Pembangunan Identitas Kampung Sayuran Sehat di Ngemplak Sutan Kota Surakarta JURNAL

(1)

commit to user

PEMBANGUNAN IDENTITAS KAMPUNG SAYURAN SEHAT DI NGEMPLAK SUTAN KOTA SURAKARTA

Muhammad Bintang Adna Faisal bintangadna@gmail.com

ABSTRACT

M. Bintang Adna Faisal. 2016. D0311041. BUILDING HEALTH VEGETABLE KAMPONG IDENTITY IN NGEMPLAK SUTAN OF SURAKARTA CITY. Thesis. Sociology Study Program. Social and Political Sciences Faculty. Surakarta Sebelas Maret University.

The density of urban settlement makes vegetables difficult to develop to be planted in urban area. However, it is no longer true in Ngemplak Sutan Village of Surakarta as new urban kampong, this kampong tries to develop vegetables in its

citizen’s house to use to encourage the establishment of kampong identity as

Organic Kampong. Therefore, this research aimed to describe the Development of Organic Kampong Identity in Ngemplak Sutan of Surakarta City through functional structural theory with AGIL scheme.

This study was a single case study with descriptive qualitative display. Data was collected using in-depth interview, observation, and documentation. Meanwhile, the sampling technique used was purposive sampling one. To validate the data, source triangulation was used, while data analysis was conducted using an interactive model analysis.

From the result of research, it was concluded that the development of Organic Kampong identity in Ngemplak Sutan was conducted with a variety of adaptation action constituting the socialization of Organic Kampong program, independent domestic farm land, planting facility development and vegetable variety procurement, and organic technique mutual learning. Meanwhile, the detail of objectives to be achieved in identity building were the collective societal objective to promote the kampong jointly and the Household independency

objective to improve the kampong community’s interest in planting vegetable

organically. Meanwhile, the integration-oriented actions in building Organic Kampong identity in Ngemplak Sutan included Organic Kampong acceleration through community Nutrition Garden, Pre-cooperative (Kahuripan Cooperative) Establishment, Female Farmer Group establishment, and Rubbish Bank management. The pattern maintenance was manifested into achievement in Clean and Healthy Living Behavior at both Municipal and Province levels making Ngemplak Sutan Kampong a study tour destination for outsiders and students, of course positioning it as main area and new business pioneer in the attempt of developing other Organic Kampong as the community empowerment model in Kelurahan Mojosongo. Then a variety of existing actions (measures) can be identified as supporting and inhibiting factor in building Organic Kampong identity in Ngemplak Sutan.


(2)

commit to user A. Pendahuluan

Kota sebagai wajah peradaban dunia dan arena lokomotif modernisasi terus mengalami perubahan dan terkonstruksi berbagai konsepsi baru. Kota Surakarta sebagai salah satu potret kota tua di Indonesia turut mengalami perubahan baik fisik, sosial, ekonomi maupun kultural, perubahan-perubahan tersebut tampak pada program pembangunan pemerintah Kota Surakarta dengan mendayagunakan potensi daerah melalui kebijakan otonomi daerah atau desentralisasi seperti dengan pengelolaan kampung-kampung kotanya.

Terjaganya beragam aktivitas kemasyarakatan dalam identitas kampung tentunya tergantung atas kemampuan publik sendiri dalam menjaganya, identitas hanya dapat diberi makna bersama publiknya sehingga tak ada identitas tanpa publik (Dewanto, 1996: 90). Hal tersebut menunjukkan bahwa terjaganya eksistensi aktivitas kemasyarakatan dalam identitas kampung tergantung pada pemaknaan dari publik (masyarakat) itu sendiri. Identitas menjadi hal penting sebagai fungsi komunikasi serta menegaskan suatu ciri khas tertentu agar dapat mengungkap keberadaan seseorang/kelompok orang di tengah masyarakat. Carey menyatakan bahwa komunikasi menjadi pola dasar untuk menarik orang lain agar turut serta dalam kebersamaan (Liliweri, 2002: 4). Komunikasi pada akhirnya diartikan sebagai suatu proses, suatu aktivitas simbolis, dan pertukaran makna antarmanusia.

Salah satu wilayah di Surakarta yang masih menjaga kearifan lokal dalam identitas kampungnya adalah Kampung Ngemplak Sutan di Kelurahan Mojosongo, Kecamatan Jebres, Kota Surakarta. Kampung Ngemplak Sutan merupakan salah satu kampung baru yang ada di Kota Surakarta. Kampung ini tercatat dalam wilayah Kelurahan Mojosongo dengan tiga RT (RT 01, RT 02, dan RT 03) yang membentuk satu RW yaitu RW 37. Kampung Ngemplak Sutan menjadi salah satu wilayah baru sebagai pemukiman bagi warga Surakarta akibat adanya relokasi pemukiman masyarakat di sekitar bantaran sungai. Relokasi tersebut sebagai upaya dari Pemerintah Kota Surakarta dalam mengantisipasi bencana banjir yang dapat merugikan masyarakat di sekitar bantaran sungai.


(3)

commit to user

Seiring berjalannya waktu, Kampung Ngemplak Sutan mulai bergerak dan berkembang secara dinamis. Sebagai lingkungan pemukiman baru yang ada di Surakarta serta terbatasnya lahan yang dapat diberdayakan, kampung ini mulai menata diri dan melengkapi berbagai fasilitas publik di dalamnya untuk dapat dimanfaatkan demi kepentingan warga. Para warga yang bermukim di kampung ini teridentifikasi sebagai masyarakat kota karena kesehariannya bersinggungan dengan berbagai aktivitas sosial yang ada di Surakarta. Dengan kata lain, pola pikir warga di Kampung Ngemplak Sutan mulai perlahan terkonsepsi berbagai pemikiran masyarakat kota dengan berusaha mengembangkan kampungnya seiring pergerakan masyarakat Kota Surakarta. Terdapat satu hal yang menarik untuk dicermati bahwa Kampung Ngemplak Sutan mulai membangun identitas kampungnya sebagai salah satu ciri dari masyarakat kota. Identitas ini berfungsi sebagai media komunikasi serta ruang yang dapat mengarahkan pergerakan kampung menuju ke arah yang lebih maju.

Identitas yang dideklarasikan oleh Kampung Ngemplak Sutan adalah sebagai Kampung Sayuran Sehat, di sisi lain identitas ini memang menjadi satu-satunya identitas baru bagi suatu kampung kota yang ada di Surakarta. Identitas yang dibangun ini didasarkan pada sejarah kampung yang lekat dengan ancaman banjir di Surakarta, sehingga mereka kemudian direlokasi dan berkumpul sebagai satu kesatuan masyarakat yang bermukim di Kampung Ngemplak Sutan. Dengan alasan perhatian pada bidang kesehatan dan kegemaran warga bercocok tanam, menjadikan para warga mulai mendukung gagasan dari Yayasan Rumah Zakat Surakarta yang menawarkan diri untuk bersama membangun identitas kampung sebagai Kampung Sayuran Sehat. Kampung Sayuran Sehat yang ada di Kampung Ngemplak Sutan dijalankan dengan media polybag untuk sarana bercocok tanam yang dirasa lebih efisien karena keterbatasan lahan dan sumber daya air di sekitar pemukiman warga. Dengan adanya identitas sebagai Kampung Sayuran Sehat di Kampung Ngemplak Sutan, warga kemudian mulai dapat menjaga lingkungan pemukimannya dalam hal kebersihan, lebih lanjut para warga juga mulai dapat


(4)

commit to user

mendayagunakan identitas ini untuk berbagai tujuan demi kesejahteraan Kampung Ngemplak Sutan sendiri.

