MODEL PEMBELAJARAN SYNECTIC UNTUK MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN EKSPRESI KREATIF SISWA DALAM PEMBELAJARAN SENI TARI DI SMK MVP ARS INTERNASIONAL BANDUNG.

(1)

Nurfitria Apriani, 2013

Model Pembelajaran Synetik Untuk Mengambangkan Kemampuan Ekspresi Kreatif Siswa Dalam Pembelajaran Seni Tari Di SMK MUP ARS Internasional Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

MODEL PEMBELAJARAN SYNECTIC UNTUK

MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN EKSPRESI KREATIF

SISWA DALAM PEMBELAJARAN SENI TARI DI SMK

MVP ARS INTERNASIONAL BANDUNG

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Jurusan Pendidikan Seni Tari

Oleh

NURFITRIA APRIANI 0807471

JURUSAN PENDIDIKAN SENI TARI

FAKULTAS PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

BANDUNG

2013


(2)

Nurfitria Apriani, 2013

Model Pembelajaran Synetik Untuk Mengambangkan Kemampuan Ekspresi Kreatif Siswa Dalam Pembelajaran Seni Tari Di SMK MUP ARS Internasional Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

MODEL PEMBELAJARAN SYNECTIC UNTUK

MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN EKSPRESI KREATIF

SISWA DALAM PEMBELAJARAN SENI TARI DI SMK MVP

ARS INTERNASIONAL BANDUNG

Oleh Nurfitria Apriani

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Fakultas Pendidikan Bahasa dan Seni

© Nurfitria Apriani 2013 Universitas Pendidikan Indonesia

Juni 2013

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.


(3)

Nurfitria Apriani, 2013

Model Pembelajaran Synetik Untuk Mengambangkan Kemampuan Ekspresi Kreatif Siswa Dalam Pembelajaran Seni Tari Di SMK MUP ARS Internasional Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

LEMBAR PENGESAHAN

MODEL PEMBELAJARAN SYNECTIC UNTUK MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN EKSPRESI KREATIF SISWA DALAM PEMBELAJARAN

SENI TARI DI SMK MVP ARS INTERNASIONAL BANDUNG

Oleh

NURFITRIA APRIANI 0807471

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH :

Pembimbing I

Dr. Frahma Sekarningsih, S.Sen., M.Si NIP. 195710181985032001

Pembimbing II

Agus Budiman, M.Pd NIP. 197703122005011002

Mengetahui

Ketua Jurusan Pendidikan Seni Tari

Dr. Frahma Sekarningsih, S.Sen., M.Si NIP. 195710181985032001


(4)

Nurfitria Apriani, 2013

Model Pembelajaran Synetik Untuk Mengambangkan Kemampuan Ekspresi Kreatif Siswa Dalam Pembelajaran Seni Tari Di SMK MUP ARS Internasional Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

ABSTRAK

Skripsi ini berjudul “Model Pembelajaran Synectic Untuk Mengembangkan Kemampuan Ekspresi Kreatif Siswa Dalam Pembelajaran Seni Tari Di SMK MVP ARS Internasional Bandung. Latar belakang masalah dalam penelitian ini adalah ingin meninjau proses pembelajaran seni tari melalui model pembelajaran Synectic dalam mengembangkan kemampuan ekspresi kreatif siswa dalam pembelajaran seni tari khususnya di SMK MVP ARS Internasional Bandung. Rumusan masalah yang akan dideskripsikan jawabanya adalah bagaimana proses pembelajaran, dan hasil dari penerapan model pembelajaran synectic yang diterapkan dalam pembelajaran seni tari sebagai upaya dalam mengembangkan kemampuan ekspresi kreatif siswa. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskripsi analisis. Kedudukan metoda ini adalah membantu peneliti di dalam mencapai penelitian yang diharapkan. Data dan informasi yang ditemukan di lapangan, dideskripsikan sesuai realitasnya kemudian dianalisis kedalamannya untuk mempertajam kedalaman isi dari penelitian ini. Adapun teknik penelitian yang digunakan adalah teknik observasi, studi literatur, studi dokumentasi, dan wawancara. Hasil yang diperoleh dalam penelitian ini diantaranya : proses pembelajaran seni tari melalui model Synectic ternyata mampu menjadi alternative model pembelajaran dalam mengembangkan ekspresi kreatif siswa. Hal ini dapat dilihat dari proses pembelajaran siswa yang menunjukkan banyak perubahan positif di dalam mengembangkan kemampuannya. Hasil dari penerapan ini dapat diamati dari kemampuan siswa dalam mengembangkan ekspresi kreatifnya yang sangat beragam. Dari yang awalnya malu-malu akhirnya berani tampil, dari yang awalnya tidak berani bergerak akhir ada motivasi untuk bergerak. Peristiwa ini yang menunjukkan kesimpulan bahwa penerapan model synectic dalam pembelajaran seni tari mampu mengembangkan ekspresi kreatif siswa sehingga siswa mampu mengembangkan segala pengetahuan dan keterampilannya pada saat pembelajaran dilakukan. Kondisi ini dilihat dari proses pembelajaran dan hasil dari penerapan model synectic yang telah dilakukan. Beberapa temuan masalah selama penelitian dilakukan, mampu memicu beberapa saran pada berbagai pihak sehingga hasil penelitian ini diantaranya khusus bagi pembaca baik guru seni tari maupun peneliti selanjutnya diharapkan mampu mengembangkan kembali bentuk-bentuk model pembelajaran seni tari yang mampu mengembangkan ekspresi kreatif siswa. Karena, ternyata setiap individu siswa tumbuh potensi-potensi kreatif seni yang perlu diarahkan dan dibina oleh kita sebagai pendidik.


(5)

Nurfitria Apriani, 2013

Model Pembelajaran Synetik Untuk Mengambangkan Kemampuan Ekspresi Kreatif Siswa Dalam Pembelajaran Seni Tari Di SMK MUP ARS Internasional Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

ABSTRACT

This thesis entitled “Learning Model Synectic Ability To Develop Creative Expression Students In Learning Dance SMK Bandung International MVP ARS". Background problems in this study is like to review the process of learning the art of dance through teaching model Synectic in developing creative expression skills of students in learning the art of dance in particular in vocational Bandung International MVP ARS. Formulation of the problem which will be described answer is how the process of learning, and the results of the application of learning models Synectic applied in learning the art of dance in an effort to develop students' creative expression skills. The method used in this study is a description of the method of analysis. This position is a method to help researchers in the study are expected to reach. Data and information found in the field, described according to the depth the reality then analyzed the contents of the sharpen depth research. The technique used in this study was the observation techniques, literary studies, documentary studies, and interviews. The results obtained in this study include: the process of learning the art of dance through Synectic the model was able to become an alternative model of learning in developing students' creative expression. It can be seen from the learning process of students who showed a lot of positive changes in the developing abilities. Results of the application of this can be observed from the students' ability to develop creative expression is very diverse. Of the initially timid finally able to appear, of which initially did not dare move the end there is motivation to move. This event is supported the conclusion that the application of the model Synectic in learning the art of dance is able to develop creative expression of students so that students are able to develop all the knowledge and skills during the learning done. This condition is seen from the learning process and the results of applying the model Synectic has been done. Some of the findings of research conducted over the matter, capable of triggering some advice on the various parties so that the results of this study them specifically for readers both dance teachers and researchers are expected to develop again later forms of dance learning model that develops students' creative expression. Because, it turns out each individual student to develop the creative potential of art that needs to be directed and supervised by us as educators.


(6)

Nurfitria Apriani, 2013

Model Pembelajaran Synetik Untuk Mengambangkan Kemampuan Ekspresi Kreatif Siswa Dalam Pembelajaran Seni Tari Di SMK MUP ARS Internasional Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

DAFTAR ISI

PERNYATAAN………. ABSTRAK……….. KATA PENGANTAR.………...………... DAFTAR ISI……….. DAFTAR TABEL.………...………. DAFTAR GAMBAR……….

DAFTAR DIAGRAM………

Hal i ii iii vi viii

ix x

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah………

B. Identifikasi dan Rumusan Masalah………...

C. Tujuan Penelitian………...

D. Manfaat Penelitian………

E. Asumsi Penelitian………...

F. Struktur Organisasi Penelitian...……… 1 7 8 8 8 9

BAB II KAJIAN TEORETIS

A. Pengertian Model Pembelajaran Synectic Dalam Pembelajaran Seni Tari... B. Konsep Ekspresi Kreatif Siswa Dalam Pembelajaran Seni

Tari……… C. Hakikat Pembelajaran Seni Tari Di Sekolah Menengah Atas…...

11

15 16


(7)

Nurfitria Apriani, 2013

Model Pembelajaran Synetik Untuk Mengambangkan Kemampuan Ekspresi Kreatif Siswa Dalam Pembelajaran Seni Tari Di SMK MUP ARS Internasional Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

A. Lokasi dan Subjek Penelitian….………...

B. Desain Pembelajaran……….

C. Metode Penelitian…….………

D. Definisi Oprasional…….………...

E. Instrumen Penelitian………...

F. Langkah-Langkah Penelitian……….

G. Teknik Pengumpulan Data………

H. Teknik Analisis Data………...

I. Variabel Penelitan ………

27 28 30 31 32 37 41 43 44

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANNYA

A. Hasil Penelitian………..

B. Pembahasan Hasil Penelitian……….

46 89

BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI

A. Kesimpulan………...

B. Saran……...………...

96 97

DAFTAR PUSTAKA………. 99


(8)

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Upaya peningkatan mutu pendidikan merupakan salah satu aspek yang dapat memberikan kontribusi besar dalam menghasilkan manusia yang berkualitas. Pendidikan memiliki kedudukan dan peranan penting dalam mengembangkan sumber daya manusia yang kreatif serta diperlukan bagi pembangunan di semua bidang kehidupan bangsa. Suatu bangsa maju dan berkembang, karena ditopang oleh sumber daya manusia yang berkualitas sebagai salah satu dampak posistif dari pelaksanaan sistem pendidikan yang baik. Seluruh dunia akan menghargai suatu bangsa, ketika suatu bangsa tersebut memiliki sistem pendidikan yang berkualitas. Bangsa yang berkualitas selalu ditandai dengan berbagai perubahan positif dan kreatif dalam beragai bidang kehidupan termasuk penjelajahan aktivitas kreatif dalam wilayah pendidikan.

