdasarkan tipologinya fraud yang dibedakan menjadi
tiga maka, pada penelitian ini akan difokuskan pada korupsi
jenis fraud ini paling sulit dideteksi karenamenyangkut kerja
sama
dengan pihak lain dalam menikmati keuntunganseperti
suap dan korupsi.
Menurut Abdullah (1999) korupsi ada “as old as the
organization ofpower ”. Inti korupsi adalah menyalahgunakan
kepercayaan
yang
diberikanpublik atau pemilik untuk
kepentingan pribadi menurut Alatas(1987) dalamSulistiyowati
(2007)koruptor
ataumelalaikan
atautanpa
dengansengaja
tugas
yang
melakukan
diketahui
sebagai
hakmenggunakankekuasaan,
kesalahan
kewajiban,
dengan
tujuan
memperoleh keuntungan pribadi.Sehingga korupsimenunjukkan
fungsi
ganda
yang
kontradiktif,
8
yaitumempunyai
kewenanganyang
diberikan
publik
yang
seharusnya
untukkesejahteraan publik, namun digunakan untuk keuntungan
diri sendiri.
Jones dan Bates (1990) aktivitas-aktivitasyang cenderung
ke korupsi antara lain: (1)tender, kontrak, penyelesaian
kontrak, penyewaan konsultan atau staf (2) penjualandengan
tekanan (3) ramah-tamah (4) pemberian ijin, lisensi untuk
rencana perdagangan(5)
pembelian
barang
yang dikirim
langsung ke tempat pembangunan(6) konflik kepentingan (7)
penggunaanperalatan komputer atau kendaraan untukkepentingan
pribadi (8) perusakan danpembuangan
terhadap
peralatan,
perlengkapan maupun persediaan yang telahusang.
Berdasarkan tipologinya, korupsi dibedakanmenjadi lima,
yaitu (Darsono,2001)1.Korupsi transaksi, merupakan korupsi
yang bersifat timbal balik (mendekati kolusi), sehingga saling
menguntungkan. 2. Korupsi memeras, terjadipadaunbalanced of
power ,
misalnya
pelayanan
dibuat
sulit
sehingga
menciptakanuang sogok. 3. Korupsi investif, berupa pemberian
sekarang untuk menuai dimasa yang akan datang. 4. Korupsi
nepotisme,
merupakan
kekerabatan, kecuali
yang
pengangkatanjabatan
memenuhi
karena
persyaratan teknis
danprosedur yang berlaku. 5. Korupsi dukungan adalah upaya
mendukung satupihak agar dapat didukung balik.
Dalam buku ”Strategi Pemberantasan Korupsi Nasional
(SPKN)” yang diterbitkan Badan Pengawasan Keuangandan
9
Pembangunan
(BPKP) pada tahun (1999)telah diidentifikasi
faktor-faktor penyebab kecurangan korupsi diIndonesia terdiri
atas empat aspek, yaitu:
a) aspek perilaku individu, sepertiadanya sifat tamak,
moral yang kurang kuat menghadapi godaan, penghasilanyang
tidak mencukupi, kebutuhan hidup yang mendesak, gaya hidup
konsumtif,malas/tidak
mau
bekerja
keras,
serta
tidak
mengamalkan ajaran agama secarabenar. b) aspek organisasi,
yaitu kurang adanya keteladanan dari pimpinan, kulturorganisasi
yang
tidak
benar,
sistem akuntabilitas
yang
tidak
memadai,kelemahansistempengendalian
manajemen,kecenderungan
korupsiyang
terjadi
perusahaanmemiliki
masyarakat,
manajemenmenutupi
dalam
manaindividu/organisasi berada,
berlakuyang
perusahaannya,
sejarah/tradisikecurangan.
berkaitan
perbuatan
dan
c)
aspek
denganlingkungan
di
seperti
kondusifuntukterjadinya
kesadaran bahwa yang palingdirugikan
nilai-nilai
yang
korupsi, kurangnya
daripraktik
korupsi
adalah masyarakat. d) aspek peraturanperundang-undangan,yaitu
terbitnya
peraturan
perundang undangan
yangbersifat
monopolistic yanghanya menguntungkan kerabat dan atau
kronipenguasa negara, kualitasperaturan perundang-undangan
kurang
memadai,judicial
review
yang
kurangefektif,
penjatuhansanksi yang terlalu ringan, penerapan sanksi tidak
konsistendan pandang bulu, serta lemahnya bidangevaluasi
dan revisi peraturanperundang-undangan.
10
Sistem Pengendalian Internal
Sistem
pengendalian
internal menurut
COSO dalam
Sawyer (2006:144) adalah sebuah proses yang dipengaruhi oleh
dewandireksi perusahaan, manajemen, dan karyawan lain, untuk
memberikan keyakinan yang wajar mengenai pancapaian tujuan
dalam kategori berikut: a)efektivitas dan efisiensi operasi
b)keandalan pelaporan keuangan c) ketaatan dengan hukum dan
aturan yang berlaku. Penerapan sistem pengendalian intern
berfungsi untuk: a) preventive, yaitu pengendalian untuk
pencegahan kesalahan-kesalahan baik berupa kekeliruan atau
ketidakberesan. b) detektive, untuk mendeteksi kesalahan,
kekeliruan dan penyimpangan yang terjadi. c)corrective, untuk
memperbaikikesalahan,
kelemahan
terdeteksi. d)directive,
untukmengarahkan
aktivias
dan penyimpangan yang
agar pelaksanaan
dilakukan dengan tepat dan benar. e) compensative,
untuk menetralkan kelemahan pada aspek kontrol yang lain.
Laporan Committee of Sponsoring of the Tread Way
Commission
(COSO)
menekankan
konsep
berikut:
dalamBoynton
at
al
(2002:373)
fundamental dinyatakan dalam defenisi
a)pengendalian
intern
merupakan
suatu
proses.
Pengendalian internal terdiri dari serangkaian tindakan yang
meresap dan terintegrasi dengan tidak ditambahkan ke dalam
infrasruktur suatu entitas. b)pengendalian intern
dilaksanakan
oleh orang pada berbagai tingkatan organisasi, termasuk dewan
direksi, manajemen dan personel lain. c) pengendalian intern
11
diharapkan untuk menyediakan hanya keyakinan yang memadai,
bukan keyakinan yang mutlak, kepada manajemen dan dewan
direksi suatu entitas karena suatu keterbatasan yang melekat
dalam semua sistem pengendalian internal dan perlunya untuk
mempertimbangkan biaya dan manfaat relatif dari pengadaan
pengendalian.
Pengendalian internal diarahkan pada pencapaian tujuan
dalam kategori yang saling tumpang tindih dari pelaporan
keuangan, kepatuhan dan operasi. Ciri-ciri pengendalian intern
yang kuat menurut Tunggal (2010: 209), yaitu: a) karyawan
yang
kompeten
dan
jujur, menguasai
standar
akuntansi,
peraturan perpajakan, dan peraturan pasar modal. b) transaksi
diotorisasi oleh pejabat yang berwenang. c) transaksi
dicatat
dengan benar (jumlah, estimasi dan perlakuan akuntansi). d)
pemisahan tugas yang mengambil inisiatif timbulnya suatu
transaksi, yang mencatat dan yang menyimpan. e) akses terhadap
aset dan catatan perusahaan sesuai dengan tugas dan fungsi
karyawan. f)perbandingan
secara
periodik
antara saldo
menurut buku dengan jumlah secara fisik.
Keterbatasan pengendalian internal dalam suatu entitas
menurut
Boynton, Johson dan Kell (2002:376) yaitu: a)
kesalahan dalam pertimbangan. b) kemacetan. Terjadi ketika
personel
salah
memahami
instruksi
dan membuat
kekeliruanakibat kecerobohan, kebingungan dan kelelahan. c)
kolusi merupakan individu
sekaligus
yang
bekerja
sama melakukan
menutupi kecurangansehingga tidak dapat dideteksi
12
oleh pengendalian internal. d) penolakanmanajemen. e) biaya
versus manfaat. Biaya pengendalian internal suatu entitas
seharusnya
tidak
melebihi
manfaat yang diharapkan untuk
diperoleh.
Menurut COSO (2004) pengendalian internal terdiri dari
lima komponen yang saling terkait berikut ini:
Lingkungan Pengendalian(Control Environment)
Lingkungan pengendalianmencakup seluruh tindakan,
kebijakan, dan prosedur yangmencerminkan ataumenggambarkan
seluruh
sikap
manajemen,
direktur,
dan
pemiliksatuan
usahatentang pengendalian internal yang dapat menimbulkan
kesadaran bagi paraanggota organisasi tersebut mengenai
pentingnya pengendalian semacam itubagi satuanusaha yang
bersangkutan.
Sebagian
dari
lingkungan
pengendalianini
dapat
dikendalikan oleh manajemen denganmenggunakan kebijakankebijakan dan prosedur tertentu, seperti:1) penggunaananggaran
dan
laporanlaporan
keuangan
sebagai
sarana
untuk
memformulasikan danmengkomunikasikan, tujuan, perencanaan,
dan kegiatan perusahaan yangbersangkutan 2) penggunaan
pegawai yang saling menguji (check andbalance) untuk
memisahkankegiatan-kegiatan yang tidak boleh digabung(tidak
kompatibel)
serta
tingkatanmanajemen
untuk
yang
mengadakansupervise
lebih
tinggi3)
adanya
oleh
serta
sampaiseberapajauhpengendalianterhadappenggunaanmetodepen
13
golahan data serta a) terhadappegembangan dan pemeliharaan
sistem oleh perusahaan tersebut.Untuk tujuan pemahaman dan
penetapan lingkungan pengendalian, berikut ini adalah subelemen
terpenting yang harus dipertimbangkan oleh auditor:a) integritas
dan
nilai-nilai
etika b)
komitmenterhadap
kompetensic)
partisipasi dewan komisaris dan komite audit. Filosofi dan gaya
operasi manajemen. Struktur organisasi. Pemberian wewenang
dan tanggung jawab. Kebijakan dan praktik sumber daya
manusia.
Penaksiran Risiko (risk assessment)
Penaksiran risiko untuk tujuan pelaporan keuangan
merupakan
pengidentifikasian,
risiko-risiko
yang
relevan
analisisolehmanajemen
terhadap
penyusunan
atas
laporan
keuanganyang disajikan secara wajar sesuai dengan prinsip
akuntansi yang berlaku umum. Risikoyang relevan dengan
pelaporan keuangan mencakup peristiwa dan keadaan internal
dan eksternal yang mungkin terjadi dan secara negatif berdampak
terhadap
meringkas,
kemampuan
dan
entitasuntuk
melaporkan
data
mencatat,
keuangan
mengolah,
konsisten
denganasersi manajemen dalam pelaporan keuangan.
Manajemen dapat membuat rencana, program atau
tindakan yang ditujukan keresikotertentu atau dapat memutuskan
untuk menerima suatu resiko karena pertimbangan biayaatau lain.
Resiko yang dapat timbul atau berubah karena keadaan seperti
perubahan dalamlingkup operasi, personel baru, sistem informasi
baru atau yang diperbaiki, pertumbuhanyang pesat, teknologi
14
baru dan muncul competitor baru, eksternal yang mungkin terjadi
dan secara negatif berdampak terhadap kemampuan entitasuntuk
mencatat, mengolah, meringkas, dan melaporkan data keuangan
konsisten denganasersi manajemen dalam pelaporan keuangan.
Manajemen dapat membuat rencana, program atau
tindakan
yang
ditujukan
dapatmemutuskanuntuk
ke
menerima
risikotertentu
suatu
risiko
atau
karena
pertimbangan biayaatau lain. Risiko yang dapat timbul atau
berubah karena keadaan seperti perubahan dalamlingkup operasi,
personel baru, sistem informasi baru atau yang diperbaikin,
pertumbuhanyangpesat, teknologi baru dan muncul competitor
baru.
Aktivitas pengendalian (control activities)
Aktivitas pengendalian adalah kebijakan dan prosedur
yang
membantu
bahwa
tindakanyang
diperlukan
telah
dilaksanakan untuk menghadapi risiko dalam pencapaian
tujuan perusahaan. Aktivitas pengendalianmemilikiberbagaitujua
ndanditerapkandi berbagaitingkat organisasi dan fungsi.
Umumnya aktivitas pengendalian yang relevan dengan
audit dapat digolongkan sebagaikebijakan dan prosedur yang
berkaitan dengan berikut ini:1) pemisahan tugas yang memadai,
empat pedoman umum dalam pemisahan tugas untukmencegah
salah saji, baik yang disengaja maupun yang tidak disengaja
yangmempunyai kepentingan khusus bagi auditor, yaitu: a)
pemisahan pemegang (custody) aktiva dari akuntansi. b)
15
pemisahan otorisasi transaksi dari pemegang aktiva yang
bersangkutan. c) pemisahan tanggungjawab operasional dari
tanggung jawab pembukuan. d) pemisahan tugas dalam PDE 2)
otorisasi
yang memadai atas transaksidanaktivitas, setiap
transaksi harus diotorisasi memadai jika ingin pengendalian
tersebutmemuaskan. Otorisasi dapatdibedakan menjadi dua yaitu
otorisasi umum (general authorization) dan otorisasi khusus
(specific authorization).