Dari uraian di atas, dapat dicermati bahwa masyarakat kota pada umumnya bergerak dan bertindak seiring kebergerakan kota dengan tanda rasionalitas modern yang berujung pada sikap konsumtif, namun hal ini tidak terjadi pada Kampung Ngemplak Sutan. Berangkat sebagai Kampung Sayuran Sehat, Kampung Ngemplak Sutan berusaha menjaga kearifan lokal mereka sendiri dalam hal bercocok tanam dan menjaga solidaritas warganya dalam mengelola kebersihan lingkungan tempat tinggalnya. Identitas tersebut juga mampu didayagunakan sebagai tujuan hidup bersama yang mengarah pada pengembangan kampung untuk dapat meningkatkan tarah pemenuhan hidup yang lebih baik. Dengan adanya identitas tersebut, warga mulai mampu menanam sayuran untuk dikonsumsi sendiri dan diperjual-belikan dengan cara Sayuran Sehat, yakni memanfaatkan limbah kotoran ternak sapi dan kambing dari para warga yang memilikinya.

Maka, menjadi menarik adanya kajian terkait pemanfaatan identitas kampung yang ada di Kampung Ngemplak Sutan sebagai gambaran dari kondisi warga yang bermukim di wilayah perkotaan namun tetap berupaya menjaga kearifan lokal dalam hal bercocok tanam sayuran yang dikelola secara Sayuran Sehat disertai semangat Pola Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) pada lingkungan bermukim demi kemajuan dan kenyamanan di Kampung Ngemplak Sutan. Untuk itu, penelitian ini berusaha menggambarkan Pemanfaatan Identitas Kampung Sayuran Sehat pada Pemukiman Warga di Kampung Ngemplak Sutan, Kelurahan Mojosongo, Kecamatan Jebres, Kota Surakarta melalui kacamata Sosiologi dengan pendekatan fungsionalisme struktural, penelitian ini berfokus pada bagaimanakah Pembangunan Identitas Kampung Sayuran Sehat di Ngemplak Sutan Kota Surakarta?

B. Metode Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif. Creswell menerangkan bahwa penelitian kualitiatif adalah suatu proses penelitian


(5)

commit to user

ilmiah yang lebih dimaksudkan untuk memahami masalah-masalah manusia dalam konteks sosial dengan menciptakan gambaran menyeluruh dan kompleks yang disajikan, melaporkan pandangan terperinci dari para sumber informasi, serta dilakukan dalam setting yang alamiah tanpa adanya intervensi apapun dari peneliti (Herdiansyah, 2010: 8). Moleong memberikan definisi lain tentang riset kualitatif sebagai penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dipahami oleh subyek penelitian, misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dan lain sebagainya secara holistik dan dengan cara deskriptif dalam bentuk kata-kata dan bahasa pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai bentuk metode alamiah (Moleong, 2005: 5). Lebih lanjut, Denzin dan Lincoln juga menerangkan bahwa penelitian kualitatif bertujuan menjelaskan penjelasan tersirat dengan struktur, tatanan, dan pola yang luas dalam suatu kelompok partisipan, dimana penjelasan tersebut didapat dari proses pemahaman mendasar dari pengalaman first-hand dari peneliti yang langsung berproses dan melebur menjadi satu bagian yang tidak terpisahkan dengan subyek dan latar yang akan diteliti berupa laporan yang sebenarnya dan catatan lapangan yang aktual (Herdiansyah, 2010: 7). Dari uraian tersebut, menunjukkan bahwa peneliti diharuskan mengenal subyek penelitian secara langsung personal tanpa perantara dan sedapat mungkin menghilangkan gap antara peneliti dengan subyek penelitian.

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan strategi penelitian studi kasus tunggal. Studi kasus sebagai suatu strategi penelitian merupakan suatu inkuiri empiris yang menyelidiki fenomena di dalam konteks kehidupan nyata bila batas-batas antara fenomena dan konteksnya tak tampak dengan tegas dan dimana multi sumber buku memungkinkan dapat dimanfaatkan (Yin, 1997: 18). Lebih lanjut, Stake menerangkan bahwa kasus bukanlah sekedar obyek biasa, tetapi kasus diteliti karena karakteristiknya yang khas. Hal ini sesuai dengan penjelasannya yang menyatakan bahwa penelitian studi kasus bukanlah sekedar metode penelitian, tetapi adalah tentang bagaimana memilih kasus yang tepat untuk diteliti (Denzin, 2011: 479). Melalui studi


(6)

commit to user

kasus, penelitian akan lebih banyak berkutat pada atau berupaya menjawab pertanyaan-pertanyaan bagaimana dan mengapa, serta pada tingkat tertentu juga menjawab pertanyaan apa/apakah dalam kegiatan penelitian (Bungin, 2005: 21).

C. Hasil dan Pembahasan

Tindakan sosial dalam kerangka Parsons berasumsi dasar bahwa masyarakat menjadi suatu kesatuan atas dasar kesepakatan dari para anggotanya terhadap nilai-nilai tertentu yang mampu mengatasi perbedaan-perbedaan, sehingga masyarakat tersebut dipandang sebagai suatu sistem yang secara fungsional terintegrasi dalam suatu keseimbangan. Dengan demikian, masyarakat adalah merupakan kumpulan sistem-sistem sosial yang satu sama lain berhubungan dan saling memiliki ketergantungan. Teori yang digunakan dalam penelitian ini yaitu struktural fungsional, mengansumsikan bahwa masyarakat merupakan sebuah sistem yang terdiri dari berbagai bagian atau subsistem yang saling berhubungan. Bagian-bagian tersebut berfungsi dalam segala kegiatan yang dapat meningkatkan kelangsungan hidup dari sistem yaitu dalam Pembangunan Identitas Kampung Sayuran Sehat di Ngemplak Sutan. Fokus utama dari fungsionalisme adalah mendefinisikan kegiatan yang dibutuhkan untuk menjaga kelangsungan hidup sistem sosial. Fungsionalisme melihat masyarakat sebagai sebuah sistem dari beberapa bagian yang saling berhubungan satu dengan lainnya. Satu bagian tidak bisa dipahami terpisah dari keseluruhan. Dengan demikian, dalam perspektif fungsionalisme ada beberapa persyaratan atau kebutuhan fungsional yang harus dipenuhi agar sebuah sistem sosial bisa bertahan. Parsons kemudian mengembangkan apa yang dikenal sebagai imperatif-imperatif fungsional agar sebuah sistem bisa bertahan, berupa Adaptation, Goal attainment, Integration, dan Latent pattern-maintenance (Ritzer, 2011: 112).

