Rosdini, SNA2014, IFRS 6, tambang australia

  

Dampak Penerapan IFRS 6 terhadap Konservatisme pada Perusahaan

Pertambangan dan Energi di Australia

  Dini Rosdini

  

Universitas Padjadjaran

  Abstract

  

This paper investigates the effect of IFRS 6 adoption and firm

characteristics to the financial reporting conservatism. Sample of this

research are mining and energy companies listed in Australian Stock

Exchange on year 2005, 2006, 2010, and 2011.

I predict that IFRS 6 adoption would alleviate financial reporting

conservatism because IFRS 6 suggest the recognition of exploration and

evaluation expenditures as asset although the future economic benefit of this

asset still uncertain due to the unsuccessfulness of the exploration activities

in finding the mineral resources.

I test the hypotheses using pooled least square and the result is as predicted

that IFRS 6 adoption decreased the financial reporting conservatism.

Factors in the model that effecting financial reporting are auditor quality

and the level of company’s exploration activity. The level of exploration

activity is also the factor considered by the company in implementing IFRS

6 which isrelated to alleviating financial reporting conservatism.

  Keywords: IFRS 6, conservatism

1. Pendahuluan

  International Accounting Standard Board (IASB) sejak tahun 2005 mulai

  menerbitkan standar akuntansi yang diharapkan dapat diimplementasikan secara global yaitu International Financial Reporting Standards (IFRS).Pengadopsian IFRS diawali sejak keluarnya Statement of Membership Obligation (SMO) di tahun 2004 dari IFAC (International Federation of Accountant) sebagai organisasi federasi akuntan internasional yang menyatakan bahwa setiap asosiasi profesi masing-masing negara anggotanya wajib melakukan upaya terbaiknya dalam mewujudkan konvergensi IFRS, kemudian ditindaklanjuti oleh European Union (EU) yang mewajibkan negara anggotanya mengadopsi IFRS secara penuh di tahun 2005.Langkah European Union kemudian diikuti oleh adopsi IFRS di beberapa negara, seperti Australia, Kanada dan negara-negara maju lainnya. Tujuan IASB adalah agar semua negara mengadopsi IFRS secara penuh, sehingga informasi keuangan lebih berkualitas, transparan dan lebih mudah diperbandingkan. Ketika tujuan IASB tercapai, maka pelaporan keuangan di tingkat global akan menggunakan standar ini.

  IFRS merupakan standar akuntansi yang bersifat principle-based, artinya standar akuntansi yang ditetapkan dalam IFRS mengatur prinsip-prinsip pengakuan dan pengukuran akun tanpa mengatur secara rinci (bukan rule-based). IFRS pada prinsipnya bersifat umum untuk diterapkan pada berbagai industri, namun khusus untuk industri ekstraksi, IFRS mengatur mengenai pengeluaran dalam aktivitas eksplorasi dan evaluasi. Isu penting dalam akuntansi industri ekstraksi adalah cara pengakuan akuntansi untuk aktivitas pra-produksi. Secara historis, terdapat dua metode pencatatan akuntansi untuk aktivitas eksplorasi dan evaluasi, yaitu full cost method dan successful

  

effort method . Dalam metode full cost, semua biaya akuisisi, eksplorasi dan biaya

  pengeboran termasuk biaya yang terjadi pada aktivitas yang ternyata tidak berhasil, dapat dikapitalisasi dan dibawa ke periode-periode berikutnya sampai suatu saat dapat dihapuskan ditandingkan dengan pendapatan dari proyek yang berhasil (Florry dan Grossman, 1978). Sedangkan dalam metode successful effort, hanya biaya pra-produksi yang terkait dengan proyek-proyek yang berhasil saja yang dapat ditandingkan dengan pendapatan dari proyek yang berhasil (Katz, 1985).

  Sebelum IFRS 6 diterbitkan oleh IASB pada tahun 2006, banyak negara yang menerapkan successful effort untuk pengakuan biaya eksplorasi dan evaluasi bagi Australia, dan Indonesia. Setelah muncul IFRS 6, terjadi perbedaan yang signifikan atas pengakuan biaya eksplorasi dan evaluasi bagi negara-negara yang sebelumnya menerapkan metode successful effort. Perbedaan paling mendasar adalah dalam IFRS 6 biaya eksplorasi dan evaluasi sebagai aset, sedangkan dalam metode successful effort, biaya eksplorasi dan evaluasi diakui sebagai aset hanya bagi sumur yang memiliki cadangan terbukti, sedangkan bagi cadangan yang tidak terbukti, biaya tersebut diakui sebagai beban.

  IFRS cukup banyak menyebabkan perubahan paradigma pelaporan keuangan, diantaranya adalah tidak lagi mengedepankan konservatisme dan reliability, tetapi lebih mengutamakan relevansi. Penerapan IFRS 6 yang mengakui biaya eksplorasi dan evaluasi sebagai aset meskipun pengeluaran tersebut merupakan biaya atas sumur yang tidak memiliki cadangan terbuktimencerminkan bahwa aset eksplorasi dan evaluasi yang diakui ini belum tentu menunjukkan future economic benefit perusahaan, sehingga berpengaruh terhadap kualitas laba yang dihasilkan dan diduga mengurangi konservatisme dalam pelaporan keuangan.Konservatisme berarti akuntan sebaiknya melaporkan nilai terendah di antara berbagai alternatif nilai untuk aset dan nilai tertinggi untuk liabilitas. Pendapatan sebaiknya diakui lebih lambat sedangkan beban diakui lebih cepat. (Watts dan Zimmerman, 1986)