Manajemen menyusunotorisasi umum bagi perusahaan
untuk ditaati bawahan diinstruksikan untukmenerapkan otorisasi
umum dengan cara menyetujui seluruh transaksi dalam batasyang
ditentukan oleh kebijakan. Contoh otorisasi umum adalah
penerbitan daftar harga pasti untuk penjualan barang, batasan
kredit untuk pelanggan, titik pemesanan kembaliyang pasti untuk
melakukan pembelian. Otorisasi khusus dilakukan terhadap
transaksiindividual. Manajemen seringkali tidak dapat menyusun
kebijakan umum otorisasiuntuk beberapa transaksi. Sehingga
manajemen
lebih
memilih
membuat
otorisasiberdasarkankasusdemikasus.
Misalnyaadalahotorisasitransaksipenjualan olehmanajer
penjualan atas mobil perusahaan yang telah dipakai. Kebijakan
otorisasi baikumum maupun khusus harus dibuat oleh manajemen
puncak.3) dokumendan catatan
yang memadai, dokumen
merupakan bukti terjadinya transaksi berikut harga, sifat, dan
syarat-syarattransaksi. Contoh dokumen yang banyak dijumpai
adalah faktur, cek, dan kontrak.Dokumen berfungsi sebagai
16
penghantar informasi ke seluruh bagian organisasi kliendan
antara organisasi yang berbeda. Dokumen harus memadai untuk
memberikankeyakinan
memamdai
bahwa
seluruh
aktiva
dikendalikan dengan pantas dan seluruhtransaksi tercatat dengan
benar.Prinsip-prinsip relevan tertentu dalam membuat rancangan
dan penggunaan dokumendan catatan yang pantas.
Dokumen
dan
catatansebaiknya:a)berseri
dan
prenumbereduntukmemungkinkan pengendalian atas hilangnya
dokumen dan sebagai alat bantu dalam penempatan dokumen jika
diperlukankembali. b)disiapkan pada saat terjadi atau sesudah.
c)cukup sederhana untuk menjamin bahwa dokumen dan catatan
dapat dimengertidengan jelas. d) dirancang sedapat mungkin
untuk multiguna sehingga meminimalkan bentukdokumen dan
catatan yang berbeda-beda4) pengendalian fisik atas aktiva dan
catatan, pengendalian fisikberhubungan dengan perbatasan dua
jenis akses terhadap aktiva dancatatan penting 5) penilaian
independent
terhadap
pengendalian
kinerja,kategori
adalah
penelaahan
terakhir
prosedur
yang
hati-hati
danberkesinambunganataske empatproseduryanglain,yangseringk
ali disebutpengecekan indepenatauverifikasiinternal.
Kebutuhanpengecekan independenmeningkat
karena
struktur pengendalianinternalcenderung untuk berubah setiap saat
jikatidak
terdapat
mekanisme
penelaahan
yang
sering.
Karakteristik utama orang yangmelakukanprosedur verifikasi
internal
adalah
orang
tersebut
harus
independen
danbertanggungjawab menyiapkan data.Sistemakuntansiyangterk
17
omputerisasidapatdirancangsehingga membuat banyak prosedur
verifikasi interndiotomatisasisebagai bagian dari sistem.
Informasi dan komunikasi (information and communication)
Sisteminformasi relevan dengan tujuan pelaporan keuangan,
yang mencakupsistemakuntansi, terdiri dari metode dan catatan
yang
dibangun
melaporkan
untukmencatat,
transaksi
entitas
akuntabilitasterhadap
mengolah,meringkas,
danuntuk
aktiva,
dan
menyelenggarakan
utang,
ekuitas
yangbersangkutan.Komunikasimeliputiluasnya pemahaman perso
neltentangbagaimanaaktivitas merekdalam sistem informasipelap
orankeuanganberkaitandenganpekerjaanoranglaindancarapelapora
npenyimpangankepadatingkatyangsemestinya dalam entitas.Kom
unikasidapat dilakukan secara lisan dan melalui tindakan
manajemen.
memastikan
Pembukaan
bahwa
salurankomunikasi
penyimpangan
membantu
dilaporakandan
ditindaklanjuti.
Pemantauan (monitoring)
Pemantauan adalah proses penetapan kualitas kinerja
pengendalian intern sepanjangwaktu. Pemantauan mencakup
penentuan desain dan operasi pengendalian tepat waktudan
tindakan perbaikan yang dilakukan. Proses ini dilaksanakan
melalui
aktivitaspemantauansecaraterusmenerus,evaluasisecaraterpisah,at
ausuatukombinasidiantara keduanya. Informasi untuk penilaian
dan perbaikan dapat berasal dari berbagaisumber meliputi studi
atas struktur pengendalianinternal yang ada, laporan audit
18
intern,laporan penyimpanganatas aktivitaspengendalian, laporan
dari bank, umpan balik dari pegawai, dan keluhan dari pelanggan
atas tagihan.Agar pengendalian intern (internal control) berjalan
dengan efektif, maka 5 (lima) komponen tersebut harus
diimplementasikan secara integral dan berkesinambungan.
Budaya Organisasi
Menurut Jones dan Goerge (2008:105)organizational
culture is the shared set of beliefs, expectations, values, norms,
and work routines that influence the ways in which individuals,
groups, and teams intreract with one another and cooperate to
achieve organizational goals.Jones dan Goerge (2008) juga
mengatakan, bahwa ketika paraanggota organisasi memiliki
komitmen
yangkuat
terhadap
keyakinan,
harapan,
nilai-
nilai,norma-norma, dan kebiasaan-kebiasaan yangdigunakannya
dalam mencapai tujuan,menunjukkan budaya organisasi yang
kuat.Sebaliknya bila para anggota organisasi tidak memiliki
komitmen yang kuat, menunjukkanbudaya organisasinya lemah.
Setiap organisasi memiliki budaya, tetapi budaya organisasi
yangsatu dengan organisasi yang lain belum tentusama.
Menurut Buchanan dan Huczyski (1997:518) elemenelemen budaya organisasi atau perusahaan adalah nilai-nilai,
kepercayaan-kepercayaan, pendapat-pendapat, sikap-sikap dan
norma-norma. Berbagai tindakan yang dilakukan oleh seseorang
tentunya berbeda-beda dalam bentuk perilakunya. Dalam
organisasi implementasi budaya dirupakan dalam bentuk perilaku
artinya perilaku individu dalam organisasi akan diwarnai oleh
19
budaya organisasi yang bersangkutan. Arnold dan Feldman
(1986:24) perilaku individu berkenaan dengan tindakan yang
nyata dilakukan oleh seseorang dapat diartikan bahwa dalam
melakukan tindakan seseorang pasti akan tidak terlepas dari
perilakunya.
Budaya organisasi menurut McShane dan Von Glinow
(2008:460)organizational culture is the basic pattern of shared
values and assumptions governing the way employees within an
organization think about and act on problems and opportunities.
McShane dan Von Glinow (2008) juga mengatakan, bahwa
budaya organisasi yang kuat memiliki potensi meningkatkan
kinerja, dan sebaliknya bila budaya organisasinya lemah
mengakibatkan kinerja menurun. Budaya organisasimemiliki tiga
fungsi
penting
yaitu
sebagai
sistempengawasan,
perekat
hubungan sosial, dansaling memahami.
Berdasarkan definisi yang dikemukakan para ahli tersebut
di atas, maka dapat disimpulkan, bahwa budaya organisasi
merupakan pola dasar nilai-nilai, harapan, kebiasaan-kebiasaan
dan keyakinan yang dimiliki bersama seluruh anggota organisasi
sebagai pedoman dalam melaksanakan tugas untuk mencapai
tujuan organisasi.
Tekanan Ketaatan
Menurut Agoes (2009:49)ketaatan sebagai pemeriksanaan
untuk
mengetahui
apakah prosedur dan aturan yang telah
ditetapkan otoritas berwenang sudah ditaati oleh personel
20
diorganisasi tersebut. Menurut Agoes (2009) audit ketaatan
(compliance
audit)harus
dilakukan
di
dalam
perusahaan
terhadap: a) kebijakan dan prosedur tertulis tentang kelengkapan
transaksi. Hal ini dilakukan untuk membuktikan adanya ketaatan
terhadap kelengkapan
perusahaan,
transaksi
pelaksanaan
transaksi
yang
dilakukan dalam
tersebut sejak transaksi
dimulai sampai dengan selesai. b) ketaatan terhadap perundangundangan. Dalam setiap aspek operasional perusahaan atau
bagian organisasi perusahaan harus memenuhi setiap peraturan
perundang-undangan dan peraturan internal perusahaan.
Praditaningrum dan Januarti (2011) mendefinisikan
tekanan ketaatansebagai tekanan yang umumnya dihasilkan
oleh individu yang memiliki kekuasaan. Tekanan ketaatan ini
diartikan sebagai tekanan yang diterima oleh auditor junior
yang dihasilkan olehauditor senior atau atasan dan entitas
yang diperiksa untuk melakukan tindakan yang menyimpang
dari standar etika dan profesionalisme. Tekanan ketaatan adalah
jenis tekanan pengaruh sosial yang dihasilkan ketika individu
dengan perintah langsung dariperilaku individu lain.
Menurut Hartanto dan Indra (2001) mengatakan bahwa
tekanan ketaatan adalah individu yang memiliki kekuasaan
merupakan suatu sumber yang dapat mempengaruhi perilaku
orang dengan perintah yang diberikannya, hal ini disebabkan
oleh keberadaan kekuasaan atau otoritas
bentuk
legitimate
power
yang merupakan
atau kemampuan atasan
untuk
mempengaruhi bawahan karena ada posisi khusus dalam
21
struktur hierarki organisasi. Menurut Milgram (1974) auditor
baru (junior) dari auditor senior atau atasan dan entitas yang
diperiksa untuk melakukan tindakan yang menyimpang dari
standar profesionalisme. Menurut Gredani dan Slamet (2007)
instruksi atasan dalam suatu organisasi akan mempengaruhi
perilaku bawahan karena atasan memiliki otoritas.
Menurut Jamilah et al (2007) tekanan ketaatan merupakan
kondisi dimana seorang auditor dihadapkan pada sebuah
dilema penerapan standar profesi auditor. Klien atau pimpinan
dapat saja menekan auditor untuk melakukan pelanggaran standar
profesi auditor. Bahkan kadangkala tekanan dihasilkan oleh
manajemen internal, dimana atasan ingin melakukan rekayasa
terhadap
hasil
auditnya,
baik
karena
adanya unsur
kekerabatan, menjaga nama baik klien ataupun kerja sama
dengan pihak-pihaktertentu.
Hal ini tentunya akan menimbulkan tekanan pada diri
auditor
dan
terjadi
dilema
untuk
menuruti
atau
tidak
menuruti kemauan klien maupun pimpinannya. Oleh sebab
itu, seorang auditor seringkali dihadapkan kepada situasi
dilema penerapan standar profesi auditor dalam pengambilan
keputusannya. Kekuasaan klien dan pemimpin menyebabkan
auditor tidak independen lagi, karena telah menimbulkan
tekanan dalam menjalankan pekerjaannya. Biasanya tekanan
ketaatan ini timbul karena adanya kesenjangan ekspektasi
yang terjadi antara entitas yang diperiksa dengan auditor
telah menimbulkan suatu konflik tersendiri bagi auditor.
22
Dalam beberapa situasi sosial, seseorang memandang
orang lain atau kelompok sebagai pemilik otoritas yang sah
untuk mempengaruhi perilaku
orang tersebut. Norma sosial
membolehkan pihak yang memiliki otoritas untuk mengajukan
permintaan dan memaksa agar bawahan mematuhinya.Menurut
Taylor et al. (2009) ketaatan didasarkan pada keyakinan bahwa
otoritas memiliki hak untuk meminta. Menurut Hartanto dan
Indra (2001) mengatakan bahwa tekanan ketaatan adalah individu
yang memiliki kekuasaan merupakan suatu sumber yang dapat
mempengaruhi perilaku
orang dengan
perintah
yang
diberikannya, hal ini disebabkan oleh keberadaan kekuasaan
atau otoritas yang merupakan bentuk legitimate power atau
kemampuan atasan untuk mempengaruhi bawahan karena ada
posisi khusus dalam struktur hierarki organisasi.
Paradigma ketaatan pada
oleh Milgram(1974)
bawahan
kekuasaan
ini dikembangkan
yang dikatakan dalam teorinya bahwa
yang mengalami tekanan ketaatan dari atasan akan
mengalami perubahan psikologis dari seseorang yang berperilaku
otonomis menjadi perilaku agen. Perubahan perilaku ini terjadi
karena bawahan tersebut
merasa menjadi agen dari sumber
kekuasaan, dan dirinya terlepas dari tanggung jawab atas apa
yang
dilakukannya.
PenelitianHartanto
dan
Indra
(2001)
menemukan bukti yang menunjukkan bahwa orang normal
dapat melakukan tindakandestruktif jika menghadapi tekanan
besar dari otoritas yang sah. Orang yang dalam kehidupan sehariharinya bertanggung jawab dan terhormat bisa jadi tertekan
23
oleh otoritas dan mau saja melakukan tindakan kejam dalam
situasi tertekan.
