PENGEMBANGAN MODEL PELATIHAN INSTRUCTIONAL GAMES UNTUK PENINGKATAN PROFESIONALISME PENDIDIK ANAK USIA DINI DI KOTA MEDAN.

(1)

Disertasi

Oleh NURLAILA

NIM:1104513

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA BANDUNG

2014

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Untuk Memperoleh Gelar Doktor Program Studi


(2)

Nurlaila, 2014

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi dengan judul

PENGEMBANGAN MODEL PELATIHAN INSTRUCTIONAL GAMES

UNTUK PENINGKATAN PROFESIONALISME PENDIDIK PAUD DI KOTA MEDAN” ini beserta seluruh isinya adalah benar-benar karya saya sendiri. Saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika keilmuan yang berlaku dalam masyarakat keilmuan. Atas pernyataan ini, saya siap menanggung resiko/sanksi yang dijatuhkan kepada saya apabila kemudian ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya

saya ini, atau ada klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya saya ini.”

Bandung, Desember 2014 Yang membuat pernyataan,

N u r l a i l a NIM: 1104513


(3)

(4)

iii

KATA PENGANTAR

Cara berpikir anak usia dini berbeda dengan orang dewasa, sehingga cara belajar anak juga berbeda. Anak belajar melalui bermain, didasarkan temuan penelitian para ahli, sehingga banyak ahli yang mengklaim bahwa anak usia dini belajar melalui bermain. Temuan lapangan di Kota Medan, saat ini media yang digunakan masih tergolong belum bervariasi dan cenderung kaku, bahkan masih ada yang menggunakan lembar kerja siswa, hal ini tentu saja bertolak belakang dengan cara berpikir anak usia dini.

Pada masa usia dini kecerdasan berkembang pesat, untuk itu dituntut profesionalisme yang memadai dari pendidik. Profesionalisme dipengaruhi banyak faktor. Temuan lapangan saat ini kualifikasi pendidikan pendidik PAUD masih kurang memadai, pendidik didominasi oleh lulusan SMA/sederajat. Tidak

matchnya latar belakang pendidikan dengan pekerjaan yang ditekuni, pekerjaan

sebagai pendidik dianggap hanya sebagai batu loncatan sementara dan faktor lainnya. Pada beberapa lembaga PAUD didapati ada yang memiliki fasilitas komputer, yang bisa dimaksimalkan kemanfaatannya. Fakta ini menjadi dasar pemikiran perlunya pengembangan model media PAUD yang memanfaatkan komputer.

Instructional games merupakan salah satu model multimedia; gabungan

dari beberapa media seperti audio, animasi, suara dan lainnya dikembangkan sebagai alternatif media. Materi PAUD (Permen 58 tahun 2009) dikemas sedemikian rupa kedalam bentuk games-games yang menarik. Dalam proses pengembangannya peneliti dibantu oleh ahli-ahli yang kompeten dibidangnya masing-masing. Instructional games merupakan suatu hal yang baru bagi pendidik PAUD, agar instructional games dapat dimaksimalkan pemanfaatannya, perlu adanya pelatihan bagi pendidik PAUD kota Medan.

Bandung, Desember 2014 Penyusun,


(5)

NIM:1104513

DAFTAR ISI

PERNYATAAN ... i

ABSTRAK ... ii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB I: PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Penelitian ... 1

B. Identifikasi dan Perumusan Masalah ... 12

C. Tujuan Penelitian ... 15

D. Manfaat Penelitian ... 15

1. Manfaat Teoritis ... 15

2. Manfaat Praktis ... 16

BAB II: KERANGKA TEORI ... 17

A. ... K onsep Pelatihan Instructional Games untuk Peningkatan Profesionalisme Pendidik PAUD ... 17

1. ... P engertian Pelatihan ... 17

2. ... M anfaat Pelatihan ... 22

3. ... M odel-model Pelatihan ... 23

4. ... M etode Pelatihan ... 24

5. ... P endekatan Pelatihan ... 28

6. ... E valuasi Pelatihan ... 28

7. ... P embelajaran Dalam Pelatihan Instructional Games ... 30

a. ... T eori Andragogi ... 30

b. ... T eori Partisipatif ... 32

B.... K onsep Instructional Games ... 32

1. ... P engertian Model Intstructional Games ... 32


(6)

v

a. ... P

rinsip Instructional Games ... 34 b. ... F

low chart Instructional Games... 35

c. ... K

omponen Instructional Games ... 37 2. ... K

onsep Multimedia Interaktif ... 37 a. ... P

engertian Multimedia Interaktif ... 37 b. ... K

arakteristik Multimedia Interaktif ... 40 C.... K

onsep Profesionalisme Pendidik Anak Usia Dini ... 41 1. ... P

engertian Profesionalisme Pendidik Anak Usia Dini ... 41 2. ... P

rinsip Profesional ... 44 D. ... K

onsep Pendidikan Anak Usia Dini ... 45 E. ... P

enelitian yang Relevan ... 47 F. ... K

erangka Pemikiran Penelitian ... 50 G. ... H

ipotesis Penelitian ... 52

BAB III: METODE PENELITIAN ... 53

A. ... L

okasi dan Subjek Penelitian ... 53 B.... D

esain Penelitian ... 54 C... M

etode Penelitian ... 56 D. ... D

efinisi Operasional ... 58 1. ... P

elatihan ... 58 2. ... I nstructional Games ... 58

3. ... P rofesionalisme Pendidik Anak Usia Dini ... 59


(7)

E. ... I

nstrumen Penelitian ... 59 F. ... P

roses Pengembangan Instrumen Penelitian ... 66 1. ... U

ji Validitas dan Reliabilitas Instrumen Penelitian ... 66 2. ... H

asil Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen Penelitian ... 68 G. ... T

eknik dan Alat Pengumpulan Data serta Alasan Rasionalnya ... 73 H. ... A

nalisis Data Penelitian ... 76 1. ... A

nalisis Data Kualitatif ... 78 2. ... A

nalisis Data Kuantitatif ... 78 BAB IV: HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 80

A. ... H asil Penelitian ... 80 1. ... K

ondisi empiris profesionalisme pendidik PAUD dan model

pelatihan yang ada saat ini ... 80 2. ... D

esain Instructional games yang dikembangkan sebagai

alternatif media pembelajaran untuk anak usia dini ... 93 3. ... P

engembangan model konseptual pelatihan instructional

games untuk peningkatan profesionalisme pendidik PAUD ... 105

4. ... I mplementasi model pelatihan instructional games untuk

peningkatan profesionalisme pendidik PAUD ... 125

5. ... D eskripsi efektivitas model pelatihan instructional games

untuk peningkatan profesionalisme pendidik PAUD ... 131

B. ... P embahasan ... 150 1. ... K

ondisi empiris profesionalisme pendidik PAUD dan

model pelatihan yang ada ... 150 2. ... D

isain Pengembangan Model Media Instructional Games


(8)

vii

3. ... M

odel konseptual pelatihan instructional games

untuk peningkatan profesionalisme pendidik ... 156

4. ... I mplementasi model pelatihan instructional games untuk peningkatan profesionalisme pendidik PAUD. ... 159

5. ... E fektivitas model pelatihan instructional games untuk peningkatan profesionalisme pendidik PAUD ... 162

BAB V: SIMPULAN DAN SARAN ... 166

A. ... S impulan ... 166

B... S aran ... 169

Daftar Pustaka ... 171

Daftar Lampiran ... 176

DAFTAR TABEL Tabel 3.1 : Matrik Kisi-kisi Penyusunan Instrumen Penelitian ... 60

Tabel 3.2 : Kisi-kisi Instrumen Pengungkap Data persepsi peserta pelatihan terhadap penyelenggaraan pelatihan dan kualitas software instructional games ... 61

Tabel 3.3 : Kisi-kisi instrumen pengungkap data kondisi empirik Profesionalisme pendidik PAUD Dalam Menggunakan Media saat ini ... 62

Tabel 3.4 : Kisi-kisi Instrumen pengungkap Data kondisi empirik Profesionalisme Pendidik PAUD dan pelatihan Pada Lemba BP-PAUDNI & Dinas Pendidikan Kota Medan ... 63

Tabel 3.5 : Matriks Kisi-kisi Penyusunan Instrumen Penelitian ... 66

Tabel 3.6 : Rekapitulasi Hasil Uji Validasi Konstruk Pada 10 Pendidik PAUD Di Kota Medan ... 69

Tabel 3.7 : Rekapitulasi Hasil Uji Coba Instrumen Tes Pengetahuan Pendidik PAUD Hasil Ekspert Judgement ... 70

Tabel 3.8 : Pelaksanaan Ekspert Judgement ... 71

Tabel 3.9 : Rekapitulasi Hasil Uji Validasi Isi Instrumen TesKeterampilan ... 71

Tabel 3.10 : Pelaksanaan Ekspert Judgement ... 72

Tabel 3.11 : Rekapitulasi Hasil Uji Validasi Isi Instrumen Persepsi Peserta Terhadap Pelatihan ... 72


(9)

Tabel 4.1 : Kualifikasi Pendidik PAUD di Kota Medan ... 84

Tabel 4.2 : Kondisi Awal Pelatihan Bagi Pendidik PAUD ... 91

Tabel 4.2 : Identitas Program Instructional Games Diri Sendiri ... 92

Tabel 4.3 : Story Board Instructional Games ... 99

Tabel 4.4 : Data Peserta Pelatihan Implementasi Model ... 127

Tabel 4.5 : Struktur Materi Pelatihan Dalam Implementasi Model ... 128

Tabel 4.6 : Skor Pretest Aspek Pengetahuan Pelatihan Uji Terbatas ... 132

Tabel 4.7 : Perbandingan Skor Pretest dan posttest Pelatihan Instructional Games Uji Terbatas ... 133

Tabel 4.8 : Penguasaan Keterampilan Peserta Pelatihan Menggunakan Instructional Games Sebelum Pelatihan (Pretest) ... 134

Tabel 4.9 : Penguasaan Keterampilan Peserta Pelatihan Menggunakan Instructional Games Sebelum Pelatihan (Posttestt) ... 135

Tabel 4.10 : Persepsi Peserta Pelatihan Terhadap Pelatihan & Kualitas Software ... 137

Tabel 4.11 : Skor Pretest Aspek Pengetahuan Peserta Pelatihan Instructional Games ... 141

Tabel 4.12 : Perbandingan Skor Pretest dan Posttest Instructional Games Pada Uji Coba Luas ... 142

Tabel 4.13 : Penguasaan Keterampilan Pretest Pelatihan Instructional Games Pada Uji Coba Luas ... 144

Tabel 4.14 : Penguasaan Keterampilan Posttest Pelatihan Instructional Games Pada Uji Coba Luas ... 145

Tabel 4.15 : Persepsi Peserta Pelatihan Terhadap Pelatihan & Kualitas Software ... 147


(10)

ix

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 : Edgar Dale’s Cone of Experience ... 3

