BAB II KAJIAN PUSTAKA A. TINJAUAN UMUM MOVIE - Desain Interior Movie Station Dengan Pendekatan High-Tech Di Surakarta

BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. TINJAUAN UMUM MOVIE

I. Definisi Movie

Sebuah film, juga disebut gambar bergerak, adalah serangkaian gambardiam atau bergerak. Kata lain dari movie juga bisa disebut dengan sebutan sinematografi. Hal ini dihasilkan oleh rekaman gambar fotografi dengan kamera, atau dengan membuat gambar menggunakan teknik animasi atau efek visual.Proses pembuatan film telah berkembang menjadi sebuah bentuk seni dan industri. Film adalah artefak budaya yang diciptakan oleh budaya tertentu yang mencerminkan budaya, yang pada gilirannya mempengaruhi mereka. Film ini dianggap sebagai bentuk seni yang penting, sumber hiburan populer dan metode yang kuat untuk mendidik – atau mengindoktrinasi – warga negara. Unsur-unsur visual dari bioskop memberikan gambar gerakan universal kekuatan komunikasi. Beberapa film telah menjadi pertunjukkan populer di seluruh dunia menggunakan dubbing atau sub judul yang menerjemahkan dialog dalam bahasa penonton.(www wordpres.definisi/film)

Gambar II.1 (Gambar rol film)

Film terdiri dari serangkaian gambar individu yang disebut frame. Ketika gambar-gambar yang ditampilkan dengan cepat ke dalam layar, Penonton tidak dapat melihat flicker antara frame karena efek yang dikenal sebagai persistence of vision, dimana mata mempertahankan citra visual untuk sepersekian detik setelah dihapus. Penonton dapat melihat gerakan karena efek psikologis yang disebut beta movement.Nama “film” berasal dari film fotografi (juga disebut stock film). secara historis menjadi

commit to user

media utama untuk merekam dan menampilkan gambar bergerak. Banyak istilah lainnya yang ada untuk sebuah individual film, termasuk picture, picture show , moving picture , photo-play dan flick. istilah umum untuk sebutan film Amerika Serikat adalah Movie, sementara di Eropa sebutan film lebih disukai.

II. Sejara Film

Menurut para teoritikus film, film yang kita kenal sekarang ini merupakanperkembangan dari fotografi yangdiciptakan oleh Joseph Nicephore Niepce dari Perancis pada tahun 1826.Bila dikaitkan dengan gambar bergerak, maka terciptanya film bermula dari suatu pertanyaan unik, “Apakah keempat kaki kuda pada suatu saat berada pada posisi melayang secara bersamaan ketika berlari?” Untuk menjawab pertanyaan ini, tahun 1878 Edward Muybridge dari Standford University, Inggris, membuat serentetan 16 foto (frame) kuda yang sedang berlari. Kemudian, ketika foto kuda berlari tersebut dilihat secara berurutan dalam kecepatan tertentu terjadilah gerakan kuda berlari. Inilah gambar rekaman bergerak pertama yang diciptakan di dunia Untuk mempertunjukkan gambar rekaman bergeraknya selama perjalanan kuliahnya ke berbagai tempat Edward Muybridge menciptakanZoopraxiscope. Berdasarkan ciptaannya ini, Edward Muybridge disebut sbagai pencipta gambar rekaman

bergerak/film

pertama (motion picture) .http://www.wildwestweb.net/ (09/02/2010)

Gambar II.2

(16 foto (frame) kuda yang sedang berlari)

commit to user

 Zoopraxiscope Zoopraxiscope atau putaran roda yang menghidupkan (wheel of life) pertama kali dipatenkan tahun 1867 di USA oleh William Lincoln, gambar atau foto yang bergerak dilihat melalui lobang kecil pada

zoopraxiscope. Tapi alat ini jauh dari film yang kita kenal sekarang.Kalau terciptanya film bermula dari pertanyaan unik tentang kaki kuda, maka industri film dimulai dengan “orang bersin” seperti dikatakan Bob Thomas

dalam bukunyaKing Cohn, Biografi Pendiri Columbia PicturesPada mulanya sederhana saja. Thomas Alva Edison membuat gambar hidup memperlihatkan Fred Ott yang sedang bersin., maka lahirlah sebuah industri . Bayar uang satu sen, film diputar, silahkan lihat betapa lucunya orang itu bersin. Orang berduyun-duyun menuju salon kinestope, berdesak-desakan untuk selama satu menit menonton gambar yang bergerak.

Gambar II.3 (Zoopraxiscope)

 Kinematoscope Edison Pertunjukan ini kemudian popular di seluruh Amerika Serikat,

bahkan terus menyebar ke luar negri, terutama Eropa. Di antara pengagum pertunjukan ini adalah kakak beradik Auguste Lumiere dan Louis Lumiere dari Perancis yang kemudian terkenal dengan sebutan Lumiere Bersaudara.Film modern seperti sekarang ini dimulai setelah ditemukannya kamera film olehLouis Lumiere. Dia dianggap sebagai orang pertama yang menciptakan kamera film(motion picture camera) pada tahun 1865 (walaupun sebenarnya, beberapa orang juga

commit to user

commit to user

commit to user

lainnya dalam segala bentuk, jenis, dan ukuran melalui proses kimiawi, proses elektronik, atau proses lainnya, dengan atau tanpa suara, yang dapat dipertunjukkan dan/atau ditayangkan dengan sistem Proyeksi mekanik, eletronik, dan/atau lainnya;Istilah film pada mulanya mengacu pada suatu media sejenis plastik yang dilapisi dengan zat peka cahaya. Media peka cahaya ini sering disebut selluloid.Dalam bidang fotografi film ini menjadi media yang dominan digunakan untuk menyimpan pantulan cahaya yang tertangkap lensa. Pada generasi berikutnya fotografi bergeser padapenggunaan media digital elektronik sebagai penyimpan gambar.Dalam bidang sinematografi perihal media penyimpan ini telah mengalami perkembangan yang pesat. Berturut-turut dikenal media penyimpan selluloid (film), pita analog, dan yang terakhir media digital (pita, cakram, memori chip). Bertolak dari pengertian ini maka film pada awalnya adalah karya sinematografi yang memanfaatkan media selluloid sebagai penyimpannya.Sejalan dengan perkembangan media penyimpan dalam bidang sinematografi, maka pengertian film telah bergeser. Sebuah film cerita dapat diproduksi tanpa menggunakan selluloid (media film). Bahkan saat ini sudah semakin sedikit film yang menggunakan media selluloid pada tahap pengambilan gambar. Pada tahap pasca produksi gambar yang telah diedit dari media analog maupun digital dapat disimpan pada media yang fleksibel. Hasil akhir karya sinematografi dapat disimpan Pada media selluloid, analog maupun digital.