Lebih lanjut, dalam penelitian ini adaptation (adaptasi) merupakan fungsi yang dimiliki oleh sebuah sistem untuk menyesuaikan dirinya dengan


(7)

commit to user

lingkungan untuk memenuhi kebutuhan dari sistem tersebut. Sedangkan goal attainment (pencapaian tujuan) diartikan sebagai fungsi yang dimiliki sebuah sistem untuk dapat mendefinisikan dan mencapai tujuannya. Sementara integration (integrasi) adalah fungsi yang dimiliki oleh sistem dalam rangka mengkoordinasikan hubungan bagian-bagian dalam komponen sistem tersebut dan aktor-aktor di dalamnya. Fungsi ini juga berperan dalam mengelola hubungan ketiga fungsi lainnya dalam skema AGIL sehingga seluruhnya fungsional. Kemudian latent pattern-maintenance (pemeliharaan pola) merupakan fungsi yang dimiliki suatu sistem untuk memperlengkapi, memelihara dan memperbaiki, pada tingkat individu maupun pola-pola kultural dalam Pembangunan Identitas Kampung Sayuran Sehat di Ngemplak Sutan yang terkadang memunculkan efek lain. Seiring dengan modernisasi, interpretasi dan persepsi masyarakat akan identitas kampung, secara tidak langsung berpengaruh pada pemaknaan terhadap keberadaan identitas kampung seperti halnya di Kampung Ngemplak Sutan dengan pembangunan identitas sebagai Kampung Sayuran Sehat. Oleh karena itu, dalam usaha memahami secara konseptual maupun visual mengenai identitas kampung tersebut, perlu disadari dalam penelitian ini bahwa hal tersebut merupakan bagian dari unsur integral budaya masyarakat kota, aspek mengenai pemaknaan serta pelestarian yang ada dalam predikat tersebut sewajarnya dipandang sebagai suatu fenomena kultural dan tidak terlepas dari dinamika perubahan sosial budaya.

Identitas menjadi hal penting sebagai fungsi komunikasi serta menegaskan suatu ciri khas tertentu agar dapat mengungkap keberadaan seseorang/kelompok orang di tengah masyarakat. Komunikasi menjadi pola dasar untuk menarik orang lain agar turut serta dalam kebersamaan (Carey dalam Alo Liliweri, 2002: 4). Maka, komunikasi secara ringkas diartikan sebagai suatu proses, suatu aktivitas simbolis, dan pertukaran makna antarmanusia. Kuntowijoyo juga menjelaskan bahwa lembaga budaya mempertanyakan siapa yang menghasilkan produk budaya, siapa yang melakukan kontrol dan bagaimana kontrol dilaksanakan, isi budaya


(8)

commit to user

menanyakan produk apa yang dihasilkan dan efek budaya menanyakan konsekuensi apa yang diharapkan dari proses budaya tersebut (Kuntowijoyo, 2006: 31). Identitas Kampung Sayuran Sehat sebagai wujud kebudayaan merupakan gejala sosial yang ada di masyarakat Kota Surakarta yang menempatkan dirinya sebagai aktivitas sosial yang tentunya memiliki fungsi kemasyarakatan, salah satunya dapat digunakan sebagai media komunikasi warga Ngemplak Sutan dengan kampung-kampung lain demi memajukan Kampung Ngemplak Sutan. Berdasarkan uraian tersebut, maka untuk mempercepat Pembangunan Identitas Kampung Sayuran Sehat di Ngemplak Sutan para aktornya menjalankan/melakukan berbagai tindakan sosial melalui skema AGIL (Adaptation, Goal attainment, Integration, dan Latent pattern-maintenance) yang teridentifikasi dalam penelitian ini sebagai berikut:

Pola Adapatasi dalam Pembangunan Identitas Kampung Sayuran Sehat di Ngemplak Sutan ditandai dengan adanya tahapan awal berupa sosialisasi terkait pembangunan identitas sebagai Kampung Sayuran Sehat kepada warga RW 37 Kampung Ngemplak Sutan. Sosialisasi kepada warga dilakukan di berbagai kegiatan kemasyarakatan yang ada di Ngemplak Sutan. Sementara aktor yang terlibat di dalamnya yaitu Yayasan Rumah Zakat, Citra Sehat Foundation, warga Ngemplak Sutan. Dalam hal ini sosok pemimpin atau aktor kunci sangat berpengaruh, Fungsi Fungsi kepemimpinan sangat penting disini, pemimpin menciptakan norma-norma dan anggota kelompok mengikutinya. Pemimpin dalam hal ini adalah pemimpin yang paling dekat dengan warga yang bisa di jadikan contoh atau panutan atau bisa disebut sebagai pemimpin atau tokoh informal. Kartini Kartono (2009), pemimpin informal adalah pemimpin yang tidak diangkat secara resmi berdasarkan surat keputusan tertentu. Dia memperoleh kekuasaan / wewenang karena pengaruhnya terhadap kelompok. Apabila pemimpin formal dapat memperoleh pengaruhnya melalui prestasi, maka pemimpin informal memperoleh pengaruh berdasarkan ikatan-ikatan psikologis.


(9)

commit to user

Tidak ada ukuran obyektif tentang bagaimana seorang pemimpin informal dijadikan pemimpin. Dasarnya hanyalah oleh karena dia pernah benar dalam hal tertentu, maka besar kemungkinan dia akan benar pula dalam hal tersebut pada kesempatan lain. Di samping penentuan keberhasilan pada masa lalu, pemilihan pemimpin informal juga ditentukan oleh perasaan simpati dan antipati seseorang atau kelompok terhadapnya. Pemimpin informal secara legalitas/ sah bukan pemimpin dalam pemerintahan, tapi pemimpin informal merupakan bagian dari masyarakat yang perannya sangat penting dalam memberikan pengaruhnya kepada warga masyarakat desa.

Dalam penelitian ini tokoh atau pemimpin informal yang di munculkan ada 2 (dua) tokoh kunci yaitu Bapak Paryanto selaku Ketua RT 01 RW 37 beliau walaupun RT namun beliau memegang peran penting dalam pembangunan identitas Kampung Sayuran Sehat di Ngemplak Sutan ini, bahkan bisa di katakan lebih tau daripada bapak yang menjabat sebagai RW. Lalu yang ke dua adalah bapak Mulyadi selaku aktivis kampung Ngemplak Sutan serta menjabat sebagai Ketua Umum Koperasi Kahuripan RW 37, beliau inilah yang mengurusi segala hal dan yang memprakarsai adanya ide pembangunan identitas di Kampung Ngemplak Sutan ini.

Selanjutnya setelah sosialisasi dilakukan maka kemudian warga melakukan koordinasi pemetaan wilayah pekarangan dan ruas jalan utama di RW 37 Ngemplak Sutan sebagai lahan pertanian sayur rumah tangga mandiri. Pemetaan ini dilakukan untuk menganalisa potensi ruang terkait varietas bibit sayuran yang akan dipilih untuk ditanam di pekarangan warga dengan melibatkan aktor yaitu seluruh warga Ngemplak Sutan. Dari pemetaan inilah maka para warga kemudian melakukan pembangunan fasilitas (display) tanam dan pengadaan varietas sayur mayur bagi warga Ngemplak Sutan. Display tanam merupakan semacam pondasi peletakan tanaman dalam kebun sayuran warga di pekarangan rumah. Kegiatan ini sendiri melibatkan yayasan Rumah Zakat, Citra Sehat Foundation, dan


(10)

commit to user

warga Ngemplak Sutan. Selanjutnya para aktor juga melakukan pembelajaran bersama tentang teknik pengelolaan sayuran Sayuran Sehat bagi warga Ngemplak Sutan. Pembelajaran bersama antar warga memungkinkan setiap warga saling berperan dalam kesuksesan menanam sayuran. Kegiatan ini melibatkan seluruh warga di Ngemplak Sutan.