Kreativitas memiliki peranan penting dalam kehidupan, manusia yang tidak kreatif akan tersisihkan oleh orang lain yang memiliki daya kreativitas yang tinggi. Biasanya, orang mengartikan kreativitas sebagai daya cipta sebagai kemampuan untuk menciptakan hal-hal yang baru. Pengertian hal-hal yang baru dalam wilayah kreatifitas tidak selamanya diartikan sebagai sesuatu proses menciptakan yang belum ada menjadi ada, tetapi bisa merupakan gabungan (kombinasi) dari hal-hal yang sudah ada sebelumnya, kemudian dikembangkan kembali menjadi sebuah produk kreatif. Namun pada kenyataanya, tidak mudah seseorang dalam melahirkan gagasan-gagasan kreatif dan, hasil-hasil karya yang kreatif. Untuk dapat menciptakan sesuatu yang bermakna dibutuhkan persiapan tertentu sehingga mampu melakukan aktivitas kreatif sampai melahirkan produk kreatif baik dalam bentuk benda maupun perbuatan.


(9)

2

Aktifitas kreatif tidak hanya dilakukan oleh orang dewasa dalam melakukan pekerjaannya, akan tetapi aktifitas kreatif dilakukan juga oleh anak-anak sekolah pada wilayah pendidikan. Masa seorang anak duduk di sekolah termasuk masa persiapan, ini karena pendidikan mempersiapkan seseorang agar dapat memecahkan masalah-masalah. Akbar dalam Budiman (2002:38) mengemukakan tiga pengertian kreativitas sebagai berikut.

a) Kreativitas adalah kemampuan untuk membuat kombinasi baru berdasarkan data, informasi atau unsur-unsur yang ada.

b) Kreativitas (berfikir kreatif atau berfikir divergen) adalah kemampuan berdasarkan data atau informasi yang tersedia menemukan banyak kemungkinan jawaban terhadap suatu masalah dimana penekanannya adalah pada kualitas, ketepatgunaan, dan keragaman jawaban.

c) Secara operasional kreativitas dapat dirumuskan sebagai kemampuan yang mencerminkan kelancaran, keluwesan (fleksibilitas) dan orisional dalam berfikir, serta kemampuan untuk mengelaborasikan (mengembangkan, memperkaya dan memerinci) suatu gagasan.

Berdasarkan definisi di atas, menjelaskan bahwa kreativitas merupakan salah satu bidang kajian yang menarik namun cukup rumit untuk dimaknai secara mendalam, sehingga menimbulkan berbagai perbedaan pandangan, definisi kreativitas, karakteristik dan korelasi. Dalam hal ini, peneliti memaknai kreativitas merupakan kemampuan seseorang dalam menemukan cara-cara baru, melahirkan ide-ide/gagasan baru/ membuat kombinasi baru untuk memberikan banyak alternatif jawaban terhadap penyelesaian suatu masalah melalui proses berfikir yaitu kelancaran, keluwesan, orisinal, kemampuan mengelaborasikan (mengembangkan, memperkaya, merinci) suatu gagasan serta membuat penilaian-penilaian yang logis dengan menggunakan daya fantasi dan imajinasi. Pendapat peneliti, selaras dengan ungkapan Suriadi dalam Budiman (2002:39) bahwa “kreativitas juga merupakan suatu proses yang diawali dengan permulaan ide-ide/ gagasan baru dari individu dan mencapai puncaknya saat dia menghasilkan sesuatu yang nyata seperti suatu cara yang baru dan mengatasi hubungan-hubungan sosial/perasaan negatif”.


(10)

3

Istilah kreativitas dalam dunia pendidikan selalu menjadi persoalan yang senantiasa diperbincangkan, diperdebatkan, dan dikembangkan. Tetapi, dalam realitas sehari-hari pun istilah kreativitas sebetulnya sering didengar dan diperbincangkan, serta bukanlah suatu hal yang asing untuk dimaknai baik di lingkungan masyarakat umum, keluarga maupun di lingkungan pendidikan termasuk dalam proses pelaksanaan pendidikan seni di sekolah formal. Esensi dari kreativitas pada umumnya selalu dimaknai sebagai suatu kemampuan seseorang dalam mencipta sesuatu yang dianggap baru pada saat itu. Sifat-sifat yang melekat pada kreativitas sering dilakukan dalam kegiatan pembelajaran seni di sekolah. Oleh karena itu, pendidikan seni merupakan salah satu mata pelajaran yang dapat mengembangkan dan merangsang siswa untuk berkreativitas. Hal ini ditegaskan oleh Rohidi dalam Budiman (2002:3)

Pendidikan melalui seni [pendidikan seni tari], diidealkan mempunyai peran kunci dalam pengembangan kreativitas peserta didik. Sifat-sifat yang melekat pada pendidikan seni antara lain: imajinasi, sensibilitas, dan kebebasan, memberi peluang bagi terciptanya proses pengembangan kreativitas. Peran pendidikan seni baik secara ideal maupun faktual dalam upaya meningkatkan dan mengembangkan kreativitas siswa seyogianya mengarah pada pencapaian sifat-sifat tersebut.

Mengkaji pendapat di atas, jelas tergambar sebuah peta pikiran yang menerangkan bahwa pengembangan kreativitas dalam pembelajaran seni merupakan salah satu aspek yang diharapkan. Melalui proses imajinasi, sensibilitas (kepekaan rasa), dan kebebasan berkreasi menjadi peran kunci dalam meningkatkan dan mengembangkan kemamuan kreatif anak.

Kenyataan di lapangan menyiratkan bahwa pembelajaran seni dirasakan kurang merangsang kreativitas siswa. Ini disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya adalah suasana kelas yang kurang kondusif, serta penggunaan metode yang kurang tepat dan bervariatif. Selain itu, kurangnya peran guru sebagai aktor utama dari PBM untuk dapat lebih cerdas di dalam memilih bahan materi dan metodologi pembelajaran, sehingga para siswa dapat memiliki kesempatan untuk


(11)

4

mengembangkan potensi kreatifnya. Sidi dalam Ginanjar (2005:4) menegaskan bahwa.

Sebagian besar metode dan suasana pengajaran di sekolah-sekolah yang digunakan para guru kita tampaknya lebih banyak menghambat dari pada memotivasi potensi otak. Sebagai misal, seorang peserta didik hanya disiapkan sebagai seoarang anak yang harus mendengarkan, mau menerima seluruh informasi dan mentaati segala perlakuan gurunya. Dan lebih parah lagi adalah fakta bahwa semua yang dipelajari di bangku sekolah itu ternyata tidak integratif dengan kehidupan sehari-hari. Akibatnya siswa menjadi tidak memiliki keberanian untuk mengemukakan pendapat, tidak kreatif dan mandiri, apalagi untuk berpikir inovatif dan problem solving. Suasana belajar yang penuh keterpaksaan itu berdampak pada hilangnya upaya mengaktivasi potensi otak, sehingga potensi otak yang luar biasa itu belum pernah berhasil mengaktual. Untuk mengaktivasi potensi otak itu suasana belajar harus menyenangkan, kesadaran emosional juga tidak boleh dalam keadaan tertekan.

Kenyataan pembelajaran yang ditunjukkan di atas, dapat menjadi gambaran bahwa tidak semua guru dapat mewujudkan suatu pembelajaran yang mampu menjadikan siswa menjadi kreatif, inovatif dan produktif. Harapan ini perlu ditopang dengan adanya kemampuan dari guru tersebut untuk mengembangkan model-model pembelajaran yang mampu menumbuhkan dinamika pembelajaran yang interaktif, sehingga mampu memicu gairah belajar bagi siswa.

Pengelolaan lingkungan prembelajaran diperlukan untuk mendapatkan suasana belajar yang bergairah, terutama untuk mengembangkan imajinasi dan kreativitas siswa, Munandar (1992:79) menyatakan bahwa “Belajar kreatif tidak timbul secara kebetulan tetapi memerlukan persiapan, antara lain dengan menyiapkan suatu lingkungan kelas yang merangsang anak-anak untuk belajar secara kreatif”. Dalam persoalan ini, metode pembelajaran menjadi salah satu faktor yang penting dalam pengembangan kreativitas siswa. Pada umumnya metode yang digunakan oleh guru-guru seni tari cenderung membosankan dan kurang variatif, sehingga menghambat proses imajinatif dan kreativitas siswa. Siswa sulit untuk berekspresi sesuai dengan imajinasinya, siswa lebih ditekankan pada menghapal tarian baku yang diberikan oleh guru. Pembelajaran seperti ini jelas kurang efektif bagi proses


(12)

5

perkembangan kreativitas siswa. Hal tersebut dipertegas Tisna Somantri dalam Ginanjar (2005:5), sebagai berikut :

Para guru kesenian dalam proses belajar kesenian lebih menekankan kepada hapalan saja, sedangkan hal-hal yang bersifat apresiasi dan keterampilan kurang diperhatikan. Para guru kurang memotovasi pengungkapan ekspresi siswa, padahal aspek itu sangat penting dalam pengembangan kreativitas dan daya inovatif siswa.

Hal yang sama dikemukakan oleh Mulyaningsih dalam Ginanjar (2005:6), bahwa:

Proses belajar mengajar seni tari bukanlah mengajarkan proses kegiatan yang hanya menirukan dan menghafalkan gerak saja, tapi harus mendorong dan mengembangkan daya kreativitas siswa, sehingga melalui proses belajar mengajar tari anak akan mendapat kesempatan menumbuh kembangkan kemampuan berpikir, berekspresi, berkreasi, beraktivitas olah seni secara kreatif dan mandiri sesuai perkembangannya.

Kutipan di atas menjelaskan bahwa pembelajaran kreatif merupakan proses belajar yang bukan hanya meniru dan menghafalkan apa yang sudah diajarkan oleh guru saja tetapi juga siswa dituntut untuk mampu mengembangkan kreativitasnya sesuai dengan ide kreatif siswa juga mampu mengungkapkan pendapatnya dan menyalurkan ekspresi dirinya melalui gerak tari.

Pendidikan seni tari di sekolah merupakan bidang pelajaran yang berfungsi memberikan landasan estetis, etis dan filosofis. Kepekaan berfikir, imajinasi dan perwujudan sikap kreatifnya lebih banyak dikembangkan oleh potensi sensor motorik di dalam menangkap stimulus dari lingkungannya. Kecenderungan proses pembelajaran yang nampak adalah siswa lebih banyak bermain, meniru dan merespon benda atau perbuatan yang ditangkapnya melalui potensi inderawinya. Peluang dalam menggali sikap-sikap kreatif dari siswa akan lebih banyak diperoleh dari sumber-sumber pembelajaran yang berangkat dari kemampuan siswa masing-masing. Dalam hal ini Sal Murgianto dalam Masunah (2003: 245) mengungkapkan sebagai berikut.

Nilai tari dalam dunia pendidikan menurut hemat kami, bukan terletak pada latihan kemahiran dan keterampilan gerak semata-mata tetapi lebih pada kemungkinannya untuk memperkembangkan daya ekspresi anak. Tari harus


(13)

6

memberikan pengalaman kreatif pada anak-anak dan harus diajarkan sebagai salah satu cara untuk mengalami dan menyatakan kembali nilai estetika yang dialami dalam hidupnya.

