PENGARUH PELIBATAN MASYARAKAT DAN LINTAS SEKTORAL DALAM MANAJEMEN PENGEMBANGAN/ PEMBINAAN PUSAT KEGIATAN BELAJAR MASYARAKAT (PKBM) TERHADAP PENINGKATAN KUALITAS PROGRAM PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH : Studi pada PKBM di lingkungan Pendidikan Masyarakat Kantor W

PENGARUH PELIBATAN MASYARAKAT DAN LINTAS

SECTORAL DALAM MANAJEMEN PENGEMBANGAN/
PEMBINAAN PUSAT KEGIATAN BELAJAR MASYARAKAT

(PKBM) TERHADAP PENINGKATAN KUALITAS
PROGRAM PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH

(Studi pada PKBM di lingkungan Pendidikan Masyarakat Kantor
Wilayah Departemen Pendidikan Nasional Propinsi Jawa Barat)

TESIS

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian
Syarat Memperoleh Gelar Magister Pendidikan
dalam Bidang Administrasi Pendidikan

Drs. H. MAMAT RACHMATULLOH
989557

PROGRAM PASCA SARJANA


UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
BANDUNG

2001

LEMBAR PENGESAHAN

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBING

Prof. DR. H. ABIN SYAMSUDIN MAKMUN. MA
Pembimbing I

Prof. DR. H. ISHAK ABDULHAK. M.Pd
Pembimbing II

PROGRAM PASCA SARJANA

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
BANDUNG

2000

AB S T R A K

H. Mamat Rachmatulloh (2000), Pengaruh Pelibatan Masvarakat dan Lintas

Sektoral dalam Manajemen Pengembangan/ Pembinaan Pusat Kegiatan
Belajar Masyarakat (PKBM) terhadap Peningkatan Kualitas Program
Pendidikan Luar Sekolah.

Pendidikan Luar Sekolah di dalam perkembangannya menghadapi
bebagai permasalahan baik disebabkan oleh faktor jangkauan pelayanan,
efisiensi internal dan eksternal serta pengelolaan. Faktor-faktor tersebut
merupakan kendala dan berpengaruh terhadap keberhasilan peningkatan
kualitas program pendidikan luar sekolah.
Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) sebagai inovasi manajemen
dalam pengembangan/ pembinaan PKBM yang berbasis masyarakat secara
konseptual ditujukan dalam upaya meningkatkan kualitas program-program
pendidikan luar sekolah dimana dalam pengembangan/ pembinaannya
melibatkan masyarakat dan lintas sektoral.


Dalam upaya menggali informasi sejauhmana hubungan pelibatan
masyarakat dan lintas sektoral pengaruhnya terhadap program-program
pendidikan luar sekolah, maka masalah penelitian yang diselidiki dalam studi
ini adalah "Apakah pelibatan masyarakat dan lintas sektoral dalam manajemen
pengembangan/ pembinaan PKBM berpengaruh terhadap peningkatan
kualitas program-program pendidikan luar sekolah? ".

Tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh informasi tentang
hubungan antara keterlibatan masyarakat dan lintas sektoral dalam manajemen
pengembangan/ pembinaan PKBM terhadap peningkatan kualitas program
pendidikan luar sekolah.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah korelasional dengan
teknik pengumpulan data melalui angket dengan Skala Likert. Sebagai objek
penelitian adalah seluruh PKBM yang ada di Jawa Barat dengan sampel 103
PKBM (60% dari populasi 172 PKBM).
Temuan hasil analisis data dari penelitian ini adalah :
1. Korelasi pelibatan masyarakat (X|) terhadap kualitas penyelenggaraan
program pendidikan luar sekolah (Y) adalah sebesar 0.38 (koefisien

determinasi 0.144 x 100 = 14.4%).

IV

2. Korelasi pelibatan Lintas Sektoral (X2) terhadap kualitas penyelenggaraan
program pendidikan luar sekolah (Y) adalah sebesar 0,19 (koefisien
determinasi 0,036 x 100 = 3,6%).

3. Korelasi joint effect X]X2 terhadap kualitas penyelenggaraan program
pendidikan luar sekolah (Y) adalah sebesar 0,28 (koefisien determinasi
0,0784 x 100 - 7,8%).

Hubungan korelasional tersebut Xi atas Y signifikan pada taraf
kepercayaan 99%, kemudian X? atas Y signifikan pada taraf kepercayaan 95%,
dan joint effect (X]X2) atas Y signifikan pada taraf kepercayaan 99%, dengan
persamaan regresi sederhana X| atas Y, Y= 34,64 + 0,52Xi, regresi sederhana

X2 atas Y, f =62,13 + 0,17X2, dan regresi ganda X,X2 atas Y, 7 =325,072,4X, + 0,85X2.

Implikasi penelitian. Inovasi manajemen dalam pengembangan/

pembinaan pendidikan luar sekolah melalui PKBM merupakan indikasi
terjadinya perubahan kualitas penyelenggaraan program pendidikan luar
sekolah. Di mana pelibatan masyarakat dan lintas sektoral merupakan faktor
substansi yang ada pengaruhnya dengan peningkatan kualitas tersebut.
Kemudian rekomendasi dari penelitian ini adalah peran para penyelenggara
PKBM dan para petugas Pendidikan Masyarakat sangat menentukan, sehingga
harus betul-betul memahami konsep-konsep PKBM dan mampu dalam
penerapannya.

DAFTARISI

ABSTRAK
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
BAB I

PENDAHULUAN


A.

Latar Belakang
1.

2.

BAB II

iv
vi
ix
xii
xiii
xiv

1

Pendidikan Luar Sekolah dalam Sistem


Pendidikan Nasional

1

Permasalahan dalam Pendidikan Luar Sekolah ....

4

B.

Pembatasan dan Perumusan Masalah
1.
Pembatasan Masalah
Perumusan Masalah
2.

15
15
17


C.
D.

Tujuan Penelitian
Kegunaan Penelitian

18
18

1.

Secara Teoritik

18

2.

Secara Praktis


19

E.
F.
G.
H.

Anggapan Dasar
Hipotesis
Definisi Operasional
Paradigma Penelitian

20
21
22
25

I.

Sistematika Tesis


32

LANDASAN TEORITIS PENELITIAN

A.

Pengelolaan Pendidikan Luar Sekolah
1.
Konsep Administrasi/ Manajemen Pendidikan ...
2.
Konsep Pendidikan Luar Sekolah
3.
Manajemen Pendidikan Luar Sekolah

4.

34
34
38

62

Fungsi Manajemen dalam Pendidikan Luar
Sekolah

64

ix

B.

C.

Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat dan
Pengelolaannya
1. Konsep PKBM
2.
Pengelolaan PKBM
Pelibatan Masyarakat dan Lintas Sektoral dalam
Pengembangan/ Pembinaan PKBM
1.
Pelibatan Masyarakat
2.
Pelibatan Pemerintah (Lintas Sektoral)
3.
Pengembangan/Pembinaan
4.

D.
BAB III

Koordinasi dalam Pendidikan Luar Sekolah

Telaah Penelitian Relevan

67
67
78
81
83
86
90
97

103

PROSEDUR PENELITIAN

A.

Metode Penelitian

107

B.

Variabel Penelitian

108

C.

Populasi dan Sampel Penelitian
1. Populasi Penelitian
2.
Sampel Penelitian
Teknik dan Alat Pengumpulan Data
1. Teknik Pengumpulan Data

109
109
Ill
112
112

D.

JL_

E.

F.

G.

Alat Pengumpulan Data

112

3. Ujicoba Alat Pengumpul Data
4. Deskripsi Kegiatan Ujicoba
Mengukur Validitas dan Reliabilitas Instrumen

116
118

Penelitian

119

1. Uji Validitas Instrumen Penelitian
2. Uji Reliabilitas Instrumen Penelitian
Pengemasan Pengolahan Data
1. Prosedur pengolahan dan analisa data

119
127
129
129

2.

131

Cara Pengolahan dan Analisis Data

Teknik Analisis Data
3.
Pelaksanaan Penelitian

132
133

1.
2.

