STRATEGI MODELING THE WAY UNTUK MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN SISWA DALAM MENGILUSTRASIKAN GERAK TARI : Studi Experimen Pada Pembelajaran Seni Tari Siswa Kelas VIII di SMPN 19 Kota Bandung.

(1)

STRATEGI MODELING THE WAY UNTUK MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN SISWA DALAM MENGILUSTRASIKAN GERAK TARI

(Studi Experimen Pada Pembelajaran Seni Tari Siswa Kelas VIII di SMPN 19 Kota Bandung)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari

Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan S-1 Jurusan Pendidikan Seni Tari Program Pendidikan Seni Tari

Oleh

SILMA RATNAKEMALA NIM 0906513

JURUSAN PENDIDIKAN SENI TARI FAKULTAS PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI


(2)

STRATEGI MODELING THE WAY UNTUK MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN SISWA DALAM MENGILUSTRASIKAN GERAK TARI

(Studi Experimen Pada Pembelajaran Seni Tari Siswa Kelas VIII di SMPN 19 Kota Bandung)

Oleh

Silma Ratnakemala

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Bahasa dan Seni

© Silma Ratnakemala 2013 Universitas Pendidikan Indonesia

Agustus 2013

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.


(3)

Silma Ratnakemala

STRATEGI MODELING THE WAY UNTUK MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN SISWA DALAM MENGILUSTRASIKAN GERAK TARI (Studi Experimen Pada Pembelajaran Seni Tari Siswa Kelas VIII di SMPN 19 Kota

Bandung)

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBING : Pembimbing I

Dra. Desfina, M. Hum. NIP. 196102201990032001

Pembimbing II

Beben Barnas, M. Pd.

NIP. 197112062001121001

Mengetahui

Ketua Jurusan Pendidikan Seni Tari

Dr. Frahma Sekarningsih, S.Sen, M.Si


(4)

ABSTRAK

Skripsi dengan judul Strategi Modeling The Way untuk Mengembangkan Kemampuan Siswa Dalam Mengilustrasikan Gerak Tari. Permasalahan yang dibahas meliputi pembelajaran seni tari yang bersifat konvensional karena siswa belajar dengan pembelajaran yang sangat minim, tidak adanya suatu inovasi pembelajaran karena hanya terpaku oleh teori dari buku, dengan diterapkannya strategi Modeling

the Way ini siswa dapat merealisasikan secara bebas potensi yang mereka miliki

sesuai dengan kemampuan mereka masing-masing yaitu melalui dunia yang mereka senangi dan mereka mengasah daya pikirnya untuk mencari ide lalu ide yang mereka punya diimplementasikan melalui ilustrasi gerak yang membawa mereka kepada keterampilan gerak, sehingga diberikannya suatu strategi Modeling The Way ini yaitu dengan tujuan untuk meningkatkan motivasi, keterampilan, kreativitas serta kemauan dan untuk mengetahui hasil kemampuan siswa dari penerapan strategi tersebut di SMP Negeri 19 Sadang Serang Bandung. Metode yang digunakan adalah metode pre-eksperimental melalui pendekatan kuantitatif. Hasil penelitian menunjukan bahwa dapat dilihat dari hasil pretest dan postest, siswa mengalami peningkatan nilai yang cukup besar. Maka dapat dikatakan bahwa siswa yang menjadi sampel dengan jumlah 24 orang telah mengalami peningkatan dalam keterampilan mengembangkan ilustrasi ke dalam gerak tari dengan menggunakan strategi Modeling The Way. Dapat terlihat melalui Independent Samples Test yaitu dengan hasil kedua kelas memiliki varians yang sama, karena nilai signifikansi kurang dari 0,05 (nilai signifikansi 0,789). Dengan kolom uji t baris kesatu, diketahui bahwa nilai signifikansinya kurang dari 0,05 (nilai signifikansinya = 0,00) hingga hipotesis H0 ditolak. Jadi, kelas eksperimen memiliki kemampuan akhir lebih tinggi dibandingkan dengan kelas kontrol. Artinya bahwa ada perbedaan yang besar pada perkembangan ilustrasi gerak tari siswa dalam pembelajaran seni tari dengan menggunakan strategi Modeling The Way. Berdasarkan hal tersebut maka hipotesis yang diajukan dapat diterima, yaitu meningkatnya perkembangan ilustrasi gerak tari pada pembelajaran seni tari siswa kelas VIII SMP Negeri 19 Bandung setelah menggunakan strategi Modeling The Way.

Kata Kunci : Strategi Modeling The Way untuk Mengembangkan Kemampuan Siswa Dalam Mengilustrasikan Gerak Tari


(5)

ABSTRACT

Thesis with the title The Way Modeling Strategies to Develop Students Ability In Motion Illustrates Dance. Issues covered include learning the art of dance that is conventional because students learn at a very minimal learning, the lack of a learning innovation because only fixed by the theory of the book, with the implementation of this strategy of Modeling the Way students can freely realize their potential in accordance with their abilities through a world that they love and they hone the power he thought to look for ideas and ideas that they have implemented through the illustration of motion that brought them to the skills of movement, so it provides a strategy Modeling The Way it is with the aim to increase motivation, skills, creativity and the willingness and ability of the students to know the results of the application of these strategies in SMP Negeri 19 Bandung Sadang Serang. The method used was a pre-experimental methods through quantitative approaches. The results showed that it can be seen from the results of the pretest and posttest, students experienced a considerable increase in value. It can be said that the students were being sampled by the number of 24 people have been experiencing an increase in illustrations to develop skills in dance movement using Modeling strategy The Way. Can be seen through the Independent Samples Test with results both classes have the same variance, because the significance value less than 0.05 (significance value of 0.789). With unity row column t test, note that the significance value less than 0.05 (significance value = 0.00) to the hypothesis H0 is rejected. Thus, the experimental class has the ability to finish higher than the control class. It means that there are large differences in the development of dance illustration art of dance students in learning by using strategies Modeling the Way. Under these conditions, the hypothesis can be accepted, the increasing development of illustrations on learning dance dance eighth grade students of SMP Negeri 19 Bandung after using Modeling strategy The Way.


(6)

Keywords: Modeling Strategies The Way to Develop Students Ability In Motion Dance Illustrates


(7)

DAFTAR ISI

Halaman LEMBAR PENGESAHAN

PERNYATAAN

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR. ... ii

DAFTAR ISI . ... iv

DAFTAR TABEL. ... vii

DAFTAR GAMBAR. ... viii

DAFTAR LAMPIRAN . ... ix

BAB I PENDAHULUAN . ... 1

A. Latar Belakang Masalah. ... 1

B. Rumusan Masalah . ... 8

C. Tujuan Penelitian . ... 9

D. Manfaat Penelitian. ... 9

BAB II KAJIAN TEORETIS . ... 11

A. Karakteristik Anak Sekolah Menengah Pertama. ... 11

B. Pembelajaran Seni Tari . ... 15

C. Modeling The Way. ... 19

D. Pembelajaran Kontekstual. ... 22

E. Mencipta Tari Versi Anak. ... 24

F. Ilustrasi dan Kreativitas Dalam Membuat Tarian Untuk Anak. ... 25

G. Evaluasi Pembelajaran Seni Tari . ... 27

BAB III METODE PENELITIAN. ... 29

A. Metode Penelitian . ... 29

B. Definisi Operasional. ... 29

C. Desain Penelitian. ... 30

D. Instrumen Penelitian. ... 30

E. Langkah-langkah penelitian. ... 39

F. Tekhnik Analisis Data………..40

G. Lokasi, Populasi dan Sampel Penelitian. ... 42

H. Hipotesis Penelitian. ... 44


(8)

BAB IV HASIL PENELITIAN dan PEMBAHASAN. ... 46

A. HASIL PENELITIAN. ... 46

1. Kegiatan Studi Awal Penelitian. ... 46

a. Hasil Pretest Pembelajaran Tari Sebelum Menggunakan Strategi Modeling The Way . ... 50

2. Perencanaan Pembelajaran Strategi Modeling The Way ... 60

3. Proses Pembelajaran. ... 61

1. Proses Kegiatan Pertemuan ke 1. ... 61

2. Proses Kegiatan Pertemuan ke 2. ... 64

4. Hasil Pemahaman Pembelajaran. ... 66

5. Data Pengolahan Hasil Posttest. ... 72

B. PEMBAHASAN. ... 88

1. Uji Hipotesis. ... 88

2. Pembahasan dan Hasil Penelitian ... 88

BAB V KESIMPULAN dan IMPLIKASI. ... 91

A. Kesimpulan………….. ... 91

B. Implikasi ………… ... 93

DAFTAR PUSTAKA. ... 96


(9)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pembelajaran sebaiknya dilakukan secara terarah dan secara fakta dalam kegiatan pembelajaran pasti terdapat subjek dan objek yang akan menjadi target pencapaian suatu pembelajaran yang memang sudah berlaku, seperti yang dikatakan oleh Marno et al. (2010:149) sebagai berikut :

Terdapat dua kegiatan yang sinergis, yakni guru mengajar dan siswa belajar. Guru mengajarkan bagaimana siswa harus belajar. Sementara siswa belajar bagaimana seharusnya belajar melalui pengalaman belajar hingga terjadi perubahan dalam dirinya dari segi kognitif, psikomotor, dan atau afektif. Persoalannya, bagaimana mengaktifkan siswa agar secara sukarela tumbuh kesadaran mau dan senang belajar. Karena itu, guru harus merancang kegiatan pembelajaran yang memungkinkan siswa melakukan kegiatan belajar secara aktif, baik fisik maupun mental.

Dalam melakukan suatu pembelajaran yang baik dan mencapai target biasanya guru harus memahami bagaimana cara yang tepat dalam meraih siswa menuju arah pembelajaran yang memacu siswa agar berani berbuat. Maksud dalam berbuat disini yaitu siswa pasti akan mengalami suatu proses belajar dengan cara tersendiri tetapi tetap dituntun dengan cara guru yang telah dipersiapkan sebelumnya, seperti yang dikatakan oleh Marno et al. (2010:149) sebagai berikut :

Siswa akan belajar secara aktif jika rancangan pembelajaran yang disusun guru mengharuskan siswa, baik secara sukarela, maupun terpaksa, menuntut siswa melakukan kegiatan belajar. Rancangan pembelajaran yang mencerminkan kegiatan belajar secara aktif perlu didukung oleh kemampuan guru memfasilitasi kegiatan belajar siswa selama proses pembelajaran berlangsung. Dengan demikian, ada korelasi signifikan antara kegiatan mengajar guru dan kegiatan belajar siswa. Mengaktifkan kegiatan belajar siswa berarti menuntut kreativitas dan kemampuan guru dalam merancang dan melaksanakan kegiatan pembelajaran.

