PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY TRAINING TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK KALOR DI KELAS X SEMESTER II MAN KISARAN T.P 2013/2014.
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY TRAINING
TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI
POKOK KALOR DI KELAS X SEMESTER II
MAN KISARAN T.P 2013/2014
Oleh:
Ika Nurjannah Sirait
NIM 4102121009
Program Studi Pendidikan Fisika
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan
JURUSAN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
MEDAN
2014
iii
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY TRAINING
TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA
MATERI POKOK KALOR DI KELAS X
SEMESTER II MAN KISARAN
T.P 2013/2014
Ika Nurjannah Sirait (4102121009)
ABSTRAK
Penelitian ini betujuan untuk mengetahui pengaruh penerapan model
pembelajaran inquiry training terhadap hasil belajar siswa pada materi pokok
kalor di kelas X semester II MAN Kisaran.
Jenis penelitian ini adalah quasi eksperimen. Populasi dalam penelitian
adalah seluruh siswa kelas X semester II MAN Kisaran yang terdiri dari 7 kelas.
Pengambilan sampel dilakukan dengan cara cluster random sampling dengan
mengambil 2 kelas dari 7 kelas secara acak yaitu kelas X-D sebagai kelas
eksperimen yang berjumlah 33 orang dan kelas X-F sebagai kelas kontrol yang
berjumlah 33 orang. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes
hasil belajar dalam bentuk pilihan berganda sebanyak 20 soal dengan 5 option
jawaban, lembar observasi aktivitas belajar siswa, lembar penilaian keterampilan
dan lembar penilaian afektif. Untuk menguji hipotesis digunakan uji beda (uji t),
setelah uji prasyarat dilakukan, yaitu uji normalitas dan uji homogenitas
sedangkan lembar observasi aktivitas belajar siswa, lembar penilaian keterampilan
dan lembar penilaian afektif dianalisis secara deskriptif.
Dari hasil penelitian diperoleh nilai rata-rata pretes kelas eksperimen 39,39
dan nilai rata-rata pretes kelas kontrol 38,79. Pada pengujian normalitas untuk
pretes diperoleh pada kelas eksperimen dengan Lhitung = 0,11083 dan Ltabel =
0,15423, untuk kelas kontrol dengan Lhitung = 0,11735 dan Ltabel = 0,15423,
sehingga diperoleh Lhitung < Ltabel, maka data kedua kelas berdistribusi normal.
Pada uji homogenitas diperoleh Fhitung= 1,474 dan Ftabel = 1,805 sehingga Fhitung <
Ftabel , maka kedua sampel berasal dari kelompok yang homogen. Hasil uji t
diperoleh thitung < ttabel yaitu 0,248 < 1,998 maka H0 diterima. Kemudian diberikan
perlakuan yang berbeda, kelas eksperimen dengan model pembelajaran inquiry
training dan kelas kontrol dengan pembelajaran konvensional. Setelah
pembelajaran selesai diberikan, diperoleh postes dengan hasil rata-rata kelas
eksperimen 77,12 dan kelas kontrol 69,39. Rata-rata nilai keseluruhan aktivitas
belajar siswa pada kelas eksperimen adalah 72,11 sedangkan rata-rata nilai
keseluruhan aktivitas belajar siswa pada kelas kontrol adalah 59,45. Hasil
pengujian hipotesis diperoleh thitung > ttabel yaitu 3,650 > 1,669 dengan taraf
signifikasi α = 0,05 dan dk = 64. Hal ini berarti H0 ditolak dan Ha diterima, dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan akibat pengaruh model
pembelajaran inquiry training terhadap hasil belajar siswa pada materi pokok
kalor di kelas X semester II MAN Kisaran T.P. 2013/2014.
Kata Kunci : Pengaruh, Inquiry Training, Hasil Belajar, Aktivitas
ix
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1. Kalor Jenis Beberapa Zat
20
Tabel 2.2. Hasil Penelitian Sebelumnya
28
Tabel 3.1. Two Group Pretes Postes Design
32
Tabel 3.2. Pedoman Penskoran Observasi Aktivitas Belajar Siswa
36
Tabel 3.3. Kriteria dan Persentase Nilai
37
Tabel 3.4. Tabel Spesifikasi Hasil Belajar
38
Tabel 4.1. Kemampuan Kognitif Siswa pada Pretes
48
Tabel 4.2.Data Pretes Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
49
Tabel 4.3.Uji Normalitas Data Pretes Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol 50
Tabel 4.4.Ringkasan Hasil Uji Homogenitas Data Pretes
50
Tabel 4.5.Ringkasan Perhitungan Uji t Pretes
51
Tabel 4.6.Kemampuan Kognitif Siswa pada Postes
51
Tabel 4.7.Data Postes Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
53
Tabel 4.8.Uji Normalitas Data Postes Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol 54
Tabel 4.9.Ringkasan Hasil Uji Homogenitas Data Postes
54
Tabel 4.10.Ringkasan Perhitungan Uji t Postes
55
Tabel 4.11. Rata – Rata Aktivitas Siswa Kelas Eksperimen
55
Tabel 4.12. Rata – Rata Aktivitas Siswa Kelas Kontrol
56
Tabel 4.13. Penilaian Keterampilan Siswa Kelas Eksperimen
Pertemuan I,II,dan III
57
Tabel 4.14. Penilaian Sikap Siswa Kelas Eksperimen Pertemuan I,II,dan III 58
viii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1. Grafik perubahan temperature dan perubahan wujud zat
pada sebuah es
Gambar 2.2. Perpindahan kalor
Gambar 2.3. Kalorimeter
Gambar 3.1. Prosedur Penelitian
Gambar 4.1. Diagram Batang Kemampuan Kognitif Siswa pada Pretes
Gambar 4.2. Diagram Batang Data Pretes Kelas Eksperimen
dan Kelas Kontrol
Gambar 4.3. Diagram Batang Kemampuan Kognitif Siswa pada Postes
Gambar 4.4. Diagram Batang Data Postes Kelas Eksperimen
dan Kelas Kontrol
Gambar 4.5. Rata – Rata Persentase Penilaian Keterampilan Siswa di
Kelas Eksperimen
Gambar 4.6. Rata – Rata Persentase Penilaian Sikap Siswa di Kelas
Eksperimen dan Kontrol
23
24
27
34
48
49
52
53
57
58
x
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1
Lampiran 2
Lampiran 3
Lampiran 4
Lampiran 5
Lampiran 6
Lampiran 7
Lampiran 8
Lampiran 9
Lampiran 10
Lampiran 11
Lampiran 12
Lampiran 13
Lampiran 14
Lampiran 15
Lampiran 16
Lampiran 17
Lampiran 18
Lampiran 19
Lampiran 20
Lampiran 21
Lampiran 22
Lampiran 23
Lampiran 24
Lampiran 25
Lampiran 26
Lampiran 27
Lampiran 28
Lampiran 29
Lampiran 30
Lampiran 31
Lampiran 32
Lampiran 33
