PEMANFAATAN NILAI TOLERANSI DALAM BABAD CIREBON UNTUK MENINGKATKAN KOHESI SOSIAL SISWA : PenelitianTindakanKelasPadaSiswaKelas XI IPS 1 Di SMA Negeri 1 JatibarangIndramayu.

(1)

PEMANFAATAN NILAI TOLERANSI DALAM BABAD CIREBON UNTUK MENINGKATKAN KOHESI SOSIAL SISWA

(PenelitianTindakanKelasPadaSiswaKelas XI IPS 1 Di SMA Negeri 1 JatibarangIndramayu)

TESIS

Diajukanuntukmemenuhisebagiansyaratuntukmemperolehgelar Magister Pendidikan Program StudiPendidikanSejarah

Oleh:

JAKIYATUL MISKIYA (1201036)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2014


(2)

PERNYATAAN

Denganinisayamenyatakanbahwatesis yang berjudul “PemanfaatanNilaiToleransiDalamBabad Cirebon UntukMeningkatkanKohesiSosialSiswa (PenelitianTindakanKelas di KelasXI IPS 1 SMA Negeri 1 JatibarangIndramayu)” inidanseluruhisinyaadalahbenar -benarkaryasayasendiridansayatidakmelakukanpenjiplakanataupengutipandengancara-cara yang tidaksesuaidenganetikailmu yang berlakudalammasyarakatkeilmuan. Ataspenyataantersebut,

sayasiapmenanggungresiko yang

dijatuhkankepadasayaapabiladikemudianhariditemukanadanyapelanggaranterhadapetikakeilmua ndalamkaryainiatauadaklaimdaripihak lain terhadapkaryasaya.

Bandung, Juli 2014

JakiyatulMiskiya, S.Pd. NIM. 1201036


(3)

PEMANFAATAN NILAI TOLERANSI DALAM BABAD CIREBON UNTUK MENINGKATKAN KOHESI SOSIAL SISWA

(PenelitianTindakanKelas Di Kelas XI IPS I SMA Negeri I JatibarangIndramayu)

Oleh :

JAKIYATUL MISKIYA, (1201526) S.Pd, UniversitasNegeri Yogyakarta, 2002

SebuahTesis yang diajukanuntukmemenuhisalahsatusyaratmemperolehgelar Magister Pendidikan (M.Pd.) pada Program StudiPendidikanSejarah

© JakiyatulMiskiya 2014 UniversitasPendidikan Indonesia

Agustus 2014

HakCiptadilindungiundang-undang.

Tesisinitidakbolehdiperbanyakseluruhnyaatausebagian, Dengandicetakulang, difotokopi, ataucara lain tanpaseijindaripenulis.


(4)

JAKIYATUL MISKIYA, S.Pd

PEMANFAATAN NILAI TOLERANSI DALAM BABAD CIREBON UNTUK MENINGKATKAN KOHESI SOSIAL SISWA

(PenelitianTindakanKelasPadaKelas XI IPS 1 SMA Negeri 1 JatibarangIndramatu)

Disetujidandisahkanolehpembimbing :

Pembimbing I

DidinSaripudin, Ph.D NIP. 197005061997021001

Pembimbing II

Dr. Nana SupriatnaM.Ed NIP. 196110141986011

Mengetahui,

Ketua Program StudiPendidikanSejarah SekolahPascasarjanaUniversitasPendidikan Indonesia

Dr. AgusMulyana, M.Hum NIP : 196608081991031


(5)

LEMBAR PENGESAHAN

PEMANFAATAN NILAI TOLERANSI DALAM BABAD CIREBON UNTUK MENINGKATKAN KOHESI SOSIAL SISWA

(PenelitianTindakanKelasPadaKelas XI IPS 1 Di SMA Negeri 1 JatibarangIndramayu)

Oleh: JakiyatulMiskiya

1201036

TelahDisetujuidanDisahkanOleh:

Pembimbing I, Pembimbing II,

DidinSaripudin, Ph.D. Dr. Nana SupriatnaM.Ed

NIP.197005061997021001 NIP. 196110141986011

Penguji I, Penguji II,

Prof. Dr. HeliusSjamsuddin, M.A Dr. AgusMulyana, M.Hum NIP. 19570408 198403 1 003 NIP. 19660808 199103 1 002

Mengetahui,

Ketua Program StudiPendidikanSejarah

SekolahPascasarjanaUniversitasPendidikan Indonesia

Dr. AgusMulyana, M.Hum NIP. 19660808 199103 1 002


(6)

Jakiyatul Miskiya, 2014

Pemanfaatan Nilai Toleransi Dalam Babad Cirebon Untuk Meningkatkan Kohesi Sosial Siswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR ISI TERUNTUK………. MOTTO………... LEMBAR PERNYATAAN………... KATA PENGANTAR……….. UCAPAN TRIMAKASIH………. ABSTRAK……….... DAFTAR ISI………. DAFTAR TABEL………. DAFTAR GAMBAR……… DAFTAR GRAFIK……….. DAFTAR LAMPIRAN……… BAB I PENDAHULUAN

A. LatarBelakangMasalah……… B. RumusanMasalah……….

C. TujuanPenelitian………..

D. ManfaatPenelitian………

E. PenjelasanKonsep BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. HakekatPembelajaran………... B. PembelajaransejarahLokal……….. C. PendidikanNilai………

D. Toleransi………

E. Babad………

F. KohesiSosial……….

G. TeoriBelajarBiografi……… H. Penelitian Yang Relevan………... BAB III METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian...………... B. ProsedurPenelitian………... C. LokasiPenelitian, SubjekPenelitiandan Guru Mitra………... D. ValidasiInstrumen……… E. TeknikPengumpulan Data……… F. TeknikAnalisis Data………

G. Interpretasi Data………

BAB IV HASI PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. HasilPenelitian……….

1. PengembanganBabad Cirebon SebagaiSumberBelajarSejarah….. 2. PerencanaanPembelajaranSejarahDenganMemanfaatkanNilaiTolera

nsiDalamBabad Cirebon

i ii iii iv v vii ix xi xii xii xiv 1 7 8 9 9 11 24 27 33 36 44 47 48 52 54 59 61 64 71 72 74 74


(7)

Jakiyatul Miskiya, 2014

Pemanfaatan Nilai Toleransi Dalam Babad Cirebon Untuk Meningkatkan Kohesi Sosial Siswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

UntukMeningkatkanKohesisosialSiswa……… ………

3. Proses

PembelajaranDenganMemanfaatkanNilaiToleransiDalamBabad Cirebon UntukMeningkatkanKohesisosial………...

a. Tindakan 1……….

b. Tindakan 2……….

c. Tindakan 3……….

d. Tindakan 4……….

e. Tindakan 5……….

f. Tindakan 6……….

g. Tindakan 7……….

h. Tindakan 8……….

4. Proses

EvaluasiPembelajarnDenganMemanfaatkanNilaiToleransiDalamBa

bad Cirebon

UntukMeningkatkanKohesiSosialSiswa……… ……….

5. KendalaPembelajarnDenganMemanfaatkanNilaiToleransiDalamBa

bad Cirebon

UntukMeningkatkanKohesiSosialSiswa……… ………

B. Pembahasan………... 1. PengembanganBabad Cirebon SebagaiSumberBelajarSejarah…... 2. PerencanaanPembelajaranSejarahDenganMemanfaatkanNilaiTolera

nsiDalamBabad Cirebon

UntukMeningkatkanKohesiSosialSiswa……… ……….

3. Proses

PembelajaranSejarahDenagnMemanfaatkanNilaiToleransiDalamBa

bad Cirebon

UntukMeningkatkanKohesiSosialSiswa……… ……….

4. Proses

EvaluasiDalamPembelajaranSejarahDenganMemanfaatkanNilaiTol

eransiDalamBabad Cirebon

UntukMrningkatkanKohesiSosialSiswa……… …….

5. Kendala-Kendala Yang

dihadapiDalamPembelajaranDenganMemanfaatkanNilaiToleransiD alamBabadUntukMeningkatkanKohesiSosialSiswa……… ………

C. ImplikasiTeoritisPembelajaranSejarahDenganMemanfaatkanNilaiToler

ansiDalamBabad Cirebon

UntukMeningkatkanKohesiSosialSiswa……… 75 85 85 93 100 107 166 124 132 140 148 148 149 149 150 152 158 160 161 166 167 169


(8)

Jakiyatul Miskiya, 2014

Pemanfaatan Nilai Toleransi Dalam Babad Cirebon Untuk Meningkatkan Kohesi Sosial Siswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

………. BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan………

B. Rokemendasi……….

DAFTAR PUSTAKA………

DAFTAR TABEL

Table 2.1 PerbedaanSumberTanganPertamadanTanganKedua……….. Tabel 3.1 JadwalPelaksanaanTindakan………... Table 4.1 ObservasiTahapOrientasiAktivitas Guru………... Table 4.2 ObservasiTahapOrientasiAktivitasSiswa……….. Table 4.3 PenilaianTahapOrientasiKegiatanKelompokSiswa………. Table 4.4 ObservasiTindakan 1 Aktivitas Guru………... Table 4.5 ObservasiTindakan 1 AktivitasSiswa……….. Table 4.6 ObservasiTindakan 2 Aktivitas Guru………... Table 4.7 ObservasiTindakan 2 AktivitasSiswa……….. Table 4.8 ObservasiTindakan 3 Aktivitas Guru………... Table 4.9 ObservasiTindakan 3 AktivitasSiswa………. Table 4.10 ObservasiTindakan 4 Aktivitas Guru………. Table 4.11 ObservasiTindakan 4 aktivitasSiswa………. Table 4.12 PenilaianTindakan 4 KegiatanKelompokSiswa………... Table 4.13 ObservasiTindakan 5 Aktivitas Guru………. Table 4.14 ObservasiTindakan 5 aktivitasSiswa………. Table 4.15 PenilaianTindakan 5 KegiatanKelompokSiswa………... Table 4.16 ObservasiTindakan 6 Aktivitas Guru………. Table 4.17 ObservasiTindakan 6 aktivitasSiswa………. Table 4.18 PenilaianTindakan 6 KegiatanKelompokSiswa………... Table 4.19 ObservasiTindakan 7 Aktivitas Guru………. Table 4.20 ObservasiTindakan 7 aktivitasSiswa………. Table 4.21 PenilaianTindakan 7 KegiatanKelompokSiswa………... Table 4.22 ObservasiTindakan 8 Aktivitas Guru………. Table 4.23 ObservasiTindakan 8 aktivitasSiswa………. Table 4.24 PenilaianTindakan 8 KegiatanKelompokSiswa………...

43 60 79 81 82 88 90 96 98 103 105 111 113 114 119 120 122 127 129 130 136 138 139 144 145 146


(9)

Jakiyatul Miskiya, 2014

Pemanfaatan Nilai Toleransi Dalam Babad Cirebon Untuk Meningkatkan Kohesi Sosial Siswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1 Spiral Penelitian Dari KemmisdanMc Taggart………...


(10)

Jakiyatul Miskiya, 2014

Pemanfaatan Nilai Toleransi Dalam Babad Cirebon Untuk Meningkatkan Kohesi Sosial Siswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR GRAFIK

Grafik 4.1 PeningkatanHasilPengisianAngketSkalaSikapSiswa…………...


(11)

Jakiyatul Miskiya, 2014

Pemanfaatan Nilai Toleransi Dalam Babad Cirebon Untuk Meningkatkan Kohesi Sosial Siswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 CatatanLapangan….………. Lampiran 2 RPP……… Lampiran 3 ProfilSekolah……… Lampiran 4 foto….……… Lampiran 5 Suratizinpenelitian……...……… Lampiran 6 Suratpenunjukanpembimbingtesis………. Lampiran 7 Hasilwawancara, angketsiswa,

lembareavaluasidanlembarobservasi……… ……….

