PROGRAM BIMBINGAN PRIBADI-SOSIAL UNTUK MENINGKATKAN KOMPETENSI INTRAPERSONAL DAN INTERPERSONAL SISWA Studi Pengembangan Di Kelas X SMA Darul Hikam Bandung Tahun Ajaran 2009 / 2010.

(1)

DAFTAR ISI

halaman

ABSTRAK……… i

KATA PENGANTAR……… ii

UCAPAN TERIMA KASIH……… iv

DAFTAR ISI………. viii

DAFTAR TABEL……… x

DAFTAR BAGAN……… xiii

DAFTAR GRAFIK……… xiv

DAFTAR GAMBAR……… xv

DAFTAR LAMPIRAN………. xvi

BAB I PENDAHULUAN………. 1

A. Latar Belakang Masalah……… B. Identifikasi dan Rumusan Masalah……… C. Tujuan Penelitian ………. D. Urgensi Penelitian………. E. Manfaat Penelitian………. F. Pendekatan, Metode Penelitian dan Teknik Analisis Data……… G. Lokasi, Populasi dan Sampel Penelitian……… 1 10 12 13 14 14 15 BAB II PROGRAM BIMBINGAN PRIBADI-SOSIAL UNTUK MENINGKATKAN KOMPETENSI INTRAPERSONAL DAN INTERPERSONAL SISWA REMAJA……….. 16

A. Perkembangan Masa Remaja………

B. Konsep Bimbingan Pribadi – Sosial………. C. Konsep Kompetensi Intrapersonal dan Interpersonal Siswa………… D. Dampak Ketidakharmonisan antara Kompetensi Intrapersonal dan

Interpersonal Siswa……….

16 23 28


(2)

E. Program Bimbingan Pribadi-Sosial untuk Meningkatkan Kompetensi

Intrapersonal dan Interpersonal Siswa……… 51

BAB III PROSEDUR PENELITIAN……… 63 A. Pendekatan dan Metode Penelitian………

B. Pengembangan Instrumen Penelitian……….

C. Populasi dan Sampel………..

D. Prosedur dan Langkah Penelitian………. E. Teknik Analisis Data Penelitian……….

63 64 77 78 83

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN……… 87 A. Profil Bimbingan Pribadi – Sosial di SMA Darul Hikam Bandung…

B. Gambaran Umum Profil Kompetensi Intrapersonal dan Interpersonal

Siswa………..

C. Program Hipotetik Bimbingan Pribadi-Sosial Untuk Meningkatka Intrapersonal dan Interpersonal Siswa……….. D. Validasi Program Dengan Menggunakan Focus Group Discussion E. Efektivitas Program Untuk Meningkatkan Kompetensi Intrapersonal

dan Interpersonal Siswa………

F. Diseminasi Program Bimbingan Pribadi-Sosial Untuk Meningkatkan Kompetensi Intrapersonal dan Interpersonal Siswa……….

87

93

122 145

146

161

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI……… 164

A. Kesimpulan………..

B. Rekomendasi……….

164 165


(3)

DAFTAR TABEL

halaman

Tabel 2.1 Beberapa Istilah Kompetensi Intrapersonal dan Interpersonal……... …. 29

Tabel 2.2 Indikator Kompetensi Intrapersonal dan Interpersonal Siswa………… 42

Tabel 3.1 Kisi – kisi Instrumen……….. 67

Tabel 3.2 Kisi – kisi Skala Penilaian Pedoman Wawancara dan Observasi…….. 69

Tabel 3.3 Validasi Program……… 71

Tabel 3.4 Kriteria Koefisien Reliabilitas……… 77

Tabel 3.5 Daftar Populasi Penelitian……….. 78

Tabel 3.6 Hasil Rerata Kelas……….. 78

Tabel 4.1 Profil Kompetensi Intrapersonal dan Interpersonal Siswa………... 93

Tabel 4.2 Profil Kompetensi Intrapersonal Siswa………. 96

Tabel 4.3 Profil Indikator Kompetensi Intrapersonal Siswa………. 97

Tabel 4.4 Tingkat Kompetensi Pada Aspek Pengetahuan Diri………. 99

Tabel 4.5 Tingkat Kompetensi Pada Aspek Pengarahan Diri……… 106

Tabel 4.6 Tingkat Kompetensi Pada Aspek Harga Diri………. 108

Tabel 4.7 Profil Kompetensi Interpersonal Siswa………. 110

Tabel 4.8 Profil Indikator Kompetensi Interpersonal Siswa……….. 112

Tabel 4.9 Tingkat Kompetensi Pada Aspek Peka Terhadap diri dan Orang Lain……… 113

Tabel 4.10 Tingkat Kompetensi Pada Aspek Asertif………... 114

Tabel 4.11 Tingkat Kompetensi Pada Aspek Nyaman Dengan DIri dan Orang Lain……… 116

Tabel 4.12 Tingkat Kompetensi Pada Aspek Menjadi Diri Yang Bebas………… 118

Tabel 4.13 Tingkat Kompetensi Pada Aspek Harapan yang Realistik Pada Diri dan Orang Lain……….. 119

Tabel 4.14 Tingkat Kompetensi Pada Aspek Perlindungan diri dalam Situasi Antarpribadi……… 120


(4)

Tabel 4.15 Analisis Kebutuhan Program Bimbingan Pribadi-Sosial Berdasarkan Profil kompetensi Intrapersonal dan Interpersonal

Siswa………. 126

Tabel 4.16 Uji Efektifitas Program Bimbingan Pribadi-Sosial Untuk Meningkatkan

Kompetensi Intrapersonal dan Interpersonal Siswa………. 147 Tabel 4.17 Efektifitas Program Pribadi Sosial Untuk Meningkatkan Kompetensi

Intrapersonal dan Interpersonal Siswa (Berdasarkan Masing-masing

Kompetensi) 148

Tabel 4.18 Efektifitas Program Bimbingan Pribadi-Sosial Untuk Meningkatkan Kompetensi Intrapersonal dan Interpersonal Siswa (Berdasarkan Aspek

Pengetahuan Diri)……….. 148

Tabel 4.19 Efektifitas Program Bimbingan Pribadi-Sosial Untuk Meningkatkan Kompetensi Intrapersonal dan Interpersonal Siswa (Berdasarkan Aspek

Pengarahan Diri)………... 149 Tabel 4.20 Efektifitas Program Bimbingan Pribadi-Sosial Untuk Meningkatkan

Kompetensi Intrapersonal dan Interpersonal Siswa (Berdasarkan Aspek

Harga Diri)………. 150

Tabel 4.21 Efektifitas Program Bimbingan Pribadi-Sosial Untuk Meningkatkan Kompetensi Intrapersonal dan Interpersonal Siswa (Berdasarkan Aspek

Peka Terhadap Diri dan Orang Lain)………. 150 Tabel 4.22 Efektifitas Program Bimbingan Pribadi-Sosial Untuk Meningkatkan

Kompetensi Intrapersonal dan Interpersonal Siswa (Berdasarkan Aspek

Asertif)………. 151

Tabel 4.23 Efektifitas Program Bimbingan Pribadi-Sosial Untuk Meningkatkan Kompetensi Intrapersonal dan Interpersonal Siswa (Berdasarkan Aspek

Nyaman Dengan Diri dan Orang Lain)……… 151 Tabel 4.24 Efektifitas Program Bimbingan Pribadi-Sosial Untuk Meningkatkan


(5)

Menjadi Diri Yang Bebas)……….. 152 Tabel 4.25 Efektifitas Program Bimbingan Pribadi-Sosial Untuk Meningkatkan

Kompetensi Intrapersonal dan Interpersonal Siswa (Berdasarkan Aspek Harapan yang Realistik Terhadap Diri dan Orang

Lain)………. 153

Tabel 4.26 Efektifitas Program Bimbingan Pribadi-Sosial Untuk Meningkatkan Kompetensi Intrapersonal dan Interpersonal Siswa (Berdasarkan Aspek


(6)

DAFTAR BAGAN


(7)

DAFTAR GRAFIK

halaman

Grafik 4.1 Profil Kompetensi Intrapersonal Dan Interpersonal Siswa……… 94

Grafik 4.2 Profil Kompetensi Interpersonal Siswa………. 96

Grafik 4.3 Gambaran Kompetensi Intrapersonal Siswa……… 98

Grafik 4.4 Profil Kompetensi Interpersonal Siswa……….. 111


(8)

DAFTAR GAMBAR

halaman

Gambar 4.1 Ruangan Bimbingan dan Konseling………. 91


(9)

DAFTAR LAMPIRAN

halaman

LAMPIRAN 1 KISI-KISI SEBELUM UJI AHLI 172

LAMPIRAN 2 KISI-KISI SETELAH UJI AHLI 183

LAMPIRAN 3 ANGKET 185

LAMPIRAN 4 LEMBAR JAWAB 186

LAMPIRAN 5 SURAT PERMOHONAN 187

LAMPIRAN 6 LEMBAR PENGESAHAN UJI AHLI 188

LAMPIRAN 7 UJI VALIDITAS 205

LAMPIRAN 8 UJI RELIABILITAS 236

LAMPIRAN 9 HASIL UJI VALIDITAS 237

LAMPIRAN 10 DATA PRE TEST 241

LAMPIRAN 11 GAMBARAN ASPEK 247

LAMPIRAN 12 SATUAN LAYANAN BIMBINGAN PRIBADI-SOSIAL 264

LAMPIRAN 13 DATA POST TEST 275

LAMPIRAN 14 UJI t 279

LAMPIRAN 14 UNDANGAN DISEMINASI 291

LAMPIRAN 15 DAFTAR HADIR DISEMINASI 292

LAMPIRAN 16 TANGGAPAN PESERTA DISEMINASI 294

LAMPIRAN 17 FOTO KEGIATAN SAMPEL 296

LAMPIRAN 18 FOTO KEGIATAN DISEMINASI 298


(10)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pelaksanaan bimbingan dan konseling di sekolah secara umum bertujuan untuk membantu siswa mengenal dan menerima dirinya, mengenal dan menerima lingkungan secara positif serta mampu mengambil keputusan sesuai dengan keadaan dirinya. Secara khusus, layanan bimbingan dan konseling di sekolah bertujuan membantu siswa agar dapat mencapai tujuan perkembangan yang meliputi aspek pribadi-sosial, belajar dan karier. Menurut Winkel (1991:105) kegiatan bimbingan mencakup tiga jenis yaitu: (1) bentuk bimbingan; (2) sifat bimbingan dan (3) ragam bimbingan. Berkenaan dengan ragam bimbingan, Winkel (1991) menyatakan ”Istilah ragam bimbingan menunjuk pada bidang kehidupan tertentu atau aspek perkembangan tertentu yang menjadi fokus perhatian dalam pelayanan bimbingan; misalnya bidang akademik, bidang perkembangan pribadi-sosial yang menyangkut diri sendiri dan hubungan dengan orang lain, bidang karir perencanaan masa depan

yang menyangkut jabatan yang akan dipangkunya kelak.” Bimbingan pribadi-sosial

merupakan bimbingan dalam menghadapi dan memecahkan masalah-masalah pribadi-sosial (Surya, 1988:47).