133
135

Persiapan
Pelaksanaan Pengumpulan Data

BAB IV

HASIL PENELITIAN

A.
B.
C.
D.

BAB V

Pengujian Normalitas Distribusi
Analisis Regresi Sederhana
Analisis Regresi Ganda
Pengujian Koefisien Korelasi (X]X2)
terhadap Y

144

PEMBAHASAN

A.
B.

Temuan Penelitian
Pembahasan

146
148

1.

Pelibatan Masyarakat

149

2.

Pelibatan Lintas Sektoral

151

3.

Pengukuran Pelibatan Masyarakat dan
Lintas Sektoral

BAB VI

136
137
142

153

KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI

A.
B.

Kesimpulan
Implikasi

160
161

C.

Rekomendasi

164

DAFTAR KEPUSTAKAAN
LAMPIRAN-LAMPIRAN

166
169

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

242

xi

DAFTAR TABEL

TABEL 1

TABEL 2

TABEL 3

TABEL 4

PERBEDAAN KARAKTERISTIK PROGRAMPROGRAM

48

PERBEDAAN PROGRAM PENDIDIKAN LUAR
SEKOLAH DAN PROGRAM PENDIDIKAN SEKOLAH ...

51

PERHITUNGAN NILAI SKALA KATEGORI JAWABAN
UNTUK PERNYATAAN POSITIF (ITEM SKALA
PELIBATAN MASYARAKAT)

122

PERHITUNGAN NILAI SKALA KATEGORI JAWABAN
UNTUK PERNYATAAN NEGATIF (ITEM SKALA
PELIBATAN LINTAS SEKTORAL)

125

TABEL 5 DATA HASIL UJI VALIDITAS ANTAR PENILAI

127

TABEL 6

HASIL UJICOBA RELIABILITAS

128

TABEL 7

HASIL UJI NORMALITAS DISTRIBUSI

137

TABEL 8

REKAPITULASI UJI URUN RELATIF VARIABEL BEBAS

(X,X2) ATAS Y (VARIABEL TERIKAT)
TABEL 9

143

REKAPITULASI NILAI KOEFISIEN KORELASI

VARIABEL BEBAS (X,X2) ATAS VARIABEL

TERIKAT (Y)

144

TABEL 10 DATA TEMUAN PENELITIAN PENGARUH VARIABEL

BEBAS (X,X2) TERHADAP VARIABEL TERIKAT (Y)

Xll

147

DAFTAR GAMBAR

GAMBAR 1

PARADIGMA PENELITIAN

GAMBAR 2

DESAIN PENELITIAN

31
109

GAMBAR 3 PENGARUH VARIABEL X, TERHADAP Y

138

GAMBAR 4 REGRESI Y ATAS X,

139

GAMBAR 5 PENGARUH VARIABEL X2 TERHADAP Y

140

GAMBAR 6 REGRESI Y ATAS X2

141

GAMBAR 7 PENGARUH X,X2 TERHADAP Y

145

Xlll

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1
Lampiran 2
Lampiran 3
Lampiran 4
Lampiran 5

ITEM DATA HASIL UJICOBA ANGKET

REKAPITULASI DATA AWAL (ROW SCORE) PADA
SAMPEL PENELITIAN

188

KISI-KISI PENELITIAN

191

SAMPEL UJICOBA

194

HASIL SELEKSI ITEM SKALA PELIBATAN

MASYARAKAT

Lampiran 6

171

195

DATA SAMPEL PENELITIAN SKOR PELIBATAN

MASYARAKAT (X,), SKOR PELIBATAN LINTAS
SEKTORAL (X2), DAN KUALITAS PROGRAM PLS (Y).... 201

Lampiran 7

REKAPITULASI DATA AWAL HASIL UJICOBA
INSTRUMEN PENELITIAN

Lampiran 8
Lampiran 9
Lampiran 10

Lampiran 11
Lampiran 12

204

UJI NORMALITAS DISTRIBUSI FREKUENSI SKOR

VARIABEL X, (PELIBATAN MASYARAKAT)

205

UJI NORMALITAS VARIANS SKOR VARIABEL X2
(PELIBATAN LINTAS SEKTORAL)

207

UJI NORMALITAS VARIANS SKOR VARIABEL Y

(KUALITAS PROGRAM PLS)

209

ANALISIS REGRASI LINIER SEDERHANA

211

PERHITUNGAN RELIABILITAS ANTAR PENILAI UNTUK
PERNYATAAN SKALA PELIBATAN MASYARAKAT

OLEH TIGA PENIMBANG

Lampiran 13

PERHITUNGAN RELIABILITAS INSTRUMEN

PELIBATAN MASYARAKAT

Lampiran 14

Lampiran 15
Lampiran 16
Lampiran 17

216
223

PERHITUNGAN KOEFISIEN KORELASI ANTARA

SKOR PELIBATAN LINTAS SEKTORAL (X2)
DENGAN SKOR KUALITAS PROGRAM PLS (Y)

230

ANALISIS REGRESI GANDA

234

PENGUJIAN KOEFISIEN KORELASI (X2 THD Y)

239

REKAPITULASI JUMLAH PKBM SE INDONESIA

241

xiv

BAB I

PENDAHULUAN

A.

Latar Belakang

1.

Pendidikan Luar Sekolah dalam Sistem Pendidikan Nasional

Pendidikan Luar Sekolah sebagai sub sistem dari pendidikan nasional

menurut Undang-undang Republik Indonesia nomor 2 tahun 1989 tentang
Sistem Pendidikan Nasional, adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta

didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran dan/ atau latihan bagi

perannya di masa yang akan datang. Pendidikan Luar Sekolah dalam Sistem
Pendidikan Nasional berfungsi untuk mengembangkan kemampuan serta

meningkatkan mutu kehidupan dan martabat manusia Indonesia dalam rangka

upaya mewujudkan tujuan Nasional. Selanjutnya pendidikan luar sekolah
bersama pendidikan sekolah memiliki kedudukan dan tanggung jawab
bersama dalam mewujudkan tujuan nasional yaitu mencerdaskan kehidupan
bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya.
Menurut

Peraturan

Pemerintah

nomor

73

tahun

1991

tentang

Pendidikan Luar Sekolah dapat dikemukakan bahwa :

"Pendidikan Luar Sekolah adalah pendidikan yang diselenggarakan di
luar sekolah baik dilembagakan maupun tidak pasal 1 ayat (1) yang

bertujuan untuk a. Melayani warga belajar supaya dapat tumbuh dan
berkembang sedini mungkin dan sepanjang hayatnya guna
meningkatkan martabat dan mutu kehidupannya. b. Membina warga
belajar agar memiliki pengetahuan, keterampilan, dan sikap mental
yang diperlukan untuk mengembangkan diri, bekerja mencari nafkah
atau melanjutkan ke tingkat dan/ atau jenjang pendidikan yang lebih
tinggi. c. Memenuhi kebutuhan belajar masyarakat yang tidak dapat
dipenuhi dalam jalur pendidkan sekolah".
Sasaran pendidikan luar sekolah adalah : 1) Warga masyarakat yang

membutuhkan pendidikan karena berbagai hal tidak dapat atau tidak sempat

mengikuti pendidikan di jalur sekolah sepenuhnya. 2) Warga masyarakat yang

ingin meningkatkan pengetahuan dan keterampilan yang tidak dapat diperoleh

pada jalur sekolah. 3) Warga masyarakat yang akan/ sudah bekerja tetap
menuntut persyaratan tertentu yang tidak diperoleh dari jalur pendidikan
sekolah. 4) Warga masyarakat yang ingin melanjutkan pada jenjang
pendidikan yang lebih tinggi.

Dari penjelasan tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa pendidikan
luar sekolah dalam Sistem Pendidikan Nasional adalah mempunyai fungsi

utama yaitu untuk menyiapkan, meningkatkan, mengembangkan, dan
membina sumber daya manusia agar memiliki pengetahuan, keterampilan,

sikap dan daya saing untuk merebut peluang yang tumbuh dan berkembang
dengan mengoptimalkan sumber-sumber yang ada di lingkungannya.