Berdasarkan pendapat di atas, jelas bahwa peran tari sebagai media pendidikan tidak hanya sebatas memberikan pengalaman bergerak. Tetapi, lebih dari itu harus mampu pula mengembangkan daya ekspresif dan pengalaman kreatif siswa. Hal ini dipertegas Garha dalam Ginanjar (2005:16), yang mengungkapkan bahwa “Kreativitas tari adalah kreativitas peragaan yang disamping mengungkapkan bentuk masa kini juga mengungkapkan kaitan yang tidak terlepas dari masa lampau”. Dengan demikian, kreativitas dapat digali dari pengalaman yang dimiliki siswa sendiri, baik yang dialami pada saat ini maupun yang sudah terjadi. Dalam hal ini, ada tahapan menuju suatu hasil dari produk kreatif yang disebut sebagai suatu proses kreatif. Esensi dari proses kreatif adalah berpikir imajinatif, terlebih lagi dalam pembelajaran seni tari, dimana siswa dituntut untuk dapat berimajinasi dalam mengembangkan gerak sesuai dengan tema atau cerita yang siswa pilih. Untuk mewujudkan pembelajaran tari tersebut, perlu sebuah model dan metode pembelajaran yang dapat merangsang daya imajinasi siswa, dan salah satu yang dianggap tepat adalah model pembelajaran Synectic.

Istilah synectic diambil dari bahasa Yunani yang merupakan gabungan kata syn yang berarti menggabungkan dan ectics berarti unsur yang berbeda. Dalam dunia keilmuan, synectic biasanya berhubungan dengan kreativitas dan pemecahan masalah, selain itu juga berhubungan dengan dinamika kelompok dalam latihan berfikir. Pada awalnya, synectic dikembangkan dalam dunia industri namun dalam pekembangannya ternyata sukses diterapkan dalam dunia pendidikan dan dikenal sebagai salah satu model pembelajaran yang efektif untuk mengembangkan kreativitas. Synectic merupakan sesuatu pendekatan baru yang menarik guna mengembangkan kreativitas dan meningkatkan Imajinasi, dirancang oleh Gordon dalam Dahlan (1984:87). Mula-mula Gordon menerapkan prosedur synectic guna


(14)

7

industry; dimana para individu harus mampu bekerjasama satu dengan yang lainnya dan sebagai orang yang mampu mengatasi masalah (problem solver) atau sebagai orang yang mampu mengembangkan produksi (product-developers).

Aktivitas metaporik merupakan model synectic, dimana kreativitas menjadi suatu proses yang disadari. Metafora-metafora membentuk hubungan persamaan, membedakan objek atau ide yang satu dengan ide yang lainnya dengan mempergunakan pengganti. Objek pengganti ini langsung mengilhami proses kreatif dengan cara menghubungkan sesuatu yang telah dikenal dengan sesuatu yang belum dikenal. Model synectic merupakan model pembelajaran yang memungkinkan terwujudnya tujuan pembelajaran kreatif. Model ini dikembangkan dari seperangkat anggapan dasar tentang psikologis kreativitas. Anggapan dasar itu oleh Gordon dituangkan dalam tiga asumsi yang mendasari synectic, yaitu: (1) proses kreatif dapat dideskripsikan secara konkret, deskripsi ini dapat digunakan untuk mengembangkan metode pengajaran yang dapat mengembangkan kreativitas secara individual maupun kelompok, (2) penemuan kreatif dalam bidang seni dan bidang sains serupa, dan diperoleh melalui proses dasar intelektual yang sama, dan (3) proses kreatif individu serupa dengan proses kreatif dalam kelompok. Disamping itu Gordon juga menjelaskan bahwa komponen emosional jauh lebh penting dibandingkan intelektual pada awal proses kreatif.

Metafora memperkenalkan konsep jarak antara siswa dengan objek atau subjek lain, mendorong berfikir orisinil. Melalui tahapan-tahapan yang ditawarkan dari konsep pembelajaran synectic, maka siswa diarahkan untuk dapat mengembangkan proses berpikir kreatifnya sampai melahirkan suatu produk kreatif dalam konteks pembelajaran seni tari. Dari pemaparan tersebut, maka peneliti bermaksud melakukan penelitian untuk mengamati secara langsung terjadinya proses kreatif dalam pembelajaran seni tari melalui penerapan model pembelajaran synectic.

Adapun judul yang diangkat adalah “Model Pembelajaran Synectic Untuk

Mengembangkan Kemampuan Ekspresi Kreatif Siswa Dalam Pembelajaran Seni Tari Di SMK MVP ARS Internasional Bandung”.


(15)

8

B. Identifikasi dan Rumusan Masalah

Berdasarkan permasalahan yang peneliti temukan maka dapat peneliti rumuskan sebagai berikut:

1. Bagaimana proses penerapan model synectic dalam pembelajaran tari untuk mengmbangkan kemampuan ekspresi kreatif siswa dalam pembelajaran seni tari di SMK MVP ARS Internasional Bandung?

2. Bagaimana hasil penerapan model synectic dalam pembelajaran tari terhadap pengembangan kemampuan ekspresi kreatif siswa dalam pembelajaran seni tari di SMK MVP ARS Internasional Bandung?

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Mendeskripsikan perolehan data mengenai proses penerapan model synectic

dalam pembelajaran seni tari untuk mengembangkan kemampuan ekspresi kreatif siswa dalam pembelajaran seni tari di SMK MVP ARS Internasional Bandung? 2. Mendeskripsikan hasil penerapan model synectic dalam pembelajaran tari untuk

mengembangkan kemampuan ekspresi kreatif siswa dalam pembelajaran seni tari di SMK MVP ARS Internasional Bandung?

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan dan manfaat baik secara langsung maupun tidak langsung kepada semua pihak khususnya bagi: 1. Peneliti

Memperoleh pengalaman dan menambah wawasan dalam proses pembelajaran seni tari di tingkat sekolah menengah atas.


(16)

9

Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan referensi dalam melaksanakan proses pembelajaran di sekolah sehingga dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.

3. Lembaga Sekolah

Sebagai input terhadap sekolah tentang salah satu proses pembelajaran dengan menggunakan model synectic untuk mempermudah tercapainya tujuan.

E. Asumsi Penelitian

Asumsi dalam penelitian ini adalah model pembelajaran synectic merupakan salah satu model pembelajaran yang dipandang dapat mengembangkan kemampuan ekspresi kreatif siswa dalam pembelajaran seni tari di SMK MVP ARS Internasional Bandung.

F. Struktur Organisasi Penelitian LEMBAR PENGESAHAN PERNYATAAN

ABSTRAK DAFTAR ISI

DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL KATA PENGANTAR

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

B. Identifikasi dan Rumusan Masalah C. Tujuan Penelitian

D. Manfaat Penelitian E. Asumsi Penelitian F. Struktur Organisasi BAB II KAJIAN TEORITIS


(17)

10

A. Pengertian Model Pembelajaran Synectic dalam Pmbelajaran Seni Tari

B. Mengembangkan Ekspresi Kreatif Siswa dalam Pembelajaran Seni tari

C. Hakikat Pembelajaran Seni Tari di Sekolah Menengah Atas BAB III METODE PENELITIAN

A. Lokasi dan Subjek Penelitian B. Desain Penelitian

C. Metode Penelitian D. Definisi Operasional E. Instrumen Penelitian

F. Langkah-Langkah Penelitian G. Teknik Pegumpulan Data H. Teknik Analisis Data I. Variabel Penelitian

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMULAN

B. SARAN

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN


(18)

28

Nurfitria Apriani, 2013

Model Pembelajaran Synetik Untuk Mengambangkan Kemampuan Ekspresi Kreatif Siswa Dalam Pembelajaran Seni Tari Di SMK MUP ARS Internasional Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Lokasi dan Subjek Penelitian 1) Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini dilaksanakan di SMK MVP ARS Internasional, Jl. Sekolah Internasional No 1-6 Antapani, Bandung.Alasan pemilihan lokasi penelitian di SMK MVP ARS Internasional, adalah sekolah tersebut baru berdiri sekitar 4 tahun. Jadi masih perlu banyak belajar dan adaptasi tentang berbagai persoalan yang berkaitan dengan masalah pelaksanaan pendidikan. Termasuk harus banyak beradaptasi tentang menemukan format pembelajaran yang dianggap ideal untuk karakter sekolah tersebut.

2) Subjek Penelitian

Menurut Sugiyono (2004:13), “Subjek penelitian adalah sasaran ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu tentang sesuatu hal subjektif, valid, dan reliabel tentang suatu hal (variabel tertentu)”.

3) Populasi dan Sampel Penelitian a. Populasi

“Populasi diartikan sebagai wilayah generalisasi yang terdiri atas: obyek/subyek mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya” (Sugiyono, 2010:297).

Berdasarkan pengertian tersebut, maka populasi yang dijadikan obyek dalam penelitian ini adalah seluruh siswa SMK MVP ARS Internasional yang terdiri dari tiga kelas yang berjumlah 45 siswa.


(19)

29

Nurfitria Apriani, 2013

Model Pembelajaran Synetik Untuk Mengambangkan Kemampuan Ekspresi Kreatif Siswa Dalam Pembelajaran Seni Tari Di SMK MUP ARS Internasional Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

“Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh

populasi tersebut” (Sugiyono, 2010:297). Sampel yang diambil adalah siswa kelas X

Farmasi SMK MVP ARS internasional. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah menggunakan teknik random sampel atau teknik sistem acak. Masing-masing kelas diambil secara acak sebanyak 5 orang. Jadi keseluruhan sampel penelitian sebanyak 15 siswa.

B. Desain Pembelajaran

Desain pada pembelajaran ini adalah sebagai berikut dimana peneliti melakukan penelitian dalam empat kali pertemuan.

Fase satu: mendeskripsikan kondisi awal

Guru membimbing siswa untuk mendeskripsikan tema pembelajaran yang mereka lihat dihubungkan dengan permasalahan tari. Adapun uraian dalam fase ini adalah kegiatan siswa dalam mengidentifikasi, menjelaskan kembali, menyebutkan dan menganalisis bagian-bagian dari tema yang ditentukan pada saat itu. Contohnya tema binatang semut. Siswa mengidentifikasi semut bagian dari jenis binatang apa, bagaimana sifat dan prilaku semut, bagaimana bentuk binatang semut, bagaimana kebiasaan semut dan masalah-masalah lainnya.

