Laporan Pameran Seni Tenun Ikat Sumba Ti (1)

Pameran Seni Tenun Ikat
karya Kelompok Tenun Paluanda Lama Hamu

Karya Adiluhung
Pendorong Ekonomi Lestari
Menguak Spiritualitas dan Simbolisme di balik
Seni Tenun Ikat Pewarna Alam Sumba Timur

Museum Bank Mandiri 1 – 8 Oktober 2017

Reportase
Event

Persembahan:

Pameran Seni Tenun Ikat
karya Kelompok Tenun Paluanda Lama Hamu

Karya Adiluhung
Pendorong Ekonomi Lestari
Menguak Spiritualitas dan Simbolisme di balik

Seni Tenun Ikat Pewarna Alam Sumba Timur

Museum Bank Mandiri 1 – 8 Oktober 2017
Persembahan:

Pengantar

Pameran yang dipersembahkan oleh Yayasan
Sekar Kawung ini mengangkat karya-karya
adiluhung dari seniman-seniman tenun
Paluanda Lama Hamu kepada publik Jakarta
agar bisa ikut menikmati, menghargai dan
menghormati keahlian yang telah dirajut
selama ratusan bahkan ribuan tahun oleh
para pelaku budaya tekstil Sumba Timur ini.
Melalui pameran ini Paluanda Lama Hamu
menampilkan mahakarya mereka yang
sebelumnya hanya bisa dinikmati oleh para
kolektor tenun dari Indonesia dan berbagai
belahan bumi.

Setiap helai kain tenun ikat Sumba Timur
sejatinya sebuah lukisan. Tak ada karya
yang persis sama. Setiap lembar kain tenun
ikat selalu unik dan bernilai seni tinggi
karena mewakili kreativitas serta imajinasi
keindahan
masing-masing
seniman
tenunnya. Bisa dikatakan, helai- helai kain
tenun ikat Sumba Timur adalah sebentuk
seni rupa tekstil.
Tak kalah unik, perjalanan seni tenun ikat di
Sumba Timur senantiasa merekam peristiwaperistiwa penting dalam kehidupan
masyarakat seperti prosesi penguburan raja,
4

serta untuk memanjatkan doa atau harapan
mengenai berbagai hal yang baik. Beragam
hewan, bunga, tokoh manusia atau leluhur,
serta sejumlah elemen alam seperti bintang

adalah simbol-simbol doa dan harapan
itu. Simbol-simbol tersebut kemudian
dituangkan ke dalam aneka desain dan
gambar di lembar-lembar kain tenun ikat.
Menyelami tenun ikat Sumba Timur adalah
masuk ke dalam lautan simbolisme yang
sarat makna filosofis. Tentang nilai-nilai
hidup yang dinarasikan dari generasi ke
generasi. Tentang keindahan alam. Tentang
pentingnya bekerja tekun dan keras. Tentang
pentingnya selalu mengingat bahwa kematian
sejatinya pintu memasuki kehidupan abadi.
Gambar udang dalam kepercayaan Marapu
(agama tradisional Sumba Timur), misalnya,
menyimbolkan kebangkitan setelah kematian
menuju keabadian.
Selain sebagai warisan seni adihulung
dari nenek moyang, tenun ikat Sumba
Timur ternyata menyimpan potensi lain
yang sungguh istimewa: sebagai fondasi

sekaligus pendorong pertumbuhan ekonomi
berkelanjutan atau lestari. Ini karena dari
awal sampai akhir proses pembuatannya

Reportase Event Pameran Seni Tenun Ikat karya Kelompok Tenun Paluanda Lama Hamu

yang mencakup 42 langkah menggunakan
bahan-bahan tanaman dari alam yang bisa
dibudidayakan dan ramah lingkungan, serta
melibatkan berbagai kelompok ekonomi
masyarakat setempat.
Melalui berbagai instalasi seni dan 55 lembar
kain tenun ikat yang dikurasi sedemikian
sehingga pengunjung dapat mengenali
seniman yang menciptakannya, serta filosofi
dan makna simbolis yang diemban setiap
helainya. Selanjutnya melalui berbagai media,
maka pengalaman budaya terkait proses
penciptaan kain tenun ikat Sumba Timur
khas Kambera, bisa dikenali dan dialami oleh

