Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Representasi Korupsi Dalam Film (Film Kita Vs Korupsi) T1 362007069 BAB IV

BAB IV
DESKRIPSI OBYEK PENELITIAN
4.1. Sinopsis Film
4.1.1. Rumah Perkara
Film pendek Rumah Perkara disutradarai oleh Emil Heradi. Film ini
bercerita tentang seorang lurah bernama Yatno yang mendapatkan bantuan dari
seorang pejabat untuk mendapatkan jabatannya. Diceritakan dalam film bahwa
Yatno ketika berkampanye menjanjikan kesejahteraan dan mengutamakan
kepentingan rakyat, tapi, ketika sudah terpilih justru melupakan janjinya dan
berpihak kepada pengembang. Janda desa jadi korbannya. Karena menolak pindah
dari rumahnya, janda itu sekaligus rumahnya dibakar. Ironisnya, anak kandung
lurah justru tak sengaja ikut jadi korban kebakaran.
Rumah Perkara menampilkan tokoh utama seorang lurah yang harus
menanggung akibat dari perilaku korupsi sebelum menjabat. Untuk mendapatkan
jabatannya, lurah tersebut dibantu oleh pengusaha yang memiliki kepentingan
pribadi terhadap wilayah dibawah jabatannya. Karena dukungan tersebut, terpaksa
lurah terpilih memenuhi keinginan pendukungnnya untuk mengambil alih semua
tanah di desa untuk dijadikan lapangan golf dan perumahan elit.
Sisi psikologis lurah menjadi sorotan utama film Rumah Perkara. Sebagai
lurah ia dihadapkan pada kenyataan bahwa keputusan yang diambilnya
berdampak negatif pada masyarakat. Hal ini bertentangan dengan janji-janji yang

dia ucapkan pada saat kampanye pemilihan lurah. Konflik dalam diri lurah
tersebut semakin berat ketika ia harus mengambil alih secara paksa tanah milik
seorang janda yang tidak mau meninggalkan desa tersebut. Dalam cerita
ditampilkan anak lurah tersebut ikut menjadi korban pembakaran rumah si janda
karena bersikukuh tidak mau meninggalkan rumahnya. Akhir film tersebut
menunjukkan penyesalan pada diri si lurah atas tindakannya, namun demikian
semua sudah terlambat karena rumah janda tersebut sudah dibakar oleh orangorang suruhan pengusaha yang menginginkan tanah desa tersebut.

1

4.1.2. Aku Padamu
Film pendek kedua berjudul Aku Padamu disutradarai Lasja F. Susatyo.
Film tersebut menceritakan sepasang kekasih yang ingin menikah diam-diam,
tanpa restu dari orangtua mereka. Namun, karena si perempuan tak membawa
Kartu Keluarga (KK), si pria berniat menyogok petugas KUA. Si perempuan
menolaknya karena teringat nasib guru honorer di SD-nya yang tak diangkat tetap
karena tidak mau memberi uang sogokan kepada ayah si perempuan itu.
Dia mengingat masa lalu dimana ayahnya hanya membantu guru-guru
yang di dalam map-nya terdapat uang sedangkan map yang ditolak adalah map
guru perempuan itu yang tidak ada uang pelicinnya. Guru yang dikagumi oleh

tokoh perempuan tersebut dikeluarkan dari sekolah, namun tidak kehabisan akal
untuk mengajar dan berinteraksi dengan muridnya dengan menjadi badut yang
menjual balon. Hingga akhir hidupnya dia tidak pernah menyesal karena dia
melakukan hal yang benar dan jujur .
Film kedua ini juga menampilkan keberadaan calo yang seringkali
dianggap wajar oleh masyarakat. Calo dianggap sebagai perantara yang
memudahkan proses birokrasi di KUA. Kenangan akan guru yang memiliki
keteguhan hati dan menolak untuk melanggar prosedur pengangkatan pegawai
tetap membentuk sikap tokoh perempuan yang menolak menggunakan calo untuk
mempermudah pengurusan pernikahannya. Konflik ditampilkan sebagai bagian
dari perdebatan tokoh laki-laki dan perempuan yang pada akhirnya memutuskan
untuk do it the right way. Film ini mengajarkan pada penonton bahwa
memutuskan rantai korupsi merupakan tindakan yang mudah, yaitu mengikuti
prosedur yang telah ditetapkan secara benar.

4.1.3. Selamat Siang, Risa
“Selamat Siang, Risa!” disutradarai Ine Febriyanti. Film pendek ini
menceritakan perempuan bernama Risa yang menolak sogokan karena
keluarganya mendidik ia untuk jujur. Ayah Risa bekerja sebagai kepala gudang.
Ketika rekan-rekan kerjanya memanfaatkan gudang perusahaan yang kosong

untuk menampung stok para pengepul beras, ia tak terpengaruh. Bahkan, ketika

2

anaknya sakit parah, ayah Risa tetap menolak uang sogokan salah satu pengepul
beras.
Risa, walaupun dalam keluarganya mengalami kesulitan uang yang sangat
berat, namun ayahnya tetap pada pendirian. Meskipun adik Risa sedang sakit dan
mereka tak mempunyai uang sama sekali mereka namun sang ayah dengan tegas
menolak hal itu karena dia merasa bertanggung jawab untuk menjaga gudang itu.
Sosok ayah Risa tidak hanya memikirkan kepentingan dia sendiri walaupun dia
mengetahui keluarganya sangat membutuhkan uang itu. Beberapa tahun
kemudian, Risa dihadapkan pada persoalan yang sama dan mengambil keputusan
yang sama dengan ayahnya untuk menolak uang pelican yang ditawarkan. Dengan
nilai-nilai yang dipelajari dari keluarganya, Risa percaya bahwa kebaikan selalu
berasal dari kebaikan sebelumnya.

4.1.4. Pssstt..... Jangan Bilang Siapa-Siapa
Film pendek keempat disutradarai Chairun Nissa. Film berjudul Psssttt…
Jangan Bilang Siapa-siapa ini mengangkat kehidupan anak-anak SMA yang


justru mendapat pelajaran korupsi dari orangtua dan guru mereka sendiri.
Bukannya risih, mereka malah merasa bangga bisa mendapat barang dan jajan
dari uang hasil korupsi.
Dari film ini dapat disimpulkan bahwa seseorang melakukan korupsi
karena terbiasa dalam kehidupan sehari-harinya dia sering diajarkan seperti itu,
dari ayah yang sering berkorupsi di kantor dari ibu yang sering berbohong dan
meminta uang belanja yang lebih dari anak yang berbohong meminta uang untuk
membayar keperluan sekolah namun dia berbohong dan meminta nya lebih dari
seorang guru yang memakai uang untuk memberikan nilai, mungkin di zaman
sekarang kejujuran sangatlah susah namun untuk Gita dia merasa itu sangatlah
mudah karena merupakan bagian dari hidupnya.

3