  Penelitian ini bertujuan untuk menginvestigasiapakah penerapan IFRS 6 mengurangi konservatisme dan menginvestigasi faktor-faktor apa saja yang dapat mempengaruhi perusahaan untuk mengadopsi IFRS 6. Sampel dalam penelitian ini adalah perusahaan pertambangan dan energi yang terdaftar di Australian Stock Exchange. Alasan peneliti memilih perusahaan di Australia sebagai sampel penelitian adalah karena Australia telah mengadopsi IFRS 6 yang efektif diberlakukan tanggal 1 Januari 2009. Penelitian ini berkontribusi dalam memberikan bukti empiris mengenai penerapan IFRS 6 terhadap berkurangnya konservatisme, sepanjang pengetahuan peneliti, penelitian ini merupakan penelitian pertama yang menguji penerapan IFRS 6 terhadap konservatisme. Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan kepada standard setter sebagai bahan pertimbangan dalam pengkajian IFRS 6, terlebih karena IFRS 6 Exploration for and Evaluation of Mineral Resources merupakan standar akuntansi yang bersifat sementara dansaat ini masih terus dilakukan kajian oleh InternationalAccounting Standards Board untuk menentukan apakah kegiatan pertambangan memerlukan standar akuntansi keuangan tersendiri atau bisa menggunakan standar akuntansi keuangan yang ada (Ikatan Akuntan Indonesia, 2011). Selain itu, penelitian ini juga memberikan kontribusi dalam menambah literatur dan pengujian empiris di bidang akuntansi keuangan, khususnya dalam kajian pengadopsian

  IFRS yang sekarang ini sedang menjadi topik yang mengemuka dalam ranah praktik maupun riset akuntansi.

  Pengujian hipotesis menggunakan metode pooled least square dengan hasil yang sesuai dengan prediksi peneliti bahwa penerapan IFRS 6 mengurangi konservatisme secara signifikan, dan faktor lain dalam model penelitian yang mempengaruhi penurunan konservatisme adalah exploration aggressiveness yang menunjukkan tingkat aktivitas eksplorasi perusahaan. Faktor lain dalam model penelitian pertama yang mempengaruhi konservatisme adalah kualitas kantor akuntan publik yang diproksikan dengan nilai 1 untuk KAP Big 4 dan nilai 0 untuk KAP non Big 4, hasil pengujian menunjukkan bahwa suatu kantor akuntan publik yang masuk kategori Big 4 memberikan dampak yang berbeda kepada konservatisme, dimana perusahaan yang diaudit oleh kantor akuntan publik Big 4 cenderung kurang konservatif dibandingkan dengan perusahaan yang diaudit oleh kantor akuntan publik non Big 4.

  Hasil dari pengujian model kedua yang menginteraksikan IFRS 6 dengan variabel-variabel pada model pertama, menunjukkan hasil bahwa penerapan IFRS 6 memperkuat pengaruh exploration aggressiveness terhadap berkurangnya konservatisme. Dengan kata lain, tingkat aktivitas eksplorasi suatu perusahaan pertambangan dan energi merupakan faktor yang menjadi pertimbangan utama perusahaan untuk menerapkan IFRS 6.

2. Landasan Teori dan Pengembangan Hipotesis 2.1.

  IFRS 6,Exploration For and Evaluation Of Mineral Resources

  International Accounting Standard Board (IASB) menerbitkan IFRS 6 mengenai aktivitas eksplorasi dan evaluasi perusahaan pertambangan dan energi pada tahun 2004, namun baru efektif diberlakukan pada tahun 2006. Alasan penyusunan IFRS 6 adalah:

  • Tidak ada IFRS yang secara khusus mengatur mengenai akuntansi untuk aktivitas eksplorasi dan evaluasi. IAS 38 dan IAS 16 tidak menyebutkan secara khusus perlakuan akuntansi untuk aktivitas tersebut.
  • Terdapat beberapa pandangan yang berbeda mengenai bagaimana pengeluaraneksplorasidanevaluasiseharusnyadiberlakukandalam IFRS
  • Berbagai pembuat standar akuntansi menetapkan praktikakuntansiuntuk asset eksplorasidanevaluasi yang beragamdanterkadangberbedadaripraktikindustri sehingga memerlukanperhatianuntukdiseragamkan
  • Pengeluaraneksplorasidanevaluasibagientitas yang terkaitdenganpertambangan adalahsignifikan - Banyaknyaentitas yang terlibatdalampengeluaraneksplorasidanevaluasi.

  Sebelum adanya IFRS 6, metode akuntansi untuk aktivitas ekstraksi telah menjadi subjek perdebatan selama lebih dari empat puluh tahun. Industri minyak dan gas Amerika Serikat menjadi pusat kontroversi antara full cost versus successful effort. Adanya embargo minyak dan gas Timur Tengah pada tahun 1973 menyebabkan Securities and Exchange Commission (SEC) diberi tugas untuk membentuk standar akuntansi yang dapat menyokong industri minyak dan gas negara (Flory dan Grossman, 1978). SEC mendelegasikan tanggung jawab mengenai pembentukan standar akuntansi kepada FASB, namun tetap memegang hak untuk persetujuan akhir (Cortese et al, 2009; Van Riper, 1994). Exposure draft yang diajukan FASB, Financial Accounting by Oil

  

and Gas Producing Companies , menawarkan alternatif akuntansi yang lebih sempit dan

  mensyaratkan untuk menggunakan metode successful effort (Cortese et al, 2009; Flory dan Grossman, 1978; Van Riper, 1994). Setelah diterbitkannya exposure draft tersebut, terjadilah usaha lobby yang intensif dilakukan oleh perusahaan yang lebih kecil dan independen yang lebih memilih metode full cost untuk menaikkan asset mereka untuk aktivitas eksplorasi sehingga menarik minat investor (Cortese et al, 2009; Van Riper, 1994). Namun, FASB melakukan studi-studi untuk menunjang exposure draft mereka, dan pada Desember 1977 menerbitkan Statement No 19, Financial Accounting and

  

Reporting by Oil and Gas Producing Companies , yang menghapuskan metode full cost

  untuk pelaporan keuangan. Lobby atas standar yang telah diterbitkan tersebut masih berlanjut dan bahkan menjadi “argumen akuntansi yang paling dipolitisasi” (Van Riper, 1994), pada akhirnya SEC menarik dukungannya pada FASB Statement No 19 tersebut dan mengizinkan untuk melanjutkan penggunaan full cost atau successful effort. International Accounting Standard Committee (IASC) kemudian berniat untuk membahas isu ini pada tingkat internasional (Cortese dan Irvine, 2010).

  Pada tahun 1998, proyek industri ekstraktif ditambahkan ke dalam agenda formal dari International Accounting Standard Committee (IASC) yang kemudian berubah menjadi IASB. Komite internasional yang representatif ditunjuk untuk memimpin proyek, dan pada November 2000, the Extractive Industries Issues Paper diterbitkan.

