KETERAMPILAN DIAGNOSTIK PEMERIKSAAN ELEKTROKARDIOGRAFI (EKG)

  FAKULTAS KEDOKTERAN KETERAMPILAN DIAGNOSTIK PEMERIKSAAN ELEKTROKARDIOGRAFI (EKG)

  

Buku Pedoman Keterampilan Klinis

  

LABORATORIUM KETERAMPILAN KLINIS

KETERAMPILAN PEMERIKSAAN

ELEKTROKARDIOGRAFI (EKG)

  Buku Pedoman Keterampilan Klinis

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

  

2016

TIM PENYUSUN 1.

   Heru Sulastomo* 2. Arif Suryawan** 3. Ratna Kusumawati** 4. Yuliana Heri Suselo** 5. Ninik Purwaningtyas* 6. Dono Indarto** 7. Sinu Andhi Jusup** 8. Balqis** 9. Kiyatno**

  • * Bagian Jantung dan Pembuluh Darah Fakultas Kedokteran Universitas

    Sebelas Maret Surakarta/ RSUD dr Moewardi Surakarta

    **Bagian Fisiologi Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret

    Surakarta

KATA PENGANTAR

  Kami mengucapkan puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, karena

dengan bimbingan-Nya pada akhirnya penulis dapat menyelesaikan penyusunan

Buku Keterampilan Klinia : Pemeriksaan Elektrokardiografi (EKG) sebagai Pedoman

Keterampilan Klinis bagi mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret

Surakarta Semester 3. Buku Pedoman Keterampilan Klinis ini disusun sebagai salah

Problem Based Learning di FK UNS. satu penunjang pelaksanaan Perubahan paradigma pendidikan kedokteran serta berkembangnya

teknologi kedokteran dan meningkatnya kebutuhan masyarakat menyebabkan

perlunya dilakukan perubahan dalam kurikulum pendidikan dokter khususnya

kedokteran dasar di Indonesia. Seorang dokter umum dituntut untuk tidak hanya

menguasai teori kedokteran, tetapi juga dituntut terampil dalam mempraktekkan

teori yang diterimanya termasuk dalam melakukan Pemeriksaan Fisik dan

Keterampilan Diagnostik yang benar terhadap pasiennya.

  Keterampilan Pemeriksaan Elektrokardiografi ini dipelajari di semester III

Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta. Dengan disusunnya

buku ini penulis berharap mahasiswa kedokteran lebih mudah dalam mempelajari

dan memahami pemeriksaan elektrokardiografi (EKG) dengan benar sebagai

bagian dari keterampilan diagnostik dan terapeutik.

  Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah

membantu penyusunan buku ini. Penulis menyadari bahwa buku ini masih banyak

kekurangannya, sehingga penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang

membangun untuk perbaikan dalam penyusunan buku ini.

  Terima kasih dan selamat belajar.

  Surakarta, Agustus 2016

  Tim penyusun

  

DAFTAR ISI

Halaman Judul ..............................................................................................

  1 Tim Penyusun ..............................................................................................

  2 Kata Pengantar ............................................................................................

  3 Daftar Isi .....................................................................................................

  4 Abstrak........................................................................................................

  5 Tata Tertib Mahasiswa di Skills Lab ................................................................

  6 Pemeriksaan Elektrokardiografi.......................................................................

  11 Tujuan Pembelajaran..........................................................................

  11 Tingkat Kompetensi Pemeriksaan EKG berdasar SKDI 2012 ...................

  11 Pendahuluan......................................................................................

  12 A.

  12 Anatomi........................................................................................

  B.

  13 Dasar-dasar fisiologi......................................................................

  C.

  17 Cara pemasangan elektrokardiografi...............................................

  D.

  23 Interpretasi pemeriksaan elektrokardiografi..................................... Daftar Pustaka...............................................................................................

  36 Cheklist Penilaian 1.

  37 Keterampilan Pemeriksaan EKG.......................................................

  2.

  38 Interpretasi EKG.............................................................................

  

Abstrak

  Pemeriksaan elektrokardiografi (EKG) merupakan salah satu kompetensi yang harus dikuasai dalam kurikulum pendidikan dokter. Pemeriksaan EKG merupakan salah satu pemeriksaan penunjang untuk menegakkan diagnosis penyakit jantung. EKG juga memiliki keterbatasan antara lain adanya variasi normal pada beberapa populasi yang terkadang menimbulkan misdiagnosis, sehingga dalam melakukan interpretasi EKG perlu juga diketahui data fisik dan data klinis pasien.

  Pada pembelajaran ini, mahasiswa akan mempelajari bagaimana melakukan pemasangan EKG dan cara menginterpretasi hasil pemeriksaan EKG. Teknis pembelajaran dilangsungkan dengan metode belajar terbimbing dengan didampingi instruktur dan mandiri dengan belajar sendiri, serta responsi untuk mengevaluasi hasil belajar. Penilaian

  Objective Structure Clinical Examination akhir dilakukan pada akhir semester melalui (OSCE).

TATA TERTIB MAHASISWA DI SKILLS LAB 1.

  KETENTUAN UMUM : a.

  Mahasiswa wajib hadir tepat waktu.

  b.

  Mahasiswa yang datang terlambat lebih dari 15 menit tidak di ijinkan mengikuti kegiatan skills lab pada hari itu.

  c.

  Aturan berpakaian : 1) Mengenakan jas laboratorium sebelum masuk ruangan 2) Disarankan memakai celana panjang, tetapi bukan jeans.

  3) Tidak boleh mengenakan pakaian ketat, kaos tanpa kerah atau sandal. 4) Tidak boleh berdandan berlebihan, berkuku panjang, rambut diikat rapi.

  d.

