Chapter I Dampak Program Kemitraan Terhadap Sosial Ekonomi Mitra Binaan PT. Indonesia Sub Area Medan

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah
Dewasa ini perusahaan masih memfokuskan dirinya sebagai organisasi yang
mencari keuntungan belaka. Mereka memadang sumbangan kepada masyarakat
cukup diberikan dalam bentuk penyediaan lapangan kerja, pemenuhan kebutuhan
masyarakat melalui produknya, dan pembayaran pajak kepada Negara. Seiring
dengan berjalannya waktu, masyarakat tidak sekedar menuntut perusahaan untuk
menyediakan barang dan jasa yang diperlukan, melainkan juga menuntut untuk
bertanggung jawab secara sosial. Karena, selain terdapat ketimpangan ekonomi
antara pelaku usaha dengan masyarakat disekitarnya, kegiatan oprasional perusahaan
umumnya juga memberikan dampak negatif, misalnya eksploitasi sumber daya dan
rusaknya lingkungan disekitar oprasi perusahaan (Wibisono, 2007: 3).
Berbagai peristiwa negatif yang menimpa sejumlah perusahaan, terutama
setelah reformasi, seharusnya menjadi pelajaran berharga bagi para pemilik dan
manajemen perusahaan untuk memberikan perhatian dan tanggung jawab yang lebih
baik kepada masyarakat, khususnya disekitar lokasi perusahaan. Hal ini disebabkan
kelangsungan suatu usaha tidak hanya ditentukan oleh tingkat keuntungan, tetapi
juga tanggung jawab sosial perusahaan kepada masyarakat. Peristiwa ini dapat kita
lihat dari banyaknya perusahaan yang didemo, dihujat bahkan dirusak oleh

masyarakat sekitar lokasi pabrik.
Salah satu penyebabnya adalah kurangnya perhatian dan tanggung jawab
perusahaan terhadap masyarakat maupun lingkungan disekitar loksai perusahaan.
Investor hanya mengeruk dan mengeksploitasi sumber daya alam yang ada didaerah

Universitas Sumatera Utara

tersebut, tanpa memperhatikan faktor lingkungan. Selain itu, hampir sedikit atau
bahkan tidak ada keuntungan perusahaan yang dikembalikan kepada masyarakat,
justru

yang

banyak

terjadi

masyarakat

malah


termaginalkan,

didaerah

sendiri(http://www.republika.co.iddiakses pada tanggal 28 Februari 2014 pukul
14.15).
Sebagai contoh, kasus pencemaran limbah industri di Rancaekek Kabupaten
Bandung 400 hektare tidak bisa ditanami. Kesepakatan antara perwakilan warga
dengan pihak pengusaha hanya tertuju pada proses ganti rugi, bukan mencari solusi
bagaimana caranya agar pencemaran tidak terjadi lagi. Menurut anggota Komisi C
DPRD Kabupaten Bandung, H. Daud Burhanudin di Soreang, Senin (7/7), masalah
pencemaran limbah di Rancaekek yang berasal dari industri-industri di Kabupaten
Sumedang sudah berlangsung belasan tahun, namun tidak pernah ditemukan
solusinya.
Hampir sekitar 1.000 hektare tanah milik petani tercemar dan 400 hektare di
antaranya sudah tidak bisa dimanfaatkan untuk bercocok tanam. Warga sudah
mengeluhkan kondisi tersebut. Menurutnya, perwakilan warga empat desa di
Kecamatan Rancaekek telah melakukan kesepakatan dengan dua perusahaan besar,
yaitu PT Kahatex dan PT Insan Sandang Internusa. Menanggapi masalah ini, kedua

perusahaan besar tersebut hanya memberikan bantuan sebagai community
development/corporate social responsibility (CD/ CSR).
Hasil kesepakatan yang ditandatangani pada 11 Juni 2013 lalu oleh empat
kepala desa serta direktur dua perusahaan tersebut hanya tentang bantuan berupa
uang kompensasi per bulan, bantuan pinjaman modal serta bantuan mesin jahit.
Sedangkan masalah penyelamatan lingkungan tidak dibahas dan dijelaskan secara
konkret.Anggota Komisi C lainnya, Triska Hendriawan, S.T. mengatakan, masalah