  Dalam Issues Paper, IASC memperlihatkan preferensinya untuk menggunakan satu metode pengakuan biaya eksplorasi dan evaluasi yaitu metode successful effort. Mayoritas responden pun (78%) mengindikasikan preferensinya terhadap metode

  successful effort atau derivatif dari successful effort, yaitu area of interest, sedangkan

  sisa responden (22%) lebih memilih metode full cost. Berdasarkan input terhadap proses penyusunan standar tersebut, sangatlah beralasan untuk mengekspektasi bahwa IFRS 6 akan menghendaki penggunaan metode successful effort untuk mengakui biaya eksplorasi dan evaluasi. Namun ternyata, setelah IFRS 6 diterbitkan oleh IASB, isi dari

  IFRS 6 menyatakan boleh memilih antara metode full cost atau successful effort dan jiwa yang terpancar dari IFRS 6 menunjukkan kecondongannya kepada metode full

  cost , dimana biaya eksplorasi dan evaluasi dari awal diakui sebagai aset.

  Meski demikian, IFRS 6mewajibkan adanya pengungkapan terkait identifikasi dan penjelasan mengenai jumlah dalam laporan keuangan yang timbul dari eksplorasi dan evaluasi sumber daya mineral dan membantu pengguna laporan keuangan untuk memahami jumlah, waktu, dan kepastian mengenai aliran kas di masa depan dari asset eksplorasi dan evaluasi yang diakui.

  Aktivitas yang terkait dengan evaluasi dan eksplorasi misalnya (1) akuisisi hak untuk eksplorasi, (2) studi topografi, geologi, geokimia, dan geofisik, (3) pengeboran eksplorasi (4) penggalian (5) pengambilan sampling (6) aktivitas terkait evaluasi kelayakan teknis dan komersial dalam ekstrasi sumber daya mineral.

2.2. Konservatisme Konservatisme merupakan kaidah yang penting dalam pelaporan keuangan.

  Konservatisme menyiratkankehati-hatiandalampengakuan danpengukuranpendapatan danaset. Meskipun tidak adadefinisiotoritatif mengenai konservatisme, umumnya konservatismemenunjukkanpengakuanawalbiayadan kerugiandan pengakuanditangguhkanpendapatan dankeuntungan (Givoly dan Hayn, 2002).

  Konservatisme yang harus dipatuhi, yaitu tidak mengantisipasi profit tetapi mengantisipasi semua kerugian, menyediakan beberapa ukuran empiris yang dapat digunakan untuk mengukur tingkat konservatisme dan perubahan dalam konservatisme. Salah satu dari ukuran konservatisme adalah tanda dan besarnya akumulasi akrual selama periode pengamatan (Givoly dan Hayn, 2000). Akrual, yang merupakan perbedaan antara laba dan arus kas, cenderung untuk membalik: periode dimana laba melebihi arus kas operasi diduga akan diikuti oleh periode dengan akrual negatif, dan sebaliknya, periode dimana laba di bawah arus kas operasi diduga akan diikuti oleh periode dengan akrual positif. Bagi perusahaan yang cenderung stabil, nilai kumulatif dari laba sebelum depresiasi dan amortisasi diduga akan bertemu dengan nilai arus kas operasi pada waktu yang cukup panjang. Akrual negatif suatu perusahaan dalam jangka waktu yang panjang merupakan indikasi dari konservatisme, dan tingkat akumulasi dari akrual negatif bersih merupakan indikasi perpindahan tingkat konservatisme selama periode (Givoly dan Hayn, 2002).

  2.3. IFRS 6 dan Konservatisme

  Penerapan IFRS 6 yang mengakui biaya eksplorasi dan evaluasi sebagai aset meskipun pengeluaran tersebut merupakan biaya atas sumur yang tidak memiliki cadangan sumber daya alam terbukti mencerminkan bahwa aset eksplorasi dan evaluasi yang diakui ini belum tentu menunjukkan future economic benefit perusahaan, sehingga berpengaruh terhadap kualitas laba yang dihasilkan dan diduga mengurangi konservatisme dalam pelaporan keuangan.

  Berdasarkan penjelasan di atas, maka hipotesis pertama dari penelitian ini adalah: H 1 : Penerapan IFRS 6 mengurangi konservatisme pelaporan keuangan.

  2.4. Faktor-faktor yang mempengaruhi penerapan IFRS 6 dan Konservatisme

  Penyusunan dan penerbitan IFRS 6 oleh IASB diwarnai dengan lobby dari perusahaan-perusahaan pertambangan dan energi dan diawali dengan kontroversial antara pemilihan metode full cost dan successful effort, sehingga dalam penelitian ini dipertimbangkan faktor-faktor yang terkait dengan lobby atas penyusunan IFRS 6 dan kontroversi pemilihan metode tersebut.

  Seperti telah dijelaskan dalam subseksi 2.1 bahwa perusahaan yang lebih kecil dan independen yang lebih memilih metode full cost untuk menaikkan asset mereka untuk aktivitas eksplorasi sehingga menarik minat investor (Cortese et al, 2009; Van Riper, 1994). Auditor pun berperan dalam proses lobby karena IASB menjadikan auditor, khususnya big 4 sebagai responden untuk memberikan masukan mengenai pembentukkan IFRS 6 (Cortese dan Irivine, 2010).

  Penelitian terdahulu terkait dengan kontroversi pemilihan metode full cost dan

  

successful effort menyatakan bahwa pemilihan metode pencatatan biaya eksplorasi yaitu

  antara full cost dan successful effort tergantung apakah entitas pelapor berukuran kecil dan dalam tahap awal eksplorasi, atau entitas berukuran lebih besar dan lebih mampu menyerap cost dari unsuccessful effort (Katz, 1985; Van Riper, 1994).Deakin (1979) menginvestigasi bahwa terdapat hubungan antara pemilihan full cost dan successful

  

effort dengan karakteristik perusahaan seperti ukuran, umur, exploration aggressiveness

  dan demand for capital. Sebelum penerapan IFRS 6, dewan standar akuntansi di Australia mengatur pengakuan biaya eksplorasi dan evaluasi menggunakan metode successful effort dan derivatifnya, yaitu metode area of interest.

