PENDAHULUAN Hubungan Antara Persepsi Siswa Terhadap Kompetensi Pedagogik Guru Dengan Prokrastinasi Akademik Pada Siswa SMP Al-Islam 1 Surakarta.

(1)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Belajar merupakan salah satu cara mendapatkan ilmu pengetahuan baru yang belum diketahui sebelumnya. Djamarah (2008) mengemukakan bahwa belajar adalah serangkaian kegiatan jiwa raga untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman individu dalam interaksi dengan lingkungannya menyangkut kognitif, afektif, dan psikomotorik. Dengan demikian seseorang dikatakan belajar apabila terjadi perubahan pada diri orang yang belajar akibat adanya latihan dan pengalaman melalui interaksi dengan lingkungan (Hamalik, 2004).

Di dalam Islam lebih dikenal dengan istilah “Tholabul Ilmi” atau mencari ilmu. Mencari Ilmu merupakan perintah Allah s.w.t agar kita mampu mempelajari dan mengetahui kebesaran Allah s.w.t dengan segala ciptaan-Nya. Perintah menuntut ilmu itu salah satunya terdapat dalam QS. Al-Baqarah ayat 151 :                        

Artinya: Sebagaimana (kami telah menyempurnakan nikmat Kami kepadamu) Kami telah mengutus kepadamu Rasul diantara kamu yang membacakan ayat-ayat Kami kepada kamu dan mensucikan kamu dan mengajarkan kepadamu Al kitab dan Al-Hikmah, serta mengajarkan kepada kamu apa yang belum kamu ketahui.


(2)

Di samping itu juga terdapat kata mutiara (mahfudzat) yang menggungkapkan “Tuntutlah Ilmu dari buaian hingga liang lahat”. Jelas sekali tergambar bahwa Islam sangat menganjurkan kita menuntut ilmu setingi-tingginya. Salah satu cara menuntut ilmu yaitu dengan jalur pendidikan, baik pendidikan formal maupun non formal. Pendidikan formal yang memadukan dua unsur ilmu yaitu ilmu agama dan ilmu pengetahuan umum, sekarang ini lebih banyak diminati oleh orang tua, salah satunya adalah SMP Al-Islam 1 Surakarta.

SMP Al-Islam 1 Surakarta merupakan salah satu sekolah swasta berbasis Islam untuk siswa menengah pertama. Di sekolah siswa dihadapkan dengan berbagai pelajaran dan tugas (PR) dari guru, setiap siswa dituntut untuk mampu menyelesaikan tugas yang diberikan oleh guru tepat waktu, akan tetapi dalam kenyataan terdapat kurang lebihnya 40% siswa yang sering menunda-nunda dalam proses pengerjaanya bahkan tidak mengerjakan sama sekali tugas tersebut. Hal ini terbukti dari siswa yang mengerjakan tugas (PR) di kelas, sebelum pelajaran di mulai atau siswa yang dihukum untuk keluar kelas (tidak diperbolehkan mengikuti pelajaran) karena belum mengerjakan ataupun belum menyelesaikan tugas yang diberikan oleh guru (Wawancara dengan guru kelas pada tanggal 6 April 2011).

Inilah kutipan wawancara awal pada tanggal 6 April 2011 dengan 2 siswa laki-laki dan 2 siswa perempuan kelas VII dan VIII.

“NY : Tugas yang diberikan guru sulit mbak, terutama pelajaran bahasa

arab, karena aku kan dari SD Negri jadi agak sulit untuk memahami pelajaran itu, apalagi di kelas gurunya kalau nerangin ndak jelas mbak malah suka cerita ndak jelas gitu mbak di kelas, trus pas mau ngerjain di


(3)

rumah, orang rumah ndak ada yang bisa mbak, yaudah seringnnya aku ngerjain PR bahasa arab di kelas sebelum pelajaran dimulai dan untung

aja gurunya ndak tahu mbak”.