Perkembangan teknologi media penyimpan ini telah mengubah pengertian film dari istilah yang mengacu pada bahan ke istilah yang mengacu pada bentuk karya seniaudio-visual. Singkatnya film kini diartikan sebagai suatu genre (cabang) seni yang menggunakan audio (suara) dan visual (gambar) sebagai medianya.Istilah film pada mulanya mengacu pada suatu media sejenis plastik yang dilapisi dengan zat peka cahaya. Media peka cahaya ini sering disebut selluloid. Dalam bidang fotografi film ini menjadi media yang dominan digunakan untuk menyimpan pantulan cahaya yang tertangkap lensa.Pada generasi berikutnya fotografi bergeser padapenggunaan media digital elektronik

commit to user

sebagai penyimpan gambar. Dalam bidang sinematografi perihal media penyimpan ini telah mengalami perkembangan yang pesat. Berturut-turut dikenal media penyimpan selluloid (film), pita analog, dan yang terakhir media digital (pita, cakram, memori chip). Bertolak dari pengertian ini maka film pada awalnya adalah karya sinematografi yang memanfaatkan media selluloid sebagai penyimpannya.

Sejalan dengan perkembangan media penyimpan dalam bidang sinematografi, maka pengertian film telah bergeser. Sebuah filmcerita dapat diproduksi tanpa menggunakan selluloid (media film). Bahkan saat ini sudah semakin sedikit film yang menggunakan media selluloid pada tahap pengambilan gambar. Pada tahap pasca produksi gambar yang telah diedit dari media analog maupun digital dapat disimpan pada media yang fleksibel. Hasil akhir karya sinematografi dapat disimpan Pada media selluloid, analog maupun digital.Perkembangan teknologi media penyimpan ini telah mengubah pengertian film dari istilah yang mengacu pada bahan ke istilah yeng mengacu pada bentuk karya seniaudio-visual. Singkatnya film kini diartikan sebagai suatu genre (cabang) seni yang menggunakan audio (suara) dan visual (gambar) sebagai medianya.

 Poster pertunjukkan film

menyelenggarakan bioskop (vitascope) di New York, Amerika Serikat, pada tanggal 23 April 1896. Kemudian film dan bioskop ini terselenggara pula di Inggris (Februari 1896), Uni Sovyet (1896), Jepang (1896-1897), Korea (1903), Italia (1905), Indonesia (1900, film pertama diputar di Batavia).Pertunjukan film di ruangan gelap akhirnya menyebar ke seluruh dunia.

film dengan sebutan nicleodeontumbuh subur di Amerika Serikat (penonton membayar satu nicle, sedangkan odeonkata Latin yang berarti gedung pertunjukan kecil). Film-filmyang dipertunjukkan sudah merupakan cerita, tapi masa putarnya masih pendek, sekitar sepuluh menitan.

commit to user

 Sejarah Film di Indonesia Di Indonesia, film pertama kali diperkenalkan pada tanggal 5

Desember 1900 di Batavia (Jakarta). Pada masa itu film disebut “gambar idup”. Pertunjukan film pertama digelar di Tanah Abang, sebuah film

dokumenter yang mempertunjukkan perjalanan ratu dan raja Belanda di Den Haag. Pertunjukkan pertama ini kurang berhasil karena harga karcisnya dianggap terlalu mahalFilm cerita pertama kali dikenal di Indonesia pada tahun 1900 yang diimpor dari Amerika. Film-film impor ini berubah judul ke dalam bahasa Melayu. Film lokal pertama kali diproduksi pada tahun 1926. Sebuah film cerita yang masih bisu. Sementara film luar negeri sudah bersuara. Film pertama dibuat oleh NV Java Film Compahy di Bandung dengan judul “Loetoeng Kasaroeng” (1926). Beri kutnya adalah film “Eulis Atjih” diproduksi oleh perusahaan yang sama. Kemudian muncul perusahaan film lainnya, seperti Halimun Film Bandung yang membuat “Lily van Java dan central Film Coy. (Semarang) yang membuat “Setangan Berloemoer Darah”Film bersuara pertama adalah film “Nyai Dasima” (Jakarta, 1031), disusul kemudian “Zuster Theresia” (Bandung, 1932). Selama kurun waktu 1926-1931

tercatat 21 judul film (bisu dan bersuara) diproduksi. Jumlah bioskop meningkat dengan pesat.

III. Perkembangan Film

Perkembangan film memiliki perjalanan cukup panjang hingga pada akhirnya menjadi seperti film di masa kini yang kaya dengan efek, dan sangat mudah didapatkan sebagai media hiburan. Perkembangan film dimulai ketika digunakannya alat kinetoskop temuan Thomas Alfa Edison yang pada masa itu digunakan oleh penonton individual. Film awal masih bisu dan tidak berwarna. Pemutaran film di bioskop untuk pertama kalinya dilakukan pada awal abad 20, hingga industri film Hollywood yang pertama kali, bahkan hingga saat ini merajadi industri perfilman populer secara global. Pada tahun 1927 teknologi sudah cukup mumpuni untuk memproduksi film bicara yang dialognya dapat didengar secara langsung, namun masih

commit to user

hitam-putih. Hingga pada 1937 teknologi film sudah mampu memproduksi film berwarna yang lebih menarik dan diikuti dengan alur cerita yang mulai populer. Pada tahun1970-an, film sudah bisa direkam dalam jumlah massal dengan menggunakan videotape yang kemudian dijual. Tahun 1980-an ditemukan teknologi laser disc, lalu VCD dan kemudian menyusul teknologi DVD. Hingga saat ini digital movie yang lebih praktis banyak digemari sehingga semakin menjadikan popularitas film meningkat dan film menjadi semakin dekat dengan keserarian masyarakat modern.

a. Klasifikasi Film Seiring berkembangnya dunia perfilman, semakin banyak film yang diproduksi dengan corak yang berbeda-beda. Secara garis besar, film dapat diklasifikasikan berdasarkan cerita, orientasi pembuatan, dan berdasarkan genre.Berdasarkan cerita, film dapat dibedakan antara film Fiksi dan Non-Fiksi. Fiksi merupakan film yang dibuat berdasarkan imajinasi manusia, dengan kata lain film ini tidak didasarkan pada kejadian nyata. Kemudian film Non-Fiksi yang pembuatannya diilhami oleh suatu kejadian yang benar-benar terjadi yang kemudian dimasukkan unsur-unsur sinematografis dengan penambahan efek-efek tertentu seperti efek suara, musik, cahaya, komputerisasi, skenario atau naskah yang memikat dan lain sebagainya untuk mendukung daya tarik film Non-Fiksi tersebut. Contoh film non-fiksi misalnya film The Iron Lady yang diilhami dari kehidupan Margaret Thatcher.Kemudian berdasarkan orientasi pembuatannya, film dapat digolongkan dalam film komersial dan nonkomersial. Film komersial, orientasi pembuatannya adalah bisnis dan mengejar keuntungan. Dalam klasifikasi ini, film memang dijadikan sebagai komoditas industrialisasi. Sehingga film dibuat sedemikian rupa agar memiliki nilai jual dan menarik untuk disimak oleh berbagai lapisan khalayak. Film komersial biasanya lebih ringan, atraktif, dan mudah dimengerti agar lebih banyak orang yang berminat untuk menyaksikannya. Berbeda dengan film non-komersial yang