  Dilarang makan dan minum dalam ruang latihan.

  e.

  Berlaku tertib, tidak bersendau-gurau dan tidak membuat keributan yang akan mengganggu kelompok lain serta dilarang mengaktifkan alat komunikasi dan barang elektronik lainnya.

  f.

  Sebelum latihan, mahasiswa harus membuat BUKU RENCANA KEGIATAN yang akan ditandatangani oleh instruktur, jika mahasiswa tidak membuat BUKU RENCANA KEGIATAN maka tidak diperbolehkan mengikuti kegiatan skills lab.

  g.

  Sebelum kegiatan skills lab instruktur akan memberikan PRETEST.

  Pretes dapat diberikan secara lisan/tertulis. Instruktur berhak menghentikan proses pembelajaran dan mengeluarkan mahasiswa yang dianggap tidaksiap (sesi dapat dijadwalkan lagi/diikutkan sesi inhal).

  h.

  Dalam menjalankan latihan keterampilan di Skills Lab, setiap mahasiswa harus mau berlatih memeriksa dan diperiksa (menjadi probandus bagi teman sekelompok). i.

  Untuk efisiensi waktu latihan, mahasiswa diharuskan membawa peralatan yang dianjurkan untuk dibawa (sesuai topik keterampilan). j.

  Instruktur berhak menghentikan proses latihan atau mengeluarkan mahasiswa yang dianggap belum siap atau tidak mematuhi tata tertib Skills Lab.

  k.

   Mahasiswa diwajibkan untuk aktif melihat pengumuman di papan pengumuman skillslab dan website skillslab : http//skillslab.fk.uns.ac.id

2. KETENTUAN IJIN : a.

  Mahasiswa wajib mengikuti seluruh rangkaian kegiatan Skills Lab sesuai jadwal, yang secara berurutan meliputi Kuliah Pengantar, Sesi Terbimbing, Sesi Responsi, ujian tulis, OSCE dan ujian ulang.

  b.

  Ijin untuk tidak mengikuti kegiatan Skills Lab hanya diberikan apabila : 1) Mahasiswa ybs sakit(disertai Surat Keterangan

  Dokter). 2) Anggota keluarga inti meninggal (disertai bukti tertulis dan surat ijin yang ditandatangani orang tua).

  3) Mahasiswa ybs menikah (dibuktikan dengan undangan dan surat ijin yang ditandatangani orang tua).

  4) utusan/wakil Fakultas atau Menjadi universitas dalam suatu kegiatan kemahasiswaan resmi (disertai surat tugas dan surat ijin yang ditandatangani oleh PD3).

  c.

  Bila berada di luar kota dan belum bisa menyerahkan surat ijin, harap menghubungi Skills Lab dengan no telpon 0271- 7890464, surat ijin bisa diserahkan kemudian.

  d.

  Bila tidak mengikuti satu kegiatan dengan alasan di luarpoin 2.2, maka mahasiswa tersebut dinyatakan MANGKIR/ INDISIPLINER dan tidak diperkenankan mengikuti ujian untuk topik tersebut sehingga dinyatakan TIDAK LULUS kecuali memenuhi persyaratan untuk inhal.

  3. KETENTUAN INHAL

a. Mahasiswa yang tidak mengikuti kegiatan skills lab wajib mengikuti inhal dengan ketentuan mengumpulkan surat ijin dan mendaftar di skills lab.

  b. Mahasiswa yang tidak mengikuti kegiatan skills lab dikarenakan alasan di

  luarpoin 2.2 wajib membuat surat keterangan yang ditandatangani Dosen Pembimbing Akademik dan Orang Tua sebagai syarat mendaftar inhal.

  c. Mahasiswa yang seharusnya inhal tetapi tidak mengikuti inhal sesuai

  jadwal maka tidak diperbolehkan mengikuti ujian osce topik tersebut.

4. KETENTUAN PENGGUNAAN ALAT & RUANG : a.

  Setiap mahasiswa wajib menjaga kebersihan ruangan latihan.

  Seusai latihan, kondisi ruangan dikembalikan seperti semula, tidak boleh ada sampah tertinggal dalam ruang latihan.

  b.

  Sebelum kegiatan, ketua kelompok mengambil alat latihan dengan menandatangani form peminjaman alat. Seusai kegiatan, mahasiswa harus mengembalikan alat yang dipergunakan untuk latihan dalam keadaan bersih, baik, lengkap dan dikembalikan dalam tempatnya.

  c.

  Mahasiswa tidak diperkenankan membuka lemari atau menggunakan alat selain yang dipergunakan untuk latihan keterampilan saat itu.

  d.

  Di Skills Lab banyak peralatan medis dan manekin berbasis elektronik dan mahal, dengan aturan penggunaan tertentu. Gunakan alat/ manekin yang disediakan sesuai dengan cara kerjanya.

  e.

  Bila tidak memahami cara kerjanya, mintalah bantuan petugas.

  f.

  Setiap mahasiswa wajib menjaga keutuhan dan fungsi alat dengan menggunakan alat sesuai standar pemakaian. Mahasiswa/ kelompok mahasiswa, yang akibat kelalaiannya menyebabkan kerusakan/ kehilangan alat, diwajibkan untuk mengganti. Aturan penggantian alat akan ditetapkan kemudian.

  g.

  Alat-alat dan media pembelajaran seperti VCD atau kaset hanya diperkenankan untuk digunakan di tempat (Skills Lab) dan tidak boleh dibawa keluar atau digandakan.

  h.

  Kelompok mahasiswa yang ingin berlatih secara mandiri di luar jadwal yang sudah ditetapkan, dapat menghubungi petugas Skills Lab untuk menentukan hari latihan (dengan catatan : latihan mandiri dilakukan di hari & jam kerja, ruang & alat tidak dipergunakan untuk ujian/ latihan yang sudah terjadwal).