ANG: Aku ndak ngerjain tugas itu soalnya gurunya jarang nge-chek

mbak sama tugas kita, paling cuma tanya “tugasnya sudah dikerjakan

belum anak-anak” kalau kita bilang “sudah” habis itu gurunya langsung

ngelanjutin ke pelajaran selanjutnya

RS:”Aku selalu ngerjain tugas (PR) tapi ngerjainnya di kelas mbak, paling pas dirumah aku cuma ngerjain 2 nomer, sisanya ku kerjakan di kelas bareng teman-teman mbak, soalnya kalau ngerjain di kelas itu bisa tanya sama teman kita yang pinter mbak”.

DN: Kalau pelajaran matimatika sama fisika aku pasti ngerjain tugas (PR) mbak, tapi ngerjainnya nyontek di kelas mbak, soalnya kalau ndak ngerjain nanti di keluarin dari kelas selama 15 menit, suruh ngerjain PR-nya di luar mbak,”.

Hasil wawancara awal dengan guru fisika, sejarah, matimatika, bahasa arab, bahasa inggris, bahasa indonesia, biologi dan IPA pada tanggal 6 April 2011 di SMP Al-Islam menunjukkan bahwa pelajaran Fisika menempati urutan pertama dengan prosentase 35% siswa dikeluarkan ketika pelajaran berlangsung karena belum mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang diberikan, sedangkan pelajaran matematika memiliki prosentase 33% siswa mengerjakan tugas (PR) di dalam kelas sebelum pelajaran dimulai. Disamping itu guru bahasa arab menggungkapkan bahwa 20% siswanya sering belum menyelesaikan tugas (PR) karena kesulitan mengerjakannya.

Menunda-nunda pekerjaan dalam istilah psikologi dikenal dengan sebutan prokrastinasi, sedangkan orang yang melakukan prokrastinasi disebut dengan prokrastinator. Istilah prokastinasi pertama kali digunakan oleh Brown dan Holtzman dalam manual surveys of study habits and attitude pada tahun 1967 (Naili, Frida & Imam, 2010). Istilah prokrastinasi digunakan untuk menggambarkan sesuatu kecenderungan menunda-nunda penyelesaian suatu


(4)

tugas atau pekerjaan sehingga seseorang gagal menyelesaikan tugas-tugas tersebut tepat pada waktunya (Wie, 2008). Solomon dan Rothblum (dalam Ferrari , Johnson & McCown 1995) mendefinisikan prokrastinasi sebagai suatu penundaan yang sengaja dilakukan pada tugas penting, dilakukan berulang-ulang secara sengaja dan menimbulkan perasaaan tidak nyaman secara subjektif.

Islam sebagai ajaran yang sempurna telah memerintahkan umatnya untuk tidak melakukan prokrastinasi, misalnya Allah telah mengingatkan dalam al-Qur’an surat Alam Nasyroh ayat 7, yaitu:



  

Artinya :Maka apabila kamu telah selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain.

Selain ayat tersebut dalam hadits disebutkan :

قف ْ س ْ ا ص ا س خ ق ْ ا ض ْ ا ْ ْ

ا إ ّ ا ْ ْ ف ْسْ ا إ ق ْا ك س ْ غ ك ك ْ ا ف ْ ك

ك ْ ك ح ْ كض ك حص ْ ْ خ ء س ْا ْ ْ ف ْح ْص

{ ا ا }

Artinya: Ibnu Umar ra. Berkata, Rasulullah memegang pundakku dan bersabda, ” di dunia ini, jadilah kamu seperti orang asing atau penyeberang jalan.” Ibnu Umar ra. berkata, ’ Jika kamu di sore hari, jangan menunggu pagi hari; dan jika kamu di pagi hari, jangan menungu sore. Manfaatkan waktu sehatmu sebelum kamu sakit, dan waktu hidupmu sebelum kamu mati.” (Bab Budi Pekerti 3.17/37). Dari hadits tersebut dapat diperoleh hikmah salah satunya adalah setiap muslim hendaklah segera melakukan kebaikan, banyak melakukan ketaatan dan berbagai kebajikan lainnya. Juga hendaknya tidak


(5)

menyia-nyiakan waktu dengan menunda-nunda pekerjaan, karena kita tidak tau kapan ajal itu akan tiba.

