06 Pendekatan dan Metodologi atlas

MATERI TEKNIS
Pembuatan Atlas Pariwisata Provinsi Sulawesi
Selatan

BAB 6
PENDEKATAN DAN
METODOLOGI
6.1 TAHAPAN KEGIATAN
Sesuai dengan spesifikasi teknis, maka tahapan pelaksanaan kegiatan
Pembuatan Atlas Pariwisata Provinsi Sulawesi Selatan terdiri dari beberapa
tahap, meliputi yaitu :
a. Tahap pertama yang dilakukan adalah membuat desain multimedia,
yaitu dengan menentukan data dan informasi yang akan disajikan.
b. Setelah data dan informasi ditentukan, tahap selanjutnya adalah
pengumpulan data. Data yang disajikan berisi informasi objek wisata
yang ada di Sulawesi Selatan. Data utama berisi informasi umum
tentang Sulawesi Selatan, seperti sejarah, kondisi geografis, penduduk,
kebudayaan,

pemerintahan dan lain-lain. Data wisata menyajikan


informasi tentang nama dan sebaran objek wisata di wilayah tersebut.
Data-data tersebut secara umum terdiri dari 5 (lima) jenis data,
diantaranya adalah :
Data Peta
Data Spasial berupa data digital yang dipakai adalah data digital dari
PDRTR Bakosurtanal versi Database-0. Peta Rupabumi Peta dibuat
dengan menggunakan perangkat lunak Freehand, dimana sumber peta
didapat dari berbagai peta yang ada dan skala disesuaikan dengan
kebutuhan. Dalam hal ini adalah skala 1 : 250.000 dan 1 : 50.000.
Khusus untuk Kota Makassar akan diusahakan menggunakan sekala detil
1 : 10.000.
Data Citra Satelit
Citra satelit yang dipergunakan adalah citra resolusi menengah (Landsat
atau Aster, dsb) dan citra resolusi tinggi (quickbird dan/atau Ikonos, dsb),
Bab 6 - 1 |sumber Buana Katulistiwa

MATERI TEKNIS
Pembuatan Atlas Pariwisata Provinsi Sulawesi
Selatan


Shuttle Radar Topographic Mission (SRTM) serta jika dimungkinkan
tersedianya data foto udara format kecil (aerial photos small format).
Masing-masing citra diolah dengan software pengolah citra (Er Mapper
atau Arcview) yang selanjutnya dilakukan penajaman kontras (image
enhancement) dan pemotongan citra (cropping) pada objek dimaksud

Data Non-spasial (Narasi/teks)
Data Non-spasial berupa narasi/teks dikumpulkan dari berbagai literatur
mengenai obyek-obyek wisata, lokasi hotel, restoran, fasilititas umum,
dll. Data narasi ini kemudian ditulis ulang oleh seorang ahli Tata Bahasa
Indonesia dan kemudian diterjemahkan ke dalam Bahasa Inggris.
Data Foto
Foto didapat dari hasil survei ke lapangan dengan sudut pengambilan
yang berbeda-beda. Foto juga diberoleh dari berbagai sumber misalnya;
majalah, buku, internet dll.
c. Pengolahan data
Data Peta
Pengolahan peta dimulai dengan mengkonversi data peta freehand ke
format TIFF. Setiap tampilan peta disimpan pada file yang berbeda dan
kemudian dapat dilakukan editing dengan menggunakan perangkat

lunak Adobe Photoshop atau Corel Draw.
Data Citra Satelit
Khusus untuk citra Landsat dilakukan tahap pembuatan citra komposit
dalam beberapa komposit RGB band (321, 432, 452, 542, dsb). Tidak,
menutup kemungkinan untuk dilakukan komposit dengan Kombinasi
band yang lain seperti 543. Untuk Citra Aster dltampilkan dalam
komposit warna aslinya yaitu kombinasi RBG band 321. Kemudian
Overlay Citra (Landsat, Aster) dengan data jalan dan sungai. Citra yang
telah diolah disimpan dalam format GeoTif. Lalu masing-masing citra
Bab 6 - 2 |sumber Buana Katulistiwa

MATERI TEKNIS
Pembuatan Atlas Pariwisata Provinsi Sulawesi
Selatan

yang telah diolah dikonversi dari format RGB ke format CMYK dengan
menggunakan

software


yang

memungkinkan

dilakukan

konversi

tersebut, misalnya Adobe Photoshop. Citra yang ditampilkan dalam
layout buku harus dilengkapi dengan koordinat geografis, beberapa
toponimi utama (nama laut, nama selat, nama pulau, dan lain-lain),
nama citra, dan keterangan lain yang menjelaskan tentang citra
tersebut. Besar dan kecilnya pemotongan (cropping) citra disesuaikan
dengan layout buku, sehingga masing-masing objek minimal dapat
ditampilkan citranya.
Data Narasi/teks
Pemilihan jenis huruf yang digunakan dalam narasi dipilih dengan
mempertimbangkan aspek keindahan dan kejelasan pembaca Untuk
pelaksanaannya dilakukan diskusi antar pihak BAKOSURTANAL dan pihak
penerima pekerjaan dalam menentukan hal tersebut. Narasi dibuat

dalam dua bahasa, yaitu bahasa Indonesia dan bahasa Inggris. Narasi
dibuat dalam gaya yang interaktif dan tidak monoton. Narasi memuat
deskripsi mengenai objek wisata, sejarah, aksesibilitas menuju objek
wisata dan fasilitas pendukung yang tersedia di objek wisata tersebut.
Data Foto
Foto objek wisata yang ditampilkan pada masing-masing objek berjumlah
satu atau lebih dengan sudut pengambilan yang berbeda-beda. Foto
harus diolah sedemikian rupa dengan memperhatikan aspek ketajaman,
kekontrasan dan kecerahannya (sharpen, contrast, brightness). Tampilan
foto tidak boleh monoton sehingga harus dilayout dengan komposisi
tepat agar tidak membosankan. Foto dalam format CMYK dan disirnpan
dalarn format Tif dengan resolusi minimal 300 dpi. Setiap foto harus
diberikan nama foto, sumber, dan tahun pemotretan.
d. Desain Grafis
Pekerjaan desain grafis antara lain mendesain tampilan-tampilan grafis
pada tiap lembar halaman, baik cover luar, cover dalam, maupun isi dari
atlas

itu


sendiri.

Perangkat

Bab 6 - 3 |sumber Buana Katulistiwa

lunak

yang

digunakan

antara

lain

MATERI TEKNIS
Pembuatan Atlas Pariwisata Provinsi Sulawesi
Selatan


Macromedia

Freehand,

Adobe

Photoshop,

dan

Adobe

Illustrator.

Pekerjaan desain grafis bertujuan untuk menghasilkan tampilan yang
menarik, mempunyai nilai seni dan tidak membosankan.
e. Duplikasi
Desain

tampilan


yang

sudah

disetujui

perlembarnya

oleh

pihak

BAKOSURTANAL, kemudian digandakan sebanyak 1.000 eksemplar.
Secara skematik tahapan kegiatan pembuatan Atlas Pariwisata Provinsi
Sulawesi Selatan ini disajikan pada Gambar 6.1.