Gambar 1.2 : Kualifikasi Pendidikan Pendidik PAUD di Kota Medan ... 8

Gambar 2.1 : Gambaran Definisi Multimedia ... 29

Gambar 2.2 : Flowchart Model Instructional Games ... 36

Gambar 2.3 : Gambaran Definisi Multimedia ... 38

Gambar 2.4 : Kerangka Pemikiran Penelitian ... 51

Gambar 3.1 : Langkah-langkah Penelitian ... 55

Gambar 3.2 : Adopsi Langkah-langkah Penelitian ... 55

Gambar 3.3 : Pendekatan Dalam Menjawab tujuan Penelitian ... 57

Gambar 3.4 : Komponen dalam Analisis Data Peneltian ... 77

Gambar 4.1 : Langkah-langkah Pengembangan Instructional Games ... 94

Gambar 4.2 : Flow chart Aplikasi Keseluruhan Instructional Games ... 95

Gambar 4.3 : Flow chart Games Diri Sendiri ... 96

Gambar 4.4 : Turunan Flow chart Games Diri Sendiri ... 97

Gambar 4.5 : Model Hipotetik Pelatihan ... 115


(11)

Gambar 4.7 : Model Hipotetik Pelatihan yang Direkomendasikan ... 124

Gambar 4.8 : Perbedaan Skor Pretest dan Posttest Uji Coba Terbatas ... 132

Gambar 4.9 : Penguasaan Keterampilan Pretest Uji Coba Terbatas ... 135

Gambar 4.10 : Penguasaan Keterampilan Posttest Uji Coba Terbatas ... 136

Gambar 4.11 : Persepsi Peserta Pelatihan Terhadap Pelatihan Uji Coba Terbatas ... 138

Gambar 4.12 : Persepsi Peserta Pelatihan Terhadap Kualitas Software Uji Coba Terbatas ... 139

Gambar 4.13 : Perbedaan Skor Pretest dan Posttest Aspek Pengetahuan Pada Uji Coba Luas ... 143

Gambar 4.14 : Penguasaan Keterampilan Peserta Pelatihan Pretest Pada Uji Coba Luas ... 145

Gambar 4.15 : Penguasaan Keterampilan Peserta Pelatihan Posttest Pada Uji Coba Luas ... 146

Gambar 4.16 : Persepsi Peserta Pelatihan Terhadap Pelatihan Uji Coba Luas ... 148

Gambar 4.17 : Persepsi Peserta Pelatihan Terhadap Kualitas Software Uji Coba Luas ... 149

DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 : Pedoman wawancara pada studi pendahuluan ... 176

Lampiran 2 : Instrumen Sebelum Uji Coba dan Expert Judgement ... 181

Lampiran 3 : Instrumen Setelah Uji Coba dan Expert Judgemen ... 193

Lampiran 4 : Hasil Uji Coba dan Expert Judgement Instrumen ... 204

Lampiran 5.1 : Subjek Penelitian dan sebaran populasi Penelitian ... 214

Lampiran 5.2 : Garis Besar Program Media ... 226

Lampiran 6 : Hasil Uji Coba Terbatas ... 228

Lampiran 7 : Hasil Uji Coba Luas ... 234

Lampiran 8 : Dokumentasi Uji Terbatas ... 242

Lampiran 9 : Dokumentasi Uji Luas ... 245

Lampiran 10 : Perlengkapan Pelatihan ... 251

Lampiran 11 : Hasil Ekspert Judgement ... 256

Lampiran 12 : SK Pembimbing ... 261

Lampiran 13 : Surat Penelitian ... 264


(12)

(13)

ABSTRAK

Nurlaila (2014): Pengembangan Model Pelatihan Instructional Games untuk Peningkatan Profesionalisme Pendidik PAUD di Kota Medan (Disertasi Program Studi Pendidikan Luar Sekolah, Sekolah Pasca Sarjana Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung).

Penelitian ini dibutuhkan untuk meningkatkan profesionalisme pendidik di Kota Medan. Pada beberapa lembaga PAUD diketahui profesionalisme pendidik PAUD dalam menggunakan media pembelajaran tergolong belum memadai, belum bervariasi, monoton dan kaku bahkan masih ada yang menggunakan lembar kerja siswa. Ada beberapa unit komputer yang dapat dimanfaatkan pada lembaga. Kualifikasi pendidikan pendidik juga masih kurang memadai, tidak matchnya latar belakang pendidik dengan pekerjaan yang ditekuni, belum optimalnya pembinaan lembaga terkait diduga menjadi penyebab permasalahan tersebut. Berdasarkan kajian studi pendahuluan di kota Medan, Instructional games dapat dikembangkan sebagai alternatif media anak usia dini. Instructional games merupakan hal baru, agar pemanfaatannya maksimal maka perlu diadakan pelatihan untuk pendidik. Ide tersebut mendasari penelitian ini, yang bertujuan mengembangkan model pelatihan

instructional games untuk peningkatkan profesionalisme pendidik PAUD. Penelitian

ini menerapkan metode penelitian dan pengembangan dengan tiga tahapan proses, yakni studi pendahuluan, pengembangan model, dan validasi model. Validasi dilakukan dengan uji efektivitas secara terbatas dan luas dalam bentuk The one

group pretest-posttest design. Populasi 606 orang pendidik PAUD dari 333

lembaga, sampel ditentukan dengan teknik purposif sampling, yaitu 19 orang; 5 orang pada saat uji terbatas dan 14 orang pada uji luas. Tes, angket, wawancara, observasi dan studi dokumentasi adalah alat yang digunakan untuk mengungkap data, kemudian dianalisis dengan dua cara yaitu analisis logis, analisis

nonparametrik. Temuan penelitian: (1) kondisi awal profesionalisme pendidik dalam

penggunaan media pembelajaran belum memadai, belum bervariasi, monoton, cenderung kaku bahkan masih ada yang menggunakan LKS, pada aspek pelatihan, belum ada pelatihan yang berorientasi meningkatkan profesionalisme pendidik melalui pelatihan instructional games, dilihat dari aspek perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi, (2) Instructional games dikembangkan melalui tahapan pembuatan GBPM, flowchart, storyboard, pengumpulan bahan, finishing & pemrograman, (3) model konseptual pelatihan instructional games dikembangkan melalui tahapan: identifikasi kebutuhan, desain model konseptual, validasi desain, (4) implementasi model melalui tahapan perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan evaluasi (5) penerapan model pelatihan instructional games untuk peningkatan profesionalisme pendidik PAUD efektif. Hasil penelitian ini direkomendasikan kepada BP-PAUDNI Provinsi Sumut, Dinas Pendidikan Provinsi dan Kota, khususnya bagi para pendidik PAUD.

Kata kunci : pengembangan, model, pelatihan, instructional games, pendidik, profesionalisme, anak usia dini.


(14)

(15)

ABSTRACT

Nurlaila (2014): The Development of Training Model of instructional Games for the Increased Professionalism of Early Childhood Educators in Medan (Dissertation of non formal Education Program, Post Graduate School of Education University of Indonesia , Bandung) .

This research is needed to improve educators’ professionalism in Medan. After a series of observations in several early childhood institutions, it was found that professionalism of early childhood educators in Medan is still inadequate, unvaried, and selfsame and monotonous and clumsy in terms of media use, some still use student worksheets and there are several computers that can be utilized at institutions it was found. The educators’ educational qualifications are still poor. Problems of unsuitable educational background that does not match the work they occupy often happen and the still not optimal guidance from related bodies is allegedly the cause of the problem. Based on a review of preliminary studies, the package of Instructional Games can be developed as an alternative medium for early childhood. Instructional games are still new for children. In order to make the games fully utilized, educators need to have a complete training of instructional games. This idea underlies this research, which is aimed at developing a training model of instructional games so as to enhance professionalism of early childhood educators. This research applies the methods of research and development through three processing stages, i.e. the preliminary studies, model development, and model validation. Validation is done by doing an effectiveness test limitedly and extensively in the form of The one group pretest-posttest design. It was done to a population of 606 early childhood educators from 333 institutions. Sample is determined by purposive sampling technique, i.e. to 19 persons; 5 persons on the limited test, and 14 persons the extensive test. Tests, questionnaires, interviews, observations and document study are tools used for data collection. The data are then analyzed in two ways, i.e. by using logical analysis and nonparametric analysis. The research findings: (1) the initial condition of educators’ professionalism in the use of instructional media is still inadequate, unvaried, monotonous, rigid, and clumsy. Use of worksheets is still frequent and favorable. In terms of training aspect and in view of the aspects of planning, implementation, and evaluation, no training is carried out or oriented to enhance the educators’ professionalism through instructional games, (2) Instructional games are developed through stages of setting up the Media Program Outline, flowcharts, storyboards, materials collection, finishing, and programming, (3) conceptual training model of instructional games developed through stages: needs identification, conceptual model design, validation design,(4) implemented of model through stages of planning, organizing, implementation, and evaluation (5) the application of instructional games training model for enhancing effectively the early childhood educators’ professionalism. The result of this study is recommended to BP-PAUDNI North of Sumatera Province, Provincial & Municipal Department of Education, especially for early childhood educators


(16)

keywords : development, model, training, instructional games, educator, professionalism, early childhood.


(17)

(18)

Nurlaila, 2014

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian.

Peranan pendidikan sangat penting dalam kehidupan seseorang, pendidikan merupakan upaya yang dilakukan untuk membekali anak dengan pengetahuan, keterampilan dan sikap hidup yang diperlukan di masa depan. Pendidikan dimulai sejak masa usia dini, pada masa ini kecerdasan berkembang pesat. Anak yang baru lahir ke dunia awalnya mendapatkan pendidikan dari pendidik pertama yaitu orang tua pada lingkungan keluarga (informal), berikutnya pendidik pada lembaga PAUD (formal maupun nonformal). Pendidik pada lembaga PAUD merupakan pendidik kedua setelah orang tua yang bertanggung jawab dalam membantu mengembangkan kecerdasan anak melalui pembelajaran. Pendidikan bagi anak usia dini penting karena pendidikan berupaya membantu mengembangkan kecerdasan anak secara optimal sebagai dasar pendidikan sebelum memasuki pendidikan selanjutnya. Gardner dalam Fadillah. M dan Khorida. L.M (2013:48) mengatakan bahwa:

Pendidikan anak usia dini memegang peranan yang sangat penting karena perkembangan otak manusia mengalami lompatan dan berkembang pesat mencapai 80%, ketika dilahirkan ke dunia, anak manusia telah mencapai perkembangan otak 20%, sampai usia 4 tahun perkembangan mencapai 50%, dan sampai 8 tahun mencapai 80% selebihnya berkembang sampai usia 18 tahun.