Berdasarkan definisi yang dikemukakan para ahli tersebut
di atas, maka dapat disimpulkan bahwa tekanan ketaatan pada
atuaran merupakan sebuah perintah atasan melakukan perbuatan
yang tidak sesuai norma,
etika
pekerjaan,
maka
seorang
profesional cenderung tidak bertanggung jawab atas keputusan
yang diambil.
PENGEMBANGAN HIPOTESIS.
Persepsi atas sistem pengendalian internal berpengaruh
tehadap kecenderungan korupsi.
Menurut Arens (2008) adalah: a) lingkungan pengendalian
terdiri dari tindakan, kebijakan, dan prosedur yang mencerminkan
sikap dari manajemen puncak, para direktur, dan pemilik dari
suatu entitas mengenai pengendalian internal dan pentingnya
komponen bagi entitas itu. b) penilaian resiko adalah identifikasi
manajemen dan analisis resiko yang relevan dengan persiapan
laporan keuangan yang seuai dengan prinsip berlaku umum. c)
aktivitas Pengendalian adalah kebijakan dan prosedur yang dibuat
untuk memberikan keyakinan bahwa petunjuk yang dibuat oleh
manajemen dilaksanakan. d) informasi dan komunikasi, sistem
informasi yang relevan dengan tujuan laporan keuangan yang
meliputi sistem akuntansi. e) pemantauan adalah proses penilaian
kualitas kinerja struktur pengendalian intern sepanjang waktu.
24
Penelitian
Lisa(2013)
menyimpulkan
bahwa
sistem
pengendalian internal berpengaruh signifikan negatif terhadap
kecurangan. Penelitian Aditya(2013) menyimpulkan bahwa
terdapat pengaruh negatif antara keefektifan pengendalian
internal dengan frauddi sektor pemerintahan. Dengan demikian
dapat
disimpulkan
internalberpengaruh
bahwa
sistem
terhadap
pengendalian
kecenderungan
korupsi.Berdasarkan argumentasi dan hasil riset terdahulu maka
diusulkan hipotesisnya sebagai berikut:
H1:Persepsi
atas
sistem
pengendalian
internal
berpengaruh terhadapkecenderungan korupsi.
Budaya etis organisasi berpengaruh terhadap kecenderungan
korupsi.
Menurut Jones danGoerge (2008:105) organizational
culture is the shared set of beliefs, expectations, values, norms,
and work routines that influence the ways in which individuals,
groups, and teams intreract with one another and cooperate to
achieve organizational goals. Jonesdan Goerge(2008:105) juga
mengatakan, bahwa ketika paraanggota organisasi memiliki
komitmen
yangkuat
terhadap
keyakinan,
harapan,
nilai-
nilai,norma-norma, dan kebiasaan-kebiasaan yangdigunakannya
dalam mencapai tujuan,menunjukkan budaya organisasi yang
kuat.Sebaliknya bila para anggota organisasi tidak memiliki
komitmen yang kuat, menunjukkanbudaya organisasinya lemah.
Setiap organisasi memiliki budaya, tetapi budaya organisasi
yangsatu dengan organisasi yang lain belum tentusama.
25
Dalam penelitian yang dilakukan Sulistiyowati (2007)
mengatakan bahwa budaya organisasi berpengaruh terhadap
persepsi
aparatur
pemerintah
daerah
tentang
tindak
korupsi.Penelitian Aditya. (2013)menyimpulkan bahwa terdapat
pengaruh negatif antara budaya etis organisasi dengan fraud di
sektor pemerintahan. Penelitian Pristianti (2012) menyimpulkan
bahwa terdapat pengaruh negatif antara budaya etis organisasi
dengan kecurangan (fraud). Dengan demikian dapat disimpulkan
bahwabudaya organisasi berpengaruh terhadap kecenderungan
korupsi. Berdasarkan argumentasi dan hasil riset terdahulu maka
diusulkan hipotesisnya sebagai berikut:
H2:Budayaetisorganisasi
terhadapkecenderungan korupsi.
berpegaruh
Tekanan
ketaatan
untuk
melakukan
berpengaruh terhadap kecenderungan korupsi.
kecurangan
Tekanan ketaatan (obedience pressure) adalah tekanan
yang diterima oleh bawahan dalam menghadapi atasan untuk
melakukan tindakan menyimpang dari standar yang berlaku.
Tekanan ketaatan muncul dari perintah yang dibuat oleh individu
yang berada pada posisi otoritas. Dalam beberapa situasi sosial,
seseorang memandang orang lain atau kelompok sebagai pemilik
otoritas yang sah untuk mempengaruhi perilaku orang tersebut.
Norma social membolehkan pihak yang memiliki otoritas untuk
mengajukan
permintaan
dan
memaksa
mematuhinya.
26
agar
bawahan
Menurut Hartanto dan Indra, (2001)mengatakan bahwa
tekanan ketaatan adalah individu yang memiliki kekuasaan yang
dapat mempengaruhi perilaku orang dengan perintah yang
diberikannya, hal ini disebabkan oleh keberadaan kekuasaan atau
otoritas
yang
merupakan
bentuk
legitimate
power
atau
kemampuan atasan untuk mempengaruhi bawahan karena ada
posisi khusus dalam struktur hierarki organisasi. Paradigma
ketaatan pada kekuasaan ini dikembangkan oleh Milgram (1974)
mengatakan bahwa bawahan yang mengalami tekanan ketaatan
dari atasan akan mengalami perubahan psikologis dari seseorang
yang berperilaku otonomis menjadi perilaku agen. Perubahan
perilaku ini terjadi karena bawahan tersebut merasa menjadi agen
dari sumber kekuasaan, dan dirinya terlepas dari tanggung jawab
atas apa yang dilakukannya. Penelitian Hartanto dan Indra (2001)
memberi tekanan pada pengaruh normative dari tekanan
ketaatannya. Hartanto dan Indra (2001) menemukan bukti yang
menunjukkan bahwa orang normal dapat melakukan tindakan
destruktif jika menghadapi tekanan besar dari otoritas yang sah.
Orang yang dalam kehidupan sehari-harinya bertanggung jawab
dan terhormat bisa jadi tertekan oleh otoritas dan mau saja
melakukan tindakan kejam dalam situasi tertekan.
Penelitian Muhammad (2013) menunjukkan bahwa terdapat
pengaruh negatif antara kepatuhan sistem pengendalian internal
dengan fraud di sektor pemerintahan.PenelitianAditya (2006)
menunjukkan bahwaterdapat pengaruh negatif antara kepatuhan
sistem pengendalian intern dengan kecurangan di sektor
27
pemerintahan. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
tekanan
ketaatan
berpengaruh
terhadap
kecenderungankorupsi.Berdasarkan argumentasi dan hasil riset
terdahulu maka diusulkan hipotesisnya sebagai berikut
H3:
Tekanan
ketaatan
kecenderungan korupsi.
berpengaruhterhadap
Model Penelitian
Kerangka konseptual dimaksudkan sebagai konsep untuk
menjelaskan dan mengungkapkan katerkaitan antara variabel
yang akan diteliti, berdasarkan latar belakang dan kajian teori
yang telah dikemukakan diatas dapat dijelaskan bahwa untuk
mengurangi tindakankorupsi yang terjadi pada suatu organisasi,
penerapan sistem pengendalian internal harus efektif. Selain itu
menciptakan kondisi kerja yang kondusif
melalui penerapan
keadilan secara merata kepada seluruh karyawan juga dapat
menurunkan
motivasi
untuk
berbuat
korupsi.Karena
ketidakadilan yang dirasakan karyawan akan menjadi sebuah
tekanan dan mendorong seseorang untuk melakukan korupsi.
Variabel Dependen (Y)
Variabel Independen X
Sistem
pengendalian
internal
Budaya
Organisasi
X2
H1
Kecenderungan
Korupsi
Y
H2
H3
Tekanan Ketaatan
X3
28
METODA PENELITIAN
Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi dari penelitianini adalahpegawai yang bekerja
pada
Dinas
sampeladalah
Kementerian
pegawai
Pekerjaan
yang
bekerja
Umum
pada
sedangkan
bagiandireksi
Keuangan Anggaran dan Perencanaan, Direksi Sumber Daya
Manusia, Administrasi Umum, Direksi Perencanaan Tata Kota
dan
Perumahan
dan
Direksi
Pembangunan
Jalan
dan
Jembatanyang menerima delegasi wewenang dan tanggung jawab
untuk terlibat
Dinas
dalam penggunaan dana yang dianggarkan di
Kementerian
Pekerjaan
Umum
dengan
ditentukan
berdasarkan kriteria-kriteria tertentu (purposive sampling).
Pengumpulan data yang dibutuhkan dalam penelitian ini
berupa pengumpulan data yang dilakukan dari penyebaran
kuesioner. Kuesioner tersebut terdiri dari pertanyaan-pertanyaan
dengan
diberi
penjelasan
untuk
setiap
pertanyaan
agar
mempermudah responden dalam menjawab. Kuesioner dalam
penelitian ini disusun menggunakan skala Likert 1-5 dengan
rincian sebagai berikut: (1) Sangat tidak setuju (2) Sangat setuju
(3) Setuju (4) Ragu-ragu dan (5) Sangat tidak setuju.
Pengukuran Variabel Penelitian
Penelitian ini menggunakan empat variabel, variabel
pertama adalahpengendalian internal
yang dinyatakan dalam
COSO (1992) adalah suatu proses yang dijalankan oleh Dewan
Komisaris, manajemen, dan personal lain entitas yang didesain
29
untuk memberikan keyakinan yang memadai tentang pencapaian
tiga golongan tujuan yaitu keandalan pelaporankeuangan,
efektivitas dan efisien operasi, dan ketaatan terhadap hukum dan
peraturan yang berlaku. Instrumen yang digunakan untuk
mengukur sistem pengendalian internal terdiri dari sembilan
indikator pertanyaanyang dikembangkan oleh Wilopo (1992)
jawaban responden diukurdengan sembilan point skala Likert,
dengan
demikian
dapat
disimpulkan
bahwa
sistem
pengendalianinternal yang baik akan berpengaruh terhadap
kecenderungan korupsi.
Variabel kedua penelitian ini adalahbudaya organisasi
merupakan norma, nilai dan konsep dasar yang dianut oleh
anggota organisasi kepada pemimpin yang dapat mempengaruhi
perilaku dan cara kerja anggota organisasi. Menurut Steers (1985)
komitmen organisasi sebagai rasa identifikasi (kepercayaan
terhadap nilai-nilai organisasi), keterlibatan (kesediaan untuk
berusaha sebaik mungkin demi kepentingan organisasi) dan
loyalitas (keinginan untuk tetap menjadi anggota organisasi yang
bersangkutan) yang dinyatakan oleh seorang pegawai terhadap
organisasinya.
Variabel ketiga penelitian ini tekanan ketaatan (obedience
pressure) adalah tekanan yang diterima oleh bawahan dalam
menghadapi atasan untuk melakukan tindakan menyimpang dari
standar yang berlaku. Tekanan ketaatan muncul dari perintah
yang dibuat oleh individu yang berada pada posisi otoritas.
Dalam beberapa situasi sosial, seseorang memandang orang lain
30
atau kelompok sebagai pemilik otoritas yang sah untuk
mempengaruhi
perilaku
orang
tersebut.
Norma
social
membolehkan pihak yang memiliki otoritas untuk mengajukan
permintaan dan memaksa agar bawahan mematuhinya. Instrumen
yang digunakan untukmengukur ketaatan terdiri dari lima item
pertanyaan.Tekanan
ketaatan
dapatdiukur
menggunakan
6
pertanyaan dengan 5 poin skala likert. Dengan demikian dapat
dsimpulkan
bahwa,tekanan
ketaatan
yang
tinggi
akan
berpengaruh ketaatan terhadap pertimbangan.
Variabel
terakhir,
kecenderungan
menyalahgunakankepercayaan
pemilikuntuk
kepentingan
yang
korupsi
diberikan
publik
adalah
atau
pribadimenurut Jones dan Bates
dalam Sulistyowati (2007) aktivitas-aktivitas yangcenderung ke
korupsi
antara
lain:
(1) tender,
kontrak,
penyelesaian
kontrak,penyewaan konsultan atau staf (2) penjualan dengan
tekanan (3) ramah-tamah(4) pemberian
rencana
perdagangan;
(5)
ijin,
pembelian
lisensi
untuk
barangyang dikirim
langsung ke tempat pembangunan(6) konflik kepentingan
(7)penggunaan peralatan
kepentingan
peralatan,
komputer
atau
kendaraan
untuk
pribadi (8)perusakan dan pembuangan terhadap
perlengkapan
usang.Instrumen
yang
maupun
digunakan
kecenderungankorupsi terdiri
dari
persediaanyang
untuk
empat
mengukur
belas
pertanyaan yang dikembangkanoleh Aranta (2013).
Teknik Analisis data dan Pengujian Hipotesis
31
telah
item
Teknik-teknik
analisis
data
yang
digunakan
dalam
penelitian ini yaitupurposive sampling dikarenakan jumlah
sampel yang digunakan tetap dan memenuhi kriteria-kriteria
sebagai berikut pimpinan yang memiliki otoritas dalam
pengambilan keputusan dan pegawai yang bekerja pada bagianbagian tertentu.