Dalam setiap kesempatan proses pembelajaran guru harus pintar-pintar mengolah siswa agar siswa mampu menaklukan berbagai kesulitan dalam belajarnya. Adapun cara yang dapat dilakukan oleh guru agar dapat menempatkan


(10)

siswa belajar lebih mandiri, terampil dan memiliki kreativitas. Agar siswa dapat belajar mandiri dan mampu menaklukan kesulitan dalam belajarnya, guru dapat mengambil cara dengan mengoptimalkan seluruh kemampuan siswa dalam proses perkembangannya, seperti yang dikatakan oleh Marno et al. (2010:150) sebagai berikut :

Cara kerja otak manusia mirip komputer yang perlu dihidupkan dan dilatih secara terus menerus. Dalam komputer, terdapat memori yang bertugas menerima, mengelola, dan menyimpan informasi. Mengaktifkan belajar siswa dalam kegiatan pembelajaran merupakan salah satu cara menghidupkan dan melatih memori siswa agar bekerja dan berkembang secara optimal. Berikan kesempatan pada siswa untuk mengoptimalkan memorinya yaitu dengan melakukan kebebasan kreativitasnya sendiri dan tidak boleh dibatasi karena hal tersebut merupakan proses menuju pencapaian kompetensi.

Belajar sangatlah penting dalam menjalani kehidupan untuk dapat beradaptasi dengan baik, maka dari itu dalam pembelajaran diharuskan siswa dengan senang menerima dan memahami suatu materi yang haus dikuasai. Suatu pembelajaran harus mengacu pada target dan target harus dapat mencapai keberhasilan. Tentunya suatu keberhasilan tidak mungkin secara instan terjadi, semua pencapaian pasti memiliki perlakuan awal yang baik, seperti yang dikatakan oleh Marno et al. (2010:150) sebagai berikut :

Cara lain mengaktifkan belajar siswa adalah dengan memberikan berbagai pengalaman belajar bermakna yang bermanfaat bagi kehidupan siswa dengan memberikan rangsangan tugas, tantangan, memecahkan masalah, atau mengembangkan pembiasaan agar dalam dirinya tumbuh kesadaran bahwa belajar menjadi kebutuhan hidupnya dan oleh karena itu perlu dilakukan sepanjang hayat.

Dalam suatu proses pembelajaran guru tidak boleh memaksa anak untuk mengarahkan belajar yang terpaku karena anak akan bosan dan tidak akan melanjutkan kegiatan belajarnya selain itu guru harus memberikan anak keluasan dalam cara belajar yang mereka senangi. Guru tidak boleh sembarang memberikan materi yang akan diberikan pada siswa karena guru harus melihat sisi perkembangan anak dan proses cara belajarnya serta latar belakang sosialnya. Harus penuh hati-hati dalam penyampaian materi. Dalam penyampaiannya harus secara pelan-pelan, secara bertahap sesuai kebutuhan siswa dan yang terpenting


(11)

siswa dapat mencapai target atau mampu melewatinya, seperti yang dikatakan oleh Marno et al. (2010:150) sebagai berikut :

Setiap siwa memiliki gaya belajar yang berbeda-beda. Karena itu, setiap siswa perlu memperoleh layanan bimbingan belajar yang berbeda pula sehingga seluuh siswa dapat berkembang sesuai dengan tingkat kemampuannya. Begitu pula tidak semua siswa berasal dari latar belakang sosial yang memiliki kesadaran dan budaya belajar sehingga tugas guru adalah menumbuhkan kesadaran dan mengembangkan pembiasaan agar setiap siswa merasa butuh, mau, dan senang belajar.

Beberapa titik berat yang dilalui siswa itu sangat wajar karena melatih agar siswa mendapatkan yang lebih baik tentunya. Tetapi disamping itu meskipun siswa harus mampu bersikap mandiri dalam menghadapi titik berat, guru pun harus siap mendampingi siswa sebagai pendorong keberhasilan siswa tersebut. Guru harus mempunyai perencanaan tujuan pengajaran dan metoda mengajar agar siswa sukses dalam pembelajarannya. Sepeti yang dikatakan oleh Rooijakkers dalam buku mengajar dengan sukses (1991:3) sebagai berikut :

Setiap usaha mengajar sebenarnya ingin menumbuhkan atau menyempurnakan pola laku tertentu dalam diri siswa. Yang dimaksudkan pola laku ialah krangka dasar dari sejumlah kegiatan yang lazim dilaksanakan manusia untuk bertahan hidup dan untuk memperbaiki mutu hidupnya dalam situasi kongkret. Kegiatan itu bisa merupakan kegiatan rohani seperti mengamati, menganalisa, dan menilai keadaan dengan daya nalar. Bisa juga berupa kegiatan jasmani, yang dilakukan dengan tenaga dan keterampilan fisik. Umumnya manusia bertindak secara manusiawi apabila kedua jenis kegiatan tersebut dibuat secara terjalin. Kegiatan jasmani didukung oleh kegiatan rohani atau sebaliknya.

Disamping itu dalam suatu pembelajaran yang semakin berkembang diperlukan pemikiran dan tindakan kreatifitas guru untuk memancing keterampilan siswanya. Seperti yang dikemukakan oleh Budiningsih (2005:34)

bahwa “Tindakan guru harus bisa menampakan kemampuan siswa yang belum

maksimal karena siswa dalam belajar tidak selalu menampakan pemahamannya dari tingkah laku”.

Tujuan mengajar yang berhasil itu tidak asal direncanakan tetapi butuh patokan agar tujuan dapat terealisasikan, sehingga dapat berguna dan hasilnya memuaskan. Tentulah patokan disini yaitu tujuan tersebut haruslah bermanfaat


(12)

guna peserta didik. Sikap pembelajaran seperti itu terdapat dalam sebuah seni pembelajaran tari yang isinya Pembelajaran seni tari di sekolah mampu menimbulkan rasa percaya diri anak yang berupa tumbuhnya perasaan bangga, memiliki sifat menumbuhkan rasa bertanggung jawab dan rasa mandiri, mudah berinteraksi dengan orang lain, memiliki prestasi lebih baik, berkembang imajinasi serta keterampilannya dan sesuai dengan kurikulum yang telah ditetapkan.

Melalui pembelajaran tari juga, guru dapat mengembangkan kemampuan dan bakatnya dalam hal bergerak dan berfikir. Siswa harus memperoleh kesempatan untuk memanfaatkan bakat dan kemampuannya dalam bidang tertentu terutama dalam seni gerak. Sambil memanfaatkan, siswa mengembangkan bakat dan kemampuannya itu. Memanfaatkan bakat dan kemampuan justru terjadi apabila siswa dirangsang untuk melakukan bermacam-macam kegiatan, yang melibatkan bakat dan kemampuan tersebut. Salah satu contoh yang melibatkan pemikiran dan tindakan yang terampil tersebut ada pada ungkapan Learn by

doing. Seperti yang dikemukakan oleh Rooijakers dalam buku mengajar dengan

sukses (1991:3) sebagai berikut :

Learn by doing yaitu belajar sambil berbuat, itulah yang dicanangkan oleh

pedagogic mutakhir. Tiap pengajaran wajib membantu proses belajar, dengan merangsang siswa untuk sendiri giat melakukan sesuatu. Dalam kegiatan yang direncanakan dan dibuat sendiri, peserta didik melatih kemampuannya itu.

Dan itu terletak pada Inovasi pembelajaran seni tari tetapi dengan menggunakan strategi Modeling The Way. Inovasi pembelajaran seni tari merupakan suatu usaha pembelajaran dengan pembekalan pengetahuan dan pemahaman tentang berbagai teori dan konsep tari, serta keterampilan dalam menciptakan dan menyajikan tarian. Tari juga sangat berpengaruh terhadap perkembangan daya imajinasi dan ilustrasi anak.

Pembelajaran dalam seni tari terdapat unsur-unsur pembelajaran yang lebih menekankan pada sensor motorik peserta didik. Tetapi dalam suatu pembelajaran seni itu dibutuhkan suatu keterampilan serta sesuatu yang dapat mendukung dalam rangsang gerak. Seni tari merupakan suatu pembelajaran yang mungkin


(13)

akan sulit disukai orang banyak. Maka dapat cerminan dari hal tersebut bahwa pembelajaran seni tari dapat diubah pola konsep yang akan diajarkan nanti.

Pembelajaran dibutuhkan suatu pencerahan yang berbeda dari konsep konvensional sebelumnya. Pembelajaran seni tari merupakan suatu interaksi belajar mengajar antara siswa dan guru melalui olah gerak yang diamana dalam proses belajarnya itu dibutuhkan konsentrasi tersambung antara rasa, tubuh, alunan suara dan daya nalar. Mungkin jika diperrhatikan pembelajaran ini agak sulit, tetapi pembelajaran seni tari ini tidak mematok pada peserta didik agar bisa mengolah gerak atau bahasa lainnya menari. Dengan memahami intinya, bahwa seni tari itu secara bebas dapat mengekspresikan gerak tubuh dengan eksplorasi dari sebuah ide yang diramu kedalam imajinatif dan dikembangkan melalui suatu ilustrasi gerak. Lalu dari sebuah gerakan dirancang menjadi sebuah tarian. Tentu banyak referensi mengenai pembelajaran seni tari ini tidak hanya belajar melalui itu saja, segudang cara dapat dimasukan ke dalam pembelajaran seni tari ini. Salah satunya guru dapat bermain strategi yang akan diterapkan kepada murid dalam melakukan aktifitas pembelajaran seni tari.