5. KETENTUAN PENILAIAN : a.

  Nilai Skills Lab akan diperhitungkan secara menyeluruh dari nilai ujian attitude/ sikap selama latihan (mencakup : (tulis & OSCE) serta nilai kedisiplinan, cara berpakaian, konsentrasi/ perhatian pada latihan, sikap terhadap dosen, staf Skills Lab, pasien simulasi, sesama teman maupun terhadap fasilitas Skills Lab).

b. Nilai batas lulus topik : 70

  Nilai dalam KHS : 1) : A >90 2) : A- 80 – 89 3) : B+ 75 – 79 4) : B 70 –74 5) : B- 67 – 69 6) : C+ 64 – 66 7) : C 60 – 63 8) : D 50 – 59 9) : E <50

  

c. Penentuan perlu tidaknya mahasiswa menjalani ujian ulang ditentukan setelah

penghitungan nilai akhir.

  d. Ujian ulang : a.

  Kesempatan ujian ulang diberikan sebanyak 1 kali.

  b.

  Ujian ulang hanya diperuntukkan bagi mahasiswa yang belum lulus pada ujian pertama.

  c.

  Mahasiswa yang tidak mengikut ujian pertama tidak diperbolehkan mengikuti ujian ulang kecuali dengan alasan yang jelas.

  d.

  Nilai ujian ulang maksimal adalah 70 (B).

  1) Mahasiswa yang gagal pada ujian ulang dinyatakan tidak lulus, dan dipersilakan mengambil kembali topic tersebut tahun depan dengan mengumpulkan fotokopi KRS topik yang diambil.

  2) Mahasiswa yang terbukti melakukan kecurangan saat ujian akan diberi sangsi berupa pengurangan nilai sampai dengan pembatalan nilai

  (tidak lulus) e.

  Setiap pengumuman akan ditempel oleh pengelola di papan pengumuman Skills Lab. Setiap mahasiswa diharap aktif melihat sendiri pengumuman yang ditempel di papan pengumuman Skills Lab. Tidak ada toleransi terhadap ketidaktahuan akan informasi yang sudah ditempel di papan pengumuman. f.

  

Pengelola Skills Lab tidak mentolerir ketidakjujuran, kecurangan dan

pelanggaran tata tertib selama kegiatan pembelajaran g.

  

Pelanggaran terhadap peraturan Skills Lab akan dikenai sanksi berupa

teguran lisan, referat, pengurangan nilai atau pembatalan nilai dan dinyatakan tidak lulus.

  h.

  

Hal-hal di luar peraturan tata tertib skills lab akan diatur selanjutnya oleh

pengelola skills lab.

  

PEMERIKSAAN ELEKTROKARDIOGRAFI (EKG)

  Heru Sulastomo*, Arif Suryawan**, Ratna Kusumawati**, Yuliana Heri Suselo**, Niniek Purwaningtyas*, Dono Indarto**, Sinu Andhi Jusup**, Balgis**, Kiyatno**

  • * Bagian Kardiologi dan Kedokteran Vaskular Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret

    Surakarta/ RSUD dr Moewardi Surakarta **Bagian Fisiologi Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta

TUJUAN PEMBELAJARAN

  Setelah mempelajari pemeriksaan elektrokardiografi ini mahasiswa diharapkan mampu:

  1. Mengetahui anatomi dan fisiologi kelistrikan jantung.

  2. Melakukan pemasangan elektrokardiografi.

  3. Mengetahui morfologi elektrokardiografi.

  4. Melakukan interpretasi elektrokardiografi normal.

  5. Melakukan interpretasi elektrokardiografi patologis.

  Tingkat Kompetensi Ketrampilan Klinik menurut SKDI 2012

  PENDAHULUAN

  Pemeriksaan elektrokardiografi merupakan salah satu pemeriksaan penunjang untuk membantu mendiagnosis penyakit jantung. Bekal pengetahuan yang harus dimiliki mahasiswa sebelum mempelajari keterampilan Pemeriksaan Elektrokardiografi (EKG) adalah :

  1. Anatomi dinding dada dan jantung (ruang jantung, katub jantung, dan pembuluh darah besar).

  2. Fisiologi jantung (siklus jantung, sistem konduksi jantung, dan listrik jantung).

A. ANATOMI JANTUNG

  Jantung merupakan organ muskular yang terletak di rongga dada. Jantung terletak di bagian depan dan diapit oleh kedua organ paru. Jantung memiliki bagian berbentuk meruncing yang disebut apeks jantung, yang pada umumnya mengarah ke kiri bawah tubuh. Organ jantung dilapisi di bagian luar oleh suatu membran yang disebut perikardium. Sedangkan jantung sendiri sebagian besar tersusun dari otot jantung (miokardium). Jantung memiliki empat rongga yaitu atrium dextra, atrium sinistra, ventrikel dextra dan ventrikel sinistra. Antara bagian kanan dengan kiri dipisahkan oleh sekat/septum sehingga darah pada satu sisi tidak bercampur dengan darah di sisi yang lain.

B. DASAR-DASAR FISIOLOGI B.1. Sistem Konduksi Jantung

  Secara umum jantung dibentuk oleh tiga jenis sel eksitasi : Sel pacemaker sebagai sumber biolistrik jantung

  • Sel konduksi sebagai penghantar arus biolistrik jantung
  • Sel otot jantung (miokardium) yang berfungsi untuk kontraksi
  • Komunikasi listrik pada jantung dimulai dengan potensial aksi pada sel autoritmik. Denyut jantung bersumber dari sistem penghantar jantung khusus dan menyebar ke semua bagian otot jantung melalui sistem ini. Struktur yang menyusun sistem penghantar jantung yaitu nodus sinoatrial (nodus SA), nodus atrioventrikel (nodus AV), berkas his bundle of his) dan cabangnya, dan sistem purkinje. Pada keadaan normal nodus SA

  ( merupakan pacemaker utama.