Bidang bimbingan pribadi-sosial merupakan proses bantuan terhadap individu agar kemampuan hubungan interpersonal dan intrapersonalnya senantiasa selaras dengan ketentuan masyarakat, bangsa dan agama ( Musnamar, 1992). Adapun kemampuan hubungan interpersonal dan intrapersonal dari masing-masing ahli


(11)

berbeda-beda namun mempunyai kesamaan arti yang secara fungsional sangat sulit dipisahkan sehingga kedua kecakapan dipandang lebih fungsional dan bermakna ketika disatukan. Kemampuan hubungan intrapersonal dan interpersonal oleh Cavanagh (1982) disebutkan sebagai sebuah kompetensi, baik kompetensi intrapersonal yang didalamnya memuat kemampuan akan pengetahuan diri sendiri atau self knowledge, pengarahan diri atau self direction, harga diri atau self esteem dan kompetensi interpersonalnya mempunyai indikator peka terhadap orang lain, asertif, menjadi nyaman dengan diri sendiri dan orang lain, menjadi diri yang bebas, mempunyai haraan yang realistik terhadap diri sendiri dan orang lain serta perlindungan diri dalam situasi antar pribadi. Istilah kemampuan hubungan pribadi dan sosial menurut Myrick (1993) dikategorikan sebagai personal and social skills dan menurut Gysbers (1995) menyebutnya sebagai self knowledge and interpersonal skills .

Mary Lwin (2008) menyatakan bahwa keterampilan interpersonal adalah kemampuan untuk berhubungan dengan orang-orang di sekitar kita. Keterampilan ini merupakan keterampilan memahami dan memperkirakan perasaan, temperamen, suasana hati, maksud dan keinginan orang lain dan menanggapinya secara layak. Keterampilan ini memungkinkan seseorang membangun kedekatan, pengaruh, pimpinan dan membangun dengan masyarakat. Keterampilan ini tidak dilahirkan, sehingga perlu dibentuk, dikembangkan melalui pembinaan dan pengajaran, dan waktu terbaik untuk membangun keterampilan interpersonal ini adalah ketika masih muda atau remaja. Keterampilan interpersonal dapat diasah dengan berbagai


(12)

permainan yang merangsang kepekaan orang lain dan berusaha melihat dari sudut pandang orang lain (Musfiroh, 2008).

Keterampilan intrapersonal (May Lwin, 2008) adalah keterampilan mengenai keterampilan diri sendiri, kemampuan memahami diri sendiri dan bertanggungjawab atas kehidupan sendiri. Keterampilan intrapersonal dapat dirangsang dengan berbagai permainan yang membuat anak belajar mengenal diri sendiri termasuk memahami emosi, perasaan, sifat dan keinginan, ciri-ciri, kelemahan dan kelebihan diri. Permainan yang menggugah semangat harga diri, serta mengekpslorasi imajinasi dan fantasi (Musdfiroh, 2008 ).

Bimbingan pribadi-sosial yang didalamnya sarat muatan dengan berbagai kompetensi intrapersonal dan interpersonal sangat dibutuhkan bagi para siswa khususnya usia remaja di sekolah menengah atas. Permasalahan yang mungkin timbul akibat ketidakharmonisan intrapersonalnya maka siswa akan mengalami kebingungan jati diri, memiliki sifat mudah tersinggung, adanya konflik internal, tidak bisa menyesuaikan diri dan sifat-sifat khas remaja lainnya. Keuntungan adanya bimbingan pribadi-sosial adalah bisa mengembangkan diri, menyesuaikan dengan lingkungannya, dapat hidup selaras dan bahagia bersama lingkungan.

Pada kenyataannya di lapangan, masih terbatas buku pegangan, model dan panduan bagi konselor untuk mengembangkan kompetensinya sebagai pembimbing siswa di sekolah untuk menuju tujuan umum dan tujuan khusus yang diharapkan, seperti dalam tujuan bimbingan pribadi dan sosial,padahal seorang konselor dihadapkan banyak sekali permasalahan yang dihadapi baik sebagai pendidik,


(13)

maupun sebagai tugas utamanya membantu siswa mendapatkan kebahagiaan dan aktualisasi dirinya. Disamping itu, seorang konselor juga dituntut harus menguasai teknik konseling dalam menjalankan proses konseling. Seorang konselor harus memahami dengan baik tentang pertumbuhan dan perkembangan manusia karena teori konseling sangat berkaitan erat dengan tingkah laku manusia. Konselor yang

menggunakan pendekatan ”client centered” akan membutuhkan pemahaman

bagaimana individu dan sikap seseorang akan mempengaruhi perkembangan dalam kehidupan individu (Muro, 1995:28)

Selain permasalahan terbatasnya modul bimbingan pribadi dan sosial, tantangan yang dihadapi adalah kreatifitas konselor dalam melaksanakan layanan di sekolah. Kejenuhan yang dialami baik oleh konselor secara pribadi dengan bertumpuknya tugas, juga masih banyak siswa yang kurang responsif terhadap materi layanan bimbingan, termasuk di dalamnya layanan bimbingan pribadi-sosial. Beberapa siswa kurang menghargai materi bimbingan yang disampaikan. Mereka menganggap merasa belum mengalami masalah tersebut, sehingga tidak menyimak dan memaknai nilai bimbingan pribadi – sosial yang disampaikan. Sehingga dibutuhkan wawasan dan kreatifitas untuk membuat materi yang diberikan agar menarik dan bermakna bagi siswa.

Konselor memberikan layanan bimbingan pribadi-sosial kepada siswa, dalam hal ini siswa sekolah menengah umum, harus memperhatikan perubahan tingkah laku yang khas dialami sesuai dengan tugas perkembangannya. Siswa pada usia remaja ini, menurut Lustin Pikunas (1976) remaja adalah anak yang berusia


(14)

sekitar 12 – 18 tahun yang dipandang sebagai masa “Strom & Stress”, frustasi dan penderitaan, konflik dan krisis penyesuaian. Remaja cenderung terpengaruh oleh lingkungan baik positif ataupun negatif. Menurut Erik H. Erison (2006), kepribadian remaja pada umumnya adalah : (1) sedang mengalami perubahan fisik dan psikologis; (2) memiliki dorongan sexual yang kuat; (3) labil, mudah terjerumus pada perilaku negatif, sehingga mereka mengalami kebingungan atau kekacauan (confusion). Kebingungan dengan dihadapkan pada berbagai pertanyaan yang menyangkut keberadaan dirinya (siapa saya?), masa depannya (akan menjadi apa?), peran sosial (apa peran sosial dalam keluarga dan masyarakat dan kehidupan beragama?).

Penelitian Yaya Sunarya (1999) menunjukkan, terdapat 67 orang remaja terisolir dari keseluruhan 294 remaja. Penelitian Heri Suherlan (2005) menyatakan ada 14.14% remaja terisolir, maknanya dari setiap seratus orang remaja, sebanyak 14 orang terisolir. Penelitian Jamal Supiadi (2007) menyatakan, dari 278 orang remaja, terdapat 12.9% atau 36 orang remaja yang terisolir. Data-data tersebut bermakna bahwa di setiap sekolah terdapat anak-anak yang secara teori mengalami gangguan dalam proses sosialisasi akibat statusnya sebagai remaja terisolir.

Adapun masalah lainnya dalam masa remaja adalah kemampuan menjalin relasi pertemanan, fenomena geng motor dan geng Nero dapat dipahami sebagai salah satu akibat remaja tidak memahami secara lengkap makna pertemanan. Makna pertemanan atau persahabatan secara spesifik didefinisikan sebagai ikatan penuh kasih sayang antara dua orang atau lebih, dan masing-masing individu saling menaruh harapan ( Bukowski, Newcomb dan Hartup,2001; Phebe, 2007: 3). Perkelahian antar


(15)

geng motor di Tasikmalaya seperti yang diliput oleh stasiun televisi dan koran menggambarkan kondisi remaja yang memprihatinkan, disana hanya disebabkan karena gengsi antar geng mengakibatkan perkelahian yang memakai senjata tajam. Keberadaan pertemanan dalam geng motor disalahartikan ( Pikiran Rakyat, 22 Oktober 2009).