Strategi pembelajaran disini diharapkan dapat membantu guru untuk menangani siswa dalam belajarnya dan siswa akan terbantu agar lebih paham apa yang disampaikan oleh guru. Tentunya menerapkan sebuah strategi tidaklah sembarangan, mengambil tindakan dengan memakai strategi tertentu harus mempertimbangkan berbagai aspek, seperti yang dikatakan oleh Marno et al. (2010:3) sebagai berikut :

Strategi pembelajaran merupakan cara-cara yang akan dipilih dan digunakan oleh pengajar untuk memilih kegiatan belajar yang digunakan selama proses pembelajaran. Pemilihan tersebut dilakukan dengan mempertimbangkan situasi dan kondisi, sumber belajar, kebutuhan dan karakteristik peserta didik yang dihadapi dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran tertentu.

Strategi ternayata memiliki arti yang berbeda-beda dari setiap pandangan masing-masing orang terutama oleh para ahli pembelajaran. Tetapi pada dasarnya strategi itu hampir mirip antara strategi-strategi yang ada, hanya berbeda dari segi lingkungan, prosedur, tahapan dan pencapaiannya. Dengan memperhatikan isi dari


(14)

strategi pembelajaran tersebut disimpulkan bahwa strategi dapat memudahkan murid dalam belajar yang pada akhirnya tujuan pun akan tercapai, seperti yang dikatakan oleh Marno et al. (2010:2) sebagai berikut :

Strategi pembelajaran merupakan cara-cara yang akan dipilih dan digunakan oleh seorang pengajar untuk menyampaikan materi pembelajaran sehingga akan memudahkan peserta didik menerima dan memahami materi pembelajaran, yang pada akhirnya tujuan pembelajaran dapat dikuasainya di akhir kegiatan belajar.

Jika dilihat dari kritik yang ada di lapangan yaitu pembelajaran yang berjalan secara monoton, dengan perkembangan zaman pembelajaran makin sulit dimengerti bisa dibuktikan pada kenyataanya terdapat di pendidikan formal yang berjalan dengan suatu kurikulum yang telah berkembang tetapi masih saja guru menerapkan pembelajaran dengan cara lama karena lingkungan yang kurang strategis mempengaruhi kepada aspek adaptasi anak menjadi kurang pengetahuan, kurangnya sosialisasi dan tidak berkembangnya siswa dalam proses pembelajarannya, karena lingkungan sekolah yang kurang berkembang serta guru yang mengajar secara konvensional. Maka dari itu terdapat suatu strategi pembelajaran yang disebut strategi Modeling The Way yang dikemukakan oleh Hisyam Zaini et al. (2008:76) yaitu “suatu strategi memancing keterampilan serta ide yang menggunakan ilustrasi dengan menciptakan skenario untuk mempraktikkan keterampilan spesifik yang dipelajari dikelas melalui

demonstrasi”. Melalui strategi Modeling The Way berbagai keterampilan menjadi

proses yang disadari. Siswa dapat bertindak secara adaptif melalui ide dan perlakuan terampil yang mereka miliki. Seperti yang dikemukakan oleh Rooijakkers, (1991:2) yaitu “siswa harus diberi kesempatan untuk menggunakan semua kemampuan rohani dan jasmaninya perlahan-lahan, tahap demi tahap, sampai mampu bertindak sendiri”.

Strategi Modeling The Way ini diharapkan dapat membantu menyelesaikan permasalahan yang dialami siswa yaitu kesulitan dalam pembelajaran keterampilan gerak dan ide yang belum terasah secara maksimal, dimana konsep tersebut lebih menekankan pada ilustrasi dan demonstrasi.


(15)

Secara alamiah anak-anak sampai orang dewasa dapat menggerakan badannya dan menuangkan ide nya tanpa ada suatu aturan-aturan tertentu. Proses eksperimen dan eksplorasi menjadi bagian penting dalam pembelajaran seni tari. Banyak anak yang senang berimajinasi, berkhayal atau berandai-andai. Dengan imajinasi dan perkembangan ilustrasi itu sendiri dapat meningkatkan keterampilan siswa khususnya dalam menari dan mengeksplorasi gerakan-gerakan serta suatu ide ilustrasi penggambaran sebuah skenario, sehingga pembelajaran tari itu bisa dipelajari dengan mudah bagi anak.

Keterampilan merupakan kemampuan seseorang untuk men-design sesuatu yang baru dengan cara sendiri, berupa karya nyata yang dapat bermanfaat dan relatif berbeda dengan apa yang telah ada sebelumnya. Adapun bahan ajar penting dalam mengambil suatu pembelajaran untuk peserta didik dalam daya nalar ataupun dalam pemahaman. Bahan yang tepat untuk menyalurkan cara pembelajaran yang baik bagi peserta didik dan sukses dalam mengajar yaitu dari sebuah pengalaman. Seperti yang dikatakan oleh Rooijakkers, (1991:2) sebagai berikut :

Bahan ajar bisa memakai media buku sebagai penunjang dalam proses pendidikan tetapi lebih diutamakan pada kenyataan yang ada walaupun buku-buku bisa dijadikan bahan ajar untuk membantu peserta didik tetapi tetap buku-buku paling utama adalah pengalaman hidup peserta didik sehari-hari dan suasana hidup masyarakat yang kongkret. Selain itu segala sesuatu dalam proses pembelajaran pasti terdapat sebuah pengalaman yang nantinya akan menjadi pengetahuan bagaimana cara belajar.

Bahan ajar secara nyata memiliki tinjauan yang sangat luas dan tergantung juga pada pandangan setiap pengajar dan pengajar harus mengetahui bagaimana cara belajar siswa agar siswa mencapai pemahaman yang dimaksudkan oleh pengajar. Kemampuan untuk belajar dari pengalaman merupakan cara cerdas manusia dalam mengambil suatu tindakan. Siswa berhak bahkan harus mendapatkan suatu pengalaman yang baik dalam proses belajarnya terutama dalam pembelajaran seni tari yang lebih menekankan kepada sebuah perbuatan atau hasil karya dengan kata lain siswa belajar dengan berbuat, pada dasarnya pembelajaran seni tari tidak bisa dipahami hanya dengan teori tetapi praktek lebih cenderung dibutuhkan. Sedangkan kenyataan pada lapangan yang menjadi


(16)

permasalahannya yaitu pemeblajaran yang terdapat di Sekolah Menengah Pertama 19 Sadang Serang Bandung lebih banyak hanya mengacu pada buku, dan pembelajaran dilakukan terpaku yang berakibat tindakan menjadi sangat minimal, lebih terfokuskan kepada teori. Hal ini dapat menjadi sebuah cerminan bahwa pembelajaran yang ada pada saat ini masih konvensional jauh dari standar nasional, terutama pembelajaran seni tari yang sangat membutuhkan suatu perlakuan yang lebih. Setiap siswa pasti memiliki keterampilan bakat yang belum tersalurkan, maka sejak dini siswa harus dibiasakan dalam berbuat atau membuat suatu karya dengan keterampilan yang diiliki. Maka dari itu dari permasalahan tersebut, dibutuhkan suatu strategi yang dapat membantu siswa serta guru dalam pembelajaran seni tari menuju pembelajaran yang lebih baik dan berguna.

Maka menurut pemikiran latar belakang di atas, saya tertarik untuk menggunakan strategi Modeling The Way dalam suatu pembelajaran seni tari di SMPN 19 Sadang Serang Bandung oleh karena itu saya mengambil judul dalam penelitian ini yaitu “STRATEGI MODELING THE WAY UNTUK

MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN SISWA DALAM

MENGILUSTRASIKAN GERAK TARI”. Melalui pembelajaran Modeling The

Way yaitu suatu pembelajaran yang menggunakan keterampilan dalam

menggunakan ilustrasi serta skenario untuk dapat memunculkan ide-ide cemerlang dan keterampilan siswa sehingga memudahkan siswa untuk bereksplorasi yaitu dalam menciptakan sebuah skenario yang diimplementasikan pada suatu gerak yang pada akhirnya menjadi sebuah tarian dimana siswa perlahan diajarkan untuk memahami pada sebuah kesenian yaitu seni tari.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan judul penelitian serta latar belakang masalah yang peneliti paparkan di atas, maka peneliti merumuskan beberapa permasalahan yang terdapat dalam Modeling The Way mengenai strategi yang akan diterapkan. Strategi Modeling The Way untuk mengembangkan kemampuan siswa dalam mengilustrasikan gerak tari. Untuk memudahkan penelitian ini. Maka peneliti mengidentifikasi masalah melalui bentuk pertanyaan, diantaranya :


(17)

1. Bagaimana Proses Pembelajaran Seni Tari dengan menggunakan Strategi Modelling The Way ?

2. Bagaimana hasil Pembelajaran Seni Tari Siswa Sesudah Menggunakan Strategi Modelling The Way ?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahan diatas maka tujuan yang ingin dicapai dalam penulisan ini adalah :

1. Untuk Mengetahui Proses Berlangsungnya Pembelajaran Seni Tari Siswa dengan Menggunakan Strategi Modelling The Way .

2. Untuk Mengetahui Hasil Pembelajaran Seni Tari Siswa Sesudah Menggunakan Strategi Modelling The Way .

D. Manfaat Penelitian.

Kajian terhadap Strategi Modeling The Way untuk mengembangkan kemampuan siswa dalam mengilustrasikan gerak tari di SMPN 19 Bandung diharapkan dapat memberikan manfaat, baik secara langsung maupun tidak langsung bagi semua pihak yang terkait, antara lain sebagai berikut :

1. Bagi Guru

a. Sebagai salah satu cara atau strategi bagi guru mengenai bagaimana pembelajaran tari dengan menggunakan strategi Modeling The Way yang dapat disesuaikan dengan pengalaman dan perkembangannya. Dapat memberikan gambaran bahwa pembelajaran seni tari dapat menjadi media untuk mengembangkan dan menyalurkan kemampuan siswa dalam berketrampilan, saling bekerjasama, berkreativitas dan bersosialisasi. b. Sebagai bahan evaluasi mengenai pembelajaran seni tari yang telah

dilakukan

c. Memotivasi guru agar dapat menciptakan ha-hal baru dalam melaksanakan pembelajaran tari di Sekolah.