Pola Tujuan dalam Pembangunan Identitas Kampung Sayuran Sehat di Ngemplak Sutan terdiri dari beberapa klasifikasi kategori tujuan yaitu Tujuan Kolektif Kemasyarakatan dan Tujuan Kemandirian Rumah Tangga. Untuk Tujuan Kolektif Kemasyarakatan di dalamnya teridentifikasi tujuan untuk menjadikan lingkungan bermukim lebih sehat dengan penanaman sayur mayur di ruas jalan utama kampung dapat mengurangi polusi udara di lingkungan kampung, serta tujuan untuk menjadikan kawasan bermukim lebih asri (indah) dengan penanaman sayur mayur di ruas jalan utama kampung dapat menambah keindahan dan kenyamanan lingkungan. Sedangkan pada klasifikasi Tujuan Kemandirian Rumah Tangga, di dalamnya terdapat tujuan untuk memungkinkan di Ngemplak Sutan dapat melakukan swasembada sayur bagi pemenuhan gizi keluarga yang ditempuh dengan penanaman sayur mayur di pekarangan rumah warga dapat dimanfaatkan sebagai konsumsi pribadi. Kemudian ada pula tujuan untuk menambah penghasilan ekonomi Rumah Tangga yang dilakukan dengan penanaman sayur mayur di pekarangan rumah warga dapat dijadikan kegiatan bisnis. Selanjutnya ada juga tujuan untuk memanfaatkan pekarangan rumah dengan fungsi ganda yang ditempuh dengan penanaman sayur mayur di pekarangan rumah warga sehingga memiliki fungsi keindahan dan profit. Sementara pada tujuan terakhir dalam Kemandirian Rumah Tangga ialah untuk mengurangi biaya konsumsi pembelian sayur melalui penanaman sayur mayur di pekarangan rumah warga dapat membantu mengurangi biaya konsumsi sayur mayur bagi keluarga.

Pola Integrasi dalam Pembangunan Identitas Kampung Sayuran Sehat di Ngemplak Sutan sendiri dimanifestasikan ke dalam beberapa tindakan/aksi seperti percepatan program Kampung Sayuran Sehat melalui


(11)

commit to user

Kebun Gizi warga. Kebun Gizi ini sendiri difungsikan sebagai Bank Tanaman Sayur Mayur seluruh warga dengan melibatkan seluruh warga Ngemplak Sutan RW 37 dalam pengelolaannya. Selanjutnya ada pula pembentukan Pra Koperasi (Koperasi Sayur Mayur Kahuripan). Koperasi ini berfungsi sebagai penyedia bibit sayuran para warga. Pembangunan koperasi ini melibatkan seluruh warga Ngemplak Sutan RW 37. Kemudian ada juga kegiatan berupa pembentukan Kelompok Tani Wanita/Perempuan. Kelompok Tani Wanita ini mampu memaksimalkan aktivitas promosi dan publikasi atas kampung di berbagai kegiatan. Dalam pengelolaannya, kegiatan ini melibatkan seluruh ibu-ibu warga di Kampung Ngemplak Sutan RW 37. Sedangkan pada bagian akhir dalam Pola Integrasi Pembangunan Identitas Kampung Sayuran Sehat di Ngemplak Sutan sendiri dimanifestasikan dalam aksi/tindakan pembangunan dan pengelolaan Bank Sampah. Bank Sampah menjadi media pengelola limbah rumah tangga untuk dikelola sebagai komposter pupuk, karya seni, bahkan dijual untuk memiliki nilai tukar ekonomis. Pada aksi/tindakan ini sendiri di dalamnya melibatkan seluruh ibu-ibu warga di Kampung Ngemplak Sutan RW 37 bersama Yayasan Citra Sehat dan Rumah Zakat.

Untuk Pemeliharaan Pola dalam Pembangunan Identitas Kampung Sayuran Sehat di Ngemplak Sutan sendiri, di dalamnya teridentifikasi berbagai bentuk manifestasi dari Pemeliharaan Pola yang dilakukan oleh berbagai aktor terkait seperti Kampung Ngemplak Sutan memiliki prestasi dalam kejuaraan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di tingkat Kota Surakarta maupun Propinsi Jawa Tengah. Prestasi Juara ini menjadi reward yang tidak pernah dicanangkan sebelumnya dan dapat merangsang minat warga untuk semakin berperan dalam pembangunan identitas sebagai Kampung Sayuran Sehat. Prestasi ini melibatkan berbagai aktor dalam proses penciptaannya, yaitu seluruh warga di RW 37 Kampung Ngemplak Sutan dan Pemerintah Kelurahan Mojosongo Kota Surakarta. Bentuk lain yaitu Kampung Ngemplak Sutan semakin dapat untuk dikenal oleh masyarakat. Dari hal ini dapat dikatakan bahwa ternyata identitas mampu


(12)

commit to user

menjadikan suatu kampung semakin eksis dan dikenal masyarakat luas. Pada tindakan ini sendiri di dalamnya melibatkan seluruh warga di RW 37 Kampung Ngemplak Sutan. Selanjutnya ada pula bentuk lain yakni Kampung Ngemplak Sutan sebagai tempat study tour bagi warga dan pelajar di Kota Surakarta. Dari hal ini juga mengindikasikan bahwa ternyata kampung dapat menjadi ruang belajar non formal bagi pengembangan skill dan ilmu pengetahuan. Bentuk ini sendiri di dalamnya melibatkan seluruh warga di Ngemplak Sutan beserta pihak-pihak pendukungnya. Pada lain hal, terdapat pula bentuk manifestasi Pemeliharaan Pola seperti Kampung Ngemplak Sutan sebagai kawasan induk dan rintisan usaha baru dari upaya pengembangan Kampung Sayuran Sehat lain di Kota Surakarta. Hal ini juga mengindikasikan bahwa ternyata identitas mampu membangkitkan minat bagi daerah lain yang ingin berkembang dan menata diri serta mampu memunculkan peluang bagi tumbuhnya rintisan usaha baru dengan melibatkan Pemerintah Kota Surakarta, pihak pendamping, dan Seluruh warga di RW 37 Kampung Ngemplak Sutan. Sementara itu, pada akhir penggambaran pemeliharaan pola dalam pembangunan identitas kampung Sayuran Sehat di Ngemplak Sutan juga menunjukkan bahwa Kampung Ngemplak Sutan dapat dijadikan sebagai model pemberdayaan masyarakat di Kelurahan Mojosongo. Hal ini dapat diartikan bahwa pemberdayaan bagi masyarakat berbasis kemandirian dapat menjadi pokok utama pembangunan lingkungan warga yang melibatkan Lembaga pendamping dan Kelurahan Mojosongo untuk kasus di Ngemplak Sutan sendiri. Pembangunan identitas Kampung Sayuran Sehat di Ngemplak Sutan dilakukan melalui berbagai tindakan. Berbagai tindakan yang dianalisa dengan skema Struktural Fungsional itu, tentunya dapat dimungkinkan untuk diidentifikasi sebagai faktor pendukung dan penghambat dalam pembangunan identitas tersebut. Adapun identifikasi terkait berbagai tindakan tersebut diawali dengan adanya tindakan adaptasi berupa sosialisasi yang dilakukan di Kampung Ngemplak Sutan sendiri. Sosialisasi ini dapat dipandang sebagai persiapan matang yang tentunya memungkinkan mendukung dalam Pembangunan