pengunjung. Kejeniusan meramu bahanbahan tetumbuhan yang sepenuhnya tersedia
di alam sekitar disajikan dengan menarik.
Adalah seniman muda Dian Mayang Sari
dan Miranti Dian Safitri yang meramu
proses kreatif mereka bersama dengan Novi
Tri Mujahidin dari Sekar Kawung, untuk
menghasilkan seluruh presentasi pameran
menjadi sangat menarik.
Di pameran ini, pengunjung juga bisa
mengenali, dan berinteraksi dengan senimanseniman dibalik kain-kain yang dipamerkan.
Ada tujuh Seniman Pelukis Kain yang hadir

di pamerean untuk berinteraksi dengan para
pencinta wastra Indonesia, yaitu: Kornelis
Ndapakamang, Jems Diki Talumbani, Titus
Nggaba Karangga Limu, Ruth Babang Liau,
Thresia Mbati Mbana, Anita Kaita Lepir,
Yabu Agung Praing. Hadir juga di pameran
adalah artisan-artisan dengan ketrampilan
tinggi bernama Bomba Pihu, Okta

Andunara, Valensia Babang Liau, Desmianti
VH Banju, Antonius ND Ana Meha/Mariana
Handja Mbati, Melkianus Bara Maramba
Jawa, Adelfina Ambi Praing, Imelda Ndewa
Rut, Daniel Ndamung Lambu Praing, Yulita
Tamar, Agustina Kahi Atanau, Petronela
Pihu, Halla, Elthon dan Primus.
Bagi para Seniman tenun sendiri, pameran ini
merupakan pengalaman yang meneguhkan
kepercayaan diri, bahwa karya seni yang
mereka geluti dapat berkontribusi terhadap
kehidupan kontemporer dengan bermakna.
Pengunjung yang mengisi buku tamu
pameran mencapai 1576 orang. Pameran
yang juga dilengkapi dengan bazaar, dan
kegiatan lelang seni ini menghasilkan
penjualan total enam ratus tujuh puluh tujuh
juta tiga ratus enam puluh empat ribu rupiah
(Rp 677,364,000). Dua persen dari penjualan
ini disisihkan oleh para anggota Paluanda

Lama Hamu sebagai dana kelompok, dan 10
persen lainnya disisihkan sebagai modal awal
untuk dikontribusikan kepada sebuah Usaha
Bersama atau Koperasi yang akan dibentuk

6

bersama Yayasan Sekar Kawung.
Yayasan Sekar Kawung menyiapkan substansi
pameran ini bersama dengan Kelompok
Paluanda Lama Hamu melalui proses
penelitian yang mendalam dan fasilitasi
kepada para Seniman selama satu tahun
di desa Lambanapu dan Mauliru, dengan
bantuan pendanaan dari MCA Indonesia –
Window Community Based Natural Resource
Management, dan kemitraan proyek dengan
Samdhana Institut.
Adapun seluruh pembiayaan pelaksanaan
pameran dimungkinkan karena dukungan

dari Direktorat Jenderal Kebudayaan yang
membiayai seluruh konsumsi untuk acaraacara workshop dan pameran selama
sembilan hari; Bank Mandiri menyediakan
gedung dan menyandang seluruh biaya yang
terkait dengan pemakaian ruangan Museum
Bank Mandiri, Alinansi Masyarakat Adat
(AMAN) memberikan dukungan senilai
USD 3000, Perkumpulan Kapal Perempuan
memberikan dukungan dana 10 juta rupiah,
Yayasan Kehati memberikan dukungan 50
Juta Rupiah, dan sumbangan pribadi yang
mencapai nilai keseluruhan 8 juta rupiah.
Pada saat persiapan akhir pameran, window
MCA Indonesia yang mendukung penguatan
perempuan memberikan dukungan kepada
sepuluh seniman dan artisan Paluanda Lama
Hamu berupa tiket pesawat pulang-pergi
Waingapu-Jakarta dan biaya penginapan