Pendidikan luar sekolah mempunyai tugas untuk membelajarkan masyarakat

agar memiliki kecerdasan, keterampilan, kemandirian, dan sikap sehingga
masyarakat mampu menghadapi dan menyongsong perubahan yang datang
dengan cepat yang mungkin tidak dapat diperhitungkan sebelumnya.

Sejalan dengan penjelasan di atas, tepatlah Direktorat Pendidikan

Masyarakat menetapkan Visi Pendidikan Luar Sekolah yaitu mewujudkan

masyarakat yang cerdas, terampil, mandiri, berdaya saing dan gemar belajar.
Sedangkan Misi yang harus diemban adalah memasyarakatkan belajar dan
membelajarkan masyarakat, sehingga terwujud masyarakat yang memiliki
budaya gemar belajar dan bekerja.

Aparat yang bertugas melaksanakan pembinaan pendidikan luar sekolah
tersebut adalah, Direktorat Pendidikan Masyarakat yang memiliki aparat teknis

di tingkat propinsi, di tingkat kabupaten, sampai di tingkat kecamatan, yaitu
Penilik Dikmas. Berdasarkan tugas tersebut pendidikan luar sekolah/

pendidikan masyarakat (Dikmas) melaksanakan tujuh program utama, yaitu ;
Program PADU (Pengembangan Anak Dini Usia); Program Pemberantasan
Buta Huruf, Program Kejar Paket A setara SD; Program Kejar Paket B setara

SLTP; Program Magang; Program Kewanitaan; Program Kursus Diklusemas.

Sedangkan dua program lainnya, yaitu Program TBM (Taman Bacaan

Masyarakat) dan Program Pendidikan Mata Pencaharian (Kejar Usaha),
merupakan program pendukung upaya pemberantasan buta huruf. Selanjutnya
pada saat ini sedang dikembangkan pula program rintisan baru yaitu Program
Pembinaan Lanjut Usia, Program Pembinaan Pekerja Anak dan Program Paket
C setara SMU.

2.

Permasalahan dalam Pendidikan Luar Sekolah

Permasalahan adalah segala gangguan, hambatan, tantangan yang

datang menerpa pendidikan luar sekolah dan dapat mempengaruhi arah, gerak
program. Permasalahan ini dibagi dua bagian yaitu :

a.

Permasalahan Eksternal

Krisis ekonomi yang terjadi sampai saat ini telah mengakibatkan

perubahan besar-besaran terhadap struktur ekonomi bangsa Indonesia. Selama
krisis ekonomi telah terjadi pemutusan hubungan

kerja dan/ atau

pengangguran dalam jumlah besar, yang mengakibatkan peningkatan jumlah

penduduk yang berada di bawah garis kemiskinan. Menurut Sihombing
(1999:55) mengungkapkan bahwa, pada tahun 1998 tercatat sekitar 79,4 juta

penduduk yang berada di bawah garis kemiskinan, padahal pada tahun 1996
penduduk yang berada di bawah garis kemiskinan hanya sekitar 22,5 juta

orang. Peningkatan penduduk miskin ini telah menurunkan tingkat
kesejahteraan masyarakat. Akibat dari penurunan kesejahteraan masyarakat
membawa dampak negatif terhadap kemampuan keluarga dalam membiayai

pendidikan anak-anaknya, dimana hal ini membawa dampak yang cukup luas
terhadap dunia pendidikan luar sekolah antara lain ; jumlah anak usia 7-12

tahun yang tidak sekolah meningkat secara komulatif sekitar 12,9 juta pada
tahun 1999, tamat Sekolah Dasar tidak melanjutkan ke jenjang pendidikan

yang lebih tinggi sekitar 5,5 juta anak; jumlah anak putus dari Sekolah Dasar
dan SLTP sekitar 8 juta anak; jumlah penduduk buta huruf usia 10-44 tahun
sekitar 8.571.000 orang. Jumlah tenaga penganggur sebanyak 13,2 juta orang,

yang terdiri dari penganggur akut 6 juta orang, penganggur yang baru selesai
pendidikan 2juta orang dan penganggur akibat PHK 5,2 juta orang.
Data sasaran pendidikan luar sekolah secara komulatif cenderung

meningkat seiring dengan semakin banyaknya keluarga miskin yang tidak
sanggup memikul biaya pendidikan bagi anak-anaknya. Apabila lebih
dicermati data tersebut akan lebih besar lagi jika diperoleh data dari akibat

kerusuhan atau bencana alam diberbagai daerah yang mengakibatkan banyak

keluarga harus meninggalkan kampung halaman dan hal ini semakin
menambah kesulitan di bidang pendidikan.

Selanjutnya khusus di Jawa Barat, berdasarkan data yang terhimpun di
Bidang Pendidikan Masyarakat Kantor Wilayah Departemen Pendidikan
Nasional Provinsi Jawa Barat menunjukkan bahwa sampai tahun 1999/2000
masyarakat yang memerlukan pelayanan pendidikan dan pelatihan melalui

jalur pendidikan luar sekolah antara lain sebagai berikut : 1) Penduduk usia
10-44 tahun penyandang buta huruf yang menjadi sasaran pendidikan

masyarakat hingga tahun 2000 masih tersisa 230.987 orang. 2) Penduduk usia
7-12 tahun sebanyak 6.652.442 orang, baru terlayani 4.711.664 orang

bersekolah di SD/MI, dan di Kejar Paket A setara SD 3.330 orang, sedangkan
sebanyak 1.937.448 orang belum terlayani. 3) Penduduk usia 13-15 tahun

sebanyak 4.119.688 orang, baru terlayani 1.142.552 orang bersekolah di
SLTP/MTs dan 23.330 orang di Kejar Paket B setara SLTP.

Keadaan di atas cukup merisaukan walaupun belum muncul, menjadi
masalah besar karena masih dapat ditahan dengan bantuan pengadaan

beasiswa melalui Jaring Pengaman Sosial (JPS). Tetapi sampai kapan hal ini

mampu bertahan, karena persoalan sebenarnya bukan pada anak tetapi pada
kemampuan ekonomi keluarga yang semakin terpuruk yang mengakibatkan

orang tua melibatkan anak dalam mencukupi kebutuhan hidup. Cepat atau
lambat masalah anak tidak sekolah/ putus sekolah, kehilangan pekerjaan akan

menimbulkan masalah, apabila pendidikan luar sekolah tidak cepat dan

tanggap mengantisipasi. Hal ini menjadikan tantangan dan peluang bagi
pendidikan luar sekolah.

b.

Permasalahan Internal

Di dalam perkembangannya, pendidikan luar sekolah dipandang dari

segi kuantitas cukup berhasil. Hal ini apabila dilihat dari jumlah warga belajar
yang sudah dibina dan anak putus sekolah semakin banyak mengikuti program

pendidikan luar sekolah baik melalui kelompok belajar maupun kursus-kursus.
Akan tetapi berdasakan kondisi objektif di lapangan dan menurut H.D.

Sudjana (2000), bahwa pengelolaan pendidikan luar sekolah pada masa lalu

juga masa sekarang ditemukan berbagai permasalahan dihadapi ditinjau dari
aspek jangkauan pelayanan, efisiensi, internal dan eksternal dan pengelolaan.
Masalah Pertama, jangkauan pelayanan, berkaitan dengan : 1) Masih
rendahnya kemampuan pendidikan luar sekolah untuk memeratakan

kesempatan belajar bagi sasaran masyarakat yang tuna aksara, putus sekolah
dasar, dan putus jenjang sekolah dasar dan sekolah lanjutan, yang akan
memasuki dunia kerja/ dunia usaha dan kelompok lainnya di masyarakat. Hal
tersebut salah satu faktornya terbatasnya anggaran dari pemerintah. 2)

Kemampuan petugas dalam memberikan pelayanan pendidikan luar sekolah
kepada masyarakat belum optimal. Terbatasnya pelayanan petugas dalam
memenuhi kebutuhan belajar masyarakat selama ini disebabkan faktor
kuantitas dan faktor kualitas. Faktor kuantitas sampai saat ini tenaga atau

petugas yang melayani pendidikan luar sekolah masih terbatas, sedangkan
faktor kualitas belum didukung oleh sumber daya manusia yang handal dan

terlatih. 3) Program-program pendidikan masyarakat kurang didukung oleh
sarana dan prasarana yang memadai. Hal ini karena terbatasnya anggaran yang

disediakan pemerintah sangat terbatas, serta kurangnya kemampuan untuk
menggali sumber-sumber yang ada di masyarakat atau yang ada pada lembagalembaga terkait..