177 204 231 243 244 245 246


(12)

Jakiyatul Miskiya, 2014

Pemanfaatan Nilai Toleransi Dalam Babad Cirebon Untuk Meningkatkan Kohesi Sosial Siswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

ABSTRAK

PEMANFAATAN NILAI TOLERANSI DALAM BABAD CIREBON UNTUK MENINGKATKAN KOHESI SOSIAL SISWA

(Penelitian Tindakan Kelas Pada Pembelajaran Sejarah Di kelas XI IPS 1 SMA Negeri 1 Jatibarang Indramayu)

Oleh: Jakiyatul Miskiya, S.Pd

Penelitian ini dilatarbelakangi dari permasalahan di dalam kelas XI IPS 1 SMA Negeri 1 Jatibarang Indramayu, dimana siswa memiliki sikap toleransi yang rendah. Sehingga yang terjadi adalah rendahnya kohesi sosial siswa. Hal tersebut merupakan tugas guru sejarah untuk menanamkan nilai toleransi dalam pembelajaran sejarah agar dapat meningkat kohesi sosial siswa. Adapun penanaman nilai toleransi dapat guru gali dari sumber belajar yang dipergunakan, salah satu sumber belajar yang memiliki nilai toleransi adalah babad Cirebon. Dari identifikasi kondisi kelas yang demikian maka permasalahan utama dalam penelitian ini adalah pertama bagaimana guru mengembangkan babad Cirebon sebagai sumber pembelajaran. Kedua bagaimana desain pembelajaran dengan memanfatkan nilai toleransi dalam babad Cirebon. Ketiga bagaimana proses pembelajaran dengan memanfaatkan nilai toleransi dalam babad Cirebon. Keempat bagaimana proses evaluasi dalam pembelajaran sejarah dengan memanfaatkan nilai toleransi dalam babad Cirebon. Kelima apa kendala yang dihadapi oleh guru dalam pembelajaran dengan memanfaatkan nilai toleransi dalam babad Cirebon. Berdasarkan hal tersebut penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kohesi sosial siswa dikelas XI IPS 1 SMA Negeri 1 Jatibarang Indramayu. Metode Penelitian yang digunakan adalah Metode Penelitian Tindakan Kelas dengan menggunakan teknik pengumpulan data berupa observasi, catatan lapangan, wawancara dan dokumen. Adapun dari hasil penelitian diperoleh bahwa: pertama pengembangan sumber belajar yang dilakukan oleh guru adalah dipergunakannya babad Cirebon yang sudah diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia. Kedua desain pembelajaran dikembangkan berdasarkan teori belajar biografi dan pendekatan pembelajaran cooperative Learning. Ketiga dalam proses pembelajaran yang mempergunakan babad Cirebon sebagai sumber belajar dapat terlihat wujud kohesi sosial siswa dalam pembelajaran kelompok. Keempat proses evaluasi dengan mempergunakan penilaian non tes yaitu berdasarkan aktifitas siswa dalam kelompok dengan mempergunakan indikator kohesi sosial. Kelima kendala yang dihadapi oleh guru mitra meliputi 1) pengendalian kelas dalam pembelajaran sejarah yang kebetulan ada di jam terahir setiap minggunya hal tersebut mengakibatkan kelas yang tidak kondusif. 2) pengukuran nilai toleransi dan kohesi sosial siswa yang sangat sulit untuk diukur.


(13)

Jakiyatul Miskiya, 2014

Pemanfaatan Nilai Toleransi Dalam Babad Cirebon Untuk Meningkatkan Kohesi Sosial Siswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

ABSTRACT

THE USE OF TOLERANCE VALUE IN CHRONICLE OF CIREBON FOR IMPROVING STUDENTS’ SOCIAL COHESION

(Classroom Action Research in Learning History at Class XI Social 1 in Senior High School 1 Jatibarang)

Written by : Jakiyatul Miskiya, S.Pd

This research was based on the problem in the classroom (Class XI Social 1) at Senior High School 1 Jatibarang Indramayu, where the students have low sense of tolerance. This problem leads to low social cohesion of students in using the appropriate learning sources. Actually the History teacher should be able to implant tolerance value in teaching learning process so that the students’ social cohesion improved. From the identification of class condition in learning History, the writer indicates that the main problems of this research are : Firstly, how teacher develop the Chronicle of Cirebon as learning source. Secondly, how to design teaching learning process by using the tolerance value of the chronicle of Cirebon. Thirdly, how is the teaching learning process by using the tolerance value in the chronicle of Cirebon. Fourthly, how is the evaluation process in learning History by using the tolerance value in the chronicle of Cirebon. Fifthly, what are the obstacles faced by the teacher in teaching learning process by using the tolerance value in the chronicle of Cirebon. Based on those problems, the aim of this research is to improve the students’social cohesion of Class XI Social 1 at Senior High School 1 Jatibarang. The method used in this research is Class Action Research by using observation, field notes, interview and documentation as the technique of data gathering. The result of the research shows that : Firstly, Developing the learning source and that is the chronicle of Cirebon by using the Indonesian version. Secondly, the learning design was developed based on the Biography learning theory and Cooperative learning approach. Thirdly, the existence of students’ social cohesion can be found in group learning. Fourthly, the evaluation process by using evaluation based on students’ activities in group through social cohesion indicators. Fifthly, the obstacles faced by the teacher are : 1) Class controlling in learning History was in the last session of learning process every week and that made the class not conducive. 2) The use of learning source is unusual one. 3) The measurement of students’ tolerance value and social cohesion is quite difficult to do.


(14)

Jakiyatul Miskiya, 2014

Pemanfaatan Nilai Toleransi Dalam Babad Cirebon Untuk Meningkatkan Kohesi Sosial Siswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Fenomena yang terjadi di kelas XI IPS 1 SMA Negeri 1 Jatibarang memperlihatkan masih rendahnya sikap menghargai antara siswa yang beragama Islam terhadap siswa yang berbeda agama seperti Kristen. Bentuk sikap tersebut terlihat pada perlakuan siswa terhadap temannya yang beragama berbeda. Contohnya siswa yang beragama Kristen akan disuruh keluar kelas dengan mempergunakan bahasa yang tidak sopan oleh teman temanya yang beragama Islam pada saat akan dimulainya pelajaran Pendidikan Agama Islam. Begitupun siswa yang beragama Buddha diperlakukan sama seperti yang beragama Kristen. Mereka akan dikatakan “murtad” oleh teman teman yang beragama muslim. Walaupun memang kata-kata tersebut merupakan bentuk candaan mereka akan tetapi pada waktu-waktu tertentu akan menjadi salah satu penyebab adanya konflik di antara mereka

Belum lagi perbedaan suku yang ada di kelas ini dijadikan bahan untuk saling mengejek antar teman, misalnya siswa yang bersuku Batak akan dipanggil dengan sebutan “Batak” atau

“Air Bah” padahal itu bukan nama sebenarnya. Siswa yang beretnis Tionghoa akan dipanggil “Cina Loleng” oleh teman- teman yang beretnis selain Tionghoa. Belum lagi sikap-sikap yang lain yang menggambarkan masih rendahnya kohesi sosial siswa dikelas. Selama ini masih banyak siswa yang bergaul hanya dengan teman yang satu agama, satu etnis dan satu level (sederajat) secara ekonomi, dalam artian kekayaan orang tuanya dijadikan sebagai alasan mereka memilih teman bergaul atau teman dalam kerja kelompok. Dengan mudahnya mereka mengatakan bahwa saya kerja kelompoknya sama si A saja karena enak dia punya laptop, punya komputer punya printer dan punya fasilitas lain yang lebih mempermudah dalam mengerjakan tugas dari guru secara berkelompok

Belum lagi fenomena adu fisik untuk menyelesaikan permasalahan di antara mereka khususnya yang laki-laki masih sering terjadi apabila di daerah mereka sedang terjadi tawuran.Misalnya pernah suatu waktu terjadi tawuran antara daerah Tugu dan daerah Majasih kecamatan Jatibarang dan kebetulan dikelas XI IPS I ada anak yang berasal dari Tugu dan dari


(15)

Jakiyatul Miskiya, 2014

Pemanfaatan Nilai Toleransi Dalam Babad Cirebon Untuk Meningkatkan Kohesi Sosial Siswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Majasih. Konflik yang terjadi daerahnya itu terbawa juga didalam suasana kelas, dua siswa tersebut sering saling mengejek yang akibatnya adu fisik diantara mereka tidak bisa dihindarkan.

Tahun 2013 SMA Negeri 1 Jatibarang sangat berduka karena kehilangan salah satu siswanya dari kelas XI IPS 1 yang bernama Untung, dia ditemukan tergeletak di pinggir jalan dalam kondisi mengenaskan dan sudah tidak bernyawa lagi, setelah diselidiki oleh polisi ternyata salah satu pelakunya adalah teman satu kelasnya sendiri yang merasa tidak terima karena pernah dipanggil dengan tidak sopan oleh korban.

Fenomena-fenomena tersebut diatas sebenarnya tidak bisa lepas dari kebiasan masyarakat Indramayu khususnya Jatibarang yang memang seringkali terjadi tawuran, perkelahian antar warga dan perkelahian antar pelajar. Contoh nyatanya adalah sudah biasa ditemui di kecamatan Jatibarang masyarakat yang sedang naik angkutan umum tiba-tiba dioper paksa kekendaraan lain dengan alasan untuk menghindari tawuran. ( http://cinta-syamsudin.blogspot.com/2008/11/potret-masyarakat-indramayu-yang.html)

Realita yang ada saat ini dibeberapa disekolah khususnya di SMA N 1 Jatibarang pembelajaran sejarah tidak memberikan pendidikan nilai, hal tersebut terlihat dalam sikap siswa yang selalu mempertajam perbedaan di antara mereka, baik perbedaan agama, suku, adat istiadat maupun jenis kelamin. Contohnya masih banyak terlihat pembagian tugas berdasarkan jenis kelamin misalnya tugas siswa laki-laki adalah menjadi pemimpin upacara sedangkan tugas siswa perempuan adalah menjadi dirigen obade dan lain lain. Padahal setiap siswa memiliki kesempatan apapun disekolah tanpa membedakan apapun baik perbedaan jenis kelamin maupun perbedaan yang lain.

Oleh karena itu dalam penelitian ini peneliti bermaksud untuk meningkatkan kohesi sosial siswa khususnya dikelas XI IPS 1 dengan memanfaatkan nilai toleransi yang ada didalam babad Cirebon, karena sejalan dengan ini Nat J. Colleta (2011: 2) mengatakan bahwa melestarikan nilai-nilai luhur yang bersifat lokal menjadi sangat penting karena kekerasan, tawuran antar kelompok, individualisme, hedonisme semakin menguasai kehidupan masyarakat lokal. Membangun serta mengeratkan kembali solidaritas dan kohesi sosial masyarakat terutama dikalangan peserta didik melalui pembelajaran yang bersumber dari nilai-nilai lokal sangat diperlukan.Karena kohesi sosial merupakan perekat yang menyatukan masyarakat, membangun


(16)

Jakiyatul Miskiya, 2014

Pemanfaatan Nilai Toleransi Dalam Babad Cirebon Untuk Meningkatkan Kohesi Sosial Siswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

keselarasan dan semangat kemasayarakatan, serta komitmen untuk mencapai tujuan-tujuan bersama.

Sejalan dengan itu, kajian Kondrad Huber et el (2004: 7) bahwa kohesi sosial yang bersumber dari nilai-nilai lokal sangat dibutuhkan untuk membangun perdamaian, keharmonisan dan keselarasan dalam kehidupan masyarakat. Karena usaha perdamaian dan pembangunan harus dapat mempengaruhi dinamika sosial sehingga membawa perubahan positif.Perubahan itu dapat berupa berkurangnya tindak kekerasan, konflik, sikap yang lebih positif dari individu-individu, menghormati perbedaan dan mencintai perdamaian.Lebih lanjut Kondrad mengatakan bahwa secara khususus pemuda dan remaja dapat disebut sebagai kelompok yang cukup pent ing jika dikaitkan dengan kohesi sosial, konflik, kekerasan dan perdamaian.

Oleh karena itu nilai-nilai fositif yang dimiliki oleh tokoh lokal sebagai identitas dari masyarakat lokal itu sendiri, dan nilai-nilai tersebut harus diimplementasikan secara konkrit kepada semua lapisan masyarakat terutama generasi muda peserta didik (Ernawi, 2010: 2).Oleh karena itu keaneka ragaman budaya, suku, agama dan bahasa haruslah tertata secara baik karena sesungguhnya keaneragaman merupakan sebuah kekuatan namun juga merupakan sumber konflik. Pernyataan ini mendapat pembenaran sebagaimana diungkapkan oleh Hasan (2012: 104) bahwa:

Keaneragaman budaya disatu pihak merupakan suatu kekayaan bangsa tetapi dipihak lain dapat menjadi sumber konflik yang tidak menguntungkan. Pendidikan harus mampu mengembangkan potensi peserta didik sehingga dapat mengubah perbedaan budaya dari potensi sumber konflik menjadi sumber kerjasama yang produktif dan sumber inspirasi bagi budaya lain.