Fase dua : Analogi Langsung Pada fase kedua ini siswa mengekspresikan pengamatannya


(20)

30

Nurfitria Apriani, 2013

Model Pembelajaran Synetik Untuk Mengambangkan Kemampuan Ekspresi Kreatif Siswa Dalam Pembelajaran Seni Tari Di SMK MUP ARS Internasional Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

berdasarkan hasil seleksi siswa terhadap suatu objek yaitu semut. Peristiwa yang siswa amati dari objek tersebut adalah semut termasuk jenis serangga, semut mempunyai sifat selalu bekerja sama, bergotong royong dan saling menghargai, dari bentuknya semut mempunyai bentuk tubuh yang kecil, berwarna hitam dan merah, semut akan menggigit apabila berada disituasi yang terdesak. Setelah pengamatan selesai dilakukan siswa kemudian memilih salah satu peristiwa tersebut untuk akhirnya dieksplorasi kedalam bentuk gerak. Siswa memilih satu peristiwa yaitu semut selalu saling bergotong royong, bekerja sama dan saling menghargai.

Fase tiga : Analogi Personal Pada fase ketiga siswa mengemukakan beberapa konflik berdasarkan fase kedua dan dipilih salah satu untuk ditinjau kembali dan didiskusikan bersama. Sesuai dengan peristiwa yang dipilih siswa pada fase kedua bahwa semut selalu bekerja sama, bergotong royong dan saling menghargai, kemudian siswa mengeksplorasi hasil pengamatan tersebut kedalam bentuk gerak. Sebagai


(21)

31

Nurfitria Apriani, 2013

Model Pembelajaran Synetik Untuk Mengambangkan Kemampuan Ekspresi Kreatif Siswa Dalam Pembelajaran Seni Tari Di SMK MUP ARS Internasional Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

C. Metode Penelitian

Dalam penelitan diperlukan adanya suatu metode atau pendekatan yang berguna untuk memecahkan suatu permasalahan yang diteliti. “Metode penelitian adalah cara yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data penelitiannya” (Arikunto, 1998:11).

Penelitian ini berupaya untuk membahas dan memaparkan tentang bagaimana model synectic dapat mengembangkan kemampuan ekspresi kreatif siswa dalam pembelajaran seni tari. Adapun metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif analisis melalui pendekatan kualitatif. Metode deskriptif analisis adalah metode penelitian yang berusaha menggambarkan dan menginterpretasi objek sesuai dengan apa adanya. Tujuan digunakannya metode deskriptif analisis dalam penelitian ini untuk mencari informasi yang aktual dengan cara mendeskripsikan gejala-gejala yang ada dan berkaitan dengan pokok bahasan yang diteliti.

contoh bekerja sama diekspresikan dengan gerak melingkar dan memindahkan satu benda secara estafet.

Selanjutnya gotong royong

diekspresikan dengan gerak berbaris yang diambil dari tari “oray-orayan”. Fase empat: Konflik yang

dimanfaatkan.

Pada fase keempat ini merupakan tindak lanjut dari fase kedua dan ketiga. Guru menyuruh siswa untuk meninjau ulang peristiwa yang telah dipilih siswa kemudian diekspresikan kedalam gerak tari sekaligus dengan penghayatannya.


(22)

32

Nurfitria Apriani, 2013

Model Pembelajaran Synetik Untuk Mengambangkan Kemampuan Ekspresi Kreatif Siswa Dalam Pembelajaran Seni Tari Di SMK MUP ARS Internasional Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Menurut Nawawi (1987:63), metode deskriptif analisis adalah “prosedur pemecahan masalah yang diselidiki dengan menggambarkan atau melukiskan keadaan subjek dan objek penelitian pada saat sekarang berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau sebagaimana adanya”.

Menurut Sugiyono (2008:105), pengertian metode deskriptif analisis adalah sebagai berikut :

Metode Deskriptif Analisis merupakan metode penelitian dengan cara mengumpulkan data-data sesuai dengan yang sebenarnya kemudian data- data tersebut disusun, diolah dan dianalisis untuk dapat memberikan gambaran mengenai masalah yang ada

Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa metode deskriptif analisis merupakan metode penelitian dengan cara mengumpulkan data-data yang sebenarnya kemudian disusun, diolah dan dianalisis untuk dapat memberikan gambaran mengenai masalah yang ada. Dalam mencapai sasaran terebut diperlukan pendekatan historis, sosiologi, dan antropologi. Selain itu pula dengan menggunakan metode ini bertujuan untuk mengetahui “terjadinya suatu aspek fenomena sosial tertentu“(Masri Singarimbun, Sofian Effendi, 1985:4).

Metode penelitian ini digunakan melalui jenis pendekatan kualitatif, yaitu suatu penelitian yang menggambarkan secara sistematis dan aktual mengenai sifat-sifat, gejala, keadaan dan lain sebagainya melalui penelitian tersebut.

Penelitian ini dilakukan menggunakan pendekatan kulalitatif, dengan menggunakan kegiatan percobaan untuk meneliti gejala-gejala yang timbul pada kondisi tertentu sehubungan dengan model pembelajaran synectic untuk mengembangkan kemampuan ekspresi kreatif siswa dalam pembelajaran seni tari di SMK MVP ARS Internasional Bandung. Dalam penelitian ini peneliti ingin mengkaji sebuah data-data serta memperoleh gambaran secara sistematik, faktual, dan aktual mengenai model pembelajaran synectic untuk megembangkan kemampuan ekspresi kreatif siswa dalam pembelajaran seni tari. Melalui metode ini, peneliti berusaha menganalisis hasil temuan yang didapat selama proses peneitian berlangsung.


(23)

33

Nurfitria Apriani, 2013

Model Pembelajaran Synetik Untuk Mengambangkan Kemampuan Ekspresi Kreatif Siswa Dalam Pembelajaran Seni Tari Di SMK MUP ARS Internasional Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

D. Definsi Operasional

Judul penelitian yang diangkat adalah penerapan model pembelajaran synectic untuk mengembangkan kemampuan ekspresi kreatif siswa dalam pembelajaran seni tari di SMK MVP ARS Internasional Bandung. Berkenaan dengan penelitian ini maka perlu dijelaskan variabel yang menjadi permasalahan penelitian. Variabel tersebut adalah:

1. Model pembelajaran synectic, yaitu merupakan sesuatu pendekatan baru yang menarik guna mengembangkan kreativitas dan meningkatkan imajinasi siswa. 2. Ekspresi kreatif, yaitu terdiri dari kata ekspresi dan kreatif.

a) Ekspresi adalah proses ungkapan emosi atau perasaan di dalam proses penciptaan karya seni, proses ekspresi bisa diaktualisasikan melalui media. Media musik bunyi; media seni rupa adalah garis, bidang dan warna; media tari adalah gerak, media teaer adalah gerak, suara dan lakon.

b) Kreatif adalah kemampuan seseorang untuk melahirkan sesuatu yang baru baik berupa gagasan maupun karya nyata, baik dalam bentuk karya baru maupun kombinasi dengan hal-hal yang sudah ada atau yang belum pernah ada.

Jadi ekspresi kreatif dapat diartikan sebagai suatu ungkapan perasaan cinta seseorang yang diaktualisasikan melalui bahasa tubuh ataupun perbuatan lainnya yang memiliki nilai kebaruan didalam karya atau hasil perbuatan ekspresinya. 3. Pembelajaran seni tari yaitu merupakan salah satu mata pelajaran yang harus

dikuasai siswa dalam jenjang pendidikan formal, dan juga merupakan kunci utama dalam pengembangan kreativitas. Dikatakan demikian karena pendidikan seni tari memliki sifat-sifat yang dapat mrangsang siswa untuk lebih kreatif. Demikian juga dalam proses belajar mengajar seni tari. Proses berlangsung karena adanya interaksi antara guru dan siswa juga dengan lingkungannya.

Dari beberapa istilah yang telah dijelaskan di atas, secara definisi oprasional istilah-istilah yang terdapat pada variabel judul dapat dimaknai sebagai suatu cara


(24)

34

Nurfitria Apriani, 2013

Model Pembelajaran Synetik Untuk Mengambangkan Kemampuan Ekspresi Kreatif Siswa Dalam Pembelajaran Seni Tari Di SMK MUP ARS Internasional Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

atau pendekatan pembelajaran untuk meningkatkan dan mengembangkan kemampuan ekspresi kreatif siswa melalui proses imajinasi dalam pebelajaran tari yang diterapkan pada siswa SMK MVP ARS Internasional Bandung.

E. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah alat untuk mengumpulkan data yang diperlukan dalam suatu penelitian (Suharsimi Arikunto, 1996:150). Dalam penelitian kualitatif, yang menjadi instrument atau alat penelitian adalah peneliti itu sendiri. Peneliti kualitatif sebagai human instrument, berfungsi menetapkan fokus penelitian, memilih informan sebagai sumber data, melakukan pengumpulan data, menilai kualitas data, analisis data, menafsirkan data dan membuat kesimpulan atas temuannya. Menurut Sutedin (2009:155) “instrumen penelitian merupakan alat yang digunakan untuk mengumpulkan atau menyediakan berbagai data yang diperlukan dalam kegiatan penelitian”. Data penelitian pendidikan, ada yang bersumber dari manusia ada juga yang berasal dari sumber lainnya, sehingga diperlukan berbagai jenis instrumen untuk memperolehnya.

Dalam hal instrumen penelitian kualitatif Nasution (1988) menyatakan bahwa: Dalam penelitian kualitatif, tidak ada pilihan lain daripada menjadikan manusia sebagai instrument penelitian utama. Alasannya ialah bahwa, segala sesuatu belum mempunyai bentuk yang pasti.Masalah, focus penelitian, prosedur penelitian, hipotesis yang digunakan, bahkan hasil yang diharapkan, itu semua tidak dapat ditentukan secara pasti dan jelas sebelumnya.Segala sesuatu masih perlu dikembangkan sepanjang penelitian itu. Dengan keadaan yang serba tidak pasti dan tidak jelas, tidak ada pilihan lain hanya peneliti itu sendiri sebagai alat satu-satunya yang dapat mencapainya.

Dalam penelitian kualitatif instrumen utamanya adalah peneliti sendiri, namun selanjutnya setelah fokus penelitian menjadi jelas maka akan dikembangkan instrumen penelitian sederhana, yang diaharapkan dapat melengkapi data dan membandingkan dengan data yang telah ditemukan melalui observasi dan wawancara.