(18)

2. Bagi Siswa

a. Siswa dapat meningkatkan daya ilustrasinya secara terampil melalui skenario yang akhirnya siswa dapat mengerti tarian.

b. Siswa dapat bereksplorasi dan mengembangkan gerakan-gerakan sehingga tercipta sebagai suatu tarian

3. Bagi Sekolah Menengah Pertama Negeri 19 Bandung

a. Dapat menambah tinjauan sebagai bahan ajar yang akan diterapkan pada peserta didik dalam pembelajaran mengenai pengalaman ataupun sebuah cerita.

b. Memudahkan guru dalam menangani peserta didik yang kurang paham dalam pembelajaran.

4. Bagi Peneliti

a. Dapat memperkaya pengetahuan dan pengalaman, mengenai pembelajaran seni tari yang dilakukan melalui aktivitas skenario untuk meningkatkan eksplorasi gerak.

b. Untuk pengetahuan dan memperdalam bidang yang sedang penulis geluti 5. Bagi Lembaga

a. Menjadi bahan observasi dan reverensi bagi mahasiswa yang membutuhkan pengetahuan tentang cara mengajar tari untuk anak.

b. Sebagai stimulus bagi mahasiswa untuk mengembangkan atau menemukan cara yang lebih efektif dan dapat lebih baik digunakan dalam pembelajaran seni tari

c. Menambah keragaman dan pengetahuan mendalam bidang seni tari khususnya dalam mengekplorasi gerakan-gerakan baru.


(19)

(20)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Pada penelitian ini akan digunakan metode pre-experimental yaitu peneliti tidak menggunakan kelas pembanding, kajian ini menggunakan desain one group pre test

and post test. Diklat Metode ini digunakan untuk mengukur keterampilan siswa

SMPN 19 Sadang Serang Bandung dalam pembelajaran seni tari melalui konsep

Modeling The Way. Melalui metode ini peneliti akan memberikan treatment

(perlakuan) pembelajaran seni tari yang dirancang sedemikian rupa untuk meningkatkan keterampilan siswa. Jadi, dengan kata lain suatu eksperimen pada prinsipnya dapat didefinisikan sebagai metode sistematis guna membangun hubungan yang mengandung fenomena sebab akibat.

B. Definisi Operasional

Definisi Operasional dalam penelitian ini, terdapat beberapa istilah pada judul penelitian. Guna menghindari ketimpangan atau kekeliruan dalam menafsirkan istilah tersebut, maka dalam hal ini peneliti member batasan pengertian sebagai berikut: 1. Strategi Modeling The Way dalam pembelajaran seni tari adalah suatu pembelajaran gerak tari yang menggunakan kemampuan berimajinasi yang diaplikasikan melalui ilustrasi yang nantinya menjadinya suatu skenario yang melibatkan keterampilan gerak tari dan menghasilkan suatu kreativitas.

2. Keterampilan tertentu adalah suatu proses atau kegiatan untuk mengolah sesuatu yang ada dalam lingkungan sekitar atau dalam diri kita sepandai-pandai mungkin dimanfaatkan. Pemanfaatan tersebut disalurkan melalui keterampilan mengamati keadaan dengan menggunakan imajinasi lalu diilustrasikan sehingga menjadi sebuah skenario yang menghasilkan tercapainya pembelajaran gerak tari secara tersusun.


(21)

Definisi operasional dari penelitian yang berjudul Implementasi Strategi

Modeling The Way Dalam Pembelajaran Seni Tari kelas VIII SMPN 19 Sadang

Serang Bandung adalah suatu strategi pembelajaran tari yang menggunakan kemampuan imajinasi atau daya khayal melalui ide-ide atau gagasan dari kehidupan manusia/pengalaman mereka sendiri yang dipengaruhi dengan berbagai rangsangan/stimulus sehingga anak dapat menghasilkan suatu gerak tari melalui ilustrasi dari imajinasi peserta didik sehingga gerak tari tersebut bisa menjadi sebuah tarian yang tersusun.

C. Desain Penelitian

Desain penelitian dapat dibedakan menjadi tiga bentuk yaitu desain survey, case study, dan eksperimen. Pada penelitian ini, peneliti menggunakan eksperimen semu yaitu peneliti tidak menggunakan kelas pembanding melainkan dengan desain one group pretest and postest. Alasan menggunakan desain ni yaitu agar konsentrasi peneliti tidak terpecah-pecah dan penelitian ini dapat dilaksanakan secara efektif untuk mencapai hasil yang maksimal. Desain eksperimen tes awal-tes akhir satu kelompok ini seuai dengan yang dijelaskan oleh Sugiyono (2011:111) sebagai berikut:

O1 X O2

Keterangan :

O1 : Tes Awal, X : Eksperimen, O2 : Tes Akhir

D. Instrumen Penelitian

Tes merupakan himpuanan pertanyaan yang harus dijawab, ditanggapi atau tugas yang harus dikerjakan oleh orang yang dites. Tes digunakan untuk mengukur kemampuan seorang siswa yang telah menguasai pelajaran yang telah disampaikan


(22)

terutama meliputi aspek pengetahuan dan keterampilan. Tes yang akan diteliti oleh peneliti adalah pretest dan postest.

Dibawah ini terdapat beberapa aspek yang dinilai oleh peneliti dalam pelaksanaan penelitian tersebut.

Tabel 3.1 Format Penilaian

Keterangan :

Efficiency (Ef) = Kesigapan

 Saat merespon tugas yang diberikan guru, kesigapan dalam menerima dan meresapi dengan baik apa yang telah

diterangkan dan ditugaskan oleh guru dalam pembeajaran seni tari.

Quickness (Qc) = Kecekatan

 Kemampuan mengambil tindakan untuk mencari inspirasi dengan baik dengan memanfaatkan langsung apa yang telah ada dan menghasilkan sesuatu ide/gagasan .

 Membuat topik untuk dijadikan skenario dalam pembelajaran seni tari.

No. Nama Siswa Aspek yang dinilai Rata-rata


(23)

Intelligence (In) = Kecerdasan

 Kemampuan menganalisis suatu ide/gagasan dengan menghasilkan suatu bentuk kinerja dan menyusun dengan baik skenario untuk menghasilkan gerak tari.

 Membuat skenario dengan gerak tari

Capacity (Ca) = Kapasitas

 Kapasitas suatu perintah dengan bukti hasil dapat melakukan suatu rancangan ide yang menghasilkan skenario yang baik dan dibuatlah gerak tari sesuai pencapaian, maka sudah terpenuhi.

 Menggabungkan skenario dengan gerak tari secara tepat dan sesuai pencapaian.

Quality (Qu) = Kualitas

 Kemampuan yang telah dieksplorasi dalam pembelajaran seni tari telah didemonstrasikan.

 Penyusunan skenario dan gerakan-gerakan tari sudah tepat dan baik.

Skilled (Sk) =Terampil

 Kemampuan mengaplikasikan sesuai dengan eksplorasi yang telah dibuat sebelumnya sudah dapat didemonstrasikan dengan membuahkan hasil yang baik .

 Mengolah skenario dan gerak tari menjadi susunan sebuah karya yang baik dan menarik.

Redefinition (Rd) = Perumusan kembali

 Telah memahami apa yang telah diberikan dan diaplikasikan dengan baik dalam pembelajaran seni tari.

 Mempertunjukan karya seni tari yang telah dibuat dengan sempurna dan paham terhadap isi karya tersebut.


(24)

Tabel 3.2

Kriteria Penilaian diadopsi dan dikembangkan dari kriteria penilaian yang diasumsikan oleh Arifin ( 2011: 23)

Kriteria Indikator Nilai Kualitatif Nilai Kuantitatif

80-100 Memuaskan 4

70-79 Baik 3

60-69 Cukup 2

45-59 Kurang 1

Tabel 3.3

Kriteria penilaian Indikator

Aspek Penilaian Nilai Indikator

Efficiency 45-59 Anak kurang merespon tugas yang diberikan guru, kurang sigap dalam menerima dan meresapi dengan baik apa yang telah diterangkan dan ditugaskan oleh guru dalam pembelajaran seni tari.

60-69 Anak mulai merespon tugas yang diberikan guru, cukup sigap dalam menerima tugas tetapi belum dapat meresapi dengan baik apa yang telah diterangkan dan ditugaskan oleh guru dalam pembelajaran seni tari.

70-79 Anak sudah dapat merespon tugas yang diberikan guru, kesigapan dalam menerima tugas dan dapat meresapi dengan baik tetapi pemahamannya masih dalam tahap kesempurnaan tentang apa yang telah diterangkan dan ditugaskan oleh guru dalam pembelajaran seni tari.


(25)

80-100 Anak sudah dapat merespon tugas yang diberikan guru, kesigapan yang dimunculkan anak sudah meningkat saat diterangkan dan ditugaskan oleh guru dalam pembelajaran seni tari secara sempurna.

Quickness 45-59 Anak kurang mengerti dalam mengambil tindakan untuk mencari inspirasi dengan baik dan kurang dapat memanfaatkan langsung apa yang ada disekitarnya untuk dijadikan sumber inspirasi, di sisi lain anak kurang paham bagaimana cara menghasilkan sesuatu ide/gagasan untuk dijadikan topik skenario dalam pembelajaran seni tari.

60-69 Anak sudah cukup paham dalam mengambil tindakan untuk mencari inspirasi tetapi belum dapat memanfaatkan langsung apa yang ada disekitarnya untuk dijadikan sumber inspirasi dan belum dapat menghasilkan sesuatu ide/gagasan untuk dijadikan topik skenario dalam pembelajaran seni tari.

70-79 Anak sudah mulai dapat mengambil tindakan untuk mencari inspirasi dengan baik juga dapat memanfaatkan langsung apa yang ada disekitarnya untuk dijadikan sebagai sumber inspirasi tetapi masih dalam tahap bayang-bayang untuk menghasilkan sesuatu ide/gagasan yang akan dijadikan topik skenario dalam pembelajaran seni tari.

80-100 Anak sudah dapat mengambil tindakan untuk mencari inspirasi dengan baik juga dapat memanfaatkan langsung


(26)

apa yang telah ada disekitarnya dengan dijadikannya sumber inspirasi dan dapat menghasilkan sesuatu ide/gagasan yang akan dijadikan topik skenario dalam pembelajaran seni tari.