commit to user

bukan berorientasi bisnis. Dengan kata lain, film non-komersial ini dibuat bukan dalam rangka mengejar target keuntungan dan azasnya bukan untuk menjadikan film sebagai komoditas, melainkan murni sebagai seni dalam menyampaikan suatu pesan dan sarat akan tujuan. Karena bukan dibuat atas dasar kepentingan bisnis dan keuntungan, maka biasanya segmentasi penonton film non-komersial juga terbatas. Contoh film non-komersial misalnya berupa film propaganda, yang dibuat dengan tujuan mempengaruhi pola pikir massal agar sesuai dengan pesan yang berusaha disampaikan. Di Indonesia sendiri contoh film propaganda yang cukup melegenda adalah film G30S/PKI. Atau film dokumenter yang mengangkat suatu tema khusus, misalnya dokumentasi kehidupan flora dan fauna atau dokumentasi yang mengangkat kehidupan anak jalanan, dan lain sebagainya. Selain itu, beberapa film yang memang dibuat bukan untuk tujuan bisnis, justru dibuat dengan tujuan untuk meraih penghargaan tertentu di bidang perfilman dan sinematografi. Film seperti ini biasanya memiliki pesan moral yag sangat mendalam, estetika yang diperhatikan detail- detailnya, dengan skenario yang disusun sedemikian rupa agar setiap gerakan dan perkataannya dapat mengandung makna yang begitu kaya. Film seperti ini biasanya tidak mudah dicerna oleh banyak orang, karena memang sasaran pembuatannya bukan berdasarkan tuntutan pasar. Seni, estetika, dan makna merupakan tolok ukur pembuatan film seperti ini. Contohnya di Indonesia seperti film Pasir Berbisik yang di produseri oleh Christine Hakim dan Daun di Atas Bantal yang berkisah mengenai kehidupan anak jalanan.Kemudian klasifikasi berdasarkan genre film itu sendiri. Terdapat beragam genre film yang biasa dikenal masyarakat selama ini, diantaranya:

commit to user

 Action

 Komedi  Drama  Petualangan  Epik  Musikal  Perang  Science Fiction  Pop  Horror  Gangster  Thriller  Fantasi  Disaster / Bencana

b. Industrialisasi Film  Studio besar industri film

Terdapat delapan delapan produser film raksasa yang selama ini sudah merajai industri perfilman dunia, diantaranya

o Columbia o Fox o MGM o Paramount o Universal o Warner Brothers o Buena Vista (Disney) o TriStar (Sony)

dari integrasi vertikal konglomerasi yang mendominasi distribusi dan produksi film. Masing-masing perusahaan memiliki kemampuan untuk memproduksi 15 hingga 25 film setiap tahun. Namun sesungguhnya perusahaan produksi film tersebut telah mengurangi produktivitasnya dengan memproduksi lebih sedikit film pada

commit to user

kisaran tahun 2008-2009 dan menjadi lebih konservatif dan berhati-hati dalam segala keputusan distribusi dan produksi mereka. Sekarang, perusahaan besar berani menginvestasikan rata- rata sekitar US$66.000.000 perfilm, ditambah biaya pengiklanan dan promosi sekitar rata-rata US$36.000.0000. Nama-nama aktor dan sutradara papan atas juga menjadi perhitungan sumber profit mereka yang dipersentasikan melalui permintaan pasar. Nama besar aktor seperti Johnny Depp misalnya, yang mampu menghasilkan US$ 50.000.000 pada akhir kesusksesan sebuah film serta tambahan keuntungan sekitar US$ 20.000.000 hanya dengan penampilannya saja. Maka angka pertaruhannya sangat tinggi, sehingga tuntutan untuk mampu memproduksi film-film big hits menjadi sangat besar.Sebuah perusahaan muda, DreamWorks, yang dirintis oleh Steven Spielberg pada 1995 kini juga sudah menuai sukses dalam bidang film animasi, namun masih harus menghadapi persaingan ketat dalam pangsa yang lain. Kesuksesan produksifilm Shrek dan Madagascar kontan menjadikan DreamWorks sebagai

kompetitor

yang layak diperhitungkan oleh PixarStudio, yang memproduksi film-film animasi populer, terutama film-film animasi keluaran Disney.

B. Tinjauan High Tech Architecture

I. Definisi High Tech Architecture

High-Tech Merupakan suatu aliran dalam arsitektur yang terpengaruh oleh kemajuan teknologi industri. Pertama dimulai pada tahun 1970, High Tech sering digunakan sebagai bentuk perlawanan oleh para arsitek yang menganggapbahwa mode / trend / fashionable sebagai suatu teknologi alternatif. Para arsitek menganggap bahwa High Tech sebenarnya adalah penggunaan teknologi yang tepat pada bangunan.

Secara umum high-tech adalah sistem penggunaan teknologi tinggi, akan tetapi pada kenyataannya high-tech memiliki pengertian yang tidak terbatas dan tidak hanya dengan memandang high-tech sebagai bentuk penggunaan teknologi tinggi mengingat perkembangan

commit to user

teknologi selalu mengalami siklus penyempurnaan hingga ke fase yang lebih tinggi (canggih) sehingga pandangan umum ini tidak pernah memunculkan kesimpulan yang pasti dan tepat.Dalam arsitekture sangat banyak digunakan istilah high-tech untuk menginterpretasikan sebuah sistem teknologi yang digunakan pada suatu bangunan dan semakin populer digunakan pada awal 1970 untuk menggambarkan keberhasilan teknologi canggih yang dicapai pada saat itu seperti yang terlihat pada arsitekture pusat Geogers Pompidou, Paris (1972) karya Renzo piano dan Richard Rogers yang memperlihatkan penggunaan material – material kaca dan logam dengan mengekspose secara transparan bentuk bentuk jaringan dalam bangunan serta berbagai fungsi-fungsi layanan seperti escalator, walkways, dan ornament – ornament diluar gedung.