Gambar 6.1 Tahapan Pembuatan Atlas Pariwisata Provinsi Sulawesi
Selatan


Identifikasi Kebutuhan Informasi

Pengumpulan Data
Data Peta
Data Citra satelit
Data Foto
Data Narasi

Pengolahan Data

Desain Grafis
Kontrol Kualitas
Penggandaan
Sumber : Konsultan, 2010

6.2 KONSEP DASAR PENGINDERAAN JAUH
6.2.1 Definisi dan Filosofi Penginderaan Jauh

Bab 6 - 4 |sumber Buana Katulistiwa


MATERI TEKNIS
Pembuatan Atlas Pariwisata Provinsi Sulawesi
Selatan

Penginderaan jauh (inderaja) adalah ilmu pengetahuan dan teknologi
(IPTEK)

untuk

memperoleh,

mengolah

dan

menganalisa

data

untuk


mengetahui karakteristik objek tanpa menyentuh objek itu sendiri (Lillesand
dan Kiefer, 1994). Dengan pengertian ini bahwa ada beberapa cara yang
bisa dilakukan termasuk peralatan yang dipakai untuk mengamati suatu
objek dengan metode penginderaan jauh.
Citra (Image) adalah Gambaran suatu objek atau suatu perujudan (suatu
image pada umumnya berupa peta, gambar atau foto).
Citra (Imagery) adalah Gambaran visual energi yang direkam dengan
menggunakan piranti penginderaan jauh.
Interpretasi citra adalah Kegiatan mengkaji foto udara dan atau citra
dengan maksud untuk mengidentifikasi objek dan menilai arti pentingnya
objek tersebut.
Saat ini metode penginderaan jauh sudah menggunakan satelit yang
mengorbit bumi. Sistem inderaja pada prinsipnya terdiri atas tiga bagian
utama yang tidak terpisahkan yaitu ruas antariksa, ruas bumi dan
pemanfaatan data produk ruas bumi. Data yang diperoleh dari sensor
penginderaan jauh menyajikan informasi penting untuk membuat keputusan
yang

mantap

dan

perumusan

kebijakan

bagi

berbagai

penerapan

pengembangan sumberdaya dan penggunaan lahan.
Data penginderaan jauh digital mempunyai sifat khas yang dihasilkan oleh
setiap sensor. Sifat khas data tersebut dipengaruhi leh sifat orbit satelit,
sifat dan kepekaan sensor penginderaan jauh terhadap panjang gelombang
elektromagnetik, jalur transmisi yang digunakan, sifat sasaran (obyek) dan
sifat sumber tenaga radiasinya. Sifat orbit satelit dan cara operasi sistem
sensornya dapat mempengaruhi resolusi dan ukuran piksel datanya
(Purwadhi, 2001)
Monitoring sumber daya alam dan lingkungan mengharuskan penggunaan
banyak data dalam selang waktu observasi tertentu (harian, mingguan,
bulanan, tiga bulanan atau tahunan) yang lebih dikenal dengan analisis
multitemporal. Dengan menggunakan data satelit inderaja maka analisis

Bab 6 - 5 |sumber Buana Katulistiwa

MATERI TEKNIS
Pembuatan Atlas Pariwisata Provinsi Sulawesi
Selatan

multitemporal dapat dilakukan dengan lebih mudah, cepat dan murah.
Peran penting analisis multitemporal menggunakan data satelit inderaja
akan semakin nampak untuk daerah perikanan laut lepas atau samudera,
karena observasi untuk perikanan laut lepas selalu memerlukan usaha yang
berat, waktu yang lama dan biaya operasional yang sangat mahal.
Sedangkan untuk daerah perairan pantai (coastal area) bisa dipergunakan
untuk mendeteksi perubahan garis pantai, laju sedimentasi dan perubahan
luas hutan bakau
Didalam filosofinya Penginderaan Jauh merupakan ilmu dengan sifat dan
karakter :
1. Memiliki

metodologi.

Teknik

dan

orientasi

intelektual

yang

perkembangannya
2. mengikuti kurva perkembangan ilmu
3. Teknik yang berkembang menjadi ilmu karena dimanfaatkan oleh
berbagai disiplin ilmu
4. Karena memiliki 4 konsepsi dasar yaitu diskriminasi, resolusi, stategik
jamak dan peranannya sehubungan dengan pengelolaan
6.2.2 Elemen Dasar Penginderaan Jauh
Setidaknya

terdapat

7

(tujuh)

elemen

mendasar

dalam

Penginderaan Jauh antara lain (Gambar 6.2):

1. Sumber Energi (A)

Gambar 6.2 Elemen
Dasar Penginderaan
Jauh

2. Atmosfer (B)
3. Interaksi dengan Target (C)
4. Sensor (D)
5. Transmisi dan Proses (E)

Bab 6 - 6 |sumber Buana Katulistiwa

Gambar 1.
Elemen Penginderaan Jauh

proses

MATERI TEKNIS
Pembuatan Atlas Pariwisata Provinsi Sulawesi
Selatan

6. Intepretasi dan Analisis (F)
7. Aplikasi (G)
Elemen dalam sistem ini bekerja bersama untuk mengukur dan mencatat
informasi mengenai target tanpa menyentuh obyek tersebut.

Sumber

energi

alamiah

yang

menyinari

atau

memancarkan

energi

elektromagnetik didapatkan dari sinar matahari, disebut dengan sistem
pasif. Beberapa hal yang mempengaruhi intensitas energi matahari antara
lain:


Waktu pancar, pada siang hari jumlah energi yang diterima oleh objek
dibumi jauh lebih besar jika dibandingkan pada pagi atau sore hari.



Kedudukan matahari terhadap objek di bumi, dimana kedudukan ini
berkaitan erat dengan musim. Pada saat kedudukannya tegak lurus
terhadap ekuator, maka energi yang diterima lebih besar dari pada
berada diselatan atau di utara ekuator



Tutupan awan dan kabut.

Perjalanan energi elektromagnetik yang berasal dari matahari berlangsung
secara radiasi melalui atmosfir atau ruang hampa. Radiasi ini berlangsung
dengan kecepatan tetap dan membentuk pola gelombang yang harmonik
dimana komponen gelombang teratur secara sama dan repetitif dalam
ruang dan waktu (Gambar 2). Komponennya terdiri dari gelombang
elektrektik dan gelombang magnetik yang saling tegak lurus dan masingmasing tegak lurus terhadap radiasi.
Gambar 6.3 Gelombang Elektromagnetik.

Bab 6 - 7 |sumber Buana Katulistiwa

MATERI TEKNIS
Pembuatan Atlas Pariwisata Provinsi Sulawesi
Selatan

Pengaruh atmosfer merupakan fungsi panjang gelombang. Pengaruhnya
bersifat selektif terhadap panjang gelombang, karenanya muncul istilah
jendela atmosfer. Jendala atmosfir merupakan bagian-bagian spektral
elektromagnetik yang dapat melalui atmosfir dan mencapai permukaan
bumi. Jendela atmosfir yang pertama kali dikenal berpanjang gelombang 0,4
um hingga 0,7 um, atau disebut panjang gelombang sinar tampak (visible).
Hambatan atmosfer yaitu kendala yang disebabkan oleh hamburan pada
spektrum tampak dan serapan yang terjadi pada spektrum infra merah.
Hambatan oleh atmosfir ini mengakibatkan energi elektromagnetik tidak
secara utuh sampai dipermukaan bumi. Proses hambatan terjadi karena
adanya butiran-butiran tertentu di atmosfir seperti debu, uap air dan gas.
Hambatan itu sendiri bisa dalam bentuk serapan (absorpsi), pantulan
(refleksi) dan hamburan (scattering).
6.2.3 Ragam Penginderaan Jauh
Di dalam Penginderaan jauh dikenal ada 2 jenis data hasil perekaman yaitu
yang bersifat visual dan numerik (digital). Data visual itu sendiri dibagi
menjadi 2 tipe yakni citra dan non-citra. Data citra umumnya berupa
gambar yang mirip ujud aslinya dan data non-cita umumnya berupa garis
atau grafik, contoh grafik perbedaan suhu yang direkam sepanjang daerah
pengamatan.
Seperti diketahui sebelumnya bahwa berdasarkan sensor yang digunakan,
maka citra dapat dibagi menjadi citra foto dan non-foto
A.