Dari pendapat diatas diketahui sekitar 50% kecerdasan berkembang pada masa usia nol sampai dengan enam tahun begitu pesat, sampai usia delapan tahun mencapai 80%. Karenanya tidak bisa dipungkiri, pendidikan anak usia dini merupakan pendidikan yang sangat mendasar dan strategis dalam pembangunan sumber daya manusia. Tidak mengherankan apabila banyak negara menaruh perhatian yang sangat besar terhadap penyelenggaraan pendidikan ini dan dalam pelaksanaannya diperlukan sinergitas antara pendidik, tenaga penyerta dan anak didik demi mendapatkan hasil yang optimal. Pembelajaran untuk anak usia dini


(19)

bertujuan membina, menumbuhkan dan mengembangkan seluruh potensi anak usia dini secara optimal sehingga terbentuk perilaku dan kemampuan dasar yang terarah dengan baik. Pendidikan yang baik bagi anak usia dini mampu mengembangkan segala potensi diri anak. Fadillah, M dan Khorida L.M (2013:50) mengatakan pertumbuhan lebih menekankan pada bertambahnya ukuran fisik, sedangkan perkembangan lebih menitik beratkan pada psikis atau kejiwaan anak. Tujuan pendidikan anak usia dini tersebut dapat diwujudkan melalui pembelajaran yang sesuai dengan tahap perkembangan anak yaitu melalui permainan yang menyenangkan sehingga dapat menarik minat anak, hal ini didasarkan pada hasil penelitian banyak ahli yang menemukan bahwa anak mencipta pengetahuan ketika bermain dan cara berpikir anak. Rousseou.J.J dalam Essa L.E. (2002 :114) mengatakan bahwa:

Children’s mode of thinking and learning is different from that of adults and considered good education to be based on the stage of the development of the child, not on adult-imposed criteria. A child centerred, uncorrupted education will, eventually, result in adult who are moral and interested in this common good of society.

Dari pendapat tersebut diketahui bahwa cara anak berpikir berbeda dengan orang dewasa yang berimplikasi pada cara belajarnya dan pendidikan yang baik adalah didasarkan pada tahap perkembangan anak. Pada akhirnya pendidikan yang baik akan berdampak pada moral dan ketertarikannya pada kebaikan hidup menjadi masyarakat yang baik. Selanjutnya Froebel.F dalam Essa L.E (2002:116) mengatakan bahwa ‘education should harmonize with the child’s inner

development, recognizing that children are in different stages at varius ages. He saw childhood as a separate stage that was not just a transition to adulthood but stage with great intrinsic value in its own right’. (Pendidikan harus selaras dengan

perkembangan batin anak, kenali bahwa anak-anak memiliki perbedaan tahap usia. Froebel melihat bahwa masa kanak-kanak sebagai tahap yang terpisah yang bukan hanya transisi ke masa dewasa, tetapi tahap perubahan pada nilai intrinsik yang kuat dalam dirinya sendiri). Berangkat dari Pendapat Rousseou, J.J Froebel.F diketahui bahwa dalam mencapai tujuan pendidikan anak usia dini yang


(20)

baik adalah melalui pembelajaran yang memperhatikan tingkat perkembangan anak dimana anak memiliki cara berpikir berbeda dengan orang dewasa yang berimplikasi pada cara belajarnya. Berdasarkan hasil penelitian ahli banyak yang mengklaim bahwa anak mencipta pengetahuannya ketika bermain. Jadi anak belajar melalui bermain merupakan konsep yang tepat untuk pembelajaran anak usia dini. Setiap anak memiliki perbedaan minat dalam apa yang dipelajari, dan tugas pendidik adalah membantu anak dalam mengembangkan kecerdasannya. Keberhasilan pencapaian tujuan pembelajaran PAUD dapat ditunjang dengan berbagai media pembelajaran. Efektivitas penggunaan media pembelajaran ditentukan oleh kesesuaian media tersebut dengan materi pelajaran yang diajarkan. Dalam rangka memahami peranan media dalam proses mendapatkan pengalaman belajar bagi anak, Edgar Dale melukiskannya dalam sebuah kerucut yang kemudian dinamakan kerucut pengalaman sebagai berikut: Dale, E dalam Petrina, S (2007:167):

Dapat dilihat bahwa orang mampu mengingat setelah dua minggu pada pembelajaran pasif sekitar 10% dari apa yang dibaca, sekitar 20% mengingat dari apa yang didengar, sekitar 30% mampu mengingat dari apa yang dilihat, sekitar 50% mampu mengingat dari yang dilihat dan dengarkan. Sedangkan pada pembelajaran aktif sekitar 70% mampu mengingat dari apa yang mereka katakan,


(21)

dan sekitar 90% mampu mengingat dari apa yang mereka katakan dan lakukan. Rentangan tingkat pengalaman dari yang bersifat langsung hingga ke pengalaman melalui simbol-simbol komunikasi dari yang bersifat kongkret ke abstrak. Kerucut tersebut berguna untuk memberikan implikasi tertentu terhadap pemilihan metode dan bahan pembelajaran. Kerucut pengalaman yang dikemukakan itu memberikan gambaran bahwa pengalaman belajar yang diperoleh anak didik dapat melalui proses perbuatan atau mengalami sendiri apa yang dipelajari, proses mengamati, dan mendengarkan melalui media tertentu serta proses mendengarkan melalui bahasa. Semakin konkret anak didik mempelajari bahan pengajaran, contohnya melalui pengalaman langsung, maka semakin banyak pengalaman yang diperolehnya. Sebaliknya semakin abstrak anak didik memperoleh pengalaman, contohnya hanya mengandalkan bahasa verbal, maka semakin sedikit pengalaman yang akan diperoleh peserta didik. Pemikiran Edgar Dale tentang kerucut pengalaman (Cone of Experience) ini merupakan upaya awal untuk memberikan alasan atau dasar tentang keterkaitan antara teori belajar dengan komunikasi audio visual. Demikian pentingnya peranan media interaktif dalam pembelajaran, sekitar 90% anak dapat terlibat secara interaktif untuk pembelajaran anak usia dini melalui dunia yang disenanginya.

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara pada lembaga PAUD di Kota Medan ditemukan bahwa media yang digunakan belum bervariasi, bahkan ada yang masih menggunakan LKS (lembar kerja siswa). Hal ini tentu bertolak belakang dengan cara anak berpikir dan belajar anak belajar melalui bermain, ini diungkapkan oleh Dau

dalam Samuelsson, I.P dan Calsson.M.A (2008:627) „many studies today claim that children create knowladge when they play‟ (banyak studi saat ini yang

mengklaim bahwa anak mencipta pengetahuan ketika mereka bermain).

Selanjutnya Levin dalam Samuelsson, I.P dan Calsson, M.A (2008:627)

mengatakan „play is gave children opportunities to be in control of what is happening and what they know. (bermain adalah memberikan kesempatan pada

anak untuk mengontrol apa yang akan terjadi dan apa yang mereka tau). Dau dan Levin berpendapat bahwa anak mendapat pengetahuan melalui kegiatan bermain


(22)

dan bermain yang dimaksud adalah memberikan kesempatan pada anak untuk mengontrol apa yang akan terjadi dan yang mereka ketahui. Walaupun demikian sudah ada lembaga PAUD yang memiliki media yang memadai bahkan ada yang sudah menggunakan media berupa pemutaran cerita dengan memanfaatkan media televisi dan VCD, namun karena media ini bersifat satu arah, terlihat anak cenderung merasa bosan hal ini diduga karena anak tidak dapat menjadi bagian dari cerita yang ditayangkan (interaktif). Kecenderungan secara umum media yang digunakan belum bervariasi, hal ini mengindikasikan bahwa pengetahuan dan keterampilan (profesionalisme) pendidik PAUD dalam menggunakan media masih belum memadai. Berangkat dari situasi ini peneliti berasumsi bahwa diperlukan media yang dapat melibatkan anak secara interaktif yang menyenangkan sehingga dapat menarik minat anak. Peneliti berinisiatif mengembangkan software instructional games merupakan salah satu model multimedia interaktif yang dapat digunakan untuk membelajarkan anak usia dini dengan games-games yang menarik dapat menunjang keberhasilan pencapaian tujuan pembelajaran anak usia dini. Hal ini didukung hasil penelitian dalam Nusir, S et al (2012:30) mengatakan bahwa:

The usage of games and enhanced methods of education .... results showed that those methods can be effective especially for youngsters where they can be motivated by graphics and animation particularly when known cartoon characters are used in those educational games.

(hasil penelitian menunjukan bahwa penggunaan metode games dalam pembelajaran matematika dampaknya pembelajaran menjadi lebih efektif terutama untuk anak-anak, dimana mereka termotivasi oleh grafis dan animasi khususnya karakter kartun terkenal yang digunakan dalam game-game pendidikan). Selanjutnya Nusir, S et al menjelaskan bahwa meskipun fakta bahwa hasil menunjukan perbaikan dalam pembelajaran, namun ini bukan usulan menggantikan pendidikan tradisional. Sebaliknya belajar interaktif ditingkatkan sehingga dapat menjadi alternatif yang sangat berguna bagi pendidikan tradisional. Selanjutnya Margie & Liu dalam Nusir, S et al (2012:18) mengatakan bahwa:


(23)

Multimedia has the potential to create high quality learning environments. With the capability of creating a more realistic learning context through its different media and allowing a learner to take control, interactive multimedia can provide an effective learning environment to different kinds of learners.

(Multimedia memiliki potensi untuk menciptakan lingkungan belajar yang berkualitas tinggi. Dengan kemampuan menciptakan konteks belajar yang lebih realistis melalui media yang berbeda dan memungkinkan pelajar mengontrol sendiri, multimedia interaktif dapat menyediakan lingkungan belajar yang efektif untuk berbagai jenis peserta didik). Menurut Salen & Zimmerman dalam Nusir, S

et al (2012:22) a game is a system in which players engage in an artificial conflict, defined by rules, that results in a quantifiable outcome’. Selanjutnya Nusir, S et al (2012:22) mengatakan “This definition gave four major features as comprising a game: system, rules, artificial conflict, and quantifiable outcome”.

(game adalah suatu sistem dimana pemain terlibat dalam konflik buatan, yang didefinisikan oleh aturan, yang menghasilkan hasil yang terukur. Selanjutnya Nusir dan kawan-kawan memberikan empat fitur utama permainan terdiri: sistem, aturan, konflik buatan, dan hasil terukur).

Instructional games sebagai salah satu model multimedia dapat digunakan oleh

pendidik dalam pembelajaran anak usia dini untuk itu dibutuhkan pengetahuan dan keterampilan (profesionalisme) baru bagi pendidik PAUD. Karena menarik tidaknya pembelajaran dipengaruhi oleh pengetahuan dan keterampilan pendidik sebab cerminan keberhasilan pendidik dalam pembelajaran hakikatnya adalah kemampuan dalam mengoptimalkan pemanfaatan semua potensi yang tersedia termasuk media. Wrightman

dalam Talajan (2012:53), „pembelajaran merupakan inti dari proses pendidikan secara keseluruhan dengan pendidik sebagai pemegang peranan yang utama‟. Peranan pendidik adalah menciptakan serangkaian tingkah laku yang berkaitan yang dilakukan dalam situasi tertentu serta berhubungan dengan kemajuan perubahan tingkah laku dan perkembangan peserta didik yang menjadi tujuannya.