Dalam sejarah perkembangannya istilah High-tech masih tetap digunakan sejak pertama kali muncul pada awal 1970-an hingga sekarangdengan perkembangan teknologi dan semakin tinggi dan kompleks (canggih), hal ini memperlihatkan tidak adanya kelas khusus sebuah teknologi untuk dikaitkan sebagai high-tech mengingat perkembangan teknologi selalu bergeser dari waktu ke waktu, namun berdasarkan sejarahnya istilah high-tech telah disimpulkan sebagai teknologi tercanggih saat ini (teknologi kekinian) yang diambil dari pengenaralisasian periode perkembangan teknologi dimana disepakati bahwa perkembangan teknologi yang dimulai pada tahun 1970 dikategorikan sebagai high-tech (teknologi tinggi) sehingga sistem teknologi pada era 1960 ke bawah telah dipertimbangkan saat sekarang untuk tidak memasukkan kedalam kategori high-tech dan peryataan yang paling baru (2006) bahwa semua penemuan teknologi dari tahun 2000 hingga kedepan dapat dianggap sebagai hight-tech (teknologi tinggi).

(sumber : http://sites.google.com/site/architecsitefamily/high-tech-dalam-arsitektur)

II. Prinsip High Tech Architecture

Colin Davies (1988) menyebutkan ada 6 hal penting yang menjadi ciri dari arsitekture High Tech, Yaitu :

1. Inside-out (penampakan bagian luar – dalam)

commit to user

Pada bangunan High-Tech, struktur,serta servis dan utilitas dari suatu bangunan hampir selalu ditonjolkan pada eksteriornya baik dalam bentuk ornament ataupun sculpture.

2. Celebration of Process (Keberhasilan suatu perencanaan) High Tech menekankan pada pemahaman konstruksinya, bagaimana, mengapa dan apa dari suatu bangunan. Diantaranya hubungan dari struktur, pemakuan, Flanges, dan pipa-pipa salurannya, sehingga dapat dimengerti, baik oleh orang awam maupun ilmuwan.

3. Transparancy, Layering and Movement (Transparan, Pelapisan dan Pergerakan) Bangunan high tech selalu menampilkan ketiga unsur ini semaksimal mungkin. Karakter dari bangunan high tech dapat dilihat pada bangunan yang lebih luas material kaca (Transparan dan tembus cahaya), pelapisan pipa pipa jaringan utilitas (layering), alat transportasi bangunan seperti tangga, escalator atau lift (movement).

4. Flat Bright Colouring (Pewarnaan yang menyala dan merata) Warna cerah yang digunakan dalam bangunan high tech memiliki makna asosiatif, disamping dari segi fungsional untuk membedakan jenis struktur dan utilitas. Warna-warna merah, kuning, biru yang cerah merupakan warna dari benda-bendateknologi masa sekarang. Warna-warna ini kemudian diasosiasikan sebagai suatu elemen yang membatasi masa sekarang dan masa depan terhadap masa lalu.

5. A Lightweigh Filigree of TensileMember (Baja-baja tipis sebagai penguat) Baja-baja tipis yang bersilangan diibaratkan sebagai kolom Doric bagi high tech, dilihat dari penampakan dan penyusunan. Pengekspresian dan pengaplikasian menurut hierarki yang menjadikan kejelasan dari bagian-bagian tersebut.

6. Optimistic Cinfidence in Scientific Culture(Optimis terhadap ilmu pengetahuan dan teknologi) Penggunaan High-tech merupakan harapan dimasa yang akan datang, meliputi penggunaan material, warna dan penemuan-penemuan baru lainnya.

commit to user

C. TINJAUAN UMUM LOKASI

Surakarta (Hanacaraka, juga disebut Solo adalah kota yang terletak di provinsi Jawa Tengah, Indonesia yang berpenduduk 503.421 jiwa (2010) dan kepadatan penduduk 13.636/km 2 . Surakarta merupakan bisa dikatakan menjadi salah satu tujuan kota wisata yang sedang berkembang saat ini. Solo juga mempunyai potensi yang mampu memikat para wisatawan seperti keindahan alam, keunikan budaya dan kehidupan sosial masyarakat. Selain keindahan untuk dunia pariwisata, tentunya kota Surakarta membutuhkan tempat yang biasa dijumpai dikota-kota lain seperti public area yang menunjang untuk hiburan bagi masyarakat kota Surakarta. Dengan potensi dan kondisi yang dimiliki kota Surakarta sangat mendukung terhadap perkembangan dunia entertain, tentunya perencanaan Movie station yang terdapat dikota Surakarta akan memberi suatu wadah posistif terhadap kota Surakrata, antara lain :

1. Meningkatkan pemasukkan devisa negara terutama pemasukan daerah melalui pariwisata dan akomodasi.

2. Menyediakan area public yang dapat memenuhi kebutuhan, Baik untuk masyarakat sekitar atau Wisatawan asing dan lokal.

3. Meningkatkan nilai lingkungan kawasan dengan perencanaan desain yang sesuai. Menurut Letak dan Luas WilayahKota Surakarta terletak antara 110° 45’ 15” dan 110° 45’ 35” Bujur Timur dan antara 7° 35’ dan 7° 56’ Lintang selatan. Kota Surakarta merupakan salah satu kota besar di Jawa Tengah yang menunjang kota-kota lainnya seperti Semarang maupun Jogyakarta. Wilayah Kota Surakarta atau lebih dikenal dengan ”Kota SOLO” merupakan dataran rendah dengan ketinggian rata-rata ± 92 m dari permukaan air laut dengan batas-batas administrasi sebagai berikut: Sebelah Utara

Kabupaten Boyolali dan Karanganyar. Sebelah Timur

Kabupaten Karanganyar dan Sukoharjo. Sebelah Selatan

Kabupaten Sukoharjo.

Sebelah Barat

Kabupaten

Sukoharjo,

Karanganyar danBoyolali.

commit to user

commit to user

b. Lokasi yang ditentukan  Jl. Bhayangkara

Jl. Bhayangkara merupakan ruas-ruas yang berfungsi sebagai jalan Kolektor Primer, yaitu yang menghubungkan Kota Surakarta dengan Kota Wonogiri.Yang dimaksud sebagai jln kolektor primer adalah alan yang terdapat dibagian jalan arteri primer. Jln bhayangkara terletak dekat dengan jln slamet riyadi yang menurut RUTRK adalah jalan areteri primer.

 Alasan

Jln.Selamet Riyadi merupakan salah satu jlan arteri primer yang terdapat di kota surakarta, volume kendaraan yang melintasi jalan tersebut juga sangat ramai, sedangkan jalan.Bhayangkara adalah salag satu jalan kolektor primer yang terdapat sangat dekat dengan Jln.Selamet riyadi. Walaupun jln bhyangkara merupaan jln kolektor primer namun jln bhayangkara cukup strategis untuk ditemukan dikarnakan lokasinya yang sangat berdekatan dengan Jln selamet riyadi yang menjadi jalan arteri primer.