(25)

35

Nurfitria Apriani, 2013

Model Pembelajaran Synetik Untuk Mengambangkan Kemampuan Ekspresi Kreatif Siswa Dalam Pembelajaran Seni Tari Di SMK MUP ARS Internasional Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Instrumen dalam penelitian ini berupa tes. Fungsi tes di dalam penelitian ini untuk mengetahui dan mengukur keberhasilan siswa di dalam mengikuti proses pembelajaran. Sukardi (2005:141) menyebutkan tiga jenis tes yang dijadikan sebagai alat ukur sebuah hasil penelitian, yakni tes psikolog, prestasi dan tes intelegensi. Tes psikologi merupakan instrumen yang dirancang untuk mengukur aspek-aspek tertentu dari tingkah laku manusia. Tes prestasi merupakan instrumen yang dirancang untuk mengukur hasil belajar, aspek-aspek yang diukur diantaranya masalah penguasaan dan kemampuan para peserta didik selama waktu tertentu menerima proses belajar mengajar dari guru. Sedangkan tes intelegensi merupakan instrument untuk mengukur bakat yang dimiliki peserta didik. Dari ketiga jenis tes tersebut, nampaknya jenis tes psikolog dan intelegensi yang dianggap relevan dengan target dari pelaksanaan penelitian ini yang lebih pada penekanan makna dari proses suatu pembelajaran bukan hasil akhir (produk pembelajaran).

1. Sistem Penilaian

Evaluasi merupkan salah satu komponen penting dari proses pembelajaran. Evaluasi dalam pembelajaran memiliki kedudukan sebagai salah satu tahapan atau kegiatan yang memiliki fungsi untuk mengukur ketercapaian dari kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan. Proses mengevaluasi tidak hanya terfokus pada kegiatan akhir akan tetapi di awal pun dianggap penting sebagai bahan pertimbangan kegiatan pembalajaran selanjutnya. Salah satu aktivitas mengevaluasi adalah aktivitas menilai (menilai aktivitas belajar siswa dari awal sampai akhir pembelajaran).

Proses penilaian dalam penelitian ini pelaksanaannya lebih ditekankan pada proses kegiatan belajar mengajar berlangsung. Hal yang dinilai oleh peneliti adalah tingkat kemampuan berfikir kreatif siswa dalam mengembangkan perangkat pengetahuannya. Kegiatan menganalisis, mengekplorasi, mencipta, mengejewantahkan dan memberi makna dari pembelajaran yang dilakukan menjadi wilayah fokus penilaian penelitian. Kecenderungan dari sistem penilaian yang dipergunakan peneliti adalah untuk mengukur atau menilai secara objektif mengenai


(26)

36

Nurfitria Apriani, 2013

Model Pembelajaran Synetik Untuk Mengambangkan Kemampuan Ekspresi Kreatif Siswa Dalam Pembelajaran Seni Tari Di SMK MUP ARS Internasional Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

proses pembelajaran yang telah dilakukan siswa. Mengingat penelitian yang dilakukan peneliti adalah penelitian terapan kualitatif, maka dalam hal ini sistem penilaiannya mengacu pada poin kriteria-kriteria yang dibuat peneliti. Hal ini diungkapkan Arikunto (1996: 346) bahwa “terhadap data yang bersifat kualitatif, maka pengolahannya dibandingkan dengan suatu standar atau kriteria yang telah

dibuat oleh peneliti”. Dalam hal ini standar penilaian yang dibuat peneliti

mengkondisikan lagi dengan standar nilai dari sekolah yang bersangkutan dengan ketentuan standar nilai sebagai berikut:

1. Kurang ( K ) = dengan standar nilai 6 ke bawah 2. Cukup ( C ) = dengan standar nilai 6

3. Baik ( B ) = dengan standar nilai 6 ke atas

Selanjutnya untuk mempresentasekan standar nilai yang telah ditentukan di atas, peneliti memakai rumus yang biasa dipergunakan untuk menghitung persen, yakni:

Keterangan simbol huruf pada rumus: 1. Simbol r =

2. Simbol t =

3. Simbol y =

4. Simbol z =

diartikan sebagai jumlah keseluruhan siswa. diartikan sebagai jumlah nilai yang diperoleh dari keseluruhan siswa.

diartikan jumlah 100 sebagai pangkal penjumlahan prosentase.

diartikan hasil penjumlahan prosentase.

Untuk mempermudah dalam proses menganalisis data, maka penilaian terhadap aspek-aspek terebut menggunakan nilai yang kuantitatif dengan nilai-nilai sebagai berikut:

a. Instrument Penilaian Indikator Berani Tampil r


(27)

37

Nurfitria Apriani, 2013

Model Pembelajaran Synetik Untuk Mengambangkan Kemampuan Ekspresi Kreatif Siswa Dalam Pembelajaran Seni Tari Di SMK MUP ARS Internasional Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

No Skala Penilaian Indikator Keterangan

1 A (Baik) a. Siswa berani bertanya pada guru apabila ada materi yang kurang dimengerti.

b. Siswa berani berbicara baik ketika ditanya maupun mengungkapkan sendiri.

Tes individu

2 B (Cukup) a. Siswa hanya mampu bertanya ketika ditunjuk oleh guru. b. Siswa berani tampil ke depan

ketika disuruh oleh guru. 3 C (kurang) a. Siswa kurang aktif bertanya.

b. Siswa kurang berani tampil kedepan.

b. Instrument Penilaian Indikator Berani Menyampaikan Ide serta Gagasan

No Skala Penilaian Indikator Keterangan

1 A (Baik) Siswa berani menyampaikan ide atau gagasan secara pasif maupun aktif, baik secara lisan maupun tulisan.

Tes individu

2 B (Cukup) Siswa mampu menyampaikan ide atau gagasan secara pasif, ketika gurunya meminta siswa tersebut untuk berbicara.


(28)

38

Nurfitria Apriani, 2013

Model Pembelajaran Synetik Untuk Mengambangkan Kemampuan Ekspresi Kreatif Siswa Dalam Pembelajaran Seni Tari Di SMK MUP ARS Internasional Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

menyampaikan idea atau gagasan secara pasif.

b. Siswa kurang mampu

membuat ide atau gagasan.

c. Instrumen Penilaian Indikator Berani Bergerak dan Membuat Gerakan

No Skala Penilaian Indikator Keterangan

1 A (Baik) Siswa berani bergerak maupun mengembangkan gerak sesuai dengan instruksi pembelajaran pada saat itu.

Tes kelompok

2 B (Cukup) Siswa memiliki kemampuan

bergerak tetapi belum maksimal pada saat diminta tampil di depan teman-temannya.

3 C (Kurang) a. Siswa kurang mampu

membuat gerak-gerak

sederhana.

b. Siswa kurang bisa mengolah tubuhnya.

F. Langkah-Langkah Penelitian 1. Persiapan Penelitian

Tahap ini merupakan tahap awal dalam sebuah penelitian pendahuluan, dan tahap penyusunan proposal penelitian. Pada tahap ini dilakukan penelitian pendahuluan yaitu melihat permasalahan yang terjadi di lapangan atas dasar hasil dari penelitian pendahuluan yang dilengkapi dengan kajian terhadap berbagai literatur.


(29)

39

Nurfitria Apriani, 2013

Model Pembelajaran Synetik Untuk Mengambangkan Kemampuan Ekspresi Kreatif Siswa Dalam Pembelajaran Seni Tari Di SMK MUP ARS Internasional Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Peneliti menyusun rancangan proposal penelitian dengan cara mengumpulkan bahan referensi yang erat kaitannya dengan tujuan penelitian. Peneliti melakukan tukar pikiran dengan teman seangkatan maupun mahasiswa sebelumnya khususnya program seni tari.

Peneliti berkonsultasi dengan dosen dalam rangka pemantapan judul skripsi dan penentuan dosen pembimbing. Akhirnya, peneliti mengadakan konsultasi dengan dosen pembimbing untuk mendapat arahan teknik operasional penelitian.

Persiapan penelitian berfungsi untuk mefokuskan permasahan yang akan diteliti tidak terjadi kesalah pahaman atau simpang siur sebelum peneliti terjun langsung ke lapangan. Persiapan-persiapan yang dilakukan oleh peneliti adalah sebagai berikut:

a. Pra survey dilakukan ke SMK MVP ARS Internasional Bandung untuk mengetahui situasi dan kebiasaan di sekolah tersebut.

b. Pengurusan izin pernelitian. Permohonan izin mengadakan survey penelitian dengan surat rektor UPI Bandung kepada Kepala Sekolah SMK MVP ARS

Internsional Bandung dengan judul “Model Pembelajaran Synectic Untuk

Mengembangkan Kemampuan Ekspresi Kreatif Siswa Dalam Pembelajaran Seni Tari Di SMK MVP ARS Internasional Bandung”

c. Melakukan pengamatan akan kegiatan pengembangan diri lewat kegiatan observasi yang dilakukan oleh para siswa yang menjadi riset peneliti

d. Kemudian dilanjutkan wawancara kepada bapak Jalu Ginanjar sebagai pengajar kesenian (seni budaya) khususnya seni tari, dan siswa yang mengikuti kegiatan pembelajaran.

e. Pengamatan difokuskan pada program pengembangan diri dalam kegiatan pembelajaran yang meliputi proses kegiatan, pelaksanaan, faktor penghambat, dan hasil yang dicapai dalam kegiatan tersebut.


(30)

40

Nurfitria Apriani, 2013

Model Pembelajaran Synetik Untuk Mengambangkan Kemampuan Ekspresi Kreatif Siswa Dalam Pembelajaran Seni Tari Di SMK MUP ARS Internasional Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

f. Melakukan identifikasi pada kegiatan pengembangan diri dalam kegiatan pembelajaran yang dilakukan pengajar dan sumber-sumber yang relevan dengan masalah ini.

g. Mengamati/observasi deskripsi tentang pelaksanaan, faktor penghambat, serta hasil dari pelaksanaan kegiatan tersebut.

h. Menganalisis kegiatan pengembangan diri dalam kegiatan pembelajaran yang diimplementasikan pengajar, artinya dimensi manakah yang sudah diterapkan, seperti proses pelaksanaan, faktor penghambat, dan hasil dari pelaksanaan.

2. Pelaksanaan Penelitian

Langkah-langkah dalam penelitian dibagi ke dalam lima tahap, yaitu tahap persiapan, tahap pengumpulan data, tahap pengolahan data, tahap menganalisis data dan tahap penyusunan laporan.

a. Tahap Persiapan

Berikut ini kegiatan yang dilaksanakan dalam tahap persiapan. 1. Mencari keterangan yang akurat mengenai masalah yang akan diteliti 2. Menentukan masalah, judul penelitian, dan kerangka penelitian

Setelah survey tempat diakukan untuk memastikan siap untuk dijadikan lokasi penelitian. Langkah selanjutnya adalah menentukan judul penelitian yang diikuti oleh rumusan masalah penelitian.

3. Membuat proposal penelitian

Setelah melalui proses pematangan konsep dan judul penelitian baik dalam perkuliahan ataupun di luar perkuliahan, langkah selanjutnya adalah menyusun proposal untuk persiapan siding proposal.