Tokoh-tokoh tersebut tersebar tidak hanya tokoh nasional yang dianggap berpengaruh terhadap perjalanan sejarah sebuah bangsa, tetapi tokoh-tokoh lokal, seperti tokoh Sunan Gunung Jati di Cirebon merupakan pahlawan agama didaerah Cirebon dan sekitarnya karena bilau adalah tokoh yang termasuk dalam Sembilan wali yang menyebarkan agama Islam dipulau Jawa. Apalagi menurut Hasan bahwa pahlawan tidak terbatas dibidang politik atau militer saja, pahlawan juga dapat muncul dari aspek kehidupan yang lain seperti pahlawan ekonomi, pahlawan budaya, pahlawan agama, pahlawan perempuan dan sebagainya (Hasan, 2008 : 4).

Tokoh Sunan Gunung Jati banyak diulas secara rinci dan detail dalam Babad Cirebon, seperti dikatakan oleh Wildan (2010 : 27) bahwa babad Cirebon merupakan karya yang sebagian


(17)

Jakiyatul Miskiya, 2014

Pemanfaatan Nilai Toleransi Dalam Babad Cirebon Untuk Meningkatkan Kohesi Sosial Siswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

besar berisi tentang tokoh Sunan Gunung Jati sebagai penyebar agama Islam di Cirebon dan sekitarnya. Dalam babad tersebut juga terdapat nilai toleransi yang ditunjukan oleh Sunan Gunung Jati dalam berbagai hal baik dalam hal agama maupun dalam hal menghargai pendapat orang lain, seperti tercantum dalam pupuh kesatu, lima, enam belas, delapan belas dan pupuh kedua puluh empat.

Dengan demikian kemajemukan masyarakat dan budaya yang ada pada seluruh wilayah Indonesia perlu ditumbuhkembangkan. Termasuk nilai toleransi yang ada dalam babad Cirebon yang tercermin dalam sikap-sikap Sunan Gunung Jati sebagai tokoh lokal masyarakat Cirebon dan sekitarnya harus terus dikembangkan terutama pada generasi muda peserta didik disekolah melalui proses pendidikan. Mengingat pemuda adalah kelompok yang sangat rentan terhadap introduksi budaya modern, bisa dari kehidupan modern adalah individualistik, materalistik yang berdampak pada munculnya kekerasan, tawuran, premanisme bahkan terorisme, hal ini telah mereduksi nilai-nilai moral budaya bangsa.

Pendidikan sejarah lokal sebagai bagian dari pendidikan sejarah nasional dalam sistem pendidikan nasional berguna untuk mengidentifikasi jati diri peserta didik sekaligus sebagai filterasi terhadap pengaruh negatip yang berkembang sebagai akibat dari modernisasi. Sejalan dengan itu Hasan (2012 : 108) menyatakan bahwa proses pendidikan sejarah diarahkan untuk membangun kemampuan peserta didik untuk mengidentifikasi jati diri pribadinya dan jati diri bangsanya. Pembelajaran sejarah akan membangkitkan kesadaran empati, toleransi terhadap orang lain, kemampuan mental dalam berimajinasi dan berkreasi dikalangan peserta didik. Kesadaran empatik dengan orang lain dan membentuk kebersamaan dan keterkaitan atau solidaritas. Sementara toleransi mengantarkan siswa memahami nilai-nilai kemajemukan, berjiwa demokratik, saling menghormati, bertanggungjawab serta komitmen. Sehingga pendidikan sejarah diharapkan mampu membangkitkan kesadaran memori kolektif bangsa masa lalu. Selain itu pendidikan sejarah dimaknai sebagai upaya untuk mentstranfer kemegahan bangsa dimasa lampau kepada generasi muda. Dengan posisi inilah maka pendidikan sejarah merupakan wahana bagi pewaris nilai-nilai keunggulan bangsa (Hasan, 2012 : 120).

Dengan demikian belajar sejarah sejatinya bukan hanya belajar tentang cerita atau peristiwa sejarah masa lampau namun nilai-nilai luhur yang tumbuh dan berkembang ditengah-tengah lingkungan masyarakat sekitar peserta didik dapat dijadikan sebagai sumber motivasi,


(18)

Jakiyatul Miskiya, 2014

Pemanfaatan Nilai Toleransi Dalam Babad Cirebon Untuk Meningkatkan Kohesi Sosial Siswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

dorongan dan penuntun dalam menata kehidupan masa depan bangsa diberbagai aspek baik sosial, budaya, politik, hukum dan ekonomi, sebagaimana diungkapkan oleh Mulyana dan Gunawan R (2007 : 1) bahwa:

Mata pelajaran sejarah sarat dengan nilai-nilai, nilai- nilai yang dimaksud disini bukan hanya sekedar nilai-nilai kewarganegaraan yang bersifat umum belaka, seperti nasionalisme, patriotisme, demokrasi dan lain-lain.Nilai yang harus pula dikembangkan adalah nilai-nilai yang memiliki kearifan lokal yaitu nilai-nilai yang tumbuh dan berkembang dalam kehidupan sekitar siswa.

Atas dasar itu maka pelajaran sejarah mestinya direkontruksi dengan menggunakan paradigma New History artinya dalam proses belajar mengajar sejarah guru sangat dituntut agar mampu mengembangkan materi pelajaran bukan hanya berdasarkan sejarah nasional tetapi juga mengembangkan materi pelajaran sejarah dari lokal yang tumbuh dilingkungan sekitar peserta didik sebagai sumber pembelajaran. Sebagaimana dikemukakan oleh Douk (Widja, 1998 : 5) bahwa pembelajaran sejarah lokal lebih mudah dihayati oleh para siswa disebabkan berkaitan dengan lingkungan mereka. Hal ini tentunya sangat mempermudah proses pembelajaran dikelas. Sebagai guru sejarah kita memiliki tanggung jawab profesi dalam mengembangkan kemampuan mengelola proses pembelajaran dengan baik termasuk dalam hal pemilihan media, pemilihan sumber belajar dan lain sebagainya. Guru sebagai pengembang kurikulum tentu memiliki akses yang sangat penting dalam menentukan tujuan pembelajaran dalam menggunakan dan memanfaatkan sumber belajar.

Salah satu sumber belajar yang sering luput dari ingatan guru sejarah adalah sumber belajar sejarah lokal baik yang berbentuk cetak ataupun non cetak, sumber cetak yang bersifat lokal diantaranya adalah babad, babad dapat dipergunakan dan dianggap penting karena babad merupakan hasil karya sastra sejarah yang sangat penting seperti dijelaskan oleh Mulyadi (1990 : 243) ada beberapa karya sastra yang dapat dipakai dalam penulisan sejarah tradisional kita yaitu: 1) kitab-kitab yang bersifat sejarah seperti babad, tambo dan sislsilah, 2) kesusastraan yang berlangsung atau tidak langsung memuat sumber sejarah dan 3) dongeng-dongeng atau cerita setempat yang masih dikenal oleh rakyat.

Dengan alasan tersebut diatas maka babad Cirebon dapat juga dipergunakan sebagai sumber belajar sejarah, karena hal ini sejalan dengan pendapat Yunanto (2012 : 21) yang mengatakan bahwa sumber belajar dapat dibedakan menjadi dua kelompok yaitu sumber belajar


(19)

Jakiyatul Miskiya, 2014

Pemanfaatan Nilai Toleransi Dalam Babad Cirebon Untuk Meningkatkan Kohesi Sosial Siswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

tangan pertama dan sumber belajar tangan kedua. Sumber belajar tangan pertama diantaranya babad daun lontar sedangkan sumber belajar tangan kedua adalah buku babad terjemahan.Maka babad Cirebon dapat dikatagorikan kedalam sumber belajar tangan kedua.

Dari pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa babad Cirebon dapat juga dijadikan sebagai sumber pembelajaran di kelas khususnya pemanfaatan nilai toleransi yang terkandung didalamnya, Dalam ilmu sejarah babad dapat dipergunakan sebagai salah satu sumber belajar yang termasuk kedalam sumber sekunder selain buku-buku teks sejarah ( Daliman, 2012 : 56).

Walaupun sumber sekunder tidak sepenting sumber primer namun seringkali sumber sekunder sangat berguna untuk memahami secara tepat dan mendalam mengenai latar belakang sumber-sumber dan dokumen sezaman. Ditegaskan oleh Gottschalk (Daliman, 2012 : 57) bahwa sejarawan menggunakan sumber-sumber sekunder dalam empat hal yaitu: Pertama, untuk mengenali latar belakang yang cocok sebagai bukti-bukti sezaman mengenai bukti. Kedua, untuk memperoleh petunjuk mengenai data-data bibiliografis yang lain. Ketiga, untuk memperoleh petikan atau kutipan yang lebih lengkap dari sumber-sumber lain atau dokumen sezaman.Keempat, untuk memperoleh interpretasi dan hipotesis mengenai masalah yang sama, namun hanya untuk menguji atau untuk memperbaiki.

Berdasarkan pernyataan Gottchalk tentang pentingnya sumber sekunder, ditambah lagi dengan peluang yang diberikan oleh kurikulum 2013 untuk pelajaran sejarah, seyogyanya dapat memberikan dorongan kepada para guru sejarah dalam mengoptimalkan potensi lokal sebagai sumber pembelajaran. Misalnya mempergunakan dan memanfaatkan babad Cirebon dalam meningkatkan kohesi sosial siswa.Berdasarkan pengalaman penulis babad Cirebon belum dimanfaatkan sebagai sumber pembelajaran sejarah di kelas khususnya pemanfaatan nilai-nilai toleransi yang terdapat di dalamnya dan itu dianggap bahwa guru sejarah masih belum dapat memanfaatkan sumber secara tepat.

Strategi guru untuk mengatasi masalah pembelajaran sangat dibutuhkan dalam upaya meningkatkan kualitas pembelajaran.Pelaksanaan pembelajaran didalam kelas merupakan salah satu tugas utama guru, dan pembelajaran dapat diartikan sebagai kegiatan yang ditunjukan untuk membelajarkan siswa, salah satunya adalah dengan memanfaatkan secara maksimal sumber belajar yang ada disekitar siswa seperti babad, hal ini sesuai dengan tujuan pendidikan nasional.


(20)

Jakiyatul Miskiya, 2014

Pemanfaatan Nilai Toleransi Dalam Babad Cirebon Untuk Meningkatkan Kohesi Sosial Siswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Dari latar belakang tersebut timbul pertanyaan apakah pendidikan sejarah mampu meningkatkan kohesi sosial peserta didik, oleh karena itu penulis bermaksud melakukan

penelitian dengan judul “Pemanfaatan Nilai-nilai Toleransi Dalam Babad Cirebon Untuk meningkatkan Kohesi Sosial Siswa”

B. Rumusan Masalah Dan Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan latar belakang masalah seperti yang telah dipaparkan diatas, maka permasalahan yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah Bagaimana Pemanfaatan Nilai-Nilai Toleransi Dalam Babad Cirebon Untuk Meningkatkan Kohesi Sosial Siswa?

Pertanyaan Penelitian

1. Bagaimana guru mengembangkan babad Cirebon sebagai sumber belajar pada siswa XI IPS di SMA Negeri 1 Jatibarang?

2. Bagaimana perencanaan pembelajaran sejarah dengan pemanfaatan nilai-nilai toleransi dalam babad Cirebon untuk meningkatkan kohesi sosial siswa di kelas XI IPS di SMA Negeri 1 Jatibarang?

3. Bagaimana proses pembelajaran sejarah dengan pemanfaatan nilai-nilai toleransi dalam babad Cirebon untuk meningkatkan kohesi sosial siswa di kelas XI IPS SMA Negeri 1 Jatibarang?

4. Bagaimana proses evaluasi dalam pembelajaran sejarah dengan memanfaatkan nilai toleransi dalam babad Cirebon untuk meningkatkan kohesi sosial siswa dalam pembelajaran sejarah di kelas XI IPS SMA Negeri 1 Jatibarang?

5. Bagaimana kendala yang dihadapi dan bagaimana cara mengatasi kesulitan yang dihadapi guru dalam proses pembelajaran sejarah dengan memanfaatkan nilai toleransi dalam babad Cirebon untuk meningkatkan kohesi sosial siswa di kelas XI IPS SMA Negeri 1 Jatibarang?


