PERAN MEDIA MASSA dalam perub (1)

2.3.

Peran Media Massa Dalam Sistem Politik Indonesia
2.3.1. Peranan Media Massa dalam Politik
Dunia politik juga ditandai dengan keterlibatan media dalam hiruk-pikuk berpolitik. Media
dalam hal ini diartikan secara luas, yaitu segala sarana yang terkait dengan penyampaian pesan,
baik yang bersifat riil maupun simbolik, dari institusi politik kepada masyarakat yang lebih luas.
Media dalam hal ini dapat berupa TV, radio, majalah, dan koran. Digunakannya media
massa sebagai instrumen untuk mengkomunikasikan ide, pesan, dan program kerja politik adalah
karena kenyataan bahwa media dapat dipakai untuk menyampaikan pesan kepada masyarakat
luas dengan biaya orang yang relatif sangat murah.
Keefektifan media massa dalam menyampaikan pesan politik telah menjadikannya sebagai
ajang baru pertempuran politik. Dengan dicanangkannya deklarasi bahwa abad ini adalah Abad
Informasi membuat siapa pun yang memiliki akses kepada media massa memiliki kemampuan
untuk mengai'ahkan dan membentuk opini publik sesuai dengan yang diharapkannya. Perang
media merupakan suatu keniscayaan dengan adanya kemajuan teknologi. Konsekuensi logisnya,
dunia politik tidak dapat dipisahkan dari media massa. Persaingan pun muncul untuk mencari
aliansi. dengan suatu media massa guna menjamin lancarnya pesan politik yang ingin
disampaikan.
a. Media dan opini publik
Dengan kemampuannya untuk menjangkau massa dalam jumlah yang cukup besar,

informasi dari media massa akan dapat menembus populasi yang besar pula. Sementara ini
penelitian dalam komunikasi, psikologi, dan sosiologi menyatakan bahwa, cara pandang manusia
akan sangat ditentukan oleh jenis dan volume informasi yang mereka terima adalah bahwa kita
dapat informasi yang mereka terima. Implisit dari penelitian-penelitian ini adalah bahwa kita
dapat membentuk opini publik melalui informasi yang kita berikan. Ketika kekuatan politik ingin
mendiskreditkan image politik lawan, yang perlu dilakukan sudah cukup dengan membanjiri
informasi di media massa dengan hal-hal buruk yang dilakukan lawan politik. Begitu juga
sebaliknya, ketika ingin membentuk image positif dari publik, cukup dengan membanjiri media
massa dengan hal-hal positif dari suatu partai atau kandidat.
Sebuah kasus perbuatan mesum seorang anggota DPR beberapa waktu yang lalu tidak akan
menjadi berita yang begitu ramai dibicarakan kalau kita tidak hidup di era kebebasan pers dan
media. Sulit sekali untuk menyembunyikan kebobrokan perilaku dewasa ini. Informasi dan berita
tidak mengenakkan akan dapat dengan mudah tersebar melalui SMS, internet, dan bentuk-bentuk
pemberitaan lainnya. Di mana pemberitaan media massa ini sangatlah efektif dalam membentuk
opini publik akan suatu hal. Sehingga media massa memainkan peran yang sangat penting dalam
berpolitik dewasa ini. Peningkatan posisi tawar-menawar akan sangat tergantung kepada
seberapa besar kita dapat memengaruhi opini publik untuk dapat berpihak kepada kita.
Memang, pada kenyataannya, hubungan itu tidak akan se-sederhana dan selinier ini.
Terdapat banyak sekali gangguan (noise) yang dapat menjauhkan dari tujuan semula. Beberapa
gangguan dapat disebabkan oleh usaha yang dilakukan partai/calon untuk mengklarifikasi

informasi, menyatakan image positifnya, dan menolak tuduhan yang diberikan lawan politik.
Selain itu juga terdapat bias persepsi dari setiap individu. Informasi yang diberikan tidak selalu
diartikan sama seperti yang dimaksudkan oleh si pengirim informasi.
Gangguan juga dapat berasal dari media itu sendiri, di mana informasi yang diberikan oleh
`sender' bisa diartikan berbeda oleh jurnalis yang meliput.