Dalam upaya mencapai tujuan tersebut idealnya para pendidik/guru selalu berupaya untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan yang dibutuhkan sehingga dapat memberikan layanan terbaiknya untuk anak usia dini yakni


(24)

mendidik, membimbing, melatih dan mengembangkan kurikulum sesuai tuntutan profesinya sebagai pendidik PAUD, sehingga dapat mendorong pertumbuhan dan perkembangan anak usia dini menjadi optimal. Pendidik PAUD harus selalu berupaya meningkatkan profesionalismenya. Profesionalisme menurut Muhson, A (2004:97) adalah “keahlian yang dimiliki seseorang dalam suatu bidang tertentu yang telah memberikan keprofesiannya (ilmu pengetahuan) pada masyarakat yang membutuhkan”. Selanjutya terkait makna pengetahuan dan keterampilan dalam kaitannya dengan pekerjaan pendidik PAUD. Pengetahuan dan keterampilan menurut Uno, H.B. (2007:63) mengatakan:

Pengetahuan adalah informasi yang dimiliki seseorang dalam bidang tertentu, contohnya pengetahuan ahli bedah terhadap urat syaraf dalam tubuh manusia. Sedangkan keterampilan adalah kemampuan untuk melakukan tugas-tugas yang berkaitan dengan fisik dan mental. Contoh kemampuan fisik adalah keterampilan programer komputer untuk menyusun data secara beraturan. Sedangkan kemampuan berfikir analitis dan konseptual adalah berkaitan dengan kemampuan mental atau kognitif seseorang.

Pengetahuan pendidik yang dimaksud dalam penelitian ini adalah informasi tentang

instructional games yang dapat dimanfaatkan sebagai media dalam pembelajaran anak

usia dini. Sedangkan keterampilan pendidik adalah kemampuan pendidik PAUD menggunakan instructional games dan mampu merencanakan serta mengevaluasi pembelajaran dengan bantuan instructional games untuk anak usia dini. Jadi profesionalisme dalam penelitian ini adalah keahlian pendidik PAUD dalam memanfaatkan instructional games yang memerlukan pengetahuan dan keterampilan sehingga pembelajaran menjadi menarik dan menyenangkan. Pendidik profesional adalah pendidik yang memiliki kompetensi yang dipersyaratkan untuk melakukan tugas pendidikan dan pengajaran. Oleh sebab itu berbicara tentang profesionalisme berarti berbicara tentang kompetensi pendidik.

Menurut Hammond. D, Wise, and Klein dalam Chong, S dan Mun. C.H

(2009:5) bahwa „effective teacher education requires teachers to integrate multiple kinds of knowledge and skills as they are used in practice to forge connections between theory and practice‟. (pendidik yang efektif dalam pendidikan yang dibutuhkan adalah pendidik yang mengintegrasikan beberapa


(25)

jenis pengetahuan dan keterampilan yang digunakan dalam teori dan praktik).

Sutermeister dalam Musfah, J (2011:11) mengatakan „kemampuan diperoleh dari

pengetahuan dan keterampilan. Pengetahuan dipengaruhi oleh pendidikan, pengalaman dan pelatihan, keterampilan dipengaruhi oleh bakat dan kepribadian,

sebagaimana juga oleh pendidikan, pengalaman, pelatihan dan minat‟. Berdasarkan hasil studi dokumentasi yang kemudian diolah dan disajikan dalam bentuk diagram pie, ditemukan data yang menunjukan bahwa kualifikasi pendidik PAUD di kota Medan belum memadai. Berikut data kualifikasi pendidikan dalam bentuk diagram pie. Data diperoleh dari Dinas Pendidikan Kota Medan Tahun 2011.

Gambar 1.2 Kualifikasi Pendidikan Pendidik PAUD di Kota Medan (Sumber Dinas Pendidikan, 2011)

Pada gambar terlihat pendidik anak usia dini didominasi oleh lulusan Sekolah Menengah Umum dan sederajat yakni sekitar 53,96%. Bahkan masih ada pendidik yang hanya lulusan Sekolah Dasar yaitu 0.33%, sekitar 3.30% Sekolah Menengah Pertama 1.65% Diploma I, 8.09% Diploma II, dan 5.61% Diploma III. Meskipun ada juga pendidik yang sudah memiliki kualifikasi pendidikan 20.96% Strata satu, 0.50% Strata dua, dan 0.33% Strata tiga namun jumlahnya tidak terlalu besar. Situasi ini tentu tidak menguntungkan bagi anak usia dini, sementara itu pendidikan memerlukan proses dan hasil yang harus dapat dipertanggung jawabkan dan harus memiliki akuntabilitas dalam penyelenggaraannya.

Bagaimana mungkin produktivitas pendidikan diperoleh dengan baik jika proses maupun hasil pendidikan itu menjadi terhambat oleh adanya sistem

0.33% 3.30%

53.96%

1.65% 8.09% 5.61%

20.96%

0.50% 0.33%

5.28% SD

SMP SMA DI DII DIII S1 S2 S3


(26)

penyelenggaraan yang tidak memenuhi kriteria yang dibutuhkan yang harus dipenuhi. Harapannya melalui pemenuhan kriteria penyelenggaraan pendidikan dapat menghasilkan manusia-manusia unggul yang dapat bersaing pada dunia global. Globalisasi dipandang sebagai era pengetahuan karena pengetahuan akan menjadi landasan utama segala aspek kehidupan. Era pengetahuan merupakan suatu era dengan tuntutan yang lebih rumit dan menantang. Suatu era dengan spesifikasi tertentu yang sangat besar pengaruhnya terhadap dunia pendidikan dan lapangan kerja. Perubahan-perubahan yang terjadi selain karena perkembangan teknologi yang sangat pesat, juga diakibatkan oleh perkembangan yang luar biasa dalam ilmu pengetahuan, psikologi, dan transformasi nilai-nilai budaya. Hadirnya berbagai jenis komputer dan internet di dunia pendidikan memberikan banyak tawaran dan pilihan dalam rangka menunjang proses pembelajaran. Keunggulan yang ditawarkan bukan saja kecepatan untuk mendapatkan informasi, tetapi fasilitas multimedia yang dapat membuat belajar lebih menarik, visual, dan interaktif. Tidak dapat disangkal lagi bahwa profesionalisme pendidik PAUD merupakan sebuah kebutuhan yang tidak dapat ditunda-tunda lagi, seiring dengan semakin meningkatnya persaingan yang semakin ketat dalam era globalisasi, terutama dalam bidang pendidikan. Sebagai pendidik PAUD yang dipercaya oleh orang tua dengan menitipkan anaknya di lembaga PAUD memang sudah seharusnya memiliki kapasitas yang memadai untuk melakukan tugasnya.

Aspek penting yang diperlukan agar pendidik dapat memberikan layanan terbaiknya pada anak usia dini adalah profesionalisme pendidik dan kemampuannya menggunakan teknologi untuk menunjang keberhasilan pencapaian tujuan pembelajaran. Ilmu pengetahuan dan keterampilan menggunakan teknologi diperlukan sehingga dapat memanfaatkannya pada pembelajaran anak usia dini. Namun tidak semua teknologi dapat digunakan pada pendidikan anak usia dini, harus disesuaikan dengan tahap perkembangan anak, didukung oleh pendapat Rosen, D.B dan Jaruszewicz,C. (2009:169) mengatakan “

The teacher’s goals in scaffolding children’s technology exposure and experiences should be to introduce technology, at approriate developmental


(27)

points and for developmentally approriate time frames and to stretch the children’s imagination, problem solving, curiosity, and independence ..”.

Tujuan pendidik harus mengenalkan teknologi dan pengalaman yang sesuai dengan tahap perkembangan tujuannya untuk mengembangkan imaginasi, pemecahan masalah, rasa ingin tau, dan kemadirian. Instructional games merupakan sesuatu yang baru pada lembaga PAUD di Kota Medan, hal ini didasarkan pada hasil observasi, dan dalam menggunakan instructional games dibutuhkan pengetahuan dan keterampilan yang memadai sehingga dapat menunjang keberhasilan pencapaian tujuan pembelajaran karena akan banyak pertanyaan yang muncul. Agar instructinal games lebih familier maka dibutuhkan pelatihan untuk mengetahui cara menginstal software instructional games, mengetahui cara mengoperasionalkan software dan mengenali konten-konten

games. Pengetahuan dan keterampilan pendidik anak usia dini, selain melalui

pendidikan dapat juga ditingkatkan melalui pelatihan yang merupakan jenis pendidikan nonformal. Dalam Undang-Undang Republik Indonesia No.20 Tahun 2003 Sistem Pendidikan Nasional pasal 26 ayat 3 disebutkan bahwa;

Pendidikan nonformal meliputi pendidikan kecakapan hidup, pendidikan anak usia dini, pendidikan kepemudaan, pendidikan pemberdayaan perempuan, pendidikan keaksaraan, pendidikan keterampilan dan pelatihan kerja, pendidikan kesetaraan, serta pendidikan lainnya yang ditujukan mengembangkan kemampuan peserta didik.

Berdasarkan Undang-undang tersebut diketahui bahwa pelatihan dan pendidikan anak usia dini merupakan jenis pendidikan nonformal yang dapat dijadikan bahan kajian dalam pengembangannya, salah satunya adalah menyangkut pendidiknya. Dalam Undang-undang tersebut juga dijelaskan posisi PAUD dalam pendidikan nonformal yaitu merupakan salah satu jenis pendidikan nonformal yang perlu dikembangkan termasuk profesionalisme pendidik dalam menggunakan media pembelajaran solusinya multimedia interaktif, model instructional games. Pelatihan adalah suatu program yang terencana bertujuan untuk membangun atau mengembangkan pengetahuan, keterampilan, dan sikap serta aspirasi yang dibutuhkan.

Pelatihan perlu dilakukan agar pendidik memperoleh pengetahuan baru tentang


(28)

objective of training is to achive a change in the behavior of those trained’. Tujuan pelatihan adalah untuk memperoleh perubahan dalam tingkah laku mereka yang dilatih. Dalam kaitannya dengan topik yang dibahas melalui pelatihan ini dapat meningkatkan pengetahuan dan keterampilan pendidik dalam menggunakan multimedia interaktif dalam pembelajaran agar pembelajaran menjadi menarik dan menyenangkan. Sementara itu multimedia interaktif yang dijadikan sebagai contoh dikembangkan oleh peneliti. Pendidikan anak usia dini menurut Penwel dalam Mbugua, T. (2009:222)

early childhood education refers to the combination of physical, intelegence/cognitif, emosional, and social learning of child during the first 6 to 8 years of her life’. (Pendidikan anak usia dini mengacu pada kombinasi fisik, intelegensi/kognitif, emosional dan pembelajaran sosial anak untuk anak usia 6 selama enam sampai delapan tahun awal hidup anak).