(21)

Jakiyatul Miskiya, 2014

Pemanfaatan Nilai Toleransi Dalam Babad Cirebon Untuk Meningkatkan Kohesi Sosial Siswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Tujuan umum dari rencana penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana memanfaatkan nilai toleransi dalam babad Cirebon untuk meningkatkan kohesi sosial siswa. Sedangkan tujuan khusus dari penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui bagaimana guru sejarah mengembangkan babad Cirebon sebagai sumber belajar pada siswa XI IPS di SMA Negeri 1 Jatibarang.

2. Untuk mengetahui perencanaan pembelajaran sejarah dengan pemanfaatan nilai-nilai toleransi dalam babad Cirebon untuk meningkatkan kohesi sosial siswa di kelas XI IPS di SMA Negeri 1 Jatibarang.

3. Untuk mengetahui proses pembelajaran sejarah dengan pemanfaatan nilai-nilai toleransi dalam babad Cirebon untuk meningkatkan kohesi sosial siswa di kelas XI IPS SMA Negeri 1 Jatibarang.

4. Untuk mengetahui proses evaluasi dalam pembelajaran sejarah dengan memanfaatkan nilai toleransi dalam babad Cirebon untuk meningkatkan kohesi sosial siswa di kelas XI IPS SMA Negeri 1 Jatibarang.

5. Untuk mengetahui kendala dan cara mengatasi kendala yang dihadapi guru dalam proses pembelajaran sejarah dengan memanfaatkan nilai toleransi dalam babad Cirebon untuk meningkatkan kohesi sosial siswa di kelas XI IPS SMA Negeri 1 Jatibarang.

D. Manfaat Penelitian

1) Memberi masukan dan informasi yang lengkap bagi guru serta sekolah sebagai bahan acuan dalam pengambilan keputusan untuk meningkatkan mutu pembelajaran sejarah dengan menggunakan pendekatan sejarah lokal melalui babad.

2) Menambah wawasan pengetahuan akademik, terutama dalam pembelajaran Sejarah, khususnya dalam pembelajaran sejarah dengan menggunakan babad.

3) Memperluas wawasan pengetahuan dalam bidang studi Sejarah sebagai bahan kajian dalam kegiatan MGMP Sejarah tingkat kabupaten Indramayu.

E. Penjelasan Konsep

Agar dapat memperjelas makna dari istilah-istilah dalam judul, maka penulis akan memperjelasnya dibawah ini.


(22)

Jakiyatul Miskiya, 2014

Pemanfaatan Nilai Toleransi Dalam Babad Cirebon Untuk Meningkatkan Kohesi Sosial Siswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

1. Nilai

Nilai didefinisikan oleh Rokeach (Wiriatmadja, 2013 : 3) “ an enduring belief that a particular mode of conduct (such as being honest, courageous, loving, pleasure, happiness, atc), or a state of existence (Peace, equality, freedom, pleasure, happiness) is personally and socialy desiareble, value judgemen are statemens that rate things in terms of their worth, implying or derived from more general values” yang artinya penilaian tentang nilai adalah pernyataan yang menilai isinya yang bermakna, yang ditarik dari nilai-nilai yang umum.

2. Toleransi

Menurut kamus besar bahasa Indonesia (2001 : 120), toleransi dapat diartikan batas ukur atau penambahan dan pengurangan yang masih diperbolehkan, dan diartikan juga toleransi sebagai penyimpangan yang masih dapat diterima dalam pengukuran kerja.

Toleransi bermakna sebagai suatu bentuk sikap atau kondisi kemasyarakatan. Toleransi sebagai suatu kondisi kemasyarakatan yang berhubungan erat dengan sikap yang dianut secara luas dikalangan masyarakat, sikap toleransi akan dinilai sama sebagai suatu sifat yang diinginkan oleh masyarakat dalam kehidupan, oleh karena itu masyarakat akan mendidik warganya untuk menilai dan melatih sikap toleransi ( Kawsar H. Kouchok, 2004 : 1).

3. Babad Cirebon

Babad Cirebon dapat dipergunakan sebagai sumber belajar khususnya sumber sejarah lokal, adapun alasan dari pernyataan tersebut sesuai dengan pernyataan Yunanto (2012 :22) sumber belajar dapat di dibedakan menjadi dua kelompok besar yakni sumber belajar tangan pertama dan sumber belajar tangan kedua. Sumber belajar tangan pertama menunjukan pada otentitas dan orisinalitas.Tahap ini belum banyak dilakukan pengolahan sehingga unsur subyektifitas masih pada tingkat minimal sedangkan sumber belajar tangan kedua sudah melalui olahan.

Studi atas babad Cirebon telah dilakukan oleh Brandes dan R.A. Kern, tetapi terbatas pada alih aksara dan edisi teks berdasarkan dua naskah yang kini tersimpan diperpustakaan Nasional Jakarta dengan pengantar studi serta ringkasan isi dalam


(23)

Jakiyatul Miskiya, 2014

Pemanfaatan Nilai Toleransi Dalam Babad Cirebon Untuk Meningkatkan Kohesi Sosial Siswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

bahasa Belanda. Isi keseluruhan babad Cirebon ini disebut sebagai babad edisi Brandes dapat dibagi menjadi empat bagian yaitu:

a. Cerita tentang Sunan Gunung Jati.

b. Cerita tentang walisanga dalam penyebaran Islam.

c. Cerita tentang peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam hubungan dalam kesultanan (Demak, Cirebon, Banten, Pajang dan Mataram serta Kompeni Belanda).

d. Silsilah sultan-sultan Panembahan, Kanoman, Kasepuhan, Kacirebonan di Cirebon serta Sultan-Sultan Banten, Demak, Pajang, Mataram dan Kartasura.

e. Cerita tentang pusat penyebaran Islam di Cirebon dengan pelopor utamanya adalah Sunan Gunung Jati (Wildan, 2003 : 27)

4. Kohesi Sosial

Nat J. Colletta et al. (2001 : 2) mendefinisikan kohesi sosial adalah sebagai perekat yang dapat menyatukan masyarakat, membangun keselarasan dan semangat kemasyarakatan, serta komitmen untuk mencapai tujuan tujuan bersama. Oleh karena itu Syaron Siddique (Kondrad et. Al, 2004) mengasumsikan bahwa kohesi sosial merupakan syarat dasar bagi sebuah masyarakat.Lebih lanjut kohesi sosial mengandung arti sebagaimana yang diungkap dewan Eropa (2004) bahwa kohesi sosial adalah kemampuan suatu masyarakat untuk menjamin kesejahtraan anggotanya, menekan perbedaan dan menghindari polarisasi.Masyarakat yang kohesif merupakan komunitas yang terdiri dari individu-individu bebas yang saling mendukung, mencapai tujuan bersama secara demokratis.


(24)

Jakiyatul Miskiya, 2014

Pemanfaatan Nilai Toleransi Dalam Babad Cirebon Untuk Meningkatkan Kohesi Sosial Siswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB III

METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian

Berdasarkan latar belakang permasalahan, metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Penelitian Tindakan Kelas (PTK) Penelitian tindakan adalah sebuah bentuk inkuiri reflektif yang dilakukan secara kemitraan mengenai situasi sosial tertentu (termasuk pendidikan) untuk meningkatkan rasionalitas dan keadilan dari a) kegiatan praktek sosial atau pendidikan mereka, b) pemahaman mereka mengenai kegiatan-kegiatan praktek pendidikan ini, dan c) situasi yang memungkinkan terlaksananya kegiatan praktek ini (Wiriaatmadja, 2008 : 12)

Tujuan penelitian tindakan kelas adalah untuk meningkatkan praktek- praktek pembelajaran di kelas, dimana guru terlibat secara penuh dalam perencanaan, guru mencari problema sendiri untuk dipecahkan melalui penelitian tindakan kelas, sedangkan peran pihak luar sangat kecil dalam proses penelitian.

Hopkins dalam Wiriaatmadja (2012 :127) menjelaskan bahwa PTK mendorong guru untuk meningkatkan kinerjanya dengan refleksi, selalu mencoba strategi pembelajaran yang akan mengubah pembelajaran dari teacher centered dan mendorong peserta didik untuk discovery.

Menurut Sukardi (2004 : 211) karekteristik penelitian tindakan kelas adalah:

1. Problem yang dipecahkan merupakan persoalan praktis yang dihadapi peneliti dalam kehidupan profesi sehari-hari

2. Peneliti memberikan perlakuan atau treatment berupa tindakan yang terencana untuk memecahkan permasalahan dan sekaligus meningkatkan kualitas yang dapat dirasakan implikasinya oleh subjek yang diteliti.

3. Langkah-langkah penelitian yang direncanakan selalu dalam bentuk siklus, tingkatan atau daur yang memungkinkan terjadinya kerja kelompok maupun kerja mandiri secara intensif.

4. Adanya langkah berpikir reflektif dari peneliti baik sesudah maupun sebelum tindakan. Adapaun ciri-ciri tindakan menurut Hart dan Bond ( 2010 : 239-240) adalah:

1. Memiliki fungsi pendidikan.


(25)

Jakiyatul Miskiya, 2014

Pemanfaatan Nilai Toleransi Dalam Babad Cirebon Untuk Meningkatkan Kohesi Sosial Siswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

3. Merupakan kegiatan yang terfokus masalah, terikat konteks, dan berorientasi masa depan.

4. Melibatkan intervensi perubahan

5. Bertujuan untuk perbaikan dan keikut sertaan.

6. Melibatkan proses secara siklus dimana penelitian, tindakan dan keterkaitan dengan evaluasi.

7. Ditemukan dalam hubungan penelitian dimana mereka yang terlibat adalah peserta dalam proses perubahan.

Jenis penelitian tindakan kelas yang dipilih dalam penelitian ini yaitu partneship teaching atau collaborative observation.Hal ini dipilih agar peneliti dan guru dapat bekerja sama dalam merencanakan tindakan (joint planning). Adapun pembagian tugas dalam penelitian ini adalah penulis sebagai observer (Pengamat)sedangkan guru mitra sebagai guru yang menyajikan proses pembelajaran.

Adapun alasan penulis memilih penelitian tindakan kelas (PTK) sebagai metode penelitian adalah penelitian tindakan kelas dapat memperbaiki proses pembelajaran sejarah dikelas sehingga menjadi lebih bermakna dan penelitian tindakan kelas tidak mengganggu waktu mengajar guru sebagaimana biasanya.

B. Prosedur Penelitian

Pelaksnaan Penelitian Tindakan Kelas ini merupakan salah satu upaya untuk memperbaiki permasalahan pembelajaran dan sklaigus untuk meningkatkan kohesi sosial siswa di kelas XI IPS 1 SMA Neheri 1 Jatibarang Indramayu dengan memanfaatkan nilai toleransi dalam babad Cirebon sebagai alternatifnya. Berdasarkan hal tersebut maka diperlukan desain penelitian tindakan. Adapun beberapa desain penelitian tindakan kelas diantaranya adalah penelitian tindakan model Lewin, model Jhon Elliot yang merupakan revisi dari model Lewin, model spiral dari Kemmis dan Taggart serta model Ebbut. Keempat desain Penelitian Tindakan Kelas tersebut memiliki keunggulan masing-masing (Wiriaatmadja, 2012:70).Desain Penelitian Tindakan Kelas yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain dari Kemmis dan Mc Taggart.


(26)

Jakiyatul Miskiya, 2014

Pemanfaatan Nilai Toleransi Dalam Babad Cirebon Untuk Meningkatkan Kohesi Sosial Siswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Gambar 1

Spiral Penelitian Tindakan berdasarkan Kemmis dan Mc Taggart (Hopkins, 2011 hlm 92)

Penelitian ini diawali dengan orientasi dilapangan yaitu kegiatan melalui observasi dan wawancara dengan kepala sekolah SMA Negeri 1 Jatibarang yaitu bapak Sulistio S.Pd mengenai lingkungan dan guru mata pelajaran sejarah SMA Negeri 1 Jatibarang yaitu ibu Ika Rizkia Nurfalah, S.Pd mengenai karakteristik siswa, kegiatan pembelajaran guru dan aktivitas siswa dikelas. Pelaksanaan orientasi lapangan dimaksudkan sebagai bahan refleksi untuk menjadi rujukan teori yang mendukung penelitian dan menetapkan langkah selanjutnya yang terangkum dalam dalam siklus dan tindakan

Berdasarkan gambar, maka prosedur penelitian mengenai nilai toleransi dalam babad Cirebon untuk meningkatkan kohesi sosial siswaadalah:

1. Perencanaan (Plan)

Perencanaan (plan) yaitu kegiatan yang dilakukan dalam menyusun rencana tindakan yang akan dilakukan dikelas. Peneliti dengan guru mitra merencanakan langkah-langkah penerapan pemanfaatan nilai-nilai toleransi dalam babad Cirebon untuk meningkatkan


(27)

Jakiyatul Miskiya, 2014

Pemanfaatan Nilai Toleransi Dalam Babad Cirebon Untuk Meningkatkan Kohesi Sosial Siswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

kohesi sosial sesuai dengan materi belajar. Pada tahap perencaan tentu saja disepakati terlebih dahulu mengenai hal-hal yang akan diobservasi, kriteria penilaian, materi yang akan diberikan, sarana prasarana belajar serta waktu pelaksanaannya.