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
Lembar Kerja Siswa
Kisi - Kisi Tes Hasil Belajar
Instrumen Penelitian
Kunci Jawaban
Angket Siswa
Wawancara Guru
Tabel Persiapan Menghitung Validitas Tes
abel Persiapan Menghitung Reliabilitas Tes
Tabel Persiapan Tingkat Kesukaran Tes
Tabel Persiapan Daya Pembeda Tes
Distribusi Hasil Pretes Kelas Eksperimen
Distribusi Hasil Pretes Kelas Kontrol
Distribusi Hasil Postes Kelas Eksperimen
Distribusi Hasil Postes Kelas Kontrol
Perhitungan Rata – Rata,Varians dan Standar Deviasi
Uji Normalitas
Uji Homogenitas
Pengujian Hipotesis
Pedoman Penilaian Aktivitas Belajar Siswa
Distribusi Data Observasi Aktivitas Kelas Eksperimen
Distribusi Data Observasi Aktivitas Kelas Kontrol
Pedoman Penilaian Keterampilan
Penilaian Keterampilan Siswa Kelas Eksperimen
Pedoman Penilaian Afektif
Penilaian Afektif Siswa Kelas Eksperimen
Penilaian Afektif Siswa Kelas Kontrol
Dokumentasi Penelitian
Daftar Nilai Kritis Uji Liliefors
Tabel Wilayah Luas di Bawah Kurva Normal 0 ke z
Daftar Nilai Persentil Untuk Distribusi F
Daftar Nilai Persentil Untuk Distribusi t
Nilai – Nilai r Product Moment
Halaman
68
119
131
145
149
150
153
155
156
157
158
159
161
163
165
167
170
173
176
179
180
186
192
193
196
198
201
204
211
212
213
215
216
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan kunci untuk semua kemajuan dan perkembangan
yang berkualitas sebab dengan pendidikan manusia dapat mewujudkan semua
potensi dirinya baik secara pribadi maupun sebagai warga masyarakat. Dalam
rangka mewujudkan potensi diri menjadi multipel kompetensi harus melewati
proses pendidikan yang diimplementasikan dalam proses pembelajaran. “Menurut
Undang-Undang No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
menyatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara
aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara” (Sagala,
2009: 3).
Dengan demikian pendidikan itu ialah usaha sadar yang dilakukan oleh
keluarga, masyarakat dan pemerintah melalui kegiatan bimbingan, pengajaran,
atau latihan yang berlangsung di sekolah dan di luar sekolah. Usaha sadar tersebut
dilakukan dalam bentuk pembelajaran dimana ada pendidik yang melayani siswa
dalam melakukan kegiatan belajar.
Terjadinya proses pembelajaran ditandai dengan adanya perubahan
perilaku bagi individu yang terlibat didalamnya. Salah satu upaya yang dapat
dilakukan guna meninjau tingkat keberhasilan proses pembelajaran yang
dilakasanakan adalah dengan mengadakan evaluasi pembelajaran. Adapun
indikator yang dijadikan sebagai acuan dalam menentukan keberhasilan suatu
proses pembelajaran pada pendidikan formal adalah tercapainya hasil belajar yang
maksimal. Namun kenyataan lapangan menunjukkan bahwa hasil yang dicapai
belum memuaskan. Salah satu mata pelajaran yang sering dihadapkan pada
permasalahan ini adalah mata pelajaran fisika.
2
Fisika adalah ilmu pengetahuan yang menggunakan metode ilmiah dalam
prosesnya. Dengan demikian maka proses pembelajaran fisika bukan hanya
memahami konsep – konsep fisika semata, melainkan juga mengajarkan siswa
berfikir konstruktif melalui fisika sebagai keterampilan proses sains, sehingga
pemahaman siswa terhadap fisika menjadi utuh, baik sebagai proses maupun
sebagai produk. Dalam pembelajaran fisika yang harus diperhatikan adalah
bagaimana siswa mendapatkan pengetahuan (learning to know), konsep dan teori
melalui pengalaman praktis dengan cara melaksanakan observasi atau eksperimen
(learning to do), secara langsung sehingga dirinya berperan sebagai ilmuan.
Telah diketahui bersama bahwa di kalangan siswa menengah, telah
berkembang kesan bahwa pelajaran fisika merupakan pelajaran yang sulit untuk
dipahami dan kurang menarik. Salah satu penyebabnya adalah kurangnya minat
dan motivasi untuk mempelajari fisika dengan senang hati. Selain itu, penggunaan
model pembelajaran yang cenderung monoton dan kurangnya keterlibatan siswa
dalam menemukan suatu konsep dalam proses kegiatan belajar dan mengajar lebih
bersifat teacher centered. Guru lebih sering menggunakan pola mengajar dengan
menyajikan materi dan penyelesaian soal-soal dengan rumus. Siswa hanya dapat
menghitung tetapi tidak dapat mengerti konsep fisika sebenarnya. Hal ini sejalan
dengan hasil observasi di MAN Kisaran dengan memberikan angket kepada 33
siswa, sebesar 53 % menyatakan fisika adalah pelajaran yang sulit, kurang
menarik dan banyak rumus. Kenyataannya fisika merupakan ilmu yang menarik
karena semua gejala yang terjadi di alam berkaitan dengan fisika dan dapat
diterangkan dengan konsep yang sederhana. Hasil observasi menjelaskan yaitu
sekitar 52 % menyatakan bahwa cara mengajar guru cenderung menjelaskan
materi dan mengerjakan soal. Proses pembelajaran tersebut dapat menimbulkan
kebosanan sehingga peran siswa dalam proses pembelajaran kurang aktif dan
siswa lebih banyak mendengarkan. Siswa juga masih takut untuk bertanya pada
guru jika ada materi yang tidak dipahami karena terbiasa pasif menerima apa yang
diberikan guru.
Hasil wawancara dengan Ibu Dra. Irma Seriati mengatakan bahwa metode
yang diterapkan adalah
metode ceramah dan metode tanya jawab. Dalam
3
menyampaikan materi pelajaran, guru menjelaskan pelajaran di depan kelas dan
memberikan ringkasan materi dengan mencatatnya di papan tulis dan siswa
menyimak penjelasan guru serta mencatat hal penting dari materi yang diajarkan.
Hasil belajar yang dicapai siswa juga tergolong rendah, 50 % siswa yang dapat
memenuhi standar nilai ketuntasan minimum yaitu 74, sehingga harus dilakukan
remedial agar seluruh siswa dapat dinyatakan tuntas terhadap materi yang
dipelajari. Hasil wawancara diperoleh bahwa sarana dan prasarana laboratorium di
MAN Kisaran cukup lengkap tetapi belum digunakan secara maksimal karena
keterbatasan waktu sehingga siswa jarang melakukan praktikum secara langsung
di laboratorium.