Citra Foto

Bab 6 - 8 |sumber Buana Katulistiwa

MATERI TEKNIS
Pembuatan Atlas Pariwisata Provinsi Sulawesi
Selatan

Citra

ini

berdasarkan

kepada

spektrum

elektromagnetik,

sumbu

kamera, jenis kamera, warna yang digunakan dan wahana (platform).
Berdasarkan Spektrum elektromagnetik dapat dibedakan atas :
1. Foto Ultraviolet, yaitu foto yang dibuat dengan menggunakan
spektruk ultraviolet dengan panjang gelombang hingga 0,29 um.
2. Foto Ortokromatik, yang menggunakan spektrum tampak dari
saluran biru hingga sebagian hijau dengan panjang gelombang
antara 0,4 um hingga 0,56 um
3. Foto Pankromatik, yaitu foto yang menggunakan seluruh spektrum
tampak
4. Foto inframerah, yaitu foto yang menggunakan spektrum sinar
infra merah.
Berdasarkan sumbu kamera ke permukaan bumi, yaitu:
1. Foto vertikal, dimana sumbu kameranya tegak lurus terhadap
permukaan bumi
2. Foto condong, dimana sudut kameranya menyudut terhdap garis
tegak lurus permukaan bumi. Sudut ini pada umumnya < 10 o dan
apabila sudut kameranya > 100o disebut sangat condong
Berdasarkan jenis kamera yang digunakan dalam inderaja, maka citra
foto dapat dibedakan atas :
1. Foto tunggal, yaitu foto yang dibuat dengan kamera tunggal, tiap
daerah liputan foto hanya tergambar oleh satu lembar.
2. Foto jamak, yaitu beberapa foto yang dibuat pada saat yang sama
dan menggambarkan daerah liputan yang sama. Bisa dibuat
dengan multikamera , kamera multi lensa atau satu kamera
dengan beberapa lensa.

Bab 6 - 9 |sumber Buana Katulistiwa

MATERI TEKNIS
Pembuatan Atlas Pariwisata Provinsi Sulawesi
Selatan

3. Foto multispektral, yaitu beberapa foto daerah sama yang dibuat
dengan saluran yang berbeda-beda.pada umumnya digunakan
empat kamera atau satu kamera berlensa empat. Manfaat dari foto
multispektral ini adalah dapat mengenali suatu objek lebih baik
karena menggunakan 4 saluran elektromagnetik yang berbeda.

Berdasarkan warna yang digunakan :
1. Foto berwarna semu (false color), atau foto inframerah berwarna.
Pada foto ini warna objek tidak sama dengan warna foto. Contoh
vegetasi

yang

berwarna

hijau

karena

banyak

memantulkan

spektrum infra merah menjadi tampak merah.
2. Foto warna asli (true color) yaitu foto pankromatik berwarna.

Berdasarkan wahana atau anjungan yang digunakan dibedakan
menjadi :
1. Foto udara, yakni foto yang dibuat dari pesawat udara atau balon
2. Foto satelit, yakni foto yang dibuat dari satelit.

B.

Citra Non Foto
Citra nonfoto dibedakan berdasarkan spektrum elektromagnetik yang
dipakai, sensor yang digunakan, dan wahana yang digunakan.
Berdasarkan spektrum

elektromagnetik yang digunakan, citra

nonfoto dibedakan atas :
1. Citra inframerah termal, yaitu citra yang dibuat dengan spektrum
panjang gelombang (3,5 - 5,5 um), (8 - 14 um) dan sekitar 18 um.
Perbedaan pada spektrum ini berdasarkan atas beda suhu objek

Bab 6 - 10 |sumber Buana Katulistiwa

MATERI TEKNIS
Pembuatan Atlas Pariwisata Provinsi Sulawesi
Selatan

dan daya pancarnya yang pada citra tercermin dengan beda rona
atau beda warna.
2. Citra radar yaitu citra yang dibuat dengan spektrum gelombang
mikro. Citra radar merupakan hasil penginderaan dengan sistem
aktif yaitu dengan sumber tenaga buatan, sedangkan citra
gelombang mikro dihasilkan dengan sistem pasif yaitu dengan
menggunakan sumber tenaga alamiah. Citra radar dibedakan lebih
jauh atas dasar saluran yang digunakan.
Berdasarkan sensor yang digunakan pada citra nonfoto dibedakan
atas :
1. Citra tunggal yaitu citra yang dibuat dengan sensor tunggal
2. Citra multispektral, yaitu citra yang dibuat dengan saluran jamak.
Citra multispektral ini biasanya dibuat dengan saluran sempit. Pada
landsat citra ini sering dibedakan atas :
 Citra Return Beam Vidicon (RBV) yaitu citra yang dibuat dengan
kamera RBV, digunakan pada Landsat1 dan Landsat2, meskipun
berupa

kamera

detektornya

tapi

bukan

hasilnya

film

dan

bukan

berupa

prosesnya

foto

bukan

karena

fotografik,

melainkan elektronik
 Citra multispektral scanner (MSS), menggunkan sensor MSS, alat
ini dapat beroperasi pada spektrum tampak maupun spektrum
inframerah termal.
Berdasarkan wahana atau platformnya citra nonfoto dbedakan atas :
1. Citra

dirgantara

(airbone

image)

yaitu

citra

yang

dibuat

menggunakan pesawat udara atau balon udara.
2. Citra satelit (spaceborne image), yaitu citra yang dibuat dari
antariksa atau angkasa luar.

Bab 6 - 11 |sumber Buana Katulistiwa

MATERI TEKNIS
Pembuatan Atlas Pariwisata Provinsi Sulawesi
Selatan

Secara garis besar, perbedaan antara citra foto dan citra non foto
dijabarkan pada Tabel 6.1.
Tabel 6.1 Perbedaan Antara Citra Foto dan Non Foto.
Variabel
pembeda
Sensor

Jenis citra
Citra foto
Kamera

Citra nonfoto
Nonkamera, berdasarkan

atas

penyiaman (scanning)
Kamera yang detektornya bukan
film
Pita

magnetik

termistor,

Detektor

Film

konduktif, foto voltaik, dsb
Elektronik

Proses perekaman
Mekanisme

Fotografi
Serentak

Parsial
Spektra

Perekaman

perluasannya,

tampak
terminal,

foto

dan
dan

gelombang
Spektrum

Spektrum

elektromagnetik

tampak dan
perluasann
ya

6.2.4 Sistem Penginderaan Jauh
Sistem yang dikenal pada penginderaan jauh ada 6 bagian yaitu sumber
energi, atmosfer, interaksi antara energi dan obyek, sensor, dan perolehan
data.
Sumber Energi
Dalam hal ini berupa energi pantulan dan pancaran dari matahari untuk
sistem pasif dan sumber lain untuk sistem aktif. Ada beberapa hal yang
mempengaruhi intensitas energi matahari diantaranya adalah :
a. Waktu pancar, pada siang hari jumlah energi yang diterima oleh objek
dibumi jauh lebih besar jika dibandingkan pada pagi atau sore hari.