  Berdasarkan bukti empiris di atas, maka hipotesis berikutnya dalam penelitian ini adalah: H

  2 : Ukuran perusahaan, leverage, kualitas auditor dan tingkat aktivitas

  eksplorasi perusahaan berpengaruh terhadap konservatisme pelaporan keuangan. H : Penerapan IFRS 6 mempengaruhi hubungan antara penerapan ukuran

  3

  perusahaan dengan konservatisme H

  

4 : Penerapan IFRS 6 mempengaruhi hubungan antara leverage dengan

konservatisme.

  H

  

5 : Penerapan IFRS 6 mempengaruhi hubungan antara auditor dengan

konservatisme.

  H : Penerapan IFRS 6 mempengaruhi hubungan antara exploration aggressiveness

  6 dengan konservatisme.

3. Metode Penelitian

  3.1. Objek Penelitian

  Objek penelitian ini adalah penerapan IFRS 6 pada perusahaan pertambangan dan energi yang terdaftar di Australian Stock Exchange.

  3.2. Metode Pemilihan Sampel

  Sampel dalam penelitian ini adalah perusahaan pertambangan dan energi yang terdaftar di Australian Stock Exchange pada tahun 2005, 2006, 2010, dan 2011 dengan kriteria memiliki nilai revenue (tidak nol) dan memiliki data yang lengkap sesuai dengan kebutuhan penelitian. Alasan pemilihan periode sampel adalah karena penelitian ini ingin melihat bagaimana konservatisme dipengaruhi oleh penerapan IFRS 6, dimana

  IFRS 6 efektif diberlakukan oleh IASB pada tanggal 1 Januari 2006, namun dewan standar akuntansi Australia menyatakan berlakunya IFRS 6 untuk perusahaan- perusahaan di Australia per 1 Januari 2009. Sehingga untuk melihat dampak setelah penerapan IFRS 6, peneliti memilih tahun 2010 dan 2011 sebagai periode sampel, sedangkan untuk melihat dampak sebelum penerapan IFRS 6, peneliti memilih tahun 2005 dan 2006. Jeda kosong antara tahun 2006 sampai dengan 2010 sengaja tidak diambil sebagai sampel periode penelitian karena menghindari adanya early adopter IFRS 6 yang bisa menyebabkan penelitian menjadi bias.

  3.3. Prosedur Pengumpulan Data

  Data dalam penelitian ini diperoleh dari laporan keuangan tahunan perusahaan sampel yang diperoleh dari

  3.4. Operasionalisasi Variabel

3.4.1 Variabel Independen

  Variabel independen dalam penelitian ini adalah IFRS 6, ukuran perusahaan,

  

leverage , kualitas auditor, dan tingkat aktivitas eksplorasi perusahaan. IFRS 6

  menggunakan variabeldummy dengan nilai 1 untuk periode sampel telah menerapkan

  IFRS 6, dan nilai 0 untuk periode sampel belum menerapkan IFRS 6. Ukuran perusahaan menggunakan proksi natural log dari total asset, leverage menggunakan proksi debt to asset ratio, kualitas auditor menggunakan variabel dummy dengan nilai 1 apabila perusahaan diaudit oleh kantor akuntan publik big 4, dan nilai 0 apabila perusahaan diaudit oleh kantor akuntan publik non big 4. Tingkat aktivitas eksplorasi perusahaan menggunakan proksi exploration aggresiveness yang diukur dengan total biaya eksplorasi yang terjadi dibagi dengan total pendapatan perusahaan.

3.4.2. Variabel Dependen

  Variabel dependen dalam penelitian ini adalah biaya eksplorasi dan evaluasi yang diakui sebagai aset, sesuai dengan yang diarahkan dalam IFRS 6. Biaya eksplorasi dan evaluasi ini dibagi dengan total asset. Biaya eksplorasi dan evaluasi yang diakui sebagai aset ini mencerminkan berkurangnya konservatisme karena aset yang diakui tersebut belum tentu memiliki future economic benefit bagi perusahaan karena belum tentu aktivitas eksplorasi yang menimbulkan biaya eksplorasi tersebut menghasilkan cadangan sumber daya alam yang terbukti berhasil.

3.5. Model Penelitian

  Penelitian ini menggunakan dua model penelitian. Model pertama untuk pengujian Hipotesis pertama yang bertujuan untuk melihat pengaruh IFRS 6 dan faktor- faktor lain yang relevan terhadap konservatisme dalam pelaporan keuangan perusahaan sampel.

  EE_Asset =

   IFRS 6 + SIZE + LEVER + AUD + Exp_Agg

  α + β

  1 β 2 β 3 β 4 β

  5

  • + dimana:

  (1) ε

  EE_Asset = Biaya eksplorasi dan evaluasi yang diakui sebagai asset pada masing- masing tahun sampel dibagi dengan total assets.

  IFRS 6 = Variabel dummy untuk penerapan IFRS 6 dimana nilai 1 = telah menerapkan IFRS 6, dan 0 sebaliknya. SIZE = Ukuran perusahaan yang diukur dengan natural log (Ln) dari Total Assets. LEVER = Leverage perusahaan yang diukur dengan Debt to Assets ratio. AUD = Kualitas auditor dengan menggunakan proksi kantor akuntan piblik big 4, menggunakan variabel dummy dimana nilai 1 = diaudit oleh kantor akuntan publik big 4, dan 0 sebaliknya. Exp_Agg = Tingkat aktivitas eksplorasi dengan menggunakan proksi exploration aggressiveness yang diukur dengan total biaya eksplorasi yang terjadi dibagi dengan total revenue

  Model penelitian keduamenguji hipotesis kedua hingga kelima yang bertujuan dalam mempengaruhi konservatisme, sekaligus melihat faktor-faktor apa saja yang signifikan mendorong perusahaan untuk menerapkan IFRS 6.

