T2 932012004 Full text

(1)

RELEVANSI DAN RELIABILITAS INFORMASI

KEUANGAN UKM DALAM PENGAMBILAN

KEPUTUSAN KREDIT BANK PERKREDITAN

RAKYAT DI KOTA SALATIGA

TESIS

Diajukan Kepada

Program Studi M agister Akuntansi Untuk M emperoleh Gelar M agister Akuntansi

Oleh:

ESTER ENTI NATALIA NPM. 932012004

PROGRAM STUDI MAGISTER AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS

UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA

SALATIGA

2016


(2)

(3)

(4)

Didalam tugas akhir ini tidak terdapat keseluruhan atau sebagaian tulisan atau gagasan orang lain yang saya ambil dengan cara menyalin atau meniru dalam bentuk rangkaian kalimat atau simbol yang saya aku seolah-olah sebagai tulisan saya sendiri tanpa memberikan pengakuan pada penulis aslinya.

Apabila kemudian terbukti bahwa saya ternyata melakukan tindakan menyalin atau meniru tulisan orang lain seolah-olah hasil pemikiran saya sendiri, saya bersedia menerima sanksi sesuai peraturan yang berlaku di Fakultas Ekonomi Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga, termasuk pe ncabutan gelar kesarjanaan yang telah saya peroleh. Salatiga, 20 September 2016 Yang memberi pernyataan,

Ester Enti Natalia

RELEVANSI DAN RELIABILITAS INFORMASI

KEUANGAN UKM DALAM PENGAMBILAN

KEPUTUSAN KREDIT BANK PERKREDITAN

RAKYAT DI KOTA SALATIGA

TESIS


(5)

LEMBAR PENGESAHAN

Judul Karya Akhir : Relevansi Dan Reliabilitas Informasi Keuangan UKM Dalam Pengambilan Keputusan Kredit Bank Perkreditan Rakyat Di Kota Salatiga

Nama M ahasiswa : Ester Enti Natalia

NPM : 932012004

Program Studi : Magister Akuntansi

M enyetujui,

Harijono, SE., MAF., M.Com.,(Hons).,PhD Like Soegiono, SE, M.Si

Pembimbing Pembimbing

M engesahkan,

Marwata, SE., M.Si., Ph.D., Akt., CA. Ketua Program Studi M agister Akuntansi


(6)

(7)

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

Tuhan Yesus itu sangat baik..

..Ia membuat segala sesuatu indah pada waktuNya..

Dan kini aku tahu bahwa..

..semua perjuanganku TIDAK SIA-SIA..

..karena Ia selalu besertaku.

Segala perkara dapat kutanggung di dalam DIA

yang memberi kekuatan kepadaku

Filipi

4 : 13

Semua yang terjadi di dalam hidupku, semua yang baik

dan semua yang indah, sudah menjadi rencanaNya

untuk masa depanku.

Tesis ini dipersembahkan kepada:

Tuhan Yesus sumber pengharapan dan kekuatan

Papi, Ibuk, dan Mbak Maria yang selalu mendukungku dan banyak

berkorban untukku…

Merekalah yang mampu membuat aku kuat dan terus bertahan, sampai


(8)

UCAPAN TERIM A KASIH

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus, yang oleh karena penyertaan, kasih dan hikmatNya, tesis ini telah dapat diselesaikan dengan baik. Pada kesempatan yang membahagiakan ini, penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih dan rasa hormat kepada berbagai pihak antara lain kepada:

1. Tuhan Yesus Kristus yang selalu setia memberikan perlindungan, kekuatan dan hikmat sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini.

2. Keluarga tercinta, Papi Tamsir Handoyo, Ibuk Titin Tyas Bekti, Mbak Maria Entina Puspita, yang telah memberikan cinta dan kasih sayang kepada penulis, serta mendukung selama perkuliahan, maupun saat penulisan tesis ini.

3. Bapak Harijono, SE., MAF., M.Com.,(Hons).,PhD dan Ibu Like Soegiono, S.E., M.Si., selaku dosen pembimbing yang dengan penuh kesabaran telah memberi pengarahan, memberi banyak inspirasi, ide, saran, dan kritik selama penulisan tesis ini.

4. Bapak Marwata, SE., M.Si., Ph.D., Akt., CA., selaku Ketua Program Studi Magister Akuntansi Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga.

5. Seluruh dosen dan staf pengajar Program Studi Magister Akuntansi Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga yang telah memberikan ilmu pengetahuan kepada penulis selama masa studi.

6. Para sahabat terkasih, kak Adrian Edo Laihad, Paskanova Christi Gainau, dan Grieselda Maulany. Terima kasih atas waktu yang banyak diluangkan untuk diskusi dan sharing yang sangat membantu penulis dalam penyelesaian tesis ini. Sukses beserta kita semua.


(9)

7. Bank Perkreditan Rakyat di Kota Salatiga yang telah membantu memberikan data dan meluangkan waktu untuk wawancara terkait tesis ini, terutama Bapak Marcus, Bapak Wiyono, Bapak Bambang, Bapak Haryono, dan Bapak Rusdy. Terima kasih.

8. Teman-teman Pelayanan Kategorial Pelayanan Anak (PA) dan Gerakan Pemuda (GP) GPIB Tamansari Salatiga, terima kasih untuk kebersamaan dalam pelayanan, canda tawa, sukacita, doa dan dukungan yang diberikan. Tetap setia melayani Tuhan yaaa... Tuhan Yesus memberkati kita semua.

Akhir kata, penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu dan telah memberikan dukungan, motivasi, maupun bantuan kepada penulis, Tuhan Yesus senantiasa melindungi, menyertai dan memberkati kita sekalian.

Salatiga, September 2016 Penulis


(10)

KATA PENGANTAR

Penelitian ini berkaitan dengan relevansi dan reliabilitas informasi keuangan UKM dalam pengambilan keputusan kredit BPR di kota Salatiga. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi dan memberikan saran bagi UKM untuk meningkatkan kualitas informasi keuangannya. Selain itu, memberikan masukan bagi BPR dalam mempertimbangkan pemberian kredit kepada UKM. Selama ini penelitian banyak terfokus pada usaha besar, sedangkan penelitian untuk UKM sendiri belum banyak dilakukan. Penelitian ini masih memiliki banyak kekurangan dan kesempurnaan sehingga masukan, saran, dan kritik yang membangun sangat diharapkan. Semoga dari hasil penelitian ini dapat memberikan manfaat dan kontribusi bagi pihak-pihak yang berkepentingan serta dapat memberikan dorongan bagi peneliti-peneliti lain untuk melakukan pengembangan penelitian serupa di kemudian hari.

Salatiga, September 2016


(11)

SARIPATI

Penelitian ini mengkaji apakah bank menggunakan informasi keuangan yang disajikan oleh UKM dalam pengambilan keputusan kredit, serta apakah informasi keuangan tersebut relevan dan reliabel untuk pengambilan keputusan kredit oleh bank. Peneliti menggunakan strategi

explanatory research yang dilakukan di Bank Perkreditan

Rakyat (BPR) di kota Salatiga, dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Pemilihan narasumber menggunakan metode accidental sampling untuk memperoleh data yang dibutuhkan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa informasi keuangan UKM relevan, tetapi tidak reliabel untuk digunakan dalam pengambilan keputusan kredit.

Kata Kunci: Informasi keuangan, relevansi, reliabilitas, pengambilan keputusan kredit, UKM


(12)

ABSTRACT

This study examines whether the banks use the f inancial inf ormation presented by SMEs in making credit decisions, and whether the f inancial inf ormation is relevant and reliable f or credit decision making. An explanatory research strategy is employed in this research. Accidental sampling method are used to select inf ormant f rom rural banks (BPR) in Salatiga. The results show that SMEs f inancial inf ormation is relevant, but not reliable f or credit decision making.

Keywords: Financial inf ormation, relevance, reliability, making credit decisions, SMEs


(13)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

PERNYATAAN TIDAK PLAGIAT... ii

PERNYATAAN PERSETUJUAN AKSES ... iii

PERNYATAAN KEASLIAN TESIS ... iv

LEMBAR PERSETUJUAN ... v

PENGESAHAN TESIS ... vi

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... vii

UCAPAN TERIMA KASIH ... viii

KATA PENGANTAR ... x

SARIPATI ... xi

ABSTRACT ... xii

DAFTAR ISI ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 6

BAB III METODE PENELITIAN ... 17

BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN... 20

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN ... 44

DAFTAR PUSTAKA ... 46


(14)

DAFTAR GAM BAR

GAMBAR 2.1 PROSES PENGAMBILAN KEPUTUSAN ... 7 GAMBAR 2.2 KERANGKA KARAKTERISTIK KUALITATIF ... 15 GAMBAR 3.1 KERANGKA OPERASIONAL PENELITIAN ... 19


(15)

1.PENDAHULUAN

Lembaga Perbankan merupakan mediator yang berfungsi untuk mengelola dana dari pihak-pihak yang memiliki kelebihan dana (kreditur) dan kemudian menyalurkannya kepada pihak yang membutuhkan dana (debitur). Sebagai lembaga kepercayaan, bank harus mempertanggungjawabkan simpanan kreditur dan mengelola penyaluran dana kepada pihak debitur dengan baik. Dengan kata lain, lembaga perbankan merupakan pihak yang menjalankan bisnisnya dengan menggunakan dana pihak lain untuk memperoleh keuntungan (Saryadi, 2007).

Fungsi bank yaitu sebagai lembaga yang menghimpun dana masyarakat dalam bentuk simpanan, menyalurkan dana ke masyarakat dalam bentuk kredit, dan melancarkan transaksi perdagangan dan peredaran uang (Kuncoro, 2002). Masing-masing fungsi harus dijalankan dengan baik demi kelancaran operasional bank. Salah satu fungsi yang memiliki peranan penting bagi bank adalah fungsi penyaluran kredit. Dalam aktivitas penyaluran kredit, bank memerlukan informasi keuangan debitur yang relevan dan reliabel untuk menunjang pengambilan keputusannya. Informasi keuangan yang disajikan debitur akan dianalisis oleh bank untuk mengetahui keadaan debitur. Analisis terhadap informasi keuangan ini akan digunakan untuk menilai apakah debitur layak diberikan kredit atau tidak.

Dalam Financial Accounting Standart Board 1978 (FASB), laporan keuangan merupakan alat utama bagi perusahaan untuk menyampaikan informasi keuangan kepada pihak eksternal. Dengan kata lain, laporan keuangan bukan sekedar akhir dari suatu siklus namun lebih ke arah penyediaan informasi yang bermanfaat untuk pengambilan keputusan bisnis (Hefes, 2005). Hal


(16)

ini menunjukkan bahwa informasi keuangan memiliki dampak yang signifikan bagi kelangsungan suatu bisnis. Informasi keuangan yang pada awalnya lebih digunakan untuk pertanggung jawaban usaha, saat ini lebih cenderung digunakan untuk pengambilan keputusan. Bagi bisnis perbankan, informasi keuangan debitur merupakan hal penting bagi bank dalam upaya mempertimbangkan pemberian kredit.

Penyaluran kredit golongan mikro, kecil dan menengah menjadi segmen yang diminati baik oleh industri perbankan maupun jasa keuangan non bank lainnya. Beberapa faktor yang mempengaruhi tingginya minat industri keuangan tersebut adalah tingkat risiko kredit yang relatif dapat ditekan, pasar yang cenderung besar dan dapat terus berkembang, serta persyaratan administratif yang cenderung lebih mudah untuk dipenuhi (Malik, 2008).