  Depolarisasi dimulai di nodus SA, sel autoritmik di atrium kanan yang berfungsi sebagai picu jantung utama. Kemudian depolarisasi menyebar dengan cepat melalui sistem hantar khusus serat autoritmik non-kontraktil. Suatu jaras internodal menghubungkan nodus SA dengan nodus AV, suatu kelompok sel autorikmik di dekat dasar atrium kanan. Dari nodus AV, depolarisasi menjalar ke ventrikel. Serat purkinje, sel hantar khusus, meneruskan sinyal listrik dengan cepat di sepanjang berkas AV yang disebut berkas his pada septum ventrikel. Di bagian awal septum, berkas AV terbagi dua menjadi berkas cabang kanan dan kiri. Kedua cabang berkas berjalan menuju apeks jantung dan selanjutnya terbagi menjadi cabang purkinje yang menyebar di antara sel-sel kontraktil (dapat dilihat pada gambar di bawah ini)

  B.2. Siklus Jantung

  Proses depolarisasi teratur pada jantung memicu suatu kontraksi yang menyebar melalui miokardium. Di setiap serabut otot, kontraksi dimulai tepat setelah depolarisasi. Jantung berkontraksi dan berelaksasi selama satu siklus jantung. Setiap siklus jantung memiliki dua fase yaitu diastolik dan sistolik. Atrium dan ventrikel tidak bersamaan ketika mengalami kontraksi dan relaksasi. Penjelasan siklus jantung dapat dilihat pada gambar berikut :

  B.3. Listrik Jantung dan Elektrokardiografi

  Aktifitas listrik jantung merupakan potensial aksi serabut otot jantung. Dalam teknik pemeriksaan klinik, kita tak dapat meletakkan suatu elektroda ekstraseluler pada permukaan jantung, apalagi pemasangan mikroelektroda di dalam sel. Potensial aksi yang ditimbulkan oleh aktifitas jantung cukup besar, sehingga dapat dihantarkan oleh jaringan- jaringan sekeliling jantung sampai pada permukaan badan. Sehingga potensial aksi tersebut dapat ditangkap oleh elektroda-elektroda yang dipasang di permukaan badan. Jaringan sekitar jantung tersebut dinamakan “volume conductor”.

  Impuls jantung menjalar ke bagian-bagian jantung menurut urutan tertentu secara teratur. Ada kalanya bahwa satu bagian jantung aktif bersifat elektronegatif pada permukaannya, sedangkan bagian lain yang belum terpacu menjadi elektropositif pada permukaannya. Selama repolarisasi beberapa bagian jantung pulih sebagai sedia kala dan bersifat elektropositif pada permukaan, sedang bagian-bagian lain masih dalam keadaan terpacu dan bersifat elektronegatif.

  Elektrokardiografi (EKG) adalah grafik yang merekam potensial listrik pada jantung yang dihantarkan ke permukaan badan dan tercatat sebagai perbedaan potensial pada elektroda-elektroda pada kulit. Perbedaan potensial ini terjadi karena proses eksitasi yang tidak terjadi simultan pada seluruh jantung. Elektrokardiografi merepresentasikan aktivitas listrik total pada jantung yang direkam pada permukaan tubuh. Hal yang harus diingat adalah bahwa elektrokardiografi merupakan “gambaran” listrik suatu objek tiga dimensi.

  B.4. Peristiwa Listrik pada Siklus Jantung

  Setelah kita membahas listrik jantung dan siklus jantung, selanjutnya akan membahas peristiwa listrik dalam hal ini gelombang listrik pada elektrokardiografi dikaitkan dengan kontraksi atau relaksasi otot jantung secara umum. Peristiwa mekanik pada siklus jantung sedikit tertinggal dibanding sinyal listrik jantung (kontraksi otot jantung mengikuti potensial aksi). Hal ini menjadi alasan mengapa digunakan banyak lead (sadapan). Siklus jantung dimulai saat atrium dan ventrikel dalam keadaan istirahat. Sedangkan EKG diawali dengan depolarisasi atrium. Gambar berikut menjelaskan keterkaitan peristiwa listrik (gelombang) EKG selama satu siklus kontraksi-relaksasi otot jantung :

C. CARA PEMASANGAN ELEKTROKARDIOGRAFI C.1. Persiapan, kalibrasi

  Persiapan probandus/pasien a.

  Sebaiknya istirahat 15 mnt sebelum pemeriksaan.

  b.

  Bila menggunakan perhiasan/logam supaya dilepas c. Pasien diminta membuka baju bagian dada d.

  Pasien dipersilakan tidur terlentang, posisi pemeriksa berada di sebelah kiri pasien e.

  Pasien diusahakan untuk tenang, bernafas normal, selama proses perekaman tidak boleh bicara f.

  Bersihkan daerah yang akan dipasang elektroda dengan kapas beralkohol g.

  Oleskan pasta EKG pada elektroda untuk memperbaiki hantaran listrik.

  h.

  Sebaiknya tidak merokok/makan 30 mnt sebelumnya Untuk membaca/ interpretasi sebuah EKG, paling sedikit kita harus mempunyai data-data tentang hal-hal di bawah ini: a.

  Umur penderita: karena bentuk EKG normal pada bayi dan anak-anak sangat berbeda dengan EKG normal orang dewasa.

  b.

  Tinggi, berat dan bentuk badan: orang yang gemuk mempunyai dinding dada yang tebal, sehingga amplitudo semua komplek EKG lebih kecil, sebab voltase berbanding berbalik dengan kuadrat jarak elektroda dengan sel otot jantung.

  c.