b. Media dan kekuasaan politik
Kemampuan untuk membentuk opini publik ini membuat media massa memiliki
kekuasaan politik. Paling tidak, media memiliki kekuasaan untuk membawa pesan politik dan
membentuk opini publik. Kemampuan ini dapat dijadikan sumber bagi media massa untuk
proses tawar-menawar dengan institusi politik. Kesulitan untuk bernegosiasi dengan media
massa seringkali terjadi karena ideologi politik tertentu memiliki media sendiri, tidak jarang juga
media massa mengambil sikap independen dan menjadi kekuatan politik penyeimbang dari
kekuatan politik. Dalam hal ini, media massa menjadi kekuatan kritis clan alternatif. Karena itu,
tidak mengherankan kalau kemunculan media massa di Indonesia juga tidak dapat dijelaskan
oleh rasionalitas ekonomis saja. Hal ini juga terkait erat dengan keinginan untuk berkuasa. Ide,
gagasan, dan isu politik akan dapat dengan mudah ditransfer dan dikomunikasikan melalui media
massa. Hal ini membuat kekuasaan politik tidak hanya ada di tangan partai politik, tetapi juga
siapa pun yang memiliki kemampuan untuk memengaruhi kebijakan publik.
Kenyataan tentang pentingnya media massa bagi partai politik rupanya telah lama disadari.

Bahkan koran Kompas yang saat ini bersikap independen, kelahirannya tidak bisa dilepaskan
dari eksistensi Partai Katolik. Harian paling besar di Indonesia dan saat ini bisnisnya telah
meraksasa sehingga memasuki banyak bidang ini digagas oleh para tokoh Partai Katolik. Pada
saat ini niscaya Kompas memiliki posisi runding yang kuat dalam bidang politik Tentu saja tidak
berarti bahwa para pemimpinnya lalu menjadi tokoh politik yang kuat, tapi suaranya niscaya
didengarkan atau ‘dibungkam’ seperti pada masa Orde Baru oleh para penguasa politik. Sebagai
koran, Kompas telah `melahirkan' banyak tokoh berbagai bidang, termasuk politik.
Demikian pula yang terjadi dengan koran Republika. Koran ini didirikan oleh ICMI (Ikatan
Cendekiawan Muslim Indonesia). Terlepas keterkaitan antara ICMI dengan Golkar pada masa
didirikannya Republika, koran ini mengangkut suatu ideologi tertentu, setidak-tidaknya ideologi
dari suatu kelompok Muslim. Sinar Harapan pada awalnya dikenal sebagai korannya orang
Kristen. Ketika dibredel pada masa Orde Baru, koran ini berganti nama menjadi Suara
Pembaruan. Setelah era reformasi, salah satu kelompok di koran ini membentuk kembali Sinar
Harapan, sehingga sekarang ini ada dua koran yang sebetulnya satu itu. Salah satu koran besar di
Indonesia, Media Indonesia-yang satu kelompok perusahaan dengan Metro TV bisa dikatakan
koran yang independen. Tetapi, pemilik koran ini, Surya Paloh adalah salah satu mantan petinggi
Golkar yang sekarang mendirikan Partai Nasional Demokrat. Tidaklah mudah untuk menjaga
independensi antara pemilik stasiun TV dengan menjabat sebagai salah satu ketua partai politik.
Hal ini ditunjukkan bagaimana Metro TV yang secara penuh menyiarkan jalannya pertemuan
antara PDI-P dan Golkar yang terjadi di Medan dan Palembang.