Teknik analisis statistik yang digunakan dalam penelitian
ini adalah analisis regresi berganda dengan kriteria pengujian
sebagai berikut: jika t hitung > t tabel atau tingkat signifikan < α
= 0,05 atau tingkat signifikansi > α = 0,05 dan koefisien regresi
(β) positif maka hipotesis diterima. Namun jika t hitung < t tabel
atau tingkat signifikan
> α = 0,05 dan koefisien regresi (β)
negatif maka hipotesis ditolak.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Statistik Deskripstif
Ada empat variabel pokok dalam penelitian ini, yaitu
Sistim pengendalian internal, budaya organisasi, tekanan ketaatan
dan kecenderungan korupsi pada Kementerian Pekerjaan Umum
Timor Leste. Sebelum menyebar kuesioner ke responden, peneliti
terlebih dahulu menyampaikan surat izin yang ditujukan kepada
Kementerian Pekerjaan Umum,
penyebaran
kuesioner
dilakukan melalui bantuan bagian pengembangan sumber daya
manusia Kementerian Pekerjaan Umum, untuk selanjutnya
peneliti
mendistribusikan
kuestioner
kepadasetiap
responden.Suratpermohonan izin untuk melakukan penelitian di
Kementerian Pekerjaan Umum Timor Leste, pada tanggal05
32
December 2014. Pengambilan kuesioner dilakukan secara
bertahap
dansecara
keseluruhan
berakhir
pada tanggal 28
Januari 2015.
Responden pada penelitian ini adalah sebagian dari
pegawai yang bekerja pada Kementerian Pekerjaan Umum Timor
Leste terutama direksi-direksi yang dijadikan sebagai sampel
dalam penelitian ini antara lain, bagian direksi Keuangan
Anggaran dan Perencanaan, Direksi Sumber Daya Manusia,
Administrasi Umum, Direksi Perencanaan Tata Kota dan
Perumahan dan Direksi Pembangunan Jalan dan Jembatan. Hasil
pengumpulan kuesioner yang disebarkan pada dinas pekerjaan
umum adalah sebagai berikut:
Tabel 1
Tingkat Pengembalian Kuesioner
Keterangan
Jumlah Kuesioner
Kuesioner yang disebarkan
130
Kuesioner yang tidak kembali
10
Kuesioner yang kembali
120
Kuesioner yang gugur
2
Kuesioner yang memenuhi syarat
118
sumber data yang diolah 2015
Deskripsi Responden
Berikut ini merupakan data demografi responden yang
terdiri dari: jenis kelamin, pendidikan, umur dan masa kerja.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut:
33
Tabel 2
Data Demografi Responden
Keterangan
Jumlah Responden
Jenis kelamin
Laki-laki
55
Permpuan
65
Pendidikan
SMA
38
D3
14
S1
64
S2
4
Umur
25-30
85
31-40
34
> 51
1
Masa Kerja
1-5
60
6-10
49
>11
11
sumber data yang diolah 2015
Uji Validitas.
Untuk
melihat
validitas
dari
kuesioner, digunakan Corrected
masing-masing item
Item. Total
Correleration.
Berdasarkan hasil pengolahan data didapatkan bahwa nilai
Corrected Item, untuk masing-masing item variable sistem
pengendalian internal, budaya organisasi tekanan ketaatan dan
korupsi semuanya berada di atas rtabel, maka dapat dikatakan
bahwa semua item kuesioner dapat dinyatakan valid. Untuk
lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 3,4,5,6 pada lampiran.
Uji Reliabilitas.
Uji Reliabilitas Pengujian
pernyataan-pernyataan
yang
ini
dilakukan
sudah memiliki
terhadap
validitas.
Kegunaannya adalah untuk mengetahui sejauh mana hasil
pengukuran tetap konsisten bila dilakukan pengukuran dua kali
34
atau lebih terhadap gejala yang sama. Uji reliabilitas dilakukan
dengan menggunakan koefisienCronbach Alpha lebih besar 0,60.
Instrumen yang reliabel akan menghasilkan data yang sesuai
dengan kondisi sesungguhnya. Hasil analisis SPSS untuk uji
reliabilitas terhadap instrumen pada empat variabel yang terdapat
pada kuesioner dapat dilihat di bawah ini:
Tabel 3
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha
Standard
SPI
BO
TK
KP
0,760
0,733
0,689
0,816
0,60
N of
Items
9
5
6
14
Hasil
Reliabel
Reliabel
Reliabel
Reliabel
Keterangan:
SPI =Sistem Pengendalian Internal
BO = Budaya Organisasi
TK = Tekanan Ketaatan
sumber data yang diolah 2015
Hasil
analisis
di
atas
menunjukkan
bahwa
nilai
Cronbach’s Alpha untuk semua pernyataan variabel sistim
pengendalian internal, budaya organisasi, tekanan ketaatan dan
kecenderungan korupsi > 0,60. Sehingga dapat disimpulkan
bahwa semua instrumen dalam variabel pengendalian internal,
budaya organisasi, tekanan ketaatan dan kecenderungan korupsi
pada kuesioner tersebut bersifat reliabel.
35
Statistik Deskriptif.
Item
N
Tabel 4
Descriptive Statistics
Minimum Maximum Mean
SPI
9 118
11
BO
5 118
12
TK
6 118
8
KP
14 118
14
sumber data yang diolah 2015
45
25
30
55
30,2797
20,9153
25,3136
31,0169
Std.
Deviation
7,00047
3,22802
3,79991
9,28926
Dari statistik deskriptif pada Tabel 4 dapat diketahui
bahwa nilai sistim pengendalian internal untuk minimum
memperoleh 11 dan nilai maksimum mencapai 45 dengan nilai
mean
sebesar
30,2797 dan standar deviation 7,00047yang
berarti bahwa sistimpengendalian internal masuk dalam kategori
sedang.Nilai budaya organisasi untuk minimum memperoleh 12
dan nilai maksimum mencapai 25 dengan nilai mean sebesar
20,9153 dan standar deviation 3,22802 yang berarti bahwa
budaya organisasi masuk dalam kategori sedang. Nilai mean
tekanan ketaatan untuk minimum memperoleh 8 dan nilai
maksimum mencapai 30 dengan nilai mean sebesar 25,3136
dan standar deviation 3,79991 yang berarti bahwa tekanan
ketaatan masuk dalam kategori sedang. Nilai kecenderungan
korupsi untuk minimum memperoleh 14 dan nilai maksimum
mencapai 55 dengan nilai mean sebesar 31,0169 dan standar
deviation 9,28926 yang berarti bahwa kecenderungan korupsi
masuk dalam kategori sedamg.
36
Hasil Uji Regresi Berganda.
Hasil analisis regresi linear berganda dilakukan untuk
mengetahui pengaruh sejumlah variabel bebas terhadap variabel
terikat. Penelitian ini menguji pengaruh sistem pengendalian
internal,budaya organisasi, dan tekanan ketaatan terhadap
kecenderungan korupsi.
Uji Mode
Kecenderungan
kecurangan
yang
terjadi
di
Timor
Leste,berdasarkan hasil pemeriksaan Komisi Anti Korupsi
(KAK) Timor leste Pada tahun 2013 berhasil mengidentifikasi 30
kasus korupsi dan kasus-kasus tersebut telah diserahkan kepada
jaksa untuk ditindak lanjuti. Dari hasil temuan
pemeriksaan
Komisi Anti Korupsi (KAK) Timor Leste tersebut Pengadilan
Distrik Dili telah menetapkan mantan Mentri kehakiman Timor
Leste
sebagai
wewenang
dalam
tersangka.Kasus
memanipulasi
korupsi
penyalahgunaan
dokumen
tender
proyek
pengadaan seragam penjaga penjara. Selain itu juga kepala
bagian procurement kementrian kehakiman juga didakwa ikut
terlibat dalam kasus tersebut.
Kecenderungan kecurangan telah mendapatkan banyak
perhatian media sebagai dinamika yang sering terjadi.Terdapat
opini bahwa kecenderungan kecurangan dapat dikatakan sebagai
tendensi korupsi dalam definisi danterminologi
karena
keterlibatan beberapa unsur yang terdiri daripengungkapanfaktafakta menyesatkan, pelanggaranaturan atau penyalahgunaan
kepercayaan, dan omisi fakta kritis. Soepardi (2007:24)dalam
Mohammad
(2011)
indikasi
adanya
kecenderungan
kecurangandapat dilihat dari bentuk kebijakan yang disengaja
dan tindakan yang bertujuan untuk melakukan penipuan atau
manipulasi
yang
merugikan
pihak
lain.
Kecenderungan
kecurangan meliputi berbagai bentuk, seperti tendensi untuk
melakukantindak
korupsi(corruption),
1
tendensi
untuk
penyalahgunaan atas aset(Asset Missappropriation), dan tendensi
untukmelakukan
kecurangandalam
laporan
keuangan
(financialstatement fraudulent).
Teori Fraud Triangleyang dijabarkan Cressey (1953) dalam
Tuannakotta (2007: 207) mengatakan bahwa korupsidisebabkan
karena adanya 3 faktor, yaitu tekanan (pressure), peluang
(opportunity),
(pressure)
dan
rasionalisasi
merupakan
(rationalization).
faktor yang
berasal
dari
Tekanan
kondisi
individu yang menyebabkan seseorang melakukan kecurangan.
Menurut Salam (2005) tekanan (presure) yaitu insentif yang
mendorong orang melakukan kecurangan karena tuntutan gaya
kehidupan, ketidakberdayaan dalam soal keuangan prilaku
gambling, mencoba mengalahkan sistim dan ketidakpuasan kerja.
Tekanan merupakan faktor yang berasal dari individu yang
menyebabkan seseorang melakukan kecurangan tekanan dari
dalam diri seseorang tersebut dapat dipengaruhi oleh lingkungan
tempat kerja. Salah satu faktor lingkungan yang menyebabkan
tekanan pada seorang pegawai adalah mengenai keadilan
organisasional dalam pekerjaan.
Opportunity adalah peluang yang memungkinkan fraud
terjadi. Biasanya disebabkan karena internal control suatu
organisasi
yang lemah, kurangnya
pengawasan, dan/atau
penyalahgunaan wewenang. Di antara tiga elemen fraud triangle,
opportunity merupakan elemen yang paling memungkinkan untuk
diminimalisir melalui penerapan proses, prosedur, dan control
dan
upaya
deteksi
dini
terhadap
2
fraud.
Penelitian
ini
menggunakan keefektifan sistem pengendalian internal sebagai
suatu peluang bagi pemerintahan atas terjadinya fraud di sektor
pemerintahan.
Rationalization (rasionalisasi)adalah pertimbangan perilaku
kecurangan sebagai konsekuensi dari kesenjangan integritas
pribadi pegawai atau penalaran moral yang lain.Menurut Skousen
(2009)
rasionalisasi adalah komponen penting dalam banyak
kecurangan, rasionalisasi menyebabkan pelaku kecurangan
mencaripembenaran atas perbuatannya. Rasionalisasi merupakan
bagian dari fraud triangle yang paling sulit diukur. Selain ketiga
factor tersebut budaya
faktor
organisasi juga merupakansalah satu
yang diduga menjadikan alasan pembenaran mengapa
pegawai melakukan korupsi.
Menurut Jones dan Goerge (2008:105)organizational
culture is the shared set of beliefs, expectations, values, norms,
and work routines that influence the ways in which individuals,
groups, and teams intreract with one another and cooperate to
achieve organizational goals. Jones danGoerge juga mengatakan,
bahwa ketika paraanggota organisasi memiliki komitmen
yangkuat terhadap keyakinan, harapan, nilai-nilai,norma-norma,
dan kebiasaan-kebiasaan yangdigunakannya dalam mencapai
tujuan,menunjukkan budaya organisasi yang kuat.Sebaliknya bila
para anggota organisasi tidak memiliki komitmen yang kuat,
menunjukkanbudaya organisasinya lemah
3
Penelitian yang dilakukan Sulistiyowati (2007) mengatakan
bahwa budaya organisasi berpengaruh terhadap persepsi aparatur
pemerintah daerah tentang tindak korupsi. Dalam penelitianya
juga menjelaskan bahwa budaya organisasi yang baik tidak akan
membuka peluang sedikitpun bagi individu untuk melakukan
korupsi, karena budaya organisasi yang baik akanmembentuk
para pelaku organisasi mempunyaisense of belonging (rasa ikut
memiliki) dan sense of identity (rasa bangga sebagai bagian dari
suatu organisasi).
Selain budaya organisasi, variabel lain yang berpengaruh
terhadapkecenderungan korupsi adalah sistem pengendalian
internal.Menurut
Tuanakotta(2007)
pencegahanfrauddapat
dilakukan dengan mengaktifkanpengendalian internal. Jika
pengendalian internal suatu organisasi lemah makakemungkinan
terjadinya
kesalahan
dan
fraudsangat
besar.
Menurut
AICPA(American Institute of Certified Pulic Accountant)dalam
Wilopo (2006) adanyasuatu sistem pengendalian internal bagi
sebuah
organisasi
memberikan
sangatlah
penting,antara
perlindungan
kelemahanmanusia
serta
bagi
untuk
lain
entitas
mengurangi
untuk
terhadap
kemungkinan
kesalahan dan tindakan yang tidaksesuai dengan peraturan.