  Tekanan darah dan keadaan umum penderita: Hal ini penting apakah peningkatan voltase pada komplek ventrikel kiri ada hubungannya dengan kemungkinan hipertofi dan dilatasi ventrikel kiri.

  d.

  Penyakit paru pada penderita: posisi jantung dan voltase dari komplek-komplek EKG dapat dipengaruhi oleh adanya empisema pulmonum yang berat, pleural effusion dan lain-lain.

  e.

  Penggunaan obat digitalis dan derivatnya: akan sangat mempengaruhi bentuk EKG. Maka misalnya diperlukan hasil EKG yang bebas dari efek, digitalis, perlu dihentikan sekurang-kurangnya 3 minggu dari obat digitalis tersebut.

  Persiapan kertas dan alat EKG : 1.

  Kertas grafik garis horizontal dan vertikal dengan jarak 1 mm.

  2. Garis lebih tebal terdapat pada setiap 5 mm.

  3. Garis horizontal menggambarkan waktu 1 mm = 0,04 detik 5 mm = 0,20 detik 4. Garis vertikal menggambarkan voltase 1 mm = 0,1 milivolt

  10 mm = 1 milivolt

  5. Kecepatan perekaman 25 mm/detik.

  6. Kalibrasi 1 milivolt yang menghasilkan defleksi setinggi 10 mm.

  C.2. Lead (Sadapan)

  Bila elektrokardiografi dihubungkan dengan dua titik pada tubuh, maka gambaran spesifik dari tiap pasang hubungan ini disebut lead (sadapan). Jenis lead yang sering digunakan pada EKG adalah:

a. Lead Ekstremitas Bipolar :

  Einthoven, bapak EKG, pada th 1913 menerangkan bahwa dipol jantung dapat digambarkan pada bidang frontal yang melalui jantung, dan seolah-olah terletak dipusat daripada segitiga sama sisi, dimana dua sudut terletak sama tinggi di atas dan puncak ada di bawah. Einthoven menggunakan tiga elektroda yang diletakkan pada limb), sehingga terbentuk tiga lead ekstremitas bipolar pergelangan tangan dan kaki ( untuk merekam perbedaan potensial arus bioelektrik jantung.

  Orientasi polaritas dari sumbu lead ekstremitas bipolar adalah sbb: 1)

  Lead I : dimana poll negatif dari elektrokardiografi dihubungkan dengan pergelangan tangan kanan dan poll positif dihubungkan dengan pergelangan tangan kiri.

  2) Lead II : dimana poll negatif dari elektrokardiografi dihubungkan dengan pergelangan tangan kanan dan poll positif dihubungkan dengan pergelangan kaki kiri.

  3) Lead III : dimana poll negatif dihubungkan dengan pergelangan tangan kiri dan poll positif dengan pergelangan kaki kiri. lead tersebut akan membentuk segitiga sama sisi

  Dengan menggunakan tiga dengan posisi jantung di tengah. Telah dijelaskan sebelumnya bahwa tubuh lead I sebenarnya mengukur perbedaan merupakan volume konduktor yang baik. Jadi potensial dari semua arus bioelektrik jantung yang merambat horizontal. Demikian lead II dan III masing-masing akan mengukur perbedaan potensial dari semua pula arus bioelektrik jantung yang membentuk sudut 60° dari kuadran kiri atas ke kanan bawah, dan dari kuadran kanan atas ke kiri bawah.

  Lead Ekstremitas Unipolar : b.

  Pada pencatatan ini 2 anggota dihubungkan dengan terminal tahanan listrik negatif elektrokardiografi, sedangkan anggota ke 3 dihubungkan dengan terminal lead: tahanan listrik positif sehingga terdapatlah 3 macam a. = bila terminal positif dihubungkan dengan lengan kanan aV R b. = bila terminal positif dihubungkan dengan lengan kiri aV L c. = bila terminal positif dihubungkan dengan kaki kiri aV F

c. Lead Prekordial

  Pemeriksaan EKG juga memerlukan pemasangan lead pada dinding depan dada di atas jantung. Lead ini dihubungkan dengan terminal positif pada elektrokardiografi, dan elektroda negatif atau disebut pula elektroda indifferens biasanya dihubungkan melalui tahanan listrik pada lengan kanan, lengan kiri dan kaki kiri bersamaan. Pada elektroda indifferens ini dibuat selalu berpotensial nol (0).

  Pemasangan lead hanya dengan satu elektroda yang aktif, dinamakan unipolar lead. Dibedakan 6 macam lead prekordial, yaitu: V1 = elektroda positif pada spatium intercostale (s.i.c) IV lateral linea sternalis kanan

  V2 = elektroda positif pada s.i.c. IV lateral linea sternalis kanan V3 = antara V2 dan V4 V4 = elektroda positif pada s.i.c V pada linea medio klavikularis kiri V5 = elektroda positif pada s.i.c V pada linea aksilaris anterior kiri V6 = elektroda positif pada s.i.c V pada linea aksilaris medialis kiri

  C.3. Pemasangan dan Perekaman EKG

  Setelah pasien dan mesin EKG dipersiapkan, selanjutnya dilakukan tahapan sbb: 1.

  Pasang elektroda sesuai dengan lead masing-masing 1)

  Lead ekstremitas bipolar dan unipolar Lead I, II dan III dipasang pada pergelangan tangan kanan dan kiri serta pergelangan kaki kanan dan kiri

2) Pergelangan tangan kanan dipasang elektroda yang berwarna merah.