c. Media dan Bias Persepsi
Informasi yang disampaikan dalam media tidak selamanya objektif atau apa adanya.
Seringkali terdapat bias informasi. Beberapa sumber bias informasi dapat terjadi baik dari sisi
media maupun Masyarakat. Media adalah salah satu sumber bias informasi. Media sebagai
identitas terdiri dari beberapa unit seperti jurnalis editor. Jurnalis seringkali menginterpretasikan
secara berbeda informasi yang diterima dari sumber informasi. Interpretasi jurnalis mempunyai
peran yang lebih besar ketimbang informasi dari sumber yang ditulis dan dipublikasikannya. Hal
ini membuat pemberitaan bisa melenceng (umpamanya dipolitisasi, diplesetkan) apa yang
sesungguhnya terjadi atau dikatakan. Informasi yang diterima dari sumber begitu beragam, dan
kalau sumbernya lebih dari satu, bisa jadi informasi yang muncul menjadi beragam dan
terkadang kontradiktif satu dengan yang lain.

Pemilihan informasi mana yang akan dipublikasikan akan sangat tergantung pada nilai,
paham, ideologi, dan sistem moral yang dianut oleh media dan editor. Bias persepsi juga dapat
terjadi dari sisi masyarakat. Dalam diri setiap individu terdapat kerangka acuan (frame of
reference) yang akan menentukan cara mereka dalam berpikir dan bersikap terhadap suatu hal.
Biasanya hal ini dapat bersumber dari latar belakang pendidikan, ekonomi, pekerjaan, suku, dan
keluarga yang ikut membentuk cara berpikir mereka. Karenanya informasi yang sama dapat
diartikan berbeda oleh setiap individu
Akibat berikutnya, informasi yang diberitakan oleh media massa akan diterjemahkan dan

disikapi dengan cara beragam pula. Hal ini juga dapat semakin menjauhkan jarak informasi yang
sebenarnya dengan interpretasi yang dibangun dalam masyarakat.
d. Media dan komunikasi politik
Arti penting media massa dalam menyampaikan pesan politik kepada masyarakat
menempatkannya sebagai sesuatu yang penting dalam interaksi politik. Partai politik
membutuhkan media yang memfasilitasi komunikasi politik. Dengan kemampuannya dalam
menyebarkan informasi secara luas membuat pesan politik disalurkan melalui media massa.
Apalagi utama, dari komunikasi pesan, program kerja partai, pencitraan adalah pembentukan
opini publik. Semakin besar massa yang dapat disentuh oleh media massa, semakin
strategis arti media massa tersebut.
Partai politik jelas sangat membutuhkan media massa. Melalui merekalah pesan politik
akan disalurkan. Secara implisit hal ini menganjurkan bahwa politik sebaiknya membangun
hubungan jangka panjang dengan media massa. Antara keduanya terdapat hubungan yang saling
membutuhkan. Media massa membutuhkan sumber informasi-dan barangkali juga sumber dana-sementara partai politik membutuhkan media yang dapat membantu mereka dalam
menyampaikan pesan politiknya. Bermusuhan dengan media massa adalah hal yang paling
tragis, karena partai politik akan kehilangan mitra strategis yang dapat membantu mereka dalam
komunikasi politik.
e. Media sebagai medan pertempuran
Arti penting media massa dalam komunikasi politik membuat medan pertempuran dan
persaingan politik untuk membentuk opini publik terfokus pada media. Masing-masing partai