Universitas Sumatera Utara

CD sudah jelas diatur dalam Undang-undang (UU) Nomor. 40 Tahun 2007 tentang
Perseroan Terbatas (PT), jadi ada tidaknya pencemaran sebuah perusahaan harus
menjalankan fungsi CD sebagai bentuk tanggung jawab sosial perusahaan kepada
lingkungan sekitar. Ia menambahkan, yang terpenting adalah menuntaskan masalah
pencemaran di kawasan tersebut. Setelah kesepakatan itu dibuat, perusahaan masih
membuang limbahnya ke sungai tanpa proses pengolahan terlebih dahulu. Itu hasil
pengamatan ke lapangan.
Anggota Komisi C DPRD Kab. Bandung dari Partai Bulan Bintang, Ir.
Abdurrachim Santosa menegaskan, usulan Komisi C agar Sungai Cikijing dibendung
adalah untuk memisahkan masalah pencemaran dan mencari siapa yang bertanggung

jawab.Karena, pencemaran terjadi antara perbatasan wilayah Kabupaten Sumedang
dan Kabupaten Bandun, kadang terjadi saling menyalahkan. Agar tidak terjadi
seperti itu, masing-masing daerah melihat dimana sumber pencemaran itu jadi kita
ibaratkan bendung saja dulu.
Akibat pencemaran yang sudah berlangsung lama, lanjut Abdurrachim, warga
Kabupaten Bandung terkena imbasnya untuk itu, masing-masing daerah harus tegas.
Pemprov

Jabar

menuntaskan

diharapkan
masalah

memfasilitasinya

sehingga

diharapkan


mampu

tersebut(http://www.bandungkab.go.id/arsip/1095/

pencemaran–limbah–industri-di-rancaekek-400-hektare-tidak-bisa-ditanami,diakses
pada tanggal 15 maret 2014 pukul 15.27).
Beberapa contoh kasus lainnya yang terkait mengenai permasalahan yang
muncul

dikarenakan

perusahaan

dalam

melaksanakan

operasinya


kurang

memperhatikan kondisi lingkungan dan sosial disekitarnya, hususnya perusahaan
yang aktivitasnya berkaitan dengan pengelolaan sumber daya alam (ekstraktif).
Sebagai contoh, PT. Freeport Indonesia salah satu perusahaan tambang terbesar di

Universitas Sumatera Utara

Indonesia yang berlokasi di Papua, yang memulai operasinya sejak tahun 1969,
sampai dengan saat ini tidak lepas dari konflik berkepanjangan dengan masyarakat
lokal, baik terkait dengan tanah ulayat, pelanggaran adat, maupun kesenjangan sosial
dan ekonomi yang terjadi (Wibisono: 2007). Kasus Pencemaran Teluk Buyat, yaitu
pembuangan tailing ke dasar laut laut yang mengakibatkan tercemarnya laut
sehingga berkurangnya tangkapan ikan dan menurunnya kualitas kesehatan
masyarakat lokal akibat operasional PT Newmon Minahasia Raya (NMR) tidak
hanya menjadi masalah nasional melainkan internasional. Begitupula konflik hingga
tindak kekerasan terjadi akibat pencemaran lingkungan dan masalah sosial terkait
operasional PT Caltex Pacific Indonesia (CPI) di wilayah Duri Provinsi Riau, dimana
masyarakat menuntut kompensasi hingga tingkat DPR pusat terkait dampak negatif
operasional perusahaan tersebut terhadap kondisi ekonomi, kesehatan dan

lingkungan yang semakin memburuk (http://www.rahmatullah.net/2010/05/masalahpengelolaan-program-corporate.html. Diakses pada tanggal 15 maret 2014 pukul
16.29).
Berdasarkan masalah yang telah diuraikan, CSR sangat penting untuk
menjebatani dan memperkecil jurang antara lapisan masyarakat kaya dan miskin
diberbagai pelosok dunia. Teorinya sederhana, bahwa tidak ada perusahaan yang
dapat maju apabila berada ditengah masyarakat miskin atau lingkungan yang tidak
menunjang ekstistensinya. Karena CSR bukan sekedar urusan kepedulian sosial,
melainkan upaya perusahaan secara sadar meningkatkan potensi masyarakat serta
lingkungan tempat ia beroperasi demi menunjangeksistensinya.Perencanaan CSR
yang strategis akan mampu menjadikan program ini sebagai investasi sosial untuk
memperdayakan masyarakat, agar mereka mampu seutuhnya menopang kehidupan