Bab 6 - 12 |sumber Buana Katulistiwa

MATERI TEKNIS
Pembuatan Atlas Pariwisata Provinsi Sulawesi
Selatan

b. Kedudukan matahari terhadap objek di bumi, dimana kedudukan ini
berkaitan erat dengan musim. Pada saat kedudukannya tegak lurus
terhadap ekuator, maka energi yang diterima lebih besar dari pada
berada diselatan atau di utara ekuator
c. Tutupan, dalam hal ini awan dan kabut.
Atmosfer
Pengaruh atmosfer merupakan fungsi panjang gelombang. Pengaruhnya
bersifat selektif terhadap panjang gelombang, karenanya muncul istilah
jendela atmosfer. Hambatan atmosfer yaitu kendala yang disebabkan oleh
hamburan pada spektrum tampak dan serapan yang terjadi pada spektrum
infra merah.
Interaksi antara Energi dan Objek
Setiap objek dibumi mempunyai karakteristik tersendiri, contohnya objek
yang banyak memantulkan/memancarkan energi akan tampak cerah pada
citra, sedangkan objek yang banyak menyerap energi akan berwarna gelap
seperti pada air, awan dan salju.
Sensor
Setiap

sensor

mempunyai

kepekaan

sendiri

terhadap

spektrum

elektromagnetik. Disamping itu kepekaannya berbeda dalam merekam
objek terkecil yang masih dapat dibedakan terhadap objek lain atau
terhadap lingkungan sekitarnya. Kemampuan sensor untuk menyajikan
objek terkecil ini disebut resolusi spasial.
Berdasarkan atas proses perekamannya, sensor dibedakan atas sensor
fotografik dan sensor elektronik ;
a. Sensor fotografik, proses perekamannya berlangsung secara kimiawi
b. Sensor elektronik, menggunakan energi elektrik dalam bentuk signal
elektrik, alat perekamnya berupa pita magnetik yang kemudian dapat
diproses menjadi data visual dan digital, karenanya disebut citra.

Bab 6 - 13 |sumber Buana Katulistiwa

MATERI TEKNIS
Pembuatan Atlas Pariwisata Provinsi Sulawesi
Selatan

Spektrum fotografi hanya peka terhadap spektrum ultraviolet, spektrum
tampak dan spektrum infra merah (0,3 - 0,9 m). Spektrum elektronik
meliputi spektrum tampak hingga spektruk gelombang radio (Tabel 2).

Tabel 6.2 Jenis Sensor dan Sifatnya.
Spektrum
sensor

dan

sistem

Panjang

Kemampuan

Gelombang

Mengatasi

(m)

Kendala Cuaca

Bab 6 - 14 |sumber Buana Katulistiwa

Waktu/Saat
Penginderaan

MATERI TEKNIS
Pembuatan Atlas Pariwisata Provinsi Sulawesi
Selatan

ULTRAVIOLET
Optical

-

0.01-0.4

-

Siang

0.4-0.7

Kt

Siang kecuali bila

mechanic

scanner
-

Image orthicon

-

Kamera dengan film
inframerah

TAMPAK
-

Kemera konvensional

digunakan

-

Multispectral scanner

penyinaran aktif

-

Vidicon

INFRAMERAH PANTULAN

0.7-1.5

C

Siang

3.5-30

Kt,As

Siang-malam

103-106

Kt, As, K

Siang-malam

8.3x103

Kt, As, K

Siang-malam

Kamera konvensional

-

dengan film inframerah
Solid state detector

-

dalam scanner
Radiometer

-

INFRAMERAH TERMAL
Solid state detector

-

dalam

scanner

dan

radiometer
Quantum detector

-

GELOMBANG MIKRO
Scanner

-

dan

radiometer

1.3x10

Antene dan circuit

-

6

#

H

RADAR
Scanner

-

dan

radiometer
Antena dan circuit
Sumber: Estes, 1974, dengan perubahan
Keterangan:
Kt

: Kabut Tipis

As : Asap

C

: Campuran asap dan kabut

K

: Kabut/awan

H

: Hujan

#

: Kemampuan menembus hujan membesar pada gelombang yang semakin

panjang

Bab 6 - 15 |sumber Buana Katulistiwa

MATERI TEKNIS
Pembuatan Atlas Pariwisata Provinsi Sulawesi
Selatan

Perolehan data
Perolehan data bisa secara visual maupun numerik (digital). Foto udara
umumnya diinterpretasikan secara visual (Gambar 6.4) sedangkan sensor
elektronik dapat diinterpretasikan secara visual maupun digital (Gambar
6.5).
Gambar 6.4 Proses Pemotretan Udara.

Gambar 6.5 Proses Perolehan Data.

Bab 6 - 16 |sumber Buana Katulistiwa

MATERI TEKNIS
Pembuatan Atlas Pariwisata Provinsi Sulawesi
Selatan

6.2.5 Energi Penginderaan Jauh
Karena

indraja

dilakukan

pada

jarak

jauh,

maka

diperlukan

energi

penghubung yang membawa data tentang objek ke sensor . Data tersebut
dapat dikumpulkan dan direkam dengan tiga cara , yakni dengan
mendasarkan

atas

variasi

(1)

distribusi

daya

(force),

(2)

distribusi

gelombang bunyi, (3) distribusi energi elektromagnetik. Objek, daerah atau
gejala dipermukaan bumi dapat dikenali pada hasil perekamannya karena
masing-masing mempunyai karakteristik tersendiri dalam interaksinya
terhadap daya, gelombang bunyi, atau energi elektromagnetik. Sebagai
contoh sensor yang berupa gravimeter dapat mengumpulkan data yang
berupa variasi daya tarik bumi, sedangkan magnetometer mengumpulkan
data tentang variasi daya magnetik. Sonar mengumpulkan data tentang
distribusi gelombang bunyi dalam air, mikrofon dan telinga manusia
menangkap gelombang bunyi di udara, sedangkan kamera mengumpulkan
data tentang variasi distribusi enegi elektromagnetik yang berupa sinar
(Suits, 1983 ; Lillesand dan Kiefer, 1979).
A.

Energi Elektromagnetik
Ada

dua

istilah

yang

perlu

dipahami

yaitu

elektromagnetik dan spektrum elektromagnetik.
a) Energi elektromagnetik

Bab 6 - 17 |sumber Buana Katulistiwa

mengenai

energi

MATERI TEKNIS
Pembuatan Atlas Pariwisata Provinsi Sulawesi
Selatan

 Adalah paket elektrisitas dan magnetisme yang bergerak dengan
kecepatan

sinar

pada

frekwensi

dan

panjang

gelombang

tertentu.
 Sumber energi alamiah yang digunakan pada inderaja adalah
sinar matahari, dan sistem inderaja ini disebut sistem pasif.
 Energi elektromagnetik ini tidak tampak oleh mata ia akan
tampak apabila berinteraksi dengan benda atau objek.
 Perjalanan energi elektromagnetik yang berasal dari matahari
tersebut berlangsung secara radiasi melalui atmosfir atau ruang
hampa. Radiasi ini berlangsung dengan kecepatan tetap dan
membentuk pola gelombang yang harmonik dimana komponen
gelombang teratur secara sama dan repetitif dalam ruang dan
waktu

(Gambar

3).

Komponennya

terdiri

dari

gelombang

elektrektik dan gelombang magnetik yang saling tegak lurus dan
masing-masing tegak lurus terhadap radiasi.

b) Spektrum elektromagnetik
Energi elektromagnetis terdiri atas berkas atau spektrum yang
sangat luas yakni meliputi spektral-spektral kosmik, gamma, X,
ultraviolet, tampak (visible), Inframerah, gelombang mikro dan
radio. Masing-masing panjang gelombang spektral ini dapat dilihat
pada tabel 2.2.
Untuk selanjutnya istilah spektrum digunakan untuk menunjukan
bagian tertentu dari spektrum elektromagnetik.seperti spektrum
tampak, spektrum inframerah, dan sebagainya. Untuk spektrum
tertentu seperti ultraviolet, spektrum tampak dan spektrum infra
merah, oleh Beckman (1975) disebut saluran optik, karena sering
digunakan oleh penginderaan jauh sistem fotografik/optik.

Bab 6 - 18 |sumber Buana Katulistiwa

MATERI TEKNIS
Pembuatan Atlas Pariwisata Provinsi Sulawesi
Selatan

B.