D. TINJAUAN INTERIOR PERANCANGAN MOVIE STATION

I. Pengertian Desain Movie Music Station

a. Desain adalah aktivitas pemecahan masalah secara visual (desain sebagai proses) berdasarkan beberapa pertimbangan yang diwujudkan (desain sebagai wujud) untuk memenuhi berbagai kepentingan secara optimal.

b. Interior adalah bagian dalam dari bangunan apapun dan bagaimanapun bentuk bangunan itu dibatasi oleh lantai,dinding dan plafon (Suptandar 1999:9).

c. Interior adalah tatanan perabot didalam ruang dalam dari sebuah gedung. (Kamus Besar Bahasa Indonesia, cetakan , 1990, halamn 331 )

d. Desain Interior adalah salah satu bidang studi keilmuan yang diasarkan pada ilmu desain. Bidang keilmuan ini bertujuan untuk

commit to user

dapat menciptakan suatu lingkungan binaan (ruang dalam) beserta elemen-elemen pendukungnya, baik fisik maupun non fisik, sehingga kualitas kehidupan manusia yang berada didalamnya menjadi lebih baik. Ada tiga hal utama yang menjadi kajian dalam desain interior, yaitu ruang, alat dan manusia penggunanya.

e. Filmadalah gambar-hidup, juga sering disebut movie. Film, secara kolektif, sering disebut 'sinema'. Gambar-hidup adalah bentuk seni, bentuk populer dari hiburan, dan juga bisnis. Film dihasilkan dengan rekaman dari orang dan benda (termasuk fantasi dan figur palsu) dengan kamera, dan/atau oleh animasi.

f. Studio adalah suatu tempat di mana seorang seniman atau seseorang bekerja atau beraktivitas. Studio bisa digunakan untuk banyak hal, seperti membuat foto, film, acara TV, kartun, ataumusik. Kata ini berasal dari bahasa Latin studium, yang berarti amat menginginkan sesuatu.

g. Hiburan adalah segala sesuatu – baik yang berbentuk kata-kata, tempat, benda, perilaku – yang dapat menjadi penghibur atau pelipur hati yang susah atau sedih.

II. Persyaratan Akustik dalam Rancangan Auditorium

Rancangan macam-macam jenis auditorium (teater, Ruang kuliah, Gereja, ruang konser, rumah opera, dan gedung bioskop) telah merupakan masalah yang kompleks dalam praktek arsitektur masa kini, karna di samping persyaratan keindahan, fungsional, teknik, seni dan ekonomi yang bermacam-macam serta kadang-kadang bertentangan, suatu auditorium seringkali harus menyediakan tempat bagi banyak pengunjung yang sebelumnya belum pernah terjadi. Lebih lanjut, standar-standar sekarang sering berarti bahwa ruang yang sama harus digunakan untuk bermacam – macam jenis acara (auditorium aneka fungsi) dan bahwa kapasitas ruang harus secara mudah disesuaikan dengan kebutuhan sesaat (auditorium aneka bentuk). Ini adalah persyaratan yang penting, dan haruslah diingat bahwa jika penonton memasuki suatu auditorium, maka ia mempunyai hak untuk

commit to user

mengharapkan – disamping kualitas acaranya sendiri – kenyamanan, keamanan, lingkungan yang menyenangkan, penerangan yang cukup, pemandangan (viewing) yang mamadai dan bunyi yang baik.

Kondisi mendengar dalam tiap auditorium sangat dipengearuhi oleh pertimbangan-pertimbangan arsitektur murni, seperti bentuk ruang, dimensi, dan volume, letak batas-batas permukaan, pengaturan tempat duduk, kapasitas penonton, lapisan permukaan dan bahan-bahan untuk dekorasi interior. Hampir tiap rinci (detail) dalam ruang tertutup sedikit banyak akan menentukan penampilan akustik ruang tersebut. Jawaban persyaratan akustik yang memuaskan tidak mengurangi atau bahkan membatasi kebebasan arsitek dalam merancang. Tiap masalah akustik dapat diatasi dengan sejumlah cara. Praktek-praktek dewasa ini dalam konstruksi dan dekorasi interior memungkinkan prinsip-prinsip dan persyaratan akustik diterjemahkan secara memuaskan dalam bahasa arsitektur masa kini. (Leslie L. Doelle, 53)

a. Garis Besar Persyaratan Akustik

Berikut ini adalah persyaratan kondisi mendengar yang baik dalam suatu auditorium.

1. Harus ada kekerasan (loudness) yang cukup dalam tiap bagian auditorium terutama di tempat-tempat duduk yang jauh.

2. Energi bunyi harus didistribusi secara merata (terdifusi) dalam ruang.

3. Karakteristik dengan optimum harus disediakan dalam auditorium untuk memungkinkan penerimaan bahan acara yang paling disukai oleh penonton dan penampilan acara yang paling efisien oleh pemain.

4. Ruang harus bebas dari cacat-cact akustik seperti gema, pemantulan yang berkepanjangan (long-delayed reflections), gaung, pemusatan bunyi, distorsi, bayangan bunyi, dan resonansi ruang.

commit to user

5. Bising dan getaran yang akan mengganggu pendengaran atau pementasan harus dihindari atau dikurangi dengan cukup banyak dalam tiap bagian ruang.

b. Kekerasan (Loudness) yang cukup

Masalah/problema pengadaan kekerasan yang cukup, terutama dalam auditorium ukuran sedang dan besar, terjadi karena energi yang hilang pada perambatan gelombang bunyi dan karena penyerapan yang besar oleh penonton dan isi ruang (tempat duduk empuk, karpet, tirai dan lain-lain). Hilangnya energi bunyi dapat dikurangi dan kekerasan yang cukup dapat diadakan dengan cara- cara sebagai berikut.

1. Auditorium harus dibentuk agar penonton sedekat mungkin dengan sumber bunyi, dengan demikian mengurangi jarak yang harus ditempuh bunyi.

2. Sumber bunyi harus dinaikan agar sebanyak mungkin terlihat, sehingga menjamin aliran gelombang bunyi langsung yang bebas (gelombang yang merambat secara langsung dari sumber bunyi tanpa pemantulan) ke tiap pendengar.

3. Lantai dimana penonton duduk harus dibuat cukup landai atau miring (ramped or raked) karna bunyi lebih mudah diserap bila merambat melewati penonton dengan sinar datang miring (grazing incidence).

4. Sumber bunyi harus dikelilingi oleh permukaan-permukaan pemantul bunyi (plester, gypsum board, plywood, plexiglas, papan plistik kayu, dan lain-lain) yang besar dan banyak; untuk memeberikan energi bunyi pantul tambahan pada tiap bagian daerah penonton, terutama pada tempat –tempat duduk yang jauh.

commit to user

Gambar II.8 (langit langit pemantul yang diletakan denga tepat)

5. Luas lantai dan volume auditorium harus dijaga agar cukup kecil, sehingga jarak yang harus ditempuh bunyi langsung dan bunyi pantul lebih pendek.