Reportase Event Pameran Seni Tenun Ikat karya Kelompok Tenun Paluanda Lama Hamu


selama berada di Jakarta. Dana dari MCAIndonesia Window Community Based
Natural Resource Management, yang terpakai
untuk pelaksanaan pameran dan berbagai
talk show selama pameran, adalah sebesar
238 juta.
Selain dukungan materiil tersebut di atas,
Yayasan Sekar Kawung mengucapkan terima
kasih yang tidak terhingga atas semua
dukungan moril dan semangat dari Bapak
Emil Salim, Ibu Erna Witoelar, Bapak Hilmar
Farid, Ibu Bona Siahaan, Bapak Haryanto,
Ibu Susi Abdulrahman, Bapak M. Senang
Sembiring, Ibu Arahmaiani Faisal, Bapak
Lewa Pardomuan, Bapak Tri Nugroho, ibu
Dwi Rahayu Yuliawati, Bapak Abi Prayadi,
Bapak Irwan Julianto, Bapak Kristiawan, Ibu
Nani Saptariani, Ibu Misiyah Misi, Ibu Gita
Syahrani, Ibu Bina Bektiati, Bapak Harun
Mahbub, Bapak Agus Sari, ibu Erny Setiawati,

Ibu Antoinet Royo dan banyak lagi pemberi
semangat yang terus mendorong kami untuk
memberikan yang terbaik.
Banyak sekali dukungan dari relawan yang
memungkinkan pelaksanaan pameran ini.
Fashion show pembukaan yang menyajikan
baju-baju indah yang dikreasikan tanpa
menggunting kain tenun oleh desainer muda
Wahyu Perdana Saputra, disumbangkan
oleh Novelita Dinar, semua proses loading
dan pembongkaran pameran dibantu oleh
rekan-rekan tim volunteer dari Yayasan

GAIA. Sementara, pelaksanaan harian dari
pameran diawaki oleh relawan-relawan
Nadya Amanda, Soraya Daniella, Andika
Utami, Nur Mauliddina, Clarisa Candrian,
Leony dan Lany RH. Kepada semuanya
Yayasan Sekar Kawung menghaturkan terima
kasih yang dalam.

Akhir kata, penghargaan terdalam untuk
tim Yayasan Sekar Kawung sendiri yang
bekerja dengan dedikasi penuh dibawah
tekanan dana yang sangat minim, tuntutan
administratif pertanggungjawaban dana
MCA Indonesia dan Samdhana Institut yang
luar biasa kompleks dan berbagai tekanan
lain di satu sisi; serta tuntutan internal dari
Yayasan Sekar Kawung untuk menghasilkan
karya terbaik disisi lain. Di lapangan seluruh
persiapan dikomandoi oleh Annisa Yuniar
dibantu oleh Wahyu Sigit Rahadi dan Novi
Tri Mujahidin. Sedangkan untuk persiapan
di Jakarta saya dibantu oleh tim yang terdiri
dari koordinator persiapan pameran Eka
Tresnawan, dibantu Jean Olivia, Citra Kirana,

Ria Nabilah, Vivi Rans, Andrea Pirelina,
Fitryan Wahyu, dan Sakri. Terima kasih.
Bagi saya sendiri, proses persiapan,
pelaksanaan dan umpan balik yang kami
peroleh dari pameran ini, meneguhkan
keyakinan saya bahwa Indonesia memiliki
modal pembangunan yang luar biasa
berupa kearifan kultural sekian banyak
suku bangsa yang membentuk negara ini.
Kearifan kultural ini, memahami bagaimana
menciptakan kebutuhan hidup dari alam,
tanpa merusaknya, bahkan sambil merawat
keutuhan ekosistem alam. Senimanseniman Tenun Paluanda Lama Hamu,
adalah contoh yang nyata bahwa kearifankearifan tradisional yang hidup di seantero
Indonesia, punya potensi besar untuk ikut
mewujudkan komitmen Indonesia terhadap
Sustainable Development Goals. Hal mana
membutuhkan komitmen pemerintah untuk
serius memperhatikan kebudayaan sebagai
salah satu fondasi utama bagi pembangunan
ekonomi.

Bogor, 5 November 2017
Chandra Kirana Prijosusilo
Pendiri dan Ketua Yayasan Sekar Kawung.

Reportase Event Pameran Seni Tenun Ikat karya Kelompok Tenun Paluanda Lama Hamu

7

Pembukaan Pameran
Dalam laporan persiapan pameran Chandra
Prijosusilo mengungkapkan bahwa dalam
menyiapkan pameran Yayasan Sekar Kawung
meneliti1 seluruh proses pembuatan tenun
ikat Sumba Timur yang dilakukan Senimanseniman Paluanda Lama Hamu. Ditemukan
bahwa proses pembuatan kain meliputi 42
langkah yang rumit, dimana terlihat betapa
erat hubungan antara tenun ikat dengan
pelestarian alam. Ditemui juga pemahaman
bahwa membuat tenun ikat sesungguhnya
merupakan kerja kolaboratif dari sejumlah
orang yang memiliki keahlian yang beragam
dan saling meneguhkan menuju satu karya
yang holistik.