Intelligence 45-59 Anak kurang mampu mengasah pikirannya untuk mencari ide/gagasan dan kurang paham dalam cara mengaplikasikan suatu bentuk kinerja, di sisi lain anak kurang memahami bagaimana cara menyusun skenario dengan baik untuk menghasilkan gerak tari.

60-69 Anak sudah mampu mengasah pikirannya untuk mencari suatu ide/gagasan tetapi belum dapat mengaplikasikannya ke dalam suatu bentuk kinerja dan belum dapat menyusun skenario dengan baik dalam menghasilkan gerak tari.

70-79 Anak sudah mampu mengasah pikirannya untuk menghasilkan suatu ide/gagasan dan mampu menghasilkan suatu bentuk kinerja dengan menyusun skenario dengan baik untuk menghasilkan gerak tari tetapi masih dalam tahap proses kesempurnaan.

80-100 Anak sudah mampu mengasah pikirannya untuk menghasilkan suatu ide/gagasan dan mampu menghasilkan suatu bentuk kinerja dengan menyusun skenario untuk menghasilkan gerak tari secara sempurna.

Capacity 45-59 Kapasitas anak dalam mengikuti suatu perintah dari guru dengan bukti hasil karya sudah terpenuhi dengan melakukan suatu rancangan ide. Tetapi belum dapat


(27)

menghasilkan skenario yang baik dan dibuatnya gerakan tari belum sesuai pencapaian, maka belum terpenuhi untuk dapat menggabungkan skenario dengan gerak tari secara tepat dan belum sesuai pencapaian.

60-69 Kapasitas anak dalam mengikuti suatu perintah dari guru dengan bukti hasil karya sudah terpenuhi dengan melakukan suatu rancangan ide. Dan sudah dapat menghasilkan skenario yang baik tetapi dibuatnya gerakan tari belum sesuai pencapaian, maka belum terpenuhi untuk dapat menggabungkan skenario dengan gerak tari secara tepat dan belum sesuai pencapaian. 70-79 Kapasitas anak dalam mengikuti suatu perintah dari guru

dengan bukti hasil karya sudah terpenuhi dengan melakukan suatu rancangan ide. Dan sudah dapat menghasilkan skenario yang baik dan dibuatlah gerakan tari sesuai pencapaian tetapi belum maksimal, maka sudah terpenuhi untuk dapat menggabungkan skenario dengan gerak tari secara tepat akan tetapi belum sesuai pencapaian.

80-100 Kapasitas anak dalam mengikuti suatu perintah dari guru dengan bukti hasil karya sudah terpenuhi dengan melakukan suatu rancangan ide. Dan sudah dapat menghasilkan skenario yang baik dan dibuatlah gerakan tari sesuai pencapaian, maka sudah terpenuhi untuk dapat menggabungkan skenario dengan gerak tari secara tepat dan sempurna sesuai pencapaian.


(28)

Quality 45-59 Kemampuan yang telah dieksplorasi oleh anak dalam pembelajaran seni tari belum dapat didemonstrasikan sesuai dengan penyusunan skenario dan gerakan-gerakan tari masih dalam perbaikan.

60-69 Kemampuan yang telah dieksplorasi oleh anak dalam pembelajaran seni tari belum dapat didemonstrasikan tetapi penyusunan skenario dan gerakan-gerakan tari sudah dapat diperbaiki hanya tinggal disempurnakan. 70-79 Kemampuan yang telah dieksplorasi oleh anak dalam

pembelajaran seni tari sudah dapat didemonstrasikan sesuai penyusunan skenario dan gerakan-gerakan tari sudah dapat diperbaiki hanya tinggal proses dalam penyempurnaan agar lebih baik.

80-100 Kemampuan yang telah dieksplorasi oleh anak dalam pembelajaran seni tari sudah dapat didemonstrasikan sesuai penyusunan skenario dan gerakan-gerakan tari sudah dapat diperbaiki dan telah sempurna.

Skilled 45-59 Kemampuan anak dalam mengaplikasikan sesuai dengan

eksplorasi yang telah dibuat sebelumnya dan sudah dapat didemonstrasikan dengan membuahkan hasil yang baik tetapi dalam pengolahan skenario dan gerak tari menjadi susunan sebuah karya belum begitu baik dan menarik. 60-69 Kemampuan anak dalam mengaplikasikan sesuai dengan

eksplorasi yang telah dibuat sebelumnya sudah dapat didemonstrasikan dengan membuahkan hasil yang baik dan dalam pengolahan skenario dan gerak tari menjadi


(29)

susunan sebuah karya sudah dapat dilakukan dengan baik tetapi belum memiliki kesan dan pesan.

70-79 Kemampuan mengaplikasikan sesuai dengan eksplorasi yang telah dibuat sebelumnya sudah dapat didemonstrasikan dengan membuahkan hasil yang baik tetapi dalam pengolahan skenario dan gerak tari menjadi susunan sebuah karya sudah dilakukan dengan baik dan memiliki kesan serta pesan akan tetapi belum disempurnakan.

80-100 Kemampuan mengaplikasikan sesuai dengan eksplorasi yang telah dibuat sebelumnya sudah dapat didemonstrasikan dengan membuahkan hasil yang baik tetapi dalam pengolahan skenario dan gerak tari menjadi susunan sebuah karya sudah dilakukan dengan baik dan memiliki kesan serta pesan dan sempurna.

Redefinition

45-59 Meskipun telah melakukan eksplorasi dengan sempurna tetapi untuk dapat memahami apa yang telah diberikan dan diaplikasikan belum tercapai dengan baik dalam pembelajaran seni tari. Dan mempertunjukan karya seni tari yang telah dibuat dengan sempurna ditampilkan tetapi belum paham terhadap isi karya tersebut.

60-69 Dapat memahami apa yang telah diberikan dan diaplikasikan dengan baik dalam pembelajaran seni tari. Dan mempertunjukan karya seni tari yang telah dibuat dengan sempurna ditampilkan tetapi belum paham terhadap isi karya tersebut.


(30)

70-79 Dapat memahami apa yang telah diberikan dan diaplikasikan dengan baik dalam pembelajaran seni tari. Dan mempertunjukan karya seni tari yang telah dibuat dengan sempurna ditampilkan tetapi masih dalam tahap proses pemahaman terhadap isi karya tersebut.

80-100 Dapat memahami apa yang telah diberikan dan diaplikasikan dengan baik dalam pembelajaran seni tari. Dan mempertunjukan karya seni tari yang telah dibuat dengan sempurna ditampilkan dan paham terhadap isi karya tersebut secara keseluruhan.

E. Langkah-langkah Penelitian

1. Persiapan Penelitian

Adapun tahap persiapan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah sebgai berikut: a. Survey dilakukan di Sekolah Menengah Pertama (SMP) 19 yang bertempat di

Sadan Serang Bandung, diadakannya survey tentu menjadi dasar pengetahuan untuk melakukan penelitian dengan mengetahui kondisi sekolah tersebut dan untuk mengetahui kondisi sekolah tersebut, peneliti melakukan pendekatan langsung kepada kepala sekolah atau pada bagian kurikulum di sekolah tersebut dan mengungkapkan maksud dan tujuan.

b. Pengajuan judul penelitian telah disyahkan oleh dewan bahwa judul yang akan digunakan penelitian yaitu Strategi Modeling The Way untuk mengembangkan kemampuan siswa dalam mengilustrasikan gerak tari. Judul ini berpengaruh pada perkembangan dalam belajar siswa serta dapat berpengaruh pada daya perkembangan otak anak dengan menghasilkan suatu perlakuan pada keterampilan dan kreativitas anak.


(31)

c. Pembuatan proposal penelitian sangatlah penting sebagai langkah awal pemaparan konsep penelitian yang akan dilaksanakan. Di dalam proposal terdapat instrument penelitian yang merupakan alat untuk memperoleh data yang dibutuhkann. Setelah pembuatan proposal maka diadakan sidang proposal untuk mengetahui keajegan peneliti dalam penelitiannya yang akan dilaksankan.

d. Melengkapi persyaratan administrasi berupa surat penelitian atau surat keputusan yang diberikan oleh fakultas mengenai keputusan diperbolehkannya penelitian ini dilaksanakan, serta untuk surat penelitian yang menunjukan pengajuan permohonan penelitian kepada pihak sekolah atau tempat lainnya yang akan dijadikan tempat penelitian.

e. Pelaksanaan penelitian dilaksanakan apabila perizinan dan semua persyaratan penelitian kelengkapan administrasi serta penyusunan instrument penelitian telah disetujui. Penelitian ini akan dilaksanakan selama 2 kali pertemuan. f. Penganalisisan dan pengolahan data yang telah terkumpul kemudiam dianalisis

dan diolah sesuai dengan tekhnik pengolahan data yang telah dipersiapkan sebelumnya.

g. Penyusunan laporan setelah semua data selesai dianalisis dan diolah, maka langkah selanjutnya adalah penyusunan laporan hingga selesai.

F. Tekhnik Analisis Data

Tekhnik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu : 1. Tes

Pretest dilakukan kepada siswa dengan pembelajaran sekitar pengetahuan dasar dan bersifat umum yaitu mengajukan pertanyaan-pertanyaan sesuai dengan karakter siswa dan melakukan apresiasi dengan tari payung yang telah peneliti tayangkan menggunakan video tari payung, setelah video tari payung diapresiasikan lalu siswa dibimbing untuk mendiskusikan beberapa gerakan yang akan dipilih sebagai pembelajaran praktek dan dibuat bersama kelompoknya, Dan setelah diberi perlakuan


(32)

praktek lalu peneliti memberikan rangsangan kepada siswa agar terbuka mengenai dunia mereka dan hal yang mereka senangi, dari situlah terbuka bahwa siswa perlu diberikan rangsangan yang pembelajarannya perlu menyesuaikan dengan apa yang siswa senangi. Maka dilakukanlah postest dengan menggunakan strategi secara tepilih.