Berdasarkan pemaparan masalah di atas, salah satu cara yang dapat
dilakukan untuk memperbaiki proses pembelajaran adalah dengan menerapkan
model pembelajaran inquiry training. Menurut Joice, et al., (2009 : 201)
menyatakan bahwa model pembelajaran inquiry training dirancang untuk
membantu siswa secara langsung ke dalam proses ilmiah melalui latihan – latihan
yang dapat memadatkan proses ilmiah tersebut ke dalam periode waktu yang
singkat. Tujuannya adalah membantu siswa mengembangkan disiplin intelektual
dan keterampilan yang diperlukan untuk mengajukan pertanyaan – pertanyaan dan
menemukan jawabannya berdasarkan rasa ingin tahunya.
Model pembelajaran inquiry training ini mengharapkan siswa untuk
berperan aktif mengajukan pertanyaan mengapa sesuatu terjadi kemudian mencari
dan mengumpulkan serta memproses data secara logis untuk selanjutnya
mengembangkan strategi intelektual yang dapat digunakan untuk dapat
menemukan jawaban atas pertanyaan mengapa sesuatu terjadi. Inquiry training
dimulai dengan menyajikan masalah yang memerlukan jawaban siswa. Siswa –
siswa yang menghadapi situasi tersebut akan termotivasi menemukan jawaban
masalah tersebut. Guru dapat menggunakan kesempatan ini untuk menciptakan
proses belajar mengajar yang menarik dan menyenangkan dengan cara bersikap
ramah dan bersahabat kepada siswa sehingga siswa tidak memiliki rasa takut
untuk berbicara. Melalui proses pembelajaran ini, siswa difasilitasi untuk berfikir
dan mengajukan pertanyaan. Dalam pembelajaran inquiry training tugas guru
4
adalah memfasilitasi siswa untuk meneliti, bukan melakukan penelitian untuk
siswa. Jika guru ditanyai pertanyaan yang tidak bisa dijawab dengan kata “ya”
atau “tidak”, maka guru harus meminta siswa untuk menyusun kembali
pertanyaannya agar siswa bisa melanjutkan upayanya untuk mengumpulkan data
dan menghubungkannya pada permasalahan, dengan demikian akan terjadi
komunikasi yang baik antara guru dan siswa dalam proses belajar mengajar.
Salah satu konsep yang membutuhkan keterlibatan siswa dalam berbagai
aktivitas dan membuat siswa lebih aktif adalah konsep kalor. Konsep kalor
tersebut
memerlukan
pemikiran
dan
penjelasan
melalui
penalaran.
Dengan penalaran tersebut siswa dapat memecahkan masalah yang dihadapi serta
dapat menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.
Penggunaan model pembelajran inquiry training mampu meningkatkan
hasil belajar siswa. Dari hasil penelitian Jeliana (2011) diperoleh nilai rata – rata
pretest 25,7 setelah diberi perlakuan yaitu dengan model pembelajaran inquiry
training maka hasil belajar siswa meningkat dengan nilai rata – rata 74,63 dengan
judul “Pengaruh Model Pembelajaran Inquiry Training Terhadap Hasil Belajar
Siswa Pada Materi Pokok Gerak Lurus Kelas X Semester 1 di SMA Negeri 1
Percut Sei Tuan T.P 2011/2012”. Selain ada peningkatan, ada kelemahan dalam
penelitian ini. Adapun kelemahan dalam penelitian ini adalah kurang mampu
mengontrol kelas saat melaksanakan diskusi kelompok sehingga kondisi kelas
menjadi tidak kondusif. Peneliti juga mengalami kesulitan ketika membimbing
siswa untuk melakukan percobaan sendiri dan mencari fakta yang relevan karena
siswa kurang terbiasa melakukan percobaan secara mandiri.
Untuk mengatasi itu, peneliti menambah fasilitator untuk membantu siswa
agar pembelajaran lebih terarah dan efektif. Dengan adanya fasilitator yang
mengecek dan mengarahkan siswa dalam percobaan akan membuat siswa lebih
percaya diri.
Dari hasil penelitian Harahap (2012) dengan judul ”Pengaruh Model
Pembelajaran Inquiry Training Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Materi Pokok
Suhu dan Pengukuran di Kelas VII Semester 1 MTs N 2 Medan T.P 2012/2013”,
diperoleh nilai rata-rata pretes 34,87 setelah diberi perlakuan yaitu dengan model
5
pembelajaran inquiry training maka hasil belajar siswa meningkat dengan nilai
rata-rata 70,37. Adapun kelemahan dari penelitian ini adalah kurang fahamnya
siswa membuat pertanyaan yang mengandung jawaban ”ya” atau ”tidak”. Selain
itu, kesulitan yang dihadapi peneliti adalah adanya siswa yang tidak serius dan
ribut pada saat melakukan percobaan karena siswa kurang terbiasa dalam
melakukan percobaan.
Untuk memperbaiki kelemahan tersebut peneliti akan menyampaikan
kepada siswa jenis pertanyaan yang digunakan dalam belajar dengan model
inquiry
training
dan
membuat
perencanaan
terlebih
dahulu
dalam
pengorganisasian kelompok dengan mempersiapkan 6 kelompok dan berusaha
membimbing serta mengarahkan situasi belajar yang kondusif sehingga siswa
menjadi terbiasa saat melakukan percobaan dan diskusi .
Berdasarkan uraian di atas penulis tertarik untuk mengadakan penelitian
dengan judul “Pengaruh Model Pembelajaran Inquiry Training terhadap
Hasil Belajar Siswa pada Materi Pokok Kalor di Kelas X Semester II MAN
Kisaran T.P 2013/2014”.
1.2. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, beberapa masalah yang dapat
diidentifikasi adalah sebagai berikut :
1.
Siswa menganggap pelajaran fisika merupakan pelajaran yang sulit, kurang
menarik dan banyak rumus.
2.
Peran siswa dalam proses pembelajaran kurang aktif dan siswa lebih banyak
mendengarkan.
3.
Siswa masih takut untuk bertanya pada guru.
4.
Guru menggunakan model pembelajaran konvensional dengan metode
ceramah dan metode tanya jawab.
5.
Hasil belajar fisika yang diperoleh siswa masih rendah.
6.
Sarana dan prasarana laboratorium cukup lengkap tetapi belum digunakan
secara maksimal.
6
1.3. Batasan Masalah
Untuk menghindari terlalu luasnya masalah yang dibahas dan keterbatasan
waktu penelitian serta keterbatasan kemampuan dari penulis sendiri, maka
masalah yang dikaji dalam penelitian ini adalah:
1.
Model pembelajaran yang digunakan adalah model pembelajaran inquiry
training yang diharapkan dapat mengaktifkan peran siswa, meningkatkan
aktivitas
bertanya
siswa,
meningkatkan
hasil
belajar
siswa
dan
memaksimalkan penggunaan laboratorium sehingga pelajaran fisika menjadi
lebih menarik.