1

Peneliti utama Chandra Kirana Prijosusilo, peneliti lapangan Annisa Yuniar dengan narasumber utama
untuk 42 langkah proses pembuatan tenun Kornelis Ndapakamang. Selain itu narasumber terkait
pemahaman mengenai simbolisme dan filosofi di balik tenun ikat yang dipamerkan adalah seluruh anggota
kelompok seniman dan artisan Kelompok Paluanda Lama Hamu.

8

Reportase Event Pameran Seni Tenun Ikat karya Kelompok Tenun Paluanda Lama Hamu

Menjadi nyata bahwa para ahli menggambar
kain, hakekatnya adalah pelukis yang
memiliki pemahaman mengenai nilai-nilai
filosofis dan spiritual yang terkandung di
dalam kain-kain tenun Sumba Timur, dan
oleh karenanya pantas dikenali sebagai
kekuatan kreatif dibalik penciptaan kain, pun
sebagai wajah seniman yang menginspirasi
dunia melalui karya mereka. Dari proses
persiapan pameran terbangun insight
mengenai kenyataan bahwa bagi masyarakat
Sumba Timur, kain tenun ikat selalu dimuati
dengan doa, dengan ajaran hidup yang
baik, selain juga digunakan untuk merekam
sejarah. Karena itu, kain memiliki tempat
sangat sentral di dalam kebudayaan Sumba
Timur yang terus hidup hingga kini.

Reportase Event Pameran Seni Tenun Ikat karya Kelompok Tenun Paluanda Lama Hamu

9

Di dalam keynote speech Prof. Emil Salim, dan pidato pembukaan Dirjen. Kebudayaan Bapak
Hilmar Farid, sama-sama menekankan pentingnya menjaga, merawat dan mengembangkan
kebudayaan yang dimiliki Indonesia. Sementara Ibu Bona Siahaan sebagai Direktur MCA
Indonesia menekankan bahwa seni tenun ikat Sumba Timur secara nyata dapat berkontribusi
terhadap pembangunan ekonomi hijau dan pencapaian

10

Reportase Event Pameran Seni Tenun Ikat karya Kelompok Tenun Paluanda Lama Hamu

Reportase Event Pameran Seni Tenun Ikat karya Kelompok Tenun Paluanda Lama Hamu

11

Sustainable Development Goals di Indonesia

Tenun Ikat Sumba Timur merupakan pakaian tradisional
yang hingga kini masih terus dikenakan oleh masyarakat
Sumba Timur, khususnya dalam menjalani berbagai
upacara spiritual yang dilandasi oleh kepercayaan Marapu.
Kain-kain itu dikenakan secara utuh, tanpa dipotong.
Desaigner muda Wahyu Perdana Saputra, sebagai
konsultan yang diminta oleh Yayasan Sekar Kawung untuk
mengkontekstualisasikan pemakaian kain-kain tenun
ikat tanpa memotong dengan teknik drappery, menjadi
busana adiluhung masa kini, berhasil memukau hadirin
pembukaan dengan karyanya.
Secara keseluruhan koreografi dan pelaksanaan pameran
ini disumbangkan oleh ibu Novelita Dinar.

12

Reportase Event Pameran Seni Tenun Ikat karya Kelompok Tenun Paluanda Lama Hamu

photo by @pay_rafli

Fashion Show
Keindahan dalam Keutuhan
Kain Tenun Ikat

Reportase Event Pameran Seni Tenun Ikat karya Kelompok Tenun Paluanda Lama Hamu

13

Wajah Para Maestro
Seniman Tenun
Sandang merupakan kebutuhan dasar bagi kehidupan
manusia di dalam mengejawantahkan kebudayaannya.
Di dunia yang menderita dampak lingkungan dari fast
fashion yang sangat mencemari dan memperparah
perubahan iklim, para maestro pencipta tekstil tenun
ikat Paluanda Lama Hamu ini hakekatnya adalah Guru
bagi dunia, yang bisa mengajarkan tentang proses
penciptaan kain yang justru merawat keutuhan alam,
karena mampu meramu bahan-bahan dari lingkungan
sekitarnya menjadi karya-karya seni tekstil yang sangat
indah dan mengagumkan.
Pameran ini mengawali langkah untuk menghargai dan
menghormati tujuh seniman kain tenun ikat Sumba
Timur sebagai pemimpin di dalam upaya menapaki jalan
menuju Sustainable development Goals melalui karya
seni tekstil mereka. Mereka meneguhkan gagasan bahwa
dunia membutuhkan seni agar hidup menjadi bermakna.