(13)

commit to user

identitas Kampung Sayuran Sehat di Ngemplak Sutan. Namun, di sisi lain sosialisasi ini tentu akan banyak menyita waktu para aktor di dalamnya dan pastinya hal semacam ini sangat dapat menghambat pembangunan identitas kampung. Tindakan adaptasi lain seperti pemetaan lahan pertanian rumah tangga mandiri juga sangat mendukung dalam Pembangunan identitas Kampung Sayuran Sehat di Ngemplak Sutan karena langkah ini sangat membantu memudahkan percepatan program terkait pembangunan identitas tersebut oleh para warga. Namun di sisi lain juga dapat menghambat program kampung Sayuran Sehat karena kegiatan ini membutuhkan dana yang memang tidak sedikit. Selanjutnya adapula tindakan berupa pembangunan fasilitas (display) tanam dan pengadaan varietas sayur yang sangat mendukung dalam pembangunan identitas karena sayur sebagai modal dasar utama dalam pembangunan identitas akan semakin menarik dan indah ditata pada penempatan display yang tepat. Namun hal ini juga dapat menghambat pembangunan identitas mana kala kegiatan ini tidak diimbangi oleh penyediaan dana yang baik karena hal ini membutuhkan dana dan waktu yang tidak sedikit. Pada tindakan adaptasi juga terdapat pembelajaran bersama teknik Sayuran Sehat yang dilakukan oleh warga sehingga mendukung pembangunan identitas kampung Sayuran Sehat karena dapat mempererat toleransi dan memupuk gotong royong antar warga sebagai satu kesatuan. Namun di sisi lain juga dapat menghambat pembangunan identitas karena warga menjadi kurang memperhatikan tentang resiko yang dapat timbul karena kegiatan ini melibatkan orang banyak dengan berbagai pemikiran yang berbeda, atau dengan kata lain kegiatan ini rentan memicu konflik. Sedangkan pada tindakan yang mengarah pada pemenuhan Tujuan Kolektif Kemasyarakatan (Menjadikan lingkungan bermukim lebih sehat dan Menjadikan kawasan lebih indah) tentunya semakin mendukung pembangunan identitas karena setiap aktivitas di dalamnya sudah memiliki tujuan dan fungsi yang jelas. Namun dengan adanya tujuan untuk kepentingan bersama ini, pasti melibatkan banyak aktor dalam kegiatannya sehingga hal ini dapat memicu perbedaan pendapat dan dapat juga


(14)

commit to user

memunculkan banyak masalah yang akhirnya dapat menghambat pembangunan identitas. Sementara itu jika berbagai tujuan diarahkan pada Tujuan Kemandirian Rumah Tangga seperti untuk swasembada sayur mayur bagi pemenuhan gizi keluarga secara mandiri, menambah penghasilan ekonomi Rumah Tangga keluarga, memanfaatkan pekarangan rumah dengan fungsi ganda yaitu untuk keindahan dan ruang bisnis (profit), serta dapat untuk mengurangi biaya konsumsi pembelian sayur, maka segala tindakan yang ada di dalmnya akan sangat mendukung pembangunan identitas karena dapat merangsang para warga dalam minat bertani Sayuran Sehat di Ngemplak Sutan. Namun di sisi lain jika tidak dicermati dengan baik maka akan memunculkan sikap Individualistis dari para warga yang sangat terlihat sehingga dapat menghambat pembangunan identitas kampung Sayuran Sehat itu sendiri.

Lebih lanjut, dalam tindakan yang berorientasi pada integrasi masyarakat, terdapat tindakan yang diwujudkan dalam percepatan Kampung Sayuran Sehat melalui Kebun Gizi warga. Kebun Gizi ini dapat digunakan sebagai Bank Tanaman dan icon dari kampung yang mendukung identitas diri karena para warga akan dapat lebih terjaga stok sayur mayurnya di kampung. Namun di sisi lain karena pengelolaan Kebun Gizi ini secara kolektif, maka Kebun Gizi dapat menjadikan warga kurang mandiri jika hanya menggantungkan diri pada Kebun Gizi tersebut dan hal ini tentunya sangat menghambat dari pembangunan identitas di Ngemplak Sutan sebagai Kampung Sayuran Sehat. Tindakan selanjutnya yaitu pembentukan Pra Koperasi (Koperasi Kahuripan) yang tentunya mendukung pembangunan identitas karena dapat memudahkan dana dan bibit sayuran bagi para aktor yang ada di Ngemplak Sutan. Namun di lain hal juga demikian ini dapat menghambat pembangunan identitas kampung karena memungkinkan para aktor akan terlalu memikirkan pendanaan bersama dari pada aksi kegiatan bersamanya. Tindakan lain juga dapat berupa pembentukan Kelompok Tani Wanita/Perempuan di Ngemplak Sutan yang sangat mendukung pembangunan identitas diri karena mampu meningkatkan peran serta wanita


(15)

commit to user

dalam pembangunan kampung ke arah yang lebih baik (sebagai bentuk emansipasi). Namun demikian, hal ini juga rentan dapat menghambat pembangunan identitas karena sangat berpengaruh pada budaya patriarkhi di Kota Surakarta dimana laki-laki sangat dominan perannya di dalam keluarga. Tindakan lainnya juga dapat berwujud pada pembangunan Bank Sampah yang aktivitasnya terbukti dapat meningkatkan pendanaan bagi aktivitas kampung maupun rumah tangga yang tentunya sangat dapat mendukung pembangunan identitas kampung. Namun di lain sisi hal ini memungkinkan dapat menghambat juga karena dapat memicu peningkatan limbah keluarga dari para warga yang mengganggap limbah dapat dikelola dengan mudah.