Postest dilakukan pada awal pertemuan dengan merangsang siswa untuk

mencari ide tentang hal yang menurut mereka menarik dalam kehidupan manusia ataupun pengalaman mereka sendiri dan sebelumnya peneliti memberikan terlebih dahulu gambaran bagaimana suatu kehidupan manusia dan menceritakan pengalaman menarik. Lalu kelompok dibuat sesuai dengan keinginan mereka, dipilihnya beberapa ide yang menarik dan disesuaikan dengan siswa yang berpendapat sama. Lalu dari ide tersebut siswa dibimbing agar siswa berimajinasi sesuai dengan ide yang harus diamati, siswa dirangsang agar daya olah pikir siswa berkembang yaitu dengan berimajinasi lalu mengilustrasikannya ked ala sebuah bentuk gerakan. Dan di akhir pertemuan digunakan untuk membahas keterampilan siswa dalam pengaplikasian imajinasi serta mengembangkan ilustrasi yang diamati dan dibayangkan kedalam gerak tari melalui strategi Modeling The Way. (Pretest dan Postest ini diberi kriteria penilaian untuk mengukur kemampuan yang dapat dilihat pada hal 35-45).

2. Observasi

Pengamatan dilakukan di Sekolah Menengah Pertama (SMP) 19 sadang Serang Bandung dengan pendekatan kepada bagian kurikulum dan mengamati keadaan atau kondisi sekolah baik saat pembelajaran maupun pada saat istirahat. Pengamatan pada saat pembelajaran dapat diketahui melalui situasi dan bagaimana respon siswa belajar. Terpilihnya kelas VIII karena kondisi dan respon siswa kelas VIII berada ditengah-tengah kenakalan dan minat belajar yang menurun tetapi mereka senang dalam hal baru yang menurut mereka sesuai dengan apa yang mereka sukai.


(33)

3. Wawancara

a. Wawancara kepada guru yang bersangkutan

Wawancara ini bertujuan untuk mengetahui tentang karakteristik siswa secara khusus yaitu siswa kelas VIII dan pendapat tentang proses belajar mengajar seni tari di sekolah sebelum dan sesudah menggunakan strategi Modeling The

Way pada pembelajaran seni tari. (wawancara tidak berstruktur).

b. Wawancara kepada siswa

Wawancara ini bertujuan untuk mengetahui respon siswa sejauh mana siswa dapat memahami pembelajaran seni tari yang telah diberikan sebelum dan sesudah menggunakan strategi Modeling The Way, apakah keterampilan siswa dapat meningkat atau tidak dan menghasilkan kreativitas atau tidak.

(wawancara terlampir). 4. Studi Dokumentasi

Mengkaji data-data yang sudah ada berupa arsip mengenai keadaan sekolah dan siswa, kegiatan apa saja yang telah dilakukan siswa dalam pembelajaran seni tari, hasil-hasil yang telah diperoleh berupa piagam, sertifikat, dan piala dalam kegiatan seni tari.

G. Lokasi, Populasi dan Sampel Penelitian

1. Lokasi

Objek penelitian merupakan salah satu faktor yang perlu diperhatikan, karena penelitian merupakan suatu proses atau kegiatan yang dilakukan secara sistematis, logis dan terencana untuk mencari dan mendapatkan jawaban permasalahan yang muncul. Sesuai dengan judul penelitian, peneliti memilih Sekolah Menengah Pertama Negeri 19 Sadang Serang Bandung JL.Sadang Luhur. Pemilihan lokasi ini karena sekolah ini merupakan sekolah yang dalam pembelajarannya terutama mata pelajaran seni budaya khususnya seni tari masih bersifat konvensional, selain daripada itu lingkungan serta latarbelakang yang berada di SMPN tersebut memprihatinkan karena kurangnya perhatian guru kepada peserta didik, perkembangan belajar


(34)

menjadi sangat minim serta penguasaan materi belajar siswa sulit maju karena tidak adanya suatu pembelajaran yang dibuat dengan inovasi.

2. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karaketristik tertentu yang diterapkan oleh penelitian untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Jadi populasi bukan hanya orang, tetapi juga obyek dan benda-benda alam yang lain. Populasi juga bukan sekedar jumlah yang ada pada obyek/subyek yang dipelajari, tetapi meliputi seluruh karakteristik/sifat yang dimiliki oleh ubyek atau obyek itu. (Sugiyono, 2012:80). Maka dari itu populasi penelitian yang diambil yaitu seluruh siswa kelas VII sampai dengan kelas IX di SMPN 19 Bandung yang berjumlah 960 putra dan putri.

Tabel 3.4

Populasi Siswa SMP Negeri 19 Tahun Ajaran 2012/2013

No. Kelas Jumlah Siswa (orang)

1 VII 320

2 VIII 360

3 IX 280

Jumlah 960

3. Sampel

“Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh

populasi tersebut” (Sugiyono, 2012:81). Sampel atau wakil populasi dalam penelitian ini dilakukan secara simple random sampling yaitu pengambilan sampel


(35)

yang dilakukan dengan cara mengambil subjek secara acak. Peneliti hanya mengambil satu kelas dan kelas ini yaitu kelas VIII F, kelas ini dipilih karena terlihat antusias dari beberapa siswa yang ada di kelas tersebut untuk melakukan pembelajaran tari melalui skenario. Kelas ini dipilih karena dibandingkan dengan kelas lain rata-rata sulit mengikuti pembelajaran selain faktor tersebut kurangnya pemahaman dan tidak aktif. Kelas VIII F ini setidaknya memiliki kemauan dan memiliki keterampilan serta imajinasi yang cukup bagus (Daftar sampel siswa terlampir).

H. Hipotesis Penelitian

Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian,

seperti yang dikatakan oleh Sugiyono (2012:64) bahwa “dikatakan sementara, karena

jawaban yang diberikan baru didasarkan pada teori yang relevan, belum didasarkan pada fakta-fakta empiris yang diperoleh melalui pengumpulan data”. Adapun hipotesis dalam penelitian ini sebagai berikut:

Ha : Terdapat peningkatan kemampuan siswa dalam mengilustrasikan gerak tari setelah diajar dengan menggunakan strategi Modeling The Way. Ho : Tidak terdapat peningkatan kemampuan siswa dalam mengilustrasikan gerak tari setelah diajar dengan menggunakan strategi Modeling The Way.

I. Variabel Penelitian

Dalam sebuah penelitan terdapat anggapan dasarnya seperti yang dikemukakan

oleh Sugiyono (2012:38) bahwa “pada dasarnya adalah segala sesuatu yang

berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh

informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya”.

1. Variabel Bebas (X)

Variabel bebas merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab variabel terikat. Dalam penelitian ini yang menjadi variabel bebas adalah Strategi Modeling The Way dalam pembelajaran seni tari, yang dimaksudkan disini


(36)

yaitu suatu kegiatan yang dapat mengembangkan ilustrasi kedalam pengolahan keterampilan anak yang menghasilkan kreativitas pada anak.

2. Variabel Terikat (Y)

Variabel terikat merupakan variabel yang timbul akibat dari variabel bebas. Berdasarkan hal tersebut, yang menjadi variabel terikat dalam penelitian ini adalah Keterampilan anak dalam mengembangkan ilustrasi yang menghasilkan kreativitas suatu karya dalam bentuk gerak tari, kelas VIII SMPN 19 Sadang Serang Bandung.

Dibawah ini bentuk variabel penelitian :

X Y

(Pembelajaran tari melalui strategi (kemampuan ilustrasi gerak) Modeling The Way)


(37)

BAB V

KESIMPULAN dan IMPLIKASI

A. Kesimpulan

Hasil penelitan yang dilakukan di SMP Negeri 19 Bandung mengenai pembelajaran seni tari melalui strategi Modeling The Way untuk mengembangkan ilustrasi anak (Penelitian Pre-Experimental) yang menjadi pokok bahasan terdiri dari, Implementasi pelaksanaan pembelajaran seni tari melalui strategi Modeling The Way untuk meningkatkan keterampilan dengan cara mengembangkan kemampuan ilustrasi anak di SMP Negeri 19 Sadang Serang Bandung untuk mengetahui kemampuan anak mulai dari kemampuan mencari ide/gagasan untuk dijadikan topik pembelajaran seni tari dan kemampuan membuat skenario dari ilustrasi mereka yang dikembangkan melalui implementasi ke dalam bentuk gerak-gerak yang menjadi sebuah kesatuan menjadi tersusunnya gerakan tari dalam upaya meningkatkan keterampilan anak dengan cara mengembangkan ilustrasi anak dalam mengikuti pembelajaran seni tari di kelas.

Implementasi pembelajaran seni melalui strategi Modeling The Way lebih memperhatikan potensi dari keterampilan anak melalui pengembangan ilustrasi anak untuk mengetahui sejauh mana anak dapat merespon dan dapat mengembangkannya melalui gerak tari. Dari rangsangan tersebut memiliki fungsi agar dalam pembelajaran seni tari terdapat suatu pembaharuan/inovasi untuk pembelajaran agar anak dapat bebas berekspresi dengan dunia ilustrasinya sendiri.

Terlihat hasil dari pembelajaran yang dilakukan oleh peneliti, baik dari situasi, kondisi, suasana dan nilai yang diperoleh siswa dalam pembelajaran seni tari di kelas. Terdapat perbedaan yang cukup meningkat dari pretest dan postest. Berdasarkan hasil prosentase pretest dan postest dinyatakan bahwa hasil pretest Pada hasil data pretest diketahui kelas control lebih unggul nilainya dibandingkan dengan kelas eksperimen. Dan setelah diketahui hasil dai penggolahan data, bahwa kelas eksperimen memiliki nilai rata 55,96 dan standar deviasi 2,956, sedangkan kelas kontrol memiliki


(38)

rata-rata 63,29 dan standar deviasi 4,154. Selanjutnya akan dianalisis apakah kedua kelas memiliki kemampuan awal yang sama atau tidak, dan ternyata setelah dijui normalitas yaitu data berdistribusi normal karena signifikansi kelas eksperimen dan kelas kontrol lebih dari 0,05. Lalu diujikan kembali dengan independent samples test agar dapat diketahui penjabaran hasilnya bahwa kedua kelas memiliki varians yang berbeda, karena nilai signifikansi kurang dari 0,05 (nilai signifikansinya 0,03). Dan, jika berdasarkan tabel di atas kolom uji t baris kedua, diketahui bahwa nilai signifikansinya kurang dari 0,05. (nilai signifikansinya = 0,00) sehingga hipotesis H0 ditolak. Terlihatlah bahwa hasilnya itu kelas kontrol memiliki kemampuan awal lebih tinggi dibandingkan dengan kelas eksperimen.