14

Reportase Event Pameran Seni Tenun Ikat karya Kelompok Tenun Paluanda Lama Hamu

Reportase Event Pameran Seni Tenun Ikat karya Kelompok Tenun Paluanda Lama Hamu

15

16

Reportase Event Pameran Seni Tenun Ikat karya Kelompok Tenun Paluanda Lama Hamu

Reportase Event Pameran Seni Tenun Ikat karya Kelompok Tenun Paluanda Lama Hamu

17

Setiap Karya Berbicara
tentang Keagungan Hidup

Secara khusus, pameran ini mengajak pengunjung untuk
mengapresiasi kedalaman spiritual dan simbolisme
dibalik budaya tenun ikat Sumba Timur melalui 55 helai
kain yang diciptakan oleh seniman-seniman Paluanda
Lama Hamu. Melalui kain-kain itu, pengunjung
mendapatkan pemahaman yang lebih dalam tentang
makna kain bagi kehidupan masyarakat Sumba Timur.
Hal ini diharapkan membangun kesadaran, bahwa
sandang, sesungguhnya di dalam tradisi Sumba Timur,
bukan sekedar fashion, melainkan dihayati sebagai
elemen kebudayaan yang mengilhami bagaimana
manusia hendaknya membawakan dirinya, dihadapan
sesama, di hadapan alam, bahkan di hadapan Sang
Maha Kuasa.
Disamping setiap kain juga disajikan informasi dimana
pengunjung bisa membaca siapa seniman dibalik
lukisan kain-kain tersebut. Juga mengenali setiap artisan
yang terlibat di dalam proses pembuatan kain tersebut.

18

Reportase Event Pameran Seni Tenun Ikat karya Kelompok Tenun Paluanda Lama Hamu

Reportase Event Pameran Seni Tenun Ikat karya Kelompok Tenun Paluanda Lama Hamu

19

Menelusuri
Proses Kreatif
Penciptaan Kain
Tenun

Di pameran ini pengunjung dapat melihat
betapa proses kreatif dibalik penciptaan tenun
ikat bermula dari tahap ketika kapas dipintal
menjadi benang, dan digulung ke dalam
bentuk-bentuk bola agar bisa dibentangkan
melingkupi plangkan atau frame sehingga
membentuk ‘kanvas’ diatas mana lukisan
akan dibuat. Barulah kemudian lukisan itu
akan mulai diwujudkan melalui serangkaian
kegiatan mengikat, mewarnai, menjemur, dan
membuka ikatan. Kemudian benang-benang
yang dihasilkan akan dibentang kembali
untuk ditata gambar ataupun motifnya,
sebelum pada akhirnya bisa ditenun. Seluruh
proses ini mencakup 42 langkah, dan
disajikan melalui multi media film, foto dan
poster, serta instalasi seni.

20

Reportase Event Pameran Seni Tenun Ikat karya Kelompok Tenun Paluanda Lama Hamu

Kambuli
Disamping mengenalkan Tenun Ikat –
pameran ini juga mengangkat Kambuli,
ini merupakan teknik menghiasi tenun
polos dengan metode sulam. Annisa
Yuniar menggali kembali seni Kambuli
yang nyaris punah di desa-desa Mauliru
dan Lambanapu dan mempelajarinya
kembali bersama para artisan tenun.

Reportase Event Pameran Seni Tenun Ikat karya Kelompok Tenun Paluanda Lama Hamu

21

Seni yang Membangun
Rasa Saling Menghargai
Sebagian dari artisan dan seniman Paluanda
Lama Hamu belum pernah menjejakkan
kaki di Jakarta, bahkan ada yang belum
pernah meninggalkan pulau Sumba.
Namun melalui karya mereka yang indah,
mereka dapat berkomunikasi langsung dan
membagikan ilmu mereka yang luar biasa
kepada publik pengunjung.