Zulfikar (2012) mengungkapkan permodalan bagi Usaha Kecil Menengah (UKM) masih merupakan suatu permasalahan utama, setidaknya 30% masalah yang dihadapi UKM di Indonesia adalah sulitnya memperoleh permodalan. Salah satu faktor yang menjadi kesulitan UKM dalam permodalan dari perbankan selama ini adalah sikap kehati-hatian perbankan dalam mengucurkan kredit. Fungsi intermediasi perbankan terikat pada

prudential banking (prinsip kehati-hatian). Peran praktik

akuntansi yang diterapkan dalam manajemen sebuah UKM setidaknya akan dapat menghasilkan sebuah laporan keuangan sebagai refleksi kinerja yang dicapai. Pihak analisis kredit di perbankan menjadikan laporan keuangan sebagai alat dalam menilai kelayakan usaha yang terkait untuk mendapat bantuan permodalan.

Sebelum memberikan kredit kepada debitur dalam hal ini berupa Usaha Kecil dan Menengah (UKM), maka


(17)

bank perlu menganalisis terlebih dahulu laporan keuangan UKM sehingga mendukung pengambilan keputusan bank. Dalam kenyataannya sebagian besar UKM belum memiliki laporan keuangan karena transaksi yang terjadi masih sederhana sehingga UKM tidak melakukan pencatatan yang rumit seperti yang diterapkan pada usaha besar.

Hasil penelitian Danos et all., (1989), Mintarti (1994), Purwati (2014) menunjukkan bahwa informasi yang berkaitan dengan kondisi bisnis organisasi atau UKM akan dipertimbangkan oleh pemberi pinjaman atau investor dalam menentukan penerimaan atau penolakan atas permohonan kredit atau investasi. Hal ini menunjukkan bahwa informasi keuangan berpengaruh terhadap pengambilan keputusan kredit.

Sariyadi (2007) meneliti kredit yang dilakukan pada bank umum di wilayah Semarang. Hasil penelitiannya menemukan bahwa karakteristik kualitatif informasi yaitu relevansi dan reliabilitas berpengaruh signifikan terhadap pengambilan keputusan kredit bank secara umum. Penelitian Nuswandari (2009) mengemukakan bahwa investor dan kreditor membutuhkan informasi yang memadai dan relevan untuk mendukung pembuatan keputusannya. Informasi yang relevan dapat memperlemah atau memperkuat pengharapan yang ada. Relevansi selalu dikaitkan dengan f eedback dan nilai prediktif dari informasi tersebut. Sementara reliabilitas berarti bahwa informasi yang disampaikan harus andal yaitu bebas dari pengertian yang menyesatkan, kesalahan material, dan dapat dipercaya. Selain itu reliabilitas juga harus menyajikan informasi yang benar, wajar, dan mencerminkan keadaan suatu perusahaan.

Melihat pentingnya peranan informasi keuangan bagi keberlangsungan usaha perbankan, khususnya


(18)

dalam pemberian kredit, ternyata penelitian lain menunjukkan bahwa seringkali informasi keuangan tidak dipertimbangkan oleh bank dalam pengambilan keputusan kredit. Bank juga memperhatikan informasi non keuangan dalam keputusan kreditnya. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Baker dan Haslem (1973) menunjukkan bahwa informasi yang sangat dibutuhkan oleh investor adalah informasi yang bersifat f uture

expectation. Sumber informasi yang diperoleh investor

berasal dari pialang, sedangkan informasi dari laporan keuangan menempati urutan kelima dalam posisi yang dianggap kurang penting. Selanjutnya, pe nelitian Gunawan, Faridah, Ustadi dalam Purwanti (1994) juga menemukan bahwa informasi keuangan tidak berpengaruh terhadap pengambilan keputusan kredit bank. Selain itu, penelitian Simanjuntak (1999) menyatakan bahwa informasi non akuntansi berupa jaminan kredit dinilai lebih penting dari pada informasi akuntansi. Hasil penelitian Septriawan (2010) menyatakan bahwa informasi non akuntansi berpengaruh terhadap keputusan pemberian kredit. Variabelnya adalah jaminan kredit, pengalaman manajemen, pendidikan manajemen dan sektor ekonomi yang dibiayai. Sehingga dapat dikatakan bahwa tidak semua informasi keuangan diandalkan bank dalam pengambilan keputusan kredit.

Sebagian besar penelitian diatas dilakukan pada bank umum dan tentang pengambilan keputusan kredit untuk usaha skala besar. Penelitian ini bertujuan untuk melihat apakah BPR sama dengan bank umum dalam menganalisa suatu usaha untuk dibiayai, terutama terkait informasi keuangan yang digunakan dalam pengambilan keputusan kredit bank.

Penelitian ini berfokus pada UKM (bukan pada usaha besar) karena usaha di Indonesia sebagian besar


(19)

adalah UKM, yang disebabkan karena perkembangan UKM yang demikian pesat. Wati (2011) menyatakan perkembangan UKM saat ini disebabkan karena kebanyakan para pengusaha kecil dan menengah berangkat dari industri keluarga atau rumahan. Dengan demikian, konsumennya pun berasal dari kalangan menengah ke bawah. Penelitian ini melihat bahwa UKM berbeda dengan usaha-usaha besar yang mempunyai laporan keuangan yang diaudit, sedangkan UKM sebagian besar tidak mempunyai laporan keuangan. Adapun UKM yang mempunyai laporan keuangan, laporan tersebut tidak diaudit. Selain itu laporan keuangan yang dibuat UKM berdasarkan cash basis dan tidak mengikuti aturan standar akuntansi (SAK). Hal yang menarik adalah ketika bank melihat UKM bahwa kelayakan UKM untuk diberi kredit apakah dasarnya menggunakan informasi keuangan atau tidak. Dalam prakteknya, seringkali UKM tidak mempunyai pencatatan namun informasi dari UKM bisa digunakan dalam pengambilan keputusan kredit.

Persoalan penelitian yang dirumuskan adalah:

Pertama, apakah informasi keuangan UKM relevan untuk

digunakan dalam pengambilan keputusan kredit? Kedua,

apakah informasi keuangan UKM reliabel untuk digunakan dalam pengambilan keputusan kredit?

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi dan memberikan saran bagi UKM untuk meningkatkan kualitas informasi keuangannya. Selain itu, memberikan masukan bagi BPR dalam mempertimbangkan pemberian kredit kepada UKM.

2.TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengambilan Keputusan Kredit

Pengambilan keputusan adalah sebuah proses memilih tindakan di antara berbagai alternatif untuk


(20)

mencapai suatu tujuan atau beberapa tujuan. Masalah terjadi ketika sebuah sistem tidak memenuhi tujuan yang telah ditetapkan, tidak mencapai hasil yang diprediksi, atau tidak bekerja seperti yang direncanakan (Turban et al., 2005).

Akrani (2010) menyatakan bahwa pengambilan keputusan adalah sebuah aspek penting dalam sistem manajemen. Tugas utama seorang manajer adalah membuat keputusan yang rasional. Pengambilan keputusan ini selalu dilakukan secara sadar atau tidak sadar yang merupakan bagian kunci dari aktivitas manajer dalam organisasi. Keputusan-keputusan yang diambil ini menjadi penting sebagai penentu bagi manajer maupun organisasinya. Keputusan dapat didefinisikan sebagai sebuah fokus dari suatu tindakan yang secara sadar dipilih dari berbagai alternatif untuk mencapai suatu hasil yang diharapkan. Keputusan ini menunjukkan sebuah pertimbangan yang seimbang dan sebuah komitmen untuk menjalankan keputusan yang telah diambil.

Selain itu, Walter (2010) mengemukakan bahwa tujuan dari proses pengambilan keputusan adalah untuk menemukan alternatif yang terbaik dari berbagai macam alternatif demi mencapai suatu tujuan dari pengambil keputusan.

Pengambilan keputusan adalah suatu proses pemilihan alternatif terbaik dari beberapa alternatif secara sistematis untuk ditindaklanjuti (digunakan) sebagai suatu cara pemecahan masalah (Arif, 2010). Philips et al., (2010) menyatakan bahwa pengambilan keputusan adalah aktivitas yang dilakukan melalui tahap analisis, sintesis, dan evaluasi dengan menggunakan informasi dari berbagai sumber. Pengambilan keputusan tidak dapat dilakukan tanpa mempertimbangkan hal-hal yang


(21)

mungkin terjadi di masa depan, namun harus melewati proses pertimbangan (reasoning) terlebih dahulu. Proses pengambilan keputusan menurut Philips et al., (2010) terdiri dari tiga tahap, antara lain: menganalisis, membuat sintesis, mengevaluasi hasil analisis yang dapat ditunjukkan melalui gambar di bawah ini:

Gambar 2.1 Proses Pengambilan Keputusan

Pada tahap menganalisis, pengambil keputusan harus menginterpretasikan dan mengkategorikan informasi untuk menetapkan isu yang relevan dan mengidentifikasi kecocokan dan ketidakcocokan faktor-faktor yang mempengaruhi isu tersebut. Dalam kaitannya dengan pengambilan keputusan kredit, pembuat keputusan perlu untuk mengidentifikasi identitas nasabah dengan teliti sehingga dapat mengetahui apakah nasabah telah memenuhi prosedur administrasi yang ditetapkan bank.

Pada tahap membuat sintesis, pengambil keputusan harus berusaha menemukan solusi dengan menguji kembali solusi dan tujuan alternatif yang ada. Terkait dengan pengambilan keputusan kredit, pembuat keputusan perlu menelusuri lebih dalam tentang keadaan nasabah, misalnya dengan menganalisis laporan

ANALISIS

SINTESIS


(22)

keuangan nasabah dan melakukan penilaian kredit. Komponen penilaian kredit antara lain: analisis watak

(character), kemampuan (capacity), modal (capital), kondisi

atau prospek usaha (condition), agunan (collateral).

Sementara pada tahap evaluasi, pengambil keputusan diharuskan untuk menguji strategi yang harus dilakukan untuk solusi yang akan dipilih. Terkait dengan pengambilan keputusan kredit, pembuat keputusan mulai memikirkan strategi yang harus dilakukan ketika keputusan telah diambil berdasarkan hasil analisis pada tahap sebelumnya (analisis dan sintesis). Strategi yang dimaksud misalnya melakukan pengawasan kredit.

Kredit didefinisikan sebagai penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak-pihak peminjam berkewajiban melunasi hutangnya setelah jangka waktu tertentu dengan jumlah bunga, imbalan atau pembagian hasil keuntungan (Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 Tentang Pokok-Pokok Perbankan, Bab 1, Pasal 1, Butir 12). Terkait dengan kredit, manajer dan organisasi pun perlu mempertimbangkan berbagai alternatif sebelum mengambil keputusan untuk memberikan kredit kepada nasabah. Hal ini terjadi karena kredit mengandung resiko. Resiko yang dihadapi dapat berupa tidak tertagihnya kredit karena nasabah yang sengaja tidak membayar kredit padahal mampu dan resiko yang tidak disengaja misalnya bencana alam.

Berdasarkan uraian dan penjelasan di atas, kemudian penulis menyimpulkan bahwa pengambilan keputusan kredit adalah aktivitas yang dilakukan melalui tahap analisis, sintesis, dan evaluasi dengan


(23)

menggunakan informasi dari berbagai sumber untuk memberikan dana pinjaman bagi nasabah.

Terkait keputusan kredit, informasi keuangan dapat menjelaskan kepada pihak kreditur tentang bagaimana kondisi perusahaan, misalnya dengan menganalisis laporan arus kas, bank dapat mengetahui potensi arus kas perusahaan di masa depan.