6. Permukaan pemantulan bunyi yang pararel (horisontal maupun vertikal), terutama yang dekat dengan sumber bunyi, harus dihindari, untuk menghilangkan pemantulan kembali yang tak diinginkan ke sumber bunyi.

7. Penonton harus berada didaerah penonton yang menguntungkan, baik dalam hal melihat maupun mendengar.

8. Bila disamping sumber bunyi utama yang biasanya ditempatkan dibagian depan auditorium, terdapat sumber bunyi tambahan di bagian lain ruang (seperti misalnya dalam gereja), maka sumber bunyi tambahan ini harus dikelilingi juga oleh permukaan pemantul bunyi.

9. Disamping permukaan pemantul yang berfungsi menguatkan bunyi langsung ke penonton, permukaan pemntul tambahan harus disediakan untuk mengarahkan bunyi kembali ke pementas.

III. Kajian Bioskop

A. Ukuran Bioskop

Ukuran bioskop secara garis besar ada dua macam yaitu bioskop tunggal dan bioskop jamak (cineplek). ( Marta Ardianing P, 2004:26)

commit to user

a. Bioskop tunggal

Bioskop tunggal banyak sekali menyajikan film-film yang banyak digemari masyarakat. Kapasitas tempat duduk 600- 1500 kursi.

b. Bioskop jamak Bioskop ini juga sering disebut gedung seni. Bioskop ini biasanya kecil dan terdapat di kota-kota besar. Film yang diputar tidak hanya menayangkan satu cerita film sebagai alternatif pilihan penonton. Kapasitas tempat duduk antara 100-200 kursi.Namun, seiring perkembangan zaman sekarang telah hadir mini bioskop Fungsi, tujuan serta persyaratan bioskop.

a) Fungsi bioskop

1.) Sebagai tempat sarana untuk melepaskan ketegangan atau refreshingmelalui media fim, yang merupakan hiburan yang dipesan dalam waktu luang dan terutama mencari kepuasan ataupun kesenangan batinnya.

2.) Sebagai tempat pendidikan informal yang digunakan oleh asyarakat umum.( Marta Ardianing P, 2004:26)

b) Tujuan bioskop

1.) Mewadahi suatu kegiatan mengenai motivasi produsen dan konsumen serta jasa pelayanan terhadap keduanya sehingga tercapai sasaran kelancaran penyaluran film, pelayanan social ekonomi masyarakat terhadap kebutuhannya akan arena dan sarana hiburan.

2.) Memberikan pelayanan terhadap penonton dalam masalah kenyamanan dan keamanan (Martha Ardianing P, 2004:26)

c) Persyaratan Bioskop 1.) Sistem layar pertunjukan 2.) Hal-hal yang diperhatikan dalam menentukan kualitas

pandang visual yang nyaman diantaranya:

a. Garis pandang

commit to user

Garis pandang yaitu garis –garis yang menghubungkan titik-titik di layar proyektor dengan titik-titik di layar proyektor dengan titik mata penonton. Garis mata penonton yang duduk di baris belakang tidak boleh terhalang oleh penonton yang berada di depannya. Perbedaan tinggi antara garis pandang penonton bagian belakang dengan titik mata penonton yang berada di depannya minimal 10 cm. (Martha Ardianing P, 2004:)

b. Jarak pandang Jarak pandang yaitu jarak yang masih memungkinkan penonton untuk dapat melihat pertunjukan film dengan jelas pada layar proyektor , yaitu sekitar 25 cm.

c. Sudut pandang Sudut pandang horizontal pada objek di panggung terhadap garis sumbu panggung dengan garis yang dihubungkan antara penonton paling tepi dengan titik

tengah panggug tidak boleh lebih dari 60 0 .Untuk penonto pada kursi paling tepi di baris terdepan sudup pandang maksimum 300 0 , dan bagi penonton pada kursi teratas maksimum pandangan ke bawahnya 300 0 dengan pertimbangan bahwa sudut pandang tidak akan mengganggu penonton, baik secara vertiakal maupun horizontal.(Martha Ardianing P, 2004:)

d. Layar pertunjukan Ukuran layar akan mempengaruhi lebar sinema secara keseluruhan dan juga kenyamanan bagi penonton dalam melihat kejelasan gambar terproyeksi ke layar. Lebar layar maksimal:

 20 m untuk film 70  13 m untuk film 35

Rasio tinggi layar : lebar layar yang ideal 3: 4 Rasio lebar layar : jarak pandang maksimal 1: 2-3

commit to user

Layar proyeksi dan pengeras suara di belakangnya harus dinaikkan cukup tinggi agar sebanyak mungkin terlihat bagi semua penonton.Jarak minimum penonton dengan layar dimaksudkan agar penonton terdepan maupun penonton pada baris belakang mampu menerima kualitas gambar yang tidak berbeda jauh. Rumus:

d 1 = 1,43 x h 1

d 1 = jarak penonton deretan pertama ke layar (meter)

h 1 = tinggi mata penonto deretan pertama dengan bagian atas layar (meter) (Sumber majalah Audio Interior edisi 04, September- oktober 2004)

e. Kemiringan lantai Kemiringan dapat dibuat agar penonton tidak terhalang oleh kepala penonton di depannya, dan juga untuk memudahkan proyeksi gambar dari ruang proyektor.

f. Panjang dan lebar area pertunjukan

Panjang dan lebar area pertunjukan dibuat dengan standar-standar tertentusupaya tidak terlalu panjang untuk mendapatkan kenyamanan dalam menikmati film.

g. Lay-out kursi penonton Lay-out kursi penonton lebih kepada efisiensi ruang dan keamanan. Penataan kursi dibuat berselang-seling antara kursi depan dan belakang, untuk memperluas area pandang. (Sumber: Faktor Akustik Dalam Perancangan Desain Interior, j. Pamuji Suptandar)

a. Sistem tata suara

Sistem tata suara elektronik diperhatikan dengan tujuan:

 Menguatkan tingkat bunyi sesuai dengan keperluan

commit to user

 Menyediakan

fasilitas

pemanggilan dan

pengumpulan  Member tanda atau instruksi-instruksi tindakan saat

keadaan darurat/bahaya. Sistem tata suara elektronik dasar umum terdiri dari:

 Sumber bunyi (seperti: microphone, recorder player).  Mixer : mengubah tanggapan frekuensi sinar listrik

dari tiap komponen sumber, mencampur sinar listrik, kemudian meneruskannya ke power amplifier.