Pengendalian internal juga dimaksudkan untukmeningkatkan
kepatuhan
karyawan/pegawai
terhadap
hukum-hukum
danperaturan yang telah ditetapkan.
Suatu organisasi yang memiliki sistem pengendalian
internal yang lemah, cenderung akan meningkatkan peluang
4
terjadinya fraud di dalam organisasi tersebut. Rae and
Subramaniam (2008) mengatakan bahwa kualitas pengendalian
internal bertindak sebagai suatu ukuran kuasa untuk peluang
terjadinya fraud karena tindakan pengendalian internal yang
berkualitas akan memperkecil frekuensi fraud. Akan tetapi
adanya suatu sistem pengendalian internal saja tidak cukup jika
tidak ada kepatuhan di dalamnya.
Menurut Hartanto dan Indra (2001) tekanan ketaatan
adalah individu yang memiliki kekuasaan
sumber
merupakan
yang dapat mempengaruhi perilaku
perintah
yang
diberikannya,
hal
ini
suatu
orang dengan
disebabkan
oleh
keberadaan kekuasaan atau otoritas yang merupakan bentuk
legitimate power atau kemampuan atasan untuk mempengaruhi
bawahan karena ada posisi khusus dalam struktur hierarki
organisasi.
Paradigma
dikembangkan
ketaatan
pada
kekuasaan
ini
oleh Milgram (2012) yang dikatakan dalam
teorinya bahwa bawahan yang mengalami tekanan ketaatan dari
atasan akan mengalami perubahan psikologis dari seseorang yang
berperilaku otonomis menjadi
perilaku
agen. Perubahan
perilaku ini terjadi karena bawahan tersebut merasa menjadi
agen dari sumber kekuasaan, dan dirinya terlepas dari tanggung
jawab atas apa yang dilakukannya
Beberapapeniliti
telahmenelititentangfaktor-faktor
yangmempengaruhifrauddi sektor pemerintahan, antara lain
penelitianMohamad (2013)menunjukkanbahwa terdapat pengaruh
negatif antara kepatuhan sistem pengendalian intern dengan fraud
5
di sektor pemerintahan, penelitian Wilopo (2006) mengatakan
bahwa variabelkeefektifan pengendalian internal berpengaruh
negatif terhadap fraud, penelitian Sulistyowati pada tahun (2007)
menyatakan hasil bahwa
variabel
budaya
etis
organisasi
berpengaruh negatif terhadap frauddanpenelitian Rahmawati dan
Soetikno
(2012)
menyatakan
bahwa
variabel
keefektifan
pengendalian internal berpengaruh negatif terhadapfraud.
Dengan melihat fenomena yang terjadi di Timor Leste
tentang kecenderungan korupsi dan riset-riset terdahulu yang bisa
menjelaskan fenomena tersebut, maka peneliti tertarik untuk
melakukan penelitian tentang pengaruh pengendalian internal,
budaya organisasi dan tekanan ketaatan terhadap kecendrungan
korupsipada Kementerian Pekerjaan Umum Timor Leste. Tujuan
dari penelitian iniuntuk memberi bukti empiris mengenai
pengaruh sistem pengendalian internal, budaya organisasi dan
tekanan ketatan terhadap kecenderungan korupsi.Manfaat teoritis
penelitian inidiharapkan dapat menambah wawasan pengetahuan
tentang kecenderungan korupsipada sektor publik. Sedangkan
manfaat praktisinya diharapkan dapat memberikan masukan
kepada pemerintah dalam upaya mencegah korupsi.
TELAAHLITERATURDAN
HIPOTESIS
PENGEMBANGAN
Kecurangan (fraud)
The ACFE(Association of Certified Fraud Examiner) dalam
Amrizal (2004) membagi kecurangan
tipologi berdasarkan perbuatan yaitu:
6
(fraud)
dalam
tiga
Penylahgunaan atas asset (Asset Misappropriation),
dapat
digolongkan
dalam:
fraud),meliputi pencurian
kas
1)
kecurangan
kas(cash
dan pengeluaran-pengeluaran
secara kecurang, sepertipemalsuan cek.2) kecurangan atas
persediaan dan aset lainnya (fraud ofinventory and all other
assets), berupapencurian dan pemakaianpersediaan/aset lainnya
untuk kepentingan pribadi.
Kecurangan
laporan
keuangan(financialstatement
fraudulent)dikategorikan dalam: 1)timing difference(improper
treatment of sales),mencatat waktu transaksi berbeda atau lebih
awal dari waktu transaksi yangsebenarnya.2)fictitious revenues,
menciptakan
pendapatan
yangsebenarnyatidak
pernahterjadi(fiktif).3)
Cancealed
liabilities
andexpenses,menyembunyikankewajiban-kewajibanperusahaan,
sehingga laporankeuanganterlihat bagus. 4)improper disclosures,
perusahaan tidak melakukanpengungkapanataslaporan keuangan
secara cukupdengan maksud untukmenyembunyikan kecurangankecurangan yang terjadi. 5) improper assetvaluation,penilaian
yang
tidak
wajar
atau
tidak
sesuai
dengan
prinsipakuntansiberlaku umum atas aset perusahaan
dengan
tujuan meningkatkanpendapatan dan menurunkan biaya.
Korupsi (Corruption). Jenis fraud ini paling sulit
dideteksi karenamenyangkut
kerja
sama
dengan pihak lain
dalam menikmati keuntunganseperti suap dan korupsi. Korupsi
terbagi atas:1) pertentangankepentingan(conflict of interest),
terjadi ketika karyawan, manajer dan eksekutif perusahaan
7
memiliki
kepentingan
pribadi terhadap
transaksi,
yang
mengakibatkan dampak yang kurang baik terhadap perusahaan.
2) suap (bribery), penawaran, pemberian, penerimaan, atau
permohonan
sesuatu
dengan
tujuan untuk
mempengaruhi
pembuat keputusan dalam membuat keputusan bisnis. 3)
pemberian illegal (illegal gratuity), pemberian illegal disini
bukan
untuk mempengaruhi keputusan
bisnis,
tapi sebuah
permainan. Hadiah diberikan setelah kesepakatan selesai. 4)
pemerasan secara ekonomi (economic extortion), pada dasarnya
pemerasan secara ekonomik lawan dari
suap. Penjual
menawarkan memberi suap atau hadiah kepada pembeli yang
memesan produk dari perusahaan.
Berdasarkan tipologinya fraud yang dibedakan menjadi
tiga maka, pada penelitian ini akan difokuskan pada korupsi
jenis fraud ini paling sulit dideteksi karenamenyangkut kerja
sama
dengan pihak lain dalam menikmati keuntunganseperti
suap dan korupsi.
Menurut Abdullah (1999) korupsi ada “as old as the
organization ofpower ”. Inti korupsi adalah menyalahgunakan
kepercayaan
yang
diberikanpublik atau pemilik untuk
kepentingan pribadi menurut Alatas(1987) dalamSulistiyowati
(2007)koruptor
ataumelalaikan
atautanpa
dengansengaja
tugas
yang
melakukan
diketahui
sebagai
hakmenggunakankekuasaan,
kesalahan
kewajiban,
dengan
tujuan
memperoleh keuntungan pribadi.Sehingga korupsimenunjukkan
fungsi
ganda
yang
kontradiktif,
8
yaitumempunyai
kewenanganyang
diberikan
publik
yang
seharusnya
untukkesejahteraan publik, namun digunakan untuk keuntungan
diri sendiri.
Jones dan Bates (1990) aktivitas-aktivitasyang cenderung
ke korupsi antara lain: (1)tender, kontrak, penyelesaian
kontrak, penyewaan konsultan atau staf (2) penjualandengan
tekanan (3) ramah-tamah (4) pemberian ijin, lisensi untuk
rencana perdagangan(5)
pembelian
barang
yang dikirim
langsung ke tempat pembangunan(6) konflik kepentingan (7)
penggunaanperalatan komputer atau kendaraan untukkepentingan
pribadi (8) perusakan danpembuangan
terhadap
peralatan,
perlengkapan maupun persediaan yang telahusang.
Berdasarkan tipologinya, korupsi dibedakanmenjadi lima,
yaitu (Darsono,2001)1.Korupsi transaksi, merupakan korupsi
yang bersifat timbal balik (mendekati kolusi), sehingga saling
menguntungkan. 2. Korupsi memeras, terjadipadaunbalanced of
power ,
misalnya
pelayanan
dibuat
sulit
sehingga
menciptakanuang sogok. 3. Korupsi investif, berupa pemberian
sekarang untuk menuai dimasa yang akan datang. 4. Korupsi
nepotisme,
merupakan
kekerabatan, kecuali
yang
pengangkatanjabatan
memenuhi
karena
persyaratan teknis
danprosedur yang berlaku. 5. Korupsi dukungan adalah upaya
mendukung satupihak agar dapat didukung balik.
Dalam buku ”Strategi Pemberantasan Korupsi Nasional
(SPKN)” yang diterbitkan Badan Pengawasan Keuangandan
9
Pembangunan
(BPKP) pada tahun (1999)telah diidentifikasi
faktor-faktor penyebab kecurangan korupsi diIndonesia terdiri
atas empat aspek, yaitu:
a) aspek perilaku individu, sepertiadanya sifat tamak,
moral yang kurang kuat menghadapi godaan, penghasilanyang
tidak mencukupi, kebutuhan hidup yang mendesak, gaya hidup
konsumtif,malas/tidak
mau
bekerja
keras,
serta
tidak
mengamalkan ajaran agama secarabenar. b) aspek organisasi,
yaitu kurang adanya keteladanan dari pimpinan, kulturorganisasi
yang
tidak
benar,
sistem akuntabilitas
yang
tidak
memadai,kelemahansistempengendalian
manajemen,kecenderungan
korupsiyang
terjadi
perusahaanmemiliki
masyarakat,
manajemenmenutupi
dalam
manaindividu/organisasi berada,
berlakuyang
perusahaannya,
sejarah/tradisikecurangan.
berkaitan
perbuatan
dan
c)
aspek
denganlingkungan
di
seperti
kondusifuntukterjadinya
kesadaran bahwa yang palingdirugikan
nilai-nilai
yang
korupsi, kurangnya
daripraktik
korupsi
adalah masyarakat. d) aspek peraturanperundang-undangan,yaitu
terbitnya
peraturan
perundang undangan
yangbersifat
monopolistic yanghanya menguntungkan kerabat dan atau
kronipenguasa negara, kualitasperaturan perundang-undangan
kurang
memadai,judicial
review
yang
kurangefektif,
penjatuhansanksi yang terlalu ringan, penerapan sanksi tidak
konsistendan pandang bulu, serta lemahnya bidangevaluasi
dan revisi peraturanperundang-undangan.
10
Sistem Pengendalian Internal
Sistem
pengendalian
internal menurut
COSO dalam
Sawyer (2006:144) adalah sebuah proses yang dipengaruhi oleh
dewandireksi perusahaan, manajemen, dan karyawan lain, untuk
memberikan keyakinan yang wajar mengenai pancapaian tujuan
dalam kategori berikut: a)efektivitas dan efisiensi operasi
b)keandalan pelaporan keuangan c) ketaatan dengan hukum dan
aturan yang berlaku. Penerapan sistem pengendalian intern
berfungsi untuk: a) preventive, yaitu pengendalian untuk
pencegahan kesalahan-kesalahan baik berupa kekeliruan atau
ketidakberesan. b) detektive, untuk mendeteksi kesalahan,
kekeliruan dan penyimpangan yang terjadi. c)corrective, untuk
memperbaikikesalahan,
kelemahan
terdeteksi. d)directive,
untukmengarahkan
aktivias
dan penyimpangan yang
agar pelaksanaan
dilakukan dengan tepat dan benar. e) compensative,
untuk menetralkan kelemahan pada aspek kontrol yang lain.
Laporan Committee of Sponsoring of the Tread Way
Commission
(COSO)
menekankan
konsep
berikut:
dalamBoynton
at
al
(2002:373)
fundamental dinyatakan dalam defenisi
a)pengendalian
intern
merupakan
suatu
proses.
Pengendalian internal terdiri dari serangkaian tindakan yang
meresap dan terintegrasi dengan tidak ditambahkan ke dalam
infrasruktur suatu entitas. b)pengendalian intern
dilaksanakan
oleh orang pada berbagai tingkatan organisasi, termasuk dewan
direksi, manajemen dan personel lain. c) pengendalian intern
11
diharapkan untuk menyediakan hanya keyakinan yang memadai,
bukan keyakinan yang mutlak, kepada manajemen dan dewan
direksi suatu entitas karena suatu keterbatasan yang melekat
dalam semua sistem pengendalian internal dan perlunya untuk
mempertimbangkan biaya dan manfaat relatif dari pengadaan
pengendalian.