Menurut Kuncoro (2002), proses persetujuan kredit terdiri dari tiga (3) tahap, yaitu tahap prakarsa dan analisis kredit, tahap rekomendasi kredit, dan tahap putusan kredit. Masing-masing tahap dijelaskan sebagai berikut:

1. Tahap Prakarsa dan Analisis Kredit a. Prakarsa dan permohonan kredit

Kegiatan pada tahap ini antara lain adalah penerimaan permohonan kredit oleh nasabah. Permohonan kredit harus diajukan secara tertulis dan menggunakan format yang telah ditentukan oleh bank yang memuat informasi lengkap mengenai kondisi pemohon atau calon nasabah termasuk riwayat kreditnya pada bank lain (jika ada). Atas permohonan tersebut bank akan melakukan penelitian apakah permohonan tersebut diterima atau ditolak, yang mencakup ketentuan apakah usaha nasabah tersebut termasuk pasar sasaran (target market) yang telah ditetapkan, apakah nasabah tersebut termasuk dalam kelompok nasabah yang dapat dilayani dan apakah nasabah tersebut termasuk dalam rencana kerja pemasaran. Ketentuan-ketentuan bank tersebut merupakan pedoman awal dalam pelayanan pemberian kredit yang dibuat berdasarkan pengalaman memberikan kredit yang dikaitkan degan risiko bisnis. Apabila calon nasabah tersebut


(24)

diluar kriteria yang ditentukan oleh bank, maka permohonan langsung ditolak. Sedangkan apabila termasuk dalam kriteria yang dapat dilayani, maka disampaikan kepada calon nasabah bahwa permohonan akan diproses lebih lanjut dan selanjutnya permohonan diserahkan kepada penganalisis kredit.

b. Analisis dan evaluasi kredit

Pada tahap ini, penganalisis kredit melakukan kegiatan pencarian informasi selengkap-lengkapnya dari berbagai sumber mengenai pemohon yang akan dipergunakan dalam menunjang analisis dan evaluasi terhadap 5C kredit pemohon, yaitu

character, capacity, capital, condition, dan collateral.

Dalam analisis tersebut sekurang-kurangnya mencakup informasi sebagai berikut:

1) Identitas pemohon: nama pemohon, domisili, bentuk usaha, jenis usaha, susunan pengurus, legalitas usaha, dan sebagainya. Informasi ini dimaksudkan untuk melihat gambaran awal tentang penanggung jawab utama atas pengelolaan usaha, lokasi usaha, serta keabsahan operasi usaha.

2) Tujuan permohonan kredit, mencakup: jumlah kredit, obyek yang dibiayai, jangka waktu kredit, dan alasan kebutuhan kredit. Informasi ini dimaksudkan untuk memperoleh gambaran bahwa kredit tersebut benar-benar digunakan untuk membiayai usaha, bukan untuk hal-hal yang bersifat konsumtif atau spekulatif.

3) Riwayat hubungan bisnis dengan bank, mencakup: saat mulai, bidang hubungan bisnis, nilai transaksi bisnis, kualitas hubungan bisnis, dan jumlah total nilai hubungan bisnis.


(25)

4) Analisis 5C kredit, meliputi:

 Analisis watak (character) bertujuan untuk mendapatkan gambaran akan kemauan membayar dari pemohon, mencakup perilaku pemohon sebelum dan selama permohonan kredit diajukan.

 Analisis kemampuan (capacity) dilakukan dengan tujuan untuk mengukur tingkat kemampuan mengembalikan kredit dari usaha yang dibiayai, mencakup aspek

manajemen (kemampuan mengelola

perusahaan), aspe produksi (kemampuan berproduksi secara berkesinambungan), aspek pemasaran (kemampuan memasarkan hasil produksi), aspek personalia (kemampuan tenaga kerja dalam mendukung aktivitas perusahaan), dan aspek finansial (kemampuan menghasilkan laba).

 Analisis modal (capital) bertujuan untuk mengukur kemampuan pemohon dalam menyediakan modal sendiri, yang mencakup: besar dan komponen modal, perkembangan laba usaha selama tiga periode sebelumnya, angka rasio perbandingan antara utang dengan modal sendiri (Debt Equity Ratio/DER) dan perkembangan naik turunnya harga saham (bagi perusahaan yang telah go public).

 Analisis kondisi atau prospek usaha

(condition) bertujuan untuk mengetahui

prospektif atau tidaknya suatu usaha yang akan dibiayai, yang meliputi siklus bisnis mulai dari bahan baku (pemasok), pengolahan, dan pemasaran (pembeli)


(26)

 Analisis agunan (collateral) bertujuan untuk mengetahui besarnya nilai agunan yang dapat digunakan sebagai alat pengaman lapis kedua bagi bank dalam setiap pemberian kredit apabila kredit yang diberikan menjadi bermasalah.

c. Perhitungan kebutuhan kredit

Perhitungan kebutuhan kredit dimaksudkan untuk mengetahui secara pasti kredit yang benar-benar dibutuhkan oleh pemohon. Perhitungan kebutuhan kredit disesuaikan dengan jenis kreditnya masing-masing, yaitu sebagai berikut:

1) Kredit Modal Kerja (KMK)

Dalam menghitung kredit modal kerja harus memperhatikan pertumbuhan penjualan, perputaran piutang, perputaran persediaan, perputaran utang, kas.

2) Kredit Investasi

Dalam menghitung kredit investasi, yang perlu diperhatikan adalah biaya proyek keseluruhan dikurangi dengan bagian (sharing) dana sendiri (besarnya sesuai ketentuan bank).

3) Kredit Konsumtif

Hal-hal yang harus diperhatikan dalam menghitung kredit konsumtif meliputi: besarnya gaji suami atau gaji suami ditambah istri, bonafiditas instansi atau perusahaan tempat kerja pemohon, perjanjian kerja sama dengan instansi yang bersangkutan, hubungan bank dengan instansi atau perusahaan khususnya dengan pejabat yang berhubungan dengan pembayaran gaji pemohon, status kepegawaian pemohon, surat kuasa dari pemohon kepada pejabat atau instansi yang berwenang membayar


(27)

gaji dan ada kesanggupan dari pejabat atau instansi tersebut untuk memotong gaji karyawan yang bersangkutan, surat pernyataan dari pemohon bahwa yang bersangkutan tidak mengambil kredit serupa ke bank lain supaya tidak memberatkan kehidupan calon pemohon. 2. Tahap Rekomendasi Kredit

Dalam memberikan rekomendasi kredit, pejabat perekomendasian kredit dapat meminta kelengkapan data dan analisis lebih lanjut dari pejabat pemrakarsa kredit. Di samping itu dapat juga melakukan kunjungan ke lapangan (on the spot) untuk meyakinkan data atau keterangan-keterangan yang disajikan oleh penganalisis kredit. Rekomendasi kredit merupakan suatu kesimpulan dari analisis dan evaluasi atas proposal kredit yang disajikan pada tahap prakarsa dan analisis kredit. Rekomendasi harus secara jelas menguraikan kekuatan dan kelemahan yang akan mempengaruhi kemampuan pemohon untuk memenuhi angsuran yang telah dijadwalkan. 3. Tahap Pemberian Putusan Kredit

Pejabat pemutus memeriksa dan meneliti kelengkapan paket kredit. Berdasarkan pengalaman dan pengetahuan bisnis yang dimiliknya, pejabat pemutus dengan melihat analisis dan evaluasi kredit yang dibuat oleh penganalisis kredit serta rekomendasi kredit yang dibuat oleh pejabat perekomendasian mampu memberikan putusan kredit secara akurat. Pemberian putusan kredit tersebut harus dilakukan oleh pejabat pemutus dan harus dilakukan secara tertulis dan dibuktikan dengan membubuhkan tandatangan pada formulir putusan kredit. Apabila putusan kredit telah diberikan, selanjutnya paket kredit tersebut diserahkan kepada bagian administrasi kredit untuk


(28)

dipersiapkan surat penawaran putusan kredit, dokumen perjanjian kredit, dokumen perjanjian accessoir, dokumen-dokumen untuk pencairan.

2.2. Relevansi Informasi Keuangan

Relevan adalah kemampuan informasi untuk membantu pemakai dalam membedakan beberapa alternatif keputusan sehingga pemakai dapat dengan mudah menentukan pilihan. Bila dihubungkan dengan tujuan pelaporan keuangan, relevan adalah kemampuan informasi untuk membantu investor, kreditor dan pemakai lain dalam menyusun prediksi-prediksi tentang beberapa outcomes dari kejadian masa lalu, sekarang, dan masa depan atau dalam mengkonfirmasi atau mengkoreksi harapan-harapannya (Suwardjono, 2006:169).

FASB, 1980 SFAC No. 2 memuat hierarki karakteristik kualitas informasi akuntansi yang menjelaskan bahwa karakteristik utama yang membuat informasi keuangan berguna untuk pengambilan keputusan adalah relevansi dan reliabilitas. Jika kualitas relevansi dan reliabilitas kurang, maka informasi keuangan tidak akan berguna bagi pemakai dalam pengambilan keputusan. Oleh karenanya, laporan keuangan harus menghasilkan informasi yang sangat relevan dan reliabel. Agar informasi keuangan bersifat relevan, harus tepat waktu dan mempunyai predictive

value atau f eedback value. Agar informasi reliabel, maka

laporan keuangan harus disajikan secara jujur, dapat diuji kebenarannya (verif iability) dan netral. Karakteristik kedua yang membuat informasi keuangan berguna untuk pengambilan keputusan adalah daya banding

(comparability), yang meliputi konsistensi. Karakteristik


(29)

dan reliabilitas, dimana interaksi ini memperbesar kegunaan informasi akuntansi.

Gambar 2.2 Kerangka karakteristik kualitatif informasi akuntansi

SAK paragraf 26 menyatakan bahwa informasi agar bermanfaat maka harus relevan untuk memenuhi kebutuhan pengguna dalam proses pengambilan keputusan. Informasi memiliki kualitas relevan jika dapat mempengaruhi keputusan ekonomi pengguna dengan membantu mereka mengevaluasi peristiwa masa lalu, masa kini, atau masa depan, menegaskan, atau mengoreksi hasil evaluasi pengguna di masa lalu. Peran informasi keuangan dalam peramalan (predictive) dan penegasan (conf irmatory) berkaitan satu sama lain. Misalnya, informasi struktur dan besarnya aset yang dimiliki bermanfaat bagi pengguna ketika mereka berusaha meramalkan kemampuan perusahaan dalam memanfaatkan peluang dan bereaksi terhadap situasi yang merugikan (IAI, 2007: 5).


(30)

Terkait dengan pengambilan keputusan kredit, bank harus menganalisis informasi keuangan UKM terlebih dahulu, untuk menentukan apakah UKM layak diberikan kredit atau tidak. Informasi keuangan UKM harus relevan dengan kebutuhan bank untuk memutuskan kredit.

2.3. Reliabilitas Informasi Keuangan

Reliabilitas adalah kemampuan informasi untuk memberi keyakinan bahwa informasi tersebut benar atau valid. Informasi akan menjadi berkurang nilainya jika pengguna meragukan kebenaran atau validitas informasi tersebut. Informasi akan mempunyai nilai yang tinggi jika pengguna mempunyai keyakinan yang tinggi terhadap kebenaran informasi. (Suwardjono, 2006:171). Reliabilitas informasi keuangan adalah kemampuan informasi keuangan untuk memberi keyakinan bahwa informasi keuangan tersebut benar atau valid.