 Ampilifier (penguat) : menguatkan sinar listrik  Loudspeaker

(pengeras

suara/pelantang) : mengubah sinyal listrik yang telah diperkuat menjadi gelombang bunyi lagi.(Sumber majalah Audio Interior edisi 04, September-oktober 2004)

Letak sumber bunyi dinaikkan untuk menjamin aliran gelombang bunyi langsung ke arah penonton.Sumber bunyi harus dikendalikan (ajusted) guna menjamin aliran gelombang bunyi supaya langsung sampai pada tiap pendengar yang berjarak 1-1,5 m.Sumber bunyi harus dikelilingi oleh permukaan-permukaan pemantul bunyi (plester, gypsum board, plywood, plexiglass, papan plastik kaku, dan lain-lain) yang besar dan banyak untuk memberikan energi bunyi pantul tambahan pada tiap bagian daerah penonton, terutama pada tempat duduk yang jauh.Bila di samping sumber bunyi utama terdapat sumber bunyi tambahan di bagian lain ruang, maka sumber bunyi tambahan ini juga harus dikelilingi oleh permukaan pemantul bunyi.

Suara stereo di sepanjang bagian layar dan ke depan maupun ke belakang tersedia pada film 70 dengan menggunakan 5 jalur pengeras suara di belakang layar, dan jalur ke-6 untuk pengeras suara auditorium.Layar lebar dengan sumber suara samping dihindari, karena dapat menimbulkan permasalahan akustik.(sumber: Faktor Akustik perancangan desain interior , J. Pamudji Suptandar).

commit to user

Sistem penguat bunyi (sound-reinforcing system) yang dirancang dengan baik harus terintegrasi dengan akustik bangunan sehingga akan mendukung transmisi alami bunyi dari sumber ke pendengarnya. Sistem tersebut harus menjaga bunyi di dalam ruang terdistribusi dengan baik, dan dengan kekerasan yang cukup. Tidak boleh sama sekali ada anggapan bahwa sistem penguat bunyi dapat menggantikan akustik bangunan yang baik. Dalam banyak kasus, sistem bunyi bahkan dapat membuat akustik banguan menjadi lebih buruk. Faktor utama yang harus diperhatika dalam menata suara diruang terbuka (outdoor) antara lain: kondisi lingkungan, luas lahan/ lapangan, arah angin, sumber kebisingan, jarak penonton dari layar, serta kondisi peralatan yang memadai. Ada 4 tipe penempatan loudspeaker pada sistem bunyi elektronik:

 Terusat  Tersebar  Terpadu dengan kursi (seat integrated)  Kombinasi

a. Terpusat (central cluster) Yaitu sekelompok speaker yang diletakkan di atas sumber bunyi asli, setinggi 7-13 m dan agak ke dcpan (manusia tidak tcrlalu pcka terhadap pergescran sumber bunyi secara vertikal, tetapi lebih peka terhadap pergeseran secara horizontal).perninibangan pada tipe terpusat (central duster): Tidak boleh ada penghalang antara speaker dan penonton, seolah-olah penonton dapat nielihat speaker, karena frekuensi tinggi sangat fokus/ mengarah (directional).

Perbandingan antara jarak dari masing-masing speaker nada tinggi ke penonion terjauh dan terdekat (d2/dl1) harus kurang dari 2. Speaker nada tinggi harus diarahkan penonton sehingga bunyi tidak dipantulkan oleh permukaan ruangan.(sumber: Faktor Akustik perancangan desain interior , J. Pamudji Suptandar).

commit to user

b. tersebar (distributed) Yaitu peletakan rangkaian speaker di atas penonton secara merata dengan jarak antar speaker yang konstan/ tetap. Setiap loudspeaker mengeluarkan bunyi yang tidak terlalu kuat untuk melayani area yang tidak terlalu luas di bawahnya. Tipe ini digunakan untuk ruangan dengan ketinggian rendah (langit-langit relatif pendek) yaitu kurang dari 7 m sehingga tidak memungkinkan memakai tipe terpusat.Pertimbangan pada tipe tersebar (distributed)

 Ketinggian langit-langit (H) < 7 m.  Loudspeaker harus disusun sedemikian rupa sehingga setiap

penonton dapat mendengar langsung dari speaker terdekat.  Mungkin diperlukan alat penunda sinyal (signal delay) untuk menghindari gema buatan (artificial echo) akibat bunyi dari

speaker terdekat lebih dulu terdengar daripada bunyi dari sumber bunyi asli, apabila perbedaan jarak tempuhnya > 10 m dan tingkat intensitas bunyi dari sumber bunyi asli 5 -10 dB lebih besar daripada bunyi dari speaker terdekat tadi.

 Sistem tersebar dengan penunda sinyal harus digunakan di ruangan yang menunjang atau untuk mendukung sistem terpusat

terutama di bawah balkon. (sumber: Faktor Akustik perancangan desain interior , J. Pamudji Suptandar).

c. Terpadu dengan kursi (seat integrated)

Yaitu meletakkan speaker secara terpadu di belakang kursi. Tipe ini biasa diterapkan di gcreja, ketika bunyi yang pel an tetapi jelas dan merata diperlukan. Biasanya speaker diletakkan di belakang sandaran kursi ke-n, dan bunyinya akan didengar oleh orang yang duduk di belakang kursi ke-n tersebut. Sedangkan orang yang ke-n tersebut akan mcndengar dari speaker di belakang sandaran kursi di depannya (kursi ke n-1). (sumber: Faktor Akustik perancangan desain interior , J. Pamudji Suptandar).

commit to user

d. Kombinasi dari tipe-tipe di atas.

Untuk kombinasi tipe terpusat dan tersebar diperlukan alat penunda bunyi (initial time delay} agar bunyi dari speaker di deretan belakang mcnunggu datangnya bunyi dari speaker terpusat di depan agar bunyi dari speaker depan dan belakang dapat berjalan bersamaan/ tepat waktu. Jika tidak, maka penonton yang duduk di belakang akan mendengar bunyi dari speaker belakang lebih dulu (karena dia lebih dekat) baru kemudian bunyi dari speaker depan, hal tersebut mengakibatkan bunyi terdengar bersahut-sahutan. (sumber: Faktor Akustik perancangan desain interior , J. Pamudji Suptandar).

E. Bahan Dan Kostruksi Penyerap Bunyi

Semua bahan bangunan dan lapisan permukaan yang digunakan dalam konstruksi auditorium mcmpunyai kernarnpuan untuk menycrap bunyi sampai suatu dcrajat tertentu. Bahan-bahan dan konstruksi penyerap bunyi yarig digunakan dalam rancangan akustik suatu auditorium atau yang dipakai scbagai pengendali bunyi dalam ruang-ruang bising dapat diklasifikasikan menjadi (1)bahan berpori-pori, (2) penyerap panel atau penyerap selaput, dan (3) resonator rongga. (atau HelmHoltz) (sumber: Faktor Akustik perancangan desain interior , J. Pamudji Suptandar).