Berdasar berbagai tindakan tersebut tentunya pemeliharaan pola terhadapnya juga memiliki dimensi yang dapat dianalisa sebagai faktor pendukung maupun penghambat. Sebagai contoh Prestasi dalam Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di tingkat Kota maupun Propinsi oleh Kampung Ngemplak Sutan. Di satu sisi ini sangat dapat mendukung pembangunan identitas kampung Sayuran Sehat di Ngemplak Sutan karena dapat menambah semangat dan kebanggaan dari warga untuk bertani Sayuran Sehat. Namun di lain sisi juga dapat memberi ruang dari terlupakannya tujuan awal dari program Kampung Sayuran Sehat jika para aktor sibuk dengan parade kompetisi kota semacam itu. Dengan prestasi itu maka Kampung Ngemplak Sutan semakin dikenal masyarakat luas, hal ini juga memungkinkan dapat menambah jaringan untuk mendukung pembangunan identitas kampung di Ngemplak Sutan. Namun dengan semakin padatnya kampung yang mulai banyak dikunjungi warga, maka tentunya akan sangat berpengaruh pada lingkungan sosial kampung sendiri yang rentan akan sampah dari para warga lain yang berkunjung. Hal demikian ini tentunya dapat menghambat pembangunan identitas di Ngemplak Sutan. Seiring berjalannya waktu, Ngemplak Sutan juga perlahan sering dijadikan sebagai tempat study tour warga dan pelajar dari berbagai kota, kegiatan ini mendukung pembangunan identitas di Ngemplak Sutan


(16)

commit to user

karena dapat memberikan tambahan ilmu bagi para warga sehingga mampu menata diri dan mengembangkan teknik Sayuran Sehat yang mereka miliki. Namun kegiatan ini sangat rentan menjadikan tumbuhan (sayuran) layu karena sering dipegang dan dijadikan objek kajian belajar, hal ini jika dibiarkan secara terus menerus akan dapat menghambat pembangunan identitas di Ngemplak Sutan dalam hal identitas diri sebagai Kampung Sayuran Sehat. Sebagai kawasan induk dan rintisan usaha baru dari upaya pengembangan Kampung Sayuran Sehat lain, Ngemplak Sutan dapat meningkatkan kepercayaan serta dukungan dari pihak lain sebagai jaringan untuk mendukung pembangunan identitasnya. Namun di sisi lain, perhatian para warga pada program di kampungnya sendiri dapat berkurang karena lebih berfokus pada aktivitas di luar kampung, ini juga tentunya sangat dapat menghambat pembangunan identitas Kampung Sayuran Sehat di Ngemplak Sutan. Kampung Ngemplak Sutan juga mulai perlahan dijadikan sebagai model pemberdayaan masyarakat di Kelurahan Mojosongo. Hal ini dapat membuka ruang bagi pengembangan kampung ke arah yang lebih maju. Namun di lain hal juga memungkinkan dapat menurunkan eksistensi pertanian Sayuran Sehat yang ada di kampungnya sendiri karena para aktor lebih menyibukkan diri dengan Pemerintah Kelurahan Mojosongo. Hal ini jika tidak diantisipasi maka dapat menghambat pula dari pembangunan identitas Kampung Sayuran Sehat yang ada di Ngemplak Sutan.

DAFTAR PUSTAKA

Bungin, Burhan. 2005. Analisis Data Penelitian Kualitatif. Jakarta: Rajagrafindo Persada.

Cohen, Bruce J. 1992. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Rineka Cipta.

Dewanto, Nirwan. 1996. Senjakala Kebudayaan. Yogyakarta: Yayasan Bentang Budaya.

Giddens, Anthony. 2001. Runaway World: Bagaimana Globalisasi Merombak Kehidupan Kita. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.


(17)

commit to user

Hansen, Mette Weinreich. 2011. Rural identity in organic food processing - a sensemaking approach . ProQuest 11, 83-106.

Herdiansyah, Haris. 2010. Metodologi Penelitian Kualitatif. Jakarta: Salemba Humanika.

Herliana, Invani Lela. 2011. Aku Bangga Jadi Anak Kampung, Memaknai Kembali Identitas Kampung Bumen. Yogyakarta: Yayasan Pondok Rakyat. Heryanto, Bambang, Ihsan & Venny Veronica Natalia. 2012. Identitas Kota dan Keterikatan Pada Tempat. Tesis. Makassar. Universitas Hasanuddin Makassar.

John W, Creswell. (1998). Qualitative Inquiry And Research Design: Choosing Among Five Traditions. London: SAGE Publications

Kaplan, David. 2002. Teori Budaya alih bahasa oleh Landung Simatupang. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Kartasapoetra, G dan Kreimers, L.J.B. 1987. Sosiologi Umum. Jakarta: Bina Aksara.

Kartono, Kartini. 2009. Pemimpin dan Kepemimpinan. Jakarta : Rajawali Pers Kerton, Sarah, Sinclair, A John. 2010. Buying local organic food: a pathway to

transformative learning. ProQuest 27, 401-413.

Khudori, Darwis. 2002. Menuju Kampung Pemerdekaan. Yogyakarta: Yayasan Pondok Rakyat.

Kleden, Ignas. 1987. Sikap Ilmiah dan Kritik Kebudayaan. Jakarta: LP3ES. Koentjaraningrat. 1994. Kebudayaan Jawa. Jakarta: Balai Pustaka.

Kuntowijoyo. 2006. Budaya dan Masyarakat. Yogyakarta: Tiara Wacana.

Liliweri, Alo. 2002. Makna Budaya dalam Komunikasi Antarbudaya. Yogyakarta: LkiS Yogyakarta.

Magetsari, Noerhadi, 2009, Pemaknaan Museum Untuk masa Kini, makalah disampaikan dalam Diskusi dan Komunikasi Museum di jambi.

Moleong, Lexy J. 2005. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya.


(18)

commit to user

Naredia, Shubuha Pilar. 2015. Produksi Kultural Kampung Seni di Kampung Bumen, Kelurahan Purbayan, Kecamatan Kotagede, Kota Yogyakarta. Tesis. Solo. Universitas Sebelas Maret Solo.

Putra, Candra Rahsurya Eka. 2015. Persepsi Masyarakat Kota Mojokerto

Terhadap City Brand Kota Mojokerto Sebagai ‘Kota Onde-onde’. Tesis.

Mojokerto. Universitas Mojokerto.

Ramdhon, A. 2011. Pudarnya Kauman: Studi Perubahan Sosial Masyarakat Islam-Tradisional. Yogyakarta: Elmatera.

Ritzer, George dan Douglas J. Goodman. 2011. Teori Sosiologi alih bahasa oleh Nurhadi. Yogyakarta: Kreasi Wacana.

Rustopo. 2007. Menjadi Jawa: Orang-Orang Tionghoa dan Kebudayaan Jawa di Surakarta 1895-1998. Jakarta: Ombak.

Sairin, Sjafri. 2002. Perubahan Sosial Masyarakat Indonesia. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Santoso. 2015. Pemanfaatan Kearifan Lokal dalam Pemberdayaan Masyarakat Berbasis Komunitas di Kelompok Perempuan Rukun Makmur Boyolali. Skripsi. Solo. Universitas Sebelas Maret Solo.

Slamet, Yulius. 2008. Metode Penelitian Sosial. Surakarta: UNS Press.

Soekanto, Soerjono. 2012. Sosiologi; Suatu Pengantar. Jakarta: Rajawali Pers. Sunarto, Kamanto. 2004. Pengantar Sosiologi (Edisi Revisi). Jakarta: FEUI. Sutopo, H. B.2002. Metodologi Penelitian Kualitatif. Surakarta: Sebelas Maret

University Press.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 1992 Tentang Perumahan dan Pemukiman.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1979 Tentang Pemerintah Daerah.