  EE_Asset = α + β

  2 SIZE + β

  3 LEVER + β

  4 AUD + β

  5 Exp_Agg +

  1 IFRS 6 + β

  β

  6 IFRS 6*SIZE + β

  7 IFRS6*LEVER + β

  8 IFRS6*AUD + β

  9 IFRS6*Exp_Agg + ε

  (2) dimana: EE_Asset = Biaya eksplorasi dan evaluasi yang diakui sebagai asset pada masing- masing tahun sampel.

  IFRS 6 = Variabel dummy untuk penerapan IFRS 6 dimana nilai 1 = telah menerapkan IFRS 6, dan 0 sebaliknya. SIZE = Ukuran perusahaan yang diukur dengan natural log (Ln) dari Total Assets. LEVER = Leverage perusahaan yang diukur dengan Debt to Assets ratio. AUD = Kualitas auditor dengan menggunakan proksi kantor akuntan piblik big 4, menggunakan variabel dummy dimana nilai 1 = diaudit oleh kantor akuntan publik big 4, dan 0 sebaliknya. Exp_Agg = Tingkat aktivitas eksplorasi dengan menggunakan proksi exploration aggressiveness yang diukur dengan total biaya eksplorasi yang terjadi dibagi dengan total revenue

  Koefisien β

  1 diprediksisignifikan dengan arah positif yang menunjukkan bahwa

  penerapan IFRS mengurangi konservatisme. Koefisien β

  6 , β 7 , β 8 , dan β 9 diprediksi

  signifikan yang menunjukkan bahwa penerapan IFRS 6 mempengaruhi hubungan variabel ukuran perusahaan, leverage, kualitas auditor dan tingkat aktivitas eksplorasi perusahaan, yang artinya bahwa variabel-variabel tersebut merupakan salah satu faktor yang dijadikan pertimbangan perusahaan untuk menerapkan IFRS 6 yang dalam hal ini terkait dengan konservatisme perusahaan dalam melaporkan biaya eksplorasi dan evaluasinya.

3.5. Pengujian Model Penelitian

3.5.1. Uji Asumsi Klasik

  Pengujian untuk menguji uji asumsi yang dilakukan dalam penelitian ini adalah pengujian korelasi rank spearman untuk melihat apakah terjadi multikolinearitas antar variabel independen. Pengujian untuk melihat terjadinya autokorelasi menggunakan uji

  

durbin watson , sedangkan untuk mereduksi terjadinya heteroskedastisitas, dalam setiap pengujian model menggunakan White-heteroskedasticity treatment dan pengujian Breush-Pagan-Godfrey .

3.5.2. Pengujian Hipotesis

  Pengujian untuk seluruh model dalam penelitian ini menggunakan pooled least

  square . Penelitian ini tidak menggunakan data panel fixed effect karena tidak melihat pengaruh waktu antar periode dan sampel periode yang diambil tidak berturut turut.

4. Hasil

  4.1. Data Pengamatan

  Data pengamatan yang diperoleh untuk penelitian ini berjumlah 508, setelah mengeluarkan data yang memiliki revenue bernilai nol dan outlier, maka diperoleh jumlah final data pengamatan sebanyak 390 data. Tabel 1 menjelaskan proses pemerolehan jumlah akhir data pengamatan.

  Tabel 1. Data pengamatan Observasi Awal 508 Data Revenue 0 (5) Revenue Outlier (18) Aggresive Outlier (57) Assetdef Outlier (26) DAR outlier (12) Total data digunakan 390

  4.2. Statistik Deskriptif

  Tabel 2 menunjukkan statistik deskriptif atas data yang digunakan dalam penelitian ini.

  Tabel 2. Statistik Deskriptif Exploration Evaluation

  Asset

  IFRS6 Total Assets Debt Debt to

  Asset Ratio Audit Firm Exploration Aggressiveness Mean 1205243. 0.669231 47922779 8527530. 0.141973 0.353846 3.956681

  Median 0.000000 1.000000 12699788 933189.0 0.082972 0.000000 0.523660 Maximum 32044000 1.000000 9.64E+08 3.91E+08 0.766352 1.000000 26.61336 Minimum 0.000000 0.000000 74610.00 10010.00 0.002102 0.000000 0.000000 Std. Dev. 3666743. 0.471094 1.05E+08 32019992 0.153508 0.478776 6.225998 Skewness 4.553128 -0.719381 5.150847 8.142891 1.648942 0.611315 1.747555 Kurtosis 27.18988 1.517509 35.97451 83.43556 5.324226 1.373706 5.176568 Observations 390 390 390 390 390 390 390

  Perusahaan yang dipilih sebagai sampel lebih banyak diaudit oleh kantor akuntan publik non Big 4, hal ini cukup menarik bila dibandingkan dengan data-data di perusahaan pertambangan dan energi negara lain, misalnya Indonesia yang mayoritas diaudit oleh kantor akuntan publik big 4.Perusahaan sampel pada periode yang diteliti lebih banyak berada pada tingkat aktivitas eksplorasi perusahaan (exploration aggressiveness )yang cukup tinggi.

4.3. Hasil Pengujian Asumsi Klasik

  4.3.1. Uji Multikolinearitas

  Dalam pengujian multikolinearitas, digunakan pengujian korelasi rank

  

spearman . Hasil semula menunjukkan terjadi korelasi yang tinggi (0.988) antara

  variabel IFRS6 dengan interaksi antara IFRS 6 dan Ln Total Asset, seperti terlihat pada lampiran. Setelah dilakukan winsorizing dan kemudian centering atas nilai Ln Total Asset, maka korelasi antara IFRS 6 dan Ln Total Asset berkurang cukup besar menjadi 0.849. Karena telah dilakukan berbagai upaya untuk mengatasi multikolinearitas dan hasil maksimal adalah pada nilai korelasi 0.849 dan menurut peneliti, nilai korelasi tersebut tidak terlalu mendekati 1, maka peneliti mengasumsikan bahwa korelasi sebesar 0.849 antara IFRS 6 dan interaksi antara IFRS 6 dan Ln Total Asset tidak mengganggu model dan model masih bersifat BLUE (Best Linear Unbiased Estimator).