Spektrum Elektromagnetik
Meskipun spektral elektromagnetik tersebut sangat luas, tetapi sedikit
sekali yang digunakan dalam penginderaan jauh, karena spektralspektral lainnya seperti sinar kosmik, gamma, dan X, sulit sekali
mencapai bumi karena terhambat oleh atmosfer, begitu pula untuk
sebagian sinar inframerah.
Bagian-bagian spektral elektromagnetik yang dapat melalui atmosfir
dan mencapai permukaan bumi disebut jendela atmosfir. Jendela
atmosfir yang pertama kali dikenal berpanjang gelombang 0,4 um
hingga 0,7 um, atau disebut panjang gelombang sinar tampak (visible).
Selanjutnya sinar inframerah memiliki panjang gelombang 0,7 um
hingga 14 um. Kedua spektrum baik sinar tampak maupun inframerah,
dapat diamati melalui film sehingga disebut penginderaan jauh sistem
fotografik. Jadi spektrum elektromagnetik untuk penginderaan jauh
sistem fotografik memiliki panjang gelombang antara 0,4 um hingga
14 um. Jendela atmosfir yang lebih besar adalah spektrum gelombang
mikro yang memiliki panjang gelombang 0,1 cm hingga 100 cm.

C.

Hambatan Atmosfir
Hambatan oleh atmosfir ini mengakibatkan energi elektromagnetik
tidak secara utuh sampai dipermukaan bumi, proses hambatan terjadi
karena adanya butiran-butiran tertentu di atmosfir seperti debu, uap
air dan gas. Hambatan itu sendiri bisa dalam bentuk serapan
(absorpsi), pantulan (refleksi) dan hamburan (scattering).
Serapan terjadi ketika energi elektromagnetik mencapai objek di bumi,
tiap objek mempunyai sifat serapan, dan pantulan tersendiri, sebagai
contoh objek yang banyak menyerap energi akan berwarna gelap pada
citra dan pengenalan objek pada citra berdasarkan atas tingkat
kegelapan disebut rona.
Hamburan, dibedakan atas 3 jenis yaitu hamburan Rayleigh, Mie dan
non selektif:

Bab 6 - 19 |sumber Buana Katulistiwa

MATERI TEKNIS
Pembuatan Atlas Pariwisata Provinsi Sulawesi
Selatan

1. Hamburan Rayleigh terjadi karena atmosfir mengandung butiran
gas nitrogen dan oksigen. Yang memiliki ukuran butir gas lebih kecil
dari panjang gelombang rata-rata spektrum tampak, yaitu sebesar
0,1

atau sedikit lebih besar. Hamburan ini mengakibatkan foto

hitam putih tampak seperti berkabut dan tidak tajam. Oleh karena
itu untuk memperoleh foto yang baik sering dipasang filter kuning
guna menghalangi saluran biru masuk ke kamera.
2. Hamburan Mie, karena hamburan ini atmosfir tampak putih hingga
kemerahan disebabkan oleh hamburan butir-butir debu, kabut asap
dan sebagainya yang diameter butirannya sama atau lebih besar
dari panjang gelombang rata-rata spektrum tampak. Karena
butirannya cukup besar, maka hamburannya terjadi pada atmosfer
bagian bawah pada ketinggian antara4.500 meter hingga 9.000
meter.
3. Hamburan nonselektif, Penyebabnya adalah butir-butir dalam
atmosfer yang diameternya jauh lebih besar dari
gelombang

spektrum

tampak,

misalnya

butir-butir

panjang
air

yang

berdiameter 5 um - 100 um. Hamburan ini dinamakan hamburan
nonselektif karena tidak tergantung kepada panjang gelombang.
Hamburan pada spektrum tampak dan inframerah dekat, sama
kuatnya. Pada spektrum tampak, hamburan pada saluran biru,
hijau dan merah yang sama kuatnya menyebabkan kabut dan
awan tampak putih (Lillesand dan Kiefer, 1979).

Gambar 6.6 Karakteristik Spectral energy (Lillesand dan
Klefer, 1979)

Bab 6 - 20 |sumber Buana Katulistiwa

MATERI TEKNIS
Pembuatan Atlas Pariwisata Provinsi Sulawesi
Selatan

Serapan,

berbeda

merupakan

dengan

ganguan

yang

hamburan,
lebih

serapan
parah

oleh

terhadap

atmosfer
energi

elektromagnetik. Serapan merupakan kendala utama bagi spektrum
inframerah. Penyebabnya ialah uap air, karbon dioksida dan ozon.
Jendela atmosfer pada spektrum infra merah merupakan bagian yang
serapannya paling minimal (Lillesand dan Kiefer, 1979).
Gambar 6.7 Interaksi antara Energi Elektromagnetik dan
Atmosfer

6.3 KONSEP DASAR FOTOGRAFI

Bab 6 - 21 |sumber Buana Katulistiwa

MATERI TEKNIS
Pembuatan Atlas Pariwisata Provinsi Sulawesi
Selatan

Fotografer biukanlah hanya sekedar memotret, tetapi lebih dari itu. Teknik
tinggi disertai kemampuan ilmu yang mumpuni akan menjadikan seorang
fotografer menjadi lebih dihormati dalam dunia fotografi, dengan didukung
oleh peralatan yang memadai tentunya.
Tetapi semua bukanlah segalanya, seorang fotografer masih harus terus
belajar dalam mengasah berbagai ilmu yang dimilikinya. Dengan mengasah
kemampuannya

akan

membentuk

mental

dan

sikap

yang

handal.

Perkembangan foto semakin hari semakin pesat saja. Dengan adanya digital
foto, semakin menonjolkan dunia fotografi ke permukaan, bahkan bias
dijadikan profesi yang menjanjikan dan semakin banyak peminatnya.
6.3.1 Teknik Dasar Pemotretan
Teknik dasar pemotretan secara dasar dibagi kedalam 3 (tiga) hal,
diantaranya adalah :

a. Kamera
Berbagai macam kamera sekrang sudah beredar di pasaran, mulai
dari yang analog sampai digital high end. Dari yang menggunakan
film 135 hingga format besar. Dari pixel kecil hingga pixel besar.
b. Lensa
Untuk melengkapi kebutuhan fotografer pabrikan telah banyak
melengkapi koleksi lensa yang mereka produksi dari fix lenz, zoom
lenz/tele, sudut lebar dan berbagai macam lensa lainnya.
c. Pencahayaan/Flash
Sumber utama cahaya dalam fotografi adalah matahari, beda halnya
kalau dalam studio, yang menggunakan sumber pencahayaan dari
flash atau lampu studio.

Bab 6 - 22 |sumber Buana Katulistiwa

MATERI TEKNIS
Pembuatan Atlas Pariwisata Provinsi Sulawesi
Selatan

6.3.2 Istilah dalam Kamera
Dalam dunia fotografi kita harus mengenal beberapa istilah yang sering kita
temukan, diantaranya adalah :
Asa/ISO
Asa/ISO adalah kepekaan film, semakin tinggi nilai asa/ISO nya maka
semakin kuat menangkap cahaya. Jika diistilahkan, anggap saja ISO itu
sebagai kumbang yang bekerja di dalam kamera. Jika kamera di set ke ISO
400, berarti ada 400 kumbang yang bekerja di dalam kamera. Jika ISO 100
ya hanya ada 100 kumbang yang bekerja. Ukuran ISo dalam perbedaan satu
stop adalah :
100->200->400->800>1600
ISO 800 adalah tiga kali lebih sensitive daripada ISO 100 (lebih sensitive dari
cahaya 3 stop), tapi hasil fotonya mungkin agak grainy (berpasir). Dalam
menentukan ISO inilah kemampuan kita diuji.
Diafragma/Aperture
Aperture adlah bukaan lensa untuk mengatur berapa besar cahaya yang
masuk. Ukuran aperture biasanya bias dilihat dengan f/number. Semakin
besar nomer f/ nya maka semakin kecil lensanya. FDengan kata lain,
semakin kecil nomer f/ nya maka makin besar bukaan lensanya.
Bukaan lensa f/2.8 lebih besar daripada f/11. Aperture inilah komandan yang
bertanggung jawab aas ketajaman di dalam suatu foto. Depth of Filed (DOF)
adalah wilayah di sekeliling subjek atau objek yang direkam oleh kamera
yang layak tampil tajam di hasil fotonya.
Speed
Speed berbeda dengan apertute. Speed digunakan untuk mengatur berapa
lama cahaya itu masuk ke film. Shutter speed 2s berarti cahaya yang masuk
ke dalam kamera memiliki durasi 2 detik.