Dari pretest berangkat ke postest, dalam postest akan dianalisis apakah kemampuan kedua kelas sama atau tidak. Dan berdasarkan hasil analisis kelas control mengalami penurunan dibandingkan kelas eksperimen yan sudah meningkat. Setelah diketahui bahwa eksperimen mengalami peningkatan selanjutnya akan dilakukan pengolahan data dan hasilnya diketahui kelas eksperimen memiliki nilai rata-rata 74,83 dan standar deviasi 3,559, sedangkan kelas kontrol memiliki rata-rata 65,75 dan standar deviasi 3,779. Selanjutanya, akan dianalisis apakah kedua kelas memiliki kemampuan akhir yang sama atau tidak. Maka dilakukanlah uji normalitas dengan hasil data berdistribusi normal karena signifikansi kelas eksperimen dan kelas kontrol lebih dari 0,05. Untuk mengetahui lebih jelasnya, dilakukan penjabaran yang telah diolah melalui Independent Samples Test yaitu dengan hasil kedua kelas memiliki varians yang sama , karena nilai signifikansi kurang dari 0,05 (nilai signifikansinya 0,789). Dengan kolom uji t baris kesatu, diketahui bahwa nilai signifikansinya kurang dari 0,05. (nilai signifikansinya = 0,00) sehingga hipotesis H0 ditolak. Jadi, Kelas eksperimen memiliki kemampuan akhir lebih tinggi dibandingkan dengan kelas control.

Setelah dilakukannya pretest dan postest dan siswa telah mendapatkan nilai dari format penilaian yang telah ada lalu dari hasil nilai-nilai siswa tersebut diolah data tersebut dengan cara perhitungan yang dibantu oleh aplikasi tekhnologi yaitu dengan


(39)

ibm spss statistics versi 2 dan Microsoft excel 2007 agar analisis data terbukti dengan tepat dan benar. Telah terlihat hasil analisis data yang keluar yaitu Kelas eksperimen memiliki kemampuan akhir lebih tinggi dibandingkan dengan kelas control. Jadi, strategi pembelajaran Modeling The Way yang peneliti aplikasikan terbukti berhasil dan dapat meningkatkan kemampuan ilustrasi anak pada gerak tari sehingga anak dapat terampil dan kreatif. Tidak hanya itu, dari setiap tes pengolahan data ternyata hasil akhir, kelas eksperimen lebih unggul dalam peningkatan nilai tetapi disini harus diketahui juga apakah kelas eksperimen mengalami titik awal yang sama, agar perlakuan adil dapat bersifat adil dapat dinyatakan dengan analisis olah data indeks gain yaitu dengan hasil tahap awal bahwa kelas eksperimen memiliki gain rata-rata 0,42 dan standar deviasi 0,10, sedangkan kelas kontrol memiliki rata-rata 0,05 dan standar deviasi 0,15. Selanjutanya, akan dianalisis apakah kedua kelas memiliki indeks gain yang sama atau tidak. Lalu diuji normalitaskan dengan hasil data berdistribusi normal karena signifikansi kelas eksperimen dan kelas kontrol lebih dari 0,05, dan Kedua kelas memiliki varians yang sama, karena nilai signifikansi lebih dari 0,05 (nilai signifikansinya 0,091). Berdasarkan Tabel 4.17 Independent Samples Test bahwa dalam kolom uji t baris pertama, diketahui bahwa nilai signifikansinya kurang dari 0,05. (nilai signifikansinya = 0,00) sehingga hipotesis H0 ditolak. Jadi, Kesimpulannya bahwa kelas eksperimen memiliki indeks gain lebih tinggi dibandingkan dengan kelas control.

B. Implikasi

Dengan hasil penelitian yang telah disimpulkan diatas, maka penelitian ini dapat dijadikan masukan atau konstribusi yang baik untuk peneliti sendiri sebagai calon guru, juga bagi guru kesenian (seni tari) yang bersangkutan dan tentunya untuk pihak sekolah dan siswa SMPN 19 Sadang Serang Bandung, bahwa dalam implementasi pembelajaran seni tari melalui strategi Modeling The Way untuk mengembangkan kemampuan ilustrasi anak, sangatlah penting untuk lebih diberi perhatian disamping untuk memperbaiki cara pembelajaran seni tari yang


(40)

mengandalkan pemberian materi secara teoritis hanya pentransperan pelajaran, akan tetapi lebih memperhatikan dengan memberikan kesempatan potensi anak dalam meningkatkan keterampilan siswa dengan mengembangkan ilustrasi anak dalam pembelajaran seni tari, dengan demikian dapat pula mengenal lebih dekat lagi mengenai karakteritik tiap diri individu anak yang berbeda, sehingga komunikasi dan interaksi dalam kegiatan belajar mengajar di kelas dapat terjalin dengan baik dan memperlancar pemberian materi baik secara teoritis maupun praktek yang berjalan secara berkesinambungan tanpa berat sebelah, sehingga timbul motivasi dan keterampilan siswa yang terarah dan berpotensi. Maka dari kesimpulan diatas terdapat pernyataan rekomendasi atau implikasi sebagai berikut:

1. Bagi guru

Dalam upaya mengoptimalkan pembelajaran seni tari di SMPN 19 Sadang Serang Bandung, diharapkan guru yang bersangkutan harus menguasai berbagai bentuk model pembelajaran secara bervariasi dan efektif untuk menghindari pengajaran yang monoton melalui pengembangan kemampuan ilustrasi anak sebagai pengungkapan ekspresi dalam pembuatan karya tari secara bebas.

2. Bagi Siswa

Kebebasan untuk berekspresi sebagai wujud dari hasil pengembangan ilustrasi secara audio visual dalam pembelajaran seni tari dapat dijadikan penemuan identitas jati diri siswa yang memiliki kepribadian dengan mengetahui karakter diri yang mampu memberikan motivasi untuk berani mengungkapkan ide maupun gagasan untuk meningkatkan keterampilan siswa dengan mengembangkan ilustrasi anak. 3. Bagi Pihak Sekolah (SMP)

Sehubungan dengan kesimpulan di atas, maka peneliti memberikan konstribusi kepada pihak sekolah, khususnya SMPN 19 Bandung, bahwa Implementasi strategi

Modeling The Way melalui pengembangan kemampuan ilustrasi anak untuk

meningkatkan keterampilan yang menghasilkan kreativitas (quasi Eksperimen pada kelas VIII F di SMPN 19 Bandung) dapat dijadikan solusi untuk memperbaiki sistem pengajaran yang monoton, membosankan serta menjenuhkan yang mengandalkan


(41)

demonstrasi materi dari guru ke siswa yang membatasi potensi anak untuk berketerampilan melalui ilustrasi dunia anak.

4. Bagi penelitian Selanjutnya

Bagi penelitian selanjutnya sebagai langkah awal untuk lebih memperhatikan karakter dan kepribadian serta perilaku anak sebagai sampel penelitian. Dengan pendekatannya secara psikologi anak yang erat kaitannya dengan kemampuan daya ilustrasi yang masih banyak untuk dikaji lebih dalam lagi, yang berpotensi baik untuk keberhasilan pembelajaran yang efektif dan efisien.


(42)

DAFTAR PUSTAKA

Arifin, Zainal. (2011). Evaluasi Pembelajaran. Bandung: Remaja Rosdakarya. Budiningsih, Asri. (2005). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT. Rineka Cipta. Desmita. (2009). Psikologi Perkembangan Peserta didik. Bandung: PT. Remaja

Rosdakarya.

Florence, Beetlestone. (2012). CREATIV LEARNING. Bandung: Nusa Media. Hawkins, Alma. (2003). Mencipta Lewat Tari. Yogyakarta: Manthil.

Marno, dkk. (2010). Strategi dan Metode Pengajaran. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media.

Masunah, Juju. (2012). Tari Pendidikan. Bandung: Jurusan Pendidikan Seni Tari FPBS UPI.

Muslich, Masnur. (2009). KTSP Pembelajaran Berbasis Kompetensi dan

Kontekstual. Jakarta: Bumi Aksara.

Roestiyah. (2008). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: PT. Rineka Cipta. Rooijakkers. (1991). Mengajar Dengan Sukses.Jakarta: PT Grasindo Jakarta. Surakhmad, Winarno. (1982). Pengantar Interaksi Mengajar-Belajar. Bandung Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung:

Alfabeta.

Universitas Pendidikan Indonesia (2013). Pedoman penulisan Karya Ilmiah. Bandung: UPI

Zaini, Hisyam., dkk. (2008). Strategi Pembeajaran Aktif. Yogyakarta: Pustaka Insan Madani.


(1)

BAB V

KESIMPULAN dan IMPLIKASI

A. Kesimpulan

Hasil penelitan yang dilakukan di SMP Negeri 19 Bandung mengenai pembelajaran seni tari melalui strategi Modeling The Way untuk mengembangkan ilustrasi anak (Penelitian Pre-Experimental) yang menjadi pokok bahasan terdiri dari, Implementasi pelaksanaan pembelajaran seni tari melalui strategi Modeling The Way untuk meningkatkan keterampilan dengan cara mengembangkan kemampuan ilustrasi anak di SMP Negeri 19 Sadang Serang Bandung untuk mengetahui kemampuan anak mulai dari kemampuan mencari ide/gagasan untuk dijadikan topik pembelajaran seni tari dan kemampuan membuat skenario dari ilustrasi mereka yang dikembangkan melalui implementasi ke dalam bentuk gerak-gerak yang menjadi sebuah kesatuan menjadi tersusunnya gerakan tari dalam upaya meningkatkan keterampilan anak dengan cara mengembangkan ilustrasi anak dalam mengikuti pembelajaran seni tari di kelas.

Implementasi pembelajaran seni melalui strategi Modeling The Way lebih memperhatikan potensi dari keterampilan anak melalui pengembangan ilustrasi anak untuk mengetahui sejauh mana anak dapat merespon dan dapat mengembangkannya melalui gerak tari. Dari rangsangan tersebut memiliki fungsi agar dalam pembelajaran seni tari terdapat suatu pembaharuan/inovasi untuk pembelajaran agar anak dapat bebas berekspresi dengan dunia ilustrasinya sendiri.