2. Materi pelajaran yang diajarkan dalam penelitian ini adalah kalor.
3. Subyek penelitian adalah siswa kelas X MAN Kisaran T.P 2013/2014.
1.4. Rumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah, rumusan masalah dalam penelitian
adalah sebagai berikut :
1.
Bagaimana hasil belajar siswa dengan menggunakan model pembelajaran
inquiry training pada materi pokok kalor di kelas X semester II MAN Kisaran
T.P 2013/2014?
2.
Bagaimana
hasil
belajar
siswa
dengan
menggunakan
pembelajaran
konvensional pada materi pokok kalor di kelas X semester II MAN Kisaran
T.P 2013/2014?
3.
Bagaimana aktivitas siswa dalam proses pembelajaran dengan menggunakan
model pembelajaran inquiry training pada materi pokok kalor di kelas X
semester II MAN Kisaran T.P 2013/2014?
4.
Bagaimana aktivitas siswa dalam proses pembelajaran dengan menggunakan
pembelajaran konvensional pada materi pokok kalor di kelas X semester II
MAN Kisaran T.P 2013/2014?
5.
Bagaimana pengaruh model pembelajaran inquiry training terhadap hasil
belajar siswa pada materi pokok kalor di kelas X semester II MAN Kisaran
T.P 2013/2014?
7
1.5. Tujuan Penelitian
Adapun yang menjadi tujuan dari penelitian adalah :
1.
Untuk mengetahui hasil belajar siswa dengan menggunakan model
pembelajaran inquiry training pada materi pokok kalor di kelas X semester II
MAN Kisaran T.P 2013/2014.
2.
Untuk mengetahui hasil belajar siswa dengan menggunakan pembelajaran
konvensional pada materi pokok kalor di kelas X semester II MAN Kisaran
T.P 2013/2014.
3.
Untuk mengetahui aktivitas siswa dalam proses pembelajaran dengan
menggunakan model pembelajaran inquiry training pada materi pokok kalor
di kelas X semester II MAN Kisaran T.P 2013/2014
4.
Untuk mengetahui aktivitas siswa dalam proses pembelajaran dengan
menggunakan pembelajaran konvensional pada materi pokok kalor di kelas X
semester II MAN Kisaran T.P 2013/2014
5.
Untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran inquiry training terhadap
hasil belajar siswa pada materi pokok kalor di kelas X semester II MAN
Kisaran T.P 2013/2014.
1.6. Manfaat Penelitiaan
Adapun manfaat yang ingin dicapai dari hasil penelitian adalah :
1. Sebagai bahan informasi hasil belajar menggunakan model pembelajaran
inquiry training terhadap hasil belajar siswa pada materi pokok kalor di kelas
X semester II MAN Kisaran T.P 2013/2014.
2. Sebagai bahan informasi alternatif pemilihan model pembelajaran.
1.7. Definisi Operasional
Model pembelajaran inquiry training adalah model pembelajaran yang
dirancang untuk membawa siswa secara langsung ke dalam proses ilmiah melalui
latihan - latihan yang bertujuan mengembangkan disiplin dan mengembangkan
keterampilan intelektual yang diperlukan untuk mengajukan pertanyaan dan
menemukan jawabannya berdasarkan rasa ingin tahunya. (Joice,et al., 2009 : 201)
64
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan data hasil penelitian yang diperoleh dan analisa data serta
pengujian hipotesis maka dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Hasil belajar siswa dengan menggunakan model pembelajaran inquiry
training pada materi pokok kalor di kelas X semester II MAN Kisaran T.P
2013/2014 yaitu pada ranah kognitif dengan nilai rata-rata posttest sebesar
77,12 yang menenuhi Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) yakni 74
sebesar 85% dengan kriteria sangat baik, pada ranah keterampilan sebesar
72,11% dengan kriteria baik, dan pada ranah sikap sebesar 62,33% dengan
kriteria baik.
2. Hasil belajar siswa dengan
menggunakan pembelajaran konvensional
pada materi pokok kalor di kelas X semester II MAN Kisaran T.P
2013/2014 yaitu pada ranah kognitif dengan nilai rata-rata posttest sebesar
69,39 yang menenuhi Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) yakni 74
sebesar 48,5% dengan kriteria cukup baik, pada ranah keterampilan
sebesar 59,45% dengan kriteria cukup baik, dan pada ranah sikap sebesar
55,60% dengan kriteria cukup baik.
3. Aktivitas belajar siswa dengan menggunakan model pembelajaran inquiry
training pada pertemuan I sebesar 68,89, pada pertemuan II sebesar 72,3,
pada pertemuan III sebesar 75,14, dengan rata – rata nilai keseluruhan
sebesar 72,11 dengan kriteria aktif.
4. Aktivitas belajar siswa dengan menggunakan pembelajaran konvensional
pada pertemuan I sebesar 51,30, pada pertemuan II sebesar 60,40, pada
pertemuan III sebesar 66,67 , dengan rata – rata nilai keseluruhan 59,45
dengan kriteria cukup aktif .
5. Ada pengaruh model pembelajaran inquiry training terhadap hasil belajar
siswa pada materi pokok kalor di kelas X semester II MAN Kisaran T.P
2013/2014.
65
5.2. Saran
Berdasarkan hasil dan kesimpulan dalam penelitian ini, maka peneliti
mempunyai beberapa saran, yaitu :
1. Pada saat proses pembelajaran berlangsung sebaiknya menambahkan
beberapa observer untuk membantu siswa agar pembelajaran lebih terarah
dan mampu mengawasi serta mengamati siswa dalam mengumpulkan data
verifikasi dan eksperimentasi.
2. Selama proses pembelajaran berlangsung sebaiknya lebih memperhatikan
efisiensi waktu di setiap tahap model pembelajaran inquiry training.
ii
RIWAYAT HIDUP
Ika Nurjannah Sirait dilahirkan di Tanjung Alam pada tanggal 24
September 1992. Ayah bernama Abdul Roni Sirait dan Ibu bernama Ngatinah
dan merupakan anak pertama dari dua bersaudara. Pada tahun 1998 penulis
masuk Sekolah Dasar di SD Negeri 060871 Medan kemudian pindah pada tahun
2000 ke SD Negeri 014672 Tanjung Alam Kabupaten Asahan dan lulus pada
tahun 2004. Pada tahun 2004 penulis melanjutkan sekolah di MTs Negeri Kisaran
Kabupaten Asahan dan lulus pada tahun 2007. Pada tahun
2007
penulis
melanjutkan sekolah di MAN Kisaran Kabupaten Asahan dan lulus pada tahun
2010. Pada tahun 2010 penulis diterima di Universitas Negeri Medan sebagai
salah satu mahasiswa di Program Studi Pendidikan Fisika, Fakultas Matematika
dan Ilmu Pengetahuan Alam dan lulus pada tanggal 07 Juli 2014.
TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI
POKOK KALOR DI KELAS X SEMESTER II
MAN KISARAN T.P 2013/2014
Oleh:
Ika Nurjannah Sirait
NIM 4102121009
Program Studi Pendidikan Fisika
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan
JURUSAN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
MEDAN
2014
iii
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY TRAINING
TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA
MATERI POKOK KALOR DI KELAS X
SEMESTER II MAN KISARAN
T.P 2013/2014
Ika Nurjannah Sirait (4102121009)
ABSTRAK
Penelitian ini betujuan untuk mengetahui pengaruh penerapan model
pembelajaran inquiry training terhadap hasil belajar siswa pada materi pokok
kalor di kelas X semester II MAN Kisaran.
Jenis penelitian ini adalah quasi eksperimen. Populasi dalam penelitian
adalah seluruh siswa kelas X semester II MAN Kisaran yang terdiri dari 7 kelas.
Pengambilan sampel dilakukan dengan cara cluster random sampling dengan
mengambil 2 kelas dari 7 kelas secara acak yaitu kelas X-D sebagai kelas
eksperimen yang berjumlah 33 orang dan kelas X-F sebagai kelas kontrol yang
berjumlah 33 orang. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes
hasil belajar dalam bentuk pilihan berganda sebanyak 20 soal dengan 5 option
jawaban, lembar observasi aktivitas belajar siswa, lembar penilaian keterampilan
dan lembar penilaian afektif. Untuk menguji hipotesis digunakan uji beda (uji t),
setelah uji prasyarat dilakukan, yaitu uji normalitas dan uji homogenitas
sedangkan lembar observasi aktivitas belajar siswa, lembar penilaian keterampilan
dan lembar penilaian afektif dianalisis secara deskriptif.
Dari hasil penelitian diperoleh nilai rata-rata pretes kelas eksperimen 39,39
dan nilai rata-rata pretes kelas kontrol 38,79. Pada pengujian normalitas untuk
pretes diperoleh pada kelas eksperimen dengan Lhitung = 0,11083 dan Ltabel =
0,15423, untuk kelas kontrol dengan Lhitung = 0,11735 dan Ltabel = 0,15423,
sehingga diperoleh Lhitung < Ltabel, maka data kedua kelas berdistribusi normal.
Pada uji homogenitas diperoleh Fhitung= 1,474 dan Ftabel = 1,805 sehingga Fhitung <
Ftabel , maka kedua sampel berasal dari kelompok yang homogen. Hasil uji t
diperoleh thitung < ttabel yaitu 0,248 < 1,998 maka H0 diterima. Kemudian diberikan
perlakuan yang berbeda, kelas eksperimen dengan model pembelajaran inquiry
training dan kelas kontrol dengan pembelajaran konvensional. Setelah
pembelajaran selesai diberikan, diperoleh postes dengan hasil rata-rata kelas
eksperimen 77,12 dan kelas kontrol 69,39. Rata-rata nilai keseluruhan aktivitas
belajar siswa pada kelas eksperimen adalah 72,11 sedangkan rata-rata nilai
keseluruhan aktivitas belajar siswa pada kelas kontrol adalah 59,45. Hasil
pengujian hipotesis diperoleh thitung > ttabel yaitu 3,650 > 1,669 dengan taraf
signifikasi α = 0,05 dan dk = 64. Hal ini berarti H0 ditolak dan Ha diterima, dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan akibat pengaruh model
pembelajaran inquiry training terhadap hasil belajar siswa pada materi pokok
kalor di kelas X semester II MAN Kisaran T.P. 2013/2014.
Kata Kunci : Pengaruh, Inquiry Training, Hasil Belajar, Aktivitas
ix
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1. Kalor Jenis Beberapa Zat
20
Tabel 2.2. Hasil Penelitian Sebelumnya
28
Tabel 3.1. Two Group Pretes Postes Design
32
Tabel 3.2. Pedoman Penskoran Observasi Aktivitas Belajar Siswa
36
Tabel 3.3. Kriteria dan Persentase Nilai
37
Tabel 3.4. Tabel Spesifikasi Hasil Belajar
38
Tabel 4.1. Kemampuan Kognitif Siswa pada Pretes
48
Tabel 4.2.Data Pretes Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
49
Tabel 4.3.Uji Normalitas Data Pretes Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol 50
Tabel 4.4.Ringkasan Hasil Uji Homogenitas Data Pretes
50
Tabel 4.5.Ringkasan Perhitungan Uji t Pretes
51
Tabel 4.6.Kemampuan Kognitif Siswa pada Postes
51
Tabel 4.7.Data Postes Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
53
Tabel 4.8.Uji Normalitas Data Postes Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol 54
Tabel 4.9.Ringkasan Hasil Uji Homogenitas Data Postes
54
Tabel 4.10.Ringkasan Perhitungan Uji t Postes
55
Tabel 4.11. Rata – Rata Aktivitas Siswa Kelas Eksperimen
55
Tabel 4.12. Rata – Rata Aktivitas Siswa Kelas Kontrol
56
Tabel 4.13. Penilaian Keterampilan Siswa Kelas Eksperimen
Pertemuan I,II,dan III
57
Tabel 4.14. Penilaian Sikap Siswa Kelas Eksperimen Pertemuan I,II,dan III 58
viii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1. Grafik perubahan temperature dan perubahan wujud zat
pada sebuah es
Gambar 2.2. Perpindahan kalor
Gambar 2.3. Kalorimeter
Gambar 3.1. Prosedur Penelitian
Gambar 4.1. Diagram Batang Kemampuan Kognitif Siswa pada Pretes
Gambar 4.2. Diagram Batang Data Pretes Kelas Eksperimen
dan Kelas Kontrol
Gambar 4.3. Diagram Batang Kemampuan Kognitif Siswa pada Postes
Gambar 4.4. Diagram Batang Data Postes Kelas Eksperimen
dan Kelas Kontrol
Gambar 4.5. Rata – Rata Persentase Penilaian Keterampilan Siswa di
Kelas Eksperimen
Gambar 4.6. Rata – Rata Persentase Penilaian Sikap Siswa di Kelas
Eksperimen dan Kontrol
23
24
27
34
48
49
52
53
57
58
x
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1
Lampiran 2
Lampiran 3
Lampiran 4
Lampiran 5
Lampiran 6
Lampiran 7
Lampiran 8
Lampiran 9
Lampiran 10
Lampiran 11
Lampiran 12
Lampiran 13
Lampiran 14
Lampiran 15
Lampiran 16
Lampiran 17
Lampiran 18
Lampiran 19
Lampiran 20
Lampiran 21
Lampiran 22
Lampiran 23
Lampiran 24
Lampiran 25
Lampiran 26
Lampiran 27
Lampiran 28
Lampiran 29
Lampiran 30
Lampiran 31
Lampiran 32
Lampiran 33
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
Lembar Kerja Siswa
Kisi - Kisi Tes Hasil Belajar
Instrumen Penelitian