Pada hakikatnya suatu relasi pertemanan memiliki kekhasan, kekhasan ini mempunyai variasi dalam pandangan yang baik maupun buruk dan akan mempengaruhi kualitas persahabatan. Kualitas persahabatan adalah tingkat keunggulan dalam persahabatan yang memiliki dimensi baik dan buruk (Berndt,1999; Phebe, 2007: 3). Saat ini, terdapat definisi lain tentang kualitas persahabatan, yang berhubungan dengan efek dari persahabatan. Kualitas persahabatan yang tinggi memiliki kontribusi yang positif terhadap perkembangan sosial dan psikologis individu yang sehat. Berkaitan dengan hal ini, fenomena geng motor dan geng Nero yang terjadi saat ini merupakan bentuk kualitas persahabatan yang rendah dan berpengaruh negatif terhadap perkembangan sosial dan psikologis remaja.

Rendahnya penguasaan kemampuan menjalin relasi pertemanan akan mempengaruhi perkembangan mental atau pribadi remaja. Tidak terjalinnya relasi sosial yang intim dan memuaskan akan membuat remaja merasa terisolasi. Remaja pun akan menjadi sangat tidak bahagia dan nyaman. Remaja selalu merasa tertekan dalam pergaulan sosialnya. Hal ini sejalan dengan pernyataan Schmidt (Sunarya, 1999: 38) mengungkapkan, menjadi remaja yang memiliki prestasi akademis yang bagus, tetapi gagal dalam menjalani hubungan intrapribadi dan antarpribadi seringkali


(16)

membuat remaja memiliki rasa tidak puas dalam menjalani kehidupan sosial, mengisolasi diri, memiliki hubungan yang kacau, kekerasan dalam menjalani hubungan sosial, depresi dan tragisnya ialah bertekad untuk mengakhiri hidupnya.

Sekolah merupakan salah satu lingkungan pendidikan yang berpotensi besar untuk membantu remaja mencapai perkembangan psiko-sosialnya. Siswa SMA terdapat dalam masa remaja dengan segala bentuk perubahan dan permasalahan terutama dalam bidang sosial membutuhkan lingkungan dan sarana yang tepat guna membimbing dan mengarahkan kemampuan serta kompetensi yang ada pada dirinya. Dengan demikian sekolah telah melaksanakan peran dan fungsinya dalam mengembangkan potensi diri remaja untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, keterampilan, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara (Bab 1 pasal 1 UU RI Nomor 20 tahun 2003).

Remaja yang mengalami kebingungan ini sedang dalam keadaan mencari jati dirinya, sehingga mudah untuk terpengaruh oleh doktrin-doktrin baru tanpa memiliki kemampuan untuk memfilter informasi-informasi tersebut. Selain itu dampak dari kebingungan ini mereka kembali kepada teman, sehingga cenderung hidup berkelompok-menyendiri dan sangat loyal dengan kelompoknya. Apabila remaja berhasil memahami dirinya, perannya dan makna hidupnya, maka dia akan menemukan jati dirinya dalam arti perkembangan kompetensi pribadi-sosialnya akan sehat.


(17)

Pelaksanaan bimbingan pribadi-sosial di sekolah dengan berhadapan siswapun, seorang konselor harus memahami tentang kondisi psikologis remaja dan bagaimana langkah yang tepat untuk mengantisipasi lack of competency by interpersonal and intrapersonal, permainan sebagai salah satu teknik dalam memberikan layanan agar

pembelajaran menjadi bermakna. Permainan (play) adalah suatu kegiatan yang menyenangkan yang dilaksanakan untuk kepentingan kegiatan itu sendiri ( Santrock, 2002) Erikson dan Freud (Santrock,2002 ) permainan merupakan suatu bentuk penyesuaian diri manusia yang sangat berguna menolong anak menguasai kecemasan dan konflik. Dan Piaget (Santrock, 2002) melihat bahwa permainan sebagai suatu metode yang meningkatkan perkembangan kognitif anak-anak. Dari paparan di atas dapat dikatakan bahwa permainan merupakan suatu kegiatan yang menyenangkan yang sangat berguna bagi penyesuaian diri dan menguasai kecemasan atau konflik sehingga dapat mengembangkan sisi kognitif.

Berbagai kajian teoritik maupun empirik, menunjukkan bahwa bermain merupakan jembatan antara diri seorang individu dengan dunia di sekitarnya yang berfungsi sebagai alat utama untuk mendukung perkembangan. Bermain untuk orang orang dewasa atau remaja secara berkelanjutan sebagai motor atau penggerak yang penting untuk membantu sejumlah adaptasi perilaku, termasuk didalamnya kreatifitas, melatih sejumlah aturan dan integrasi antara tubuh dan pikiran (Schaefer,Charles 2003:1).

Penelitian Septi (2008) menunjukkan bahwa kondisi remaja khususnya di lingkungan pesantren sarat dengan benturan baik pribadi dan sosialnya. Langkah


(18)

solusinya adalah model bimbingan pribadi sosial melalui permainan diantaranya penekanan pada resolusi konflik antar remaja santri didalamnya. Penelitian Nandang (2008) juga memperlihatkan bahwa teknik permainan dapat dijadikan wahana konseling dan psikoterapi khususnya bagi korban pascagempa, karena permainan juga dapat menumbuhkan rasa empati pada kedua belah fihak, sehingga akan memudahkan proses hubungan interpersonal yang fungsional dan fungsi permainan adalah mengeluarkan masalah dan konflik dalam dirinya. Games telah ada sejak zaman prasejarah dan dianggap memainkan suatu peranan yang signifikan dalam adaptasi dengan lingkungannya. Games menuntut perilaku yang lebih terarah pada tujuan dan keseriusan yang lebih besar dibandingkan dengan play dan jenis permainan yang lazim digunakan dalam konseling bermain adalah permainan papan, permainan kartu, permainan jalanan, permainan komputer, permainan otot halus dan otot kasar. Games telah menjadi alat untuk mengeliminasi konflik-konflik kepentingan dalam interaksi bisnis, politik dan interpersonal (Schenker & Bonoma ,Schaefer &Reid, 2001; Nandang, 2008 ).

Uraian diatas menguatkan bahwa permainan merupakan salah satu strategi dalam bimbingan pribadi-sosial dengan melihat remaja sebagai subyek dari pelaksana di sekolah yang diperlukan dalam meningkatkan kompetensi interpersonal dan intrapersonal siswa. Program untuk meningkatkan kompetensi interpersonal dan interpersonal siswa melalui permainan dipilih, dipilah dan diseleksi jenis permainannya sesuai dengan kompetensi pribadi-sosial dalam layanan bimbingan


(19)

pribadi-sosial yang harus dicapai dari seorang siswa sekolah menengah sehingga kemampuan intrapersonal dan interpersonal dapat ditingkatkan.

B. Identifikasi dan Rumusan Masalah

Permasalahan yang timbul akibat kondisi ketidakharmonisan intrapersonal adalah mengalami kebingungan jati diri, memiliki sifat mudah tersinggung, depresi, adanya konflik internal, tidak bisa menyesuaikan diri, hidup terisolir, tidak bisa memahami dirinya, labil dan sifat-sifat khas remaja lainnya, sedangkan permasalahan karena tidak seimbangnya interpersonal siswa adalah salah dalam memilih teman sebaya yang mengakibatkan terjerumus pada kegiatan negatif, seperti tawuran, perkelahian, permusuhan antargeng, kemungkinan juga permasalahan dengan keluarga, tidak puas dalam kehidupan sosialnya, juga adanya pertentangan diri dengan lingkungannya.

Fenomena diatas memberikan gambaran bahwa kompetensi intrapersonal dan interpersonal merupakan bagian dari kehidupan siswa yang akan mengakibatkan terhambatnya tugas-tugas perkembangan remaja. Kondisi ini dapat diantisipasi dengan layanan bimbingan pribadi-sosial, karena menurut Surya (1988: 47) bimbingan pribadi-sosial merupakan bimbingan dalam menghadapi dan memecahkan masalah-masalah pribadi-sosial seperti masalah pergaulan, penyelesaian konflik, penyesuaian diri dan sebagainya. Menurut Winkel (1991: 124) bimbingan pribadi-sosial merupakan proses bantuan yang menyangkut keadaan batinnya sendiri, kejasmanian sendiri, dan menyangkut hubungan dengan orang lain. Keuntungan


(20)

adanya bimbingan pribadi-sosial adalah bisa mengembangkan diri, menyesuaikan dengan lingkungannya, dapat hidup selaras dan bahagia bersama lingkungan.

Pengembangan program layanan bimbingan pribadi-sosial yang didalamnya memuat nilai-nilai yang bermakna sangat diperlukan sebagai pegangan program bagi konselor memuat berbagai kompetensi intrapersonal dan interpersonal melalui permainan sangat dibutuhkan, sehingga dapat berkembang sesuai tahap perkembangan remaja menjadi siswa yang mempunyai pribadi intrapersonal yang baik dan berkemampuan interpersonal yang bagus sehingga dapat bersosialisasi dengan sehat.

Kompetensi interpersonal dan intrapersonal bisa dibentuk melalui pembinaan dan pengajaran (Musfiroh, 2008). Kedua kompetensi ini dapat dirangsang dengan berbagai permainan yang membuat seseorang belajar mengenal diri sendiri, termasuk memahami emosi, perasaan, kelemahan dan kelebihan diri juga dapat menggugah semangat, mengeksplorasi imajinasi dan fantasi bersama dan waktu terbaik untuk membangun kompetensi ini adalah masih muda atau remaja (Musfiroh, 2008). Hal senada juga disampaikan oleh Charles (2005) bahwa masa remaja yang penuh dengan antagonis (hostile), sesuai perasaan (moody), susah diatur, gampang sakit hati, namun penuh dengan spontanitas, kreativitas, perlu dilakukan kegiatan sebagai jembatan untuk memecahkan masalahnya. Penelitian Charles menunjukkan bahwa play theraphy with adolocents offers a complete variety of play therapy approaches


(21)

merupakan sebuah variasi yang lengkap dari pendekatan bermain khususnya disesuaikan dengan kemajuan remaja.