Gambar II.9 (penyerap bunyi yang baik)

Gambar (A) Pcnyerap yang baik. (α= 0,70) dilekatkan pada insulator bunyi yang jelek, seperti plywood, tidak akan mencegah tranmisi bunyi

commit to user

lewat dinding semacam ini.. (B) sebagai ganti plywood, penghalang insulasi bunyi yang efektif, sepnti bahan batu-batuan, harus digunakan untuk mengurangi tranmisi bising lewat struktur itu.

a. Bahan Berpori Karakteristik akustik dasar semua bahan berpori, seperti papan serat (fiber board), plesteran lembut (soft plasters), mineral wools, dan selimut isolasi, adalah suatu jaringan selular dengan pori-pori yang saling berhubungan. Energi bunyi datang diubah rnenjadi energi panas dalam pori-pori ini. Bagian bunyi datang yang diubah menjadi panas diserap, sedangkan sisanya, yang telah berkurang energinya, dipantulkan oleh permukaan bahan. Bahan.-bahan selular, dengan sel yang tertutup dan tidak saling berhubungan seperti damar busa (foamed resins), karet selular (cellular rubber) dan gelas busa, adalah penyerap bunyi yanq buruk.

b. Penyerap Panel (atau Selaput) Penyerap panel atau selaput yang tak dilubangi mewakili kelompok bahan-bahan penyerap bunyi yang kedua. Tiap bahan kedap yang dipasang pada lapisan penunjang yang padat (solid backing) tetapi terpisah oleh suatu ruang udara akan bcrfungsi sebagai penyerap panel dan akan bergetar bila tertumbuk oleh gelombang bunyi. Getaran lentur (flexural) dari panel akan menyerap sejumlah energi bunyi datang dengan rnengubahnya menjadi energi panas. Panel jenis ini merupakan penyerap frekuensi rendah yang efisien, Bila dipilih dengan benar, penyerap panel mengimbangi penyerapan frekuensi sedang dan tinggi yang agak ber-Iebihan oleh penyerap-penyerap berpori dan isi ruang. Jadi, penyerap panel menyebabkan karakteristik dengung yang serba sama pada seluruh jangkauan frekuensi audio. Dengan menggunakan penyerap berpori dalam rongga udara, penyerap pada frekuensi rendah bertambah, hingga memperlebar daerah pertambahan penyerapan yang semula

commit to user

sempit. Di antara lapisan-laplsan dan konstruksi auditorium prnyerap-penyerap panel berikut ini bcrperan pada penyerapan frekuensi rendah: panel kayu dan hardboard, gypsum boards, langit-langit plesteran yang digantung, plesteran berbulu, plastic board tegar, jendela, kaca, pintu, lantai kaya dan panggung, dan pelat-pelat logam (radiator). Karena pertambahan terhadap daya tahan dan goresan, penyerap penyerap panel tak berlubang ini sering dipasang pada bagi-an bawah dinding-dinding, dengan demikian menyediakan lapisan permukaan yang cocok untuk suatu dado. Bahan-bahan berpori yang diberi jarak dari lapisan pcnunjangnya yang padat juga ber-fungsi sehagai penyersp oanel yang bergetar, dan terutama menunjang penyerapan pada frekuensi rendah, seperti terlihat dalam Gambar di samping:

Gambar II.10 (penyerap bunyi panel plywood)

c. Resonator rongga (Helmholtz) terdiri dari sejumlah udara tertutup yang dibatasi oleb dinding- dinding tegar dan dihubungkan oleh lubang/celah sempit (disebut leher} ke ruang sekitarnya, di mana gelombang bunyi mc- rambat.Resonator rongga menyerap energi bunyi maksirnum pada daerah pita frekuensi rendah yang sempit. (sumber: Faktor Akustik perancangan desain interior , J. Pamudji Suptandar).

commit to user

F. Jenis Ruang Secara Umum

 Area Parkir  Receptionist  Lobby  Waiting Room  Cafe and resto  Kitchen  Studio Film  Home Theater

o VIP room [2 orang] o Luxury room [3 orang] o Family room[4-5 orang] o Suite room [6-7 orang] o Deluxe room [20 orang]

 Ruang teknisi  Back Office  Ruang loker  Pantry  Toilet pria dan toilet wanita

G. Aktivitas dan fasilitas Movie music station.

Area parkir

memberikan informasi kepada

pengunjung,

melayani pengunjung

Meja resepsionis, kursi kerja, board banner nama, sofa dan meja lounge , meja foyer ,

commit to user

melakukan reservasi, ruang tunggu bagi pengunjung

meja kerja, lemari, storage file

Waiting Room

Sofa. meja

Café and resto

Melayani

kebutuhan

makan dan minum pengunjung baik itu di area café and resto maupun mengatar ke ruang pemutaran filom.

Kitchen set , , meja, kursi, sofa, back stage, fasilitas nobar,

Kitchen

Melayani dan membuat pesanan makanan yang dipesan oleh costumer.

Kitchen set, meja, sink, kulkas,

Studio film

Suatu ruangan theater yang dapat menampung

50 orang dalam 1 kali pemutaran film.

Kursi, audio, proyektor.

Ruang film VIP room

Suatu ruang home theater atau music yang menampung 2-3 orang

Sofa,

tv, storage, speaker,

Ruang film Luxury room

Suatu ruang home theater atau music yang menampung 4-5 orang

Sofa,

tv, storage, speaker,

Ruang film Family room

Suatu ruang home theater atau music yang menampung 6-8 orang

Sofa,

tv, storage, speaker,

commit to user

Ruang film Suite room Suatu ruang home

theater atau music yang menampung 9-10 orang

Sofa,

tv, storage, speaker,

Ruang film Deluxe room

Suatu ruang home theater atau music yang menampung

10-15

orang

Sofa, audio, proyektor

Ruang Teknisi

Ruang yang berfungsi sebagai pengaturan saat film disuatu ruang diputarnya film

Peralatan teknisi

Back Office

Kantor marketing

Kursi, meja, storage Ruang loker

Pantry Dapur khusus karyawan Kitchen, meja kursi Toilet wanita dan Pria Kamar mandi untuk

konsumen

Tabel II.1 (Aktivitas dan Fasilitas Movie Music Station)

H. Pola Sirkulasi Ruang

1. Sirkulasi Linier Merupakan alur sirkulasi yang lurus, namun dapat melengkung atau terdiri dari segmen-segmen, memotong jalan lain, bercabang atau membentuk kisaran (loop). Dicirikan dengan garis-garis gerakan yang sinambung pada satu arah atau lebih.

commit to user