Widiarta, Aero. 2011. Analisis Keberlanjutan Praktik Pertanian Sayuran Sehat di Kalangan Petani. Tesis. Surabaya. Universitas Airlangga Surabaya.

Williams, Raymond. 1981. Culture. Glasgow: Fontana Paperbacks.

Yin, Robert K. 1997. Studi Kasus Desain dan Metode. Jakarta: Rajagrafindo Persada.


(1)

commit to user

identitas Kampung Sayuran Sehat di Ngemplak Sutan. Namun, di sisi lain sosialisasi ini tentu akan banyak menyita waktu para aktor di dalamnya dan pastinya hal semacam ini sangat dapat menghambat pembangunan identitas kampung. Tindakan adaptasi lain seperti pemetaan lahan pertanian rumah tangga mandiri juga sangat mendukung dalam Pembangunan identitas Kampung Sayuran Sehat di Ngemplak Sutan karena langkah ini sangat membantu memudahkan percepatan program terkait pembangunan identitas tersebut oleh para warga. Namun di sisi lain juga dapat menghambat program kampung Sayuran Sehat karena kegiatan ini membutuhkan dana yang memang tidak sedikit. Selanjutnya adapula tindakan berupa pembangunan fasilitas (display) tanam dan pengadaan varietas sayur yang sangat mendukung dalam pembangunan identitas karena sayur sebagai modal dasar utama dalam pembangunan identitas akan semakin menarik dan indah ditata pada penempatan display yang tepat. Namun hal ini juga dapat menghambat pembangunan identitas mana kala kegiatan ini tidak diimbangi oleh penyediaan dana yang baik karena hal ini membutuhkan dana dan waktu yang tidak sedikit. Pada tindakan adaptasi juga terdapat pembelajaran bersama teknik Sayuran Sehat yang dilakukan oleh warga sehingga mendukung pembangunan identitas kampung Sayuran Sehat karena dapat mempererat toleransi dan memupuk gotong royong antar warga sebagai satu kesatuan. Namun di sisi lain juga dapat menghambat pembangunan identitas karena warga menjadi kurang memperhatikan tentang resiko yang dapat timbul karena kegiatan ini melibatkan orang banyak dengan berbagai pemikiran yang berbeda, atau dengan kata lain kegiatan ini rentan memicu konflik. Sedangkan pada tindakan yang mengarah pada pemenuhan Tujuan Kolektif Kemasyarakatan (Menjadikan lingkungan bermukim lebih sehat dan Menjadikan kawasan lebih indah) tentunya semakin mendukung pembangunan identitas karena setiap aktivitas di dalamnya sudah memiliki tujuan dan fungsi yang jelas. Namun dengan adanya tujuan untuk kepentingan bersama ini, pasti melibatkan banyak aktor dalam kegiatannya sehingga hal ini dapat memicu perbedaan pendapat dan dapat juga


(2)

commit to user

memunculkan banyak masalah yang akhirnya dapat menghambat pembangunan identitas. Sementara itu jika berbagai tujuan diarahkan pada Tujuan Kemandirian Rumah Tangga seperti untuk swasembada sayur mayur bagi pemenuhan gizi keluarga secara mandiri, menambah penghasilan ekonomi Rumah Tangga keluarga, memanfaatkan pekarangan rumah dengan fungsi ganda yaitu untuk keindahan dan ruang bisnis (profit), serta dapat untuk mengurangi biaya konsumsi pembelian sayur, maka segala tindakan yang ada di dalmnya akan sangat mendukung pembangunan identitas karena dapat merangsang para warga dalam minat bertani Sayuran Sehat di Ngemplak Sutan. Namun di sisi lain jika tidak dicermati dengan baik maka akan memunculkan sikap Individualistis dari para warga yang sangat terlihat sehingga dapat menghambat pembangunan identitas kampung Sayuran Sehat itu sendiri.

Lebih lanjut, dalam tindakan yang berorientasi pada integrasi masyarakat, terdapat tindakan yang diwujudkan dalam percepatan Kampung Sayuran Sehat melalui Kebun Gizi warga. Kebun Gizi ini dapat digunakan sebagai Bank Tanaman dan icon dari kampung yang mendukung identitas diri karena para warga akan dapat lebih terjaga stok sayur mayurnya di kampung. Namun di sisi lain karena pengelolaan Kebun Gizi ini secara kolektif, maka Kebun Gizi dapat menjadikan warga kurang mandiri jika hanya menggantungkan diri pada Kebun Gizi tersebut dan hal ini tentunya sangat menghambat dari pembangunan identitas di Ngemplak Sutan sebagai Kampung Sayuran Sehat. Tindakan selanjutnya yaitu pembentukan Pra Koperasi (Koperasi Kahuripan) yang tentunya mendukung pembangunan identitas karena dapat memudahkan dana dan bibit sayuran bagi para aktor yang ada di Ngemplak Sutan. Namun di lain hal juga demikian ini dapat menghambat pembangunan identitas kampung karena memungkinkan para aktor akan terlalu memikirkan pendanaan bersama dari pada aksi kegiatan bersamanya. Tindakan lain juga dapat berupa pembentukan Kelompok Tani Wanita/Perempuan di Ngemplak Sutan yang sangat mendukung pembangunan identitas diri karena mampu meningkatkan peran serta wanita


(3)

commit to user

dalam pembangunan kampung ke arah yang lebih baik (sebagai bentuk emansipasi). Namun demikian, hal ini juga rentan dapat menghambat pembangunan identitas karena sangat berpengaruh pada budaya patriarkhi di Kota Surakarta dimana laki-laki sangat dominan perannya di dalam keluarga. Tindakan lainnya juga dapat berwujud pada pembangunan Bank Sampah yang aktivitasnya terbukti dapat meningkatkan pendanaan bagi aktivitas kampung maupun rumah tangga yang tentunya sangat dapat mendukung pembangunan identitas kampung. Namun di lain sisi hal ini memungkinkan dapat menghambat juga karena dapat memicu peningkatan limbah keluarga dari para warga yang mengganggap limbah dapat dikelola dengan mudah.