Selain hadist tersebut, di sebutkan pula di dalam ayat lain, yaitu Q.S Al-Jumuah ayat : 10

                    



Artinya : Apabila telah ditunaikan shalat, Maka bertebaranlah kamu di muka bumi; dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung.

Dari ayat tersebut kita dapat mengetahui bahwa Islam merupakan agama kehidupan dan agama yang mendorong umatnya untuk berkarya. Islam menganjurkan manusia untuk beramal dan melarang mereka bermalas-malasan. Bahkan Islam mengajak umat manusia untuk mengembara di permukaan bumi dan mencari keutamaan Allah.

Menyibukkan diri dengan masalah yang tidak mendatangkan manfaat adalah kesia-siaan dan tanda lemahnya iman. Seorang prokrastinator adalah seserorang yang mempunyai kesulitan untuk melakukan pekerjaan sesuai dengan batas waktu yang telah ditentukan, sering mengalami keterlambatan, mempersiapkan sesuatu dengan sangat berlebihan dan gagal dalam menyelesaikan tugas sesuai batas waktu yang ditentukan (Ghufron&Rini,2010). Solomon dan Rothblum (1984) mengungkapkan bahwa prokrastinasi akademik mengacu pada kecenderungan untuk menangguhkan atau menunda mengerjakan tugas yang berhubungan dengan studi seseorang, sehingga tidak dapat menyelesaikan tugas pada waktunya.


(6)

Ada beberapa faktor yang menyebabkan munculnya perilaku prokrastinasi akademik, Ferrari, Johnson & McCown (1995) menyebutkan beberapa faktor yang mempengaruhi prokrastinasi akademik, pertama faktor internal yaitu faktor dalam diri individu yang turut membentuk perilaku prokrastinasi akademik meliputi ; faktor fisik seperti kondisi fisiologis seseorang misalnya kelelahan dan faktor psikologis seseorang yang meliputi tipe kepribadian, motivasi dan persepsi baik ataupun buruk terhadap suatu objek. Kedua faktor eksternal meliputi kondisi lingkungan baik lingkungan rumah maupun lingkungan sekolah, kondisi lingkungan di sekolah berkaitan dengan persepsi siswa terhadap kemampuan guru dalam proses belajar mengajar (kompetensi pedagogik), banyaknya tugas yang menuntut penyelesaian pada waktu yang hampir bersamaan, pengasuhan otoriter ayah.

Syaiful (2008) mengungkapkan bahwa kondisi lingkungan sekolah serta peran guru dalam mengoptimalkan pembelajaran sangat mempengaruhi prokrastinasi akademik pada siswa, seorang guru yang hanya membaca buku teks saat pembelajaran berlangsung, membuat siswa selalu melakukan penundaan dalam memulai ataupun menyelesaikan tugas.

Hasil wawancara dengan guru BK di SMP Ta’mirul islam menyebutkan bahwa terdapat kurang lebih 15% siswa yang setiap harinya dihukum karena belum menyelesaikan tugas/PR yang diberikan oleh gurunya, sedangkan hasil wawancara dengan wali kelas SMP Al-Islam 1 Surakarta, disamping melakukan penundaan pada tugas/PR siswanya juga sering menunda menyelesaikan tugas mading (DRM). Penelitian yang dilakukan oleh Naili,


(7)