(31)

41

Nurfitria Apriani, 2013

Model Pembelajaran Synetik Untuk Mengambangkan Kemampuan Ekspresi Kreatif Siswa Dalam Pembelajaran Seni Tari Di SMK MUP ARS Internasional Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

5. Persiapan lainnya sebelum peneliti terjun ke lapangan untuk melakukan penelitian adalah menyelesaikan masalah administrasi yang berhubungan erat dengan surat perijinan, berupa:

5.1 SK pengangkatan pembimbing I dan pembimbing II

5.2 Surat permohonan ijin penelitian dari Rektor UPI yang melalui proses terlebih dahulu dari urusan bagian BAAK UPI.

5.3 Mengurus surat rekomendasi dari pihak sekolah yang menjadi lokasi penelitian.

b. Tahap Mengumpulkan Data

Kegiatan ini dilakukan untuk menetapkan atau menguji kebenaran informasi dan data yang diperoleh dengan cara pengecekan atas data sebelumnya. Kegiatan yang dilakukan dalam tahap mengumpulkan data, antara lain:

1. Mencari kesesuaian data yang diperoleh dari literatur dan narasumber yang kemudian disusun secara sistematis.

2. Melakukan observasi.

3. Melakukan wawancara dengan nara sumber yang berhubungan dengan penelitian.

c. Pengolahan Data

Setelah terkumpul yang diperkirakan memiliki tingkat kebenaran yang dapat dipertanggungjawabkan melalui pengaturan dan penyusunan yang baik sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian tersebut, seperti yang dikemukakan oleh Kartono Kartini (1990:86) bahwa “Mengolah data berarti menimbang, menyaring, mengatur dan mengklasifikasikan. Menimbang dan menyaring data itu ialah benar-benar memilih secara hati-hati data yang relevan, tepat dan berkaitan dengan masalah yang tengah diteliti. Mengatur dan mengklasifikasikan ialah menggolongkan, menyusun aturan tertentu”.


(32)

42

Nurfitria Apriani, 2013

Model Pembelajaran Synetik Untuk Mengambangkan Kemampuan Ekspresi Kreatif Siswa Dalam Pembelajaran Seni Tari Di SMK MUP ARS Internasional Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

d. Tahap Menganalisis Data

Kegiatan yang dilakukan dalam tahap menganalisis data, yaitu:

1. Memeriksa data yang sudah terkumpul dari hasil penelitian, dengan cara memilah dan memilih data dan mengklasifikasikannya sesuai dengan yang dilakukan peneliti yakni data minat siswa dari faktor internal dan data minat siswa dari faktor eksternal, serta data dari hasil penyebaran angket.

2. Menyusun dan mentabulasi data, serta menganalisis data yang sudah terkumpul, dengan cara data yang sudah diklasifikasi kemudian ditabulasi dalam bentuk tablel (table data minat siswa dari faktor internal, tabel data minat siswa dari faktor eksternal, serta tabel data dari hasil penyebaran angket), kemudian masing-masing tabel dianalisis.

3. Menarik kesimpulan dari hasil data yang telah dianalisis sesuai dengan data yang telah diperoleh.

e. Penulisan Laporan Penelitian

Setelah semua data dianalisis dan disusun berdasarkan permasalahan yang diperoleh, maka selanjutnya seluruh data dikumpulkan untuk dijadikan suatu laporan penelitian yang bersifat deskripsi, dengan berpedoman pada buku penulisan karya ilmiah UPI. Penyusunan laporan penelitian tidak lepas dari proses bimbingan, baik dengan pembimbing I maupun dengan pembimbing II.

Demikian pemaparan tentang metode penelitian pada bab III ini dan pada bab selanjutnya akan disampaikan deskripsi hasil penelitian dan pembahasan hasil penelitian mengenai model pembelajaran synectik untuk mengembangkan kemampuan ekspresi kreatif siswa dalam pembelajaran seni tari di SMK MVP ARS Internasional Bandung.


(33)

43

Nurfitria Apriani, 2013

Model Pembelajaran Synetik Untuk Mengambangkan Kemampuan Ekspresi Kreatif Siswa Dalam Pembelajaran Seni Tari Di SMK MUP ARS Internasional Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

G. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling utama dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data. Pengumpulan data dilakukan untuk memperoleh informasi yang dbutuhkan dalam rangka mencapai tujuan penelitian. Untuk dapat memperoleh data secara cermat dan jelas, diperlukan teknik pengumpulan data yang tepat. Dalam penelitian ini digunakan beberapa teknik pegumpulan data sehingga data yang dibutuhkan dapat diperoleh dengan baik dan maksimal. Adapun teknik pengumulan yang digunakan sebagai berikut:

a. Observasi

Observasi adalah suatu usaha sadar untuk mengumpulkan data yang dilakukan secara sistematis dan merupakan teknik paling mendasar dalam teknik pengumpulan data. Observasi akan menghasilkan data yang efektif melalui pengamatan secara jelas dan selengkap mungkin tentang perilaku individu sebenarnya dalam keadaan tertentu. Nasution menyatakan bahwa :

Observasi adalah dasar semua ilmu pengetahuan. Para ilmuwan hanya dapat bekerja berdasarkan data, yaitu fakta mengenai dunia kenyataan yang diperoleh melalui observasi. Data itu dikumpulkan dan sering dengan bantuan berbagai alat yang sangat canggih, sehingga benda-benda yang sangat kecil (proton dan elektron) maupun yang sangat jauh (benda ruang angkasa) dapat diobservasi dengan jelas. (Sugiyono, 2006 : 310).

Observasi awal dilakukan pada guru mata pelajaran seni budaya dan siswa. Kegiatan ini bertujuan untuk mencari data mengenai proses pembelajaran seni tari yang telah dilakukan serta melihat daya imajinasi siswa dalam pembelajaran seni tari.

b. Wawancara

Wawancara yang juga dikenal dengan interview adalah pengumpulan data dengan mengajukan pertanyaan secara langsung oleh pewawancara kepada responden dan jawaban responden dicatat atau direkam. Selain itu wawancara juga dapat


(34)

44

Nurfitria Apriani, 2013

Model Pembelajaran Synetik Untuk Mengambangkan Kemampuan Ekspresi Kreatif Siswa Dalam Pembelajaran Seni Tari Di SMK MUP ARS Internasional Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

dilakukan melalui telepon. Susan Stainback dalam Sugiyono (2010:318) mengemukakan bahwa :“interviewing provide the researcher a means to gain a deeper understanding of how the participant interpret a situation or phenomenon than can be gained throught observation alone”.(dengan wawancara, maka peneliti akan mengetahui hal-hal yang lebih mendalam tentang partisipan dalam menginterprestasikan situasi dan fenomena yang terjadi, di man hal ini tidak bisa ditemukan melalui observasi).

Wawancara yang digunakan peneliti adalah wawancara terstruktur. Artinya pertanyaan diajukan setelah disusun terlebih dahulu oleh peneliti yang kemudian dirumuskan dalam pedoman wawancara.Sumber data yang diwawancara adalah sejumlah informan yang memiliki keterlibatan langsung dengan kegiatan proses pembelajaran tari di SMK MVP ARS Internasional Bandung.

Peneliti telah melakukan beberapa kali wawancara yang berlangsung secara informal, yaitu pembicaraan yang bergantung pada spontanitas pewawancara dalam mengajukan pertanyaan kepada narasumber. Wawancara dilakukan pada tanggal 4 februari 2013 dengan bahasa sehari-hari, wawancara yang berlangsung singkat itu membahas tentang proses pembelajaran di SMK MVP ARS Internasional Bandung, apa kendala yang dihadapi oleh pengajar di saat proses penyampaian materi dan bagaimana evaluasi dilakukan.

Wawancara dilakukan guna mengetahui secara langsung prihal proses pembelajaran seni tari yang telah berlangsung selama ini. Wawancara dilakukan kepada Kepala Sekolah, Guru Mata Pelajaran seni budaya, dan siswa.

c. Studi Dokumentasi

Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu, studi dokumentasi merupakan teknik pengumpulan data yang tidak ditujukan langsung kepada subjek penelitian. Dokumen yang diteliti dapat berbagai macam, tidak hanya dokumen resmi, bisa berupa buku harian, surat pribadi, laporan, notulen rapat, catatan kasus


(35)

45

Nurfitria Apriani, 2013

Model Pembelajaran Synetik Untuk Mengambangkan Kemampuan Ekspresi Kreatif Siswa Dalam Pembelajaran Seni Tari Di SMK MUP ARS Internasional Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

(case records) dalam pekerjaan sosial, dan dokumen lainnya. Studi dokumen merupakan pelengkap dari penggunaan metode observasi dan wawancara. Hasil penelitian dari observasi yang dilakukan dapat dipercaya karena didukung oleh sejarah pribadi di masa kecil, atau autobiografi. Melalui teknik ini peneliti berusaha mengumpulkan data dengan cara mendokumentasikan segala kegiatan pembelajaran dalam bentuk foto, agar data yang diperoleh tidak diragukan. Teknik ini akan dijadikan data pendukung penelitian.

Studi dokumentasi yang peneliti lakukan dalam penelitian ini adalah melakukan pengambilan gambar pada saat pembelajaran berlangsung berupa foto. Dalam penelitian ini, peneliti berperan sebagai guru yang menerapkan pembelajaran sekaligus juga pengamat. Oleh karena itu konsentrasi peneliti akan terpecah, sehingga tidak semua peristiwa yang terjadi selama proses pembelajaran dapat dicermati dan diingat dengan baik oleh peneliti.

d. Studi Literatur

Untuk menganalisis data-data hasil penelitian, peneliti perlu mencari beberapa literatur yang terkait dengan judul penelitian ini. Studi literatur yang peneliti lakukan antara lain: (1) mempelajari buku-buku pembelajaran tari, (2) mempelajari beberapa buku yang terkait dengan metodologi penelitian kualitatif. Serta berbagai sumber yang berhubungan dengan fokus permasalahan yang peneliti angkat baik dari media cetak ataupun media elektronik.

H. Teknik Analisis Data

Kegiatan pengambilan kesimpulan didalam penelitian ini merupakan hal yang sangat penting untuk memberikan gambaran secara pasti tentang masalah yang diteliti. Sedangkan kegiatan verifikasi data dilakukan agar hasil penelitian ini memiliki validitas yang tinggi. Oleh karena itu, kegiatan diatas tersebut sangat penting untuk dilakukan dalam kegiatan penelitian yang menggunakan paradigma.