Terlihat hasil dari pembelajaran yang dilakukan oleh peneliti, baik dari situasi, kondisi, suasana dan nilai yang diperoleh siswa dalam pembelajaran seni tari di kelas. Terdapat perbedaan yang cukup meningkat dari pretest dan postest. Berdasarkan hasil prosentase pretest dan postest dinyatakan bahwa hasil pretest Pada hasil data pretest diketahui kelas control lebih unggul nilainya dibandingkan dengan kelas eksperimen. Dan setelah diketahui hasil dai penggolahan data, bahwa kelas eksperimen memiliki nilai rata 55,96 dan standar deviasi 2,956, sedangkan kelas kontrol memiliki


(2)

rata-rata 63,29 dan standar deviasi 4,154. Selanjutnya akan dianalisis apakah kedua kelas memiliki kemampuan awal yang sama atau tidak, dan ternyata setelah dijui normalitas yaitu data berdistribusi normal karena signifikansi kelas eksperimen dan kelas kontrol lebih dari 0,05. Lalu diujikan kembali dengan independent samples test agar dapat diketahui penjabaran hasilnya bahwa kedua kelas memiliki varians yang berbeda, karena nilai signifikansi kurang dari 0,05 (nilai signifikansinya 0,03). Dan, jika berdasarkan tabel di atas kolom uji t baris kedua, diketahui bahwa nilai signifikansinya kurang dari 0,05. (nilai signifikansinya = 0,00) sehingga hipotesis H0 ditolak. Terlihatlah bahwa hasilnya itu kelas kontrol memiliki kemampuan awal lebih tinggi dibandingkan dengan kelas eksperimen.

Dari pretest berangkat ke postest, dalam postest akan dianalisis apakah kemampuan kedua kelas sama atau tidak. Dan berdasarkan hasil analisis kelas control mengalami penurunan dibandingkan kelas eksperimen yan sudah meningkat. Setelah diketahui bahwa eksperimen mengalami peningkatan selanjutnya akan dilakukan pengolahan data dan hasilnya diketahui kelas eksperimen memiliki nilai rata-rata 74,83 dan standar deviasi 3,559, sedangkan kelas kontrol memiliki rata-rata 65,75 dan standar deviasi 3,779. Selanjutanya, akan dianalisis apakah kedua kelas memiliki kemampuan akhir yang sama atau tidak. Maka dilakukanlah uji normalitas dengan hasil data berdistribusi normal karena signifikansi kelas eksperimen dan kelas kontrol lebih dari 0,05. Untuk mengetahui lebih jelasnya, dilakukan penjabaran yang telah diolah melalui Independent Samples Test yaitu dengan hasil kedua kelas memiliki varians yang sama , karena nilai signifikansi kurang dari 0,05 (nilai signifikansinya 0,789). Dengan kolom uji t baris kesatu, diketahui bahwa nilai signifikansinya kurang dari 0,05. (nilai signifikansinya = 0,00) sehingga hipotesis H0 ditolak. Jadi, Kelas eksperimen memiliki kemampuan akhir lebih tinggi dibandingkan dengan kelas control.

Setelah dilakukannya pretest dan postest dan siswa telah mendapatkan nilai dari format penilaian yang telah ada lalu dari hasil nilai-nilai siswa tersebut diolah data tersebut dengan cara perhitungan yang dibantu oleh aplikasi tekhnologi yaitu dengan


(3)

ibm spss statistics versi 2 dan Microsoft excel 2007 agar analisis data terbukti dengan tepat dan benar. Telah terlihat hasil analisis data yang keluar yaitu Kelas eksperimen memiliki kemampuan akhir lebih tinggi dibandingkan dengan kelas control. Jadi, strategi pembelajaran Modeling The Way yang peneliti aplikasikan terbukti berhasil dan dapat meningkatkan kemampuan ilustrasi anak pada gerak tari sehingga anak dapat terampil dan kreatif. Tidak hanya itu, dari setiap tes pengolahan data ternyata hasil akhir, kelas eksperimen lebih unggul dalam peningkatan nilai tetapi disini harus diketahui juga apakah kelas eksperimen mengalami titik awal yang sama, agar perlakuan adil dapat bersifat adil dapat dinyatakan dengan analisis olah data indeks gain yaitu dengan hasil tahap awal bahwa kelas eksperimen memiliki gain rata-rata 0,42 dan standar deviasi 0,10, sedangkan kelas kontrol memiliki rata-rata 0,05 dan standar deviasi 0,15. Selanjutanya, akan dianalisis apakah kedua kelas memiliki indeks gain yang sama atau tidak. Lalu diuji normalitaskan dengan hasil data berdistribusi normal karena signifikansi kelas eksperimen dan kelas kontrol lebih dari 0,05, dan Kedua kelas memiliki varians yang sama, karena nilai signifikansi lebih dari 0,05 (nilai signifikansinya 0,091). Berdasarkan Tabel 4.17 Independent Samples Test bahwa dalam kolom uji t baris pertama, diketahui bahwa nilai signifikansinya kurang dari 0,05. (nilai signifikansinya = 0,00) sehingga hipotesis H0 ditolak. Jadi, Kesimpulannya bahwa kelas eksperimen memiliki indeks gain lebih tinggi dibandingkan dengan kelas control.

B. Implikasi

Dengan hasil penelitian yang telah disimpulkan diatas, maka penelitian ini dapat dijadikan masukan atau konstribusi yang baik untuk peneliti sendiri sebagai calon guru, juga bagi guru kesenian (seni tari) yang bersangkutan dan tentunya untuk pihak sekolah dan siswa SMPN 19 Sadang Serang Bandung, bahwa dalam implementasi pembelajaran seni tari melalui strategi Modeling The Way untuk mengembangkan kemampuan ilustrasi anak, sangatlah penting untuk lebih diberi perhatian disamping untuk memperbaiki cara pembelajaran seni tari yang


(4)

mengandalkan pemberian materi secara teoritis hanya pentransperan pelajaran, akan tetapi lebih memperhatikan dengan memberikan kesempatan potensi anak dalam meningkatkan keterampilan siswa dengan mengembangkan ilustrasi anak dalam pembelajaran seni tari, dengan demikian dapat pula mengenal lebih dekat lagi mengenai karakteritik tiap diri individu anak yang berbeda, sehingga komunikasi dan interaksi dalam kegiatan belajar mengajar di kelas dapat terjalin dengan baik dan memperlancar pemberian materi baik secara teoritis maupun praktek yang berjalan secara berkesinambungan tanpa berat sebelah, sehingga timbul motivasi dan keterampilan siswa yang terarah dan berpotensi. Maka dari kesimpulan diatas terdapat pernyataan rekomendasi atau implikasi sebagai berikut:

1. Bagi guru

Dalam upaya mengoptimalkan pembelajaran seni tari di SMPN 19 Sadang Serang Bandung, diharapkan guru yang bersangkutan harus menguasai berbagai bentuk model pembelajaran secara bervariasi dan efektif untuk menghindari pengajaran yang monoton melalui pengembangan kemampuan ilustrasi anak sebagai pengungkapan ekspresi dalam pembuatan karya tari secara bebas.

2. Bagi Siswa

Kebebasan untuk berekspresi sebagai wujud dari hasil pengembangan ilustrasi secara audio visual dalam pembelajaran seni tari dapat dijadikan penemuan identitas jati diri siswa yang memiliki kepribadian dengan mengetahui karakter diri yang mampu memberikan motivasi untuk berani mengungkapkan ide maupun gagasan untuk meningkatkan keterampilan siswa dengan mengembangkan ilustrasi anak. 3. Bagi Pihak Sekolah (SMP)

Sehubungan dengan kesimpulan di atas, maka peneliti memberikan konstribusi kepada pihak sekolah, khususnya SMPN 19 Bandung, bahwa Implementasi strategi

Modeling The Way melalui pengembangan kemampuan ilustrasi anak untuk

meningkatkan keterampilan yang menghasilkan kreativitas (quasi Eksperimen pada kelas VIII F di SMPN 19 Bandung) dapat dijadikan solusi untuk memperbaiki sistem pengajaran yang monoton, membosankan serta menjenuhkan yang mengandalkan


(5)

demonstrasi materi dari guru ke siswa yang membatasi potensi anak untuk berketerampilan melalui ilustrasi dunia anak.

4. Bagi penelitian Selanjutnya

Bagi penelitian selanjutnya sebagai langkah awal untuk lebih memperhatikan karakter dan kepribadian serta perilaku anak sebagai sampel penelitian. Dengan pendekatannya secara psikologi anak yang erat kaitannya dengan kemampuan daya ilustrasi yang masih banyak untuk dikaji lebih dalam lagi, yang berpotensi baik untuk keberhasilan pembelajaran yang efektif dan efisien.


(6)

Silma Ratna Kemala, 2013

Arifin, Zainal. (2011). Evaluasi Pembelajaran. Bandung: Remaja Rosdakarya. Budiningsih, Asri. (2005). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT. Rineka Cipta. Desmita. (2009). Psikologi Perkembangan Peserta didik. Bandung: PT. Remaja

Rosdakarya.

Florence, Beetlestone. (2012). CREATIV LEARNING. Bandung: Nusa Media. Hawkins, Alma. (2003). Mencipta Lewat Tari. Yogyakarta: Manthil.

Marno, dkk. (2010). Strategi dan Metode Pengajaran. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media.

Masunah, Juju. (2012). Tari Pendidikan. Bandung: Jurusan Pendidikan Seni Tari FPBS UPI.

Muslich, Masnur. (2009). KTSP Pembelajaran Berbasis Kompetensi dan

Kontekstual. Jakarta: Bumi Aksara.

Roestiyah. (2008). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: PT. Rineka Cipta. Rooijakkers. (1991). Mengajar Dengan Sukses.Jakarta: PT Grasindo Jakarta. Surakhmad, Winarno. (1982). Pengantar Interaksi Mengajar-Belajar. Bandung Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung:

Alfabeta.

Universitas Pendidikan Indonesia (2013). Pedoman penulisan Karya Ilmiah. Bandung: UPI

Zaini, Hisyam., dkk. (2008). Strategi Pembeajaran Aktif. Yogyakarta: Pustaka Insan Madani.