Kunci Jawaban
Angket Siswa
Wawancara Guru
Tabel Persiapan Menghitung Validitas Tes
abel Persiapan Menghitung Reliabilitas Tes
Tabel Persiapan Tingkat Kesukaran Tes
Tabel Persiapan Daya Pembeda Tes
Distribusi Hasil Pretes Kelas Eksperimen
Distribusi Hasil Pretes Kelas Kontrol
Distribusi Hasil Postes Kelas Eksperimen
Distribusi Hasil Postes Kelas Kontrol
Perhitungan Rata – Rata,Varians dan Standar Deviasi
Uji Normalitas
Uji Homogenitas
Pengujian Hipotesis
Pedoman Penilaian Aktivitas Belajar Siswa
Distribusi Data Observasi Aktivitas Kelas Eksperimen
Distribusi Data Observasi Aktivitas Kelas Kontrol
Pedoman Penilaian Keterampilan
Penilaian Keterampilan Siswa Kelas Eksperimen
Pedoman Penilaian Afektif
Penilaian Afektif Siswa Kelas Eksperimen
Penilaian Afektif Siswa Kelas Kontrol
Dokumentasi Penelitian
Daftar Nilai Kritis Uji Liliefors
Tabel Wilayah Luas di Bawah Kurva Normal 0 ke z
Daftar Nilai Persentil Untuk Distribusi F
Daftar Nilai Persentil Untuk Distribusi t
Nilai – Nilai r Product Moment
Halaman
68
119
131
145
149
150
153
155
156
157
158
159
161
163
165
167
170
173
176
179
180
186
192
193
196
198
201
204
211
212
213
215
216
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan kunci untuk semua kemajuan dan perkembangan
yang berkualitas sebab dengan pendidikan manusia dapat mewujudkan semua
potensi dirinya baik secara pribadi maupun sebagai warga masyarakat. Dalam
rangka mewujudkan potensi diri menjadi multipel kompetensi harus melewati
proses pendidikan yang diimplementasikan dalam proses pembelajaran. “Menurut
Undang-Undang No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
menyatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara
aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara” (Sagala,
2009: 3).
Dengan demikian pendidikan itu ialah usaha sadar yang dilakukan oleh
keluarga, masyarakat dan pemerintah melalui kegiatan bimbingan, pengajaran,
atau latihan yang berlangsung di sekolah dan di luar sekolah. Usaha sadar tersebut
dilakukan dalam bentuk pembelajaran dimana ada pendidik yang melayani siswa
dalam melakukan kegiatan belajar.
Terjadinya proses pembelajaran ditandai dengan adanya perubahan
perilaku bagi individu yang terlibat didalamnya. Salah satu upaya yang dapat
dilakukan guna meninjau tingkat keberhasilan proses pembelajaran yang
dilakasanakan adalah dengan mengadakan evaluasi pembelajaran. Adapun
indikator yang dijadikan sebagai acuan dalam menentukan keberhasilan suatu
proses pembelajaran pada pendidikan formal adalah tercapainya hasil belajar yang
maksimal. Namun kenyataan lapangan menunjukkan bahwa hasil yang dicapai
belum memuaskan. Salah satu mata pelajaran yang sering dihadapkan pada
permasalahan ini adalah mata pelajaran fisika.
2
Fisika adalah ilmu pengetahuan yang menggunakan metode ilmiah dalam
prosesnya. Dengan demikian maka proses pembelajaran fisika bukan hanya
memahami konsep – konsep fisika semata, melainkan juga mengajarkan siswa
berfikir konstruktif melalui fisika sebagai keterampilan proses sains, sehingga
pemahaman siswa terhadap fisika menjadi utuh, baik sebagai proses maupun
sebagai produk. Dalam pembelajaran fisika yang harus diperhatikan adalah
bagaimana siswa mendapatkan pengetahuan (learning to know), konsep dan teori
melalui pengalaman praktis dengan cara melaksanakan observasi atau eksperimen
(learning to do), secara langsung sehingga dirinya berperan sebagai ilmuan.
Telah diketahui bersama bahwa di kalangan siswa menengah, telah
berkembang kesan bahwa pelajaran fisika merupakan pelajaran yang sulit untuk
dipahami dan kurang menarik. Salah satu penyebabnya adalah kurangnya minat
dan motivasi untuk mempelajari fisika dengan senang hati. Selain itu, penggunaan
model pembelajaran yang cenderung monoton dan kurangnya keterlibatan siswa
dalam menemukan suatu konsep dalam proses kegiatan belajar dan mengajar lebih
bersifat teacher centered. Guru lebih sering menggunakan pola mengajar dengan
menyajikan materi dan penyelesaian soal-soal dengan rumus. Siswa hanya dapat
menghitung tetapi tidak dapat mengerti konsep fisika sebenarnya. Hal ini sejalan
dengan hasil observasi di MAN Kisaran dengan memberikan angket kepada 33
siswa, sebesar 53 % menyatakan fisika adalah pelajaran yang sulit, kurang
menarik dan banyak rumus. Kenyataannya fisika merupakan ilmu yang menarik
karena semua gejala yang terjadi di alam berkaitan dengan fisika dan dapat
diterangkan dengan konsep yang sederhana. Hasil observasi menjelaskan yaitu
sekitar 52 % menyatakan bahwa cara mengajar guru cenderung menjelaskan
materi dan mengerjakan soal. Proses pembelajaran tersebut dapat menimbulkan
kebosanan sehingga peran siswa dalam proses pembelajaran kurang aktif dan
siswa lebih banyak mendengarkan. Siswa juga masih takut untuk bertanya pada
guru jika ada materi yang tidak dipahami karena terbiasa pasif menerima apa yang
diberikan guru.
Hasil wawancara dengan Ibu Dra. Irma Seriati mengatakan bahwa metode
yang diterapkan adalah
metode ceramah dan metode tanya jawab. Dalam
3
menyampaikan materi pelajaran, guru menjelaskan pelajaran di depan kelas dan
memberikan ringkasan materi dengan mencatatnya di papan tulis dan siswa
menyimak penjelasan guru serta mencatat hal penting dari materi yang diajarkan.
Hasil belajar yang dicapai siswa juga tergolong rendah, 50 % siswa yang dapat
memenuhi standar nilai ketuntasan minimum yaitu 74, sehingga harus dilakukan
remedial agar seluruh siswa dapat dinyatakan tuntas terhadap materi yang
dipelajari. Hasil wawancara diperoleh bahwa sarana dan prasarana laboratorium di
MAN Kisaran cukup lengkap tetapi belum digunakan secara maksimal karena
keterbatasan waktu sehingga siswa jarang melakukan praktikum secara langsung
di laboratorium.