Masalah Kedua, adalah efisiensi internal dan efisiensi eksternal

program-program pendidikan luar sekolah. 1) Efisiensi internal menyangkut

sejauh mana sumber-sumber yang tersedia atau yang dapat disediakan bisa
didaya gunakan untuk meningkatkan kualitas proses pembelajaran dan untuk

meningkatkan kuantitas peserta didik dalam setiap program pendidikan luar
sekolah. 2) Efisiensi eksternal berkaitan dengan seberapa jauh pendidikan luar

sekolah telah membantu warga belajar untuk memiliki keterampilan,

pengetahuan, sikap dan nilai-nilai yang cocok dengan lapangan kerja atau

dunia usaha (relevan) atau untuk memasuki satuan dan jenjang pendidikan
selanjutnya. Dilihat dari kedua efisiensi ini nampaknya program-program

pendidikan luar sekolah, khususnya yang diperuntukkan bagi masyarakat,
masih menunjukkan rendahnya pembinaan komponen-komponen program.

Proses pembelajaran, penampilan warga belajar, dan banyaknya lulusan yang
belum memanfaatkan hasil belajar untuk memasuki lapangan kerja, membuka

kesempatan kerja, dan/ atau berwiraswasta.

Masalah pengelolaan, pendidikan luar sekolah menyangkut penelitian

dan pengembangan, perencanaan, dan koordinasi.

1) Penelitian dan

pengembangan program pendidikan luar sekolah yang telah dilakukan baik
oleh lembaga penyelenggara program maupun oleh lembaga perguruan tinggi,
hasilnya belum dijadikan bahan masukan untuk perbaikan program pendidikan
luar sekolah.. 2) Perencanaan partisipatif yang didasarkan atas keterlibatan

masyarakat,

lembaga terkait,

dan peserta

didik

belum

dilaksanakan

sebagaimana mestinya, selama ini perencanaan datang dan di pola dari pusat

(top down). Perencanaan belum menyeluruh dan belum terpadu sehingga
terdapat kecenderungan disatu pihak adanya tumpang tindih program,
sedangkan dipihak lain mungkin ada program yang dianggap penting tetapi
tidak diselenggarakan. 3) Koordinasi antara perencana, pelaksana, dan

10

lembaga-lembaga penyelenggara pendidikan luar sekolah belum terwujud
sesuai dengan kepentingan bersama. 4) Penjabaran fungsi-fungsi manajemen/
pengelolaan program belum dikoordinasikan baik inter maupun antar
penyelenggara program pendidikan luar sekolah.

Permasalahan-permasalahan sebagaimana diuraikan di atas perlu dikaji

dengan seksama sehingga upaya pemecahannya dapat dilakukan secara efektif.
Untuk mengembangkan pendidikan luar sekolah dimasa depan yang

berkualitas, para pengambil kebijaksanaan dan para perencana perlu
menggunakan alternatif pendekatan penelitian masa depan dan perencanaan

strategik sebagai fungsi manajemen strategik yang berorientasi ke masa depan.
Keterlibatan berbagai lembaga pemerintah, lembaga swasta, perorangan

dan masyarakat, menyelenggarakan program pendidikan luar sekolah yang

bertujuan untuk memenuhi kebutuhan lembaga atau untuk pelayanan kepada
masyarakat. Adanya variasi program sangat diperlukan koordinasi yang baik
antar pihak penyelenggara guna meningkatkan efisiensi dan efektivitas dalam

perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi program serta untuk mendaya gunakan
sumber-sumber dan fasilitas dengan lebih terarah sehingga program tersebut
mencapai hasil yang optimal.

11

Penjabaran fungsi-fungsi administrasi/ manajemen sangat diperlukan
dalam upaya mengembangkan dan pembinaan pendidikan luar sekolah di masa

depan yang handal, maka dipandang perlu mencari dan menggunakan
alternatif pendekatan yang inovatif melalaui pendekatan penelitian, dan

inovasi pengembangan manajemen pendidikan luar sekolah, yang selaras
dengan kebutuhan masyarakat dan kondisi lingkungannya.

Memperhatikan

serta

menyikapi

permasalahan-permasalahan

pengelolaan pendidikan luar sekolah pada masa lalu serta kendala-kendala
yang terjadi maka diperlukan upaya perubahan strategi agar kelemahankelemahan yang selama ini terjadi dapat diperbaiki dan dicari upaya

pemecahan masalahnya. Sebagai upaya pemecahan permasalahan tersebut
Direktorat Pendidikan Masyarakat beserta jajarannya dalam rapat kerja

nasional Kepala Bidang Pendidikan Masyarakat se Indonesia, bulan Agustus
1998 di Bali menghasilkan rumusan strategik berupa inovasi pengembangan

manajemen pendidikan luar sekolah yang berbasis masyarakat, yang

diwujudkan dalam bentuk institusi baru yang disebut PUSAT KEGIATAN
BELAJAR MASYARAKAT dan disingkat (PKBM).

PKBM dimaksud adalah

"suatu

tempat kegiatan pembelajaran

masyarakat yang diarahkan pada pemberdayaan potensi desa untuk

12

menggerakkan pembangunan di bidang pendidikan, sosial ekonomi, dan
budaya (Sihombing, 1999)".
Institusi PKBM tersebut dibentuk dengan tujuan yaitu :

Pertama,

menggali,

menumbuhkan,

mengembangkan

dan

mengoptimalkan seluruh potensi yang ada di masyarakat untuk sebesarbesarnya diarahkan dalam upaya pemberdayaan masyarakat.
Kedua, mendekatkan wadah di mana masyarakat dapat menimba ilmu

yang diperlukan, memadukan program pembelajaran dengan tuntutan

lingkungan,

memudahkan

pengendalian masyarakat terhadap kualitas

pendidikan bagi masyarakat.

Ketiga, mengoptimalkan pelibatan peian serta masyarakat dan lintas
sektoral dalam pengembangan/ pembinaan pendidikan luar sekolah dalam

meningkatkan pelayanan kepada masyarakat melalui pendekatan pendidikan
luar sekolah yang berbasis masyarakat (community base education).
Melalui PKBM dapat bermanfaat bagi masyarakat dan diharapkan; 1)

Mampu melayani kebutuhan masyarakat terhadap pentingnya pendidikan
dalam arti kuantitatif, serta menjamin lahirnya para lulusan yang secara

kualitatif

memenuhi

harapan

masyarakat

banyak

(efektivitas

dan

produktivitas). 2) Dari segi program kurikuler serta materi dan jenis

13

pengalaman belajar selaras dengan dunia pekerjaan yang akan dimasuki oleh
para lulusan (relevansi) dan 3) Mendaya gunakan berbagai sumber daya yang
ada secara optimal bagi tercapainya tujuan pendidikan luar sekolah (efisiensi).

Kegiatan yang diprogramkan di PKBM bervariasi sesuai dengan profil
PKBM itu sendiri dan relevan dengan kebutuhan masyarakat. Beberapa jenis

kegiatan yang dipusatkan di PKBM dapat berupa : Program Pengembangan
Anak Dini Usia (PADU), Program Pemberantasan Buta Huruf, Kejar Paket A

setara SD, Kejar Paket B setara SLTP, Kejar Paket C/ Bimbingan Belajar,
Kursus-kursus Keterampilan, Pendidikan Mata Pencaharian (Kejar Usaha),

Magang, Taman Bacaan Masyarakat sebagai pendukung program.