Kenyataan di lapangan, masih terbatasnya buku pegangan, khususnya bimbingan pribadi-sosial, panduan yang penting bagi konselor untuk mengembangkan kompetensinya sebagai pembimbing siswa di sekolah. Siswa di sekolah juga menganggap bahwa materi layanan bimbingan pribadi-sosial kurang bermakna karena dianggap belum sebanding dengan bimbingan akademik dan bimbingan karir. Oleh karena itu, masalah dalam penelitian ini adalah ”Seperti apa program bimbingan pribadi-sosial untuk meningkatkan kompetensi interpersonal dan intrapersonal siswa?”. Permasalahan ini dirumuskan ke dalam pertanyaan sebagai berikut :

1. Bagaimana profil layanan bimbingan pribadi-sosial di SMA Darul Hikam Bandung.

2. Bagaimana profil kompetensi intrapersonal dan interpersonal siswa.

3. Bagaimana program hipotetik bimbingan pribadi-sosial untuk meningkatkan kompetensi interpersonal dan intrapersonal siswa.

4. Seberapa efektifkah program bimbingan pribadi-sosial melalui permainan dapat meningkatkan kompetensi intrapersonal dan interpersonal siswa.

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan umum dari penelitian ini adalah menghasilkan program bimbingan pribadi-sosial melalui permainan yang dapat meningkatkan kompetensi


(22)

intrapersonal dan interpersonal yang dapat dilaksanakan di sekolah menengah umum.

2. Tujuan khusus penelitian ini diarahkan untuk memperoleh informasi atau data tentang:

a. Profil kondisi layanan bimbingan pribadi-sosial.

b. Profil kompetensi intrapersonal dan intepersonal siswa yang dilaksanakan

oleh konselor.

c. Program hipotetik bimbingan pribadi-sosial untuk meningkatkan kompetensi

intrapersonal dan interpersonal siswa remaja.

d. Efektivitas program bimbingan pribadi-sosial melalui permainan untuk

meningkatkan kompetensi intrapersonal dan interpersonal siswa sekolah menengah umum melalui permainan.

D. Urgensi Penelitian

Penelitian ini dianggap penting, dikarenakan beberapa masalah seperti yang telah dikemukakan di depan, yaitu :

1. Kondisi siswa yang mengalami lack of competency by interpersonal and intrapersonal tidak bisa dibiarkan saja, harus segera ditangani oleh konselor agar

tidak berkepanjangan sehingga mempengaruhi prestasi akademik, tugas perkembangan remaja dan masa depan siswa.

2. Program hipotetik bimbingan pribadi-sosial ini bisa dijadikan rekomandasi bagi para konselor dalam memberikan layanan bimbingan kepada siswanya, sehingga


(23)

dapat meningkatkan kompetensi konselor sendiri dan penguatan terhadap profesi bimbingan dan konseling.

E. Manfaat Penelitian

1. Penelitian ini diharapkan memberikan sumbangan konseptual untuk memperkaya berbagai program pengembangan kompetensi dan penanganannya berdasarkan pendekatan bimbingan pribadi-sosial serta menguatkan konsep pengembangan model yang berkaitan dengan kompetensi intrepersonal dan interpersonal.

2. Hasil penelitian ini dapat dipergunakan untuk dapat memberikan kontribusi bagi terwujudnya program bimbingan pribadi-sosial untuk meningkatkan kompetensi intrapersonal dan interpersonal siswa sekolah menengah dan diharapkan dapat diimplementasikan dalam memberikan layanan bimbingan pribadi-sosial.

F. Pendekatan, Metode Penelitian Dan Teknik Analisis Data

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dan kuantitatif yang diharapkan dapat menghasilkan program bimbingan pribadi-sosial sosial bagi siswa sekolah menengah atas. Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian dan pengembangan (research and development) dengan tiga langkah kegiatan, yaitu survai, perencanaan, dan pengembangan. Salah satu kegiatan pengembangan adalah melakukan uji coba dengan menggunakan metode Quasi Eksperimen dengan pre-posttest control group design.

Proses analisis data dilakukan untuk mengetahui profil bimbingan pribadi-sosial dengan rasional konseptual dengan cara melihat kecenderungan pusat. Pengembangan keterampilan intrapersonal dan interpersonal siswa dengan teknik


(24)

prosentase atau analisis statistik yaitu dengan menghitung terlebih dahulu batas

bawah terbesar dan batas atas terkecil untuk menentukan kelompok dengan kategori keterampilan intrapersonal dan interpersonal yang tinggi, sedang, rendah. Dan untuk mengetahui efektifitas program bimbingan pribadi-sosial melalui permainan dapat meningkatkan kompetensi interpersonal dan intrapersonal siswa menggunakan analisis perbedaan dua rata-rata atau uji beda melalui teknik Uji t.

G. Lokasi, Populasi dan Sampel Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Menengah Atas Darul Hikam Bandung. Adapun subjek penelitiannya adalah siswa kelas X dan didapatkan berdasarkan hasil analisis data angket yang diberikan sebelumnya dengan menggunakan teknik purposive sampling.

Penelitian ini juga diharapkan guru Bimbingan dan Konseling juga menjadi subjek penelitian untuk memperoleh informasinya tentang kualitas dan kebermanfaatan program bimbingan pribadi-sosial yang dikembangkan. Sementara itu penentuan subjek penelitian untuk guru BK digunakan teknik non random sampling, sehingga setiap guru pembimbing dan guru berhak menjadi subjek


(25)

BAB III

PROSEDUR PENELITIAN

Pada bab tiga ini, dibahas hal-hal yang berkaitan dengan metode dan pendekatan penelitian, instrumen penelitian, definisi operasional, populasi dan sampel, prosedur dan langkah penelitian dan teknik analisis data penelitian.

A. Pendekatan dan Metode Penelitian

Studi ini menggunakan pendekatan riset dan pengembangan (research and development). Dasar pertimbangan penggunaan pendekatan ini adalah pendapat Borg,

Gall dan Gall (2006) yang menyatakan bahwa strategi penelitian dan pengembangan efektif untuk mengembangkan dan memvalidasikan produk pendidikan. Menurut Borg,Gall dan Gall (2006) produk yang dihasilkan melalui pendekatan riset dan pengembangan adalah buku teks, film instruksional, metode mengajar dan program-program. Dalam konteks ini, program yang dihasilkan dalam penelitian bimbingan dan konseling juga merupakan produk pendidikan.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Mixed Methods Designs (Cresweell, 2008). Menurut Creswell (2008) metode ini menggunakan campuran antara pendekatan kuantitatif dengan kualitatif. Desain yang digunakan adalah Explanatory Mixed Methods Designs. Pendekatan kuantitatif digunakan dengan melakukan kajian

terhadap identifikasi kasus, identifikasi masalah dan uji efektifitas program. Pendekatan kualitatif digunakan untuk melakukan kajian terhadap data dukung lapangan dan observasi proses pelaksanaan program.


(26)

B. Pengembangan Instrumen Penelitian 1. Definisi Operasional

Kompetensi intrapersonal merupakan kemampuan siswa dalam mengetahui dirinya (self knowledge) dengan memahami bakat dan minat, sikap, konsep diri, menyadari kelemahan dan kelebihan. Kompetensi intrapersonal siswa mampu mengarahkan dirinya (self direction) dengan kemampuan membuat keputusan, dapat menghadapi kegagalan,disiplin diri dan pengendalian diri. Kompetensi intrapersonal siswa merupakan kemampuan menghargai dirinya (self esteem) dan percaya pada dirinya.

Kompetensi interpersonal siswa adalah kemampuan siswa untuk peka terhadap diri dan orang lain, berjiwa asertif dengan tegas dalam berkomunikasi, menjadi nyaman dengan diri dan orang lain dengan transparan dalam memandang diri, menciptakan situasi persahabatan, berempati. Kompetensi interpersonal membentuk diri yang bebas dengan membiarkan orang lain menjadi dirinya dan terbuka terhadap orang lain. Kompetensi interpersonal mempunyai harapan yang realistik terhadap diri dan orang lain dengan memahami keadaan diri sesuai dengan keadaan sebenarnya, juga perlindungan diri dalam situasi antarpribadi dengan kemampuan bertindak dengan cara yang tepat, bekerja secara kooperatif dan keterampilan komunikasi yang efektif.


(27)

2. Kisi-kisi Instrumen

Pada penelitian ini menggunakan tiga kisi-kisi instrumen, yaitu: a). Kisi-kisi angket; b) Kisi-kisi pedoman wawancara dan observasi dan c) instrumen validasi. Adapun penjelasannya sebagai berikut :

a. Angket

Angket atau kuesioner adalah seperangkat alat pengumpul data dengan menggunakan metode tertulis. Angket disusun oleh peneliti dengan berdasarkan hasil studi kepustakaan dengan sumber-sumber yang relevan sekaligus mendukung konsep dan konstruk kompetensi intrapersonal dan interpersonal secara utuh.

Instrumen pengumpul data berupa angket berbentuk skala penilaian Likert dengan lima alternatif jawaban, yaitu : Sangat Sesuai (SS); Sesuai (S); Ragu-ragu (RR); Tidak Sesuai (TS); dan Sangat Tidak Sesuai (STS). Untuk kepentingan pedoman penyekoran setiap butir soal digunakan langkah-langkah yang dikemukakan oleh Suryabrata (1999:266-271) dan perhitungannya dibantu dengan Microsoft Excel 2007.