(36)

46

Nurfitria Apriani, 2013

Model Pembelajaran Synetik Untuk Mengambangkan Kemampuan Ekspresi Kreatif Siswa Dalam Pembelajaran Seni Tari Di SMK MUP ARS Internasional Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Seluruh data yang berhasil peneliti kumpulkan akan diolah melalui: a. Reduksi Data

Kegiatan ini bertujuan untuk memudahkan peneliti dalam memahami data yang dikumpulkan dari lapangan. Kegiatan ini dilakukan dengan membuat rangkuman terhadap aspek-aspek permasalahan yang diteliti agar mudah untuk melakukan analisis data lebih lanjut. Adapun aspek-aspek permasalahan yang direduksi dalam penelitian ini meliputi proses penerapan model pembelajaran synectic untuk meningkatkan kemampuan ekspresi kreatif siswa.

b. Display Data

Langkah selanjutnya setelah melakukan kegiatan reduksi terhadap seluruh data, adalah menyajikan data-data tersebut secara jelas dan singkat dengan mengacu kepada judul dan rumusan masalah tentang model pembelajaran synectic untuk meningkatkan kemampuan ekspresi kreatif siswa dalam pembelajaran seni tari. Hal ini dimaksudkan untuk mempermudah peneliti dalam memahami data dan kemudian mengambil suatu kesimpulan terkait dengan tema penelitian ini.

c. Pengambilan kesimpulan dan verifikasi data

Menganalisis data dalam upaya mengambil suatu keputusan, merupakan intisari dari hasil penelitian. Sedangkan verifikasi data adalah suatu upaya untuk mempelajari kembali data-data yang sudah dikumpulkan dengan meminta pertimbangan dari berbagai pihak yang relevan dengan penelitian ini.

Kegiatan pengambilan kesimpulan didalam penelitian ini merupakan hal yang sangat penting untuk memberikan gambaran secara pasti tentang masalah yang diteliti. Sedangkan kegiatan verifikasi data dilakukan agar hasil penelitian ini memiliki validitas yang tinggi. Oleh karena itu, kegiatan seperti tersebut diatas sangat penting untuk dilakukan dalam kegiatan penelitian yang menggunakan paradigma


(37)

47

Nurfitria Apriani, 2013

Model Pembelajaran Synetik Untuk Mengambangkan Kemampuan Ekspresi Kreatif Siswa Dalam Pembelajaran Seni Tari Di SMK MUP ARS Internasional Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

kualitatif ini. Data penelitian dalam hal ini data proses penerapan model synectic diverifikasi dan kemudian hasilnya menjadi bagian kesimpulan dari penelitian ini.

I. Variabel Penelitian

Variabel penelitian merupakan suatu nilai objek atau kegiatan yang mempunyai validasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan ditarik kesimpulannya. Hal ini sependapat dengan Kerlinger (1973:38) bahwa variabel adalah konstruksi atau sifat yang akan dipelajari. Selanjutnya menurut Kidder (1981:38) mengatakan bahwa variabel adalah suatu kualitas dimana peneliti mempelajari dan menarik kesimpulan darinya. Selanjutnya menurut Sudjana (1987:52), menyatakan bahwa “Dalam metode penelitian deskriptif analisis dapat mendeskripsikan satu variabel atau lebih dari satu variabel penelitian”. Dari beberapa pendapat para ahli tersebut, dapat ditarik benang merah bahwa kedudukan variabel dalam penelitian sangat penting keberadaannya, karena menjadi fokus masalah-masalah penelitian. Seperti halnya keberadaan variabel dalam penelitian ini yang mampu menjadi memperjelas arah dan fokus masalah penelitian yang akan diteliti. Adapun variabel dalam penelitian ini terdiri dari dua variabel, yaitu variabel bebas dan variabel terikat.

1. Metode Synectic sebagai variabel bebas, karena merupakan suatu hal yang mempengaruhi terhadap peningkatan aktivitas belajar siswa dalam pembelajaran seni tari.

2. Aktivitas belajar siswa sebagai variabel terikat, karena merupakan suatu hal yang dipengaruhi oleh metode Synectic yang diterapkan dalam pembelajaran seni tari.

Tabel 3.2 Variabel Penelitian


(38)

48

Nurfitria Apriani, 2013

Model Pembelajaran Synetik Untuk Mengambangkan Kemampuan Ekspresi Kreatif Siswa Dalam Pembelajaran Seni Tari Di SMK MUP ARS Internasional Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu Metode Synectic

Indikatornya :

1. Tujuan pembelajaran 2. Tahapan pembelajaran 3. Materi ajar

4. Sistem evaluasi 5. Media pembelajaan

Aktivitas belajar siswa Indikatornya :

1. Berani Tampil

2. Berani mengembangkan ide serta gagasan

3. Berani bergerak dan membuat gerakan.


(39)

101

Nurfitria Apriani, 2013

Model Pembelajaran Synetik Untuk Mengambangkan Kemampuan Ekspresi Kreatif Siswa Dalam Pembelajaran Seni Tari Di SMK MUP ARS Internasional Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan data dan informasi hasil penelitian yang telah dijelaskan mulai dari bab I sampai bab IV, ternyata banyak peristiwa menarik yang menjadi temuan dari penelitian yang telah dilakukan. Dari model synectic yang diterapkan pada siswa di SMK MVP ARS Internasional, telah mampu membangun situasi dan kondisi pembelajaran dinamis dan kreatif sehingga mampu menjadi pembeda dari situasi dan kondisi pembelajaran yang telah dilakukan sebelumnya. Hasil ini menjadi awal yang baik bagi siswa, guru, dan pihak sekolah untuk terus mengembangkan potensi yang dimiliki sekolah saat ini. Dari hasil ini perlu disimpulkan beberapa masalah penting sehingga mampu menjadi data dan informasi inti dari hasil penelitian yang telah dilakukan.

Kesimpulan mengenai proses, ternyata banyak hal ditemukan selama mengimplementasikan model synectic untuk mengembangkan ekspresi kreatif siswa di SMK MVP ARS Internasional. Diawal pertemuan, diamati masih banyak siswa yang tidak cepat masuk pikiriannya untuk mengikuti pembelajaran seni tari yang dilakukan peneliti. Mereka seperti merasa kebingungan dari pembelajaran yang dilakukan. Akan tetapi secara perlahan, peneliti mencoba berusaha agar seluruh siswa mampu memahami kegiatan pembelajaran tari yang akan dilakukan saat itu dan ke depan bersama-sama. Hasilnya, pada pertemuan selanjutnya hampir seluruh siswa mulai mengkondisikan segala pikirannya untuk mengikuti pembelajaran seni tari sesuai tema pembelajaran yang telah ditentukan. Melalui tahapan-tahapan pembelajaran dalam konsep model synectic sangat memungkinkan siswa secara kreatif diajak untuk berfikir dan mencurahkan ekspresinya melalui ide dan gerak yang siswa lakukan. Synectic mengajak siswa untuk memikirkan sesuatu secara berbeda melalui aktifitas metaforik, dimana setiap benda mati ataupun hidup dapat


(40)

102

102

Nurfitria Apriani, 2013

Model Pembelajaran Synetik Untuk Mengambangkan Kemampuan Ekspresi Kreatif Siswa Dalam Pembelajaran Seni Tari Di SMK MUP ARS Internasional Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

dianalogoikan dan diterjemhkan dalam berbagai bentuk termasuk gerak tari. Dari pengamatan yang dilakukan, hampir semua siswa melakukan semua yang diharapkan, meskipun belum seluruhnya maksimal.

Dari 4 pertemuan pembelajaran yang telah dilakukan, hasil penerapan model synectic menunjukan hasil yang cukup baik. Kesimpulan ini dapat dilihat dari uraian hasil penilaian dari setiap indikator yang telah dijelaskan pada bab IV. Secara keseluruhan hasil pembelajaran, kurang lebih hampir 50 % siswa memiliki kemampuan cukup dalam setiap targetan dari indikator pembelajaran yang telah ditentutkan. Penilaian cukup ini dilihat dari kemampuan siswa dari setiap indikator pembelajaran yang memiliki kecenderungan hasil pada level sedang dan memiliki potensi untuk dikembangkan dalam pembelajaran kemudian. Para siswa memiliki keberanian untuk bertanya, mengembangkan idenya dan mengembangkan gerak sendiri seusuai dengan kemampuannya. Kondisi ini yang menujukkan adanya keberhasil dari pembelajaran yang telah dilakukan.

B. Saran

Berdasarkan hasil yang dcapai pada penelitian ini, peneliti dapat mengajukan beberapa saran sebagai berikut :

1. Pemerintah dapat melakukan upaya perbaikan pada komponen-komponen pembelajaran guru guna meningkatkan kualitas siswa yang menghasilkan pihak sekolah (output).

2. Universitas Pendidikan Indonesia sebagai Perguruan Tinggi Negeri yang menghasilkan tenaga pendidik yang berkualitas, perlu mengadakan inovasi baru dalam proses pendidikan mahasiswanya. Hal ini sehubungan dengan minimnya pengangkatan yenaga pengajar di sekolah-sekolah. Karena pada umumnya sekarang ini sekolah-sekolah menginginkan tenaga pengajar yang berkualitas, berinovasi tinggi dam menyiasati dan menggunakan komponen pembelajaran, berkreativitas yang tinggi sehingga mampu menghasilkan output siswa yang


(41)

103

103

Nurfitria Apriani, 2013

Model Pembelajaran Synetik Untuk Mengambangkan Kemampuan Ekspresi Kreatif Siswa Dalam Pembelajaran Seni Tari Di SMK MUP ARS Internasional Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

berkualitas pula. Mampu bersaing dengan masyarakat lainnya dalam segala bidang.

3. SMK MVP ARS Internasional Bandung. Dari hasil penelitian yang peneliti lakukan, peneliti memiliki beberapa catatan bagi pihak sekolah sebagai penyelenggara pendidikan, sehubungan dengan pembelajaran seni tari. Pertama, peneliti menyarankan untuk adanya sebuah ruang tari yang khusus, dimana siswa serta guru tari dapat melakukan kegiatan pembelajaran dengan maksimal dan penuh kreativitas. Kedua, diharapkan pihak sekolah melalui bagian kurikulum lebih memperhatikan pelajaran seni budaya, berkaitan dengan waktu belajar yang dirasakan begitu sempit, sehingga pembelajaran tidak bisa disampaikan secara makasimal.

4. Guru tari diharapkan dapat terus menggali berbagai macam metode dan model pembelajaran yang dapat meningkatkan kualitas pembelajaran tari. Kemudian, guru tari diharapkan dapat melihat keluhan-keluhan yang disampaikan oleh siswa dalam pembelajaran seni tari sehingga tidak terjadi ketidakadilan gender dalam pembelajaran seni tari.

5. Peneliti selanjutnya. Penelitian yang peneliti lakukan ini, hanyalah salah satu dari sekian banyak alternatif untuk ekspresi kreatif pada siswa dalam pembelajaran seni tari. Oleh sebab itu diharapkan para peneliti selanjutnya dapat menggali dan melihat lebih dalam mengenai alternatif serta jawaban untuk dapat menjadikan pembelajaran seni tari lebih kreatif.