Pelaksanaan pendidikan anak usia dini dapat diselenggarakan melalui tiga jalur pendidikan yaitu formal, nonformal, dan/atau informal. UNESCO dalam Mbugua,T. (2009:223) „the term early childhood service refers to all typess of formal, nonformal and informal earlrly childhood care ...’. Pendidikan anak usia dini merujuk pada semua tipe baik formal, nonformal maupun informal. Dengan demikian tumbuh kembang anak usia dini menjadi tanggung jawab bersama dan menjadi sebuah tuntutan yang harus diyakini bersama bahwa bangsa indonesia tidak akan maju bila tidak berani memandang anak dan dunianya sebagai kekuatan besar untuk kemajuan bangsa.

Pendidik pada lembaga PAUD merupakan komponen penting, sehingga dituntut memiliki pengetahuan dan keterampilan tentang tahap tumbuh kembang anak dan kecerdasannya. Salah satu contohnya adalah pengetahuan dan keterampilan pendidik PAUD dalam menggunakan instructional games dalam pembelajaran melalui pelatihan, sehingga pembelajaran anak usia dini menjadi menarik dan menyenangkan sesuai dengan cara anak berpikir dan belajar, yaitu belajar melalui. Pelatihan adalah suatu program yang terencana bertujuan untuk mengembangkan pengetahuan, keterampilan serta aspirasi yang dibutuhkan, pelatihan


(29)

perlu dilakukan agar pendidik memperoleh pengetahuan baru yaitu menggunakan

instructional games dalam pembelajaran.

Berdasarkan hasil wawancara dan studi dokumentasi pada BP-PAUDNI Regional I Medan, Dinas Pendidikan Provinsi Sumatera Utara dan Dinas pendidikan kota Medan. Wawancara yang sama juga dilakukan pada tiga lembaga PAUD yang dilakukan pada tahun 2012 pelatihan yang diikuti pendidik diantaranya meliputi: pelatihan Perencanaan Pembelajaran Tingkat Provinsi, Pelatihan Tingkat Dasar PAUD Bagi Anak Kebutuhan Khusus, Pelatihan Model Pembelajaran PAUD Berbasis Wira Usaha, dan Pelatihan Pembelajaran Berbasis Budaya Lokal dan lain-lainnya. Pelatihan yang diikuti tersebut cenderung masih berorientasi pada tugas pokok dan fungsi, dan lain-lain. Pelatihan yang berorientasi pada peningkatan profesionalisme dalam menggunakan instructional games melalui program pelatihan belum pernah dilakukan. Dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi saat ini tentu pelatihan seperti ini tidaklah cukup. Salah satu kebutuhan yang mendesak terutama yang seiring dengan perkembangan teknologi pembelajaran adalah pelatihan instructional games. Multimedia interaktif, memiliki keunggulan peran pendidik sebagai perantara pembelajaran tidak dominan mengikuti dan mengawasi anak selama pembelajaran berlangsung. Karena memiliki keunggulan, guna mengantisipasi perkembangan teknologi pembelajaran dan tuntutan agar pendidik anak usia dini menjadi kreatif untuk itulah peneliti mengambil judul“. Pengembangan Model Pelatihan

instructional games untuk Peningkatan Profesionalisme Pendidik Anak Usia Dini

di Kota Medan”.

B. Identifikasi dan Perumusan Masalah Penelitian 1. Identifikasi Masalah Penelitian

Berdasarkan latar belakang masalah maka, permasalahan dalam penelitian diuraikan sebagai berikut:

a. Profesionalisme pendidik PAUD yang dilihat dari aspek pengetahuan media pembelajaran masih kurang memadai, dilihat dari media yang digunakan


(30)

cenderung belum bervariasi, monoton dan kaku bahkan masih ada yang menggunakan LKS (lembar kerja siswa), hal ini bertentangan dengan cara berpikir dan cara anak belajar, sebab anak mencipta pengetahuan ketika bermain, dan pendidikan yang baik bagi anak usia dini adalah pendidikan yang memperhatikan tahap perkembangan anak yaitu anak belajar melalui bermain. Bermain adalah kebutuhan bagi anak, melalui bermainlah anak mengetahui segala sesuatu yang ada dunia sekitarnya.

b. Pada beberapa lembaga PAUD sudah ada yang memiliki media yang memadai bahkan sudah ada yang menggunakan media pembelajaran berupa pemutaran cerita dengan memanfaatkan media Televisi dan CD, namun pada saat observasi terlihat anak cenderung bosan, diduga karena komunikasi yang terbentuk satu arah, anak tidak menjadi bagian dari cerita yang ditayangkan (interaktif).

c. Pada beberapa lembaga PAUD juga ditemukan sudah ada yang menyediakan fasilitas komputer, namun penggunaanya belum maksimal. Hal ini karena pendidik hanya mengenalkan pada anak bagaimana membuka dan menutup komputer, selebihnya anak dibiarkan mengotak atik komputer. Fungsi lainnya dari keberadaan komputer pada lembaga PAUD adalah digunakan pendidik PAUD sebagai alat penunjang administrasi seperti membuat surat dan catatan lainnya yang berkaitan dengan kegiatan belajar mengajar.

d. Profesionalisme pendidik yang kurang memadai dalam menggunakan media pembelajaran dipengaruhi berbagai faktor salah satunya kualifikasi pendidik yang belum memenuhi standar, dan belum memiliki kesempatan mengikuti pelatihan. Dari hasil studi dokumentasi ditemukan data pendidik didominasi oleh lulusan Sekolah Menengah Umum dan sederajat yakni 327 atau sekitar 53,96% dari jumlah keseluruhan yaitu sekitar 606. Bahkan masih ada pendidik yang hanya lulusan Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Pertama, Diploma I, Diploma II, dan Diploma III. Meskipun ada juga pendidik PAUD yang sudah memiliki kualifikasi pendidikan Strata satu, Strata dua, dan Strata tiga namun jumlahnya tidak terlalu besar


(31)

e. Tidak match nya antara pekerjaan sebagai pendidik PAUD dengan latar belakang pendidikan pendidik juga diduga menjadi faktor lain penyebab profesionalisme yang kurang memadai. Berdasar hasil studi dokumentasi diketahui beberapa pendidik memiliki kualifikasi Sarjana namun tidak relevan dengan latar belakang jurusannya, ada yang lulusan sarjana pertanian, ekonomi dan lainnya, tentu saja hal ini mempengaruhi profesionalismenya dalam melaksanakan tugasnya, sebab pendidik tidak memiliki ilmu pendidikan yang dibutuhkan. Mendidik merupakan sebuah profesi yang tidak semua orang dapat melakukannya hanya orang-orang dengan keahlian tertentu.

f. Berangkat dari permasalahan dan potensi yang dimiliki lembaga PAUD maka peneliti berasumsi diperlukan pengembangan model media bagi anak usia dini yang menyenangkan sehingga dapat menarik perhatian anak dengan memaksimalkan penggunaan potensi yang ada yaitu komputer. Instructional

games menjadi salah satu pilihan untuk dikembangkan. Namun Instructional games merupakan hal baru bagi pendidik PAUD dan anak usia dini untuk itu

diperlukan pelatihan yang dapat mensosialisasikan media ini, sehingga penggunaannya dapat memaksimalkan fungsinya sebagai alat untuk menunjang pencapaian tujuan pembelajaran.

g. Pelatihan bagi pendidik PAUD selama ini sudah ada yang melaksanakannya guna meningkatkan kompetensi secara umum oleh berbagai lembaga penyelenggara pelatihan terkait seperti BP-NFI Regional 1 Provinsi Sumatera Utara, Dinas PendidikanKota Medan, HIMPAUDNI dan lembaga penyelenggara pelatihan lainnya, namun saat ini belum ada pelatihan yang bertujuan untuk meningkatkan profesionalisme melalui model pelatihan

instructional games. Pengembangan model pelatihan diperlukan untuk

peningkatan profesionalisme pendidik PAUD di Kota Medan.


(32)

Rumusan masalah penelitian secara umum yaitu “bagaimanakah mengembangkan

model pelatihan instructional games untuk meningkatkan profesionalisme pendidik PAUD di Kota Medan?” Adapun rumusan masalah secara khusus sebagai berikut:

a. Bagaimana kondisi empirik profesionalisme pendidik PAUD serta pelatihan pendidik PAUD yang ada selama ini?

b. Bagaimana desain instructional games yang dikembangkan, sebagai salah satu model media pembelajaran bagi anak usia dini?

c. Bagaimana model konseptual pelatihan instructional games untuk peningkatan profesionalisme pendidik PAUD?

d. Bagaimanakah implementasi pelatihan instructional games untuk peningkatan profesionalisme pendidik PAUD?

e. Bagaimanakah efektivitas model pelatihan instructional games untuk peningkatan profesionalisme Pendidik PAUD?

C.Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah diatas maka tujuan penelitian secara umum untuk “mengetahui pengembangan model pelatihan instructional games untuk

meningkatkan profesionalisme pendidik PAUD di Kota Medan”. Maka perlu merumuskan tujuan penelitian secara spesifik dan terukur, berikut tujuan penelitian secara spesifik:

1. Memperoleh data tentang kondisi empirik profesionalisme pendidik PAUD dan pelatihan pendidik PAUD yang ada selama ini

2. Mengetahui desain instructional games yang dikembangkan, sebagai salah satu model media pembelajaran bagi anak usia dini


(33)

3. Mengetahui model konseptual pelatihan instructional games untuk peningkatan profesionalisme pendidik PAUD

4. Mengimplementasikan model pelatihan instructional games untuk peningkatan profesionalisme pendidik PAUD

5. Mengetahui efektivitas model pelatihan instructional games untuk peningkatan profesionalisme Pendidik PAUD

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi yang positif baik dalam tataran teoritik maupun praktis, berikut rinciannya manfaat penelitian: 1. Manfaat Teoretis, yaitu :

a. Memberikan kontribusi dalam membangun konstruk teori dan konsep pelatihan instructional games bagi pendidikan pendidik PAUD.

b. Mengaplikasikan teori dan konsep pelatihan instructional games untuk peningkatan profesionalisme pendidik PAUD.

c. Memberikan pemahaman dan informasi bagi peneliti lain yang meneliti bidang pendidikan anak usia dini

2. Manfaat Praktis, yaitu :

a. Sebagai acuan bagi para pengambil kebijakan (stake holders), praktisi dan akademisi dalam berbagai kegiatan pelatihan khususnya dalam berbagai program pelatihan pendidik pada lembaga PAUD.

b. Memberikan kontribusi positif dalam mengembangkan berbagai model pelatihan untuk penyiapan tenaga pendidik PAUD dalam lingkup institusi maupun di luar institusi.

c. Sebagai upaya peningkatan mutu pelayanan dalam penyelenggaraan pendidikan anak usia dini melalui pengembangan model media instructional


(34)

(35)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Lokasi dan Subjek Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada lembaga PAUD yang berlokasi di Kota Medan, Sumatera Utara. Subjek penelitian adalah pendidik yang menjadi pengajar di berbagai lembaga PAUD di Kota Medan. Jumlah pendidik PAUD yang ada di Kota Medan adalah 606 orang, banyaknya lembaga 303. Subjek penelitian ditentukan secara purporsif sampling sebagai salah satu jenis teknik

nonprobabilty sampling yaitu sampling diambil dengan terlebih dahulu

menentukan kriteria lembaga PAUD kemudian kriteria komputer, dan kriteria pendidik PAUD yang diambil menjadi subjek penelitian.