Proses penyusunan instrumen ini dilakukan dengan pengkajian mendalam sehingga menghasilkan instrumen yang siap untuk divalidasi. Dari 80 item yang disusun, setelah melakukan diskusi, menerima masukan, rekomendasi dan review, sesuai dengan kaidah penyusunan instrumen yang baik, maka jumlah item bertambah menjadi 108 butir.

Langkah selanjutnya adalah melakukan uji validitas dengan uji rasional kepada expert judgement. Item yang sebelumnya berjumlah 108, kemudian


(28)

ditimbang menjadi 105 butir. Adapun kisi-kisi instrumennya dapat dilihat dalam tabel berikut.

Tabel 3.1 Kisi-Kisi Instrumen

NO VARIABEL SUB VARIABEL INDIKATOR JUMLAH ITEM NO. ITEM

Favourable Non

Favourable

1 Kompetensi

Intrapersonal

1.1.Pengetahuan atas

diri sendiri (self knowledge);

1.1.1.Mengenal bakat 1.1.2.Memahami

sikap 1.1.3.Konsep diri

1.1.4.Peka terhadap

perasaan 1.1.5.Menyadari

kelemahan dan kelebihan 2 2 4 2 3 2 2 4 2 3 1,2,3,4 5,6,7,8 9,10,11,12 13,14,15,16, 17,18,19,20 21,22,23,24 25,26

1.2.Pengarahan diri

(self direction) 1.2.1.Mampu membuat keputusan 1.2.2.Mampu menghadapi kegagalan 1.2.3.Disiplin diri 1.2.4.Pengendalian diri 2 3 2 4 2 1 2 4 27,28,29,30 31,32,33,34 35,36,37,38 39,40,41,42, 43,44,45,46 1.3.Harga diri (self

esteem) 1.3.1.Menghargai diri 1.3.2.Percaya diri 2 2 2 2 47,48,49,50 51,52,53,54

2 Kompetensi

Interpersonal

2.1.Peka terhadap

diri dan orang

2.1.1.Peka terhadap

diri dan orang

3 3 55,56,57,58,


(29)

lain lain

2.2.Asertif 2.2.1.Tegas dalam

berkomunikasi

2 2 61,62,63,64

2.3.Menjadi nyaman

dengan diri

sendiri dan orang lain 2.3.1.Transparan dalam memandang diri 2.3.2.Menciptakan situasi persahabatan 2.3.3.Empatik 2 3 3 2 3 3 65,66,67,68 69,70,71,72, 73,74 75,76,77,78, 79,80

2.4.Menjadi diri

yang bebas

2.4.1.Membiarkan

orang lain

menjadi dirinya 2.4.2.Terbuka

terhadap orang lain 2 2 2 2 81,82,83,84 85,86,87,88

2.5.Harapan yang

realistic terhadap diri sendiri dan orang lain

2.5.1.Memahami

keadaan diri

sesuai dengan

keadaan sebenarnya

2 1 89,90,91

2.6.Perlindungan diri

dalam situasi

antar ribadi

2.6.1.Bertindak

dengan cara

yang tepat 2.6.2.Bekerja secara

kooperatif 2.6.3.Keterampilan komunikasi yang efektif 2 2 3 2 2 3 92,93,94,95 96,97,98,99 100,101,102 ,103,104,10 5


(30)

b. Pedoman wawancara dan observasi

Pedoman wawancara dan pedoman observasi digunakan untuk mengungkap kondisi di lapangan tentang profil bimbingan pribadi-sosial di sekolah dengan melihat, mengobservasi, mewawancara siswa, guru BK dan personil terkait, seperti kepala sekolah. Kisi-kisi skala penilaian dalam pedoman wawancara dan observasi disajikan dalam tabel sebagai berikut :

Tabel 3.2.

Kisi – kisi Skala Penilaian Pedoman Wawancara dan Observasi

NO ASPEK YANG DIUNGKAP RESPONDEN TEKNIK Kepala

Sekolah

Pembimbing Siswa

1 Mekanisme perencanaan

a. Kompetensi yang diharapkan

√ Wawancara

Observasi

b. Format program √ √

2 Implementasi a. Siapa yang dilibatkan

√ √ √ Wawancara

Observasi b.Tingkat

keberhasilan

√ √ √

3 Evaluasi a. Proses pelaksanaan √ √ Wawancara

Observasi b. Tingkat

keberhasilan

√ √ √

c. Posisi dengan bidang akademik, karier

4 Dampak dan kendala

a. Bagi siswa √ Wawancara

Observasi

b.Bagi Pembimbing √

c. Bagi Kepala Sekolah


(31)

5 Metode & Teknik

a. Tujuan yang hendak dicapai

√ √ √ Wawancara

Observasi

b.Kerjasama √ √

c. Organisasi dan administrasi bimbingan

√ √

d.Proses bimbingan √ √ √

6 Pembimbing a.

a. Biodata √ Wawancara

Observasi b. Latarbelakang

pendidikan

c. Pengetahuan & wawasan

d. Pelatihan BK √

e. Lamanya bertugas √

7 Waktu bimbingan yang digunakan

√ Wawancara

Observasi

8 Sarana Prasarana bimbingan

√ √ Wawancara

Observasi

c. Validasi program

Instrumen validasi program bertujuan untuk mengukur kelayakan program setelah dilakukan uji validitas dan reliabilitas. Validasi program dilakukan dengan menggunakan focus group discussion dengan praktisi di lapangan. Instrumen dikembangkan berdasarkan kisi-kisi sebagai berikut.


(32)

Tabel 3.3 Validasi Program

NO KOMPONEN BAIK CUKUP KURANG SARAN

1 Kejelasan penggunaan istilah 2 Sistematika program

3 Rumusan rasional program 4 Rumusan tujuan program 5 Rumusan asumsi program 6 Keterbacaan program

7 Umum

3. Uji Instrumen a. Uji Validitas

Validitas menurut Suryabrata (1999:56-57) atau kesahihan digunakan dalam tiga konteks, yaitu: (1) validitas penelitian atau research validity; (2) validitas soal atau item validity dan (3) validitas alat ukur atau test validitity. Pada viliditas penelitian mempersoalkan derajat kesesuaian antara data hasil penelitian dengan keadaan sebenarnya. Validitas ini mengandung dua sisi, yaitu validitas internal dan validitas eksternal. Untuk mendapatkan validitas internal penelitian, peneliti menggarapnya melalui penggunaan instrumen pengambil data yang memenuhi persyaratan tertentu. Validitas eksternal penelitian mempersoalkan derajat kesesuaian antara generalisasi hasil penelitian dengan keadaan yang sebenarnya.

Validitas soal adalah derajat kesesuaian antara suatu soal dengan seperangkat soal-soal lainnya. Ukuran validitas soal adalah korelasi antara skor


(33)

pada soal dengan skor pada perangkat soal. Isi validitas soal adalah daya pembeda soal.

Validitas alat ukur (tes) menyangkut apa yang diukur suatu alat ukur dan seberapa baik alat ukur itu bisa mengukur (Anastasi&Urbina,2003). Menurut Arikunto (2002) suatu alat ukur dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan; mengungkap data dari variabel yang diteliti secara tepat. Tinggi rendahnya validitas alat ukur menunjukkan sejauhmana data yang terkumpul tidak menyimpang dari gambaran tentang validitas yang dimaksud. Intinya, validitas alat ukur mencerminkan ketepatan suatu alat ukur untuk mengukur apa yang ingin diukur.

1). Validitas Rasional

Pada tahap ini dilakukan dengan tujuan untuk menilai instrumen yang telah dirancang dalam program hipotetik kepada para ahli. Expert jugjement ini merupakan proses yang harus dilakukan agar instrumen dalam program hipotetik yang telah dirancang memenuhi standar penelitian sehingga hasilnya layak untuk diuji coba. Pakar yang diminta untuk menilai dan memberi pertimbangan tentang kelayakan program hipotetik adalah pakar bimbingan dan konseling.

Validitas yang dipakai adalah validitas isi atau content validity dan validitas construct. Sebagaimana Suryabrata (1999:58) mengatakan bahwa secara konvensional validitas alat ukur dapat dilihat dari tiga arah, yaitu: (1) dari isi yang hendak diukur atau content; (2) dari arah rekaan teoritis atau


(34)

construct atribut yang diukur; (3) dari kriteris alat ukur. Validitas isi alat ukur

merujuk sejauhmana alat ukur yang merupakan perangkat soal-soal dilihat dari isinya mengukur yang dimaksud untuk mengukur. Ukuran itu ditentukan berdasarkan derajat reputasinya isi alat ukur itu bagi isi hal yang akan diukur. Validitas ini ditentukan melalui pendapat profesional atau professional judgement dalam proses telaah soal (item). Adapun yang menjadi penimbang atau judger untuk validasi rasional adalah Dr. Uman Suherman, M.Pd, Dr. Mubiar Agustin, M.Pd dan Dra.Yusi Riksa Yustiana, M.Pd.

Teknik penelitian yang digunakan dalam validasi model oleh pakar ini adalah teknik Delphi, (Cohen,Manion dan Morrison, 2000) yaitu suatu teknik penilaian untuk mengambil keputusan dengan mengirimkan rancangan program untuk divalidasi oleh validator, hasil keputusan dari para validator kemudian ditarik sebagai keputusan umum.

Saran yang diberikan para ahli untuk instrumen ini adalah: (1)pemaparan dari definisi operasional harus jelas agar tidak terjadi ambiguitas; (2) bahasa operasional harus disesuaikan dengan bahasa untuk tingkatan SMA sehingga mudah difahami, kemudian (3) konten diperhatikan dalam kaitannya antara variabel dengan sub variabel dan indikator. Hasil dari uji ahli ini, dari jumlah item sebelumnya 108 butir kemudian direvisi sehingga pada akhirnya item berjumlah 105 butir.