  4.3.2. Uji Heteroskedastistas

  Pengujian model dalam penelitian ini menggunakan software statistika Eviews yang memiliki opsi heteroskedasticity treatment yaitu White Heteroskedasticity, sehingga secara otomatis pengujian model telah mengkoreksi bila terjadi heteroskedastisitas. Kemudian dilakukan pengujian Breusch-Pagan-Godfrey, hasilnya adalah obs R2 memiliki nilai 64.05. Karena obs R2 memiliki nilai di atas alpha 0.05, maka dinyatakan terbebas dari heteroskedastisitas (Gujarati, 2010).

  4.3.3. Uji Autokorelasi

  Pengujian autokorelasi dilakukan dengan uji durbin watson yang menunjukkan hasil dw hitung model pertama sebesar 1.99327 dan dw hitung model kedua sebesar

  1.965971, dimana keduanya berada dalam posisi bebas autokorelasi, penjelasan lebih lengkap disajikan dalam lampiran.

4.4. Hasil Pengujian Hipotesis

4.4.1 Hasil Pengujian Hipotesis pada Model Pertama

  Pengujian untuk hipotesis pertama dan kedua yang berada di dalam model pertama penelitian ini menggunakan pengujian pooled least square. Hipotesis yang diuji adalah sebagai berikut: H 1 : Penerapan IFRS 6 mengurangi konservatisme pelaporan keuangan.

  H

  

2 : Ukuran perusahaan, leverage, kualitas auditor dan tingkat aktivitas eksplorasi

perusahaan berpengaruh terhadap konservatisme pelaporan keuangan.

  Hasil pengujian hipotesis pertama dan kedua dalam model pertama penelitian ini dijelaskan dalam Tabel 3 berikut ini.

  Tabel 3 Hasil Pengujian OLS untuk Model Pertama Dependent Variable: EE_Asset Method: Least Squares Sample: 1 390 Included observations: 390 White heteroskedasticity-consistent standard errors & covariance Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

  C -0.006238 0.028296 -0.220458 0.8256

  IFRS6 0.027526 0.006669 4.127711 0.0000 SIZE 0.000485 0.001785 0.271672 0.7860 LEVER 0.022349 0.022527 0.992100 0.3218 AUD -0.013286 0.006072 -2.187893 0.0293 Exp_Agg 0.003696 0.000770 4.797786 0.0000

  R-squared 0.158053 Mean dependent var 0.033289 Adjusted R-squared 0.147090 S.D. dependent var 0.070263 S.E. of regression 0.064890 Akaike info criterion -2.616972 Sum squared resid 1.616928 Schwarz criterion -2.555955 Log likelihood 516.3096 Hannan-Quinn criter. -2.592784 F-statistic 14.41713 Durbin-Watson stat 1.932726 Prob(F-statistic) 0.000000

  Sesuai dengan prediksi, penerapan IFRS 6 signifikan mempengaruhi konservatisme yang dibuktikan dengan koefisien β

  1 signifikan (p value = 0.0000)

  dengan arah koefisien positif. Artinya adalah penerapan IFRS 6 signifikan dimana hal ini mencerminkan berkurangnya konservatisme dalam pelaporan keuangan.

  IFRS 6 menyatakan bahwa biaya eksplorasi dan evaluasi yang terjadi dalam proses produksi tambang dan energi diakui sebagai aset. Aset eksplorasi dan evaluasi yang diakui ini belum tentu menunjukkan future economic benefit perusahaan, sehingga berpengaruh terhadap kualitas laba yang dihasilkan dan akan mengurangi konservatisme dalam pelaporan keuangan.

  Faktor-faktor yang mempengaruhi konservatisme dalam pelaporan keuangan selain penerapan IFRS 6 dan terdapat dalam model adalah kualitas auditor dan tingkat aktivitas eksplorasi perusahaan. Koefisien β

  4 signifikan (p value = 0.0293) dengan arah

  koefisien negatif. Hal ini berarti suatu kantor akuntan publik yang masuk kategori Big 4 memberikan dampak yang berbeda kepada konservatisme, dimana perusahaan yang diaudit oleh kantor akuntan publik Big 4 cenderung kurang konservatif dibandingkan dengan perusahaan yang diaudit oleh kantor akuntan publik Big 4. Hal ini diduga karena para auditor di kantor akuntan publik big 4 cenderung lebih berwawasan

  

principle-based dan lebih mengutamakan relevansi dibandingkan reliability atas suatu

pelaporan keuangan.

  Koefisien β

  5 signifikan (p=0.000) dengan arah koefisien positif menunjukkan

  bahwa tingkat aktivitas eksplorasi perusahaan berpengaruh terhadap konservatisme pelaporan keuangan, dimana semakin tinggi tingkat aktivitas eksplorasi suatu perusahaan maka konservatisme dalam pelaporan keuangannya semakin berkurang. Hal ini diduga karena semakin tinggi aktivitas eksplorasi maka menyebabkan tingginya biaya eksplorasi dan evaluasi. Apabila biaya eskplorasi yang terjadi belum tentu dapat diatribusikan kepada cadangan terbukti (proyek yang berhasil), maka biaya tersebut harus diakui sebagai beban, apabila biaya eksplorasi yang terjadi cukup tinggi maka pengakuan beban pun akan besar yang akan mempengaruhi laba perusahaan. Oleh karena itu, perusahaan yang berada dalam tahap eksplorasi yang lebih besar cenderung lebih memilih menerapkan full cost yang sejiwa dengan IFRS 6 daripada memilih metode succesful effort.

4.4.2 Hasil Pengujian Hipotesis pada Model Kedua

  Pengujian untuk hipotesis ketiga sampai dengan hipotesis keenam yang berada di dalam model kedua penelitian ini menggunakan pengujian pooled least square. Hipotesis yang diuji adalah sebagai berikut: H

  

3 : Penerapan IFRS 6 mempengaruhi hubungan antara penerapan ukuran

  perusahaan dengan konservatisme H

  

4 : Penerapan IFRS 6 mempengaruhi hubungan antara leverage dengan

konservatisme.

  H

  5

  : Penerapan IFRS 6 mempengaruhi hubungan antara auditor dengan konservatisme.

  H

  

6 : Penerapan IFRS 6 mempengaruhi hubungan antara exploration aggressiveness

dengan konservatisme.

  Hasil pengujian hipotesis ketiga sampai keenam dalam model kedua penelitian ini dijelaskan dalam Tabel 4 berikut ini.