Frida & Imam (2010) pada penelitian prokrastinasi akademik dengan subyek siswa asrama SMPN 3 Peterongan Jombang menunjukkkan bahwa 47% siswa melakukan prokrastinasi terhadap tugas-tugas yang diberikan oleh guru. Prokrastinasi akademik bukan hanya di lakukan pada siswa-siswa pelajar, pada mahasiswapun juga ditemukan kecenderungan melakukan prokrastinasi akademik, hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Solomon dan Rothblum (1984) dengan penelitiannya di salah satu Universitas di Amerika Serikat dengan jumlah subjek sebanyak 322 orang, data prokrastinasi akademik terungkap bahwa 46% subjek penelitian melakukan prokrastinasi dalam mengerjakan tugas. Penelitian yang dilakukan oleh Yemina (2009) dengan subyek mahasiswa psikologi UNDIP menunjukkan bahwa 31,5% prokrastinasi akademik terjadi pada mahasiswa UNDIP. Selanjutnya, penelitian yang dilakukan oleh Green (dalam Lestariningsih, 2007) pada tahun 1992 menjelaskan bahwa dampak dari prokrastinasi akademik adalah adanya penerusan kualitas kehidupan seseorang yang berakibat pada rendahnya kepuasan hidup prokrastinator tersebut. Seorang prokrastinator akan mengalami ketidaknyamanan psikologis yang dapat menyusahkan individu tersebut, misalnya rasa bersalah dan penyesalan yang mendalam akibat tidak dapat menjalankan tugasnya dengan baik dan tepat waktu.

Prokrastinasi akademik dapat menghambat siswa untuk mencapai hasil belajar yang maksimal oleh sebab itu guru dituntut memiliki kemampuan dalam mengelola kelas, merancang pembelajaran, melakukan evaluasi serta mengembangkan potensi siswa, sehingga diharapkan proses belajar mengajar


(8)

di kelas akan berjalan secara optimal. Kemampuan guru dalam mengelola kelas dikenal dengan kompetensi pedagogik. Dalam standart nasional pendidikan, pasal 28 ayat 3 dikemukakan bahwa kompetensi pedagogik adalah kemampuan mengelola pembelajaran siswa yang meliputi pemahaman terhadap siswa, perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar dan pengembangan siswa untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya (Mulyasa,2007). Dengan dimilikinya kompetensi pedagogik pada guru diharapkan mampu mengoptimalkan proses belajar mengajar di dalam kelas, sehingga siswa mampu memahami dengan baik dan jelas pelajaran yang disampaikan oleh guru dengan keadaan kelas yang nyaman, kondisi demikian ini akan mempengaruhi persepsi siswa kepada gurunya. Siswa cenderung akan mempersepsikan secara baik kompetensi yang dimiliki oleh gurunya, sehingga siswa senantiasa terpacu untuk menyelesaikan dan mengerjakan tugas-tugas yang diberikan oleh guru tepat pada waktunya.

Sarwono (2002) mendefiniskan bahwa persepsi adalah proses pencarian informasi untuk dipahami. Alat untuk pencarian informasi tersebut adalah pengindraan (penglihatan, pendengaran, peraba, dan sebagainya), dan alat untuk memahaminya adalah kesadaran atau kognisi.

Sebagai upaya mengurangi prokrastinasi akademik pada siswa berbagai macam cara dilakukan agar siswa mampu mengerjakan dan menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan oleh guru tepat pada waktunya, diantaranya adalah meningkatkan kualitas kompetensi pedagogik guru, sedangkan beberapa cara yang dilakukan untuk meningkatkan kualitas tersebut diantaranya dengan


(9)

dilakukannya studi banding ke beberapa sekolah favorit di luar kota, ataupun mengikuti seminar atau pelatihan-pelatihan yang di selengggarakan oleh Dinas Pendidikan. Peningkatan kualitas kompetensi pedagogik guru dapat dilihat dari kemampuan guru dalam mengelola kelas dan membangkitkan motivasi siswa dalam belajar sehingga siswa akan senantiasa berupaya untuk memahami pelajaran yang disampaikan dan berupaya mengerjakan tugas yang diberikan tepat waktu, disamping itu guru dapat memberikan kenyamanan, hubungan yang menyenangkan dengan siswa. Efek pengiringnya adalah mata pelajaran yang dipegang guru akan menjadi disukai oleh siswa (Djamarah, 2008). Dengan adanya peningkatan tersebut kualitas kompetensi pedagogik guru diharapkan mampu mengurangi tingkat prokrastinasi akademik pada siswa.