Sejak adanya upaya perubahan dalam pengembangan manajemen

pendidikan luar sekolah dalam bentuk PKBM yang digulirkan mulai bulan
Agustus 1998 sampai dengan bulan Mei 2000 perkembangannya cukup pesat

khususnya di Jawa Barat telah terbentuk 172 PKBM, tersebar di 25 kabupaten/
kota (Depdiknas Provinsi Jawa Barat, 2000). Dengan berdirinya PKBM

berdampak terjadi perubahan dalam proses pembangunan sosial, ekonomi dan
budaya di masyarakat khususnya di wilayah binaan PKBM.
Kehadiran PKBM tersebut,

menurut kalangan berbagai pihak

(pemerintah, masyarakat dan dinas instansi), berbagai hal yang dikategorikan

14

suatu kemajuan yang cukup menggembirakan dalam pendidikan sekolah. Hal
tersebut dirasakan misalnya;

1)

Masyarakat dilibatkan dalam merencanakan, melaksanakan, mengambil
keputusan dan pengawasan program pendidikan luar sekolah sesuai
dengan kebutuhan dan kondisi lingkungannya.

2)

Terlibatnya dinas instansi dalam mengembangkan dan membina
program-program pendidikan luar sekolah yang diselenggarakan di
PKBM.

3)

Adanya koordinasi antara penyelenggara program pendidikan luar
sekolah, sehingga program-program pendidikan luar sekolah menjadi

terintegrasi dalam hal perencanaan, pembiayaan dan pengendalian.

4)

Dengan adanya pelibatan masyarakat dan lintas sektoral tersebut
menyebabkan perogram-program pendidikan luar sekolah yang ada di
PKBM penyelenggaraannya menjadi lebih berkualitas dan bermakna
dalam pemberdayaan masyarakat.

5)

Penyelenggaraan pendidikan luar sekolah menjadi melembaga dalam
suatu institusi PKBM.

15

6)

Penyelenggaraan pendidikan luar sekolah terasa manfaatnya dalam
upaya memberdayakan masyarakat, karena program-program dirancang
sesuai dengan kebutuhan masyarakat.

7)

Sebagai pusat informasi bagi masyarakat dan sebagai wadah/ tempat,

pembinaan, pengetahuan, keterampilan, keagamaan dan peningkatan
kesejahteraan.

B.

Pembatasan dan Perumusan Masalah

1.

Pembatasan Masalah

Telah diuraikan sebelumnya bahwa pendidikan luar sekolah dalam

perkembangannya menghadapi berbagai permasalahan baik disebabkan oleh
faktor jangkauan pelayanan, efisiensi internal dan eksternal serta faktor

pengelolaan. Faktor-faktor tersebut merupakan kendala dan diduga
berpengaruh terhadap keberhasilan peningkatan kualitas program PLS.
Kehadiran PKBM sebagai inovasi manajemen dalam pengembangan/

pembinaan PLS yang berbasis masyarakat, secara konseptual akan berdampak
positif terhadap peningkatan program-program PLS seperti halnya; program

pendidikan luar sekolah menjadi melembaga dan lebih terkoordinasi serta
terkendali. Banyaknya jenis program yang dikembangkan di PKBM memiliki

16

peluang bagi masyarakat untuk memilih sesuai dengan kebutuhannya.
Meningkatnya pemberdayaan masyarakat dengan penciptaan lapangan kerja
baru karena dikembangkannya berbagai jenis usaha. Meningkatnya anggota
masyarakat yang menjadi warga belajar sehingga dapat membantu penarikan

kembali dan merehabilisasi drop out dalam pendidikan dasar. Motivasi para
tutor dan disiplin menjadi lebih baik, demikian halnya koordinasi antar lintas
sektoral sudah menunjukkan adanya kemajuan.

Adanya kemajuan yang positif dari PKBM dalam menjalankan misinya

diduga dipengaruhi berbagai faktor. Faktor yang menurut dugaan penulis lebih

urgen adalah dengan adanya keterlibatan masyarakat dan keterlibatan lintas
sektoral dalam manajemen pengembangan/ pembinaan PKBM. Pelibatan

masyarakat dan pelibatan lintas sektoral dalam manajemen pengembangan/

pembinaan PKBM diduga berpengaruh terhadap peningkatan kualitas
program-program PLS, khususnya yang diselenggarakan di PKBM.
Sebagai upaya untuk memperoleh informasi sejauhmana hubungan

antara pelibatan masyarakat dan lintas sektoral terhadap peningkatan kualitas
program PLS, maka fokus permasalahan dan pembatasan masalah dalam

penelitian ini adalah "Apakah dengan pelibatan masyarakat dan lintas sektoral
dalam manajemen pengembangan/ pembinaan PKBM berpengaruh terhadap

17

peningkatan kualitas program PLS ?. Untuk lebih jelasnya diuraikan dalam
perumusan masalah.

2.

Perumusan Masalah

Berdasarkan pada pembatasan masalah di atas, maka rumusannya
adalah Bagaimana hubungannya pelibatan masyarakat dan lintas sektoral

dalam manajemen pengembangan/ pembinaan PKBM terhadap peningkatan
kulitas program Pendidikan Luar Sekolah ?, apabila dirinci permasalahannya
sebagai berikut:
a.

Adakah hubungan antara pelibatan masyarakat (Xj) dalam manajemen

pengembangan/ pembinaan PKBM terhadap peningkatan kualitas

program PLS (Y) ? yang dikelola di PKBM.
b.

Adakah hubungan antara pelibatan lintas

sektoral (X2) dalam

manajemen pengembangan/ pembinaan PKBM terhadap peningkatan
kualitas program PLS (Y) ? yang dikelola di PKBM.
c.

Adakah hubungan bersama (joint effects = Xi X2) antara pelibatan

masyarakat dan lintas sektoral dalam manajemen pengembangan/

pembinaan PKBM terhadap peningkatan kualitas program PLS (Y) ?
yang dikelola di PKBM.

18

C.

Tujuan Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan :
1.

Ingin memperoleh informasi tentang hubungan antara keterlibatan

masyarakat dalam manajemen pengembangan/ pembinaan PKBM
terhadap peningkatan kualitas program PLS yang dikelola di PKBM.
2.

Ingin memperoleh informasi tentang hubungan antara keterlibatan lintas

sektoral dalam manajemen pengembangan/ pembinaan PKBM terhadap
peningkatan kualitas program PLS yang dikelola di PKBM.

3.

Ingin memperoleh

informasi tentang hubungan antara pelibatan

masyarakat dan lintas sektoral dalam manajemen pengembangan/
pembinaan PKBM terhadap peningkatan kualitas program PLS yang
dikelola di PKBM.

D.

Kegunaan Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan memberikan manfaat:

1.

Secara Teoritik

a.

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan yang berhasil
guna bagi kepentingan akademis di bidang ilmu pendidikan umumnya,

19

dan

khususnya dalam usaha meningkatkan

pengembangan dan

pembinaan program pendidikan luar sekolah.

b.

Dapat dijadikan sebagai alternatif model inovasi dalam pengembangan
manajemen pendidikan luar sekolah dalam wujud pelembagaan Pusat
Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM).

c.

Dapat dijadikan salah satu pola atau strategis dalam pembinaan
eksistensi PKBM menuju penyelenggaraan PKBM yang mandiri dan
berkualitas.

d.

Sebagai masukan bagi Direktorat Pendidikan Masyarakat beserta
jajaran

aparatnya

dalam

upaya

memperkaya

khasanah

strategi

pemandirian PKBM.

e.

Temuan yang diperoleh dari penelitian ini dapat dijadikan rujukan

untuk para peneliti berikutnya terutama berkaitan dengan masalah
pengembangan keilmuan dalam manajemen pendidikan luar sekolah

2.

Secara Praktis

a.

Berguna

bagi

kepentingan

praktisi

yang

terlibat

dalam

tugas

pekerjaarmya baik sebagai pembina PKBM dalam upaya meningkatkan

kualitas program pendidikan luar sekolah.

20

b.

Berguna bagi pengelola PKBM, dalam tugasnya mengembangkan dan
membina PKBM yang mandiri.

E.