Berdasarkan pemaparan masalah di atas, salah satu cara yang dapat
dilakukan untuk memperbaiki proses pembelajaran adalah dengan menerapkan
model pembelajaran inquiry training. Menurut Joice, et al., (2009 : 201)
menyatakan bahwa model pembelajaran inquiry training dirancang untuk
membantu siswa secara langsung ke dalam proses ilmiah melalui latihan – latihan
yang dapat memadatkan proses ilmiah tersebut ke dalam periode waktu yang
singkat. Tujuannya adalah membantu siswa mengembangkan disiplin intelektual
dan keterampilan yang diperlukan untuk mengajukan pertanyaan – pertanyaan dan
menemukan jawabannya berdasarkan rasa ingin tahunya.
Model pembelajaran inquiry training ini mengharapkan siswa untuk
berperan aktif mengajukan pertanyaan mengapa sesuatu terjadi kemudian mencari
dan mengumpulkan serta memproses data secara logis untuk selanjutnya
mengembangkan strategi intelektual yang dapat digunakan untuk dapat
menemukan jawaban atas pertanyaan mengapa sesuatu terjadi. Inquiry training
dimulai dengan menyajikan masalah yang memerlukan jawaban siswa. Siswa –
siswa yang menghadapi situasi tersebut akan termotivasi menemukan jawaban
masalah tersebut. Guru dapat menggunakan kesempatan ini untuk menciptakan
proses belajar mengajar yang menarik dan menyenangkan dengan cara bersikap
ramah dan bersahabat kepada siswa sehingga siswa tidak memiliki rasa takut
untuk berbicara. Melalui proses pembelajaran ini, siswa difasilitasi untuk berfikir
dan mengajukan pertanyaan. Dalam pembelajaran inquiry training tugas guru
4
adalah memfasilitasi siswa untuk meneliti, bukan melakukan penelitian untuk
siswa. Jika guru ditanyai pertanyaan yang tidak bisa dijawab dengan kata “ya”
atau “tidak”, maka guru harus meminta siswa untuk menyusun kembali
pertanyaannya agar siswa bisa melanjutkan upayanya untuk mengumpulkan data
dan menghubungkannya pada permasalahan, dengan demikian akan terjadi
komunikasi yang baik antara guru dan siswa dalam proses belajar mengajar.
Salah satu konsep yang membutuhkan keterlibatan siswa dalam berbagai
aktivitas dan membuat siswa lebih aktif adalah konsep kalor. Konsep kalor
tersebut
memerlukan
pemikiran
dan
penjelasan
melalui
penalaran.
Dengan penalaran tersebut siswa dapat memecahkan masalah yang dihadapi serta
dapat menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.
Penggunaan model pembelajran inquiry training mampu meningkatkan
hasil belajar siswa. Dari hasil penelitian Jeliana (2011) diperoleh nilai rata – rata
pretest 25,7 setelah diberi perlakuan yaitu dengan model pembelajaran inquiry
training maka hasil belajar siswa meningkat dengan nilai rata – rata 74,63 dengan
judul “Pengaruh Model Pembelajaran Inquiry Training Terhadap Hasil Belajar
Siswa Pada Materi Pokok Gerak Lurus Kelas X Semester 1 di SMA Negeri 1
Percut Sei Tuan T.P 2011/2012”. Selain ada peningkatan, ada kelemahan dalam
penelitian ini. Adapun kelemahan dalam penelitian ini adalah kurang mampu
mengontrol kelas saat melaksanakan diskusi kelompok sehingga kondisi kelas
menjadi tidak kondusif. Peneliti juga mengalami kesulitan ketika membimbing
siswa untuk melakukan percobaan sendiri dan mencari fakta yang relevan karena
siswa kurang terbiasa melakukan percobaan secara mandiri.
Untuk mengatasi itu, peneliti menambah fasilitator untuk membantu siswa
agar pembelajaran lebih terarah dan efektif. Dengan adanya fasilitator yang
mengecek dan mengarahkan siswa dalam percobaan akan membuat siswa lebih
percaya diri.
Dari hasil penelitian Harahap (2012) dengan judul ”Pengaruh Model
Pembelajaran Inquiry Training Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Materi Pokok
Suhu dan Pengukuran di Kelas VII Semester 1 MTs N 2 Medan T.P 2012/2013”,
diperoleh nilai rata-rata pretes 34,87 setelah diberi perlakuan yaitu dengan model
5
pembelajaran inquiry training maka hasil belajar siswa meningkat dengan nilai
rata-rata 70,37. Adapun kelemahan dari penelitian ini adalah kurang fahamnya
siswa membuat pertanyaan yang mengandung jawaban ”ya” atau ”tidak”. Selain
itu, kesulitan yang dihadapi peneliti adalah adanya siswa yang tidak serius dan
ribut pada saat melakukan percobaan karena siswa kurang terbiasa dalam
melakukan percobaan.
Untuk memperbaiki kelemahan tersebut peneliti akan menyampaikan
kepada siswa jenis pertanyaan yang digunakan dalam belajar dengan model
inquiry
training
dan
membuat
perencanaan
terlebih
dahulu
dalam
pengorganisasian kelompok dengan mempersiapkan 6 kelompok dan berusaha
membimbing serta mengarahkan situasi belajar yang kondusif sehingga siswa
menjadi terbiasa saat melakukan percobaan dan diskusi .
Berdasarkan uraian di atas penulis tertarik untuk mengadakan penelitian
dengan judul “Pengaruh Model Pembelajaran Inquiry Training terhadap
Hasil Belajar Siswa pada Materi Pokok Kalor di Kelas X Semester II MAN
Kisaran T.P 2013/2014”.
1.2. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, beberapa masalah yang dapat
diidentifikasi adalah sebagai berikut :
1.
Siswa menganggap pelajaran fisika merupakan pelajaran yang sulit, kurang
menarik dan banyak rumus.
2.
Peran siswa dalam proses pembelajaran kurang aktif dan siswa lebih banyak
mendengarkan.
3.
Siswa masih takut untuk bertanya pada guru.
4.
Guru menggunakan model pembelajaran konvensional dengan metode
ceramah dan metode tanya jawab.
5.
Hasil belajar fisika yang diperoleh siswa masih rendah.
6.
Sarana dan prasarana laboratorium cukup lengkap tetapi belum digunakan
secara maksimal.
6
1.3. Batasan Masalah
Untuk menghindari terlalu luasnya masalah yang dibahas dan keterbatasan
waktu penelitian serta keterbatasan kemampuan dari penulis sendiri, maka
masalah yang dikaji dalam penelitian ini adalah:
1.
Model pembelajaran yang digunakan adalah model pembelajaran inquiry
training yang diharapkan dapat mengaktifkan peran siswa, meningkatkan
aktivitas
bertanya
siswa,
meningkatkan
hasil
belajar
siswa
dan
memaksimalkan penggunaan laboratorium sehingga pelajaran fisika menjadi
lebih menarik.