Dalam Penelitian Tindakan Kelas ini peneliti dan guru mitra berbagi tugas yaitu peneliti sebagai observer (pengamat) sedangkan guru mitra bertugas sebagai pengajar yang melaksanakan inovasi pembelajaran.Kegiatan yang dilakukan peneliti dalam tahap perencanaan dilakukan bersama guru mitra untuk mendapatkan hasil yang baik berdasarkan analisis masalah. Secara rinci rencana yang disusun dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Melakukan observasi pra penelitian atau studi pendahuluan terhadap kelas yang akan digunakan untuk penelitian.

b. Meminta kesedian guru mata pelajaran sejarah SMA N 1 Jatibarang Indramayu yaitu ibu Ika Rizkia Nurfalah S.Pd, untuk menjadi kolaborator peneliti atau menjadi guru mitra selama penelitian.

c. Menyusun kesepakatan mengenai waktu (jadwal) penelitian dengan guru mitra yaitu ibu ika Rizkia Nurfalah, S.Pd.

d. Menyusun RPP yang dilakukan oleh peneliti dengan ibu Ika Rizkia Nurfalah, S.Pd sebagai guru mitra yang akan digunakan saat pembelajaran sejarah dengan memanfaatkan nilai toleransi dalam babad Cirebon.

e. Merencanakan sistem penilaian yang akan digunakan dalam pembelajaran sehingga dapat melihat meningkatnya kohesi sosial siswa dari hasil belajar dalam setiap akhir tindakan.

f. Merencanakan diskusi balikan yang akan dilakukan dengan guru mitra, ibu Ika Rizkia Nurfalah, S.Pd.

g. Membuat rencana untuk melakukan perbaikan sebagai tindakan lanjut dari diskusi balikan yang telah dilakukan antara peneliti dan guru mitra, ibu Ika Rizkia Nurfalah, S.Pd.

h. Merencanakan pengolahan data dari hasil yang diperoleh setiap kali tindakan. 2. Pelaksanaan (act)


(28)

Jakiyatul Miskiya, 2014

Pemanfaatan Nilai Toleransi Dalam Babad Cirebon Untuk Meningkatkan Kohesi Sosial Siswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Pelaksanaan (act) adalah perlakuan yang dilaksanakan guru berdasarkan perencanaan yang telah disusun ( Sandjaya, 2008 : 79). Sehingga untuk meningkatkan kohesi sosial siswa memerlukan upaya dari guru melalui proses pembelajaran yang pelaksanaannya diawali dengnan penyusunan RPP (Rencana Proses Pembelajaran) yang berkaitan dengan nilai toleransi dalam babad Cirebon dan disesuaikan dengan Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) yang terdapat dalam silabus pembelajaran sejarah kelas XI IPS SMA N 1 Jatibarang serta pengembangan tujuan pembelajaran yang diarahkan untuk melihat peningkatan kohesi sosial siswa. RPP yang telah disusun selanjutnya diaktualisasikan dalam pelaksanaan pembelajaran sejarah yang mampu meningkatkan kohesi sosial siswa.

Dalam pelaksanaanya pemanfaatan nilai toleransi dengan lima kali tindakan dalam tiga siklus untuk memperoleh data yang dibutuhkan mengenai kohesi sosial siswa. Secara detail tindakan yang dilakukan pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Melaksanakan tindakan atau pembelajaran sesuai dengan RPP ang telah disusun atau desain pembelajaran pemanfaatan nilai toleransi dalam babad Cirebon.

b. Memanfaatkan nilai toleransi dalam babad Cirebon untuk meningkatkan kohesi sosial siswa.

c. Melakukan diskusi balikan dan revisi tindakan sebagai tindak lanjut dari hasil diskusi balikan yang dilakukan oleh peneliti dan guru mitra, ibu Ika Rizkia Nurfalah, S.Pd. d. Melakukan pengolahan data.

3. Observasi (observe)

Observer (observe) merupakan kegiatan menganalisis mengenai rencana yang sudah tercapai dan belum dicapai.Untuk selanjutnya dilakukan kembali pelaksanaan (act) apabila masih ada rencana yang belum dicapai. Artinya penelitian akan diakhiri apabila siklus telah mencapai titik jenuh atau tidak ditemukan lagi permasalahan dalam penerapan pemanfaatan nilai-nilai toleransi dalam babad Cirebon.

Pelaksanaan observasi dilakukan bersamaan dengan dilaksanakannya tindakan. Adapun dalam kegiatan observer ini peneliti melakukan beberapa kegiatan yaitu:

a. Mengamati keadaan kelas yang diteliti meliputi interaksi antara guru mitra dan siswa serta aktivitas guru mitra dan aktivitas siswa.


(29)

Jakiyatul Miskiya, 2014

Pemanfaatan Nilai Toleransi Dalam Babad Cirebon Untuk Meningkatkan Kohesi Sosial Siswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

b. Mengamati kesesuaian RPP atau desain pembelajaran pemanfaatan nilai toleransi dalam babad Cirebon yang telah disusun dengan action guru mitra dikelas.

c. Mengamati kesesuaian pemanfaatan nilai toleransi dalam babad Cirebon dalam pembelajaran dengan teori yang dijabarkan pada BAB II.

d. Mengamati keefektipan pemanfaatan nilai toleransi dalam babad Cirebon untuk meningkatkan kohesi sosial siswa.

4. Refleksi

Refleksi adalah mengingat dan merenungkan suatu tindakan yang tercatat dalam lembar observasi. Refleksi berusaha memahami proses, masalah, persoalan dan kendala yang nyata dalam tindakan strategis (Kunandar, 2012 : 75). Dalam tahap refleksi, peneliti (guru) mengadakan diskusi dengan observer tentang hasil tindakan pada akhir tindakan.Diskusi ini dilakukan berdasarkan hasil pencatatan observasi langsung secara cermat terhadap pelaksanaan tindakan, hasilnya kemudian direfleksi.

Refleksi dalam Penelitian tindakan Kelas dilakukan secara terus-menerus berkelanjutan dalam upaya memahami apa yang terjadi dari hasil tindakan dan tindakan apa yang selanjutnya perlu dilakukan sampai menemukan data jenuh. Dalam tahap refleksi, peneliti (observer) melakukan diskusi dengan guru mitra mengenai hasil tindakan. Diskusi ini dilakukan berdasarkan hasil pencatatan observasi langsung secara cermat terhadap pelaksanaan tindakan, hasilnya kemudian direfleksi yang dilakukan oleh peneliti dan guru mitra.

C. Subjek, Guru Mitra dan Lokasi Penelitian

Subjek penelitian adalah siswa yang berada dalam kelas XI IPS 1 SMA Negeri 1 Jatibarang tahun pelajaran 2013/2014 dengan jumlah siswa 30 orang. Kelas ini merupakan salah satu kelas dari tiga kelas program IPS di SMA Negeri 1 Jatibarang.Pemilihan subyek penelitian ini sesuai dengan karakteristik dari Penelitian Tindakan kelas yaitu untuk memperbaiki permasalahan dalam pembelajaran sejarah dan meningkatkan kohesi sosial siswa.Pada dasranya siswa mengetahui manfaat belajar sejarah namun pada hakekatnya siswa kurang memiliki pemahaman belajar sejarah.


(30)

Jakiyatul Miskiya, 2014

Pemanfaatan Nilai Toleransi Dalam Babad Cirebon Untuk Meningkatkan Kohesi Sosial Siswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Guru mitra dalam PTK yang dilaksanakan oleh peneliti adalah Ika Rizkia Nurfalah, S.Pd. Beliau kelahiran Indramayu merupakan lulusan UPI Bandung jurusan pendidikan sejarah. Tugas guru mitra adalah sebagai elaksana pemanfaatan nilai toleransi dalam babad Cirebon dalam proses pembelajaran. Selain itu guru mitra memberikan saran dan proses diskusi dan refleksi kepada peneliti dalam upaya kelancaran penelitian tindakan kelas ini. Peran guru mitra terkait dengan sikap kooperatif dan kesediaan dalam meluangkan waktu sangat diharapkan oleh peneliti. Peran guru mitra dalam penelitian ini, dirasakan akan sangat membantu bagi peneliti terutama dengan sikap kooperatifnya dan kesediannya meluangkan waktu demi terlaksananya Penelitian Tindakan kelas ini.

Penelitian Tindakan Kelas ini dilaksanakan mulai bulan April sampai Mei 2014. Pelaksanaan penelitian dilakukan dalam lima klai tindakan yang didistribusikan kedalam tiga siklus dengan harapan terjadi peningkatan kohesi sosial siswa .adapaun jadwal pelaksanaan tindakan pemanfaatan nilai toleransi dalam babad Cirebon untuk meningkatkan kohesi sosial siswa dapat dilihat dalam table:

Table 3.1

Jadwal Pelaksanaan Tindakan

Pemanfaatan nilai toleransi dalam babad Cirebon Di SMA Negeri 1 Jatibarang

No Siklus Tindakan Waktu Materi

1 1

1 Sabtu 26 April 2014 Biografi Sunan gunung Jati dan ajaran yang disebut

petatah-petitih 2 Sabtu 3 Mei 2014

3 Sabtu 10 Mei 2014 Ajaran Sunan Gunung Jati dan pengaruhnya terhadap

kohesi social masyarakat 4 Kamis 15 Mei 2014 Upaya


(31)

Jakiyatul Miskiya, 2014

Pemanfaatan Nilai Toleransi Dalam Babad Cirebon Untuk Meningkatkan Kohesi Sosial Siswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

2 2 5 Sabtu 17 Mei 2014 mempertahankan kemerdekaan :

pertempuran Surabaya, pertempuran medan area dan pertempuran

ambara 6 Kamis 22 Mei 2014

3 3 7 Sabtu 24 Mei 2014 Upaya

mempertahankan kemerdekaan dengan cara diplomasi: perjajian Linggar Jati, perjanjian Renville, dan perundingan Roem Royen

8 Sabtu 31 Mei 2014

Lokasi Penelitian Tindakan Kelas ini diselenggarakan di SMA Negeri 1 Jatibarang yang beralamat Jalan Ampera 100 desa Bulak, kecamatan Jatibarang, Kabupaten Indramayu. Alasan pemilihan lokasi ini oleh peneliti adalah karena terkait dengan penelitian untuk meningkatkan kohesi sosial siswa dengan memanfaatkan nilai tolransi yang terdapat di dalam babad Cirebon, karena sekolah ini terletak di Kecamatan Jatibarang yang merupakan wilayah perbatasan antara Indramayu dengan Cirebon maka, dengan demikian babad Cirebon yang dianggap sebagai sebagai naskah yang menjelaskan tentang masuknya Islam ke Jawa Barat dapat juga dipergunakan dalam pembelajaran dikelas khususnya materi yang berhubungan dengan nilai toleransi tersebut.

SMA Negeri 1 Jatibarang merupakan salah satu SMA yang ada di Kabupaten Indramayu yang secara geografis terletak dipinggiran. Dilihat dari struktur SMA di Kabupaten Indramayu.SMA Negeri 1 Jatibarang Memiliki budaya dengan karakteristik siswanya yang khas sebagai berikut:


(32)

Jakiyatul Miskiya, 2014

Pemanfaatan Nilai Toleransi Dalam Babad Cirebon Untuk Meningkatkan Kohesi Sosial Siswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

 Dilihat dari kemampuan akademiknya termasuk kelompok sedang  Sikap menghargai terhadap yang berbeda agama sangat kurang

 Penghargaan terhadap pendapat orang lain juga sangat kurang karena mereka cenderung menyepelekan.

 Penghargaan terhadap orang lain yang berbeda etnis dan suku juga sangat kurang karena mereka kerapkali menggunakan panggilan berdasarkan suku

 Kerapkali mempergunakan bahasa yang kasar dalam memanggil atau berbicara dengan teman yang berbeda agama dan berbeda suku.