(35)

2). Validasi Empirik

Validitas empirik dilakukan dengan menguji instrumen dari hasil uji coba kepada sampel penelitian. Uji validitas dilakukan dengan menggunakan rumus korelasi product moment Pearson atau koefisen korelasi Pearson dibantu dengan SPSS for Windows versi 15. Tujuannya adalah untuk memperoleh butir-butir secara lengkap yang memiliki tingkat homogenitas tinggi dan akan dijadikan butir tes. Rumus korelasi product moment adalah :

= − /�

22/

2

− 2/ Keterangan :

X dan Y : Skor masing-masing variabel n : banyaknya subyek

(Azwar, 2003:19) Uji validitas dilakukan dengan mengkorelasikan skor setiap butir dengan skor total. Hal ini dimaksudkan untuk memilih butir soal yang homogen, karena tingkat homogenitas suatu tes memiliki relevansi tertentu dengan validitas konstruknya. Proses dan tabel rekapitulasi hasil korelasi butir soal dapat dilihat di lampiran.

Adapun hasil uji validitas empirik ini adalah :

a) Berdasarkan hasil perhitungan, jumlah item sebelumnya adalah sebanyak 105 butir, sebanyak 38 butir tidak valid disebabkan nilainya memiliki p (


(36)

derajat kepercayaan ) > 0.05, maka dinyatakan gugur. Pada akhirnya jumlah butir yang valid atau sahih sebanyak 67 butir.

b) Variabel kompetensi intrapersonal dengan sub variabel pengetahuan diri ( self knowledge) memuat 5 indikator, setelah dilakukan uji validitas, 2

indikator yaitu ”memahami sikap dan peka terhadap perasaan” tidak valid,

maka indikator itu dianggap gugur, karena tidak terwakili. Pada akhirnya sub variabel pengetahuan diri diwakili oleh 3 indikator yang valid, yaitu memahami bakat, memahami konsep diri dan menyadari kelemahan dan kelebihan.

c) Variabel kompetensi intrapersonal mempunyai 3 indikator, yaitu pengetahuan diri, pengarahan diri dan harga diri.

d) Variabel kompetensi interpersonal mempunyai 6 indikator, yaitu peka terhadap perasaan diri dan orang lain, asertif, nyaman dengan diri sendiri dan orang lain, menjadi diri yang bebas, harapan yang realistik terhadap diri dan orang lain,perlindungan diri dalam situasi antar pribadi.

b. Uji Reliabilitas

Reliabilitas alat ukur menunjukkan sejauhmana derajat keajegan atau konsistensi skor yang dicapai oleh testee dari suatu pengukuran dengan alat ukur yang sama pada kondisi yang berbeda. Dengan kata lain, reliabilitas alat ukur merujuk pada sejauhmana perbedaan-perbedaan skor perolehan mencerminkan perbedaan-perbedaan atribut sebenarnya.


(37)

Reliabilitas alat ukur ini berkenaan dengan derajat konsistensi atau kesamaan antara dua perangkat skor, maka semua jenis reliabilitas dinyatakan dalam bentuk koefisien korelasi (r) (Suryabrata,1999). Besar kecilnya reliabilitas suatu alat ukur ditentukan oleh besar kecilnya nilai korelasi hasil tes yang dinamakan indeks relibilitas.

Pada uji reliabitas ini, peneliti menggunakan teknik split-half atau belah dua dari Spearman Brown dengan dibantu SPSS versi 17. Menurut sebagian para ahli berpendapat bahwa teknik belah dua atau split-half merupakan bagian dari metode keajegan internal atau internal consistency. Seperti yang disebutkan oleh Azwar (2003) formulasi Spearman Brown merupakan sebuah formula komputasi yang sangat populer untuk estimasi reliabilitas tes yang dibelah menjadi dua bagian yang relatif paralel satu dengan yang lain. Formula Spearman Brown dilakukan dengan cara pembelahan gasal-genap atau cara matched-random subsets dikarenakan dua cara itulah diharapkan akan diperoleh belahan-belahan

yang paralel seperti yang dikehendaki.

Adapun rumus split-half Spearman Brown adalah sebagai berikut :

=2 �1.2

1+�1.2

Keterangan : rxx’=koefisien reliabilitas Spearman Brown

r1.2= koefisien korelasi antara kedua belahan


(38)

Norma yang dipakai dalam uji reliabilitas berdasarkan Guilford, dilihat dari koefisien reliabilitasnya, makin tingi harga reliabilitas instrumen, kemungkinan kesalahan yang terjadi makin kecil. Kriterianya adalah sebagai berikut.

Tabel 3.4.

Kriteria Koefisien Reliabilitas

R Derajat Keterandalan

< 0.20 Sangat Rendah

0.21 – 0.40 Rendah

0.41 – 0.70 Sedang

0.71 – 0.90 Tinggi

0.91 – 1.00 Sangat Tinggi

Hasil uji reliabilitas dengan menggunakan rumus Spearman Brown memperoleh 0.859, dengan rumus dari Alpha Cronbach mendapakan hasil 0.857, dan rumus Guttman Split-half Coefficient mendapat hasil 0.857, ketiga hasil uji reliabilitas dengan berbagai rumus sangat sedikit selisihnya, berarti dapat diartikan bahwa perbedaan (variasi) yang tampak pada skor tes tersebut mampu mencerminkan 85.9% (dilihat dari hasil Spearman Brown) dari variasi yang terjadi pada skor murni subyek yang bersangkutan atau dapat pula dikatakan bahwa 14.1% dari perbedaan skor yang tampak disebabkan oleh variasi eror pengukuran dan derajat keterandalannya tinggi.

C. Populasi dan Sampel 1. Populasi penelitian

Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X Sekolah Menengah Atas Darul Hikam Bandung Tahun Pelajaran 2009/2010. Berdasarkan hasil survey dan observasi sebelumnya, maka didapat data sebagai berikut :


(39)

Tabel 3.5

Daftar Populasi Penelitian

NO KELAS L P JUMLAH

1 KELAS X – A 13 14 25

2 KELAS X – B 11 15 24

3 KELAS X – C 12 14 26

TOTAL 36 43 75

2. Sampel

Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan teknik non random propability sampling atau sampling pertimbangan yang memiliki tujuan

tertentu (purposive sampling). Dari hasil pertimbangan ditentukan besarnya sampel dalam penelitian ini adalah patokan hasil analisis angket yang rata-rata kelasnya paling rendah dan paling banyak nilai rendah untuk kompetensi intrapersonal dan interpersonalnya.

Tabel 3.6 Hasil Rerata Kelas

KELAS JUMLAH RERATA

KELAS X – A 5973 238.92

KELAS X – B 5743 228

KELAS X – C 5700 229.72

Dari hasil rerata kelas X, dengan memperhatikan pertimbangan penentuan sampel, maka kelas X-B dijadikan sampel dalam penelitian ini.

Penelitian ini juga diharapkan guru Bimbingan dan Konseling juga menjadi subjek penelitian untuk memperoleh informasinya tentang kualitas dan kebermanfaatan model kompetensi pribadi-sosial sosial yang dikembangkan.


(40)

Sementara itu penentuan subjek penelitian untuk guru BK digunakan teknik non random sampling, sehingga guru pembimbing dan guru berhak menjadi subjek penelitian. Guru Bimbingan dan Konseling di SMA Darul Hikam ada satu orang, sehingga dijadikan subyek dalam penelitian ini.

D. Prosedur dan Langkah-langkah Penelitian

Prosedur dan langkah-langkah yang ditempuh dalam penelitian ini mengacu kepada siklus penelitian dan pengembangan (The Research & Developmet Cycle). Setelah disesuaikan dengan kebutuhan dan tujuan penelitian, maka langkah-langkah yang disebutkan Borg Gall dan Gall sebanyak 10 langkah dimodifikasi menjadi tiga langkah utama, yaitu survai, perencanaan dan pengembangan, masing-masing diuraikan dalam gambar berikut :


(41)

Bagan 3.1. Alur Pengembangan Program SURVAI &

PERENCANAAN

PENGEMBANGAN VALIDASI

1.KAJIAN KONSEPTUAL 2a. Kondisi pribadi-sosial sosial 2.b.Upaya-upaya konselor dalam mengembang-kan kompetensi pribadi-sosial 2.c.Profil kompetensi intrapersonal dan interpersonal 3. Penyusunan rancangan Program hipotetik bimbingan pribadi-sosial 6. UJICOBA PROGRAM YANG DIREKOMEN DASIKAN 2.KAJIAN EMPIRIS

4. Uji Rasional

Revisi ProgramAwal

7. Umpan balik dan diseminasi


(42)

Langkah-langkah utama dalam pengembangan model dalam penelitian ini sebagai berikut.

1. Kajian konseptual

Kajian konseptual ini merupakan langkah pertama yang dilakukan dalam rangka studi eksploratif untuk memperoleh pemahaman yang mendalam tentang teori, konsep dan hasil studi yang relevan dengan :

a. program bimbingan pribadi-sosial

b. kompetensi intrapersonal dan interpersonal siswa remaja

c. bentuk permainan untuk meningkatkan kompetensi intrapersonal dan interpersonal. Studi pustaka ini dilakukan sebelum penelitian.