Agar bermanfaat, informasi juga harus andal

(reliable). Informasi memiliki kualitas andal jika bebas dari

pengertian yang menyesatkan, kesalahan material, dan dapat diandalkan penggunanya sebagai penyajian yang tulus dan jujur (f aithf ul representation) dari yang seharusnya disajikan atau yang secara wajar diharapkan dapat disajikan. Informasi mungkin relevan tetapi jika hakikat atau penyajiannya tidak dapat diandalkan maka penggunaan informasi tersebut secara potensial dapat menyesatkan (IAI, 2007:6).

Reliabilitas diperlukan oleh pihak yang tidak mempunyai cukup waktu atau keahlian untuk memeriksa isi sebenarnya dari informasi tersebut. Kieso (1995:53) mengatakan supaya dapat diandalkan, informasi akuntansi harus mempunyai tiga karakteristik, yaitu dapat diperiksa, kejujuran dalam penyajian, dan netral. Di


(31)

samping itu, White et al., (1993:10) juga mengatakan bahwa reliabilitas tersebut mencakup variability,

representational f aithfulness, dan neutrality. Agar laporan

keuangan dapat dikatakan lebih reliabel, maka penyajiannya harus menggunakan biaya historis (CGA-Ontario, 2005).

Dalam pengambilan keputusan kredit bank harus menganalisis informasi keuangan UKM terlebih dahulu untuk menentukan apakah UKM layak diberikan kredit atau tidak. Informasi keuangan UKM yang berkualitas adalah informasi yang memberikan sinyal reliabel kepada bank. Informasi keuangan tersebut dapat mendukung pengambilan keputusan kredit.

3. M ETODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan strategi explanatory

research, yaitu penelitian yang bermaksud tidak hanya

memberikan gambaran mengenai suatu gejala tertentu yang menjadi fokus perhatian yang ingin dijelaskan, tapi juga bagaimana hubungannya atau pengaruhnya dengan gejala lainnya, dan mengapa hubungan atau pengaruhnya seperti itu.

Penelitian ini bertujuan mengkaji apakah informasi keuangan UKM relevan dan reliabel dalam pengambilan keputusan kredit bank. Artinya apakah informasi keuangan yang disajikan oleh UKM dibutuhkan oleh ban k dalam menentukan pemberian kredit. Penelitian ini dilakukan di Bank Perkreditan Rakyat (BPR) di kota Salatiga, dengan menggunakan pendekatan analisis data kualitatif dengan metode deskriptif dimana akan dijelaskan dan disusun secara sistematis dari data hasil wawancara dan observasi yang diperoleh.

BPR yang bersedia menjadi narasumber dalam penelitian ini antara lain BPR Kridaharta, BPR Kandimadu


(32)

Arta, BPR Artha Mertoyudan, BPR Satya Artha, dan BPR Kedung Arto. Narasumber dalam penelitian ini adalah pegawai bank yang bertugas di bagian kredit. Tidak semua BPR di Kota Salatiga bersedia untuk menjadi narasumber sehingga digunakanlah pemilihan narasumber menggunakan metode Convenience Sampling yaitu narasumber yang dipilih dengan pertimbangan kemudahan untuk memperoleh data yang dibutuhkan dalam penelitian ini. Peneliti melakukan wawancara dengan panduan daftar pertanyaan yang sudah dibuat. 3.1 Definisi Operasional

3.1.1 Relevansi Informasi Keuangan.

Relevansi informasi keuangan adalah kemampuan informasi keuangan untuk membantu investor, kreditor dan pemakai lain dalam menyusun prediksi-prediksi tentang beberapa outcomes dari kejadian masa lalu, sekarang, dan masa depan atau dalam mengkonfirmasi atau mengkoreksi harapan-harapannya (Suwardjono, 2006:169). 3.1.2 Reliabilitas Informasi Keuangan.

Reliabilitas informasi keuangan adalah kemampuan informasi keuangan untuk memberi keyakinan bahwa informasi keuangan tersebut benar atau valid (Suwardjono, 2006:171).

3.1.3 Pengambilan Keputusan Kredit.

Pengambilan keputusan kredit adalah aktivitas yang dilakukan melalui tahap analisis, sintesis, dan evaluasi dengan menggunakan informasi dari berbagai sumber untuk memberikan dana pinjaman bagi nasabah.


(33)

3.2 Langkah Analisis Data

Langkah analisis yang dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Data yang sudah diperoleh dikelompokkan berdasarkan hasil dari indeks interview sehingga memudahkan interpretasi.

2. Interpretasi dilakukan berdasarkan hasil dari interview, khususnya berkaitan tentang relevansi, reliabilitas, dan pengambilan keputusan.

3. Membuat kesimpulan secara menyeluruh.

Gambar 3.1 Kerangka Operasional Penelitian 4. ANALISIS DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

Penelitian ini dilakukan di beberapa Bank Perkreditan Rakyat (BPR) di wilayah kota Salatiga. BPR tersebut antara lain BPR Kridaharta, BPR Kandimadu Arta, BPR Artha Mertoyudan, BPR Satya Artha, dan BPR Kedung Arto. Terdapat tiga (3) jenis kredit antara lain kredit modal kerja,

Pengambilan Ke putusan

Informasi Keuangan

Relevansi Re liabilitas

Informasi Non Keuangan


(34)

kredit investasi, dan kredit konsumtif. Sebagian besar kredit yang diberikan kepada masyarakat adalah kredit modal kerja. Kredit modal kerja merupakan kredit yang biasanya dipergunakan untuk menambah modal kerja suatu usaha, seperti pembelian bahan baku, biaya-biaya produksi, pemasaran, dan modal kerja untuk operasional lainnya. Sedangkan kredit investasi merupakan kredit yang diberikan untuk pembelian barang-barang modal. Kredit konsumtif merupakan kredit untuk membiayai barang-barang konsumtif.

4.2 INFORM ASI KEUANGAN

4.2.1 Relevansi Informasi Keuangan

Hasil penelitian menyebutkan bahwa tidak semua UKM mempunyai laporan keuangan. Bagi UKM yang mempunyai laporan keuangan, BPR menggunakan informasi yang ada dalam laporan keuangan tersebut untuk pengambilan keputusan. Kebanyakan dari UKM hanya mencatat jumlah uang yang diterima dan dikeluarkan, jumlah barang yang dibeli dan dijual, dan jumlah piutang atau utang. Namun, pencatatan itu hanya sebatas pengingat saja dan tidak dengan format yang dibutuhkan pihak bank. Hal ini menunjukkan sebagian besar UKM melakukan pencatatan berdasarkan cash basis. BPR melakukan wawancara langsung kepada pihak UKM untuk mendapatkan informasi keuangan dari UKM. BPR akan


(35)

sesuai dengan format masing-masing bank, karena apabila tanpa catatan atau bukti-bukti yang dikumpulkan maka akan kesulitan membuat laporan keuangan berdasarkan

cash basis.

BPR mengakui bahwa informasi keuangan UKM sangat berguna untuk memprediksi arus kas UKM di masa depan. Beberapa jawaban narasumber ketika diwawancarai adalah seperti dibawah ini:

“Dibandingkan dengan tahun yang lalu, ada istilahnya laba

ruginya itu ada peningkatan atau penurunan. Dari situ kita bisa membaca untuk naik turunnya transaksi ya. Kalau aku menggambarkan itu perkembangan usahanya kan kalau dari laporan keuangannya kan kita membaca dari angka-angkanya kan, nah dari angka-angkanya itu dari tahun yang lalu dengan tahun yang sekarang itu perkembangannya gimana. Dasarnya kan itu. Trus, kemudian kalau yang untuk prediksi tahun depan kan kita jelas tidak bisa memprediksikan secara pasti. Semuanya kan tetap cuma dikira-kira sebagaimana kita membuat anggaran, kita pun nggak bisa mmprediksikan untuk kedepannya mesti segini, cuma usaha untuk pencapaian itu kan ada. Jadi kalau dari calon nasabah, kita prediksikan untuk kedepannya kita lihat dari arus transaksi keuangannya. Kalau dasarnya di tempat kita selain dari laporan kan transaksi dari buku tabungan. Kan kita bisa membaca

alurnya untuk transaksi usahanya UKM bagaimana.”

Pernyataan diatas menunjukkan bahwa informasi keuangan berguna untuk memprediksi arus kas di masa depan dengan cara membandingkan informasi keuangan UKM dengan tahun yang lalu apakah laba atau rugi mengalami peningkatan atau penurunan. Pernyataan diatas didukung juga dengan pernyataan narasumber berikut ini:

“Dari UKM kita tau nanti dilihat dari neracanya dulu, sehingga

kelihatan oh ternyata itu berkembang atau tidak, sehingga kita nanti bisa membuat grafiknya, disitu dapat dilihat grafik-grafik itu kadang kala ada yang naik ada yang turun. Nanti kalau memang ada yang naik brarti bisa


(36)

BPR dapat membuat grafik untuk melihat pertumbuhan usaha UKM sehingga dapat memprediksi cash

f low di masa depan. Di sisi lain ada BPR yang menganggap

informasi keuangan belum tentu dapat digunakan untuk memprediksi arus kas di masa depan, seperti yang diungkapkan salah satu narasumber yang menyatakan bahwa:

“Kalau usahanya itu memang selalu dicari orang, itu cash flownya

akan tetap masuk terus, kelontong itu pasti, warung makan, usaha kayu. Yang aku pakai acuan dari pertanyaan itu ya kelangsungan usahanya,

ini usahanya ga akan mati lah, nggak bakal tutup.”

Pernyataan diatas menunjukkan bahwa BPR menganggap informasi keuangan belum tentu berguna untuk memprediksi arus kas di masa depan disebabkan karena BPR tersebut lebih fokus pada keberlangsungan usaha UKM. BPR lebih fokus melihat apakah jenis usaha yang dijalankan UKM tersebut diminati oleh masyarakat atau tidak. Jika jenis usaha tersebut diminati masyarakat maka dapat dipastikan UKM dapat berlangsung lama (survive).

Berkaitan dengan penyajian informasi keuangan yang menunjukkan kondisi UKM saat ini pada saat mengajukan kredit, BPR menyatakan bahwa informasi keuangan UKM harus merupakan informasi keuangan tiga (3) bulan terakhir sebelum pengajuan kredit. Beberapa jawaban narasumber ketika diwawancarai adalah seperti dibawah ini:

“Laporan itu kan bisa dideteksi dan betul-betul baru, betul-betul valid, kalau dia nggak valid nggak mungkin dilaporkan. Kalau di dalam


(37)

UKM kebanyakan kan ada ketuanya, dari UKM mesti dia biasanya jujur. Dia tidak akan menutup-nutupi dari usahanya dia. Sehingga 3 bulan dia otomatis berkembang berkembang terus, sehingga kalau kami pakai 3

bulan aja.”

“Kita kan kalau meminta data laporan keuangan kalau untuk

nasabah kan 3 bulan terakhir. Dari rekening koran, dari rekening tabungan, terus dari transaksi atau faktur-faktur, kwitansi-kwitansi

penjualannya kan kita minta 3 bulan terakhir. Kan updatenya disitu.” “Laporan harus merupakan yang terupdate karena nanti itu akan jadi tombak atau putusan kredit, tapi bank harus jeli itu bener laporan nggak? Kadang ada yang direkayasa, harus dicocokkan dengan alur itu kemana, sinkron nggak dengan alur kas di tabungan. Nah itu yang paling penting. Bisa dilihat juga dengan stok barang. Kalo laporannya bagus,

tapi barangnya gak ada kan itu brarti mengada-ada.”