Sanjaya (2008) mengungkapkan bahwa guru dianggap sangat mempengaruhi proses pendidikan, sebab guru merupakan ujung tombak yang berhubungan langsung dengan siswa sebagai subjek dan objek belajar. Kurikulum pendidikan dan lengkapnya sarana dan prasarana pendidikan tanpa diimbangi dengan kemampuan guru dalam mengimplementasikannya, maka semua itu akan menjadi kurang bermakna. Sehingga untuk mencapai proses standar pendidikan, sebaiknya dimulai dengan menganalisis komponen guru. Mulyasa (2007) guru dikatakan berhasil apabila pembelajaran yang diberikan mampu mengadakan perubahan perilaku pada sebagian besar siswa ke arah yang lebih baik, hal tersebut diperlukan berbagai kemampuan dalam mengajar.


(10)

Sikap dan karakteristik guru yang sukses mengajar secara efektif dapat diidentifikasikan sebagai berikut: respek dan memahami dirinya,dapat mengontrol dirinya (emosinya stabil), antusias dan bergairah terhadap bahan, kelasnya, dan seluruh pembelajarannya, berbicara dengan jelas dan komunikatif (dapat mengkomunikasikan idenya terhadap siswa), memperhatikan perbedaan individual siswa, memiliki banyak pengetahuan, inisiatif, kreatif dan banyak akal, menghindari sarkasme dan ejekan terhadap siswanya, tidak menonjolkan diri, dan dapat menjadi teladan bagi siswanya.

Spencer&Spencer (dalam Mulyasa, 2007) menyatakan bahwa kompetensi pedagogik yang dimiliki guru berdampak pada performance atau kinerjanya. Kompetensi tersebut sangat menunjang siswa untuk mematuhi guru, bentuk patuh tersebut akan tercermin dari kebiasaan siswa yang senantiasa mengerjakan tugas-tugas yang diberikan oleh guru tepat waktu.

Berdasarkan uraian di atas, penulis menyimpulkan bahwa apabila siswa memiliki persepsi yang tinggi (baik) terhadap kompetensi pedagogik guru maka sikap prokrastinasinya rendah, sehingga tugas yang dihadapinya tidak akan menjadi masalah dan selesai tanpa mengulur-ulur waktu. Sebaliknya apabila siswa memiliki persepsi yang rendah (buruk) terhadap kompetensi pedagogik guru maka prokrastinasinya tinggi. Sehingga orang seperti ini apabila menghadapi tugas-tugas atau masalah, maka orang ini akan menunda-nunda dan merasa pesimis, tidak sabar, dan merasa tidak berdaya. Oleh karena itu, penulis merumuskan suatu permasalahan, yaitu: “Apakah


(11)

ada Hubungan Antara Persepsi Siswa terhadap Kompetensi Pedagogik Guru dengan Prokrastinasi Akademik Pada Siswa SMP Al-Islam 1 Surakarta?”. Untuk itu penulis melakukan penelitian dengan judul “Hubungan Antara Persepsi Siswa terhadap Kompetensi Pedagogik Guru dengan Prokrastinasi Akademik Pada Siswa SMP Al-Islam 1 Surakarta”.

B. Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk :

1. Mengetahui Hubungan antara persepsi siswa terhadap kompetensi pedagogik guru dengan prokrastinasi akademik.

2. Mengetahui tingkat persepsi terhadap kompetensi pedagogik guru 3. Mengetahui tingkat prokrastinasi akademik.

4. Mengetahui peranan persepsi terhadap kompetensi pedagogik pada perilaku prokrastinasi.

C. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat mengurangi intensitas atau kebiasaan prokratinasi akademik, sehingga proses belajar mengajar di sekolah akan berjalan dengan baik, disamping itu hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan dan pengetahuan bagi :

1. Bagi Siswa : Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan informasi mengenai akibat dari prokrastinasi akademik, sehingga siswa akan menghindari sikap prokrastinasi tersebut.


(12)

2. Bagi guru dan kepala sekolah : Hasil penelitian ini diharapkan bisa memberikan informasi yang bermanfaat kepada pihak sekolah mengenai akibat dari prokrastinasi akademik pada siswa disebabkan oleh kurangnya kualiatas kompetensi guru dalam proses belajar mengajar, sehingga pihak sekolah terdorong untuk meningkatkan mutu kualitas, dan senantiasa melakukan evaluasi terhadap kompetensi guru yang ada di sekolah tersebut.