  Tabel 4 Hasil Pengujian OLS untuk Model Kedua Dependent Variable: EE_Asset Method: Least Squares Sample: 1 390 Included observations: 390 White heteroskedasticity-consistent standard errors & covariance Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

  C -0.025497 0.034295 -0.743463 0.4577

  IFRS6 0.020035 0.009172 2.184313 0.0295 SIZE 0.001952 0.002072 0.942166 0.3467 LEVER 0.033941 0.033088 1.025767 0.3057 AUD -0.009615 0.007258 -1.324720 0.1861 Exp_Agg 0.001780 0.001000 1.780246 0.0758

IFRS6*SIZE -0.001311 0.003227 -0.406350 0.6847

IFRS6*LEVER -0.018503 0.046207 -0.400443 0.6891

  IFRS6*Exp_Agg 0.002996 0.001455 2.059028 0.0402 R-squared 0.176393 Mean dependent var 0.033289 Adjusted R-squared 0.156886 S.D. dependent var 0.070263 S.E. of regression 0.064517 Akaike info criterion -2.618483 Sum squared resid 1.581708 Schwarz criterion -2.516786 Log likelihood 520.6041 Hannan-Quinn criter. -2.578170 F-statistic 9.042758 Durbin-Watson stat 1.965971 Prob(F-statistic) 0.000000

  Hasil dalam Tabel 4 menunjukkan bahwa IFRS 6 tetap signifikan (p=0.0295) berpengaruh terhadap aset eksplorasi dan evaluasi dengan arah koefisien positif yang mencerminkan bahwa penerapan IFRS 6 mengurangi konservatisme. Hasil pengujian dengan menggunakan pooled leaset square atas model kedua ini hanya mendukung hipotesis keenam, yaitu bahwa penerapanIFRS 6 mempengaruhi hubungan antara

  

exploration aggressiveness dengan konservatisme. Dengan kata lain, tingkat aktivitas

  eksplorasi perusahaan menjadi salah satu faktor yang dipertimbangkan dalam menerapkan IFRS 6 yang bertujuan untuk mengurangi konservatisme. Hal ini diduga karena perusahaan yang sedang dalam tahap eksplorasi besar-besaran yang otomatis mengeluarkan biaya eksplorasi dan evaluasi yang tinggi cenderung menghindari untuk mengakui biaya tersebut sebagai beban karena akan menurunkan laba perusahaan secara signifikan. Perusahaan pertambangan dan energi yang sedang dalam tahap eksplorasi besar atau dengan kata lain memiliki tingkat aktivitas eksplorasi yang tinggi, cenderung untuk memilih mengakui biaya eksplorasi dan evaluasi sebagai aset seperti yang diarahkan oleh IFRS 6.

4.5. Analisis Sensitivitas (Robustness Test)

  Analisis sensitivitas dilakukan agar hasil penelitian ini bersifat robust dan bukti empiris yang dihasilkan dalam penelitian ini lebih terhindari dari bias. Pengujian sensitivitas yang dilakukan dalam penelitian ini adalah dengan cara meregresi ulang model kedua dengan memasukkan variabel SE (successful effort) yang menunjukkan bahwa perusahaan menerapkan successful effort atau tidak, meskipun telah menerapkan

  IFRS 6. Alasan pemilihan variabel successful effort adalah karena apabila suatu perusahaan memilih untuk menerapkan metode successful effort, maka perusahaan tersebut cenderung bertindak lebih konservatif karena dalam metode successful effort biaya eksplorasi dan evaluasi yang diakui sebagai aset adalah biaya eksplorasi yang dikeluarkan untuk aktivitas eksplorasi pada sumur yang terbukti terdapat cadangan sumber daya alam, sedangkan biaya eksplorasi yang dikeluarkan untuk sumur yang tidak terbukti (dry hole) diakui sebagai beban. Model penelitian untuk analisis sensitivitas adalah:

  EE_Asset =

   IFRS 6 + SIZE + LEVER + AUD + Exp_Agg +

  α + β

  1 β 2 β 3 β 4 β

  5 SE +

   IFRS 6*SIZE +

   IFRS6*LEVER +

   IFRS6*AUD +

  β

  6 β 7 β 8 β

  9

  β

   IFRS6*Exp_Agg + β

   IFRS6*SE + ε (3)

  10

  

11 dimana: EE_Asset = Biaya eksplorasi dan evaluasi yang diakui sebagai asset pada masing- masing tahun sampel.

  IFRS 6 = Variabel dummy untuk penerapan IFRS 6 dimana nilai 1 = telah menerapkan IFRS 6, dan 0 sebaliknya. SIZE = Ukuran perusahaan yang diukur dengan natural log (Ln) dari Total Assets. LEVER = Leverage perusahaan yang diukur dengan Debt to Assets ratio. AUD = Kualitas auditor dengan menggunakan proksi kantor akuntan piblik big 4, menggunakan variabel dummy dimana nilai 1 = diaudit oleh kantor akuntan publik big 4, dan 0 sebaliknya. Exp_Agg = Tingkat aktivitas eksplorasi dengan menggunakan proksi exploration aggressiveness yang diukur dengan total biaya eksplorasi yang terjadi dibagi dengan total revenue

  SE = Pemilihan metode successful effort dengan nilai 1 untuk perusahaan yang memilih metode successful effort dan nilai 0 apabila tidak.

  Ekspektasi dan prediksi atas koefisien regresi variabel SE adalah signifikan dengan arah negatif, yang menunjukkan bahwa penerapan metode successful effort akan menambah konservatisme. Hasil pengujian sensitivitas terdapat pada Tabel 5 berikut ini.