Pernyataan di atas menunjukkan bahwa untuk memastikan informasi keuangan yang disajikan tersebut merupakan laporan terkini (update), BPR membuat laporan sendiri berdasarkan hasil survei ke lokasi usaha UKM. BPR sangat menekankan prinsip kehati-hatian atau kejelian dalam menganalisis laporan keuangan UKM, apakah informasi keuangan tersebut benar-benar sesuai dengan keadaan sebenarnya atau tidak. BPR melakukan pengecekan silang terhadap nilai persediaan barang yang terdapat di gudang UKM dengan informasi keuangan yang diperoleh BPR.

BPR menyatakan bahwa informasi keuangan UKM sangat mempengaruhi keputusan kredit. Seperti yang diungkapkan oleh beberapa narasumber sebagai be rikut:

“Laporan keuangan untuk membuktikan usahanya bener-bener jalan, nggak bohong. Dan bagi dia sebetulnya laporan keuangan ini kan alat control dia. Kalau posisinya begini, kapan harus nambah stok,


(38)

Pernyataan diatas menunjukkan bahwa informasi keuangan UKM digunakan untuk membuktikan bahwa usaha yang dijalankan berjalan baik. Selain itu informasi tersebut merupakan alat kontrol untuk UKM. Dengan melihat informasi keuangan UKM, BPR dapat melihat kemampuan bayar nasabah, sehingga informasi keuangan tersebut turut mempengaruhi keputusan BPR untuk memberikan kredit atau tidak. Seperti yang diungkapkan narasumber berikut ini:

“Lewat laporan keuangan akan muncul kemampuan bayar nasabah”

“Otomatis dilihat cash flow hariannya gimana, dia ada neraca

kecilnya sehingga kalau ada kredit bisa dicairkan.”

“Dilihat dari hasil perkembangannya laporan keuangannya itu

bagus kan otomatis usahanya masih jalan dan masih bonafit. Tapi kalau laporan keuangannya jelek kan usahanya mengalami penurunan. Laporan keuangan yang umum, dari usaha-usaha yang kita danai kebanyakan mereka ga punya laporan keuangan secara baku, makanya kita cuma lihat dari slip-slip transaksi dia sama buku tabungannya dia. Kan biasanya mreka kan pembukuannya sederhana, sekarang masuk penjualan ini, penjualan segini, kita kroscekkan aja omsetnya bulan ini

sama bulan kemarin, kan kelihatan.”

BPR menyatakan bahwa informasi keuangan berguna untuk mengevaluasi keadaan UKM di masa lalu. Seperti yang diungkapkan narasumber berikut ini:

“Laporan keuangan bisa jadi digunakan untuk mengevaluasi

keadaan di masa lalu, karena merupakan flash back kebelakang naik

turunnya usaha.”

“UKM biasanya memberi laporan, biasanya kalau kami survei dia

dimintai laporan 3 bulan kebelakang, jadi misalnya untuk desember kita minta okt nov des. nah itulah yang digunakan untuk survei. Itu nanti trus diambil rata-rata, oh ternyata UKM memang betul-betul berjalan atau


(39)

tidak, kan kelihatan gitu. Biasanya ada perbandingan. Kalau hanya 1-2

bulan kami nggak berani. Minimal 3 bulan.”

“Iya jelas, dari situ terekam semua transaksi-transaksinya, jadi kita mudah mengambil keputusannya, o transaksi tahun kemarin segini, transaksi bulan kemarin segini, kan tinggal jumlahkan, kita membuatnya kita terjemahkan sendiri, dari transaksi tabungan kita rekap sendiri setiap bulannya. Lalu kalau dari para pengusaha kan gak sampai pemikiran

sampe situ, kalo kita kan merekap satu per satu, lalu dibandingkan aja.”

Untuk mengetahui naik turunnya usaha yang dijalankan UKM, ada juga narasumber yang membandingkan informasi keuangan selama 1 atau 2 tahun sebelumnya. Selain itu salah satu BPR menyatakan bahwa ada UKM yang membuat evaluasi tentang usahanya sehingga ada perbandingan yang dapat dilihat BPR melalui evaluasi tersebut. Bagi nasabah yang tidak punya laporan keuangan, untuk nasabah baru, BPR mencari informasi tentang masa lalu UKM yang bersangkutan dengan melakukan wawancara ke supplier, kolega, rekan bisnis, maupun lingkungan sekitar UKM untuk mencari tahu sejarah usaha UKM yang bersangkutan. Untuk nasabah lama, BPR lebih mudah untuk mengevaluasi keadaan di masa lalu dengan melihat perkembangan usaha UKM dan apakah ada penambahan aset. Selain itu BPR juga menggunakan pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki petugas BPR selama ini untuk menjadi lebih peka supaya bisa memutuskan apakah nanti proses pemberian kredit ini berakhir dengan baik.


(40)

Informasi keuangan juga sangat membantu BPR untuk memahami keadaan UKM di masa sekarang, seperti yang diungkapan narasumber sebagai berikut:

“Karena kita tau dari keuangan itu, sehingga perputarannya kelihatan, dilihat dari usahanya dari cash flownya kan kelihatan maju

dan tidaknya usaha.”

“Ya dari beberapa bulan transaksi itu kita simpulkan, o sekarang

kondisi usahanya gini.”

Dari pernyataan di atas, dengan melihat perputaran usaha dan cash f low UKM, bisa dilihat apakah UKM tersebut dapat mempertahankan usaha yang dijalankan dan mampu bersaing dengan usaha yang lainnya atau tidak. BPR mengakui informasi tersebut juga sangat membantu BPR untuk memperkirakan kejadian-kejadian seperti apa yang akan terjadi di masa mendatang. Seperti yang diungkapkan oleh narasumber sebagai berikut:

“Bisa juga ya atau tidak, kalau ya memang kan lihat perputaran

itu, kalau tidak, kan ada mungkin UKM selama ini banyak yang jujur tapi kan lihat dari ketuanya, tapi kalau UKM yang kecil-kecil kadang kala tidak jujur dalam laporannya, karena apa? Dia kadang kala kan nggak bisa membuat pembukuannya dari membuat neraca dll kan nggak bisa. Kalau

dia sudah ada pembukuannya lebih enak itu.”

“Itu nanti akan muncul prediksi-prediksi di kemudian hari, kira-kira bisa bayar gak nanti, tentang jangka waktu yang dia ajukan ke

bank.”

“Untuk masa depan kan kalau secara mikro nggak bisa secara

teoritis, akhirnya kita kadang feeling aja. Nggak bisa kita menentukan secara pasti. Kadang yang kita tentukan pasti, ditengah jalan ada

apa-apa.”

Untuk memperkirakan kejadian di masa mendatang, BPR melihat perputaran usaha UKM, menanyakan tujuan


(41)

penggunaan dana pinjaman yang diajukan, dan menggunakan pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki petugas BPR selama ini untuk menjadi lebih peka supaya bisa memprediksi kejadian-kejadian di masa mendatang.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa informasi keuangan yang diterima dari UKM relevan bagi BPR dalam pengambilan keputusan kredit. Informasi keuangan UKM digunakan untuk memprediksi keadaan UKM secara menyeluruh. Dalam hal ini yang dimaksudkan relevan adalah informasi keuangan sangat mempengaruhi pengambilan keputusan kredit UKM. Letak pengaruhnya ditunjukkan dalam analisis capital dan capacity yang dijelaskan sebagai berikut:

1. Capital

Analisis modal (capital) bertujuan untuk mengukur kemampuan pemohon dalam menyediakan modal sendiri, yang mencakup: besar dan komponen modal, perkembangan laba usaha, angka rasio perbandingan antara utang dengan modal sendiri. Analisis yang dilakukan sebagai berikut:

a) Modal

Untuk mengetahui besarnya nilai modal, BPR membuat neraca sederhana. Bagi UKM yang sudah membuat laporan keuangan maka harus melampirkan laporan keuangan tersebut dan juga menyalin ke dalam formulir permohonan kredit


(42)

UKM yang tidak membuat laporan keuangan maka BPR menghitung sendiri dari hasil wawancara di lapangan dan dicatat dalam formulir permohonan kredit. Informasi keuangan yang dibutuhkan meliputi informasi harta atau kekayaan berupa kas, tabungan atau deposito, barang dagangan, piutang dagang, sawah atau pekarangan, bangunan, kendaraan, dan modal (investasi) serta hutang/kewajiban (hutang bank, hutang dagang, hutang lain-lain (koperasi/PKK/lainnya).

b) Laba usaha

Untuk mengetahui perkembangan laba usaha, informasi yang diperoleh dari UKM berupa informasi penerimaan dan pengeluaran. Sehingga dengan membandingkan penerimaan dan pengeluaran UKM, BPR dapat menilai laba rugi yang diperoleh karena sebagian besar UKM menggunakan cash basis. BPR membandingkan informasi keuangan UKM dengan tahun yang lalu apakah laba usaha mengalami peningkatan atau penurunan dengan membuat tren yang sangat berguna untuk menggambarkan informasi keuangan di masa yang akan datang. c) Rasio

Rasio yang dipakai BPR dalam penelitian ini antara lain Repayment capacity dan collateral. BPR tidak memperhitungkan rasio-rasio seperti yang


(43)

keuangan UKM tidak memenuhi syarat untuk perhitungan rasio. Pencatatan yang dilakukan UKM hanya sederhana mencakup harga beli, harga jual, kemudian diperoleh keuntungan. Sebagian besar BPR hanya menggunakan analisa cash f low. Analisa arus kas dinilai sangat penting karena kemampuan membayar nasabah bukan dari modal yang dimiliki atau besarnya laba yang akan diperoleh, tetapi dari kondisi kas yang ada. Sisa kas bersih juga menunjukkan besarnya angsuran yang mampu dibayar oleh nasabah. Dalam lingkup BPR, apabila penerapannya terlalu detail maka BPR akan kesulitan dalam mencari nasabah karena BPR akan dianggap mempersulit pengajuan kredit.

2. Capacity

Analisis kemampuan (capacity) dilakukan dengan tujuan untuk mengukur tingkat kemampuan mengembalikan kredit dari usaha yang dibiayai. Untuk mengukur tingkat kemampuan mengembalikan kredit, seluruh BPR melakukan analisis terhadap informasi keuangan UKM, yaitu dengan menghitung:

Penghasilan bersih (C):

Total pendapatan rata-rata tiap bulan – pengeluaran rata-rata tiap bulan

Kemampuan angsuran tiap bulan:


(44)

Plafond Kredit:

Taksiran Harga Pasar collateral (THP) x Collateral Coverage (CC)

*THP kendaraan 60%

*THP Sertifikat tanah 60-80% Angsuran:

Plafond kredit / jangka waktu = xxx Plafond kredit x bunga = xxx +

xxx

Misalnya penghasilan bersih UKM sebesar Rp 1.240.000,- maka:

Kemampuan angsuran tiap bulan:

Debit Service Ratio (DSR) x penghasilan bersih (C) 30% x Rp 1.240.000,-

Rp 372.000,-

Apabila diketahui Taksiran Harga Pasar jaminan sebesar Rp 7.500.000,- maka:

Plafond Kredit:

Taksiran Harga Pasar collateral (THP) x Collateral Coverage (CC)

Rp 7.500.000,- x 60% Rp 4.500.000,-

Misalnya jangka waktu pinjaman selama 30 bulan dan bunga pinjaman sebesar 2,5% maka jumlah angsuran yang akan dibayar calon nasabah dapat dihitung sebagai berikut:


(45)

Angsuran:

Plafond kredit / jangka waktu

Rp 4.500.000,- / 30 bulan = Rp 150.000,- (Pokok angsuran)

Plafond kredit x bunga

Rp 4.500.000,- x 2,5% = Rp 112.500,- + = Rp 262.500,-

Setelah melakukan perhitungan diatas, BPR membandingkan nilai angsuran sebesar Rp 262.500,- dengan kemampuan angsuran tiap bulan sebesar Rp 372.000,-. Perhitungan tersebut menunjukkan nilai angsuran tidak melebihi kemampuan angsuran tiap bulan, maka dapat disimpulkan bahwa calon nasabah layak diberi pinjaman dengan meyakini bahwa dana mencukupi untuk membayar angsuran tiap bulan. 4.2.2 Reliabilitas Informasi Keuangan

Hasil penelitian menemukan bahwa informasi keuangan UKM pada BPR di wilayah Salatiga tidak reliabel dalam pengambilan keputusan kredit (kurang dapat dipercaya). Pada umumnya usaha dalam skala besar menggunakan jasa audit untuk menilai tingkat reliabilitas informasi keuangan yang terkandung di dalam laporan keuangan. Dalam penelitian ini UKM termasuk dalam skala usaha kecil dan menengah yang laporan keuangannya jarang atau bahkan tidak pernah diaudit. Sebagian besar UKM masih kurang memahami pencatatan keuangan dan pencatatannya masih sederhana yaitu sebatas pencatatan


(46)

jumlah uang yang diterima dan dikeluarkan, jumlah barang yang dibeli dan dijual, dan jumlah utang atau piutang. Oleh karena itu, BPR menjalankan peran sebagai auditor untuk menilai reliabilitas informasi keuangan UKM.