3. Bagi Peneliti selanjutnya : Penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan pada peneliti selanjutnya yang tertarik untuk meneliti variabel prokrastinasi akademik dan persepsi terhadap kompetensi pedagogik guru.


(1)

Frida & Imam (2010) pada penelitian prokrastinasi akademik dengan subyek siswa asrama SMPN 3 Peterongan Jombang menunjukkkan bahwa 47% siswa melakukan prokrastinasi terhadap tugas-tugas yang diberikan oleh guru. Prokrastinasi akademik bukan hanya di lakukan pada siswa-siswa pelajar, pada mahasiswapun juga ditemukan kecenderungan melakukan prokrastinasi akademik, hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Solomon dan Rothblum (1984) dengan penelitiannya di salah satu Universitas di Amerika Serikat dengan jumlah subjek sebanyak 322 orang, data prokrastinasi akademik terungkap bahwa 46% subjek penelitian melakukan prokrastinasi dalam mengerjakan tugas. Penelitian yang dilakukan oleh Yemina (2009) dengan subyek mahasiswa psikologi UNDIP menunjukkan bahwa 31,5% prokrastinasi akademik terjadi pada mahasiswa UNDIP. Selanjutnya, penelitian yang dilakukan oleh Green (dalam Lestariningsih, 2007) pada tahun 1992 menjelaskan bahwa dampak dari prokrastinasi akademik adalah adanya penerusan kualitas kehidupan seseorang yang berakibat pada rendahnya kepuasan hidup prokrastinator tersebut. Seorang prokrastinator akan mengalami ketidaknyamanan psikologis yang dapat menyusahkan individu tersebut, misalnya rasa bersalah dan penyesalan yang mendalam akibat tidak dapat menjalankan tugasnya dengan baik dan tepat waktu.

Prokrastinasi akademik dapat menghambat siswa untuk mencapai hasil belajar yang maksimal oleh sebab itu guru dituntut memiliki kemampuan dalam mengelola kelas, merancang pembelajaran, melakukan evaluasi serta mengembangkan potensi siswa, sehingga diharapkan proses belajar mengajar


(2)

di kelas akan berjalan secara optimal. Kemampuan guru dalam mengelola kelas dikenal dengan kompetensi pedagogik. Dalam standart nasional pendidikan, pasal 28 ayat 3 dikemukakan bahwa kompetensi pedagogik adalah kemampuan mengelola pembelajaran siswa yang meliputi pemahaman terhadap siswa, perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar dan pengembangan siswa untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya (Mulyasa,2007). Dengan dimilikinya kompetensi pedagogik pada guru diharapkan mampu mengoptimalkan proses belajar mengajar di dalam kelas, sehingga siswa mampu memahami dengan baik dan jelas pelajaran yang disampaikan oleh guru dengan keadaan kelas yang nyaman, kondisi demikian ini akan mempengaruhi persepsi siswa kepada gurunya. Siswa cenderung akan mempersepsikan secara baik kompetensi yang dimiliki oleh gurunya, sehingga siswa senantiasa terpacu untuk menyelesaikan dan mengerjakan tugas-tugas yang diberikan oleh guru tepat pada waktunya.

Sarwono (2002) mendefiniskan bahwa persepsi adalah proses pencarian informasi untuk dipahami. Alat untuk pencarian informasi tersebut adalah pengindraan (penglihatan, pendengaran, peraba, dan sebagainya), dan alat untuk memahaminya adalah kesadaran atau kognisi.