22

Pameran berhasil menjadi medium untuk
mendidik pengunjung tentang keistimewaan
kain tenun ikat, sehingga memang layak
dihargai dengan nilai tinggi; sekaligus
membekali para seniman dan artisan tenun yang
berpameran untuk merefleksikan karya-karya
mereka, sebagai bekal untuk terus menerus
mengolah diri untuk mempersembahkan yang
terbaik di kemudian hari.

Reportase Event Pameran Seni Tenun Ikat karya Kelompok Tenun Paluanda Lama Hamu

Reportase Event Pameran Seni Tenun Ikat karya Kelompok Tenun Paluanda Lama Hamu

23

Sarana Edukasi
Seni dan Budaya
Pameran
berhasil
membangkitkan
antusiasme pengunjung, untuk mengenali
Seni Tenun Ikat Sumba Timur yang mampu
meramu bahan pewarna dari tetumbuhan
dan kapur yang tersedia di alam lingkungan
setempat, juga teknik tradisional yang melalui
tahap yang panjang dalam menyulap kapas
menjadi benang, hingga diolah menjadi kain
dipenuhi motif dan gambar tradisional yang
memiliki nilai kearifan lokal yang tinggi.
Pengunjung berkesempatan untuk mencoba
proses dalam menenun dipandu oleh para
seniman dan pengrajin tenun ikat.
Melalui pameran ini, generasi muda yang
berkunjung mendapat kesempatan untuk
menyelami kedalaman dan kekayaan budaya
dan seni tenun di Sumba Timur.

Demo Proses Tenun dan uji coba proses bersama anak-anak
sekolah, mahasiswa desain dan pengunjung.
Panduan Tour mengelilingi ruang pamer bersama Pemandu
minat khusus oleh pemuda lokal Sumba Timur

24

Reportase Event Pameran Seni Tenun Ikat karya Kelompok Tenun Paluanda Lama Hamu

Reportase Event Pameran Seni Tenun Ikat karya Kelompok Tenun Paluanda Lama Hamu

25

Lelang
Tenun Ikat sebagai
Benda Seni

Ke 55 kain tenun ikat pewarna alam yang
dipamerkan kemudian di lelang kepada
para kolektor seni tekstil. Kegiatan ini
dimaksudkan untuk mendorong para
Seniman seni ikat Paluanda Lama Hamu
untuk terus bersemangan menyempurnakan
karya mereka di kemudian hari. Lelang
dilaksanakan secara profesional oleh
Sidharta Auctioneer, yang mengkhususkan
kegiatan kepada upaya mencari dan
mengangkat berbagai seni Indonesia yang
bermutu untuk dipersembahkan kepada
para pencinta melalui berbagai lelang dan
pameran. Sidharta Auctioneer mendukung
dan mempromosikan karya seni, bukan saja
yang dihasilkan oleh seniman yang sudah
ternama tetapi juga para seniman berbakat
yang mulai bersinar.

26

Reportase Event Pameran Seni Tenun Ikat karya Kelompok Tenun Paluanda Lama Hamu

Reportase Event Pameran Seni Tenun Ikat karya Kelompok Tenun Paluanda Lama Hamu

27

Talkshow Interaktif
Filosofi dan Makna
di Balik Simbol Tenun Ikat
Chandra Kirana Prijosusilo dari Yayasan Sekar
Kawung dan Kornelis Ndapakamang, Jems Diki
Talumbani, Petronela Pihu dan Daniel Ndamu
Landu Praing dari Kelompok Tenun Paluanda Lama
Hamu membahas mengenai interpretasi selembar
kain tenun Sumba Timur adalah lebih dari sekedar
memaknai simbol – simbol secara independen.
Membaca makna yang terkandung di tiap desain
adalah membaca cerita dari sebuah lukisan yang
terdiri dari beberapa simbol dan saling terhubung.
Dalam tiap lembar kain tersirat doa, pesan dan
harapan yang dirangkai oleh para seniman pembuat
tenun. Peserta yang hadir dalam acara ini sejumlah
77 peserta.

28

Reportase Event Pameran Seni Tenun Ikat karya Kelompok Tenun Paluanda Lama Hamu

Reportase Event Pameran Seni Tenun Ikat karya Kelompok Tenun Paluanda Lama Hamu

29

Talkshow Interaktif
42 Langkah Proses
Pembuatan Tenun Ikat

Pembicara Annisa Yuniar dari Yayasan Sekar Kawung dan
Kornelis Ndapakamang dari Kelompok Tenun Paluanda
Lama Hamu dalam sesi yang berlangsung selama 2 jam ini,
pembicara menceritakan langkah – langkah pembuatan
Tenun Ikat Sumba Timur dengan pewarna alam mulai
dari kapas sampai dengan terbentuknya selembar kain
tenun. Penjabaran mengenai prosesnya yang berjumlah 42
langkah tersebut disertai dengan istilah lokalnya. Peserta
yang hadir dalam sesi ini berjumlah 81 peserta.