Bab 6 - 23 |sumber Buana Katulistiwa

MATERI TEKNIS
Pembuatan Atlas Pariwisata Provinsi Sulawesi
Selatan

6.3.3 Fotografi Sebagai Seni Melihat
Fotografi

sangat

erat

hubungannya

dengan

si

pelaku.

Seseorang

mempunyai tanggapan tertentu tentang segala sesuatu baik cuaca,
pemandangan, tumbuhan, hewan dan manusia di sekitarnya. Persepsi inilah
yang kemudian direfleksikan bila ia memotret. Cara memandang atau
persepsi ini adalah khas untuk setiap orang karena sifat manusia yang unik.
Sehingga bias dikatakan bahwa karya foto adalah sebuah refleksional
personal.
Sementara itu bagaimana dengan respon orang-orang yang melihatnya? Si
pelaku (fotografer) tentunya ingin mendapat respon (feed back) yang positif
tentang karyanya. Walau respon tiap orang tidaklah sama namun ada
sesuatu secara umum yang bias distandarkan sebagai sebuah penilaian
obyektif bagus tidaknya karya sebuah foto.
Sebuah foto dikatakan bagus jika foto tersebut syarat akan informasi. Tentu
saja penilaian para pakar berbeda-beda tentang hal ini. Tetapi informais
adalah sesuatu yang tidak bias ditawar-tawar lagi. Apa yang akan
diinformasikan oleh foto tersebut. Informasi tersebut juga menyangkut
konteks, content, dan komposisi. Konteks berarti hal yang ingin divisualkan
jelas, misalnya tentang pemandangan. Sedangkan content atau isi adalah
apa yang ingin ditampilkan untuk memenuhi konteks tersebut. Komposisi
adalah penempatan subjek dalam gambar.
Sebenarnya tidak ada aturan baku di dalam mengatur komposisi sebuah
gambar. Karena setiap fotografer bias mengatur komposisi gambarnya
menurut pandangan terbaiknya. Harus disadari, bahwa sebenarnya kita sulir
mempelajari komposisi dari hasil foto yang sudah jadi. Di alam asli, semua
subjek terposisikan secara alami, sehingga kita harus berusaha mencari
atau menentukan sudut pandang yang paling baik. Karena itu, kita harus
berusaha mengembangkan kesepakatan pandangan terhadap apa yang kita
lihat dan apa yang akan terbentuk dalam gambar jadi.
Setidaknya ada tiga dasar penyusunan komposisi yang bias dijadukan
sebagai panduan, diantaranya adalah :

Bab 6 - 24 |sumber Buana Katulistiwa

MATERI TEKNIS
Pembuatan Atlas Pariwisata Provinsi Sulawesi
Selatan

1. Aturan segitiga penempatan horizon dalam suatu komposisi pada
sepertiga bagian dari pinggir bawah atau atas. Dengan pembagian
bidang pada perbandingan 1 : 2 ini, umumnya dinamisasi dan
keseimbangan dapat dicapai dengan baik.
2. Irisan emas (golden section), dasar ini bias digunakan jika pandangan
yang akan kita potret tidak memiliki horizon. Metode ini merupakan
metode pembagian bidan gyang direncanakan dengan ketepatan
geometris. Metode ini sulit diterapkan, karena membutuhkan waktu
dan ketelitian

memandang gambar dalam view finder untuk

merencanakan susunan yang tepat.
3. Susunan

Diagonal,

dasar

ini

digunkaan

jika

menghadapi

pemandangan yang memiliki bentuk sederhana, atau keadaan
pemandangan

yang

memiliki

tekstur

yang

homogen.

Dengan

demikian maka pemandangan yang keadaanya statis dan sulit
disajikan dengan atura sepertiga dan irisan emas akan dapat
ditampilkan sebagai gambar yang dinamis dan menarik.

6.3.4 Penyinaran (lighting)
Penyinaran (lighting) berbeda dengan Exposure (pencayahaan). Dalam
dunia fotografi, penyinaran dibedakan :
1. Sinar alami seperti cahaya matahari, cahaya bulan
2. Sinar buatan seperti lampu pijar dan lampu kilat.
Cahaya matahari sampai ke bumi setelah menembus atmosfir. Atmosfir
diibaratkan sebagai selimut udara dan air yang melingkupi bumi. Selimut
udara ini mengalami perubahan pada sifat cahanya.
1. Cahaya yang datang dari matahari tegaklurus dengan permukaan
atmosfir pada siang hari. Cahaya yang cerah menimbulkan bayangan
pekat (black shadows) dan sifat ini disebut kontras. Makin tinggi
matahari berada, makin sulit keadaan secara fotografis, karena

Bab 6 - 25 |sumber Buana Katulistiwa

MATERI TEKNIS
Pembuatan Atlas Pariwisata Provinsi Sulawesi
Selatan

bayangan jatuh persis di bawah objek dan kondisi sinar dsangat
kontras.
2. Cahaya matahari yang datang serong mengenai atmosfir akan
dibelokan ke arah sudut datang dan diuraikan dalam berbagai warna.
Warna kuning menonjol dalam pagi dan senja hari. Karena cahaya
matahari terus melewati ketebalan atmosfir, maka semakin lama
akan

semakin

lemah.

Kondisi

ini

disebut

cahaya

lunak

(low

contrast/soft). Momen ini merupakan golden hour, kondisi sinar yang
paling dianjurkan untuk menghasilkan foto bagus.

6.3.5 Retauching
Retauching adalah langkah terakhir yang akan ditempuh oleh seorrang
fotografer. Terlebih foto-foto tersebut diambil dengan menggunakankamera
digital. Program yang paling sering digubakan dalam retouching adalah
Adobe photoshop. Photoshop adalah gold standart, belum ada program
yang mempunyai kelengkapan fitur, mendukung seni grafis dan komunitas
fotografi dan menyediakan kesempurnaan sumber daya. Langkah-langkah
yang dilakukan untuk menghasilkan cetak foto yang maksimal adalah
sebagai berikut :
1. Sharpening (menajamkan gambar), sharpening berfungsi agar focus
foto menjadi lebih tajam. Filter ini sebenarnya tidak bias memodifikasi
fokus, hanya lensa kamera yang bias melakukannya. Tetapi filter ini
bias mendeteksi sisi-sisi pada gambar, serta menelusuri pixel gelap
dan terang di sekitar sisi-sisi tersebut untuk mempertegas kontras.
Mata kita menterjemahkan sisi-sisi yang dipertegas tersebut sebagai
detil yang tajam.
2. Koreksi warna, sebagain dari masalah yang umum terapat pada
gambar

adalah

warna.

Photoshop

mengijinkan

anda

untuk

menyelamatkan foto-foto yang kelihatannya tidak bias diperbaiki,
serta

menghadirkan

kembali

warna

yang

hilang.

Kita

bias

memanfaatkan perintah variations, curves/level, tetapi sebagian

Bab 6 - 26 |sumber Buana Katulistiwa

MATERI TEKNIS
Pembuatan Atlas Pariwisata Provinsi Sulawesi
Selatan

lainnya memiliki kendali yang kurang lengkap (color balance,
brightness/contrast).
3. Ukuran gambar, ukuran gambar sangat berkaitan di dalam pemilihan
resolusi gambar. Di sinilah kemampuan dan kehandalan seorang
fotografer dibentuk.