Anggapan Dasar

Anggapan dasar merupakan landasan pemikiran dalam suatu penelitian

yang dilakukan oleh peneliti. Subino (1982:6) mengemukakan bahwa

anggapan dasar ini merupakan suatu kebenaran yang tidak memerlukan

pengujian lagi, sekurang-kurangnya bagi si peneliti saat ini. Yang diaggap
dapat dijadikan anggapan dasar misalnya hasil-hasil penelitian orang lain pada
masa lampau, teori-teori, atau pemikiran-pemikiran manthiq si peneliti. Dalam
penelitian tentang pelibatan masyarakat dan lintas sektoral dalam pembinaan/

pengembangan PKBM ini dilandasi beberapa anggapan dasar sebagai berikut:
1.

Pelibatan masyarakat dalam manajemen pengembangan/ pembinaan

PKBM diduga ada hubungannya terhadap peningkatan kualitas program
pendidikan luar sekolah.

2.

Pelibatan lintas sektoral dalam manajemen pengembangan/ pembinaan
PKBM diduga ada hubungannya terhadap peningkatan kualitas program

pendidikan luar sekolah.

21

3.

Pelibatan

masyarakat

dan

lintas

sektoral

dalam

manajemen

pengembangan/ pembinaan PKBM diduga ada hubungannya terhadap
peningkatan kualitas program pendidikan luar sekolah.

Ketiga faktor tersebut di atas, dipandang perlu untuk diteliti dan

dievaluasi guna mengetahui sejauhmana hubungan atau pengaruh diantara
variabel-variabel tersebut.

F.

Hipotesis

Dalam penelitian ini dirumuskan hipotesis :

1.

Terdapat hubungan yang siginifikan antara pelibatan masyarakat dalam
pengembangan/ pembinaan PKBM terhadap peningkatan kualitas
program PLS.

2.

Terdapat hubungan yang signifikan antara kegiatan lintas sektoral
dalam pengembangan/ pembinaan PKBM terhadap peningkatan kualitas
program PLS.

3.

Terdapat hubungan yang signifikan antara pelibatan masyarakat dan
lintas sektoral dalam pengembangan/ pembinaan PKBM terhadap
peningkatan kualitas program PLS.

22

G.

Definisi Operasional

Untuk menghindari kesalahan dalam memberi makna terhadap istilah-

istilah yang digunakan dalam penelitian ini, berikut akan dijelaskan beberapa
definisi secara operasional yang dipandang perlu diketahui kejelasannya.

1.

Pengaruh adalah akibat dari adanya penyertaan unsur lain pada suatu

obyek dan unsur lain tersebut memberi makna baik negatif maupun
positif (Depdikbud, 1996:207). Yang dimaksud dengan pengaruh dalam
penelitian ini adalah pelibatan unsur masyarakat dan lintas sektoral
dalam pengembangan/ pembinaan PKBM, dan memberikan makna
terhadap peningkatan kualitas program pendidikan luar sekolah.

2.

Pelibatan masyarakat adalah "masyarakat diikut sertakan di dalam

program-program

pemerintah

yang

telah mendapat

persetujuan

masyarakat karena lahir dari kebutuhan nyata masyarakat itu sendiri

(H.R.D.

Tilaar,

1999:169)".

Yang dimaksud

dengan

pelibatan

masyarakat dalam penelitian adalah masyarakat dilibatkan dalam

manajemen pengembangan/ pembinaan PKBM meliputi perencanaan,
penentuan, pelaksanaan, dan pengendalian dengan tujuan untuk

meningkatkan kualitas program pendidikan luar sekoj^l^^^i^jakat
yang terlibat langsung dalam kegiatan PKBM tersefc

23

a. Individu, yaitu anggota masyarakat, pendidik, tokoh agama, tokoh
masyarakat, dan pengusaha. b. Kelompok, yaitu karang taruna, majelis
taklim, PKK dan kelompok belajar. c. Lembaga, yaitu LSM, LKMD,

dan Yayasan. d. Komunitas yaitu masyarakat yang ada di pedesaan
seperti Rukun Warga (RW), Rukun Tetangga (RT), dan Dasa Wisma.
3.

Pelibatan lintas sektoral yang dimaksud adalah dinas instansi yang ada

hubungannya dengan penyelenggaraan program pendidikan luar sekolah
dan dilibatkan dalam pengembangan/ pembinaan PKBM bertujuan

untuk meningkatkan program-program pendidikan luar sekolah. Dinas
instansi terkait (lintas sektoral) tersebut adalah : PEMDA, Dinas Tenaga

Kerja, BKKBN, Departemen Agama, DEPERINDAG, Dinas Pertanian
dan Perikanan, Bangdes dan Departemen Koperasi serta Dinas
Pendidikan dan Kebudayaan.

4.

Manajemen dalam pendidikan luar sekolah yang dimaksud adalah
upaya menerapkan fungsi-fungsi pengelolaan baik untuk setiap kegiatan
yang berkaitan dengan kelembagaan pendidikan luar sekolah maupun
untuk satuan pendidikan luar sekolah.

5.

Pengembangan adalah upaya memperluas atau mewujudkan potensipotensi membawa suatu keadaan secara bertingkat kepada suatu

24

keadaan yang lebih lengkap, lebih besar atau lebih baik, memajukan
sesuaiu dari yang lebih awal kepada yang lebih akhir atau dari yang
sederhana kepada tahapan perubahan yang lebih kompleks (Sudjana,
2000:353). Pengembangan dalam PKBM yang dimaksud adalah upaya

memperluas

dan meningkatkan PKBM yang mengarah kepada

pemandirian melalui pelibatan masyarakat dan lintas sektoral.
6.

Pembinaan dapat diartikan sebagai rangkaian upaya pengendalian
secara profesional terhadap semua unsur organisasi agar unsur-unsur
tersebut berfungsi sebagaimana mestinya sehingga rencana untuk
mencapai tujuan dapat terlaksana secara berdaya guna dan berhasil guna
(Sudjana, 2000:223). Pembinaan dalam PKBM dimaksud adalah upaya

pengendalian yang dilakukan masyarakat dan lintas sektoral terhadap
semua unsur yang ada dalam PKBM (Pengelola, Tutor, Warga Belajar,
Sarana Prasarana, Biaya) sehingga berfungsi secara berdaya guna dan
berhasil guna sesuai dengan tujuan.

7.

Kualitas adalah segala sesuatu yang mampu memenuhi keinginan atau
kebutuhan, karakteristik kualitas terdiri dari sejumlah keistimewaan

produk, baik keistimewaan langsung maupun keistimewaan atraktif
yang

memenuhi

keinginan

pelanggan

dan

dengan

demikian

25

memberikan kepuasan atas penggunaan produk itu (Vincent Gaspersz,
1997:5). Yang dimaksud dengan kualitas dalam program pendidikan
luar sekolah menurut Direktorat Pendidikan Masyarakat, indikator

untuk setiap jenis program kriterianya ditetapkan berdasarkan 10
(sepuluh) patokan Pendidikan Masyarakat yang ditinjau dari aspek (1)

Warga Belajar, (2) Sumber Belajar, (3) Pamong Belajar, (4) Kelompok
Belajar, (5) Tempat Belajar, (6) Program Belajar, (7) Sarana Belajar, (8)
Dana Belajar, (9) Ragi Belajar, (10) Hasil Belajar. Aspek-aspek tersebut
dikatakan berkualitas apabila dilaksanakan sesuai dengan pedoman
yang ditetapkan.

8.

Program Pendidikan Luar Sekolah dapat diartikan sebagai kegiatan
yang dilakukan oleh perorangan, kelompok, atau organisasi (lembaga)
dalam usaha pelayanan pendidikan yang dilakukan dengan sengaja,
teratur, dan berencana di luar sistem sekolah yang berlangsung
sepanjang umur dan bertujuan untuk mengaktualisasi potensi manusia

sehingga terwujud manusia yang gemar belajar - membelajarkan,

mampu meningkatkan taraf hidup, berpartisipasi dalam kegiatan sosial

dan pembangunan masyarakat.

26

H.