politik akan berusaha tampil dan diliput oleh media massa. Setiap aktivitas partai pasti akan
melibatkan media massa. Hal ini dilakukan agar aktivitas mereka dapat disaksikan dan
dimengerti oleh masyarakat luas. Masing-masing partai politik akan berusaha mendekati media
massa tertentu yang memiliki jangkauan luas dalam masyarakat.
Wilayah pertempuran politik tidak hanya terjadi dari image-image politik yang
ditampilkan, tetapi juga lobi-lobi politik dengan media massa. Tentunya hal ini juga mesti
diperhatikan oleh media massa. Keberpihakan mereka terhadap suatu partai politik bisa
menguntungkan dan merugikan image di mata masyarakat. nguntungkan, karena masyarakat
dapat dengan mudah mengidentifikasi ideologi yang dikeluarkan oleh media massatersebut.
Merugikan karena hal ini bisa mengurangi pangsa pasar eka. Sementara itu, media massa juga
dapat bersikap netral. Dalam aliran ini, mereka menerima dan mempublikasikan siapa yang
dianggap layak dipublikasikan.
2.3.2. Media Massa Sebagai Subsistem Dari Sistem Politik
Sebagaimana telah dibahas di atas bahwa begitu besarnya peran media massa dalam
kehidupan masyarakat, yang mampu mempengaruhi dan merubah cara berpikir suatu kelompok
masyarakat. Kekuatan media massa ini juga digunakan oleh pemerintah maupun suatu kelompok

masyarakat tertentu di suatu pemerintahan untuk mempengaruhi opini publik. Dalam dunia
politik pun media massa digunakan sebagai alat penyampaian informasi dan pesan yang sangat
efektif dan efisien.

Sebagaimana juga dijelaskan oleh Lasswell (1972), bahwa “the study of politics is the
study of influence and the influential” (ilmu tentang politk adalah ilmu tentang pengaruh dan
kekuatan pengaruh).
Tampilan media massa akan mengemban beberapa fungsi yang menggambarkan
kedemokrasian dalam pemberitaannya. Fungsi-fungsi tersebut merupakan subsistem dari sistem
politik yang ada.

Dokumen yang terkait

PENGARUH DOSIS LIMBAH MEDIA JAMUR TIRAM DAN KONSENTRASI LARUTAN ZAT PENGATUR TUMBUH (ZPT) ABITONIK TERHADAP SEMAI KAYU MANIS [Cinnamomum camphora (l,) J. Presi]

12 141 2

OPTIMASI FORMULASI dan UJI EFEKTIVITAS ANTIOKSIDAN SEDIAAN KRIM EKSTRAK DAUN KEMANGI (Ocimum sanctum L) dalam BASIS VANISHING CREAM (Emulgator Asam Stearat, TEA, Tween 80, dan Span 20)

97 464 23

KONSTRUKSI MEDIA TENTANG KETERLIBATAN POLITISI PARTAI DEMOKRAT ANAS URBANINGRUM PADA KASUS KORUPSI PROYEK PEMBANGUNAN KOMPLEK OLAHRAGA DI BUKIT HAMBALANG (Analisis Wacana Koran Harian Pagi Surya edisi 9-12, 16, 18 dan 23 Februari 2013 )

64 565 20

PENERAPAN MEDIA LITERASI DI KALANGAN JURNALIS KAMPUS (Studi pada Jurnalis Unit Aktivitas Pers Kampus Mahasiswa (UKPM) Kavling 10, Koran Bestari, dan Unit Kegitan Pers Mahasiswa (UKPM) Civitas)

105 442 24

Analisis tentang saksi sebagai pertimbangan hakim dalam penjatuhan putusan dan tindak pidana pembunuhan berencana (Studi kasus Perkara No. 40/Pid/B/1988/PN.SAMPANG)

8 102 57

Diskriminasi Perempuan Muslim dalam Implementasi Civil Right Act 1964 di Amerika Serikat

3 55 15

EFEKTIVITAS PENGAJARAN BAHASA INGGRIS MELALUI MEDIA LAGU BAGI SISWA PROGRAM EARLY LEARNERS DI EF ENGLISH FIRST NUSANTARA JEMBER

10 152 10

Kekerasan rumah tangga terhadap anak dalam prespektif islam

7 74 74

Kesesuaian konsep islam dalam praktik kerjasama bagi hasil petani desa Tenggulun Kecamatan Solokuro Kabupaten Lamongan Jawa Timur

0 86 111

Upaya guru PAI dalam mengembangkan kreativitas siswa pada mata pelajaran pendidikan agama islam Kelas VIII SMP Nusantara Plus Ciputat

48 349 84