Hal inilah yang mendorong peneliti untuk mengadakan penelitian di sekolah ini, dengan harapan peneliti dapat mengembangkan potensi yang dimiliki siswa terutama sikap terhadap orang lain agar terciptanya kohesi sosial siswa semakin meningkat.

D. Validasi Instrumen

Dalam Penelitian tindakan Kelas validasi data merupakan upaya pemeriksaan terhadap akurasi hasil penelitian dengan menerapkan prosedur-prosedur tertentu.

Beberapa strategi validitas yang direkomendasikan oleh Creswell (2010 : 286) adalah mentrialungasi (trialungate) sumber-sumber data yang berbeda dengan memeriksa bukti-bukti yang berasal dari sumber-sumber tersebut dan menggunakannya untuk membangun justifikasi tema-tema secara koheren, menerapkan member cheking untuk mengetahui akurasi hasil penelitian, membuat diskripsi tentang hasil penelitian (rich and thick description), mengklarifikasi bias yang mungkin dibawa peneliti kedalam penelitian, menyajika informasi yang berbeda dan negative (negative or discrepant information) yang dapat memberikan perlawanan pada tema-tema tertentu, memanfaatkan waktu yang relative lama (prolonged time) dilapangan, melakukan Tanya jawab dengan sesama rekan peneliti (peer debriefing) dan mengajak seoarng auditor (external auditor) untuk memeriksa keseluruhan obyek penelitian.

Berdasarkan strategi validitas data yang dikemukakan oleh Creswell tersebut diatas maka secara umum validitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah:


(33)

Jakiyatul Miskiya, 2014

Pemanfaatan Nilai Toleransi Dalam Babad Cirebon Untuk Meningkatkan Kohesi Sosial Siswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Triangulasi adalah memeriksa kebenaran hipotesis, konstruk atau analisis yang peneliti sendiri timbulkan dengan membandingkan hasil dari orang lain missal mitra peneliti lain (Wiriaatmadja, 2008 : 168). Pada tahap orientasi kegiatan triangulasi dilakukan saat mencari informasi mengenai pembelajaran sejarah di kelas XI IPS 1 SMA Negeri 1 Jatibarang Indramayu sebelum pemanfaatan nilai toleransi dalam babad Cirebon dalam pembelajaran sejarah.

Peneliti membandingkan hasil pengamatan pada saat orientasi dengan hasil wawancara dengan guru mitra yaitu ibu Ika Rizkia Nurfalah, S.Pd dan siswa kelas XI IPS 1 Jatibarang Indramayu. Triangulasi juga peneliti lakukan pada akhir penelitian dengan cara membandingkan pendapat guru mitra yaitu ibu Ika Rizkia Nurfalah, S.Pd dan siswa elas XI IPS 1 SMA Negeri 1 Jatibarang Indramayu terhadap pemanfaatan nilai toleransi dalam babad Cirebon.

Penelitian ini menggunakan triangulasi berdasarkan sudut pandang guru, siswa dan peneliti. Hal tersebut sesuai dengan apa yang dikemukakan oleh Elliot (Wiriaatmadja, 2008 : 168). Dalam pelaksanaanya ketiga sudut pandang tersebut memiliki interpretasi atau sudut pandang yang berbeda yaitu memiliki alasan pembelajaran atau justifikasi epistemology. Guru dalam hal ini guru mitra yaitu ibu Ika Rizkia Nurfalah, S.Pd memiliki posisi terbaik untuk melakukan intropeksi diri terhadap kinerja dalam proses pembelajaran, siswa berada pada posisi terbaik untuk menjelaskan pengaruh tindakan guru dalam proses pembelajaran terhadap respon siswa dan peneliti atau observer memiliki posisi terbaik untuk mengumpulkan data hasil observasi saat proses pembelajaran berlangsung.

b. Member Check

Member Check yaitu memeriksa kembali keterangan-keterangan atau informasi data yang diperoleh selama observasi atau wawancara dari narasumber sehingga data tersebut tidak berubah dan dapat dipastikan keajegannya serta dapat dapat diperiksa kebenarannya (Wiriaatmadja, 2008:168). Dalam penelitian ini member check dilakukan terhadap catatan lapangan, lembar observasi dan hasil wawancara dengan guru mitra yaitu ibu Ika Rizkia Nurfalah, S.Pd dan siswa kelas XI IPS 1 SMA Negeri 1 Jatibarang Indramayu.


(34)

Jakiyatul Miskiya, 2014

Pemanfaatan Nilai Toleransi Dalam Babad Cirebon Untuk Meningkatkan Kohesi Sosial Siswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Dalam tehnik wawancara untuk memeriksa kembali kebenaran keterangan atau jawaban dari guru mitra dan siswa, tidak dipungkiri peneliti menanyakan hal yang sama. Hal ini dilakukan untuk memastikan keajegan data yang diperoleh oleh peneliti. Misalnya saja mengenai sikap toleransi yang ada di dalam kelas tersebut dan penggunaan babad Cirebon dalam pembelajaran baik dari dari guru mitra maupun siswa (Najmah, Agustin, Arif, Aditia, dan Jonathan) menjawab dengan jawaban yang sama yaitu rendahnya toleransi dikelas tersebut dan belum pernah dipergunakannya babad Cirebon sebagai sumber belajar didalam kelas.

c. Saturasi

Saturasi yaitu katagori yang dihasilkan dari observasi haruslah diuji secara berulang-ulang dengan data yang ada untuk dimodifikasi dan direkayasa kembali (Hopkin, 2011 : 230). Tehnik saturasi dalam penelitian digunakan untuk mengukur tingkat kejenuhan mengenai jumlah siklus dan tindakan yang dilaksanakan.

Untuk mencapai tingkat saturnasi dalam penelitian tindakan kelas ini, peneliti melaksanakan lima tindakan yang terdistribusi dalam tiga siklus dengan fokus yang berbeda setiap siklusnya. Siklus pertama berakhir ketika data yang diperoleh dari hasilobservasi dirasakan telah cukup dan begitu juga selanjutnya untuk siklus kedua dan ketiga.Berakhirnya pemanfaatan nilai toleransi dalam babad Cirebon untuk meningkatkan kohesi sosial siswa selain berdasarkan tingkat kejenuhan data juga dari hasil diskusi antara peneliti dan guru mitra.

d. Expert Opinion

Expert Opinion yaitu meminta nasehat kepada pakar untuk memeriksa semua tahapan kegiatan penelitian dan memberikan arahan terhadap masalah penelitian yang diungkapkan. Menurut Wiriaatmadja (2005 : 171) exspert opinion adalah kegiatan mengkonsultasikan hasil temuan atau meminta nasehat kepada para ahli. Dalam penelitian ini peneliti mengkonsultasikan hasil temuan kepada pembimbing I yaitu Didin Saripudin, Ph. D. dan pembimbing II yaitu Dr. Nana Supriatna, M. Ed untuk memperoleh arahan dan masukan terhadap masalah-masalah penelitian dan meningkatkan derajat kepercayaan hasil penelitian.


(35)

Jakiyatul Miskiya, 2014

Pemanfaatan Nilai Toleransi Dalam Babad Cirebon Untuk Meningkatkan Kohesi Sosial Siswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

E. Tehnik Pengumpulan Data

Penelitian Tindakan Kelas merupakan penelitian yang bertradisi kualitatif. Salah satu karakteristik penelitian kualitatif adalah peneliti sebagai instrument kunci (researcher as a key instrument) dimana peneliti kualitatif mengumpulkan sendiri data melalui dokumentasi, observasi perilaku atau wawancara dengan para partsipan (Creswell, 2010 : 261).

Tehnik pengumpulan data digunakan untuk mendapatkan data untuk keperluan penelitian. Penelitian kualitatif, dalam hal ini penelitian tindakan kelas, menggunakan beberapa sumber data ( multiple sources of data) diantaranya observasi, wawancara dan dokumentasi. Selanjutnya peneliti mereview semua data, memberi makna dan mengolahnya kedalam katagori-katagori atau tema-tema yang melintasi semua sumber data (Creswell, 2010: 261). Berdasarkan hal tersebut, adapun tehnik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

a. Observasi

Pengumpulan data menggunakan observasi berarti eneliti langsung turun kelapangan untuk mengamati perilaku dan aktivitas individu-individu dilokasi penelitian. Dalam pengamatan ini, peneliti merekam/mencatat baik dengan cara terstruktur atau semistruktur segala macam aktivitas dalam lokasi penelitian (Creswell, 2010:267).

Menurut Lincoln dan Guba dalam Wiriaatmadja (2008 : 104) dalam observasi yang dibawa yaitu teori yang tidak dimainkan atau diungkapkan. Artinya observer hanya melakukan tugasnya untuk melakukan observasi proses pembelajaran yang berlangsung tanpa memberikan arahan pada proses pembelajaran.

Manfaat observasi dalam penelitian akan terwujud apabila feedback dilakukan dengan cermat yaitu dengan cara (Hopkins dalam Wiriaatmadja, 2012: 105):

1. Dilakukan dalam waktu 24 jam sesudah kegiatan tindakan dilakukan. 2. Berdasarkan catatan lapangan yang ditulis dengan sistematis dan cermat. 3. Berdasarkan data factual.

4. Data factual ditafsirkan erdasarkan cerita yang telah disetujui. 5. Penafsiran diberikan pertama kali oleh guru yang diobservasi.


(36)

Jakiyatul Miskiya, 2014

Pemanfaatan Nilai Toleransi Dalam Babad Cirebon Untuk Meningkatkan Kohesi Sosial Siswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

7. Menghasilkan strategi selanjutnya dalam siklus berikutnya.

Selain itu beberapa hal penting yang perlu diperhatikan terkait observasi (Hopkins, 2011: 133-136) yaitu:

1. Join Planing

Adapun yang dimaksud joint Planing adalah keadaan dimana observer dan observed saling membangun iklim kepercayaan, menyepakati focus/topik yang akan dikembangkan, mendiskusikan konteks pelajaran, merencanakan aturan-aturan dasar (waktu observasi dan bagaimana berinteraksi dengan siswa).

2. Focus

Dalam tahap ini adanya pendekatan dimana segala sesuatunya harus dipertimbangkan dan dengan demikian dapat dikomentari oleh kedua belah pihak.Selain itu pula yang perlu menjadi perhatian adalah pendekatan dimana observasi hanya dibatasi pada kegiatan kelas atau praktek pengajaran. Semakin spesifik observasi kelas maka semakin besar kemungkinan data yang diperoleh yang akan digunakan untuk tujuan pengembangan.

3. Merumuskan Kriteria

Observasi kelas akan sangat berpengaruh besar terhadap pengembnagan professional jika pada tahap awal telah dibuat kriteria observasi. Adapun kriteria observasi yang akan digunakan harus direview terus menerus untuk memperoleh penjelasan tepat mengenai praktek pengajaran yang efektif.

4. Ketrampilan observasi

Beberapa ketrampilan yang perlu dikuasai adalah usaha keras untuk tidak cenderung bergerak terlalu cepat pada penilaian atau judgement yang terburu-buru, menguasai ketrampilan interpersonal yaitu meliputi usaha menciptakan rasa kepercayaan dan sikap suportif dalam situasi-situasi tertentu ketika orang lain mungkin merasa terancam dengan keberadaan kita dan ketrampilan terakhir yaitu mengetahui bagaimana merancang jadwal-jadwal observasi yang memungkinkan observer dapat mengumpulkan informasi yang sesuai mengenai pengajaran atau mengetahui checklist apa yang paling sesuai untuk digunakan dalam situasi tertentu.


(37)

Jakiyatul Miskiya, 2014

Pemanfaatan Nilai Toleransi Dalam Babad Cirebon Untuk Meningkatkan Kohesi Sosial Siswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Salah satu bentuk feddback yang baik adalah diberikan (tidak lebih) dalam jangka waktu 24 jam pasca observasi, didasarkan pada pencacatan yang cermat dan sistematis dan data factual diinterpretasikan dengan merujuk pada kriteria yang telah diketahui dan disepakati. Observer dalam penelitian ini adalah peneliti sedangkan guru mitra berperan sebagai guru dalam proses pembelajaran. Observer dalam penelitian melihat bagaimana kohesi social siswa dalam pemanfaatan nilai toleransi dalam babad Cirebon. Kegiatan observer diawali dengan perencanaan antara peneliti dengan guru yang akan diobservasi. Perencanaan ini dimaksudkan agar membangun iklim kepercayaan, menyepakati topic yang akan dikembangkan, mendiskusikan kontek pelajaran, merencanakan aturan-aturan dasar dan hal-hal lain yang nantinya perlu dibahas (Hopkin, 2012: 133).