Paradigma Penelitian

Paradigma penelitian merupakan suatu model yang dijadikan acuan

peneliti dalam melaksanakan penelitian. Bog dan Bikten (1992:33)
menyatakan bahwa paradigma adalah sejumlah asumsi, konsep atau proposisiproposisi yang diyakini kebenarannya atau ketidak benarannya yang
mengerahkan cara berpikir dan penelitian.

Yang menjadi acuan paradigma penelitian ini berawal dari kebijakankerbijakan

pemerintah.

temuan-temuan

di

lapangan,

permasalahan-

permasalahan dan upaya inovatif dalam memecahkan permasalahan yang
diuraikan sebagai berikut

1.

Pendidikan luar sekolah sebagai sub sistem dari pendidikan nasional
memiliki

1) fungsi

yaitu mengembangkan

kemampuan

serta

meningkatkan mutu kehidupan dan martabat manusia, 2) bertujuan
mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia
Indonesia seutuhnya (UU No. 2 Tahun 1989, tentang SISDIKNAS pasal
3 dan 4).

2.

Pendidikan luar sekolah diarahkan untuk menyiapkan, meningkatkan

dan mengembangkan sumber daya manusia agar memiliki pengetahuan,

27

keterampilan, sikap dan daya saing untuk merebut peluang di masa
depan.

3.

Pendidikan luar sekolah bertujuan 1) Melayani warga belajar supaya
tumbuh dan berkembang sedini mungkin dan sepanjang hayatnya guna
meningkatkan martabat dan mutu kehidupannya. 2) Membina warga
belajar guna memiliki pengetahuan, keterampilan dan sikap mental
yang diperlukan untuk mengembangkan diri, bekerja mencari nafkah,
atau melanjutkan ke tingkat atau jenjang yang lebih tinggi. Dan 3)

Memenuhi kebutuhan belajar masyarakat yang tidak dapat dipenuhi
dalam jalur pendidikan sekolah (PP No. 71 Tahun 1991). Dalam upaya
melayani, membina dan memenuhi kebutuhan belajar masyarakat.
Pendidikan luar sekolah mengembangkan berbagai program yaitu :
Pengembangan Anak Dini Usia (PADU), Pemberantasan Buta Huruf,
Kejar Paket A setara SD, Kejar Paket B setara SLTP, Kursus-kursus,
Magang, KBU. Pendidikan Kewanitaan, dan berbagai keterampilan
lainnya.
4.

Dalam pelaksanaannya bila ditinjau dari pengelolaan, penyelenggaran

pendidikan luar sekolah tersebut memiliki kelemahan antara lain;

Pengelolaan

bersifat centralistik,

semua ketentuan di atas oleh

28

pemerintah pusat, masyarakat hanya dijadikan objek pendidikan; Pola
penyelenggaraan terpencar-pencar sehingga sulit pengendalian dan
pengawasan; Orientasi program menitik beratkan pada akademis dan

target; Kurang melibatkan masyarakat dan lintas sektoral; Kurang
koordinasi dan sikap aparat yang berpandangan kurang berorientasi
pada masa depan (logis, koservatif dan statis). (Sihombing, 2000).

5.

Dari

kelemahan-kelemahan

tersebut

menimbulkan

berbagai

permasalahan yaitu 1) Program kurang berkembang karena tidak
berbasis pada masyarakat. 2) Keterlibatan masyarakat dan lintas
sektoral sangat lemah sehingga program pendidikan luar sekolah
dirasakan kurang berkualitas dikarenakan adanya keterbatasan sumber

daya seperti tenaga, sarana, dana dan sumber-sumber lainnya yang
diperlukan. 3) Program kurang terkendali karena pada penempatan
program yang terpencar-pencar. 4) Kurang didukung dengan sumber

daya manusia yang dipersiapkan. 5) Pemanfaatan fungsi-fungsi
administrasi/ manajemen pendidikan, terutama koordinasi masih lemah.

6.

Akibat dari permasalahan tersebut berdampak pada hasil pembinaan

yaitu: 1) Pendidikan luar sekolah kurang dikenal baik di masyarakat
maupun di lembaga pemerintah (lintas sektoral). 2) Kurang dukungan

29

dari masyarakat dan lintas sektoral (dinas/ instansi/ lembaga pemerintah
maupun non pemerintah). Akibat dari hal tersebut di atas menyebabkan
program pendidikan luar sekolah kurang berkualitas.

7.

Dari penjelasan tersebut di atas, ada upaya pemikiran strategis dari
pemerintah

yaitu

pemikiran

inovatif pengembangan

manajemen

pendidikan luar sekolah yang mengarah pada visi dan misi dengan
menggunakan pendekatan strategis yaitu; 1) Pendidikan luar sekolah
dilaksanakan dengan berbasis masyarakat. 2) Proses pembelajaran dari
orientasi akademis mengarah pada orientasi pasar. 3) Penekanan

program dari kuantitas mengarah pada dan mengutamakan kualitas. 4)
Dalam pola pengelolaan mengutamakan pelibatan masyarakat dan

pelibatan lintas sektoral. 5) Mengoptimalkan fungsi-fungsi administrasi/
manajemen pendidikan melalui peningkatan koordinasi.
8.

Aplikasi dari inovasi pengembangan manajemen pendidikan luar
sekolah melalui pendekatan berbasis masyarakat tersebut diwujudkan
dalam bentuk Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) yang dalam

pengembangan/ pembinaan melibatkan masyarakat dan lintas sektoral

serta menggunakan fungsi administrasi/ manajemen pendidikan melalui
fungsi koordinasi.

30

9.

Pelibatan masyarakat dan pelibatan lintas sektoral sebagai penjabaran
dan fungsi koordinasi dalam administrasi/ manajemen pendidikan

merupakan variabel penelitian yang diduga ada pengarunya terhadap

peningkatan kualitas program pendidikan luar sekolah yang juga
sebagai variabel penelitian.

10.

Untuk mengetahui sejauhmana hubungan pengaruh antar variabel
tersebut perlu dibatasi melalui penelitian.

a.

Apakah ada hubungan antara pelibatan masyarakat dalam
manajemen pengembangan/ pembinaan PKBM (Xi) terhadap
peningkatan kualitas program pendidikan luar sekolah (Y).

b.

Apakah ada hubungan antara pelibatan lintas sektoral dalam

manajemen pengembangan/ pembinaan PKBM (X2) terhadap
peningkatan kualitas program pendidikan luar sekolah (Y).

c.

Apakah ada hubungan antara pelibatan masyarakat dan pelibatan
lintas sektoral dalam manajemen pengembangan/ pembinaan

PKBM (XiX2) terhadap peningkatan kualitas program pendidikan
luar sekolah (Y).

LU

o
o
fD

03

o
c

Ah
C3

CO

Q_

(-1

Z)

O
s
a
to
LU
to

O
on
0.

._

00

E
09
fc

E
CO
,v
•E
3

C=

CO

CO

CO

89
no.

8>

^

CO

is
CO

k.

>- CO

CO

B
09

CO

E

>••=;

• I

j«: -a
CO

k.

k

IB

E
E

h-

as

to
CO

E

E

CD

CO

S

CL

c
CO
CO

09

CO

DC
rk.
as

CO

09
.a

09

OQ • a
O
CO

**

«™ J3
»

jjT f0,

J2

E

LU

IB

8 5" g. E '="
E £
j «
io 2

...

•B
C
09

CO

CO
•a

•B
a.

F

.e
(U

k.

CO
00
CO

CO
k.

B . en

"lo
CO
+•*

B

s

a.
E

•^

CO
CO

E
CO
JC

*

09
k>

a. o

CO
•B
CO

3
.S"

09
E
09

a. a.

CO

E
CO
Tl
CD
CO
CO

en >E
09

CO
CO

E

E

CO
CO

E
m

**

*-

^_

m
o

09
CO
CO
CO

E

CO

CO
CO
J3 . 8
E
CO I S
09
3
09
JS a .
a.

to

•=

co E

_

• E

09
CL

*•>

09
.a

s


09
CO

k.

CO

CO



CO

a . 89

E
CO

CO
CL
CO
•B

rtis pa ktoral

09
•B

k.

09
CO

*->

oj

--'

•E E "co*

•B

+^

>* CO

S

k.