6.4 KONSEP DASAR DESAIN GRAFIS
Bagaimana memulai belajar Desain Grafis? Memang itu sebuah pertanyaan
yang sangat mendasar bagi seorang desiner pemula. Definisi Desain Grafis:
adalah salah satu bentuk seni lukis (gambar) terapan yang memberikan
kebebasan kepada sang desainer (perancang) untuk memilih, menciptakan,
atau mengatur elemen rupa seperti ilustrasi, foto, tulisan, dan garis di atas
suatu permukaan dengan tujuan untuk diproduksi dan dikomunikasikan
sebagai sebuah pesan. Gambar maupun tanda yang digunakan bisa berupa
tipografi atau media lainnya seperti gambar atau fotografi. Desain grafis
umumnya diterapkan dalam dunia periklanan, packaging, perfilman, dan
lain-lain.
Desain grafis didefinisikan sebagai ”aplikasi dari keterampilan seni dan
komunikasi untuk kebutuhan bisnis dan industri“. Aplikasi-aplikasi ini dapat
meliputi periklanan dan penjualan produk, menciptakan identitas visual
untuk institusi, produk dan perusahaan, dan lingkungan grafis, desain
informasi, dan secara visual menyempurnakan pesan dalam publikasi.
Sedangkan Jessica Helfand dalam situs http://www.aiga.com/ mendefinisikan
desain grafis sebagai kombinasi kompleks kata-kata dan gambar, angkaangka dan grafik, foto-foto dan ilustrasi yang membutuhkan pemikiran
khusus dari seorang individu yang bisa menggabungkan elemen-eleman ini,
sehingga mereka dapat menghasilkan sesuatu yang khusus, sangat
berguna, mengejutkan atau subversif atau sesuatu yang mudah diingat.
Menurut Danton Sihombing desain grafis mempekerjakan berbagai elemen
seperti marka, simbol, uraian verbal yang divisualisasikan lewat tipografi

Bab 6 - 27 |sumber Buana Katulistiwa

MATERI TEKNIS
Pembuatan Atlas Pariwisata Provinsi Sulawesi
Selatan

dan gambar baik dengan teknik fotografi ataupun ilustrasi. Elemen-elemen
tersebut diterapkan dalam dua fungsi, sebagai perangkat visual dan
perangkat komunikasi.
Menurut Michael Kroeger visual communication (komunikasi visual) adalah
latihan teori dan konsep-konsep melalui terma-terma visual dengan
menggunakan warna, bentuk, garis dan penjajaran (juxtaposition). Warren
dalam Suyanto memaknai desain grafis sebagai suatu terjemahan dari ide
dan tempat ke dalam beberapa jenis urutan yang struktural dan visual.
Sedangkan Blanchard mendefinisikan desain grafis sebagai suatu seni
komunikatif yang berhubungan dengan industri, seni dan proses dalam
menghasilkan gambaran visual pada segala permukaan.
Secara garis besar, desain grafis dibedakan menjadi beberapa kategori:
a. Printing (Percetakan) yang memuat desain buku, majalah, poster,
booklet, leaflet, flyer, pamflet, periklanan, dan publikasi lain yang
sejenis.
b. Web Desain: desain untuk halaman web.
c. Film termasuk CD, DVD, CD multimedia untuk promosi.
d. Identifikasi (Logo), EGD (Environmental Graphic Design) : merupakan
desain profesional yang mencakup desain grafis, desain arsitek, desain
industri, dan arsitek taman.
e. Desain Produk, Pemaketan dan sejenisnya.
Oleh karena desain grafis dibagi menjadi beberapa kategori maka sarana
untuk mengolah pun berbeda-beda, bergantung pada kebutuhan dan tujuan
pembuatan karya. Berikut adalah beberapa kategori di dalam mengolah
desain grafis :

1. Aplikasi Pengolah Tata Letak (Layout)

Bab 6 - 28 |sumber Buana Katulistiwa

MATERI TEKNIS
Pembuatan Atlas Pariwisata Provinsi Sulawesi
Selatan

Program ini sering digunakan untuk keperluan pembuatan brosur,
pamflet, booklet, poster, dan lain yang sejenis. Program ini mampu
mengatur penempatan teks dan gambar yang diambil dari program lain
(seperti Adobe Photoshop). Yang termasuk dalam kelompok ini adalah:


Adobe FrameMaker



Adobe In Design



Adobe PageMaker



Corel Ventura



Microsoft Publisher



Quark Xpress

2. Aplikasi Pengolah Vektor/Garis
Program yang termasuk dalam kelompok ini dapat digunakan untuk
membuat gambar dalam bentuk vektor/garis sehingga sering disebut
sebagai Illustrator Program. Seluruh objek yang dihasilkan berupa
kombinasi beberapa garis, baik berupa garis lurus maupun lengkung.
Aplikasi yang termasuk dalam kelompok ini adalah:


Adobe Illustrator



Beneba Canvas



CorelDraw



Macromedia Freehand



Metacreations Expression



Micrografx Designer

3. Aplikasi Pengolah Pixel/Gambar

Bab 6 - 29 |sumber Buana Katulistiwa

MATERI TEKNIS
Pembuatan Atlas Pariwisata Provinsi Sulawesi
Selatan

Program yang termasuk dalam kelompok ini dapat dimanfaatkan untuk
mengolah gambar/manipulasi foto (photo retouching). Semu objek yang
diolah dalam progamprogram tersebut dianggap sebagai kombinasi
beberapa titik/pixel yang memiliki kerapatan dan warna tertentu,
misalnya, foto. Gambar dalam foto terbentuk dari beberapa kumpulan
pixel yang memiliki kerapatan dan warna tertentu. Meskipun begitu,
program yang termasuk dalam kelompok ini dapat juga mengolah teks
dan garis, akan tetapi dianggapa sebagai kumpulan pixel. Objek yang
diimpor dari program pengolah vektor/garis, setelah diolah dengan
program pengolah pixel/titik secara otomatis akan dikonversikan menjadi
bentuk pixel/titik. Yang termasuk dalam aplikasi ini adalah:


Adobe Photoshop



Corel Photo Paint



Macromedia Xres



Metacreations Painter



Metacreations Live Picture



Micrografx Picture Publisher



Microsoft Photo Editor



QFX



Wright Image

4. Aplikasi Pengolah Film/Video
Program yang termasuk dalam kelompok ini dapat dimanfaatkan untuk
mengolah film dalam berbagai macam format. Pemberian judul teks
(seperti karaoke, teks terjemahan, dll) juga dapat diolah menggunakan
program ini. Umumnya, pemberian efek khusus (special efect) seperti
suara ledakan, desingan peluru, ombak, dan lain-lain juga dapat dibuat
menggunakan aplikasi ini. Yang termasuk dalam kategori ini adalah:

Bab 6 - 30 |sumber Buana Katulistiwa

MATERI TEKNIS
Pembuatan Atlas Pariwisata Provinsi Sulawesi
Selatan



Adobe After Efect



Power Director



Show Biz DVD



Ulead Video Studio



Element Premier



Easy Media Creator



Pinnacle Studio Plus



WinDVD Creater



Nero Ultra Edition

5. Aplikasi Pengolah Multimedia
Program yang termasuk dalam kelompok ini biasanya digunakan untuk
membuat sebuah karya dalam bentuk Multimedia berisi promosi, profil
perusahaan, maupun yang sejenisnya dan dikemas dalam bentuk CD
maupun DVD. Multimedia tersebut dapat berisi film/movie, animasi, teks,
gambar, dan suara yang dirancan sedemikian rupa sehingga pesan yang
disampaikan lebih interktif dan menarik. Yang termasuk dalam kelompok
ini adalah:
Macromedia
Macromedia Authorware
Macromedia Director
Macromedia Flash
Multimedia Builder
Ezedia
Bab 6 - 31 |sumber Buana Katulistiwa