2. Kajian empiris di lapangan

Kajian empiris dilakukan dengan :

a. Melihat lebih dalam kondisi di lapangan tentang layanan bimbingan pribadi-sosial. Pelaksanaannya dilakukan dengan metode angket, wawancara dan obeservasi untuk melihat potret dan fenomena yang terjadi dengan jelas. b. Upaya-upaya yang dilakukan oleh konselor tentang layanan bimbingan

pribadi-sosial. Disini peneliti menyusun instrumen dalam bentuk angket atau kuesioner dan wawancara untuk responden siswa dan guru BK.

c. Profil kompetensi intrapersonal dan interpersonal siswa remaja. 3. Penyusunan program hipotetik

Langkah ketiga ini peneliti menyusun rancangan program hipotetik dengan sejumlah instrumen yang mendukung dalam menjelaskan pengembangan


(43)

kompetensi interpersonal dan intrapersonal siswa. Program hipotetik yang dikembangkan dibangun dengan komponen yang meliputi : (a) rasional; (b) tujuan; (c) mekanisme dan langkah-langkah; (d) strategi dan teknik pelaksanaan; (e) kriteria keberhasilan; (f) evaluasi.

4. Uji rasional

Program yang sudah dibuat kemudian diberikan kepada guru bimbingan dan konseling untuk bersama-sama melakukan focus group discussion atau FGD sebagai uji rasional program. Hasil dari diskusi ini untuk melengkapi dan memberi masukan dari guru bimbingan dan konseling pada program yang telah dirancang agar mendapatkan program yang sesuai dengan yang diharapkan dalam tujuan penelitian.

5. Revisi hasil program hipotetik awal dengan melihat hasil uji coba

Pada tahapan revisi program hipotetik dilakukan perumusan kembali program dengan mengakomodasi saran-saran dan rekomendasi dari validator. Target utama dari tahapan ini adalah diperolehnya rumusan program operasional yang siap diujicobakan.

6. Uji coba efektifitas program

Kegiatan melakukan uji coba dengan menggunakan metode Quasi Eksperiment dengan pre-posttest control group design. Uji coba dilakukan dengan membuat kelompok kontrol dan kelompok eksperimen yang sebelumnya sampel diambil dari populasi dengan menggunakan teknik purposive sampling.


(44)

a. Pre test

Kegiatan pre test dilakukan di awal dengan menyebarkan instrumen kepada seluruh responden untuk menguji kemampuan awal dalam kompetensi intrapersonal interpersonal siswa.

b. Eksperimen

Program hipotetik diterapkan kepada kelompok eksperimen. Kelompok eksperimen dipilih dari hasil pre test, dimana kelas yang reratanya paling rendah dan kompetensi intrapersonal dan interpersonalnya paling rendah. Dan kelompok kontrol dipilih dari rerata kelas yang nilainya lebih besar dari kelompok eksperimen.

Setelah ditentukan sampel penelitian, maka kelas X-B dijadikan kelompok eksperimen dan kelas X-C dijadikan kelompok kontrol. Program hipotetik diberikan kepada kelompok eksperimen sebanyak delapan kali pertemuan dengan masing-masing 45 menit tiap pertemuan. Kelompok eksperimen sepenuhnya dipegang oleh peneliti dengan menggunakan teknik permainan yang didalamnya menggunakan dinamika kelompok sebagai self help bagi siswanya. Dan kelompok kontrol dipegang sepenuhnya oleh guru bimbingan dan konseling dengan metode teaching dan pembelajaran yang sepenuhnya ceramah.

Adapun program hipotetik yang diberikan kepada kelompok eksperimen adalah: (1)Tepuk-Tepuk-Stop; 2) Marina Menari; 3) Jendela Diriku; 4) Make


(45)

A Something Beautiful; 5) Our Picture; 6) The Longest Tie; 8) Terjerat Tali; 9)

Kapal Livina; 10) Wortel-Telur-Kopi; (11) Bolivian Highway. c. Post test

Kegiatan post test dilakukan di akhir dengan menyebarkan instrumen kepada seluruh responden. Post test bertujuan untuk mengetahui kemajuan atau peningkatannya kompetensi intrapersonal dan interpersonal setelah memperoleh treatmen sesuai dengan program hipotetik yang diberikan peneliti.

7. Diseminasi dan umpan balik

Diseminasi dan umpan balik dilakukan dengan menyampaikan hasil penelitian pada forum seminar hasil yang telah tersedia. Kegiatan ini bekerja sama dengan Musyawarah Guru Bimbingan dan Konseling SMP & SMA Kota Bandung dan Asosiasi Bimbingan Konseling Indonesia Cabang Kota Bandung, bertempat di SMAN 3 Bandung Jalan Belitung no 8 Bandung. Diseminasi dilakukan agar hasil kegiatan penelitian dan pengembangan dapat dimonitoring secara terkendali terhadap kemungkinan implementasi dari program yang direkomendasikan tersebut, sehingga dapat dirumuskan program final yang direkomendasikan sebagai hasil dari penelitian.

E. Teknik Analisis Data Penelitian

Teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah Quasi Eksperiment dengan teknik analisis data kualitatif dan kuantitatif. Adapun proses analisis data dilakukan untuk mengetahui :


(46)

1. Untuk menjawab pertanyaan penelitian tentang profil bimbingan pribadi-sosial dengan analisis data kualitatif melihat hasil dari instrumen tertulis berupa angket dan tidak tertulis berupa hasil observasi dan wawancara.

2. Untuk menjawab pertanyaan penelitian tentang profil kompetensi intrapersonal dan interpersonal siswa dengan teknik kuantitatif menggunakan teknik prosentase atau analisis statistik yaitu dengan menghitung terlebih dahulu batas

bawah terbesar dan batas atas terkecil untuk menentukan kelompok dengan kategori keterampilan intrapersonal dan interpersonal yang tinggi, sedang, rendah dengan rumus :

Tinggi = apabila X > Xi + SD (0.5)

Sedang = apabila X > Xi – SD (0.5) – X > Xi + SD (0.5) Rendah = apabila X < Xi – SD (0.5)

Tinggi, menunjukkan kondisi individu yang memiliki, menguasai atau

mencapai tuntutan (tugas) yang digambarkan melalui aspek dan indikator dari kompetensi intrapersonal dan interpersonal siswa. Sedang, menunjukkan kondisi individu yang hanya memiliki, menguasai atau mencapai beberapa (sebagian) tuntutan yang digambarkan melalui aspek dan indikator dari kompetensi intrapersonal dan interpersonal. Rendah, menunjukkan kondisi individu yang tidak memiliki, kurang menguasai atau kurang mencapai tuntutan tugas yang digambarkan melalui asek dan indikator dari kompetensi intrapersonal dan interpersonal siswa remaja.


(47)

3. Untuk menjawab program hipotetik bimbingan pribadi-sosial untuk meningkatkan kompetensi intrapersonal dan interpersonal siswa remaja menggunakan hasil focus group discussion dengan praktisi di lapangan.

4. Dan untuk mengetahui efektifitas program bimbingan pribadi-sosial melalui permainan dapat meningkatkan kompetensi interpersonal dan intrapersonal siswa menggunakan analisis perbedaan dua rata-rata atau uji beda melalui teknik Uji t. Penelitian ini melakukan pengujian dua buah rata-rata populasi berkorelasi rumus t-tes yang digunakan yaitu:

Keterangan :

X1= Rata-rata sampel 1

X2= Rata-rata sampel 2

s1 = Simpangan baku sampel 1

s2 = Simpangan baku sampel 2

s12 = Varians sampel 1

s12 = Varians sampel 2

r = korelasi antara dua sampel


(48)

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

Pada Bab V ini diuraikan beberapa kesimpulan dari hasil penelitian dan rekomendasi yang diharapkan dari peneliti.

A. Kesimpulan

Penelitian tentang program bimbingan pribadi sosial untuk meningkatkan kompetensi intrapersonal dan interpersonal siswa remaja, menghasilkan beberapa kesimpulan, yaitu :

1. Bimbingan pribadi sosial di SMA Darul Hikam belum maksimal, karena dibandingkan dengan program bimbingan dan konseling baik dalam Permendikanas dan aturan Depdiknas belum memenuhi standar yang diberlakukan bagi program pelaksanaan bimbingan dan konseling pada umumnya dan bimbingan pribadi sosial pada khususnya.

2. Pada umumnya tingkat kompetensi intrapersonal dan interpersonal siswa kelas X SMA Darul Hikam termasuk kategori sedang, artinya kurang mempunyai kemampuan atau kurang menguasai dan cenderung tidak mempunyai kompetensi intrapersonal dan interpersonal secara menyeluruh.

3. Aspek pengetahuan diri siswa kelas X SMA Darul Hikam lebih rendah dibanding aspek pengarahan diri dan harga diri

4. Siswa memiliki kemampuan yang cukup dalam aspek peka terhadap diri sendiri dan orang lain, nyaman dengan diri dan orang lain, menjadi diri yang bebas, harapan yang realistik pada diri dan orang lain,perlindungan


(49)

diri dari situasi antarpribadi, sedangkan aspek asertif, siswa mempunyai kemampuan yang baik untuk tegas dalam berkomunikasi.

5. Hasil validasi program melalui focus group discussion layak untuk diujicobakan kepada sampel penelitian.

6. Program bimbingan pribadi sosial efektif untuk meningkatkan kompetensi intrapersonal dan interpersonal, terutama untuk aspek harga diri, menjadi nyaman dengan diri sendiri dan orang lain, serta aspek menjadi diri yang bebas.

B. Rekomendasi

Berdasarkan hasil penelitian ini, maka peneliti memberikan rekomendasi kepada fihak sekolah, guru bimbingan dan konseling dan peneliti selanjutnya. 1. Sekolah

Pada dasarnya program bimbingan pribadi sosial sudah berjalan, namun masih ada hambatan, oleh karena itu kepada fihak sekolah hendaknya memberikan perhatian dan dukungan yang lebih besar lagi terhadap bimbingan dan konseling pada umumnya, dan bimbingan pribadi sosial khususnya, dengan memfasilitasi program kerja sehingga sesuai dengan standar kegiatan bimbingan dan konseling.