2. Materi pelajaran yang diajarkan dalam penelitian ini adalah kalor.
3. Subyek penelitian adalah siswa kelas X MAN Kisaran T.P 2013/2014.
1.4. Rumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah, rumusan masalah dalam penelitian
adalah sebagai berikut :
1.
Bagaimana hasil belajar siswa dengan menggunakan model pembelajaran
inquiry training pada materi pokok kalor di kelas X semester II MAN Kisaran
T.P 2013/2014?
2.
Bagaimana
hasil
belajar
siswa
dengan
menggunakan
pembelajaran
konvensional pada materi pokok kalor di kelas X semester II MAN Kisaran
T.P 2013/2014?
3.
Bagaimana aktivitas siswa dalam proses pembelajaran dengan menggunakan
model pembelajaran inquiry training pada materi pokok kalor di kelas X
semester II MAN Kisaran T.P 2013/2014?
4.
Bagaimana aktivitas siswa dalam proses pembelajaran dengan menggunakan
pembelajaran konvensional pada materi pokok kalor di kelas X semester II
MAN Kisaran T.P 2013/2014?
5.
Bagaimana pengaruh model pembelajaran inquiry training terhadap hasil
belajar siswa pada materi pokok kalor di kelas X semester II MAN Kisaran
T.P 2013/2014?
7
1.5. Tujuan Penelitian
Adapun yang menjadi tujuan dari penelitian adalah :
1.
Untuk mengetahui hasil belajar siswa dengan menggunakan model
pembelajaran inquiry training pada materi pokok kalor di kelas X semester II
MAN Kisaran T.P 2013/2014.
2.
Untuk mengetahui hasil belajar siswa dengan menggunakan pembelajaran
konvensional pada materi pokok kalor di kelas X semester II MAN Kisaran
T.P 2013/2014.
3.
Untuk mengetahui aktivitas siswa dalam proses pembelajaran dengan
menggunakan model pembelajaran inquiry training pada materi pokok kalor
di kelas X semester II MAN Kisaran T.P 2013/2014
4.
Untuk mengetahui aktivitas siswa dalam proses pembelajaran dengan
menggunakan pembelajaran konvensional pada materi pokok kalor di kelas X
semester II MAN Kisaran T.P 2013/2014
5.
Untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran inquiry training terhadap
hasil belajar siswa pada materi pokok kalor di kelas X semester II MAN
Kisaran T.P 2013/2014.
1.6. Manfaat Penelitiaan
Adapun manfaat yang ingin dicapai dari hasil penelitian adalah :
1. Sebagai bahan informasi hasil belajar menggunakan model pembelajaran
inquiry training terhadap hasil belajar siswa pada materi pokok kalor di kelas
X semester II MAN Kisaran T.P 2013/2014.
2. Sebagai bahan informasi alternatif pemilihan model pembelajaran.
1.7. Definisi Operasional
Model pembelajaran inquiry training adalah model pembelajaran yang
dirancang untuk membawa siswa secara langsung ke dalam proses ilmiah melalui
latihan - latihan yang bertujuan mengembangkan disiplin dan mengembangkan
keterampilan intelektual yang diperlukan untuk mengajukan pertanyaan dan
menemukan jawabannya berdasarkan rasa ingin tahunya. (Joice,et al., 2009 : 201)
64
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan data hasil penelitian yang diperoleh dan analisa data serta
pengujian hipotesis maka dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Hasil belajar siswa dengan menggunakan model pembelajaran inquiry
training pada materi pokok kalor di kelas X semester II MAN Kisaran T.P
2013/2014 yaitu pada ranah kognitif dengan nilai rata-rata posttest sebesar
77,12 yang menenuhi Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) yakni 74
sebesar 85% dengan kriteria sangat baik, pada ranah keterampilan sebesar
72,11% dengan kriteria baik, dan pada ranah sikap sebesar 62,33% dengan
kriteria baik.
2. Hasil belajar siswa dengan
menggunakan pembelajaran konvensional
pada materi pokok kalor di kelas X semester II MAN Kisaran T.P
2013/2014 yaitu pada ranah kognitif dengan nilai rata-rata posttest sebesar
69,39 yang menenuhi Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) yakni 74
sebesar 48,5% dengan kriteria cukup baik, pada ranah keterampilan
sebesar 59,45% dengan kriteria cukup baik, dan pada ranah sikap sebesar
55,60% dengan kriteria cukup baik.
3. Aktivitas belajar siswa dengan menggunakan model pembelajaran inquiry
training pada pertemuan I sebesar 68,89, pada pertemuan II sebesar 72,3,
pada pertemuan III sebesar 75,14, dengan rata – rata nilai keseluruhan
sebesar 72,11 dengan kriteria aktif.
4. Aktivitas belajar siswa dengan menggunakan pembelajaran konvensional
pada pertemuan I sebesar 51,30, pada pertemuan II sebesar 60,40, pada
pertemuan III sebesar 66,67 , dengan rata – rata nilai keseluruhan 59,45
dengan kriteria cukup aktif .
5. Ada pengaruh model pembelajaran inquiry training terhadap hasil belajar
siswa pada materi pokok kalor di kelas X semester II MAN Kisaran T.P
2013/2014.
65
5.2. Saran
Berdasarkan hasil dan kesimpulan dalam penelitian ini, maka peneliti
mempunyai beberapa saran, yaitu :
1. Pada saat proses pembelajaran berlangsung sebaiknya menambahkan
beberapa observer untuk membantu siswa agar pembelajaran lebih terarah
dan mampu mengawasi serta mengamati siswa dalam mengumpulkan data
verifikasi dan eksperimentasi.
2. Selama proses pembelajaran berlangsung sebaiknya lebih memperhatikan
efisiensi waktu di setiap tahap model pembelajaran inquiry training.
ii
RIWAYAT HIDUP
Ika Nurjannah Sirait dilahirkan di Tanjung Alam pada tanggal 24
September 1992. Ayah bernama Abdul Roni Sirait dan Ibu bernama Ngatinah
dan merupakan anak pertama dari dua bersaudara. Pada tahun 1998 penulis
masuk Sekolah Dasar di SD Negeri 060871 Medan kemudian pindah pada tahun
2000 ke SD Negeri 014672 Tanjung Alam Kabupaten Asahan dan lulus pada
tahun 2004. Pada tahun 2004 penulis melanjutkan sekolah di MTs Negeri Kisaran
Kabupaten Asahan dan lulus pada tahun 2007. Pada tahun
2007
penulis
melanjutkan sekolah di MAN Kisaran Kabupaten Asahan dan lulus pada tahun
2010. Pada tahun 2010 penulis diterima di Universitas Negeri Medan sebagai
salah satu mahasiswa di Program Studi Pendidikan Fisika, Fakultas Matematika
dan Ilmu Pengetahuan Alam dan lulus pada tanggal 07 Juli 2014.