Universitas Sumatera Utara

sosial, ekonomi secara mandiri secara bertahap dan berkelanjutan(Untung, 2009: 3540).
Seiring pesatnya perkembangan pembangunan, pertumbuhan ekonomi dan
teknologi sekarang mengakibatkan adanya kesenjangan serta ketidakadilan dalam
kesejahteraan masyarakat. Hal ini pula yang mendorong pemerintah untuk
melakukan upaya penentasan kemiskinan antara lain bantuan langsung tunai (BLT),
program peningkatan kesejahteraan dan sebagainya.

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat jumlah penduduk miskin per
September 2013 di Indonesia mencapai 28,55 juta orang, bertambah 480 ribu orang
dibandingkan angka yang tercatat pada Maret 2013.Pada Maret 2013 tercatat jumlah
penduduk miskin sebesar 28,07 juta orang atau 11,37 persen, jadi ada kenaikan
sebanyak 480 ribu orang miskin," dari peningkatan jumlah penduduk miskin 480 ribu
orang tersebut selama periode Maret-September 2013, sebanyak 300 ribu terjadi di
daerah perkotaan dan sebanyak 180 ribu terjadi didaerah pedesaan.
Faktor yang menjadi penyebab kenaikan penduduk miskin adalah terjadinya
inflasi tinggi hingga 5,02 persen karena kenaikan harga BBM pada Juni 2013 dan
harga beras secara nasional yang mengalami kenaikan.Badan Pusat Statistik juga
mencatat selama periode Maret-September 2013, Garis Kemiskinan naik sebesar
7,85 persen, yaitu dari Rp. 271.626 per kapita per bulan pada Maret menjadi
Rp.292.951 per kapita per bulan pada September(http: //www.antaranews.com/berita
/412182/bps-jumlah-penduduk-miskin-2855-juta-orang. Diakses pada tanggal 26
Maret 2014 pukul 16.45).
Melalui kegiatan dan pertumbuhan ekonomi serta terciptanya pemerataan
pembangunan dengan perluasan lapangan kerja dan kesempatan berusaha, melalui
peraturan pemerintah Nomor 3 tahun 1983 tentang tata cara pembinaan dan

Universitas Sumatera Utara


pengawasan Perjan, Perum, dan Persero, BUMN diwajibkan melakukan pembinaan
terhadap

usaha

kecil

sehingga

menjadi

usaha

yang

tangguh

dan


mandiri.Berkembangnya usaha kecil yang dibina BUMN diharapkan dapat
memberikan efek berupa menigkatnya taraf hidup masyarakat serta mendorong
tumbuhnya kemitraan antara BUMN denga usaha kecil. Adapun dana pembinaan
dimaksud bersumber dari penyisihan laba BUMN. Berdasarkan Undang Undang
Nomor 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara, disamping melakukan
pembinaan masyarakat sekitar BUMN. Kegiatan pembinaan usaha kecil dan
masyarakat sekitar melalui penyisihan laba dilaksanakan BUMN melalui Program
Kemitraan dan Program Bina Lingkungan (PKBL).
Setiap BUMN yang melaksanakan Program Kemitraan dan Program Bina
Lingkungan (disebut BUMN Pembina) wajib membentuk unit organisasi yang
khusus mengelola Program Kemitaan dan Program Bina Lingkungan. Unit organisasi
ini disebut unit PBKL. Unit PKBL merupakan bagian dari organisasi BUMN
Pembina yang berada dibawah pengawasan seorang direksi.
Selain unit yang khusus menangani Program Kemitraan dan Program Bina
Lingkungan, BUMN Pembina wajib pula melakukan pembukuan atas pelaksanaan
program tersebut. Selama ini, pembukuan yang diselenggarakan pada beberapa unit
PKBL masih menggunakan tata buku tunggal berbasis kas (cash basis single entry).
Adapun BUMN Pembina yang belum memiliki kebijakan akuntasi atau pedoman
akuntansi yang memadai sehingga praktik akuntasnsi antara satu unit PKBL dengan
unit PKBL lainnya menjadi berbeda-beda sesuai dengan kebijakan masing-masing