BPR menyediakan formulir untuk membuat laporan keuangan UKM. Hal ini menunjukkan bahwa formulir dianggap lebih reliabel karena informasi yang dimasukkan dalam formulir merupakan hasil penggalian informasi langsung dari calon nasabah. Formulir permohonan kredit yang dibuat BPR membantu untuk menganalisis indikator

5C (Character, Colateral, Capital, Capacity, Condition). Hal ini

dilakukan untuk meyakinkan BPR atas informasi keuangan yang diterima dari UKM.

Berdasarkan hasil wawancara, BPR menyatakan bahwa laporan keuangan UKM belum tentu menyajikan informasi yang sesuai dengan keadaan yang sebenarnya (jujur). Beberapa jawaban narasumber sebagai berikut:

“Belum tentu UKM menyajikan laporan yang sesuai keadaan

sebenernya. Kadang orang kepengen goalnya ya, tapi kalau dia amatiran ya nanti akan kebaca oleh bank yang ngerti. Tapi kalo bank mungkin blm pengalaman ya nerima aja. Kita kan ada kroscek juga, kalo perdagangan di supplier, kalau jasa di rekanan gitu. Nanti kita kroscek, bener nggak ini usahanya, bener nggak kemampuannya kapasitasnya seperti ini, dan

seterusnya. Ada kroscek nanti.”

Jawaban narasumber diatas diperkuat dengan pernyataan narasumber lainnya yang diungkapkan sebagai berikut:

“Di dalam hal ini, kalo kita langsung taksasi kesana biasanya dia


(47)

memberikan nota-nota. Nah nota itu diberikan ini pak, seperti ini, penjualan ini, penjualan ini, sehingga kita nanti membuatkan neraca sederhana, sehingga kita kan bisa melihat kejujurannya dia dalam belanja, seperti itu. BPR turut membantu membuat neraca sederhana. Sehingga kebanyakan UKM kecil-kecil nggak punya pembukuan, jadi dibuatkan penyajiannya si ini, dan nanti biasanya bisa melanjutkan

sendiri.”

“Kita mengacunya pada bukti-bukti transaksi dia sama buku tabungan. Udah, mereka nggak punya pembukuan dobel itu. Yang jelas mereka Cuma punya buku-buku, nota-nota kayak gini, seperti nota-nota penjualan, buku rekapan, terus dikroscekkan dengan buku tabungan. Udah, kalau keluar masuk dari buku tabungan kan udah jelas itu memang

bener duit dia.”

Pernyataan diatas menunjukkan bahwa BPR perlu mengecek ulang (kroscek) dan melakukan survei lebih dari sekali untuk melihat keadaan UKM yang sebenarnya. Kroscek ini dilakukan dengan menghubungi pihak-pihak terkait seperti penduduk sekitar UKM dan mendatangi lokasi keberadaan agunan. BPR juga meminta data pendukung dari UKM antara lain buku rekening tabungan dan catatan transaksi yang dilakukan yang disertai dengan nota-nota. Bagi UKM yang belum melakukan pencatatan keuangan diminta menyerahkan dalam bentuk nota-nota transaksi, kemudian BPR akan membantu membuat laporan keuangan UKM secara sederhana, sehingga hal ini akan lebih meyakinkan BPR terkait kebenarannya. Seperti yang terjadi pada salah satu narasumber, apabila UKM tidak bisa membuat laporan keuangan maka UKM yang bersangkutan akan jujur menyampaikan kepada pihak BPR, sehingga BPR akan membantu membuatkan laporan keuangan sederhana yang didukung dengan nota-nota yang diserahkan UKM.


(48)

Informasi keuangan yang didapat dari nota-nota UKM dicatat dalam formulir yang berisi format laporan keuangan, sehingga sekaligus dapat digunakan UKM yang belum melakukan pencatatan keuangan ketika ingin mengajukan kredit.

Demikian halnya dengan penyusunan laporan keuangan berdasarkan konsep dasar akuntansi. Beberapa jawaban responden mengenai hal ini sebagai berikut:

“Mereka bener-bener nggak pakai laporan yang baku kayak debit kredit, jarang banget. Mereka cuma pemasukan hari ini segini, dulu dari tengkulak segini, brarti untung segini. Cuma dijumlah aja ooo labanya hari

ini segini. Cuma gitu… Trus laba segini dimasukkan setor tabungan, omset

yang diterima hari itu dimasukkan tabungan. Kalau mereka ditanya tentang akuntansi ya mereka memang nggak ngerti. Simpel penerimaan

pengeluaran untung rugi.”

“Banyak UKM-UKM biasanya diberi penyuluhan oleh Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi, dan UMKM. Dia biasanya diberi garis besar atau pembelajaran dalam penyusunan pembuatan neraca dan laporan keuangan lainnya, sehingga dia kadangkala bisa membuat sendiri gitu. Itu kerap kali ada suatu pelatihan-pelatihan seperti itu di

UKM.”

Pernyataan di atas menunjukkan bahwa UKM selama ini diberi penyuluhan oleh Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi, dan UMKM Kota Salatiga tentang pembuatan neraca dan laporan keuangan lainnya. Dalam penyuluhan tersebut, UKM diberi garis besar atau pembelajaran penyusunan laporan keuangan supaya UKM bisa membuat laporan sendiri. Informasi keuangan yang terkandung di dalamnya dapat dipahami pembuat laporan keuangan dan BPR sebagai penggunanya. Pelatihan tersebut didanai oleh pemerintah dan dilaksanakan minimal dua (2)


(49)

kali dalam setahun. Dengan adanya pelatihan tersebut, UKM yang mengajukan kredit meskipun tidak banyak yang sudah menerapkan pelatihan tersebut, namun minimal sudah ada yang menerapkan dalam membuat laporan keuangannya dengan mencatat posisi debit, kredit, saldo. Pencatatan posisi debit kredit juga tergantung tingkat pemahaman pemilik UKM yang yang didasarkan tingkat pendidikan pemilik. Narasumber lain dalam penelitian ini menilai bahwa belum tentu laporan keuangan UKM telah disusun berdasarkan konsep dasar akuntansi, tergantung dari skala usahanya. Seperti yang diungkapkan berikut ini:

“Tergantung dari skala usaha. Kalau usaha mungkin menengah, mungkin masih sederhana, tapi kalau usahanya sudah diatas, mungkin

omset sudah bagus dan seterusnya, sudah secara akuntansi.”

Pernyataan di atas menunjukkan bahwa skala usaha besar pada umumnya sudah disusun berdasarkan konsep dasar akuntansi, sedangkan skala usaha menengah kebawah masih disusun secara sederhana. Kebanyakan skala usaha menengah kebawah belum membuat laporan keuangan, sehingga BPR membantu dalam menyusun laporan keuangan UKM. Selain itu, dalam menyusun laporan keuangan, UKM kurang menguasai istilah-istilah dalam akuntansi. Sebagian besar UKM hanya mengetahui penerimaan, pengeluaran, laba dan rugi.

Rata-rata narasumber menyatakan bahwa informasi keuangan yang disajikan UKM belum tentu tidak memihak atau tidak ditujukan untuk keuntungan salah satu pihak


(50)

yang merugikan pihak lain. Dengan kata lain, laporan keuangan yang disajikan UKM untuk BPR yang bersangkutan digunakan juga untuk pengajuan kredit di tempat lain. Seperti yang diungkapkan narasumber berikut ini:

“Pernah ada, jadi dia kan sebetulnya hanya untuk disini, tapi

ternyata tidak. Dia membuat juga untuk laporan ke lainnya. Sehingga dia kan ada yang merugikan, dia ternyata untuk pengajuan bukan hanya

disini. Dan betul, pihak lain itu memang ada.”

“Belum tentu, kadang pelaporannya dibagus-bagusin biasanya, atau mungkin juga untuk kepentingan tertentu. Kalau apa adanya

biasanya untuk internal.”

Di sisi lain, ada narasumber mengungkapkan laporan keuangan UKM disusun untuk kepentingan bank semata. Kadang-kadang laporan keuangan UKM disajikan sebagus dan serapi mungkin hanya untuk tujuan memperoleh kredit. Untuk meyakinkan bahwa informasi keuangan tersebut tidak memihak atau merugikan pihak lain, BPR melakukan pengecekan pada data-data pendukung yang telah dimiliki. Salah satu narasumber menyatakan bahwa UKM tidak ada tujuan lain saat membuat laporan keuangan karena laporan tersebut disusun sesuai transaksi yang terjadi pada setiap harinya. Seperti yang diungkapkan oleh narasumber berikut ini:

“Mereka membukukannya berdasarkan hari itu. Pemikiran mereka

mencatat apa yang terjadi pada mereka. Nggak punya tujuan ‘yang mau

dicatat besok dibikin gini, atau gini, misalnya kalau mau mengajukan

disana dibuat kayak gini’. Kebanyakan bukunya itu sudah sampai lusuh,

dan mereka sore harinya mengklopkan jumlah yang dicatat dengan


(51)

Secara ideal, penyajian laporan keuangan harus rinci dan lengkap. Artinya informasi keuangan yang terkandung dalam laporan keuangan harus sesuai dengan standar pelaporan keuangan yang mencakup informasi aset hingga beban-beban. Jika dikaitkan dengan UKM, jarang ditemukan penyajian informasi keuangan yang ideal seperti yang dimaksudkan di atas. UKM cenderung menyajikan informasi yang sederhana, dalam hal ini hanya menyangkut informasi penerimaan dan pengeluaran. Hasil penelitian ini menemukan bahwa BPR menilai laporan keuangan yang diserahkan UKM belum tentu rinci dan lengkap. Beberapa jawaban responden sebagai berikut:

“UKM masih asal-asalan, justru pihak bank sendiri kedepannya malah mengarahkan. Sekarang saya terima seperti ini, malah minta tolong

dirapiin.”

“Ada yang rinci, ada yang tidak. Sehingga tadi kan ada to, yang

rinci tadi ada nota-notanya itu, sehingga tau dia beli ini ini rinci sekali, ada yang tidak. Kalo dia lengkap kan rinci sekali beserta dengan notanya.

Sehingga kita pembuatan neracanya dibuktikan dengan nota-nota itu.”