Penelitian ini menggunakan observasi terfokus dan observasi terstruktur. Observasi terfokus adalah pengamatan yang dilakukan tertuju hanya kepada permasalahan yang menjadi focus penelitian sehingga mendapatkan data yang terfokus dan terarah. Sedangkan observasi terstruktur yaitu memberikan tanda setiap kali peristiwa tertentu muncul sesuai indicator. Hasil yang diproleh lebih bersifat factual daripada judgemental dan dapat dibuat lebih detail dengan mendasarkan pada ide-ide memoris seperti yang telah dideskripsikan (Hopkin, 2012:160).

Posisi peneliti sebagai observer bertugas untuk mengetahui desain pembelajaran dengan pemanfaatan nilai toleransi dalam babad Cirebon , implementasi dan efektifitas pemanfaatan nilai toleransi dalam babad Cirebon. Sehubungan dengan hal tersebut dan metode penelitian yang digunakan yaitu Penelitian Tindakan Kelas maka diperlukan pula data mengenai aktivitas guru dan aktivitas siswa selama penerapan pemanfaatan nilai toleransi dalam babad Cirebon untuk meningkatkan kohesi sosial siswa dalam pembelajaran sejarah.

b. Catatan Lapangan

Membuat catatan lapangan atau field notes merupakan salah satu cara melaporkan hasil observasi, refleksi dan reaksi terhadap masalah-masalah dikelas. Beberapa aspek yang juga perlu diperhatikan adalah seerti suasana kelas, pwngelolaan kelas, hubungan interaksi guru


(38)

Jakiyatul Miskiya, 2014

Pemanfaatan Nilai Toleransi Dalam Babad Cirebon Untuk Meningkatkan Kohesi Sosial Siswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

dengan siswa, interaksi siswa dengan siswa, aspek orientasi, perencanaan, pelaksanaan, diskusi dan refleksi (Hopkin, 2012:181 dan Wiriaatmadja, 2012:125).

Dalam penelitian ini akan digunakan catatan lapangan seperti yang dikemukakan oleh Miles dan Haberman (dalam Wiriaatmadja, 2012:128).

1. Siapa, kejadian atau situasi apa yang terlibat dan terjadi? 2. Apa tema atau isu utama dalam catatan itu?

3. Pertanyaan-pertanyaan penelitian apa saja yang diajukan?

4. Hipotesis, dugaan atau perkiraan/spekulasi apa yang diajukan peneliti tentang tokoh atau situasi ang dideskripsikan dalam acatan lapangan?

5. Masalah atau fokus apa yang perlu dikejar peneliti dalam pertemuan berikutnya?

Untuk mendapatkan hasil catatan lapangan yang detail maka peneliti selalu mencatat setiap kejadian dalam proses pembelajaran. Kemudahan dalam melakukan catatan lapangan dikarenakan selama proses pembelajaran peneliti benar-benar bertindak sebagai observer sehingga memiliki kesempatan yang sangat luas untuk mencatat. Sedangkan guru mitra bertindak sebagai pengajar atau pelaksana pemanfaatan nilai toleransi dalam babad Cirebon. Dalam setiap tindakan peneliti selalu menggunakan laptop didalam kelas dan mengambil posisi yang paling belakang ruangan kelas agar dengan mudah memperhatikan proses pembelajaran. Tentu saja apa yang dilakukan oleh peneliti telah mendapat izin dari kepala sekolah, bapak Sulistio S.Pd dan guru mitra ibu Ika Rizkia Nurfalah, S.Pd.

c. Angket

Angket dibagikan dan diisi oleh siswa untuk mengetahui respon terhadap penerapan pemanfaatan nilai-nilai toleransi dalam babad Cirebon. Adapun pertanyaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pertanyaan yang menyediakan jawaban dengan tiga tingkatan sehingga dapat dengan mudah dipahami oleh siswa (Hopkins, 2011: 2007).

d. Wawancara

Wawancara merupakan salah satu tehnik pengumpulan data dengan melakukan Tanya jawab dengan nara sumber yang dianggap dapat menjelaskan dan memberikan informasi yang dalam penelitian inormasi yang dimaksudkan adalah mengenai kohesi sosial siswa melalui pemanfaatan nilai toleransi dalam babad Cirebon. Adapau menurut Cresswel (2010,267):


(39)

Jakiyatul Miskiya, 2014

Pemanfaatan Nilai Toleransi Dalam Babad Cirebon Untuk Meningkatkan Kohesi Sosial Siswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Dalam wawancara kualitatif peneliti dapat melakukan face to face interview (wawancara berhadap hadapan) dengan partisipan, mewawancarai mereka dengan telepon, atau terlibat dalam facus group interview (interview dalam kelompok tertentu)yang terdiri dari enam sampai delapan partisipan perkelompok. Wawancara-wawancara seperti ini tentu saja memerlukan pertanyaan-pertanyaan yang secara umum tidak terstruktur (unstructed) dan bersifat terbuka (open-ended) yang dirancang untuk memunculkan padangan dan opini dari partisipan.

Tujuan digunakannya wawancara sebagaimana yang diungkapkan oleh Nasution (1996:73) adalah:

Untuk mengetahui apa yang terkandung dalam ahati dan pikiran orang lain, sebagaimana pandangannya tentang hal-hal yang tidak dapat diketahui melalui obsrvasi. Tehnik ini akan peneliti tempuh dengan melakukan wawancara secara hati-hati dan mendalam berdasarkan instrument yang telah dipersiapkan dan bersifat terbuka dengan maksud pertanyaan dapat dikembangkan sesuai dengan kebutuhan data yang diperlukan.

Berdasarkan apa yang dikemukakan oleh Nasution diatas, maka secara garis besar wawancara bertujuan untuk mendapatkan inormasi mendalam yang terkandung dalam pikiran dan hati orang lain bagaimana pandangannya tentang dunia yaitu hal-hal yang tidak kita ketahui melalui observasi. Selain itu dengan dilakkannya wawancara peneliti dapat mengumpulkan data untuk memperkaya informasi yang hasilnya kemudian digunakan untuk analisis dan sebagai bahan refleksi.

Wawancara yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara terstruktur dan tidak terstruktur.Wawancara terstruktur adalah wawancara yang menetapkan sendiri masalah dan pertanyaan-pertanyaan yang diajukan (Moleong, 2010:190). Sedangkan wawancara tidak terstruktur adalah wawancara yang tidak dipersiapkan terlebih dahulu bahan wawancara tetapi pemilihan topic bahasan ada pada pihak yang akan diwawancarai.

Hal-hal yang menjadi bahan wawancara dengan guru sejarah sebagai guru mitra (ibu Ika Rizkia Nurfalah, S.Pd) adalah mengenai gambaran tentang pelaksanaan pembelajaran sejarah dikelas XI IPS 1 SMA Negeri 1 Jatibarang Indramayu dan kendala serta efektifitas pemanfaatan nilai toleransi dalam babad Cirebon tuk meningkatkan kohesi sosial siswa. Disamping itu wawancara dialogis dengan guru mitra dalam bentuk diskusi dilakukan untuk mengetahui dan mencari alternative pemecahan masalah yang ditemukan saat pelaksanaan tindakan.


(40)

Jakiyatul Miskiya, 2014

Pemanfaatan Nilai Toleransi Dalam Babad Cirebon Untuk Meningkatkan Kohesi Sosial Siswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Selain dengan guru wawancara dilakukan kepada siswa dikelas XI IPS 1 SMA Negeri 1 Jatibarang Indramayu.Wawancara dilakukan setiap akhir tindakan untuk segera mengetahui pendapat siswa mengenai pemanfaatan nilai toleransi dalam babad Cirebon dalam pembelajaran sejarah.Wawancara dengan siswa dilakukan secara acak yaitu wawancara dengan siswa yang dianggap mewakili seluruh siswa kelas XI IPS 1 SMA Negeri 1 Jatibarang Indramayu. Adapun siswa yang menjadi tujuan wawancara adalah Arif, Aditya Nugroho, Najmah, Nurpin, Agustin, Tri Budi, Delvis, Niki Sijabat, Jonathan dan Beby Natasya.

e. Foto-Foto

Hopkin (2012: 200) mengemukakan bahwa foto merupakan perangkat yang dapat digunakan untuk merekam peristiwa-peristiwa penting atau proses pembelajaran didalam kelas. Foto juga dapat digunakan untuk mendukung metode pengumpulan data lainnya seperti observasi, catatan lapangan, wawancara dan dokumen.Dalam penelitian ini foto-foto pembelajaran dikelas direkam oleh peneliti.Peristiwa penting yang peneliti rekam terkait aktivitas guru mitra dan siswa kelas XI IPS 1 SMA Negeri 1 Jatibarang Indramayu.

f. Dokumen

Dokumentasi merupakan salah satu tehnik pengumpulan data yang digunakan sebagai pelengkap observasi dan wawancara. Menurut Bungin (2008: 121) dokumen merupakan salah satu metode pengumpulan data yang digunakan dalam metodologi penelitian untuk menelusuri data historis. Sedangkan menurut Guba dan Lincoln (dalam Moleong, 2010: 216) dokumen adalah setiap bahan tertulis ataupun film.

Melalui dokumen maka akan dikumpulkan data melalui peninggalan tertulis seperti arsip-arsip dan termasuk juga buku-buku tentang pendapat, teori, detail atau hokum-hukum dan lain-lain yang berhubungan dengan masalah penelitian (Margono, 2004: 81). Selanjutnya Creswell (2010, 267-270) mengemukakan contoh-contoh dokumen yang digunakan untuk melengkapi data seperti dokumen publik (seperti Koran, majalah, dan laporan kantor) ataupun dokumen privat (buku harian, Diary, surat, email).

Penggunaan dokumen dalam penelitian dimaksudkan untuk memperoleh data dan informasi yang terdokumentasikan sehingga data yang diperoleh lebih akurat.Adapun


(1)

DimyatidanMudjiono.(1999). BelajardanPembelajaran. Jakarta: RinekeCipta. Djamarah, S. B. (1995). StrategiBelajarMengajar. Jakarta: RinekeCipta. Depdiknas.(2004). PanduanManajemenSekolah. Jakarta: Depdiknas.

Effendi, Khasan.(1994). Pepatah-PetitihSunanGunungJati di Tinjau Dari asekNilaidanPendidikan. Bandung: IndraPrahasta.

Ekadjati, Eka S. (1988). NaskahSunda: Inventarisasidanpencatatan. Bandung: LP UNPAD. Farisi, Mohammad Imam. (2003). PendidikanSejarahsebagaiPendidikanKebangsaan yang

EmansipatorisdanMembebaskan.DalamHistoriaMagistra Vitae: Menyambut 70 Tahun Prof. Dr. RochiatiWiriatmadja. Bandung: HistoriaUtama Press.

Fraenkel, Jack R. (1977). How to teach About Values: An Analytik Approach.Enflewood Cliffs, New Jersedy: Prentice Hall,inc.

Gallay& Pong.(2004). Scool Climate and Student Intervention Strategis.[on-line]:, Available: http://makalah wordpress.com/2009/03/09strategi pengelolaankelas, htm1. (4 Agustus 2014).

Gordon, Thomas. (1990). Guru yangEfektif. Penerjaman: Mudjito. Jakarta: Rajawali. Gottschlak, Lois. (2008). MengenalSejarah. Jakarta: Universitas Indonesia.

Gunawan, Restu (ed). (1998). SimposiumPengajarnSejarah (Kumpulan MakalahDiskusi). Jakarta: Depdikbud.

Hafid, H. Anwar. (2011).

EfektifitasPembelajaranSejarahBermuatanSejarahLokalDenganMemanfaatkan Media TeknologiInformasi.DalamProsiding Seminar NasionalPendidikanSejarah.Mulyana, AgusdanDarmawan, W. (Ed).UniversitasPendidikan Indonesia.

Hamalik, Oemar. (2008. KurikulumdanPembelajaran. Jakarta: BumiAksara. --- (2006).Proses BelajarMengajar. Bandung: BumiAksara. Hariyono.(1995). MempelajariSejarahSecaraEfektif. Jakarta: Pustaka Jaya. Haikal, H. (1983).Alhakam II KhalifahSarjana, Al Jamiah, No. 29..


(2)

Hans-Daeng, J. (2000). ManusiaKebudayaandanLingkunganSuatuTinjauanAntropologi.Yogyakarta:

PustakaPelajar.