MATERI TEKNIS
Pembuatan Atlas Pariwisata Provinsi Sulawesi
Selatan

Hyper Studio
Ovation Studio Pro
Macromedia Director
Macromedia Flash
Multimedia Builder
Ezedia
Hyper Studio
Ovation Studio Pro

6.5 PENYIAPAN PETA KERJA DAN DAFTAR ISIAN
Dalam tahap ini akan dilakukan dua jenis pekerjaan, yaitu penyiapan peta
dasar/kerja serta penyusunan daftar isian untuk pengumpulan data.
Penyiapan Peta Kerja dari berbagai sumber peta seperti peta topografi, rupa
bumi, penggunaan tanah dan foto udara serta peta-peta lain yang tersedia.
Skala peta disesuaikan dengan luasan Provinsi yang dikumpulkan datanya.
Kegiatan penyiapan peta dasar ini akan meliputi 2 (dua) langkah pekerjaan
teknis, yaitu standarisasi koordinat dan konversi peta dalam format GIS.
Standarisasi koordinat maksudnya peta kerja ini disusun dalam bentuk yang
jelas sistem koordinat geografisnya. Sedangkan konversi peta dalam format
GIS ini yaitu untuk dapat dilakukan pengolahan data dengan dukungan
teknologi informasi dengan dukungan komputer.
Sedangkan Penyiapan Daftar Isian (DI) untuk merekam data tekstual dari
objek wisata. Daftar Isian (DI) yang akan dijadikan pedoman oleh para
surveyor ketika mengumpulkan data di lapangan.
Secara skematis kegiatan penyiapan peta kerja ini sebagaimana disajikan
pada Gambar 6.8.

Bab 6 - 32 |sumber Buana Katulistiwa

MATERI TEKNIS
Pembuatan Atlas Pariwisata Provinsi Sulawesi
Selatan

Gambar 6.8 Skema Penyiapan Peta Kerja

Peta Garis

Standarisasi Koordinat

Konversi Ke
Format GIS

PETA
KERJA
Format GIS

6.6 PEMANFAATAN DATA DIGITAL RUPA BUMI
Data spasial awal yang digunakan untuk atlas pariwisata ini adalah Peta
Rupabumi Digital Skala 1 : 50.000 format DB-0 (data mentah atau data
spaghetti). Data tersebut kemudian dilakukan generalisasi sesuai dengan
sekala yang dibutuhkan. Data digital diterima dalam bentuk format dxf,
kemudian di konversi ke dalam format fhd (Freehand). Data obyek pada
format dxf masih berupa kode-kode sehingga setelah konversi format ke fhd
dilakukan penelusuran kode obyek menjadi layer-layer obyek.
Proses

pembuatan

peta

pada

perangkat

lunak

Freehand

dilakukan

pemberian nama (teks), simbol, dan pewarnaan yang disesuaikan dengan
desain. Garis-garis kontur tidak ditampilkan namun diganti dengan gradasi
warna setiap interval 25 meter. Jumlah interval warna pada daerah Sulawesi
Selatan adalah 14 warna. Gambar 6.9. mengilustrasikan proses generalisasi
data untuk peta pariwisata.

Gambar 6.9 Skema Penyiapan Peta Kerja

Data RB Digital
(DB-0) format DXF
Skala 1 : 25.000

Data RB Format FHD
Skala 1 : 25.000

Konversi Format

Konversi Kode

Data Peta
Pariwisata

Peletakan Teks, Simbol dan Warna

Penyusunan Data
FHD dalam Layerlayer Obyek

Generalisasi

Bab 6 - 33 |sumber Buana Katulistiwa
Data Peta
Pariwisata
Sulawesi Selatan

Sumber : Konsultan 2010

MATERI TEKNIS
Pembuatan Atlas Pariwisata Provinsi Sulawesi
Selatan

6.7 PENGUMPULAN DATA
Pada tahap ini dilakukan kompilasi data seperti data spasial berupa peta,
data citra satelit maupun data non spasial seperti narasi/teks, video, audio,
foto, dan lain sebagainya yang berkaitan dengan usaha mengungkap
informasi objek wisata untuk keperluan pembuatan atlas.
Objek

wisata

akan

berlandaskan

pada

sumber

data

yang

sudah

diinventarisasi dan ditetapkan oleh Dinas Pariwisata Provinsi Sulawesi
Selatan. Sedang data sekunder yang lain akan berlandaskan pada beberapa
sumber data baik dari instansi pemerintah daerah maupun dari pihak
swasta yang terkait. Data yang dikumpulkan harus di atas tahun 2005
sesuai dengan kesepakatan dalam Kerangka Acuan Kerja (KAK) , agar
informasi yang disajikan masih belum banyak mengalami perubahan.
Berdasarkan jenis data yang harus dikumpulkan, tampak sumbernya dari
beraneka ragam instansi pemerintah daerah. Oleh karena itu, bantuan atau
dukungan koordinasi teknis dari pihak pemberi pekerjaan merupakan suatu
keniscayaan. Untuk itu dalam melakukan pengumpulan data di Lokasi
kegiatan perlu adanya tim pendamping (counterpart) dari pihak pemberi
pekerjaan yang terlibat secara aktif.
Tabel 6.3 Kelompok Data Dirinci Menurut Jenis Variabel
NO
A.

JENIS DATA
Data Umum
Batas Administrasi: Provinsi, Kabupaten, Kota,
Kecamatan
Kondisi Geografis

Bab 6 - 34 |sumber Buana Katulistiwa

MATERI TEKNIS
Pembuatan Atlas Pariwisata Provinsi Sulawesi
Selatan

B.

C.

Sejarah
Penduduk
Kebudayaan
Pemerintahan, dll
Data Khusus
Lokasi Objek Wisata dengan Koordinat Geografi
Foto, narasi/Teks
Fasilitas Penunjang
Data Spasial
Data Peta
Data Citra satelit

6.8 PEMBUATAN ATLAS
Ukuran dan Desain Buku
 Atlas Sulawesi Selatan from Space berukuran A4 (21,0 x 29,7 cm)
 Jumlah halaman isi (tentative) 200 halaman.
 Full colour, 4 warna (cyan, magenta, yellow, black)
 Terdapat Cover Luar dan Cover Dalam
 Kertas untuk cover luar adalah Soft Cover Karton 230 gram, kertas
untuk cover dalam dan halaman isi mate paper 150 gram

Isi Buku

Bab 6 - 35 |sumber Buana Katulistiwa

MATERI TEKNIS
Pembuatan Atlas Pariwisata Provinsi Sulawesi
Selatan

a) Komposisi isi buku terdiri atas foto objek, peta lokasi objek, tampilan
objek

dari

angkasa

dengan

wahana

citra

satelit

(Landsat/Quickbird/lkonos/SRTM, dsb), dan narasi objek dalam dua
bahasa (Indonesia dan Inggris).
b) Urutan isi buku (tentatif)


Cover luar.



Cover dalam.



Tampilan citra satelit resolusi tinggi (Quickbird/lkonos) Kota
Makassar



Alamat hak cipta



Sumber data



Indeks objek



Daftar isi



Tim penyusun



Kata pengantar Tim Penyusun



Sambutan Kepala Bakosurtanal



Profil Bakosurtanal



Foto Udara Bakosurtanal dan Sekitarnya



Sekilas Provinsi Sulawesi Selatan



Peta Administrasi Provinsi Sulawesi Selatan



Sekilas Tentang Atlas Pariwisata



Legenda peta

Bab 6 - 36 |sumber Buana Katulistiwa

MATERI TEKNIS
Pembuatan Atlas Pariwisata Provinsi Sulawe