  Pergelangan tangan kiri dipasang elektroda yang berwarna kuning. Pergelangan kaki kanan dipasang elektroda yang berwarna hitam. Pergelangan kaki kiri dipasang elektroda yang berwarna hijau a. Lead prekordial

  1) Pasang lead V1 pada spatium intercostale IV lateral linea sternalis kanan

  2) Pasang lead V2 pada spatium intercostale IV lateral linea sternalis kiri

  3) Pasang lead V3 di antara V2 dan V4

  4) Pasang lead V4 pada spatium intercostale V linea medio klavikularis kiri

  5) Pasang lead V5 pada spatium intercostale V linea aksilaris anterior kiri

  6) Pasang lead V6 pada spatium intercostale V linea aksilaris media kiri

  ®

  2. ) Tekan tombol ID (Cardimax a.

  Isian untuk nomer ID: arahkan kursor ke tulisan ID kemudian tekan enter kemudian tekan ↑ atau ↓ b.

  Isian untuk umur: arahkan kursor pada tulisan umur kemudian tekan enter kemudian tekan ↑ atau ↓ c.

  Isian untuk jenis kelamin: arahkan kursor pada tulisan SEX kemudian tekan enter kemudian tekan → atau ← d.

  Apabila tersedia komputer dan bisa disambungkan, isikan nama probandus.

  3. Pilih mode auto/manual kemudian tekan enter kemudian tekan mode lagi untuk keluar a.

  Auto : tekan start tunggu sampai tercetak semua lead dan kesimpulan interpretasi hasil EKG b.

  Manual : tekan start untuk merekam satu persatu setiap lead secara manual kemudian tekan stop

4. Hasil akan terekam pada kertas EKG. Lakukan interpretasi hasil EKG tersebut 5.

  Lepas semua lead dan bersihkan sisa pasta EKG dengan kapas beralkohol D.

   INTERPRETASI HASIL PEMERIKSAAN EKG D.1. Morfologi gelombang EKG

  • Interval PR: durasi konduksi AV
  • Kompleks QRS: aktivasi ventrikel kanan dan kiri

   Gelombang Q  defleksi negatif pertama

  D.2. Interpretasi EKG 1). Irama :

  Positif di lead I, II, V3–V6 dan negatif di aVR Ukuran kotak kecil: 1 mm dan ukuran kotak besar: 5 mm. Kecepatan kertas pencatatan 25 mm/detik, berarti satu kotak kecil adalah 0,04 detik. Amplitudo standar 1 milivolt.

   Normal: isoelektrik

   Dari akhir gelombang S hingga awal gelombang T

   Gelombang S  defleksi negatif setelah gelombang R

   Gelombang R  defleksi positif pertama

   Panjang bervariasi di antara tiap lead

   Lebar 0,06–0,12 detik

   Durasi normal 0,12–0,20 detik

   Dari awal gelombang P hingga awal kompleks QRS

   Selalu positif di lead II dan negatif di lead aVR

   Tinggi < 0,3 milivolt

   Lebar < 0,12 detik

  KETERANGAN : - Gelombang P: aktivasi atrium.

  • Durasi kompleks QRS: durasi depolarisasi otot ventrikel
  • Interval PP: durasi siklus atrium
  • Interval RR: durasi siklus ventrikel
  • Interval QT: durasi depolarisasi dan repolarisasi ventrikel
  • Segmen ST
  • Gelombang T 

  Dalam keadaan normal impuls untuk kontraksi jantung berasal dari nodus SA dengan melewati serabut-serabut otot atrium impuls diteruskan ke nodus AV, dan seterusnya melalui berkas His  cabang His kiri dan kanan  jaringan Purkinye akhirnya ke serabut otot ventrikel. Disini nodus SA menjadi pacemaker utama dan pacemaker lain yang terletak lebih rendah tidak berfungsi. Apabila nodus SA terganggu maka fungsi sebagai pacemaker digantikan oleh pacemaker yang lain.

  Irama jantung normal demikian dinamakan irama sinus yaitu iramanya teratur, dan tiap gelombang P diikuti oleh kompleks QRS. Irama sinus merupakan irama yang normal dari jantung dan nodus SA sebagai pacemaker. Jika irama jantung pacemaker yang terletak di luar nodus SA ditimbulkan oleh impuls yang berasal dari irama ektopik. disebut

  Adanya perubahan-perubahan yang ringan dari panjang siklus masih dianggap irama sinus yang normal. Akan tetapi apabila variasi antara siklus yang paling panjang dan paling pendek melebihi 0,12 detik maka perubahan irama ini dinamakan sinus aritmia.

a. Irama Sinus b. Sinus Aritmia

c. Atrial Fibrillation (AF) d. Ventricular Tachycardia (VT) e. Ventricular Fibrillation (VF) f. Supraventricular Tachycardia (SVT)

2) Frekuensi :

  a. Reguler

  Menghitung frekuensi jantung jika irama jantung teratur (reguler) : i. 1500 dibagi dengan jumlah kotak kecil antara R-R interval atau P-P interval. ii. 300 dibagi jumlah kotak besar antara R-R interval atau P-P interval. iii. 60 dibagi dengan jumlah waktu dalam detik antara R-R interval atau P-P interval.

  b. Irreguler

  Menghitung frekuensi jantung jika irama jantung tidak teratur (irreguler) : sejumlah R-R interval atau P-P interval dibagi dengan jumlah kotak dari sejumlah R-R interval atau P-P interval dikalikan 1500. Frekuensi jantung pada orang dewasa berkisar antara 60 sampai 100 kali/menit.

  Sinus takikardia ialah irama sinus dimana frekuensi jantung pada orang

  dewasa lebih dari 100 denyut/menit, pada anak-anak lebih dari 120/menit dan pada bayi lebih dari 150 denyut/menit.

  Sinus bradikardia ialah irama sinus dengan frekuensi jantung kurang dari 60 denyut/menit.