Hasan, Hamid (2012). PendidikanSejarah Indonesia isudalam ide danpembelajaran. Bandung: Rizki Press.

Hopkins, S. H. (2012). Panduan guru: PenelitianTindakanKelas. Penerjemah: AchmadFawaid. Bandung: Rizqi Press.

HugionodanPoerwantana.(1992). PengantarIlmuSejarah. Jakarta: RenekeCipta.

Komalasi, Kokom (2010). PembelajaranKonstektualKonsepdanAplikasi. Bandung: RefikaAditama.

Kondrad, et al. (2004) Menuju Pembangunan DamaiMembangunKohesiSosial Dan Rekonsoliasi Sulawesi Tengah dan Maluku Utara.Jakarta:HasilPenelitian UNDP dan BAPENAS.

Kunandar.(2012).

Langkah-langkahMudahPenelitianTindakanKelasSebagaiPengembanganProfesi Guru.Jakarta: Rajawali Press.

Latuheru, Jhon D. (1988). Media PembelajaranDalam Proses BelajarMengajarMasaKini.Jakarta: Depdikbud.

Lincoln, Guba. (1985). Naturalistic Inquiry.Baverly Hill: Sage Publication.

Lohanda, Mona (1990). PandanganHolistikTerhadapsumberSejarah.Dalam seminar

SejarahNasional V. Jakarta:

DepdikbudProyekInventarisdanDokumentasiSejarahNasional.

Kochar, S.K (2008). PembelajaranSejarah- Teaching of History. Jakarta: Grasindo.

KosasihDjahiri A. (1980)

StrategibelajarMengajardalamIlmuPengetahuanSosial.ProyekPengembanganPendidika n Guru (P3G). Jakarta: Depdikbud.

Mardapi, Djamari. (2008). TehnikPenyusunanInstrumenTesdan Non-Tes. Yogyakarta: MitraCendekia.

Miles, M.B. danHuberman, A.M. (1992).Analisis Data KualitatifBukuSumberTentangMetode-MetodeBaru. Jakarta: UI Press.


(3)

Moleong, Lexy J. (2007).MetodologiPenelitianKualitatif. Bandung: RemajaRosdakarya.

Mudhofir.(1992). Prinsip-PrinsipPengelolaanPusatSumberBelajar. Bandung: RemajaRosdakarya.

Mulyana, Agus, danDarmiasti. (2009). Historiografi di Indonesia Dari Magis-ReligiusHinggaStrukturis.Bandung :RefikaAditama.

Mulyana, Deddy. (2006).

MetodologiPenelitianKualitatifParadigmaBaruIlmuKomunikasidanIlmuSosialLainnya. Bandung : PT. RemajaRosdakarya.

Mulyana, Rohmat. (2005). Case Based Value Learning a Challenging Issue for Teaching religion in Indonesia. Bandung.

Moleong, Lexy.(1996). MetodologiPenelitianKualitatif. Bandung: PT. RemajaRosdakarya. Moleong.(2007). MetodologiPenelitianKualitatif. Bandung: PT. RemajaRosdakarya.

Nat J. et.al. (2001). Sosial Cohesion and Conflict Prevention In Asia:Managing Diversity Through development. Washington D.C: The Work Bank

Sukardi, Tanto. (2008). SejarahSebuahKajian.Dalam(Refleksi 70 Tahun Prof. AsmawiZaenul).Mulyana, AgusdanSupardan. Bandung: UniversitasPendidikan Indonesia.

Purwanto, Bambang. (2006). GagalnyaHistoriografiIndonesiasentris.Yogyakarta :Ombak. Priyadi,Sugeng (2012). SejarahLokalKonsep, MetodedanTantanganya. Yogyakarta: Ombak. --- (2007).SejarahlokalPenulisandanPembelajaran di Sekolah.Bandung:

SalaminaPress.

Riyanto, Yatim. (2009) ParadigmaBaruPembelajaranSejarah. Jakarta: KencanaPrenada Media Grup.

Rohani, A. (1995). PengelolaanPengajaran. Jakarta: RinekeCipta. Rooijkkers.(1982). MengajarDenganSukses. Jakarta: RinekeCipta

Sagala.S. (2008).KonsepdanMaknaPembelajaran. Bandung: CV Alfabeta. Samana.(1994). ProfesionalimeKeguruan. Yogyakarta: Kanisius.

Sandjaya, Wina. (2008). StrategiPembelajaran (BerorientasiStandar Proses Pendidikan).Jakarta: KencanaPranada Media Group.


(4)

Setijadi. (1986). DefinisiTehnologipendidikan: SatuanTugasDefinisidanTerminologi AECT. Jakarta: PT RajagrafindoPersada.

Sjamsuddin, Helius. (2007) MetodologiSejarah. Yogyakarta: Ombak.

Sudjana, N. danRifai.(1989). StrategiPembelajaran. Bandung: falahPruction. ……… (2005). Penilaianhasil Proses belajarMengajar. Bandung: PT. Soedjatmoko.(1984). DimensiMnausiaDalam Pembangunan. Jakarta: LP3ES

Soedjatmoko. (1996). EtikaPembebasan: EtikaKaranganTentang Agama, Kebudayaan, SejarahdanilmuPengetahuan. Jakarta: Pustaka LP3ES.

Suarka, I. N. 1985. “BabadMpuBharadahmwangRangdengGirah”.Denpasar :FakultasSastraUniversitasUdayana. (Sebuahskripsisarjanapadajurusansastradaerah). Sugiono. (2009). MetodePenelitianKuantitatif, Kualitatif da R&D. Bandung: Alfabeta,

RemajaRosdikarya.

Sukmadinata, Nana Syaodih. (2004). KurikulumdanPembelajaranKompetensi. Bandung: YayasanKesumaKarya.

Sukardi.(2003). MetodologiPenelitianPendidikan. Jakarta: BumiAksara.

Supardan, Dadang. (2008).

PembelajaranSejarahBerbasisPendekatanMultikulturalismedanPerspektifSejarahLokal, Nasional, Global dalamIntegrasiBangsa.(Online).Tersedia: http:/file.upi.edu/direktori. (18 Februari 2014).

Supardi.(2007). PenanamanNilai-nilaiDalamPembelajaran IPS di SMP. (online). Tersedia: http://re-searchengines.com/0807trimo.html.

Suryo, D. (1989). Serba-SerbiPengajaranSejarahPadaMasaKini (Historika). Surakarta: UNS Suryadi, E &Kusnendi. (2010). KearifanLokaldanPerilakuEdukatif, Ilmiah, Religius

(PengaruhKearifanLokalSudaTerhadapAkulturasiPerilakuEdukatif,

IlmiahdanReligiusSivitasAkademikaUniversitasPendidikan Indonesia)dalam Proceedings of The 4, internasionalConfrence on Teacher Eduations. Bandung: UPI. Teeuw, A. 1984.SastradanIlmuSastraPengantarTeoriSastra.Jakarta :Pustaka Jaya.


(5)

Wasino.(2005). SejarahLokalSuatuPerspektifdalamPengajaranSejarah. Jakarta: DepartemenPendidikandanKebudayaan.

Widja, I Gde.(1989). SejarahLokalSuatuPerspektifDalamPengajaranSejarah.Jakarta

:DepartemenPendidikan Dan

KebudayaanDirjenPendidikanTinggiProyekPengembangan LPTK..

Wineburg, Sam. (2006).BerpikirHistorisMemetakanMasaDepanMengajarkanMasaLalu.Jakarta :YayasanObor Indonesia.

Wiriaatmadja, R. (1992). PerananPengajaranSearahNasional Indonesia DalamPembentukanIdentitasNasional: UpayaPeralihanNilai-NilaiIntegralistikDalam Proses SosialisaidanEnkulturasi di KalanganSiswa SMAK 1 BPK Penabur Bandung. Disertasi .Pascasarjana PIPS IKIP Bandung.

--- (2002).PendidikanSejarah di Indonesia: PerspektifLokal, Nasionaldan Global. Bandung: HistoriaUtama Press.

--- (2012).MetodePenelitianTindakanKelas. Bandung: Rosdakarya.

Wiyanarti, Erlina. Model PembelajaranKontekstualDalamPengembanganPembelajaranSejarah.

Tersedia [on-line]:

(http://file.upi.edu/Direktori/FPIPS/JUR._PEND._SEJARAH/196207181986012-ERLINA_WIJANARTI/CTL_DLM__PMBLRAN_SEJARAH.pdf 12-03-2013). Yunanto, Joko S. (2012) SumberBelajarCerdas. Jakarta: Grafindo.

Zakaria, Ramli. (2006). PedomanPenilaianSikap. Jakarta: PuspendikBalitbangDepdiknas. Zamroni.(2001). ParadigmapendidikanMasaDepan. Yogyakarta: Biagrafpublishing.

Jurnal

Adejunmobi, S. A. (1979). The Biographical Approach to the Teaching of History.The History Teacher Vol. 12, No. 3 pp. 349-357 Published by: Society for History Education (Sumbertersedia di: http://www.jstor.org/stable/491143) (Diakses 9 Juli 2014).

Elnikova. (2004). Tolerance As a Factor of Harmonization of Interethic Interfaith Relation. UDC 232 vol 1 (477).Ukraina: National Institutfor Strategic Studies.


(6)

Kawsar H. Kouchok. (2004). Teaching Tolerance Through Moral & Value Education (Papers and resource Materials for The Global Meeting of Experts).Journal of Social Studies Education Research vol 3, hal 86-104. Oslo.

Ritzen et al. (2000).Good Politicans and Bad Policies: Sosial Cohesion, Institution and Growth World Bank. Asian Journal of Plant Science vol 6 hal 536-543.Policy Research Working Paper.

Shiktina L.Y. (2006). Activities At Home Children’s Art In The Contex Of Tolerance Formation In Student. NB Krylovvol 9 Publishing Cntre Academy.Rusia: Petersburg.

Tabane, Ramodungoane and Humanvoge, Salome. (2010). Sense of Bilonging and Social Cohesion in a Desegregated Former House of Delegates School.South African Journal of Education Vol 30.


Dokumen yang terkait

Pemurnian Mono-Diasilgliserol Hasil Esterifikasi Palm Fatty Acid Distillate Dan Gliserol Dengan Ekstraksi Pelarut – Saponifikasi Dan Destilasi Molekuler

1 8 63

PENERAPAN METODE DISKUSI UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA SISWA KELAS XI IPS 1 SMA MUHAMMADIYAH KEDAWUNG DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH : Penelitian Tindakan di Kelas XI IPS 1 SMA Muhammadiyah Kedawung Kabupaten Cirebon.

4 39 100

IMPLEMENTASI NILAI-NILAI KEPAHLAWANAN JENDERAL SOEDIRMAN UNTUK PENANAMAN KARAKTER DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH KELAS XI IPS SMA (STUDI KASUS DI SMA NEGERI 1 SUKOHARJO).

1 5 14

Kinetika Reaksi Esterifikasi Palm Fatty Acid Distilate (PFAD) menjadi Biodiesel dengan Katalis Zeolit-Zirkonia Tersulfatasi | Masduki | Jurnal Rekayasa Proses 4953 8588 1 PB

0 0 6

PEMANFAATAN NILAI TOLERANSI DALAM BABAD CIREBON UNTUK MENINGKATKAN KOHESI SOSIAL SISWA : PenelitianTindakanKelasPadaSiswaKelas XI IPS 1 Di SMA Negeri 1 JatibarangIndramayu - repository UPI T SEJ 1201036 Title

0 0 5

Penentuan Kadar Asam Lemak Bebas dalam Crude Coconut Acid (CNO) dan Coconut Fatty Acid Distillate (CFAD) di PT Palmcoco Laboratories Dengan Metode Titrasi

0 0 2

Penentuan Kadar Asam Lemak Bebas dalam Crude Coconut Acid (CNO) dan Coconut Fatty Acid Distillate (CFAD) di PT Palmcoco Laboratories Dengan Metode Titrasi

0 0 4

Penentuan Kadar Asam Lemak Bebas dalam Crude Coconut Acid (CNO) dan Coconut Fatty Acid Distillate (CFAD) di PT Palmcoco Laboratories Dengan Metode Titrasi

0 2 18

Penentuan Kadar Asam Lemak Bebas dalam Crude Coconut Acid (CNO) dan Coconut Fatty Acid Distillate (CFAD) di PT Palmcoco Laboratories Dengan Metode Titrasi

0 0 1

PENYERAPAN NILAI NILAI BUDAYA LOKAL BABAD CIREBON

0 0 15