Berdasar berbagai tindakan tersebut tentunya pemeliharaan pola terhadapnya juga memiliki dimensi yang dapat dianalisa sebagai faktor pendukung maupun penghambat. Sebagai contoh Prestasi dalam Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di tingkat Kota maupun Propinsi oleh Kampung Ngemplak Sutan. Di satu sisi ini sangat dapat mendukung pembangunan identitas kampung Sayuran Sehat di Ngemplak Sutan karena dapat menambah semangat dan kebanggaan dari warga untuk bertani Sayuran Sehat. Namun di lain sisi juga dapat memberi ruang dari terlupakannya tujuan awal dari program Kampung Sayuran Sehat jika para aktor sibuk dengan parade kompetisi kota semacam itu. Dengan prestasi itu maka Kampung Ngemplak Sutan semakin dikenal masyarakat luas, hal ini juga memungkinkan dapat menambah jaringan untuk mendukung pembangunan identitas kampung di Ngemplak Sutan. Namun dengan semakin padatnya kampung yang mulai banyak dikunjungi warga, maka tentunya akan sangat berpengaruh pada lingkungan sosial kampung sendiri yang rentan akan sampah dari para warga lain yang berkunjung. Hal demikian ini tentunya dapat menghambat pembangunan identitas di Ngemplak Sutan. Seiring berjalannya waktu, Ngemplak Sutan juga perlahan sering dijadikan sebagai tempat study tour warga dan pelajar dari berbagai kota, kegiatan ini mendukung pembangunan identitas di Ngemplak Sutan


(4)

commit to user

karena dapat memberikan tambahan ilmu bagi para warga sehingga mampu menata diri dan mengembangkan teknik Sayuran Sehat yang mereka miliki. Namun kegiatan ini sangat rentan menjadikan tumbuhan (sayuran) layu karena sering dipegang dan dijadikan objek kajian belajar, hal ini jika dibiarkan secara terus menerus akan dapat menghambat pembangunan identitas di Ngemplak Sutan dalam hal identitas diri sebagai Kampung Sayuran Sehat. Sebagai kawasan induk dan rintisan usaha baru dari upaya pengembangan Kampung Sayuran Sehat lain, Ngemplak Sutan dapat meningkatkan kepercayaan serta dukungan dari pihak lain sebagai jaringan untuk mendukung pembangunan identitasnya. Namun di sisi lain, perhatian para warga pada program di kampungnya sendiri dapat berkurang karena lebih berfokus pada aktivitas di luar kampung, ini juga tentunya sangat dapat menghambat pembangunan identitas Kampung Sayuran Sehat di Ngemplak Sutan. Kampung Ngemplak Sutan juga mulai perlahan dijadikan sebagai model pemberdayaan masyarakat di Kelurahan Mojosongo. Hal ini dapat membuka ruang bagi pengembangan kampung ke arah yang lebih maju. Namun di lain hal juga memungkinkan dapat menurunkan eksistensi pertanian Sayuran Sehat yang ada di kampungnya sendiri karena para aktor lebih menyibukkan diri dengan Pemerintah Kelurahan Mojosongo. Hal ini jika tidak diantisipasi maka dapat menghambat pula dari pembangunan identitas Kampung Sayuran Sehat yang ada di Ngemplak Sutan.

DAFTAR PUSTAKA

Bungin, Burhan. 2005. Analisis Data Penelitian Kualitatif. Jakarta: Rajagrafindo Persada.

Cohen, Bruce J. 1992. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Rineka Cipta.

Dewanto, Nirwan. 1996. Senjakala Kebudayaan. Yogyakarta: Yayasan Bentang Budaya.

Giddens, Anthony. 2001. Runaway World: Bagaimana Globalisasi Merombak Kehidupan Kita. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.


(5)

commit to user

Hansen, Mette Weinreich. 2011. Rural identity in organic food processing - a sensemaking approach . ProQuest 11, 83-106.

Herdiansyah, Haris. 2010. Metodologi Penelitian Kualitatif. Jakarta: Salemba Humanika.

Herliana, Invani Lela. 2011. Aku Bangga Jadi Anak Kampung, Memaknai Kembali Identitas Kampung Bumen. Yogyakarta: Yayasan Pondok Rakyat. Heryanto, Bambang, Ihsan & Venny Veronica Natalia. 2012. Identitas Kota dan Keterikatan Pada Tempat. Tesis. Makassar. Universitas Hasanuddin Makassar.

John W, Creswell. (1998). Qualitative Inquiry And Research Design: Choosing Among Five Traditions. London: SAGE Publications

Kaplan, David. 2002. Teori Budaya alih bahasa oleh Landung Simatupang. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Kartasapoetra, G dan Kreimers, L.J.B. 1987. Sosiologi Umum. Jakarta: Bina Aksara.

Kartono, Kartini. 2009. Pemimpin dan Kepemimpinan. Jakarta : Rajawali Pers

Kerton, Sarah, Sinclair, A John. 2010. Buying local organic food: a pathway to transformative learning. ProQuest 27, 401-413.

Khudori, Darwis. 2002. Menuju Kampung Pemerdekaan. Yogyakarta: Yayasan Pondok Rakyat.

Kleden, Ignas. 1987. Sikap Ilmiah dan Kritik Kebudayaan. Jakarta: LP3ES.

Koentjaraningrat. 1994. Kebudayaan Jawa. Jakarta: Balai Pustaka.

Kuntowijoyo. 2006. Budaya dan Masyarakat. Yogyakarta: Tiara Wacana.

Liliweri, Alo. 2002. Makna Budaya dalam Komunikasi Antarbudaya. Yogyakarta: LkiS Yogyakarta.

Magetsari, Noerhadi, 2009, Pemaknaan Museum Untuk masa Kini, makalah disampaikan dalam Diskusi dan Komunikasi Museum di jambi.

Moleong, Lexy J. 2005. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya.


(6)

commit to user

Naredia, Shubuha Pilar. 2015. Produksi Kultural Kampung Seni di Kampung Bumen, Kelurahan Purbayan, Kecamatan Kotagede, Kota Yogyakarta. Tesis. Solo. Universitas Sebelas Maret Solo.

Putra, Candra Rahsurya Eka. 2015. Persepsi Masyarakat Kota Mojokerto

Terhadap City Brand Kota Mojokerto Sebagai ‘Kota Onde-onde’. Tesis.

Mojokerto. Universitas Mojokerto.

Ramdhon, A. 2011. Pudarnya Kauman: Studi Perubahan Sosial Masyarakat Islam-Tradisional. Yogyakarta: Elmatera.

Ritzer, George dan Douglas J. Goodman. 2011. Teori Sosiologi alih bahasa oleh Nurhadi. Yogyakarta: Kreasi Wacana.

Rustopo. 2007. Menjadi Jawa: Orang-Orang Tionghoa dan Kebudayaan Jawa di Surakarta 1895-1998. Jakarta: Ombak.

Sairin, Sjafri. 2002. Perubahan Sosial Masyarakat Indonesia. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Santoso. 2015. Pemanfaatan Kearifan Lokal dalam Pemberdayaan Masyarakat Berbasis Komunitas di Kelompok Perempuan Rukun Makmur Boyolali. Skripsi. Solo. Universitas Sebelas Maret Solo.

Slamet, Yulius. 2008. Metode Penelitian Sosial. Surakarta: UNS Press.

Soekanto, Soerjono. 2012. Sosiologi; Suatu Pengantar. Jakarta: Rajawali Pers.

Sunarto, Kamanto. 2004. Pengantar Sosiologi (Edisi Revisi). Jakarta: FEUI.

Sutopo, H. B.2002. Metodologi Penelitian Kualitatif. Surakarta: Sebelas Maret University Press.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 1992 Tentang Perumahan dan Pemukiman.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1979 Tentang Pemerintah Daerah.

Widiarta, Aero. 2011. Analisis Keberlanjutan Praktik Pertanian Sayuran Sehat di Kalangan Petani. Tesis. Surabaya. Universitas Airlangga Surabaya.

Williams, Raymond. 1981. Culture. Glasgow: Fontana Paperbacks.

Yin, Robert K. 1997. Studi Kasus Desain dan Metode. Jakarta: Rajagrafindo Persada.