  Tabel 5 Hasil Pengujian Sensitivitas Dependent Variable: ASSETDEF Method: Least Squares Sample: 1 390 Included observations: 390 White heteroskedasticity-consistent standard errors & covariance Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

  C -0.015232 0.033667 -0.452427 0.6512

  IFRS6 0.014790 0.009617 1.537943 0.1249 SIZE 0.001537 0.002035 0.755574 0.4504 LEVER 0.031404 0.032518 0.965722 0.3348 AUD -0.009377 0.007243 -1.294692 0.1962 Exp_Agg 0.001885 0.001010 1.866976 0.0627

SE -0.018821 0.006346 -2.965850 0.0032

IFRS6*SIZE -0.001168 0.003301 -0.354035 0.7235

IFRS6*LEVER -0.018579 0.046258 -0.401639 0.6882

  IFRS6*Exp_Agg 0.002843 0.001462 1.943971 0.0526

  IFRS6*SE 0.025469 0.012217 2.084681 0.0378 S.E. of regression 0.064488 Akaike info criterion -2.614377 Sum squared resid 1.572008 Schwarz criterion -2.492342 Log likelihood 521.8036 Hannan-Quinn criter. -2.566002 Durbin-Watson stat 1.957118

  Hasil regresi atas analisis sensitivitas yang memasukkan variabel pemilihan metodesuccessful effort ke dalam model penelitian utama menunjukkan bahwa koefisien β

  

6 signifikan dan memiliki arah negatif. Hal ini sesuai dengan prediksi dan ekspektasi

  peneliti bahwa pemilihan metode succesful effort meningkatkan konservatisme dalam pelaporan keuangan, yang mengkonfirmasi bahwa penerapan IFRS 6 yang mengarahkan pengakuan biaya eksplorasi dan evaluasi sebagai aset memang ternyata mengurangi konservatisme.

  Simpulan ini diperkuat oleh koefisien β

  11 yang merupakan koefisien interaksi antara IFRS 6 dengan SE memiliki p valuesignifikan (p=0.0378) dengan arah positif.

  Hal ini menunjukkan bahwa penerapan IFRS 6 menyebabkan berkurangnya konservatisme dari pemilihan metode successful effort. Ketika metode succesful effort diregresikan terhadap aset eksplorasi dan evaluasi tanpa diinteraksikan dengan penerapan IFRS 6 menunjukkan arah koefisien positif dan signifikan, sedangkan ketika diinteraksikan dengan IFRS 6 arah koefisiennya menjadi negatif. Artinya, sebelum dipengaruhi oleh penerapan IFRS 6, pemilihan metode successful effort memberikan pengaruh terhadap meningkatnya konservatisme, namun setelah adanya pengaruh penerapan IFRS 6 maka metode successful effort menjadi tidak mampu lagi meningkatkan konservatisme.

5. Kesimpulan dan Keterbatasan Penelitian

  5.1. Kesimpulan

  Berdasarkan hasil pengujian hipotesis dan analisis sensitivitas, maka kesimpulan dari penelitian ini adalah:

  1. Penerapan IFRS 6, Exploration for and Evaluation of Mineral Resources terbukti mengurangi konservatisme dalam pelaporan keuangan perusahaan pertambangan dan energi di Australia.

  2. Faktor-faktor yang mempengaruhi konservatisme dalam pelaporan keuangan selain penerapan IFRS 6 dan terdapat dalam model adalah kualitas auditor dan tingkat aktivitas eksplorasi perusahaan.

  3. Penerapan IFRS 6 mempengaruhi hubungan antara exploration aggressiveness dengan konservatisme. Dengan kata lain, tingkat aktivitas eksplorasi perusahaan menjadi salah satu faktor yang dipertimbangkan dalam menerapkan IFRS 6 yang bertujuan untuk mengurangi konservatisme.

  5.2. Keterbatasan Penelitian dan Saran bagi Penelitian Selanjutnya

  Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan, yaitu: 1. Sampel penelitian ini adalah perusahaan pertambangan dan energi hanya di satu negara saja yang telah mengadopsi IFRS 6.

  2. Belum memasukkan analisis trend pertumbuhan produksi dan harga produksi tambang dan minyak bumi selama periode pengamatan untuk memperkuat hasil penelitian ini atau bahkan memperoleh temuan baru. Berdasarkan keterbatasan penelitian di atas, saran bagi penelitian selanjutnya adalah:

  1. Menambah sampel penelitian dari berbagai negara dan melakukan analisis lintas negara.

  2. Memasukkan trend pertumbuhan produksi dan harga produksi tambang dan minyak bumi dalam analisis hasil penelitian ataupun dalam analisis sensitivitas.

  Daftar Referensi

  Basu, Sudipta. (1997). The conservatism principle and the asymmetric timeliness of Earnings. Journal of Accounting and Economics, vol. 24, no. 1:3-37. Beaver, William H. and Stephen G. Ryan. (2005). Conditional and unconditional: Concept and Modeling. Review of Accounting Studies. Cortese, C. L., Irvine, H. J., and Kaidonis, M. A. (2009). Extractive industries accounting and economic consequences: Past, present and future. Accounting

  Forum, 33(1), 27–37. Cortese, Corinne., and Helen Irvine. (2010). Investigating International Accounting Standard Setting: The Black Box of IFRS 6. Research in Accounting.

  Deakin, Edward B. (1979). An Analysis of Differences between Non-Major Oil Firms Using Successful Efforts and FullCost Methods. The Accounting Review, Vol.

  54, No. 4 (Oct., 1979), pp. 722-734 Flory, S. M., and Grossman, S. D. (1978). New oil and gas accounting requirements. The CPA Journal, 48(5), 39–43. Givoly, D., and C. Hayn. (2000). The Changing time-series properties of earnings, cash flows and Accruals: Has financial reporting become more conservative? Journal of Accounting and Economics,vo l. 29, no. 3 (June):287-320. Givoly, D., and C. Hayn. (2002). Rising Conservatism: Implications for Financial

  Analysis. Financial Analysts Journal, Vol. 58, No. 1 Ikatan Akuntan Indonesia. (2011). Exposure Draft PSAK 64: Eksplorasi dan Evaluasi

  Sumber Daya Mineral International Accounting Standard Board. (2004). IFRS 6, Exploration for and Evaluation of Mineral Resources.

  Katz, L. C. (1985). Oil and gas: A compromise method of accounting. Journal of accountancy, 159(6), 116–124. KPMG. (2005). First impressions: IFRS 6, Exploration for and Evaluation of Mineral Resources. KPMG Publication. Van Riper, R. (1994). Setting standards for financial reporting: FASB and the struggle for control of a critical process. Connecticut, USA: Quorum Books.