Pengendalian internal diarahkan pada pencapaian tujuan
dalam kategori yang saling tumpang tindih dari pelaporan
keuangan, kepatuhan dan operasi. Ciri-ciri pengendalian intern
yang kuat menurut Tunggal (2010: 209), yaitu: a) karyawan
yang
kompeten
dan
jujur, menguasai
standar
akuntansi,
peraturan perpajakan, dan peraturan pasar modal. b) transaksi
diotorisasi oleh pejabat yang berwenang. c) transaksi
dicatat
dengan benar (jumlah, estimasi dan perlakuan akuntansi). d)
pemisahan tugas yang mengambil inisiatif timbulnya suatu
transaksi, yang mencatat dan yang menyimpan. e) akses terhadap
aset dan catatan perusahaan sesuai dengan tugas dan fungsi
karyawan. f)perbandingan
secara
periodik
antara saldo
menurut buku dengan jumlah secara fisik.
Keterbatasan pengendalian internal dalam suatu entitas
menurut
Boynton, Johson dan Kell (2002:376) yaitu: a)
kesalahan dalam pertimbangan. b) kemacetan. Terjadi ketika
personel
salah
memahami
instruksi
dan membuat
kekeliruanakibat kecerobohan, kebingungan dan kelelahan. c)
kolusi merupakan individu
sekaligus
yang
bekerja
sama melakukan
menutupi kecurangansehingga tidak dapat dideteksi
12
oleh pengendalian internal. d) penolakanmanajemen. e) biaya
versus manfaat. Biaya pengendalian internal suatu entitas
seharusnya
tidak
melebihi
manfaat yang diharapkan untuk
diperoleh.
Menurut COSO (2004) pengendalian internal terdiri dari
lima komponen yang saling terkait berikut ini:
Lingkungan Pengendalian(Control Environment)
Lingkungan pengendalianmencakup seluruh tindakan,
kebijakan, dan prosedur yangmencerminkan ataumenggambarkan
seluruh
sikap
manajemen,
direktur,
dan
pemiliksatuan
usahatentang pengendalian internal yang dapat menimbulkan
kesadaran bagi paraanggota organisasi tersebut mengenai
pentingnya pengendalian semacam itubagi satuanusaha yang
bersangkutan.
Sebagian
dari
lingkungan
pengendalianini
dapat
dikendalikan oleh manajemen denganmenggunakan kebijakankebijakan dan prosedur tertentu, seperti:1) penggunaananggaran
dan
laporanlaporan
keuangan
sebagai
sarana
untuk
memformulasikan danmengkomunikasikan, tujuan, perencanaan,
dan kegiatan perusahaan yangbersangkutan 2) penggunaan
pegawai yang saling menguji (check andbalance) untuk
memisahkankegiatan-kegiatan yang tidak boleh digabung(tidak
kompatibel)
serta
tingkatanmanajemen
untuk
yang
mengadakansupervise
lebih
tinggi3)
adanya
oleh
serta
sampaiseberapajauhpengendalianterhadappenggunaanmetodepen
13
golahan data serta a) terhadappegembangan dan pemeliharaan
sistem oleh perusahaan tersebut.Untuk tujuan pemahaman dan
penetapan lingkungan pengendalian, berikut ini adalah subelemen
terpenting yang harus dipertimbangkan oleh auditor:a) integritas
dan
nilai-nilai
etika b)
komitmenterhadap
kompetensic)
partisipasi dewan komisaris dan komite audit. Filosofi dan gaya
operasi manajemen. Struktur organisasi. Pemberian wewenang
dan tanggung jawab. Kebijakan dan praktik sumber daya
manusia.
Penaksiran Risiko (risk assessment)
Penaksiran risiko untuk tujuan pelaporan keuangan
merupakan
pengidentifikasian,
risiko-risiko
yang
relevan
analisisolehmanajemen
terhadap
penyusunan
atas
laporan
keuanganyang disajikan secara wajar sesuai dengan prinsip
akuntansi yang berlaku umum. Risikoyang relevan dengan
pelaporan keuangan mencakup peristiwa dan keadaan internal
dan eksternal yang mungkin terjadi dan secara negatif berdampak
terhadap
meringkas,
kemampuan
dan
entitasuntuk
melaporkan
data
mencatat,
keuangan
mengolah,
konsisten
denganasersi manajemen dalam pelaporan keuangan.
Manajemen dapat membuat rencana, program atau
tindakan yang ditujukan keresikotertentu atau dapat memutuskan
untuk menerima suatu resiko karena pertimbangan biayaatau lain.
Resiko yang dapat timbul atau berubah karena keadaan seperti
perubahan dalamlingkup operasi, personel baru, sistem informasi
baru atau yang diperbaiki, pertumbuhanyang pesat, teknologi
14
baru dan muncul competitor baru, eksternal yang mungkin terjadi
dan secara negatif berdampak terhadap kemampuan entitasuntuk
mencatat, mengolah, meringkas, dan melaporkan data keuangan
konsisten denganasersi manajemen dalam pelaporan keuangan.
Manajemen dapat membuat rencana, program atau
tindakan
yang
ditujukan
dapatmemutuskanuntuk
ke
menerima
risikotertentu
suatu
risiko
atau
karena
pertimbangan biayaatau lain. Risiko yang dapat timbul atau
berubah karena keadaan seperti perubahan dalamlingkup operasi,
personel baru, sistem informasi baru atau yang diperbaikin,
pertumbuhanyangpesat, teknologi baru dan muncul competitor
baru.
Aktivitas pengendalian (control activities)
Aktivitas pengendalian adalah kebijakan dan prosedur
yang
membantu
bahwa
tindakanyang
diperlukan
telah
dilaksanakan untuk menghadapi risiko dalam pencapaian
tujuan perusahaan. Aktivitas pengendalianmemilikiberbagaitujua
ndanditerapkandi berbagaitingkat organisasi dan fungsi.
Umumnya aktivitas pengendalian yang relevan dengan
audit dapat digolongkan sebagaikebijakan dan prosedur yang
berkaitan dengan berikut ini:1) pemisahan tugas yang memadai,
empat pedoman umum dalam pemisahan tugas untukmencegah
salah saji, baik yang disengaja maupun yang tidak disengaja
yangmempunyai kepentingan khusus bagi auditor, yaitu: a)
pemisahan pemegang (custody) aktiva dari akuntansi. b)
15
pemisahan otorisasi transaksi dari pemegang aktiva yang
bersangkutan. c) pemisahan tanggungjawab operasional dari
tanggung jawab pembukuan. d) pemisahan tugas dalam PDE 2)
otorisasi
yang memadai atas transaksidanaktivitas, setiap
transaksi harus diotorisasi memadai jika ingin pengendalian
tersebutmemuaskan. Otorisasi dapatdibedakan menjadi dua yaitu
otorisasi umum (general authorization) dan otorisasi khusus
(specific authorization).
Manajemen menyusunotorisasi umum bagi perusahaan
untuk ditaati bawahan diinstruksikan untukmenerapkan otorisasi
umum dengan cara menyetujui seluruh transaksi dalam batasyang
ditentukan oleh kebijakan. Contoh otorisasi umum adalah
penerbitan daftar harga pasti untuk penjualan barang, batasan
kredit untuk pelanggan, titik pemesanan kembaliyang pasti untuk
melakukan pembelian. Otorisasi khusus dilakukan terhadap
transaksiindividual. Manajemen seringkali tidak dapat menyusun
kebijakan umum otorisasiuntuk beberapa transaksi. Sehingga
manajemen
lebih
memilih
membuat
otorisasiberdasarkankasusdemikasus.
Misalnyaadalahotorisasitransaksipenjualan olehmanajer
penjualan atas mobil perusahaan yang telah dipakai. Kebijakan
otorisasi baikumum maupun khusus harus dibuat oleh manajemen
puncak.3) dokumendan catatan
yang memadai, dokumen
merupakan bukti terjadinya transaksi berikut harga, sifat, dan
syarat-syarattransaksi. Contoh dokumen yang banyak dijumpai
adalah faktur, cek, dan kontrak.Dokumen berfungsi sebagai
16
penghantar informasi ke seluruh bagian organisasi kliendan
antara organisasi yang berbeda. Dokumen harus memadai untuk
memberikankeyakinan
memamdai
bahwa
seluruh
aktiva
dikendalikan dengan pantas dan seluruhtransaksi tercatat dengan
benar.Prinsip-prinsip relevan tertentu dalam membuat rancangan
dan penggunaan dokumendan catatan yang pantas.
Dokumen
dan
catatansebaiknya:a)berseri
dan
prenumbereduntukmemungkinkan pengendalian atas hilangnya
dokumen dan sebagai alat bantu dalam penempatan dokumen jika
diperlukankembali. b)disiapkan pada saat terjadi atau sesudah.
c)cukup sederhana untuk menjamin bahwa dokumen dan catatan
dapat dimengertidengan jelas. d) dirancang sedapat mungkin
untuk multiguna sehingga meminimalkan bentukdokumen dan
catatan yang berbeda-beda4) pengendalian fisik atas aktiva dan
catatan, pengendalian fisikberhubungan dengan perbatasan dua
jenis akses terhadap aktiva dancatatan penting 5) penilaian
independent
terhadap
pengendalian
kinerja,kategori
adalah
penelaahan
terakhir
prosedur
yang
hati-hati
danberkesinambunganataske empatproseduryanglain,yangseringk
ali disebutpengecekan indepenatauverifikasiinternal.
Kebutuhanpengecekan independenmeningkat
karena
struktur pengendalianinternalcenderung untuk berubah setiap saat
jikatidak
terdapat
mekanisme
penelaahan
yang
sering.
Karakteristik utama orang yangmelakukanprosedur verifikasi
internal
adalah
orang
tersebut
harus
independen
danbertanggungjawab menyiapkan data.Sistemakuntansiyangterk
17
omputerisasidapatdirancangsehingga membuat banyak prosedur
verifikasi interndiotomatisasisebagai bagian dari sistem.
Informasi dan komunikasi (information and communication)
Sisteminformasi relevan dengan tujuan pelaporan keuangan,
yang mencakupsistemakuntansi, terdiri dari metode dan catatan
yang
dibangun
melaporkan
untukmencatat,
transaksi
entitas
akuntabilitasterhadap
mengolah,meringkas,
danuntuk
aktiva,
dan
menyelenggarakan
utang,
ekuitas
yangbersangkutan.Komunikasimeliputiluasnya pemahaman perso
neltentangbagaimanaaktivitas merekdalam sistem informasipelap
orankeuanganberkaitandenganpekerjaanoranglaindancarapelapora
npenyimpangankepadatingkatyangsemestinya dalam entitas.Kom
unikasidapat dilakukan secara lisan dan melalui tindakan
manajemen.
memastikan
Pembukaan
bahwa
salurankomunikasi
penyimpangan
membantu
dilaporakandan
ditindaklanjuti.
Pemantauan (monitoring)
Pemantauan adalah proses penetapan kualitas kinerja
pengendalian intern sepanjangwaktu. Pemantauan mencakup
penentuan desain dan operasi pengendalian tepat waktudan
tindakan perbaikan yang dilakukan. Proses ini dilaksanakan
melalui
aktivitaspemantauansecaraterusmenerus,evaluasisecaraterpisah,at
ausuatukombinasidiantara keduanya. Informasi untuk penilaian
dan perbaikan dapat berasal dari berbagaisumber meliputi studi
atas struktur pengendalianinternal yang ada, laporan audit
18
intern,laporan penyimpanganatas aktivitaspengendalian, laporan
dari bank, umpan balik dari pegawai, dan keluhan dari pelanggan
atas tagihan.Agar pengendalian intern (internal control) berjalan
dengan efektif, maka 5 (lima) komponen tersebut harus
diimplementasikan secara integral dan berkesinambungan.
Budaya Organisasi
Menurut Jones dan Goerge (2008:105)organizational
culture is the shared set of beliefs, expectations, values, norms,
and work routines that influence the ways in which individuals,
groups, and teams intreract with one another and cooperate to
achieve organizational goals.Jones dan Goerge (2008) juga
mengatakan, bahwa ketika paraanggota organisasi memiliki
komitmen
yangkuat
terhadap
keyakinan,
harapan,
nilai-
nilai,norma-norma, dan kebiasaan-kebiasaan yangdigunakannya
dalam mencapai tujuan,menunjukkan budaya organisasi yang
kuat.Sebaliknya bila para anggota organisasi tidak memiliki
komitmen yang kuat, menunjukkanbudaya organisasinya lemah.
Setiap organisasi memiliki budaya, tetapi budaya organisasi
yangsatu dengan organisasi yang lain belum tentusama.
Menurut Buchanan dan Huczyski (1997:518) elemenelemen budaya organisasi atau perusahaan adalah nilai-nilai,
kepercayaan-kepercayaan, pendapat-pendapat, sikap-sikap dan
norma-norma. Berbagai tindakan yang dilakukan oleh seseorang
tentunya berbeda-beda dalam bentuk perilakunya. Dalam
organisasi implementasi budaya dirupakan dalam bentuk perilaku
artinya perilaku individu dalam organisasi akan diwarnai oleh
19
budaya organisasi yang bersangkutan. Arnold dan Feldman
(1986:24) perilaku individu berkenaan dengan tindakan yang
nyata dilakukan oleh seseorang dapat diartikan bahwa dalam
melakukan tindakan seseorang pasti akan tidak terlepas dari
perilakunya.
Budaya organisasi menurut McShane dan Von Glinow
(2008:460)organizational culture is the basic pattern of shared
values and assumptions governing the way employees within an
organization think about and act on problems and opportunities.