BUMN Pembina (Telkom Indonesia PKBL, 2008: 1).
PT Telekomunikasi Indonesia, Tbk (Telkom) adalah salah satu Badan Usaha
Milik Negara memiliki komitmen untuk menjalankan peran Good Corporate

Universitas Sumatera Utara

Citizenship melalui penyelenggaraan Program Kemitraan dengan usaha kecil dan
Program Bina Lingkungan. Program Kemitraan dengan usaha kecil bertujuan untuk
mendorong kegiatan dan pertumbuhan ekonomi, terciptanya lapangan kerja serta
kesempatan berusaha untuk masyarakat. Sedangkan Program Bina Lingkungan
mempunyai tujuan untuk memberdayakan dan mengembangkan kondisi sosial
masyarakat dan lingkungan di sekitar wilayah usaha Perusahaan.
Performa Program Kemitraan Telkom selama tiga tahun terakhir terus
mengalami peningkatan dari segi besaran nominal bantuan, pemberian pinjaman dan
penerimaan angsuran, dan pada tahun 2012 ini, Telkom telah menyalurkan dana
melalui Program Kemitraan sebesar Rp. 343,8 miliar untuk 9.346 Mitra Binaan,
Program Pembinaan sebesar Rp. 9,9 miliar dengan tingkat kolektabilitas
pengembalian pinjaman Mitra Binaan sebesar Rp. 308,2 miliar. Sejak Tahun 2001
sampai dengan 31 Desember 2012 Program Kemitraan Telkom telah menyalurkan
bantuan pinjaman kepada 89.773 Mitra Binaan di seluruh Indonesia dengan total
penyaluran sebesarRp. 1,88 triliun. Realisasi tersebut didistribusikan untuk sektor
Industri, Jasa, Perdagangan, Peternakan, Perikanan, Pertanian, Perkebunan dan Jasa
lainnya. Selain memberikan bantuan pinjaman, Telkom juga memberikan pembinaan
kepada Mitra Binaan kami melalui program pelatihan, pemagangan, pendampingan
dan promosi, pameran. Pada tahun buku 2012 Telkom telah menyalurkan dana
Program Bina Lingkungan sebesar Rp. 43,5 miliar dalam bentuk bantuan terhadap:
korban bencana alam, pendidikan dan atau pelatihan, peningkatan kesehatan
masyarakat, pengembangan prasarana dan sarana umum, peningkatan sarana ibadah,
dan pelestarian alam (belum termasuk bantuan BUMN Peduli sebesar Rp. 48,6
miliar). Telkom Tahun 2003 sampai dengan 2012 telah menyalurkan dana bantuan
Program Bina Lingkungan sebesar Rp. 288,8 miliar.

Universitas Sumatera Utara

Pelaksanaan

Program

Kemitraan,

Community

Development

Center

berpedoman kepada:
1.

PER-05/MBU/2007 tanggal 27 April 2007 tentang Program Kemitraan Badan
Usaha Milik Negara Dengan Usaha Kecil Dan Program Bina Lingkungan.

2.

Keputusan

Direksi

PT.Telekomunikasi

Indonesia,

Tbk

Nomor

KD.12/PS150/COP-B0030000/2006 tanggal 13 September 2006, tentang
Pembentukan Organisasi Pusat Pengelola Program Kemitraan dan Program Bina
Lingkungan (Community Development Center).
Program Kemitraan BUMN Dengan Usaha Kecil yang selanjutnya disebut
Program Kemitraan adalah program untuk meningkatkan kemampuan usaha kecil
agar menjadi tangguh dan mandiri melalui pemanfaatan dana dari bagian laba
BUMN. Usaha kecil adalah kegiatan ekonomi rakyat yang berskala kecil dan
memenuhi kriteria kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan serta kepemilikan
sebagaimana diatur dalam keputusan ini. Mitra Binaan adalah Usaha Kecil yang
mendapatkan pinjaman dari Program Kemitraan.
Strategi dan kebijakan Telkom CSR terintegrasi dalam satu Keputusan
Direksi Nomor. 41/PR000/SDM-20/2006. Keputusan ini menjadi landasan bagi
pengelolaan CSR di Telkom, yang memastikan bahwa implementasinya sejalan
dengan visi dan misi perusahaan dan mematuhi peraturan perundang-undangan yang
berlaku khususnya Undang-Undang Nomor. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan
Terbatas pasal 74 Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan, dan konsisten dengan
norma-norma yang berlaku di masyarakat.
Kebijakan strategi jangka panjang dan pengelolaan untuk Telkom CSR telah
ditetapkan dalam Skenario Strategi Korporasi dan juga telah dijelaskan dalam bentuk
rencana tahunan di dalam Rencana Kerja dan Anggaran (RKA), yang kemudian