3) Aksis :

  Yang dimaksud dengan posisi jantung dalam elektrokardiografi adalah posisi listrik dari jantung pada waktu berkontraksi dan bukan dalam arti posisi anatomis. Pada pencatatan EKG kita akan mengetahui posisi jantung terhadap rongga dada. Di bawah ini adalah gambar aksis normal, right axis deviation (RAD) , dan left axis deviation (LAD). Pada beberapa kondisi dapat terjadi perputaran jantung pada aksis longitudinal, yaitu:

  a) Jantung berputar ke kiri atau searah jarum jam (clock wise rotation=CWR)

  Arah perputaran ini dilihat dari bawah diafragma ke arah kranial. Pada keadaan ini ventrikel kanan terletak lebih ke depan, sedang ventrikel kiri lebih ke belakang. Ini dapat dilihat pada lead prekordial dengan memperhatikan transitional zone, di mana pada keadaan normal terletak pada V dan V

  3

  4

  ( transitional zone = R/S = 1/1). Pada clock wise rotation transitional zone lebih ke kiri, yaitu pada V dan V .

  5

  6

  b) Jantung berputar ke kanan atau berlawanan dengan arah jarum jam (counter clock wise rotation=CCWR)

  Pada keadaan ini ventrikel kiri terletak lebih ke depan, sedang ventrikel kanan lebih ke belakang. Pada counter clock wise rotation nampak transitional zone pindah ke kanan, yaitu V

  1

  atau V

  2 .

4) Gelombang P :

a. Durasi gelombang P normal

  Gelombang P: ialah suatu defleksi/ penyimpangan yang disebabkan oleh

  proses depolarisasi atrium.Terjadinya gelombang P adalah akibat depolarisasi atrium menyebar secara radial dari nodus SA ke nodus AV ( atrium conduction time). Gelombang P yang normal memenuhi kriteria sbb: a. panjang gelombang tidak lebih dari 0,12 detik b. tinggi atau amplitudo tidak lebih dari 3 mm c. dan V -V biasanya defleksi ke atas (positif) pada lead-lead I, II, aV L

  3

  6 d.

  1

  , sering pula pada V dan biasanya defleksi ke bawah (negatif) pada aV R

  kadang-kadang V

  2

b. Gelombang P mitral dan P pulmonal

5) Interval PR:

   P-R: atau lebih teliti disebut P-Q interval, diukur dari permulaan Interval

  timbulnya gelombang P sampai permulaan kompleks QRS. Ini menunjukkan lamanya konduksi atrio ventrikuler di mana termasuk pula waktu yang diperlukan untuk depolarisasi atrium dan bagian awal dan repolarisasi atrium. Repolarisasi atrium bagian akhir terjadi bersamaan waktunya dengan depolarisasi ventrikuler. Nilai interval P-R normal ialah: 0,12-0,20 detik.

  6) Segmen PR:

  Segmen P-R adalah jarak antara akhir gelombang P sampai permulaan kompleks QRS. Dalam keadaan normal segmen PR berada dalam garis isoelektrik atau sedikit depresi dengan panjang tidak lebih dari 0,8 mm. Segmen P-R ini delay of exitation pada nodus AV (atau kelambatan transmisi impuls menggambarkan pada nodus AV).

  7) Kompleks QRS:

  Yang perlu diperhatikan pada kompleks QRS adalah: a.

   Durasi kompleks QRS:

  Menunjukkan waktu depolarisasi ventrikel ( total ventricular depolarization time), diukur dari permulaan gelombang Q (atau permulaan R bila Q tak tampak), sampai akhir gelombang S. Nilai normal durasi kompleks QRS adalah 0,08-0,10 detik. V.A.T atau disebut juga intrinsic deflection ialah waktu yang diperlukan bagi impuls melintasi miokardium atau dari endokardium sampai epikardium, diukur dari awal gelombang Q sampai puncak gelombang R. V.A.T tidak boleh lebih dari 0,03 detik pada V dan V , dan tidak boleh lebih dari 0,05 pada V dan V .

  1

  2

  5

  6

b. Gelombang Q patologis

  Gelombang Q patologis merupakan tanda suatu infark miokard lama. Tanda gelombang Q patologis yaitu lebarnya melebihi 0,04 detik dan dalamnya melebihi sepertiga dari tinggi gelombang R pada kompleks QRS yang sama. Karena gelombang Q patologis menunjukkan letak infark miokard, maka untuk mendiagnosis infark miokard lama harus melihat gelombang Q patologis sekurang- kurangnya pada dua lead yang berhubungan. Contoh: diagnosis infark miokard lama inferior dapat ditegakkan apabila ditemukan gelombang Q patologis pada lead II, III, dan aVF (lihat gambar di bawah).

8) Segmen S-T :

  Segmen S-T disebut juga segmen Rs-T, ialah pengukuran waktu dari akhir

  kompleks QRS sampai awal gelombang T. Ini menunjukkan waktu di mana kedua ventrikel dalam keadaan aktif ( excited state) sebelum dimulai repolarisasi. Titik yang menunjukkan di mana kompleks QRS berakhir dan segmen S-T dimulai, biasa

  J point. Segmen S-T yang tidak isoelektrik (tidak sejajar dengan segmen disebut lead prekordial (dr.R. P-R atau garis dasar), naik atau turun sampai 2 mm pada Mohammad Saleh menyebutkan 1 mm di atas atau di bawah garis) dianggap tidak normal. Bila segmen ST naik disebut S-T elevasi dan bila turun disebut S-T depresi, keduanya merupakan tanda penyakit jantung koroner. Panjang segmen S-T normal antara 0,05-0,15 detik (interval ST).