McShane dan Von Glinow (2008) juga mengatakan, bahwa
budaya organisasi yang kuat memiliki potensi meningkatkan
kinerja, dan sebaliknya bila budaya organisasinya lemah
mengakibatkan kinerja menurun. Budaya organisasimemiliki tiga
fungsi
penting
yaitu
sebagai
sistempengawasan,
perekat
hubungan sosial, dansaling memahami.
Berdasarkan definisi yang dikemukakan para ahli tersebut
di atas, maka dapat disimpulkan, bahwa budaya organisasi
merupakan pola dasar nilai-nilai, harapan, kebiasaan-kebiasaan
dan keyakinan yang dimiliki bersama seluruh anggota organisasi
sebagai pedoman dalam melaksanakan tugas untuk mencapai
tujuan organisasi.
Tekanan Ketaatan
Menurut Agoes (2009:49)ketaatan sebagai pemeriksanaan
untuk
mengetahui
apakah prosedur dan aturan yang telah
ditetapkan otoritas berwenang sudah ditaati oleh personel
20
diorganisasi tersebut. Menurut Agoes (2009) audit ketaatan
(compliance
audit)harus
dilakukan
di
dalam
perusahaan
terhadap: a) kebijakan dan prosedur tertulis tentang kelengkapan
transaksi. Hal ini dilakukan untuk membuktikan adanya ketaatan
terhadap kelengkapan
perusahaan,
transaksi
pelaksanaan
transaksi
yang
dilakukan dalam
tersebut sejak transaksi
dimulai sampai dengan selesai. b) ketaatan terhadap perundangundangan. Dalam setiap aspek operasional perusahaan atau
bagian organisasi perusahaan harus memenuhi setiap peraturan
perundang-undangan dan peraturan internal perusahaan.
Praditaningrum dan Januarti (2011) mendefinisikan
tekanan ketaatansebagai tekanan yang umumnya dihasilkan
oleh individu yang memiliki kekuasaan. Tekanan ketaatan ini
diartikan sebagai tekanan yang diterima oleh auditor junior
yang dihasilkan olehauditor senior atau atasan dan entitas
yang diperiksa untuk melakukan tindakan yang menyimpang
dari standar etika dan profesionalisme. Tekanan ketaatan adalah
jenis tekanan pengaruh sosial yang dihasilkan ketika individu
dengan perintah langsung dariperilaku individu lain.
Menurut Hartanto dan Indra (2001) mengatakan bahwa
tekanan ketaatan adalah individu yang memiliki kekuasaan
merupakan suatu sumber yang dapat mempengaruhi perilaku
orang dengan perintah yang diberikannya, hal ini disebabkan
oleh keberadaan kekuasaan atau otoritas
bentuk
legitimate
power
yang merupakan
atau kemampuan atasan
untuk
mempengaruhi bawahan karena ada posisi khusus dalam
21
struktur hierarki organisasi. Menurut Milgram (1974) auditor
baru (junior) dari auditor senior atau atasan dan entitas yang
diperiksa untuk melakukan tindakan yang menyimpang dari
standar profesionalisme. Menurut Gredani dan Slamet (2007)
instruksi atasan dalam suatu organisasi akan mempengaruhi
perilaku bawahan karena atasan memiliki otoritas.
Menurut Jamilah et al (2007) tekanan ketaatan merupakan
kondisi dimana seorang auditor dihadapkan pada sebuah
dilema penerapan standar profesi auditor. Klien atau pimpinan
dapat saja menekan auditor untuk melakukan pelanggaran standar
profesi auditor. Bahkan kadangkala tekanan dihasilkan oleh
manajemen internal, dimana atasan ingin melakukan rekayasa
terhadap
hasil
auditnya,
baik
karena
adanya unsur
kekerabatan, menjaga nama baik klien ataupun kerja sama
dengan pihak-pihaktertentu.
Hal ini tentunya akan menimbulkan tekanan pada diri
auditor
dan
terjadi
dilema
untuk
menuruti
atau
tidak
menuruti kemauan klien maupun pimpinannya. Oleh sebab
itu, seorang auditor seringkali dihadapkan kepada situasi
dilema penerapan standar profesi auditor dalam pengambilan
keputusannya. Kekuasaan klien dan pemimpin menyebabkan
auditor tidak independen lagi, karena telah menimbulkan
tekanan dalam menjalankan pekerjaannya. Biasanya tekanan
ketaatan ini timbul karena adanya kesenjangan ekspektasi
yang terjadi antara entitas yang diperiksa dengan auditor
telah menimbulkan suatu konflik tersendiri bagi auditor.
22
Dalam beberapa situasi sosial, seseorang memandang
orang lain atau kelompok sebagai pemilik otoritas yang sah
untuk mempengaruhi perilaku
orang tersebut. Norma sosial
membolehkan pihak yang memiliki otoritas untuk mengajukan
permintaan dan memaksa agar bawahan mematuhinya.Menurut
Taylor et al. (2009) ketaatan didasarkan pada keyakinan bahwa
otoritas memiliki hak untuk meminta. Menurut Hartanto dan
Indra (2001) mengatakan bahwa tekanan ketaatan adalah individu
yang memiliki kekuasaan merupakan suatu sumber yang dapat
mempengaruhi perilaku
orang dengan
perintah
yang
diberikannya, hal ini disebabkan oleh keberadaan kekuasaan
atau otoritas yang merupakan bentuk legitimate power atau
kemampuan atasan untuk mempengaruhi bawahan karena ada
posisi khusus dalam struktur hierarki organisasi.
Paradigma ketaatan pada
oleh Milgram(1974)
bawahan
kekuasaan
ini dikembangkan
yang dikatakan dalam teorinya bahwa
yang mengalami tekanan ketaatan dari atasan akan
mengalami perubahan psikologis dari seseorang yang berperilaku
otonomis menjadi perilaku agen. Perubahan perilaku ini terjadi
karena bawahan tersebut
merasa menjadi agen dari sumber
kekuasaan, dan dirinya terlepas dari tanggung jawab atas apa
yang
dilakukannya.
PenelitianHartanto
dan
Indra
(2001)
menemukan bukti yang menunjukkan bahwa orang normal
dapat melakukan tindakandestruktif jika menghadapi tekanan
besar dari otoritas yang sah. Orang yang dalam kehidupan sehariharinya bertanggung jawab dan terhormat bisa jadi tertekan
23
oleh otoritas dan mau saja melakukan tindakan kejam dalam
situasi tertekan.
Berdasarkan definisi yang dikemukakan para ahli tersebut
di atas, maka dapat disimpulkan bahwa tekanan ketaatan pada
atuaran merupakan sebuah perintah atasan melakukan perbuatan
yang tidak sesuai norma,
etika
pekerjaan,
maka
seorang
profesional cenderung tidak bertanggung jawab atas keputusan
yang diambil.
PENGEMBANGAN HIPOTESIS.
Persepsi atas sistem pengendalian internal berpengaruh
tehadap kecenderungan korupsi.
Menurut Arens (2008) adalah: a) lingkungan pengendalian
terdiri dari tindakan, kebijakan, dan prosedur yang mencerminkan
sikap dari manajemen puncak, para direktur, dan pemilik dari
suatu entitas mengenai pengendalian internal dan pentingnya
komponen bagi entitas itu. b) penilaian resiko adalah identifikasi
manajemen dan analisis resiko yang relevan dengan persiapan
laporan keuangan yang seuai dengan prinsip berlaku umum. c)
aktivitas Pengendalian adalah kebijakan dan prosedur yang dibuat
untuk memberikan keyakinan bahwa petunjuk yang dibuat oleh
manajemen dilaksanakan. d) informasi dan komunikasi, sistem
informasi yang relevan dengan tujuan laporan keuangan yang
meliputi sistem akuntansi. e) pemantauan adalah proses penilaian
kualitas kinerja struktur pengendalian intern sepanjang waktu.
24
Penelitian
Lisa(2013)
menyimpulkan
bahwa
sistem
pengendalian internal berpengaruh signifikan negatif terhadap
kecurangan. Penelitian Aditya(2013) menyimpulkan bahwa
terdapat pengaruh negatif antara keefektifan pengendalian
internal dengan frauddi sektor pemerintahan. Dengan demikian
dapat
disimpulkan
internalberpengaruh
bahwa
sistem
terhadap
pengendalian
kecenderungan
korupsi.Berdasarkan argumentasi dan hasil riset terdahulu maka
diusulkan hipotesisnya sebagai berikut:
H1:Persepsi
atas
sistem
pengendalian
internal
berpengaruh terhadapkecenderungan korupsi.
Budaya etis organisasi berpengaruh terhadap kecenderungan
korupsi.
Menurut Jones danGoerge (2008:105) organizational
culture is the shared set of beliefs, expectations, values, norms,
and work routines that influence the ways in which individuals,
groups, and teams intreract with one another and cooperate to
achieve organizational goals. Jonesdan Goerge(2008:105) juga
mengatakan, bahwa ketika paraanggota organisasi memiliki
komitmen
yangkuat
terhadap
keyakinan,
harapan,
nilai-
nilai,norma-norma, dan kebiasaan-kebiasaan yangdigunakannya
dalam mencapai tujuan,menunjukkan budaya organisasi yang
kuat.Sebaliknya bila para anggota organisasi tidak memiliki
komitmen yang kuat, menunjukkanbudaya organisasinya lemah.
Setiap organisasi memiliki budaya, tetapi budaya organisasi
yangsatu dengan organisasi yang lain belum tentusama.
25
Dalam penelitian yang dilakukan Sulistiyowati (2007)
mengatakan bahwa budaya organisasi berpengaruh terhadap
persepsi
aparatur
pemerintah
daerah
tentang
tindak
korupsi.Penelitian Aditya. (2013)menyimpulkan bahwa terdapat
pengaruh negatif antara budaya etis organisasi dengan fraud di
sektor pemerintahan. Penelitian Pristianti (2012) menyimpulkan
bahwa terdapat pengaruh negatif antara budaya etis organisasi
dengan kecurangan (fraud). Dengan demikian dapat disimpulkan
bahwabudaya organisasi berpengaruh terhadap kecenderungan
korupsi. Berdasarkan argumentasi dan hasil riset terdahulu maka
diusulkan hipotesisnya sebagai berikut:
H2:Budayaetisorganisasi
terhadapkecenderungan korupsi.
berpegaruh
Tekanan
ketaatan
untuk
melakukan
berpengaruh terhadap kecenderungan korupsi.
kecurangan
Tekanan ketaatan (obedience pressure) adalah tekanan
yang diterima oleh bawahan dalam menghadapi atasan untuk
melakukan tindakan menyimpang dari standar yang berlaku.
Tekanan ketaatan muncul dari perintah yang dibuat oleh individu
yang berada pada posisi otoritas. Dalam beberapa situasi sosial,
seseorang memandang orang lain atau kelompok sebagai pemilik
otoritas yang sah untuk mempengaruhi perilaku orang tersebut.
Norma social membolehkan pihak yang memiliki otoritas untuk
mengajukan
permintaan
dan
memaksa
mematuhinya.
26
agar
bawahan
Menurut Hartanto dan Indra, (2001)mengatakan bahwa
tekanan ketaatan adalah individu yang memiliki kekuasaan yang
dapat mempengaruhi perilaku orang dengan perintah yang
diberikannya, hal ini disebabkan oleh keberadaan kekuasaan atau
otoritas
yang
merupakan
bentuk
legitimate
power
atau
kemampuan atasan untuk mempengaruhi bawahan karena ada
posisi khusus dalam struktur hierarki organisasi. Paradigma
ketaatan pada kekuasaan ini dikembangkan oleh Milgram (1974)
mengatakan bahwa bawahan yang mengalami tekanan ketaatan
dari atasan akan mengalami perubahan psikologis dari seseorang
yang berperilaku otonomis menjadi perilaku agen. Perubahan
perilaku ini terjadi karena bawahan tersebut merasa menjadi agen
dari sumber kekuasaan, dan dirinya terlepas dari tanggung jawab
atas apa yang dilakukannya. Penelitian Hartanto dan Indra (2001)
memberi tekanan pada pengaruh normative dari tekanan
ketaatannya. Hartanto dan Indra (2001) menemukan bukti yang
menunjukkan bahwa orang normal dapat melakukan tindakan
destruktif jika menghadapi tekanan besar dari otoritas yang sah.
Orang yang dalam kehidupan sehari-harinya bertanggung jawab
dan terhormat bisa jadi tertekan oleh otoritas dan mau saja
melakukan tindakan kejam dalam situasi tertekan.
Penelitian Muhammad (2013) menunjukkan bahwa terdapat
pengaruh negatif antara kepatuhan sistem pengendalian internal
dengan fraud di sektor pemerintahan.PenelitianAditya (2006)
menunjukkan bahwaterdapat pengaruh negatif antara kepatuhan
sistem pengendalian intern dengan kecurangan di sektor
27
pemerintahan. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
tekanan
ketaatan
berpengaruh
terhadap
kecenderungankorupsi.Berdasarkan argumentasi dan hasil riset
terdahulu maka diusulkan hipotesisnya sebagai berikut
H3:
Tekanan
ketaatan
kecenderungan korupsi.
berpengaruhterhadap
Model Penelitian
Kerangka konseptual dimaksudkan sebagai konsep untuk
menjelaskan dan mengungkapkan katerkaitan antara variabel
yang akan diteliti, berdasarkan latar belakang dan kajian teori
yang telah dikemukakan diatas dapat dijelaskan bahwa untuk
mengurangi tindakankorupsi yang terjadi pada suatu organisasi,
penerapan sistem pengendalian internal harus efektif. Selain itu
menciptakan kondisi kerja yang kondusif
melalui penerapan
keadilan secara merata kepada seluruh karyawan juga dapat
menurunkan
motivasi
untuk
berbuat
korupsi.Karena
ketidakadilan yang dirasakan karyawan akan menjadi sebuah
tekanan dan mendorong seseorang untuk melakukan korupsi.