Universitas Sumatera Utara

dijelaskan lebih lanjut di dalam Kontrak Pengelolaan untuk setiap kantor perusahaan,
unit usaha, anak perusahaan dan perusahaan afiliasi (www://pkbl-telkom.co.id
diakses pada tanggal 25 februari 2014 pukul 10.30).
Berbagai kegiatan yang dijalankan dalam program kemitraan ditujukan untuk
memicu pertumbuhan dan perkembangan potensi ekonomi masyarakat. Adapun
sasaran dari pelaksanaan program ini adalah kegiatan-kegiatan ekonomi masyarakat
baik yang berkaitan langsung maupun tidak langsung dengan bisnis utama Telkom.
Telkom

berharap

berbagai

kegiatan

yang

dilaksanakan

dapat

semakin

memberdayakan seluruh lapisan masyarakat, diharapkan masyarakat mampu mandiri
dan pada akhirnya akan membantu program pemerintah dalam upaya mengurangi
tingkat kemiskinan di seluruh Indonesia.
Telkom memiliki dua bentuk kegiatan utama yang diselenggarakan selama
tahun 2011, yang pertama Pelatihan kewirausahaan dan pemberian dana pinjaman
bergulir kepada wirausahaan binaan dalam skema program kemitraan, dan yang
kedua adalah Program kreatifitas dalam skema pengembangan masyarakat. Selain
berpedoman pada Peraturan Menteri BUMN yang mengatur mengenai PKBL,
pelaksanaan program ini juga mempertimbangkan keselarasan dengan potensi
lingkungan masyarakat penerima program. Sasaran dari pelaksanaan program ini
adalah para pelaku usaha kecil dan menengah.
Adapun sektor kegiatan usaha mereka meliputi industri, perdagangan,
pertanian, peternakan, perkebunan, perikanan, jasa dan sektor lainnya. Program
pelatihan dan pemberian pinjaman bergulir diberikan berdasarkan spesifikasi yang
dibutuhkan dan disesuaikan dengan perkembangan dan potensi setempat pada
kedelapan sektor tersebut.

Universitas Sumatera Utara

Telkom telah menyelenggarakan pelatihan kewirausahaan yang berlangsung
di seluruh Indonesia pada tahun 2011. Pelatihan kewirausahaan diikuti calon mitra
binaan maupun mitra binaan peserta dengan total biaya yang dikeluarkan sebesar Rp.
17,7 miliar. Pada periode yang sama, Telkom juga menyalurkan pinjaman bergulir
untuk para pelaku UKM yang menjadi mitra binaan. Total dana yang disalurkan
mencapai Rp. 302,7 miliar dengan jumlah mitra binaan sebanyak 9.189 unit usaha.
Telkom menindaklanjuti penyaluran pinjaman bergulir dengan melakukan
pemantauan atas penggunaan, pengelolaan maupun tingkat pengembaliannya. Dalam
upaya memotivasi seluruh mitra binaan agar berusaha dengan sungguh-sungguh dan
mengembalikan dana pinjaman tepat waktu, secara periodik dilakukan penilaian
disertai