Kriteria lembaga PAUD, pertama; lembaga PAUD yang memiliki fasilitas perangkat komputer dalam kondisi baik, kedua; lembaga PAUD direkomendasikan oleh Dinas Pendidikan Kota Medan dan HIMPAUDNI berdasarkan kepemilikian fasilitas komputer. Kriteria komputer dengan spesifikasi; pertama, dual core; kedua, minimal pentium empat, ketiga, VGA minimal satu giga bite, keempat, Ram minimal 1 Giga bite. Kriteria pendidik;

pertama menguasai program komputer sekurang-kurangnya program microsoft office, kedua; memiliki laptop, CD-ROM dan Headphone yang diperlukan dalam

pelatihan; ketiga, berstatus aktif mengajar pada lembaga PAUD, keempat, pendidik PAUD memiliki jarak tempat tinggal yang memungkinkan dapat mengikuti pelatihan tepat waktu, kelima; bersedia mengikuti pelatihan yang ditawarkan dan bersedia menerapkan pada lembaganya setelah mengikuti pelatihan.

Dalam pengambilan sampel tersebut sebelumnya dilakukan wawancara untuk mendapatkan informasi kepemilikan fasilitas komputer pada lembaga PAUD tempat bekerja dan kepemilikan laptop serta fasilitas CD ROM yang diperlukan pada saat pelatihan, headset dan Audio dalam kondisi baik berikutnya


(36)

peneliti melakukan test untuk mendapatkan informasi penguasaan calon peserta pelatihan dalam mengoperasikan komputer. Berdasarkan kriteria lembaga, kriteria komputer, kriteria pendidik dan wawancara serta tes yang dilakukan tersebut maka didapati pendidik PAUD berjumlah 14 orang, berasal dari 14 PAUD berbeda, masing-masing PAUD mewakili satu orang (Nama PAUD terdiri dari PAUD: Pratiwi, Serumpun Jaya, Annisa dari, Perwari Trisula, Nadine, Happy

Holly Kids, Alamanda, Cahaya, Rianda, Kasih Bunda Jaya, Sinar Surya,

Pembina Negeri 1, Lab Unimed, Wauwaudayna). (lihat lampiran 5). Sedangkan pada uji terbatas diambil lima orang mahasiswa PLS UPI konsentrasi PAUD yang memenuhi kriteria; mampu mengoperasikan komputer berjumlah lima orang. Uji terbatas pada awalnya ingin dilakukan di Laboratorium UPI dengan mengambil sampel pendidik PAUD lab UPI, namun berdasarkan wawancara dan observasi didapatkan informasi, tidak memenuhi persyaratan seperti fasilitas komputer dalam keadaan rusak sehingga tidak memungkinkan untuk dilaksanakan pada laboratorium PAUD UPI.

Subjek dipilih dengan menentukan kriteria lembaga dan pendidik yang diperlukan karena pelatihan hanya akan efektif dengan pemenuhan kriteria yang dipersyaratkan dan setelah pelatihan peserta dapat mengimplementasikan pengetahuan, keterampilan yang diperoleh pada lembaga masing-masing, yang memerlukan sarana seperti komputer dan kemampuan mengoperasikan komputer sehingga pelatihan memiliki kemanfaatan dan kontribusi terhadap kemajuan pendidikan, khususnya pendidikan anak usia dini di Kota Medan.

B. Desain Penelitian

Penelitian ini bertujuan mengembangkan model pelatihan instructional games untuk peningkatan profesionalisme pendidik PAUD, menggunakan desain R&D, sedangkan Instructional games dikembangkan dengan langkah pengembangan media. Menurut Borg and Gall dalam Syaodih (2008:169) ada sepuluh langkah R&D, yaitu:

Pertama; research and information collection, kedua; planning, ketiga; develop preliminary form of product, keempat; preliminary field testing,


(37)

kelima; main produc revision, keenam; main field testing ketujuh; operational product revision, kedelapan; operational field testing, kesembilan; final product revision, kesepuluh; dissemination and distribution.

Dalam penelitian ini dari sepuluh langkah tersebut digambarkan seperti berikut:

Sepuluh langkah penelitian R & D dapat dikelompokan pada tiga tahapan yaitu perencanaan, pengembangan dan evaluasi. Lihat gambar berikut ini:

Dari gambar 3.2 dapat dilihat bahwa sepuluh langkah R&D menurut Borg and Gall dikelompokan pada tiga tahapan secara garis besar yakni tahap studi pendahuluan, kegiatan yang dilakukan adalah kajian empiris, teoritis serta

Gambar 3.2; Langkah-langkah penelitian (diadopsi dari Sugiono, 2008:316) Studi Pendahuluan

1. Kajian teoretis 2. Kajian empiris 3. Kajian kebijakan

Studi lapangan tentang profesionalisme pendidik PAUD dalampenggunaan media di Kota Medan serta

model pelatihan yang ada selama ini. Studi Literatur

Pengembangan

uji coba terbatas

Uji coba lebih luas

Evaluasi dan Perbaikan

Temuan Draft media pembelajaran dan Desain Model Pelatihan

Penyusunan Model media & model Pelatihan 1. Ekspert judgement konten dan media pada ahli 2. Ekspert judgement model pelatihan pada praktisi

dan ahli

Evaluasi dan Penyempurnaan Model Pelatihan

Model Hipotetik Model pelatihan Instructional games

Tahap Evaluasi 1.2. Tes awal (Pre Test) Implementasi model pelatihan 3. Tes Akhir (Post Test)

Model Final

Potensi & masalah

Perencanaan Desain Produk Validasi Desain

Ujicoba pemakaian Revisi Produk Uji Coba Produk Revisi Desain

Revisi Produk Produk Masal


(38)

kebijakan, berikunya tahap pengembangan model media instructional games untuk anak usia dini dan model pelatihan instructional games untuk pendidik PAUD, selanjutnya tahap evaluasi model pretest dan posttest. Desain analisis data adalah quasi yaitu The one group pretest-posttest design.

C. Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode R&D sesuai dengan masalah dan tujuan penelitian yaitu menghasilkan produk penelitian berupa model pelatihan untuk peningkatan profesionalisme pendidik PAUD. Menurut Borg and Gall (2003:569):

Research and development is an industry-based development model in which the finding of research are used to design new products and procedures, which then are syistematically field-tested, evaluated, and refined until they meet specified criteria of effectivness, quality, or similar standards.

Penelitian dan pengembangan adalah sebuah penelitian yang digunakan untuk merancang produk dan prosedur baru yang harus diuji lapangan secara sistematik, dievaluasi, diperbaiki sampai menemukan kriteria efektivitas tertentu,

kualitas, atau standar yang sama. Trianto (2011:206) mengatakan “research and development adalah rangkaian proses atau langkah-langkah dalam rangka

mengembangkan suatu produk baru atau menyempurnakan produk yang telah ada agar dapat dipertanggungjawabkan”.

Dari pendapat Borg and Gall dan Trianto diatas diketahui bahwa bentuk hasil penelitian research and development tidak hanya berupa produk yang bersifat baru dan prosedural, akan tetapi juga bisa berupa penyempurnaan dari model yang telah ada. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh produk berupa model pelatihan instructional games untuk peningkatan profesionalisme pendidik PAUD di Kota Medan, untuk itu metode yang digunakan adalah metode research

and development/mpenelitian dan pengembangan.

Model pelatihan untuk pendidik anak usia dini sudah dilakukan sebelumnya oleh beberapa lembaga pelatihan seperti BP-PAUDNI Regional I Medan Sumatera Utara, Dinas Pendidikan Kota Medan, HIMPAUDNI Kota Medan dan lembaga lainnya namun untuk meningkatkan profesionalisme


(39)

pendidik melalui pelatihan instructional games belum pernah dilakukan. Oleh karena itu perlu dilakukan pengembangan model pelatihan. Pendekatan yang digunakan untuk mewujudkan tujuan penelitian menggunakan dua pendekatan yaitu kualitatif dan kuantitatif. untuk lebih jelas lihat gambar berikut :

Pada gambar 3.3 tampak bahwa upaya mengetahui kondisi empiris profesionalisme pendidik PAUD di Kota Medan dan model pelatihan yang ada saat ini, desain intructional games yang dikembangkan, pengembangan model konseptual pelatihan instructional games, dilakukan dengan langkah pengembangan media dan pengembangan model pelatihan. Implementasi pelatihan instructional games untuk peningkatan profesionalisme pendidik PAUD dijawab menggunakan pendekatan kualitatif, sedangkan untuk mengetahui efektivitas model pelatihan yang dikembangkan menggunakan pendekatan kuantitatif. Guna mengetahui efektif tidaknya model pelatihan yang dikembangkan maka penelitian ini menggunakan desain analisis quasi yaitu The

one group pretest-posttest design.

Keefektipan model pelatihan instructional games akan diuji dengan memberikan sebelum mengikuti pelatihan dan setelah pelatihan. Tahapan secara garis besar ada tiga yaitu tahap studi pendahuluan, tahap pengembangan dan tahap evaluasi. Pada tahap studi pendahuluan kegiatan yang dilakukan adalah

1. Mengetahui kondisi empirik profesionalisme pendidik PAUD serta pelatihan pendidik PAUD yang ada selama ini?

2. Mengetahui desain instructional

games yang dikembangkan, sebagai

salah satu model media

pembelajaran bagi anak usia dini? 3. Mengetahui model konseptual pelatihan instructional games untuk

peningkatan profesionalisme

pendidik PAUD? 4. Mengimplementasikan pelatihan

instructional games untuk peningkatan profesionalisme pendidik PAUD?

5. Mengetahui efektivitas model pelatihan

instructional games untuk peningkatan profesionalisme Pendidik PAUD?

Pendekatan kuantitatif

Pendekatan kualitatif


(40)

mengumpulkan data kondisi empirik pelatihan dan profesionalisme pendidik PAUD dalam melaksanakan pekerjaanya. Pada tahap pengembangan kegiatan yang dilakukan adalah mengembangkan model media instructional games dan model konseptual pelatihan instructional games untuk peningkatan profesionalisme pendidik PAUD, validasi desain model, perbaikan desain model, uji coba model, revisi model, uji coba pemakaian dan revisi model.