(42)

Nurfitria Apriani, 2013

Model Pembelajaran Synetik Untuk Mengambangkan Kemampuan Ekspresi Kreatif Siswa Dalam Pembelajaran Seni Tari Di SMK MUP ARS Internasional Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

DAFTAR PUSTAKA

Budiman, Agus. (2002) Pembelajaran Seni Tari Berbasis Media Proyeksi Dan Nonproyeksi Sebagai Optimalisasi Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa Sekolah Dasar. Tesis pada Jurusan Seni, Bandung UPI

Dahlan. (1990). Model-Model Mengajar. Bandung: CV. DIPONEGORO

Ginanjar, Jalu. (2005). Implementasi Model Role Playing Untuk Mengembangkan Kreativitas Siswa. Skripsi pada Jurusan Seni, Bandung UPI

Hidajat, Robby. (2005). Menerobos Pembelajaran Tari Pendidikan. Malang: Banjar Seni Gantar Gumelar

Masunah, Juju & Tati Narawati. (2003). Seni dan Pendidikan Seni, Sebuah Bunga Rampai. Bandung: P4ST

Mahendra, Agus. (1998). Teori Belajar dan Pembelajaran Motorik. Bandung : IKIP Banudng Press.

Munandar, Utami. (1992). Mengembangkan Bakat dan Kreativitas Anak Sekolah. Jakarta: PT. Gramedia

Rusyan, Tabrani. (1989). Pendekatan Dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remadja Karya CV.

Sagala, S. (2003). Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alphabeta.

Sudjana, Nana. (1989). Dasar – Dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru

Sugiyono. (2008). Metode Penelitian Kuantitatif Dan Kualitatif dan R&D. Bandung : Alfabeta.

Syaodih, N Sukmadinata. (2008). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya

Trianto. (2007). Model-model Pembelajaran Inovasi Berorientasi Konstruktivisme. Jakarta : Prestasi Pustaka.


(43)

Nurfitria Apriani, 2013

Model Pembelajaran Synetik Untuk Mengambangkan Kemampuan Ekspresi Kreatif Siswa Dalam Pembelajaran Seni Tari Di SMK MUP ARS Internasional Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Walgito, Bimo. (2004). Pengantar Psikologi Umum. Yogyakarta : Andi

Wijaya, dkk. (1991). Upaya Pembaharuan Dalam Pendidikan Dan Pengajaran. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya

http://zonainfosemua.blogspot.com/2010/11/pengertian-model-pembelajaran-dari.html

(http://www.plengdut.com/2012/12/pengertian-nilai-seni-dan,ekspresi.html?m=1) (http://karyailmiah-ardhiprabowo.blogspot.com/2011/12/kreatif-definisi-menurut-beberapa-ahli.html?m=1).


(1)

48

Metode Synectic

Indikatornya :

1. Tujuan pembelajaran 2. Tahapan pembelajaran 3. Materi ajar

4. Sistem evaluasi 5. Media pembelajaan

Aktivitas belajar siswa Indikatornya :

1. Berani Tampil

2. Berani mengembangkan ide serta gagasan

3. Berani bergerak dan membuat gerakan.


(2)

101

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan data dan informasi hasil penelitian yang telah dijelaskan mulai dari bab I sampai bab IV, ternyata banyak peristiwa menarik yang menjadi temuan dari penelitian yang telah dilakukan. Dari model synectic yang diterapkan pada siswa di SMK MVP ARS Internasional, telah mampu membangun situasi dan kondisi pembelajaran dinamis dan kreatif sehingga mampu menjadi pembeda dari situasi dan kondisi pembelajaran yang telah dilakukan sebelumnya. Hasil ini menjadi awal yang baik bagi siswa, guru, dan pihak sekolah untuk terus mengembangkan potensi yang dimiliki sekolah saat ini. Dari hasil ini perlu disimpulkan beberapa masalah penting sehingga mampu menjadi data dan informasi inti dari hasil penelitian yang telah dilakukan.

Kesimpulan mengenai proses, ternyata banyak hal ditemukan selama mengimplementasikan model synectic untuk mengembangkan ekspresi kreatif siswa di SMK MVP ARS Internasional. Diawal pertemuan, diamati masih banyak siswa yang tidak cepat masuk pikiriannya untuk mengikuti pembelajaran seni tari yang dilakukan peneliti. Mereka seperti merasa kebingungan dari pembelajaran yang dilakukan. Akan tetapi secara perlahan, peneliti mencoba berusaha agar seluruh siswa mampu memahami kegiatan pembelajaran tari yang akan dilakukan saat itu dan ke depan bersama-sama. Hasilnya, pada pertemuan selanjutnya hampir seluruh siswa mulai mengkondisikan segala pikirannya untuk mengikuti pembelajaran seni tari sesuai tema pembelajaran yang telah ditentukan. Melalui tahapan-tahapan pembelajaran dalam konsep model synectic sangat memungkinkan siswa secara kreatif diajak untuk berfikir dan mencurahkan ekspresinya melalui ide dan gerak yang siswa lakukan. Synectic mengajak siswa untuk memikirkan sesuatu secara berbeda melalui aktifitas metaforik, dimana setiap benda mati ataupun hidup dapat


(3)

102

dianalogoikan dan diterjemhkan dalam berbagai bentuk termasuk gerak tari. Dari pengamatan yang dilakukan, hampir semua siswa melakukan semua yang diharapkan, meskipun belum seluruhnya maksimal.

Dari 4 pertemuan pembelajaran yang telah dilakukan, hasil penerapan model

synectic menunjukan hasil yang cukup baik. Kesimpulan ini dapat dilihat dari uraian hasil penilaian dari setiap indikator yang telah dijelaskan pada bab IV. Secara keseluruhan hasil pembelajaran, kurang lebih hampir 50 % siswa memiliki kemampuan cukup dalam setiap targetan dari indikator pembelajaran yang telah ditentutkan. Penilaian cukup ini dilihat dari kemampuan siswa dari setiap indikator pembelajaran yang memiliki kecenderungan hasil pada level sedang dan memiliki potensi untuk dikembangkan dalam pembelajaran kemudian. Para siswa memiliki keberanian untuk bertanya, mengembangkan idenya dan mengembangkan gerak sendiri seusuai dengan kemampuannya. Kondisi ini yang menujukkan adanya keberhasil dari pembelajaran yang telah dilakukan.

B. Saran

Berdasarkan hasil yang dcapai pada penelitian ini, peneliti dapat mengajukan beberapa saran sebagai berikut :

1. Pemerintah dapat melakukan upaya perbaikan pada komponen-komponen pembelajaran guru guna meningkatkan kualitas siswa yang menghasilkan pihak sekolah (output).

2. Universitas Pendidikan Indonesia sebagai Perguruan Tinggi Negeri yang menghasilkan tenaga pendidik yang berkualitas, perlu mengadakan inovasi baru dalam proses pendidikan mahasiswanya. Hal ini sehubungan dengan minimnya pengangkatan yenaga pengajar di sekolah-sekolah. Karena pada umumnya sekarang ini sekolah-sekolah menginginkan tenaga pengajar yang berkualitas, berinovasi tinggi dam menyiasati dan menggunakan komponen pembelajaran, berkreativitas yang tinggi sehingga mampu menghasilkan output siswa yang


(4)

103

103

berkualitas pula. Mampu bersaing dengan masyarakat lainnya dalam segala bidang.

3. SMK MVP ARS Internasional Bandung. Dari hasil penelitian yang peneliti lakukan, peneliti memiliki beberapa catatan bagi pihak sekolah sebagai penyelenggara pendidikan, sehubungan dengan pembelajaran seni tari. Pertama, peneliti menyarankan untuk adanya sebuah ruang tari yang khusus, dimana siswa serta guru tari dapat melakukan kegiatan pembelajaran dengan maksimal dan penuh kreativitas. Kedua, diharapkan pihak sekolah melalui bagian kurikulum lebih memperhatikan pelajaran seni budaya, berkaitan dengan waktu belajar yang dirasakan begitu sempit, sehingga pembelajaran tidak bisa disampaikan secara makasimal.

4. Guru tari diharapkan dapat terus menggali berbagai macam metode dan model pembelajaran yang dapat meningkatkan kualitas pembelajaran tari. Kemudian, guru tari diharapkan dapat melihat keluhan-keluhan yang disampaikan oleh siswa dalam pembelajaran seni tari sehingga tidak terjadi ketidakadilan gender dalam pembelajaran seni tari.

5. Peneliti selanjutnya. Penelitian yang peneliti lakukan ini, hanyalah salah satu dari sekian banyak alternatif untuk ekspresi kreatif pada siswa dalam pembelajaran seni tari. Oleh sebab itu diharapkan para peneliti selanjutnya dapat menggali dan melihat lebih dalam mengenai alternatif serta jawaban untuk dapat menjadikan pembelajaran seni tari lebih kreatif.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Budiman, Agus. (2002) Pembelajaran Seni Tari Berbasis Media Proyeksi Dan Nonproyeksi Sebagai Optimalisasi Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa Sekolah Dasar. Tesis pada Jurusan Seni, Bandung UPI

Dahlan. (1990). Model-Model Mengajar. Bandung: CV. DIPONEGORO

Ginanjar, Jalu. (2005). Implementasi Model Role Playing Untuk Mengembangkan Kreativitas Siswa. Skripsi pada Jurusan Seni, Bandung UPI

Hidajat, Robby. (2005). Menerobos Pembelajaran Tari Pendidikan. Malang: Banjar Seni Gantar Gumelar

Masunah, Juju & Tati Narawati. (2003). Seni dan Pendidikan Seni, Sebuah Bunga Rampai. Bandung: P4ST

Mahendra, Agus. (1998). Teori Belajar dan Pembelajaran Motorik. Bandung : IKIP Banudng Press.

Munandar, Utami. (1992). Mengembangkan Bakat dan Kreativitas Anak Sekolah.

Jakarta: PT. Gramedia

Rusyan, Tabrani. (1989). Pendekatan Dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remadja Karya CV.

Sagala, S. (2003). Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alphabeta.

Sudjana, Nana. (1989). Dasar – Dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru

Sugiyono. (2008). Metode Penelitian Kuantitatif Dan Kualitatif dan R&D. Bandung : Alfabeta.

Syaodih, N Sukmadinata. (2008). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya


(6)

Walgito, Bimo. (2004). Pengantar Psikologi Umum. Yogyakarta : Andi

Wijaya, dkk. (1991). Upaya Pembaharuan Dalam Pendidikan Dan Pengajaran. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya

http://zonainfosemua.blogspot.com/2010/11/pengertian-model-pembelajaran-dari.html

(http://www.plengdut.com/2012/12/pengertian-nilai-seni-dan,ekspresi.html?m=1) (http://karyailmiah-ardhiprabowo.blogspot.com/2011/12/kreatif-definisi-menurut-beberapa-ahli.html?m=1).