  Segmen S-T

  a. Isoelektrik :

  b. ST elevasi dan ST depresi Isoelektrik atau garis dasar

9) Gelombang T :

  Gelombang T ialah suatu defleksi yang dihasilkan oleh proses repolarisasi ventrikel jantung. Panjang gelombang T biasanya 0,10-0,25 detik. Pada EKG yang normal maka gelombang T adalah sbb :

  • positif di lead I dan II, dan mendatar, bifasik atau negatif di lead III

  L

  atau aV

  • negatif di aV R , dan positif, negatif atau bifasik pada aV

  F .

  1

  , dan positif di V

  2

  sampai V

  6

  • negatif di V

  10) Gelombang U :

  Gelombang U biasanya mengikuti gelombang T, belum diketahui dihasilkan oleh proses apa. Gelombang U adalah defleksi yang positif dan kecil setelah gelombang T sebelum gelombang P, juga dinamakan after potensial. Gelombang U yang negatif selalu abnormal.

  11) Interval Q-T

  Interval Q-T diukur mulai dari permulaan gelombang Q sampai pada akhir gelombang T, menggambarkan lamanya proses listrik saat sistolik ventrikel ( duration of electrical systole) atau depolarisasi ventrikel dan repolarisasinya. Interval Q-T ini berubah- ubah tergantung frekuensi jantung, jadi harus dikoreksi sesuai frekuensi jantungnya (Q- Tc). Untuk koreksi ini menggunakan normogram yang memberikan Q-Tc untuk frekuensi jantung 60x/menit. Q-Tc normal pada laki-laki tidak boleh lebih dari 0,42 detik dan pada wanita tidak boleh lebih dari 0,45 detik (dr.R. Mohammad Saleh mengatakan 0,35-0,44 detik).

  12) Lain-lain :

  a. VES=Ventricular Extra Systole (PVC=Premature Ventricular Contraction)

  b. SVES=Supraventricular Extra Systole (PAC= Premature Atrial Contraction)

E. DAFTAR PUSTAKA

  Baltazar, R.F., (2013). Basic and Bedside Electrocardiography. Baltimore,MD : Lippincott Williams & Wilkins.

  Buku Ajar Fisiologi Kedokteran edisi 11. Jakarta : Guyton, A.C dan Hall. J.E (2008). EGC.

  EKG dan Penanggulangan Beberapa Penyakit Kabo, P dan Karim, S (2007). Jantung untuk Dokter Umum. Jakarta : FK UI.

  Atlas of human anatomy. 6th ed: Elsevier. Netter, F.H (2014).

  Fisiologi Manusia. Jakarta : EGC. Silverthorn, Dee Unglaub., (2013).

  

CHECKLIST PENILAIAN KETERAMPILAN

PEMERIKSAAN EKG

Bobot Skor No Aspek Keterampilan yang Dinilai

  1

  2

  1. Menjelaskan pada pasien pemeriksaan yang akan

  1 dilakukan

  2. Mencuci tangan sebelum melakukan pemeriksaan

  1

  3. Persiapan probandus/pasien

  1 Bila menggunakan perhiasan/logam supaya a. dilepas Pasien diminta membuka baju bagian dada b. Pasien disuruh tidur terlentang, posisi dokter di c. kiri pasien

  d. Pasien diusahakan untuk tenang, bernafas

  tenang, selama proses perekaman tidak boleh bicara

  e. Bersihkan daerah yang akan dipasang

  elektroda dengan kapas beralkohol

  f. Oleskan pasta EKG pada elektroda untuk

  menghindari kemungkinan terjadinya syok listrik

  4. Memasang Lead ekstremitas bipolar dan unipolar

  2

  5. Memasang Lead prekordial

  3

  a) Pasang lead V1

  b) Pasang lead V2

  c) Pasang lead V3

  d) Pasang lead V4

  e) Pasang lead V5

  f) Pasang lead V6

  6. Melepas semua lead dan membersihkan sisa

  1 pasta EKG dengan kapas beralkohol

  7. Aspek profesionalisme

  1

  2

  3

  4 SKOR TOTAL

  Keterangan : tidak dilakukan sama sekali atau dilakukan tetapi salah 1 dilakukan tidak sempurna 2 dilakukan dengan sempurna, atau bila aspek tersebut tidak dilakukan mahasiswa karena situasi yang tidak memungkinkan (tidak diperlukan dalam skenario yang sedang dilaksanakan)

  Nilai Mahasiswa = Skor Total x 100%

22 CHECK LIST PENILAIAN INTERPRETASI EKG Nama Mahasiswa : ………………………………… Nama Penguji : ……………………………. NIM : …………………………………. Tanda tangan : ……………………………. No Aspek Keterampilan yang Dinilai Bobot Skor

  1

  2

  1. Frekuensi denyut jantung

  3

  2. Irama jantung

  3

  3. Aksis jantung

  3

  4. Gelombang P

  3

  5. Interval P-R

  3

  6. Segmen P-R

  3

  7. Kompleks QRS

  3

  8. Gelombang Q

  3

  9. Segmen ST

  3

  10. Gelombang T

  3

  11. Gelombang U

  3

  12. Interval QT

  3 Transitional zone 13.

  3

  14. Kesimpulan interpretasi

  3 Keterangan : 0 tidak dilakukan sama sekali atau dilakukan tetapi salah 1 dilakukan tidak sempurna 2 dilakukan dengan sempurna,

  NB : bila aspek tidak dilakukan mahasiswa karena tidak diperlukan dalam skenario yang sedang dilaksanakan, item penilaian dikosongkan. Pembagi disesuaikan dengan item yang dinilai (ITEM YANG DINILAI HANYA 5 ITEM DARI 14 ITEM) Nilai Mahasiswa : Skor Total x 100% = ..........................

  30