“Mereka cuma punya 1 buku, ya yang terjadi transaksi pada

mereka ya cuma itu. Nggak ada buku-buku yang lain. Jadi kalau kita survei minta buku dan slip-slipnya, ya yang dikasi ya buku itu, nggak ada yang lain. Dan memang yang dicatat disitu ya transaksi yang terjadi pada tanggal itu. Karena kalo ada penyimpangan, buat mereka buat apa, wong

buat mereka malah jadi bingung.”

Berdasarkan pernyataan di atas, BPR lebih sering membantu melengkapi informasi keuangan UKM. Proses melengkapi informasi keuangan ini dilakukan dengan cara BPR bertanya langsung kepada UKM terkait informasi keuangan tertentu yang belum lengkap dan rinci penyajiannya. Dengan kata lain, BPR berperan memberikan


(52)

pendampingan untuk melengkapi informasi keuangan agar sesuai kebutuhan BPR yang didukung dengan format formulir pengajuan kredit yang didalamnya berisi informasi keuangan UKM.

BPR menyatakan bahwa informasi keuangan yang benar-benar disajikan sesuai pencatatan akuntansi akan dapat meningkatkan kepercayaan BPR terhadap UKM, namun sebaliknya jika penyajiannya sederhana, maka BPR merasa masih memerlukan data pendukung untuk meyakinkan BPR terhadap UKM tersebut. Hasil penelitian ini menemukan bahwa sebagian besar BPR mengakui bahwa informasi keuangan UKM dapat meningkatkan kepercayaan BPR terhadap UKM. Tingkat kepercayaan ini didukung terlebih dahulu melalui pengecekan dokumen pendukung,

BI checking, kroscek ke lokasi UKM, pengecekan ke lokasi

keberadaan agunan. Selain itu BPR melihat karakter nasabah dengan melakukan proses wawancara dengan nasabah dan mencari informasi dari warga sekitar mengenai karakter nasabah untuk mendukung meningkatkan kepercayaan BPR terhadap UKM.

Dalam proses pengambilan keputusan kredit, BPR tidak hanya menggunakan informasi berupa nilai akun

(account) yang tertera dalam laporan keuangan, tetapi juga

melibatkan informasi non keuangan yang mencakup

character, collateral, dan condition dari calon nasabah.


(53)

1. Character

Analisis watak (character) bertujuan untuk mendapatkan gambaran akan kemauan membayar dari pemohon, mencakup perilaku pemohon sebelum dan selama permohonan kredit diajukan. Beberapa indikator untuk menilai karakter calon nasabah, diantaranya:

a) Reputasi dan komitmen dalam melunasi pinjaman

 BI checking

BI checking merupakan suatu proses pengecekan

yang dilakukan oleh lembaga keuangan baik bank maupun non bank, melalui suatu sistem yang disebut Sistem Informasi Debitur (SID) yang dikelola oleh Bank Indonesia. Output yang diperoleh dari pengecekan disebut Informasi Debitur Individual (IDI). Di dalam IDI dapat diketahui hal-hal yang berkaitan dengan kondisi pembayaran debitur, yang digambarkan dengan informasi hari tunggakan dan kualitas kredit, seperti apakah status pembayarannya lancar, kurang lancar, dalam perhatian khusus, diragukan atau macet. Setelah melakukan pengecekan historical keuangan atau pinjaman calon nasabah, apabila nasabah mempunyai tunggakan yang belum dibayar di bank lain, maka BPR tidak dapat melanjutkan proses pemberian kredit tersebut.


(54)

Supplier

BPR melakukan konfirmasi ke supplier tentang UKM yang bersangkutan terkait kelancaran pembayaran pembelian bahan maupun barang dagangan yang dibeli dari supplier serta posisi tiga (3) bulan terakhir mengenai informasi utang piutang yang berhubungan dengan supplier.

b) Reputasi secara umum

Informasi yang diperoleh melalui wawancara dengan warga sekitar tentang calon nasabah di lingkungannya antara lain tentang kejujuran, tepat janji, calon nasabah bukan penjudi, tidak ada kasus kriminal.

2. Collateral

Analisis agunan (collateral) bertujuan untuk mengetahui besarnya nilai agunan yang dapat dipergunakan sebagai alat pengaman lapis kedua bagi bank dalam setiap pemberian kredit apabila kredit yang diberikan bermasalah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai agunan dapat diketahui BPR dengan melihat kondisi barang yang akan digunakan sebagai jaminan. Pada umumnya BPR melihat dari harga pasar, harga beli makelar, dan harga di media online. Beberapa hal yang diperhatikan dalam menganalisis collateral meliputi:

 Legalitas

BPR harus memperhatikan legalitas agunan yang akan digunakan sebagai jaminan apabila kredit yang


(55)

dilakukan antara lain data-data Sertifikat (Sawah, Pekarangan, dll) meliputi No. Girik/SHM, Luas (m), Atas nama, Desa, Kecamatan, Kabupaten, Pemilik (Sendiri/orang lain), Harga NJOP, Taksiran Harga Pasar (THP). Untuk agunan kendaraan dilakukan pengecekan legalitas antara lain no. Rangka, no. Mesin, no. Polisi, no. BPKB, atas nama, pemilik (sendiri/orang lain), lain-lain (Keterangan sudah balik nama atau belum), Gesekan Mesin dan Gesekan Rangka (Untuk mencocokkan kendaraan dengan BPKB).

 Nilai

Untuk nilai jaminan sertifikat dan kendaraan bermotor dijelaskan sebagai berikut:

a) Sertifikat

Nilai agunan sertifikat dapat dilihat dari lokasi tanah jaminan yang marketable mempunyai nilai jual tinggi. Harga tanah sekitar, PBB, NJOP, dan survei lingkungan dapat dijadikan sebagai acuan. BPR juga perlu mengetahui kondisi rumah (Tempat tinggal, Tempat usaha) meliputi tembok (Bata/kayu/lainnya), Ubin (Tanah/Tegal/ Keramik/lainnya), Atap (Genting/Seng/lainnya), Isi rumah (Perabotan rumah/lainnya), Kondisi/ klasifikasi, Pemilik (Sendiri/orang lain), Taksiran Harga Pasar (THP), Taksiran Harga Jaminan, Total


(56)

denah/bentuk Jaminan Tanah yang bertujuan untuk memastikan jaminan UKM benar-benar ada. Selain itu juga membantu apabila petugas survei yang bersangkutan berhalangan atau rolling

berpindah tempat tugas, maka akan dilimpahkan kepada petugas survei yang lain, sehingga petugas tersebut tidak kesulitan mencari lokasi keberadaan jaminan UKM yang bersangkutan. b) Kendaraan bermotor

Informasi nilai agunan kendaraan bermotor meliputi jumlah kendaraan, kondisi, merk, tipe, tahun, warna, Taksiran Harga Pasar (THP), Taksiran Harga Jaminan (60% x THP) dan Total

Taksiran Harga Jaminan. BPR

mempertimbangkan merk tertentu kendaraan tersebut supaya apabila kredit yang diberikan bermasalah, maka kendaraan tersebut cepat dan mudah untuk dijual. BPR dalam penelitian ini menyatakan bahwa nilai agunan yang diakui oleh BPR maximal 55-60% dari harga pasar, misalnya harga pasar agunan sebesar Rp 100.000.000,- maka nilai agunan maximal Rp 60.000.000,-

3. Condition

Analisis kondisi atau prospek usaha (condition)

bertujuan untuk mengetahui prospektif atau tidaknya suatu usaha yang akan dibiayai. Prospek usaha


(57)

masa depan. Apabila ke depannya usaha yang dijalankan lancar, maka prospek UKM ke depannya baik, dan kemungkinan besar pembayaran angsuran kredit akan lancar. Hasil penelitian yang diperoleh menunjukkan bahwa untuk mengetahui prospektif atau tidaknya UKM (condition), BPR menilai dari hal-hal berikut ini:

 Ekonomi dan Industri

Kondisi perekonomian saat ini perlu diperhatikan apakah mendukung atau tidak terhadap usaha UKM yang bersangkutan, misalnya apabila terjadi kenaikan BBM kemungkinan akan mempengaruhi kenaikan bahan baku yang dapat mempengaruhi omset, apakah meningkat atau menurun, serta melihat kondisi cash f low dan jumlah pendapatan UKM tersebut.

 Usaha sendiri

Untuk melihat kondisi bisnis, pihak BPR melakukan pemantauan dan pengecekkan ke lokasi UKM dan ke supplier untuk mengetahui barang terjual di pasaran atau tidak. Informasi tambahan dapat digali oleh BPR dengan membandingkan perkembangan usaha UKM yang bersangkutan dengan usaha yang sejenis. Dalam melihat prospek usaha UKM, BPR juga menggunakan pengalaman dan pengetahuan yang


(58)

dimiliki petugas BPR untuk menilai prospek atau tidaknya UKM yang bersangkutan.

5. KESIM PULAN, IM PLIKASI, DAN SARAN 5.1 KESIM PULAN

Berdasarkan pembahasan pada penelitian ini yang telah dijabarkan sebelumnya, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa:

1. Informasi keuangan UKM relevan untuk digunakan dalam pengambilan keputusan kredit. Hal ini tampak melalui informasi keuangan yang terkandung dalam laporan keuangan UKM yang sangat berguna untuk mengevaluasi keadaan UKM di masa lalu, sangat membantu untuk melihat keadaan UKM di masa sekarang, dan sangat berguna untuk memprediksi arus kas UKM di masa mendatang.

2. Informasi keuangan UKM tidak reliabel untuk digunakan dalam pengambilan keputusan kredit. Hal ini disebabkan karena BPR lebih yakin dengan informasi keuangan yang digali langsung dari UKM melalui survei dan wawancara langsung dengan pihak UKM yang bersangkutan.

5.2 IM PLIKASI

Melalui penelitian ini didapatkan implikasi terapan, yaitu diketahui bahwa informasi keuangan berdampingan dengan proses analisa 5C yang mempengaruhi proses


(59)

informasi keuangan terhadap analisa 5C. Hal tersebut ditunjukkan dalam penelitian ini, yaitu informasi keuangan digunakan dalam menganalisis capacity dan capital. Dalam hal ini, maka dapat dikatakan peran BPR untuk mengumpulkan informasi yang berkaitan dengan calon nasabah (UKM) sangat penting. Penyuluhan dan pelatihan penyusunan laporan keuangan UKM sebaiknya diadakan rutin setiap tahunnya supaya UKM bisa lebih mandiri dalam menyusun laporan keuangan, selain itu informasi keuangan yang disajikan UKM sesuai kebutuhan penggunanya serta dapat membantu memudahkan BPR sebagai penggunanya dalam proses pengambilan keputusan kredit.

5.3 KETERBATASAN DAN SARAN

Keterbatasan dalam penelitian ini adalah jumlah narasumber yang terlalu sedikit. Kesulitan mendapatkan narasumber dalam penelitian ini disebabkan oleh karena sebagian besar proses perijinan penelitian pada narasumber yang bersangkutan harus melalui kantor pusat, sedangkan pengiriman proposal dan surat ijin penelitian ke kantor pusat membutuhkan waktu yang cukup lama dan harus melewati prosedur yang sangat ketat, sehingga banyak narasumber yang menolak untuk diteliti. Selain itu, alamat narasumber kebanyakan tidak sesuai dengan informasi yang dimiliki penulis, sehingga penulis kesulitan menemukan


(60)

mendatang diharapkan dapat melanjutkan penelitian ini mengenai relevansi dan reliabilitas informasi keuangan UKM dengan menambah variabel dalam pengambilan keputusan kredit.