Pada tahap evaluasi kegiatan yang dilakukan yaitu pengujian dengan quasi eksperimen one group yaitu melakukan evaluasi pada tahap sebelum dan sesudah pelatihan, berupa pre test dan posttest hasil pembelajaran berupa test tertulis dan untuk melihat penguasaan keterampilan dengan pengamatan. Keefektipan dapat dilihat dari fluktuasi capaian korelasi model pelatihan dengan profesionalisme pendidik PAUD yang dilihat dari pengetahuan dan keterampilannya. Keefektipan model pelatihan terlihat dari adanya perubahan profesionalisme pendidik PAUD dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya.

D. Definisi Operasional

Berdasarkan teori yang dibahas pada bab dua, berikut definisi operasional dalam penelitian ini:

1. Pelatihan

Pelatihan adalah suatu program terencana bertujuan untuk

mengembangkan pengetahuan, keterampilan yang dibutuhkan pendidik untuk peningkatan profesionalisme dalam melaksanakan tugasnya. Pembelajaran dalam pelatihan menggunakan teori andragogi dan partisipatif. Model pelatihan yang dikembangkan mengacu pada model pelatihan Dubois dalam Sutisna (2010:366) yang dikenal dengan lima tahap yaitu 1) analisis kebutuhan, 2) pengembangan model desain pembelajaran yang memperhatikan tujuan, strategi, sasaran, dan rencana organisasi. 3) perencanaan kurikulum, 4) perencanaan dan pengembangan intervensi pembelajaran dan 5) evaluasi pelatihan.

2. Instructional Games

Instructional games merupakan pembelajaran yang didesain kedalam

bentuk permainan yang menyenangkan berupa software, didalamnya terdapat lebih dari satu media seperti media teks, suara, gambar, animasi dan video, dan


(41)

dapat dikontrol secara interaktif oleh user. Jadi pelatihan instructional games adalah pelatihan yang bertujuan untuk melatih pendidik PAUD agar memiliki pengetahuan dan keterampilan menggunakan software model instructional

games dalam pembelajaran dalam upaya menciptakan pembelajaran yang

menarik dan menyenangkan. Produk instructional games dikembangkan oleh peneliti dengan bantuan ahli multimedia, sebelum dikemas kedalam software

conten materi games di ekxpert pada ahli PAUD dan setelah media selesai

selanjutnya di expert pada ahli multimedia. 3. Profesionalisme pendidik PAUD

Profesionalisme adalah keahlian, mutu/kualitas seseorang mengerjakan pekerjaan tertentu dan menjadi sumber penghasilan kehidupan serta memerlukan pendidikan profesi agar kompeten dalam melaksanakan pekerjaannya. profesionalisme merupakan indikator yang menunjuk pada perbuatan yang dapat diamati dan sebagai konsep yang mencakup aspek-aspek pengetahuan, keterampilan, sikap serta tahap-tahap pelaksanaannya secara utuh. Profesionalisme yang dimaksud dalam penelitian ini adalah keahlian pendidik PAUD dalam memanfaatkan instructional games sebagai alternatif media untuk anak usia dini, dilihat dari pengetahuan dan keterampilannya.

E.Instrumen Penelitian

Dalam mengungkapkan data penelitian, diperlukan instrumen yang sesuai untuk mengungkap data penelitian, berikut adalah instrumen yang digunakan mencakup tujuan dan cara melakukan serta justifikasinya sehingga menggunakan instrumen yang dimaksud. Berikut ini adalah instrumen yang digunakan dalam penelitian ini:

1) Soal Tes

Soal test digunakan untuk mengetahui pengetahuan peserta pelatihan tentang konsep instructional games sebagai materi inti dan materi umum yang berkaitan. Soal tes pengetahuan digunakan pada saat sebelum dilakukan pelatihan untuk mengetahui pengetahuan awal peserta pelatihan (pretest) dan pada saat sesudah pelatihan untuk mengetahui peningkatan pengetahuan setelah mengikuti


(42)

program pelatihan (posttest). Riduwan (2008:105) tes merupakan “serangkaian pertanyaan atau latihan yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan, intelegensi atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok”. Soal tes cocok digunakan untuk mengukur tingkat pengetahuan peserta pelatihan terhadap konsep instructional games. Dalam penelitian ini soal tes akan digunakan untuk mengungkap data profesionalisme dari aspek pengetahuan pendidik PAUD di kota Medan pada saat sebelum pelatihan (pretest) dan pada saat setelah pelatihan (posttest).

2) Lembar Pengamatan

Sedangkan untuk mengetahui penguasaan keterampilan menggunakan

instructional games dilakukan tes dengan lembar observasi jenis cek list.

Lembar observasi dimaksudkan untuk mengungkap data tentang penguasaan peserta pelatihan pada saat sebelum pelatihan (pretest) dan sesudah pelatihan (posttest). Sedangkan materi yang di obeservasi adalah penguasaan peserta pelatihan terhadap cara instalasi software dan operasionalisasi lima games yang terdiri dari games diri sendiri, games kebutuhanku, games lingkunganku, games binatang dan games tanaman. Berikut ini kisi-kisi soal tes pengetahuan dan pengamatan penguasaan keterampilan.

Tabel 3.1 Kisi-Kisi Instrumen Test Pengetahuan & Keterampilan untuk Pre Test dan Posttest

Variabel Indikator Deskriptor No Item Jumlah

Profesiona lisme Pendidik PAUD mengguna kan Instruction al Games Pengetahuan & Keterampilan Menggunakan instructional games

1. Konsep bermain dalam PAUD

1.1 Pengertian bermain dalam PAUD 1.2 Pentingnya bermain dan Manfaat

bermain pada PAUD

1.3 Karakteristik bermain pada PAUD 1.4 Hubungan bermain dengan dimensi

perkembangan

1,2,3,4 4

2. Peran dan fungsi media pembelajaran

2.1 Peran media pembelajaran 2.2 Fungsi media pembelajaran

5,6,7,8,9 5

3. Teori dan Praktik intructional games

3.1 Pengertian multimedia interaktif 3.2 Pengertian instructional games 3.3 Karakteristik instructional games 3.4 Keunggulan instructional games

3.5 Pengenalan cara Penggunaan software instructional games 10,11,12, 13,14,15, 16,17,1,1 9,20,21,2 2,23 14


(43)

a. Instalasi software instructional games b. Operasionalisasi software instructional

games: instructional games diri sendiri, lingkunganku, kebutuhanku, binatang, tanaman

4. Pengenalan cara merencanakan & mengevaluasi media pembelajaran

4.1 Rencana pembelajaran menggunakan media

4.2 Evaluasi media pembelajaran

24,25,26, 27,28,29,

30

7

30

Kisi-kisi instrumen yang terdapat pada tabel 3.1 bertujuan untuk mengungkap profesionalisme peserta pelatihan sebelum () dan sesudah mengikuti program pelatihan (posttest) instructional games.

3) Lembaran Angket.

Lembaran angket digunakan untuk mengungkap data persepsi pendidik PAUD terhadap penyelenggaraan pelatihan dan kualitas software instructional

games. Trianto (2011:265) mengungkapkan „bentuk lembaran angket dapat

berupa sejumlah pertanyaan tertulis, tujuannya untuk memperoleh informasi dari

responden tentang apa yang ia alami‟. Data yang ingin diungkap adalah

berkaitan dengan persepsi peserta pelatihan tentang penyelenggaraan pelatihan dan kualitas software instructional games dilakukan setelah peserta mengalami pelatihan, untuk itu lembaran angket cocok untuk digunakan sebagai alat untuk mengungkap data yang dimaksud. Lembaran angket ini digunakan sesudah pelatihan dilaksanakan. Berikut ini adalah kisi-kisi angket persepsi peserta pelatihan terhadap penyelenggaraan pelatihan dan kualitas software instructional

games setelah mengalami pelatihan.

Tabel 3.2 Kisi-kisi Instrumen Pengungkap persepsi peserta pelatihan terhadap model pelatihan dan kualitas software

Variabel Sub Variabel Deskriptor Indikator No. Item Jmlh Persepsi terhadap penyelengga raan Pelatihan

1. Waktu pelatihan 2. Materi pelatihan 3. Metode pelatihan 4. Media pelatihan 5. Sikap fasilitator

1 2 3 4 5 5


(44)

Profesion alisme pendidik PAUD Persepsi pendidik PAUD terhadap penyelenggara an pelatihan & kualitas software instructional games Persepsi terhadap software instructional games

6. Kesesuaian tema dan sub tema

instructional games

7. Kualitas tampilan instructional

games yang diharapkan dapat

menarik peserta pelatihan 8. Kejelasan suara dalam software

instructional games

9. Kemudahan memainkan

Instructional games

10.Kuallitas tampilan warna

instructional games 6 7 8 9 10 5

Jumlah 10

Kisi-kisi Instrumen pada tabel 3.2 digunakan untuk pengungkap data persepsi peserta pelatihan terhadap model pelatihan dan kualitas software

instructional games.

4) Lembar Observasi.

Dalam mengungkapkan data tentang media pembelajaran yang digunakan pendidik PAUD di Kota Medan dan pengetahuan keterampilan (profesionalisme) menggunakan media pembelajaran. Kegiatan ini dilakukan untuk studi pendahuluan sebagai dasar penelitian. Trianto (2011:266)

mengungkapkan “observasi merupakan pemusatan perhatian terhadap suatu

objek dengan melibatkan seluruh indera untuk mendapatkan data”. Selanjutnya

dikatakan bahwa observasi merupakan pengamatan langsung dengan menggunakan penglihatan, penciuman, pendengaran, perabaan, atau kalau perlu dengan pengecapan. Instrumen yang digunakan dalam observasi berupa pedoman pengamatan.

Tabel 3.3 Kisi-kisi Instrumen Pengungkap Kondisi Empirik Profesionalisme Pendidik PAUD dan Pelatihan saat ini

Variabel Indikator

Variabel

Bentuk Instrumen Sumber Data

Profesionalisme

pendidik PAUD di Kota Medan saat ini

Pengetahuan dan keterampilan observasi profesionalisme pendidik Pendidik PAUD di Kota Medan

Model pelatihan bagi

pendidik PAUD

selama ini


(1)

170

Nurlaila, 2014

Pengembangan model pelatihan instructional games untuk peningkatan profesionalisme Pendidik anak usia dini di kota medan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

memiliki kemampuan mengoperasikan komputer dan pada lembaga PAUD tersedia fasiltas komputer, sehingga memungkinkan bagi pendidik untuk mengimplementasikan hasil pelatihan ini.

2. Saran bagi penelitian lanjutan. Pengaruh penggunaan instructional games bagi anak usia dini dan pengaruh pelatihan instructional games untuk meningkatkan profesionalisme pendidik PAUD, peneliti merekomendasikan dilakukan kajian lanjutan pada kedua hal tersebut, khususnya di Kota Medan yang menjadi lokasi penelitian dan pada lembaga PAUD yang dipilih menjadi subjek penelitian.