pemberian

penghargaan

kepada

mereka

yang

berprestasi

(http://www.telkom.co.id/UHI/UHI2011/ID/1002_mitra.html, diakses pada tanggal
26 Februari 2014, pukul 10.15).
Khusus untuk wilayah kerja Telkom Sub Area Medan yang wilayah kerjanya
meliputi Kabupaten Deli Serdang, Kabupaten Langkat, dan sebagian Kabupaten
Serdang Bedagai, telah menjalankan Program Kemitraan dengan total 1.212 Mitra
Binaan terhitung dari tahun 2008 sampai dengan tahun 2012. Penyaluran dana
pinjaman bergulir yang dilakukan oleh Telkom Sub Area Medan bertujuan untuk
memberikan bantuan pencarian modal bagi para pelaku usaha kecil yang kesulitan
dalam hal finansial.
Dana program kemitraan ini dimaksudkan untuk merangsang pertumbuhan
usaha kecil sehingga para pelaku usaha kecil mempunyai fondasi yang kuat dan
mandiri dalam menjalankan usahanya. Ketangguhan dan kemandirian yang ada dari
para pelaku usaha kecil ini, maka diharapkan timbulnya daya saing dengan usaha
lainnya, sehingga usaha kecil yang pada umumnya dipandang sebagai usaha marjinal

Universitas Sumatera Utara

dapat meningkatkan pendapatan usahanya dan meningkatkan peran usaha kecil
dalam pembentukan produk nasional, dengan terpenuhinya modal yang dimiliki, para
pelaku usaha kecil akan dapat mengembangkan usahanyadan berkembangnya usaha
tersebut secara otomatis akan menyerap tenaga kerja baru sehingga tercipta perluasan
lapangan pekerjaan.
Pembiayaan yang dilakukan oleh Telkom Sub Area Medan pada program
kemitraan dengan penyaluran dana pinjaman melalui penyisihan laba Telkom kepada
pelaku usaha kecil bertujuan untuk memberi kemudahan kepada pengusaha kecil
dalam meningkatkan peroduktivitas usahanya baik untuk modal usaha ataupun
pengembangan usaha dengan sistem yang sederhana dan tidak rumit. Sehingga
mendorong pertumbuhan iklim usaha pada sektor usaha kecil yang pada tahap
berikutnya akan terjadi peningkatan dan pemerataan pendapatan serta memperkokoh
struktur perekonomian nasional.
Pelatihan dan promosi yang dilakukan oleh Telkom Sub Area Medan
terhadap usaha kecil sesuai dengan yang diamanatkan dalam Pasal 18 UndangUndang UMKM yang menyebutkan bahwa pengembangan dalam bidang pemasaran
dilakukan

dengan

cara

menyediakan

sarana

pemasaran

yang

meliputi

penyelenggaraan uji coba pasar, lembaga pemasaran, penyediaan rumah dagang, dan
promosi Usaha Mikro dan Kecil. Pada Pasal 19 yang menyatakan bahwa
pengembangan sumber daya manusia dilakukan dengan cara membentuk dan
mengembangkan lembaga pendidikan dan pelatihan untuk melakukan pendidikan,
pelatihan, penyuluhan, motivasi dan kreativitas bisnis, dan penciptaan wirausaha
baru. Sebagai BUMN Pembina, Telkom Sub Area Medan juga memberikan
penghargaan kepada mitra binaannya. Penghargaan yang diberikan berdasarkan atas
kemajuan dan perkembangan usaha yang dimiliki masing-masing mitra binaan.

Universitas Sumatera Utara

Penghargaan ini diberikan untuk merangsang mitra binaan agar lebih gigih dan
disiplin dalam menjalankan usahanya.
Melihat besarnya peranan kemitraan terutama Telkom Sub Area Medan
dalam membangun perekonomian nasional khususnya di wilayah Deli Serdang,
Kabupaten Langkat, dan sebagian Kabupaten Serdang Bedagai, dalam penyaluran
pinjaman lunak melalui program kemitraan dan BUMN kepada masyarakat
khususnya kalangan pengusaha kecil, dengan dasar ini lah penulis tertarik untuk
meneliti dampak program kemitraan yang merupakan salah satu program tanggung
jawab sosial perusahaan Telkom sebagai judul penelitian saya yang hasilnya akan di
tuangkan ke dalam skripsi dengan judul “Dampak Program Kemitraan Terhadap
Sosial Ekonomi Mitra Binaan PT.Telekominukasi Indonesia, Tbk Sub Area Medan”

1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan maka masalah penelitian ini
dirumuskan sebagai berikut:“apakah ada dampak program kemitraaan terhadap sosial
ekonomi mitra binaan PT. Telekomunikasi Indonesia Tbk, Sub Area Medan”

1.3. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui program kemitraan
tersebut berdampak terhadap sosial ekonomi mitra binaan PT.Telekomunikasi
Indonesia Tbk, Sub Area Medan.