DAFTAR PUSTAKA

Akrani, Gaurav. 2010. Decision Making Process in Management – Problem Solving. http://kalyan- city.blogspot.co.id/2010/06/decision-making-process-in-management.html

Arief, Anandita A. 2010. Peran Laporan Keuangan dan Intuisi dalam Pengambilan Keputusan Kredit (Studi Empiris) pada Perbankan Kota Semarang. Skripsi Program S1 Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro (tidak dipublikasikan). Semarang

Baker, H. Kent dan John A. Haslem. November 1973. Information Need of Individual Investors. The Journal of Accountancy.

CGA-Canada. 2005. Accounting Theory 1 Examination [On-line] tersedia http://www.cga-ontario.org.

Danos, Paul, Holt L, Doris, Imhoff, JR Eugene A. 1989. The Use of Accounting Information in Bank Lending Decision. Accounting Organization and Society. University of Minnesota.

Financial Accounting Standart Board. 1980. SFAC No. 2. Hefes, Ellen M., 2005. The Relevance of Reliability: An Update

on The FASB and IASB Joint Conceptual Framework Project. Financial Reporting.


(61)

Kieso, D. E. dan Weygandt, J. J. 1995. Akuntansi Intermediate. Edisi Ketujuh. Jakarta: Binarupa Aksara. Kuncoro, Mudrajad dan Suhardjono. 2002. Manajemen Perbankan: Teori Dan Aplikasi. Edisi Pertama. BPFE-Yogyakarta.

Ikatan Akuntan Indonesia. 2007. Standar Akntansi Keuangan. Jakarta: Balai Pustaka.

Malik, Rachmawati dan Hotniar Siringoringo. 2008. Analisis Pengaruh Kredit, Aset Dan Jumlah Pegawai Terhadap Pendapatan Usaha Kecil Menengah (UKM) Penerima Kredit Bank Perkreditan Rakyat. Program Magister Manajemen Universitas Gunadarma. Jakarta.

Mintarti, Sri. 1994. Pengaruh Informasi Akuntansi Terhadap Keputusan Kredit Yang Diambil Oleh Bank Dan Hubungannya Dengan Pengembalian Pinjaman Debitur Di Daerah Propinsi Kalimantan Timur. Tesis Program Pasca Sarjana Universitas Gajah Mada. Yogyakarta. Nuswandari, Cahyani. 2009. Pengungkapan Pelaporan

Keuangan Dalam Perspektif Signalling Theory. Kajian Akuntansi Hal: 48–57, Vol. 1 No. 1. Universitas Stikubank. Semarang.

Philips Wren, Gloria, Ichalkaranje, Nikhil, Jain, Lakhmi. 2010. Intelligent Decision Making: An Al-Based Approach.

Purwanti, Lilik. 1994. Faktor-Faktor Penentu Tingkat Penggunaan Informasi Akuntansi Dalam Pengambilan Keputusan Kredit Menurut Persepsi Bank. Tesis Program Pasca Sarjana Universitas Gajah Mada. Yogyakarta.

Purwati, A. Sri, Suparlinah, I., dan Putri, N. Kuncoro, 2014. The Use Of Accounting Information In The Business Decision Making Process On Small And Medium Enterprises In Banyumas Region, Indonesia. Economy Transdisciplinarity Cognition Vol. 17, Issue 2/2014,


(1)

mendatang diharapkan dapat melanjutkan penelitian ini mengenai relevansi dan reliabilitas informasi keuangan UKM dengan menambah variabel dalam pengambilan keputusan kredit.

DAFTAR PUSTAKA

Akrani, Gaurav. 2010. Decision Making Process in Management – Problem Solving. http://kalyan- city.blogspot.co.id/2010/06/decision-making-process-in-management.html

Arief, Anandita A. 2010. Peran Laporan Keuangan dan Intuisi dalam Pengambilan Keputusan Kredit (Studi Empiris) pada Perbankan Kota Semarang. Skripsi Program S1 Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro (tidak dipublikasikan). Semarang

Baker, H. Kent dan John A. Haslem. November 1973. Information Need of Individual Investors. The Journal of Accountancy.

CGA-Canada. 2005. Accounting Theory 1 Examination [On-line] tersedia http://www.cga-ontario.org.

Danos, Paul, Holt L, Doris, Imhoff, JR Eugene A. 1989. The Use of Accounting Information in Bank Lending Decision. Accounting Organization and Society. University of Minnesota.

Financial Accounting Standart Board. 1980. SFAC No. 2. Hefes, Ellen M., 2005. The Relevance of Reliability: An Update

on The FASB and IASB Joint Conceptual Framework Project. Financial Reporting.


(2)

Kieso, D. E. dan Weygandt, J. J. 1995. Akuntansi Intermediate. Edisi Ketujuh. Jakarta: Binarupa Aksara. Kuncoro, Mudrajad dan Suhardjono. 2002. Manajemen Perbankan: Teori Dan Aplikasi. Edisi Pertama. BPFE-Yogyakarta.

Ikatan Akuntan Indonesia. 2007. Standar Akntansi Keuangan. Jakarta: Balai Pustaka.

Malik, Rachmawati dan Hotniar Siringoringo. 2008. Analisis Pengaruh Kredit, Aset Dan Jumlah Pegawai Terhadap Pendapatan Usaha Kecil Menengah (UKM) Penerima Kredit Bank Perkreditan Rakyat. Program Magister Manajemen Universitas Gunadarma. Jakarta.

Mintarti, Sri. 1994. Pengaruh Informasi Akuntansi Terhadap Keputusan Kredit Yang Diambil Oleh Bank Dan Hubungannya Dengan Pengembalian Pinjaman Debitur Di Daerah Propinsi Kalimantan Timur. Tesis Program Pasca Sarjana Universitas Gajah Mada. Yogyakarta. Nuswandari, Cahyani. 2009. Pengungkapan Pelaporan

Keuangan Dalam Perspektif Signalling Theory. Kajian Akuntansi Hal: 48–57, Vol. 1 No. 1. Universitas Stikubank. Semarang.

Philips Wren, Gloria, Ichalkaranje, Nikhil, Jain, Lakhmi. 2010. Intelligent Decision Making: An Al-Based Approach.

Purwanti, Lilik. 1994. Faktor-Faktor Penentu Tingkat Penggunaan Informasi Akuntansi Dalam Pengambilan Keputusan Kredit Menurut Persepsi Bank. Tesis Program Pasca Sarjana Universitas Gajah Mada. Yogyakarta.

Purwati, A. Sri, Suparlinah, I., dan Putri, N. Kuncoro, 2014. The Use Of Accounting Information In The Business Decision Making Process On Small And Medium Enterprises In Banyumas Region, Indonesia. Economy Transdisciplinarity Cognition Vol. 17, Issue 2/2014,


(3)

Hal: 63-75. Jenderal Soedirman University. Purwokerto. Indonesia.

Saryadi. 2007. Persepsi Pemutus Kredit Komersial Terhadap Manfaat Informasi Akuntansi (Studi Empirik pada Bank Umum di Wilayah Kota Semarang). Tesis Program Pasca Sarjana Universitas Diponegoro. Semarang.

Septriawan. 2010. Pengaruh Informasi Akuntansi Dan Informasi Non Akuntansi Terhadap Pengambilan Keputusan Kredit Pada PT. Bank Cimb Niaga Tbk Cabang Medan Petisah. Tesis Universitas Sumatera Utara. Medan.

Simanjuntak, Agustina Tiurma. 1999. Analisis Kebutuhan Informasi Akuntansi dan Informasi Bukan Akuntansi dalam Pengambilan Keputusan Kredit (Studi Kasus Perbankan di Kota Madya Semarang). Tesis Program Pasca Sarjana Universitas Diponegoro. Semarang. Suwardjono. 2006. Teori Akuntansi: Perekayasaan

Pelaporan Keuangan. Edisi Ketiga. BPFE-Yogjakarta. Turban, Efraim, Aronson, Jay E, Peng Liang, Ting. 2005.

Decision Support Systems And Intelligent Systems – 7th Ed. Andi Yogyakarta.

Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 Tentang Pokok-Pokok Perbankan.

White, G. I., Sondhi, A. C., dan Fried, D. 1993. The Analysis and Use of Financial Statements. New York: John Wiley & Sons, Inc.

Walter, Doreen. 2010. The Decision Making Process. Business Administration. Organizasional Culture and Change Management.

Wati, Evi Emilia. 2011. Persepsi Para Pelaku UKM (Usaha Kecil Dan Menengah) Terhadap Penerapan Akuntansi. Skripsi Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Perbanas. Surabaya.

Zulfikar, Tashadi Tarmizi dan Arianto. 2012. Praktek Akuntansi: Kajian Faktor Motivasi Adopsi Pada Usaha


(4)

Kecil Menengah Di Kalimantan Barat. Jurnal Eksos Vol 8, No 1, Hal 34 – 40. Jurusan Akuntansi Politeknik Negeri. Pontianak.


(5)

LAM PIRAN PANDUAN W AW ANCARA

I. Data Narasumber

Nama :

Jenis kelamin :

Unit/Bank :

Lama Bekerja di Bank : ≤ 5 tahun ≥ 5 tahun* Pengalaman di Bagian Kredit : ≤1 tahun ≥ 1 tahun*

Jabatan :

Pendidikan Terakhir : *Isilah dengan tanda checklist (√)

II. Relevansi Informasi Keuangan

Pernyataan Jawaban

1. Laporan keuangan UKM sangat berguna untuk memprediksi arus kas UKM di masa depan.

2. Laporan keuangan UKM yang disajikan selalu merupakan laporan yang ter-update (tidak kadaluarsa). 3. Laporan keuangan UKM sangat

mempengaruhi keputusan saya untuk memberikan kredit atau tidak.

4. Laporan keuangan UKM sangat berguna bagi saya untuk mengevaluasi keadaan UKM di masa lalu.

5. Laporan keuangan UKM sangat membantu saya untuk memahami keadaan UKM di masa sekarang. 6. Laporan keuangan UKM selalu saya

gunakan untuk memprediksi kejadian-kejadian di masa depan. III.Reliabilitas Informasi Keuangan

Pernyataan Jawaban

1. Saya sangat yakin bahwa laporan keuangan UKM menyajikan informasi yang sesuai dengan keadaan yang sebenarnya (jujur).


(6)

2. Saya sangat yakin bahwa laporan keuangan UKM telah disusun berdasarkan konsep dasar akuntansi. 3. Saya yakin bahwa laporan keuangan yang disajikan UKM benar-benar tidak memihak atau tidak ditujukan untuk salah satu pihak yang merugikan pihak lain.

4. Saya yakin bahwa laporan keuangan yang diserahkan UKM sangat rinci dan lengkap.

5. Informasi keuangan dari UKM dapa t meningkatkan kepercayaan saya terhadap UKM.

IV. Pengambilan Keputusan Kredit.

Pertanyaan Penjelasan 1. Bagaimana cara bapak/ibu

mengetahui watak atau kemauan membayar dari pemohon, mencakup perilaku pemohon sebelum dan selama kredit diajukan (Character)

2. Bagaimana cara bapak/ibu mengukur tingkat kemampuan mengembalikan kredit dari UKM (Capacity)

3. Bagaimana cara bapak/ibu mengukur kemampuan UKM dalam menyediakan modal sendiri (Capital)

4. Bagaimana bapak/ibu mengetahui prospektif/tidaknya UKM (Condition)

5. Bagaimana bapak/ibu mengetahui besarnya nilai agunan yang dapat dipergunakan UKM sebagai jaminan apabila kredit yang diberikan bermasalah (Colateral)