3. Saran bagi instansi terkait (BP-PAUDNI Regional I dan Dinas Pendidikan Kota dan Provinsi). Instructional games dapat dijadikan sebagai alternatif media pembelajaran bagi anak usia dini dan sesuai dengan tahap perkembangannya yaitu belajar melalui bermain. Demi memberikan layanan terbaik bagi anak, untuk itu pemerintah hendaknya dapat memberikan perhatian yaitu membantu lembaga PAUD menyediakan komputer.

4. Saran bagi pendidik PAUD. Model pelatihan instructional games teruji efektif dalam upaya meningkatkan profesionalisme pendidik PAUD, untuk itu diharapkan pada pendidik PAUD yang telah mengikuti pelatihan dapat mengimplementasikan hasil pelatihan yang diperoleh, tidak hanya sekedar mengikuti, tetapi dapat mengimplementasiannya, sehingga pelaksanaan pelatihan benar-benar berkontribusi positif terhadap kemajuan dunia pendidikan secara umum, khususnya adanya peningkatan mutu pendidikan anak usia dini.


(2)

DAFTAR PUSTAKA

1. Sumber Buku

Allesi, S.M & Trollip, S.R. (2001). Multimedia for Learning: Methods and

Development (3rd ed). Boston, MA: Allyn & Bacon, Inc.

Borg, W.R & Gall, M.D. (2003). Educational Research (An Introduction). (Seventh.e.d). New York & London: Longman.

Costine, P et al. (1997). Training and Development In Ireland (Context, policy

and practice). Ireland: Colours Book.

Davis, J.R & Davis, A.B. (2001). Effective Training Strategis. (A coprehenship

Guide to maximazing learning in Organizations). (Fourth e.d). United

Stated Of Amerika: Barret Koehler

Darmawan, D. (2012). Inovasi Pendidikan (Pedekatan Praktik Teknologi

Multimedia dan Pembelajaran Online). (Ed.1) Bandung: PT Remaja

Rosdakarya

___________.(2013). Teknologi Pembelajaran. Bandung: PT Remaja Rosdakarya Essa, L.E. (2002). Introduction Childhood Education. (Fourth e.d). Canada:

Delmar Learning

Fadillah, M & Khorida, M. (2013). Pendidikan Karakter Anak Usia Dini. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media

Hufad, A. et al. (2012). Pengembangan Sumber Belajar Dalam Diklat. Bandung: Rizki Press.

Kamil, M. (2007). Model Pelatihan Pendidikan Luar Sekolah (Konsep dan

Aplikasi). Bandung: tt

Kunandar, (2008). Guru Profesional. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Mathis, L.R dan Jackson, H.J. (2011). Human Resource Management. Jakarta: Salemba Empat.

Musfah, J. (2011). Peningkatan Kompetensi Guru. (Ed.1). Jakarta: Prenada Media Group.

Pasolong, H. 2008. Kepemimpinan Birokrasi. Bandung: Alfabeta.

Petrina, S. (2007). Advanced Teaching Methods for The Technology Classroom. United State of Amerika: Idea Group Inc.


(3)

172

Nurlaila, 2014

Pengembangan model pelatihan instructional games untuk peningkatan profesionalisme Pendidik anak usia dini di kota medan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Rivai, V. & Sagala, J.E. (2009). Manajemen Sumber Daya Manusia untuk

Perusahaan (dari teori dan praktek). (ed. 2) Jakarta: PT Raja Grafindo

Persada.

Rusman, (2012). Model-Model Pembelajaran (Mengembangkan Professionalisme

Guru Abad 21).Bandung: Alfabeta.

Riyana, C. (2009). Teknologi Informasi dan Komunikasi dalam Pendidikan. Bandung: PT Sarana Panca Karya Nusa.

_________(2007). Media Pembelajaran (Hakikat, Pengembangan, Pemanfaatan,

dan Penilaian). Bandung: CV Wacana Prima.

Riduwan, (2008). Metode dan Teknik Menyusun Tesis. Alfabeta: Bandung.

Sastrohadiwiryo, S.B. (2005). Manajemen Tenaga Kerja Indonesia (Pendekatan

Administrasif dan Operasional). (ed. 3) Jakarta: PT Bumi Aksara.

Sudjana, D. (2005). Metode dan Teknik Pembelajaran Partisipatif. Bandung: Falah Production

Sanjaya, W. (2008). Process Oriented Learning Strategy Education Standards. Bandung: Kencana

Sugiono, (2003). Metode Penelitian Administrasi. Bandung: CV alfabeta

_______, (2008). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D . Alfabeta: Bandung.

_______, (2011). Metode Penelitian Kombinasi (Mixed Methods). Alfabeta: Bandung.

Syaodih, N.S. (2008). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya

Sinar, T.L. (2011). Sejarah Medan Tempo Doloe. Medan: Sinar Budaya Group. Sudono. A (2010) Sumber Belajar dan Alat Permainan untuk Anak Usia Dini.

Jakarta: PT Grasindo.

Talajan, G. (2012). Menumbuhkan Kreativitas dan Prestasi Guru. Yogyakarta: Lanksbang Presindo.

Trianto, (2011). Pengantar Penelitian Pendidikan Bagi Pengembangan Profesi

Pendidikan Dan Tenaga Kependidikan. Jakarta: Prenada Media.

Uno, H.B. (2007). Profesi Kependidikan (Problema, solusi, dan reformasi pendidikan di

Indonesia). (Ed.1) Gorontalo: PT. Bumi Aksara.

Winardi, 2001. Motivasi dan Pemotivasian Dalam Manajemen. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada


(4)

Yusnadi, (2012). Pendidikan Orang Dewasa. Medan: Pasca Sarjana UNIMED

2. Artikel Jurnal

Akinsola, M.K. (2007).The effect of simulation-games environment on students Achievement in and attitudes to mathematics in secondary Schools. The Turkish Online Journal of Educational Technology.6 (3), 113-119.

Chen, J.Q. & Chang, C. (2006). A Comprehensive Approach to Technology Training for Early Childhood Teachers. Journal of Early Education

And Development.17(3),443–465

Chong, S & Mun. C.H. (2009). A Values, Skill and Knowladge Framework for Initial Teacher Preparation Programes. Australian Journal of Teacher

Education. 34 (3) 1-17

Devecioglu.Y & Kurt, I. (2013). Educating Teachers For The Global World.

International Journal of Humanities and Social Science. 3 (19) 115-124

Evans, L. (2008). Profesionalism, Personality and the Development of Education Professionals. British Journal of Education Studies, 56 (2).20-30

Handal, B. & Herrington, A. (2003). Re-examining categories of computer-based learning in mathematics education. Contemporary Issues in Technology

and Teacher Education, 3(3), 275-287.

Muhson, A. (2009). Meningkatkan Profesionalisme Guru: Sebuah Harapan.

Jurnal Ekonomi dan Pendidikan. 2 (1) 90-98.

Mbugua, T. (2009). Teacher Training for Early Childhood Development and Education in Kenya. Journal of Early Childhood Teacher Education. 30 220-229

Masadeh, M. (2003). Training, Education, Development and Learning: What is The Diefference?. European Sciencific Journal.8 (10) 62-68

Meltzer, D.E (2002). The Relationship Between Matematics Preparation and Conceptual Learning Gains In Phisics: A possible Hidden variable in Diagnostics pretest Scores. American Journal Phisics. 70 (2) 1259-1266.

Najjar, J.L. (1996). Multimedia Information and Learning. Journal of Educational

Multimedia and Hypermedia. 5 (2). 129-150

Nusir, S et.al. (2012). Studiying the Impact of Using Multimedia Interactive Programs At Children Ability To Learn Basic Math Skills. Journal of


(5)

174

Nurlaila, 2014

Pengembangan model pelatihan instructional games untuk peningkatan profesionalisme Pendidik anak usia dini di kota medan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Ongori, H. & Nzonzo, C. (2004). Training and Development Practices In An Organisation: An Intervention To Enhance Organisational Effectiveness.

International Journal of Engineering and Management Sciences. 2 (4)

187-198.

Rosen.D.B dan Jaruszewicz.C (2009). Developmentally In Early Childhood Teacher Education: Reflection on Practice. Journal of Early Childhood

Teacher Education. 30:162-171

Shilpa, S & Sunita, M. (2013). A Study About Role of Multimedia In Early Childhood Education. International Journal of Humanities and social

Science Invention.1 (6) 80-85

Samuelsson, I.P & Calsson,M.A. (2008). The Playing Learning Child: Toward a Pedagogy of Early Childhood. Scandinavian Journal of Education

Research. 52 (6) 623-641

Serin, O. (2011). The Effect of The Computer Based instruction on The Achievement and Problem Solving Skills of The Science and Technology Students. The Turkish Online Journal of Educational Taechnology. 10 (1). 183-201.

Sutisna, A. (2010). Model Pelatihan Berbasis Kinerja Dalam Peningkatan Kompetensi Tutor Pendidikan Kesetaraan. Jurnal Cakrawala Indonesia. XXIX No 3

Sessoms, D. (2008). Interactive instruction: Creating interactive learning environments through tomorrow’s teachers. International Journal of Technology in Teaching and Learning, 4(2), 86-96.

Wouters, P, et al (2013). A Meta-Analysis of the Cognitive and Motivational Effects of Serious Games. Journal of Educational Psychology. 4 (10). 1-17

3. Undang-Undang

Undang-Undang, Nomor 20. (2003), Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Bab I Pasal I. Butir 14.

Undang-Undang Republik Indonesia No.20. (2003) tentang Sistem Pendidikan

Nasional bab 2 pasal 3

bUndang-undang Nomor 14. (2005) Tentang Guru Dan Dosen.


(6)

Yanti, P.F (2010). Pengembangan Model Pelatihan Berfikir Kreatif Dalam

Meningkatkan Kompetensi Pendidik PAUD (Studi Deskriptif Pada Program PAUD di Kabupaten Serang Provinsi Banten). (Disertasi).

Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung

Rahman, M. (2011). Pengembangan Model On The Job Training Berbasis

Andragogi untuk Peningkatan Kompetensi Pendidik Anak Usia Dini Non Formal (Studi terfokus pada tutor PAUD di Kabupaten Gorontalo),

(Disertasi). Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung

Salim, D. (2012). Pengembangan Model Pelatihan Manajemen Berbasis

Kompetensi untuk Meningkatkan Kreativitas Pengelola Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) di Kota Gorontalo. (Disertasi). Sekolah

Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung

5. Sumber dari Internet

Supriatna, D dan Mulyadi, M (2009). Konsep Dasar Desain Pembelajaran

(Bahan ajar untuk Diklat E-Training PPPPTK TK dan PLB).(online)

tersedia di: http://jozhmunthe.yolasite.com/resources/3. Diakses 22 Oktober 2013.