Universitas Sumatera Utara

1.4. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya wawasan serta pengetahuan
mengenai apa dampak dari program kemitraan melalui pemberian penyaluran
pinjaman dan penyaluran dana pembinaan kemitraan yang diterapkan oleh Telkom
dibidang sosial ekonomi mitra binaan perusahaan.

1.5. Sistematika Penulisan
Sitematika penulisan secara garis besarnya dikelompokkan dalam enam bab,
dengan urutan sebagai berikut:

BAB I

: PENDAHULUAN
Bab ini berisikan mengenai latar belakang masalah, perumusan
masalah,tinjauan dan manfaat penelitian serta sistematika penelitian.

BAB II

:TINJAUAN PUSTAKA
Bab ini berisikan tentang teori teori yang mendukung dalam
penelitian, kerangka pemikiran, definisi konsep dan definisi
oprasional.

BAB III

: METODE PENELITIAN
Bab ini berisikan tentang tipe penelitian, lokasi penelitian, populasi
dan sampel, teknik pengumpulan data, serta teknik analisis data.

BAB IV

: DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN
Bab ini berisikan tentang sejarah singkat PT. Telekomunikasi
Indonesia Tbk, Sub Area Medan. Juga gambaran umum lokasi
penelitian dan data–data lain yang turut memperkaya karya ilmiah
ini.

Universitas Sumatera Utara

BAB V

: ANALISIS DATA
Bab ini berisikaan tentang uraian data yang di peroleh dari hasil
penelitian serta analisis pembahasannya.

BAB VI

: PENUTUP
Bab ini berisikan kesimpulan dari hasil penelitian dan saran–saran
yang bermanfaat.

Universitas Sumatera Utara

Dokumen yang terkait

MANAJEMEN PEMROGRAMAN PADA STASIUN RADIO SWASTA (Studi Deskriptif Program Acara Garus di Radio VIS FM Banyuwangi)

29 282 2

ANALISIS SISTEM PENGENDALIAN INTERN DALAM PROSES PEMBERIAN KREDIT USAHA RAKYAT (KUR) (StudiKasusPada PT. Bank Rakyat Indonesia Unit Oro-Oro Dowo Malang)

160 705 25

Representasi Nasionalisme Melalui Karya Fotografi (Analisis Semiotik pada Buku "Ketika Indonesia Dipertanyakan")

53 338 50

ANALISIS STRATEGI PEMASARAN SEPEDA MOTOR HONDA MELALUI PENDEKATAN BOSTON CONSULTING GROUP PADA PT. MPM MOTOR DI JEMBER

7 89 18

DAMPAK INVESTASI ASET TEKNOLOGI INFORMASI TERHADAP INOVASI DENGAN LINGKUNGAN INDUSTRI SEBAGAI VARIABEL PEMODERASI (Studi Empiris pada perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) Tahun 2006-2012)

12 142 22

Efek Pemberian Ekstrak Daun Pepaya Muda (Carica papaya) Terhadap Jumlah Sel Makrofag Pada Gingiva Tikus Wistar Yang Diinduksi Porphyromonas gingivalis

10 64 5

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN COMPUTER VISION SYNDROME PADA KARYAWAN PT. TELKOM INDONESIA, Tbk KANDATEL JEMBER

3 102 19

Hubungan antara Kondisi Psikologis dengan Hasil Belajar Bahasa Indonesia Kelas IX Kelompok Belajar Paket B Rukun Sentosa Kabupaten Lamongan Tahun Pelajaran 2012-2013

12 269 5

IMPROVING CLASS VIII C STUDENTS’ LISTENING COMPREHENSION ACHIEVEMENT BY USING STORYTELLING AT SMPN I MLANDINGAN SITUBONDO IN THE 2010/2011 ACADEMIC YEAR

8 135 12

JUMLAH DANA DAN KREDIT DARI BANK TABUNGAN MENJADI BANK UMUM PADA PT. BANK TABUNGAN NEGARA ( PERSERO ) CABANG DENPASAR

3 91 12