2. Guru bimbingan dan konseling

Penting sekali bagi guru bimbingan dan konseling memberikan layanan bimbingan pribadi sosial yang lebih intensif bertujuan agar siswa dapat memelihara dan meningkatkan kompetensi intrapersonal dan interpersonal yang dimiliki. Program bimbingan pribadi sosial dapat dilaksanakan terpadu


(50)

dengan program sekolah yang ada dengan mengoptimalkan dukungan sistem sekolah lainnya dalam kegiatan ekstra kurikuler, MOS dan OSIS.

3. Bagi penelitian selanjutnya

a. Melihat hasil penelitian yang tidak signifikan meningkat kompetensi intrapersonal, yaitu aspek pengetahuan diri dan pengarahan diri, serta kompetensi interpersonal, yaitu aspek peka terhadap perasaan diri dan orang lain, asertif, harapan yang realistik pada diri dan orang lain dan aspek perlindungan diri dalam situasi antarpribadi, maka hendaknya peneliti selanjutnya menyusun rancangan program yang canggih sehingga hasilnya efektif meningkatkan kompetensi intrapersonal dan interpersonal siswa.

b. Untuk mendapatkan hasil penelitian yang lebih baik, hendaknya dibuat program dengan metode eksperimen murni agar terlihat efektifitas program yang dirancang.

c. Penelitian ini bersifat deskriptif, melihat apa yang terjadi saat ini pada siswa tentang kompetensi intrapersonal dan interpersonalnya, alangkah lebih baik, peneliti selanjutnya meneliti masa lalu atau sebelumnya tentang faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya ketidakharmonisan antara kompetensi intrapersonal dan interpersonal siswa remaja.


(1)

A Something Beautiful; 5) Our Picture; 6) The Longest Tie; 8) Terjerat Tali; 9) Kapal Livina; 10) Wortel-Telur-Kopi; (11) Bolivian Highway.

c. Post test

Kegiatan post test dilakukan di akhir dengan menyebarkan instrumen kepada seluruh responden. Post test bertujuan untuk mengetahui kemajuan atau peningkatannya kompetensi intrapersonal dan interpersonal setelah memperoleh treatmen sesuai dengan program hipotetik yang diberikan peneliti.

7. Diseminasi dan umpan balik

Diseminasi dan umpan balik dilakukan dengan menyampaikan hasil penelitian pada forum seminar hasil yang telah tersedia. Kegiatan ini bekerja sama dengan Musyawarah Guru Bimbingan dan Konseling SMP & SMA Kota Bandung dan Asosiasi Bimbingan Konseling Indonesia Cabang Kota Bandung, bertempat di SMAN 3 Bandung Jalan Belitung no 8 Bandung. Diseminasi dilakukan agar hasil kegiatan penelitian dan pengembangan dapat dimonitoring secara terkendali terhadap kemungkinan implementasi dari program yang direkomendasikan tersebut, sehingga dapat dirumuskan program final yang direkomendasikan sebagai hasil dari penelitian.

E. Teknik Analisis Data Penelitian

Teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah Quasi Eksperiment dengan teknik analisis data kualitatif dan kuantitatif. Adapun proses analisis data dilakukan untuk mengetahui :


(2)

Eva Emania Eliasa, 2010

1. Untuk menjawab pertanyaan penelitian tentang profil bimbingan pribadi-sosial dengan analisis data kualitatif melihat hasil dari instrumen tertulis berupa angket dan tidak tertulis berupa hasil observasi dan wawancara.

2. Untuk menjawab pertanyaan penelitian tentang profil kompetensi intrapersonal dan interpersonal siswa dengan teknik kuantitatif menggunakan teknik prosentase atau analisis statistik yaitu dengan menghitung terlebih dahulu batas bawah terbesar dan batas atas terkecil untuk menentukan kelompok dengan kategori keterampilan intrapersonal dan interpersonal yang tinggi, sedang, rendah dengan rumus :

Tinggi = apabila X > Xi + SD (0.5)

Sedang = apabila X > Xi – SD (0.5) – X > Xi + SD (0.5) Rendah = apabila X < Xi – SD (0.5)

Tinggi, menunjukkan kondisi individu yang memiliki, menguasai atau

mencapai tuntutan (tugas) yang digambarkan melalui aspek dan indikator dari kompetensi intrapersonal dan interpersonal siswa. Sedang, menunjukkan kondisi individu yang hanya memiliki, menguasai atau mencapai beberapa (sebagian) tuntutan yang digambarkan melalui aspek dan indikator dari kompetensi intrapersonal dan interpersonal. Rendah, menunjukkan kondisi individu yang tidak memiliki, kurang menguasai atau kurang mencapai tuntutan tugas yang digambarkan melalui asek dan indikator dari kompetensi intrapersonal dan interpersonal siswa remaja.


(3)

3. Untuk menjawab program hipotetik bimbingan pribadi-sosial untuk meningkatkan kompetensi intrapersonal dan interpersonal siswa remaja menggunakan hasil focus group discussion dengan praktisi di lapangan.

4. Dan untuk mengetahui efektifitas program bimbingan pribadi-sosial melalui permainan dapat meningkatkan kompetensi interpersonal dan intrapersonal siswa menggunakan analisis perbedaan dua rata-rata atau uji beda melalui teknik Uji t. Penelitian ini melakukan pengujian dua buah rata-rata populasi berkorelasi rumus t-tes yang digunakan yaitu:

Keterangan :

X1= Rata-rata sampel 1 X2= Rata-rata sampel 2

s1 = Simpangan baku sampel 1 s2 = Simpangan baku sampel 2 s12 = Varians sampel 1

s12 = Varians sampel 2

r = korelasi antara dua sampel


(4)

164

Eva Emania Eliasa, 2010

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

Pada Bab V ini diuraikan beberapa kesimpulan dari hasil penelitian dan rekomendasi yang diharapkan dari peneliti.

A. Kesimpulan

Penelitian tentang program bimbingan pribadi sosial untuk meningkatkan kompetensi intrapersonal dan interpersonal siswa remaja, menghasilkan beberapa kesimpulan, yaitu :

1. Bimbingan pribadi sosial di SMA Darul Hikam belum maksimal, karena dibandingkan dengan program bimbingan dan konseling baik dalam Permendikanas dan aturan Depdiknas belum memenuhi standar yang diberlakukan bagi program pelaksanaan bimbingan dan konseling pada umumnya dan bimbingan pribadi sosial pada khususnya.

2. Pada umumnya tingkat kompetensi intrapersonal dan interpersonal siswa kelas X SMA Darul Hikam termasuk kategori sedang, artinya kurang mempunyai kemampuan atau kurang menguasai dan cenderung tidak mempunyai kompetensi intrapersonal dan interpersonal secara menyeluruh.

3. Aspek pengetahuan diri siswa kelas X SMA Darul Hikam lebih rendah dibanding aspek pengarahan diri dan harga diri

4. Siswa memiliki kemampuan yang cukup dalam aspek peka terhadap diri sendiri dan orang lain, nyaman dengan diri dan orang lain, menjadi diri yang bebas, harapan yang realistik pada diri dan orang lain,perlindungan


(5)

165

diri dari situasi antarpribadi, sedangkan aspek asertif, siswa mempunyai kemampuan yang baik untuk tegas dalam berkomunikasi.

5. Hasil validasi program melalui focus group discussion layak untuk diujicobakan kepada sampel penelitian.

6. Program bimbingan pribadi sosial efektif untuk meningkatkan kompetensi intrapersonal dan interpersonal, terutama untuk aspek harga diri, menjadi nyaman dengan diri sendiri dan orang lain, serta aspek menjadi diri yang bebas.

B. Rekomendasi

Berdasarkan hasil penelitian ini, maka peneliti memberikan rekomendasi kepada fihak sekolah, guru bimbingan dan konseling dan peneliti selanjutnya. 1. Sekolah

Pada dasarnya program bimbingan pribadi sosial sudah berjalan, namun masih ada hambatan, oleh karena itu kepada fihak sekolah hendaknya memberikan perhatian dan dukungan yang lebih besar lagi terhadap bimbingan dan konseling pada umumnya, dan bimbingan pribadi sosial khususnya, dengan memfasilitasi program kerja sehingga sesuai dengan standar kegiatan bimbingan dan konseling.

2. Guru bimbingan dan konseling

Penting sekali bagi guru bimbingan dan konseling memberikan layanan bimbingan pribadi sosial yang lebih intensif bertujuan agar siswa dapat memelihara dan meningkatkan kompetensi intrapersonal dan interpersonal


(6)

166

Eva Emania Eliasa, 2010

dengan program sekolah yang ada dengan mengoptimalkan dukungan sistem sekolah lainnya dalam kegiatan ekstra kurikuler, MOS dan OSIS.

3. Bagi penelitian selanjutnya

a. Melihat hasil penelitian yang tidak signifikan meningkat kompetensi intrapersonal, yaitu aspek pengetahuan diri dan pengarahan diri, serta kompetensi interpersonal, yaitu aspek peka terhadap perasaan diri dan orang lain, asertif, harapan yang realistik pada diri dan orang lain dan aspek perlindungan diri dalam situasi antarpribadi, maka hendaknya peneliti selanjutnya menyusun rancangan program yang canggih sehingga hasilnya efektif meningkatkan kompetensi intrapersonal dan interpersonal siswa.

b. Untuk mendapatkan hasil penelitian yang lebih baik, hendaknya dibuat program dengan metode eksperimen murni agar terlihat efektifitas program yang dirancang.

c. Penelitian ini bersifat deskriptif, melihat apa yang terjadi saat ini pada siswa tentang kompetensi intrapersonal dan interpersonalnya, alangkah lebih baik, peneliti selanjutnya meneliti masa lalu atau sebelumnya tentang faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya ketidakharmonisan antara kompetensi intrapersonal dan interpersonal siswa remaja.