71

CO

E
09

CO
E
CO

^9

+*

co E .E _
E
_
S

cu

09
89
E
09

E

CO

.E
3

E

(0

h

OS CO 09

a.

CO

E

89

B.

E
CO
•a

^_

CO
.B

O
CL

CO

09

B.

CO

E
CO

'e

E

E

09 •B
CL CO

**

09 h_
Q_ 09

IT9

32

I.

Sistematika Tesis

Sistematika penyusunan tesis ini terbagi ke dalam 6 Bab dan guna
memudahkan pembahasan penelitian ini penulis menyusun sistematika tesis
sebagai berikut:

Bab I, Pendahuluan, mengungkapkan penomena dan permasalahan-

permasalahan yang terjadi dalam pola penyelenggaraan pendidikan luar
sekolah di Jawa Barat dan sekaligus menjadikannya sebagai latar belakang

masalah serta upaya-upaya yang ditempuh dalam pemecahan masalahnya.
Untuk memfokuskan pembahasan masalah penelitian, dijelaskan pula

pembatasan dan perumusan masalah, tujuan penelitian, dan kegunaan
penelitian. Selanjutnya pembahasan masalah ini didukung dengan kajian
anggapan dasar, hipotesis penelitian, definisi operasional, paradigma
penelitian dan sistematika tesis.

Bab II menjelaskan landasan teoritis penelitian. Pada bab ini
memfokuskan

mengenai

strategi

manajemen

dalam

pengembangan/

pembinaan serta upaya peningkatan program pendidikan luar sekolah yang
berisi tentang kajian meliputi : konsep manajemen, manajemen strategi,

manajemen pendidikan, indikator keberhasilan pendidikan luar sekolah,
keunggulan

dan kelemahan

PLS,

serta dilengkapi

uraian

inovasi

33

pengembangan manajemen pendidikan luar sekolah yang diwujudkan dalam

Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat meliputi : konsep dasar Pusat Kegiatan
Belajar Masyarakat (PKBM), arah dan azas PKBM, fungsi PKBM, maksud
dan tujuan PKBM, strategi pengelolaan PKBM, fungsi manajemen PLS dan

koordinasi. Fokus pembahasan koordinasi meliputi : pengertian koordinasi,
ruang lingkup koordinasi, pelaksanaan koordinasi, koordinasi dalam PLS,
pelibatan masyarakat dan pelibatan lintas sektoral.
Bab III menguraikan prosedur penelitian, berisi tentang : metode

penelitian, variabel penelitian, populasi dan sampel penelitian, teknik dan alat
pengumpulan data, mengukur validitas dan reliabilitas instrumen, pengemasan

pengolahan data, dan pelaksanaan penelitian.
Bab IV membahas hasil penelitian meliputi: pengujian normalitas data,
analisis regresi sederhana, analisis regresi ganda, dan pengujian koefisien
korelasi.

Bab V berisi pembahasan temuan penelitian. Bab VI berisi bab penutup

yang menguraikan kesimpulan, implikasi dan rekomendasi.

^DU>/>.

BAB III

PROSEDUR PENELITIAN

A.

Metode Penelitian

Metode penelitian adalah cara untuk mencapai tujuan dalam suatu
penelitian. Dalam Bab I telah dikemukakan maksud dan tujuan penelitian, yaitu
berusaha untuk memperoleh gambaran mengenai hubungan antara variabel

pelibatan masyarakat dan lintas sektoral terhadap peningkatan kualitas program
Pendidikan Luar Sekolah.

Penelitian

ini

menggunakan

metode

korelasional

yaitu

untuk

memperoleh gambaran empirik mengenai keadaan yang sedang berlangsung

pada saat penelitian ini dilaksanakan. Selanjutnya data yang diperoleh di
lapangan dianalisis, secara kuantitatif berdasarkan informasi statistik maupun
kualitatif berdasarkan interpretasi terhadap hasil-hasilnya.
Dengan menggunakan metode korelasional, diharapkan memperoleh
kesimpulan yang mungkin dapat diangkat ke taraf generalisasi berdasarkan

hasil pengolahan dan analisis data. Kemudian dari kesimpulan dan generalisasi
itu akan ditarik implisasi yang bermakna untuk kepentingan pengembangan

pendidikan umumnya dan pendidikan luar sekolah pada khususnya.
107

108

B.

Variabel Penelitian

Variabel yang diteliti dalam studi ini terdiri dari tiga variabel yaitu
variabel bebas (X, dan X2, joint effect variabel X,X2), dan variabel terikat (Y).
Untuk kebutuhan dalam penelitian ini faktor-faktor yang dijadikan
variabel penelitian dirumuskan sebagai berikut:

1.

Pelibatan masyarakat dalam manajemen pengembangan/ pembinaan
PKBM disebut variabel (X,).

2.

Pelibatan lintas sektoral dalam manajemen pengembangan/ pembinaan
PKBM disebut variabel (X2).

3.

Pelibatan masyarakat dan pelibatan lintas sektoral dalam manajemen
pengembangan/ pembinaan PKBM disebut variabel joint

Dokumen yang terkait

PENGARUH PROGRAM AKREDITASI TERHADAP PENINGKATAN KUALITAS PENDIDIKAN DI KABUPATEN MALANG

1 19 1

PERAN PUSAT KEGIATAN BELAJAR MASYARAKAT DALAM PROGRAM PEMBERANTASAN BUTA HURUF (Study kasus di kecamatan Gunungsari, kab. Lombok Barat)

0 6 1

DAMPAK FASILITAS BELAJAR TERHADAP HASIL BELAJAR PADA PROGRAM KEJAR PAKET C DI PUSAT KEGIATAN BELAJAR MASYARAKAT CAHAYA KURNIA BANGSA DESA BANJARWARU KABUPATEN LUMAJANG TAHUN PELAJARAN 2011/2012

0 10 18

HUBUNGAN ANTARA KINERJA TUTOR DENGAN MOTIVASI BELAJAR WARGA BELAJAR KEJAR PAKET B DI PUSAT KEGIATAN BELAJAR MASYARAKAT (PKBM) BAYUANGGA KECAMATAN KADEMANGAN KOTA PROBOLINGGO TAHUN AJARAN 2010/2011

0 26 16

HUBUNGAN ANTARA KINERJA TUTOR DENGAN MOTIVASI BELAJAR WARGA BELAJAR KEJAR PAKET B DI PUSAT KEGIATAN BELAJAR MASYARAKAT (PKBM) BAYUANGGA KECAMATAN KADEMANGAN KOTA PROBOLINGGO TAHUN AJARAN 2010/2011

0 4 16

HUBUNGAN ANTARA KINERJA TUTOR DENGAN MOTIVASI BELAJAR WARGA BELAJAR KEJAR PAKET B DI PUSAT KEGIATAN BELAJAR MASYARAKAT (PKBM) BAYUANGGA KECAMATAN KADEMANGAN KOTA PROBOLINGGO TAHUN AJARAN 2010/2011

0 29 16

KOMUNIKASI ANTARPERSONAL DALAM MENDUKUNG EFEKTIVITAS KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR DI SEKOLAH PENDIDIKAN LUAR BIASA TUNARUNGU (SPLB-B) CICENDO BANDUNG

0 13 1

PERSEPSI IBU-IBU KELOMPOK PUSAT KEGIATAN BELAJAR MASYARAKAT (PKBM) MUTIARA DALAM PROGRAM KEAKSARAAN FUNGSIONAL DI DESA SUKAJAYA KECAMATAN SUKABUMI BANDAR LAMPUNG TAHUN 2011

0 19 102

MANAJEMEN HUBUNGAN SEKOLAH DAN MASYARAKAT Oleh : Drs.Hendyat Soetopo, M.Pd. Dra. Maisyaroh,M.Pd. BAHAN PELATIHAN MANAJEMEN PENDIDIKAN BAGI KEPALA SEKOLAH SE INDONESIA 1 DAFTAR ISI - Manajemen Humas

0 0 9

MANAJEMEN LEMBAGA PENDIDIKAN ISLAM BERBASIS MASYARAKAT DAN SEKOLAH

0 0 12