Sebagai upaya mengurangi prokrastinasi akademik pada siswa berbagai macam cara dilakukan agar siswa mampu mengerjakan dan menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan oleh guru tepat pada waktunya, diantaranya adalah meningkatkan kualitas kompetensi pedagogik guru, sedangkan beberapa cara yang dilakukan untuk meningkatkan kualitas tersebut diantaranya dengan


(3)

dilakukannya studi banding ke beberapa sekolah favorit di luar kota, ataupun mengikuti seminar atau pelatihan-pelatihan yang di selengggarakan oleh Dinas Pendidikan. Peningkatan kualitas kompetensi pedagogik guru dapat dilihat dari kemampuan guru dalam mengelola kelas dan membangkitkan motivasi siswa dalam belajar sehingga siswa akan senantiasa berupaya untuk memahami pelajaran yang disampaikan dan berupaya mengerjakan tugas yang diberikan tepat waktu, disamping itu guru dapat memberikan kenyamanan, hubungan yang menyenangkan dengan siswa. Efek pengiringnya adalah mata pelajaran yang dipegang guru akan menjadi disukai oleh siswa (Djamarah, 2008). Dengan adanya peningkatan tersebut kualitas kompetensi pedagogik guru diharapkan mampu mengurangi tingkat prokrastinasi akademik pada siswa.

Sanjaya (2008) mengungkapkan bahwa guru dianggap sangat mempengaruhi proses pendidikan, sebab guru merupakan ujung tombak yang berhubungan langsung dengan siswa sebagai subjek dan objek belajar. Kurikulum pendidikan dan lengkapnya sarana dan prasarana pendidikan tanpa diimbangi dengan kemampuan guru dalam mengimplementasikannya, maka semua itu akan menjadi kurang bermakna. Sehingga untuk mencapai proses standar pendidikan, sebaiknya dimulai dengan menganalisis komponen guru. Mulyasa (2007) guru dikatakan berhasil apabila pembelajaran yang diberikan mampu mengadakan perubahan perilaku pada sebagian besar siswa ke arah yang lebih baik, hal tersebut diperlukan berbagai kemampuan dalam mengajar.


(4)

Sikap dan karakteristik guru yang sukses mengajar secara efektif dapat diidentifikasikan sebagai berikut: respek dan memahami dirinya,dapat mengontrol dirinya (emosinya stabil), antusias dan bergairah terhadap bahan, kelasnya, dan seluruh pembelajarannya, berbicara dengan jelas dan komunikatif (dapat mengkomunikasikan idenya terhadap siswa), memperhatikan perbedaan individual siswa, memiliki banyak pengetahuan, inisiatif, kreatif dan banyak akal, menghindari sarkasme dan ejekan terhadap siswanya, tidak menonjolkan diri, dan dapat menjadi teladan bagi siswanya.

Spencer&Spencer (dalam Mulyasa, 2007) menyatakan bahwa kompetensi pedagogik yang dimiliki guru berdampak pada performance atau kinerjanya. Kompetensi tersebut sangat menunjang siswa untuk mematuhi guru, bentuk patuh tersebut akan tercermin dari kebiasaan siswa yang senantiasa mengerjakan tugas-tugas yang diberikan oleh guru tepat waktu.

Berdasarkan uraian di atas, penulis menyimpulkan bahwa apabila siswa memiliki persepsi yang tinggi (baik) terhadap kompetensi pedagogik guru maka sikap prokrastinasinya rendah, sehingga tugas yang dihadapinya tidak akan menjadi masalah dan selesai tanpa mengulur-ulur waktu. Sebaliknya apabila siswa memiliki persepsi yang rendah (buruk) terhadap kompetensi pedagogik guru maka prokrastinasinya tinggi. Sehingga orang seperti ini apabila menghadapi tugas-tugas atau masalah, maka orang ini akan menunda-nunda dan merasa pesimis, tidak sabar, dan merasa tidak berdaya. Oleh karena itu, penulis merumuskan suatu permasalahan, yaitu: “Apakah


(5)

ada Hubungan Antara Persepsi Siswa terhadap Kompetensi Pedagogik Guru dengan Prokrastinasi Akademik Pada Siswa SMP Al-Islam 1 Surakarta?”. Untuk itu penulis melakukan penelitian dengan judul “Hubungan Antara Persepsi Siswa terhadap Kompetensi Pedagogik Guru dengan Prokrastinasi Akademik Pada Siswa SMP Al-Islam 1 Surakarta”.

B. Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk :

1. Mengetahui Hubungan antara persepsi siswa terhadap kompetensi pedagogik guru dengan prokrastinasi akademik.

2. Mengetahui tingkat persepsi terhadap kompetensi pedagogik guru 3. Mengetahui tingkat prokrastinasi akademik.

4. Mengetahui peranan persepsi terhadap kompetensi pedagogik pada perilaku prokrastinasi.

C. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat mengurangi intensitas atau kebiasaan prokratinasi akademik, sehingga proses belajar mengajar di sekolah akan berjalan dengan baik, disamping itu hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan dan pengetahuan bagi :

1. Bagi Siswa : Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan informasi mengenai akibat dari prokrastinasi akademik, sehingga siswa akan menghindari sikap prokrastinasi tersebut.


(6)

2. Bagi guru dan kepala sekolah : Hasil penelitian ini diharapkan bisa memberikan informasi yang bermanfaat kepada pihak sekolah mengenai akibat dari prokrastinasi akademik pada siswa disebabkan oleh kurangnya kualiatas kompetensi guru dalam proses belajar mengajar, sehingga pihak sekolah terdorong untuk meningkatkan mutu kualitas, dan senantiasa melakukan evaluasi terhadap kompetensi guru yang ada di sekolah tersebut.

3. Bagi Peneliti selanjutnya : Penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan pada peneliti selanjutnya yang tertarik untuk meneliti variabel prokrastinasi akademik dan persepsi terhadap kompetensi pedagogik guru.


Dokumen yang terkait

HUBUNGAN ANTARA PROKRASTINASI AKADEMIK DENGAN PERILAKU MENYONTEK PADA SISWA SMP Hubungan Antara Prokrastinasi Akademik Dengan Perilaku Menyontek Pada Siswa SMP.

10 47 17

HUBUNGAN ANTARA PROKRASTINASI AKADEMIK DENGAN PERILAKU MENYONTEK PADA SISWA SMP Hubungan Antara Prokrastinasi Akademik Dengan Perilaku Menyontek Pada Siswa SMP.

0 5 16

PENDAHULUAN Hubungan Antara Prokrastinasi Akademik Dengan Perilaku Menyontek Pada Siswa SMP.

1 2 8

HUBUNGAN ANTARA REGULASI EMOSI DENGAN PROKRASTINASI AKADEMIK PADA SISWA SMA Hubungan Antara Regulasi Emosi Dengan Prokrastinasi Akademik Pada Siswa Sma.

0 3 17

HUBUNGAN ANTARA REGULASI EMOSI DENGAN PROKRASTINASI AKADEMIK PADA SISWA SMA Hubungan Antara Regulasi Emosi Dengan Prokrastinasi Akademik Pada Siswa Sma.

0 5 18

HUBUNGAN ANTARA KONTROL DIRI DENGAN PROKRASTINASI AKADEMIK PADA SISWA SMA Hubungan Antara Kontrol Diri Dengan Prokrastinasi Akademik Pada Siswa SMA.

1 3 17

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI SISWA TERHADAP METODE MENGAJAR GURU DENGAN KESEJAHTERAAN SISWA DI SMP Hubungan Antara Persepsi Siswa terhadap Metode Mengajar Guru dengan Kesejahteraan Siswa di SMP Muhammadiyah 1 Surakarta.

0 1 15

PENDAHULUAN Hubungan Antara Persepsi Siswa terhadap Metode Mengajar Guru dengan Kesejahteraan Siswa di SMP Muhammadiyah 1 Surakarta.

0 1 9

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI SISWA TERHADAP KOMPETENSI KEPRIBADIAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DENGAN HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI SISWA TERHADAP KOMPETENSI KEPRIBADIAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DENGAN PRESTASI BELAJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM.

1 5 18

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI SISWA TERHADAP KOMPETENSI PEDAGOGIK GURU DENGAN PROKRASTINASI AKADEMIK Hubungan Antara Persepsi Siswa Terhadap Kompetensi Pedagogik Guru Dengan Prokrastinasi Akademik Pada Siswa SMP Al-Islam 1 Surakarta.

0 0 19