Variabel Dependen (Y)
Variabel Independen X
Sistem
pengendalian
internal
Budaya
Organisasi
X2
H1
Kecenderungan
Korupsi
Y
H2
H3
Tekanan Ketaatan
X3
28
METODA PENELITIAN
Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi dari penelitianini adalahpegawai yang bekerja
pada
Dinas
sampeladalah
Kementerian
pegawai
Pekerjaan
yang
bekerja
Umum
pada
sedangkan
bagiandireksi
Keuangan Anggaran dan Perencanaan, Direksi Sumber Daya
Manusia, Administrasi Umum, Direksi Perencanaan Tata Kota
dan
Perumahan
dan
Direksi
Pembangunan
Jalan
dan
Jembatanyang menerima delegasi wewenang dan tanggung jawab
untuk terlibat
Dinas
dalam penggunaan dana yang dianggarkan di
Kementerian
Pekerjaan
Umum
dengan
ditentukan
berdasarkan kriteria-kriteria tertentu (purposive sampling).
Pengumpulan data yang dibutuhkan dalam penelitian ini
berupa pengumpulan data yang dilakukan dari penyebaran
kuesioner. Kuesioner tersebut terdiri dari pertanyaan-pertanyaan
dengan
diberi
penjelasan
untuk
setiap
pertanyaan
agar
mempermudah responden dalam menjawab. Kuesioner dalam
penelitian ini disusun menggunakan skala Likert 1-5 dengan
rincian sebagai berikut: (1) Sangat tidak setuju (2) Sangat setuju
(3) Setuju (4) Ragu-ragu dan (5) Sangat tidak setuju.
Pengukuran Variabel Penelitian
Penelitian ini menggunakan empat variabel, variabel
pertama adalahpengendalian internal
yang dinyatakan dalam
COSO (1992) adalah suatu proses yang dijalankan oleh Dewan
Komisaris, manajemen, dan personal lain entitas yang didesain
29
untuk memberikan keyakinan yang memadai tentang pencapaian
tiga golongan tujuan yaitu keandalan pelaporankeuangan,
efektivitas dan efisien operasi, dan ketaatan terhadap hukum dan
peraturan yang berlaku. Instrumen yang digunakan untuk
mengukur sistem pengendalian internal terdiri dari sembilan
indikator pertanyaanyang dikembangkan oleh Wilopo (1992)
jawaban responden diukurdengan sembilan point skala Likert,
dengan
demikian
dapat
disimpulkan
bahwa
sistem
pengendalianinternal yang baik akan berpengaruh terhadap
kecenderungan korupsi.
Variabel kedua penelitian ini adalahbudaya organisasi
merupakan norma, nilai dan konsep dasar yang dianut oleh
anggota organisasi kepada pemimpin yang dapat mempengaruhi
perilaku dan cara kerja anggota organisasi. Menurut Steers (1985)
komitmen organisasi sebagai rasa identifikasi (kepercayaan
terhadap nilai-nilai organisasi), keterlibatan (kesediaan untuk
berusaha sebaik mungkin demi kepentingan organisasi) dan
loyalitas (keinginan untuk tetap menjadi anggota organisasi yang
bersangkutan) yang dinyatakan oleh seorang pegawai terhadap
organisasinya.
Variabel ketiga penelitian ini tekanan ketaatan (obedience
pressure) adalah tekanan yang diterima oleh bawahan dalam
menghadapi atasan untuk melakukan tindakan menyimpang dari
standar yang berlaku. Tekanan ketaatan muncul dari perintah
yang dibuat oleh individu yang berada pada posisi otoritas.
Dalam beberapa situasi sosial, seseorang memandang orang lain
30
atau kelompok sebagai pemilik otoritas yang sah untuk
mempengaruhi
perilaku
orang
tersebut.
Norma
social
membolehkan pihak yang memiliki otoritas untuk mengajukan
permintaan dan memaksa agar bawahan mematuhinya. Instrumen
yang digunakan untukmengukur ketaatan terdiri dari lima item
pertanyaan.Tekanan
ketaatan
dapatdiukur
menggunakan
6
pertanyaan dengan 5 poin skala likert. Dengan demikian dapat
dsimpulkan
bahwa,tekanan
ketaatan
yang
tinggi
akan
berpengaruh ketaatan terhadap pertimbangan.
Variabel
terakhir,
kecenderungan
menyalahgunakankepercayaan
pemilikuntuk
kepentingan
yang
korupsi
diberikan
publik
adalah
atau
pribadimenurut Jones dan Bates
dalam Sulistyowati (2007) aktivitas-aktivitas yangcenderung ke
korupsi
antara
lain:
(1) tender,
kontrak,
penyelesaian
kontrak,penyewaan konsultan atau staf (2) penjualan dengan
tekanan (3) ramah-tamah(4) pemberian
rencana
perdagangan;
(5)
ijin,
pembelian
lisensi
untuk
barangyang dikirim
langsung ke tempat pembangunan(6) konflik kepentingan
(7)penggunaan peralatan
kepentingan
peralatan,
komputer
atau
kendaraan
untuk
pribadi (8)perusakan dan pembuangan terhadap
perlengkapan
usang.Instrumen
yang
maupun
digunakan
kecenderungankorupsi terdiri
dari
persediaanyang
untuk
empat
mengukur
belas
pertanyaan yang dikembangkanoleh Aranta (2013).
Teknik Analisis data dan Pengujian Hipotesis
31
telah
item
Teknik-teknik
analisis
data
yang
digunakan
dalam
penelitian ini yaitupurposive sampling dikarenakan jumlah
sampel yang digunakan tetap dan memenuhi kriteria-kriteria
sebagai berikut pimpinan yang memiliki otoritas dalam
pengambilan keputusan dan pegawai yang bekerja pada bagianbagian tertentu.
Teknik analisis statistik yang digunakan dalam penelitian
ini adalah analisis regresi berganda dengan kriteria pengujian
sebagai berikut: jika t hitung > t tabel atau tingkat signifikan < α
= 0,05 atau tingkat signifikansi > α = 0,05 dan koefisien regresi
(β) positif maka hipotesis diterima. Namun jika t hitung < t tabel
atau tingkat signifikan
> α = 0,05 dan koefisien regresi (β)
negatif maka hipotesis ditolak.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Statistik Deskripstif
Ada empat variabel pokok dalam penelitian ini, yaitu
Sistim pengendalian internal, budaya organisasi, tekanan ketaatan
dan kecenderungan korupsi pada Kementerian Pekerjaan Umum
Timor Leste. Sebelum menyebar kuesioner ke responden, peneliti
terlebih dahulu menyampaikan surat izin yang ditujukan kepada
Kementerian Pekerjaan Umum,
penyebaran
kuesioner
dilakukan melalui bantuan bagian pengembangan sumber daya
manusia Kementerian Pekerjaan Umum, untuk selanjutnya
peneliti
mendistribusikan
kuestioner
kepadasetiap
responden.Suratpermohonan izin untuk melakukan penelitian di
Kementerian Pekerjaan Umum Timor Leste, pada tanggal05
32
December 2014. Pengambilan kuesioner dilakukan secara
bertahap
dansecara
keseluruhan
berakhir
pada tanggal 28
Januari 2015.
Responden pada penelitian ini adalah sebagian dari
pegawai yang bekerja pada Kementerian Pekerjaan Umum Timor
Leste terutama direksi-direksi yang dijadikan sebagai sampel
dalam penelitian ini antara lain, bagian direksi Keuangan
Anggaran dan Perencanaan, Direksi Sumber Daya Manusia,
Administrasi Umum, Direksi Perencanaan Tata Kota dan
Perumahan dan Direksi Pembangunan Jalan dan Jembatan. Hasil
pengumpulan kuesioner yang disebarkan pada dinas pekerjaan
umum adalah sebagai berikut:
Tabel 1
Tingkat Pengembalian Kuesioner
Keterangan
Jumlah Kuesioner
Kuesioner yang disebarkan
130
Kuesioner yang tidak kembali
10
Kuesioner yang kembali
120
Kuesioner yang gugur
2
Kuesioner yang memenuhi syarat
118
sumber data yang diolah 2015
Deskripsi Responden
Berikut ini merupakan data demografi responden yang
terdiri dari: jenis kelamin, pendidikan, umur dan masa kerja.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut:
33
Tabel 2
Data Demografi Responden
Keterangan
Jumlah Responden
Jenis kelamin
Laki-laki
55
Permpuan
65
Pendidikan
SMA
38
D3
14
S1
64
S2
4
Umur
25-30
85
31-40
34
> 51
1
Masa Kerja
1-5
60
6-10
49
>11
11
sumber data yang diolah 2015
Uji Validitas.
Untuk
melihat
validitas
dari
kuesioner, digunakan Corrected
masing-masing item
Item. Total
Correleration.
Berdasarkan hasil pengolahan data didapatkan bahwa nilai
Corrected Item, untuk masing-masing item variable sistem
pengendalian internal, budaya organisasi tekanan ketaatan dan
korupsi semuanya berada di atas rtabel, maka dapat dikatakan
bahwa semua item kuesioner dapat dinyatakan valid. Untuk
lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 3,4,5,6 pada lampiran.
Uji Reliabilitas.
Uji Reliabilitas Pengujian
pernyataan-pernyataan
yang
ini
dilakukan
sudah memiliki
terhadap
validitas.
Kegunaannya adalah untuk mengetahui sejauh mana hasil
pengukuran tetap konsisten bila dilakukan pengukuran dua kali
34
atau lebih terhadap gejala yang sama. Uji reliabilitas dilakukan
dengan menggunakan koefisienCronbach Alpha lebih besar 0,60.
Instrumen yang reliabel akan menghasilkan data yang sesuai
dengan kondisi sesungguhnya. Hasil analisis SPSS untuk uji
reliabilitas terhadap instrumen pada empat variabel yang terdapat
pada kuesioner dapat dilihat di bawah ini:
Tabel 3
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha
Standard
SPI
BO
TK
KP
0,760
0,733
0,689
0,816
0,60
N of
Items
9
5
6
14
Hasil
Reliabel
Reliabel
Reliabel
Reliabel
Keterangan:
SPI =Sistem Pengendalian Internal
BO = Budaya Organisasi
TK = Tekanan Ketaatan
sumber data yang diolah 2015
Hasil
analisis
di
atas
menunjukkan
bahwa
nilai
Cronbach’s Alpha untuk semua pernyataan variabel sistim
pengendalian internal, budaya organisasi, tekanan ketaatan dan
kecenderungan korupsi > 0,60. Sehingga dapat disimpulkan
bahwa semua instrumen dalam variabel pengendalian internal,
budaya organisasi, tekanan ketaatan dan kecenderungan korupsi
pada kuesioner tersebut bersifat reliabel.
35
Statistik Deskriptif.
Item
N
Tabel 4
Descriptive Statistics
Minimum Maximum Mean
SPI
9 118
11
BO
5 118
12
TK
6 118
8
KP
14 118
14
sumber data yang diolah 2015
45
25
30
55
30,2797
20,9153
25,3136
31,0169
Std.
Deviation
7,00047
3,22802
3,79991
9,28926
Dari statistik deskriptif pada Tabel 4 dapat diketahui
bahwa nilai sistim pengendalian internal untuk minimum
memperoleh 11 dan nilai maksimum mencapai 45 dengan nilai
mean
sebesar
30,2797 dan standar deviation 7,00047yang
berarti bahwa sistimpengendalian internal masuk dalam kategori
sedang.Nilai budaya organisasi untuk minimum memperoleh 12
dan nilai maksimum mencapai 25 dengan nilai mean sebesar
20,9153 dan standar deviation 3,22802 yang berarti bahwa
budaya organisasi masuk dalam kategori sedang. Nilai mean
tekanan ketaatan untuk minimum memperoleh 8 dan nilai
maksimum mencapai 30 dengan nilai mean sebesar 25,3136
dan standar deviation 3,79991 yang berarti bahwa tekanan
ketaatan masuk dalam kategori sedang. Nilai kecenderungan
korupsi untuk minimum memperoleh 14 dan nilai maksimum
mencapai 55 dengan nilai mean sebesar 31,0169 dan standar
deviation 9,28926 yang berarti bahwa kecenderungan korupsi
masuk dalam kategori sedamg.
36
Hasil Uji Regresi Berganda.
Hasil analisis regresi linear berganda dilakukan untuk
mengetahui pengaruh sejumlah variabel bebas terhadap variabel
terikat. Penelitian ini menguji pengaruh sistem pengendalian
internal,budaya organisasi, dan tekanan ketaatan terhadap
kecenderungan korupsi.
Uji Mode