30

Reportase Event Pameran Seni Tenun Ikat karya Kelompok Tenun Paluanda Lama Hamu

Talkshow Interaktif
Drapery dan
Tenun Sumba

Wahyu Perdana Saputra (Yudha), seorang perancang
busana yang juga Tenaga Ahli Fashion untuk Yayasan
Sekar Kawung. Dalam kesempatan ini Yudha
berbagi cerita mengenai bagaimana mengkreasikan
kain Tenun Sumba Timur untuk bisa dipakai
menjadi busana melalui teknik draping, tanpa
harus memotong kain – kain tersebut. Hasil karya
Yudha untuk fashion show dalam acara pembukaan
pameran juga ditampilkan di sini. Sesi bincang –
bincang interaktif ini dihadiri oleh 28 peserta.

Reportase Event Pameran Seni Tenun Ikat karya Kelompok Tenun Paluanda Lama Hamu

31

Talkshow Interaktif
Seni dan Tenun Ikat
Sumba Timur

Dalam bincang-bincang ini Arahmaiani Faisal, seorang
seniman Indonesia kontemporer yang sangat dihormati
di tingkat internasional, menceritakan bagaimana Tenun
Ikat Sumba Timur bisa diapresiasi sebagai suatu bentuk
kesenian tinggi, yang tercipta dari tangan – tangan seniman
dengan keahlian yang patut dihargai. Proses penciptaan
dan pewarnaan Kain Tenun Sumba Timur yang unik
meperjelas bagaimana peran Alam sangat penting untuk
bisa terciptanya karya – karya tersebut, yang kemudian
menghidupi kelompok seniman dan masyarakat Sumba
Timur. Maka kesadaran akan keterhubungan itu adalah
sesuatu yang harus dibangun dan dijaga dalam berkesenian
lewat Kain Tenun Sumba Timur dengan pewarna alami.
Bincang – bincang ini dihadiri oleh 25 peserta.

32

Reportase Event Pameran Seni Tenun Ikat karya Kelompok Tenun Paluanda Lama Hamu

Talkshow Interaktif
Respon Seniman Muda
Terhadap Seni Tenun Ikat
Sumba Timur

Sekar Bestari, seorang seniman muda
berbagi cerita mengenai bagaimana
seniman muda saat ini berkesenian sambil
memenuhi tuntutan untuk menjadi
seorang “pekerja seni” yang sering
diburu oleh waktu. Terinspirasi oleh
para Seniman dari Sumba Timur, Sekar
secara pribadi ingin lebih memaknai
proses berkeseniannya sebagai media
Ia bercerita. Penghargaannya akan
kekayaan simbol yang terdapat pada kain
tenun ikat Sumba Timur Ia tuangkan
lewat motif scarf dengan nuansa Sumba.

Reportase Event Pameran Seni Tenun Ikat karya Kelompok Tenun Paluanda Lama Hamu

33

Talkshow Interaktif
Fotografi Keragaman Hayati
bersama Indonesia Wildlife
Photography dan Anak Sumba

Willy Ekariono dari Indonesia
Wildlife
Photography
bercerita
mengenai kekayaan alam yang
terdapat di Sumba Timur. Pada
kesempatan ini, dua anak dari Desa
Lambanapu, Kresentia Hamu Meha
dan Alfonsus Hendrik Hambandima
diajak untuk berbagi kepada para
hadirin
mengenai
pengalaman
mereka
mendalami
fotografi
bersama Wahyu Sigit dan Annisa
Yuniar dari Yayasan Sekar Kawung.
Mereka bercerita bagaimana mereka

34

bisa mengenal alam lebih dekat,
memahami berbagai spesies satwa
juga tumbuhan, berlatih kesabaran
dan kerjasama antar kelompok.
Acara bincang – bincang ini menjadi
kesempatan untuk memperkenalkan
secara lebih mendalam mengenai
buku “fotografi Keanekaragaman
Hayati di Sumba Timur yang
merupakan hasil karya anak –
anak peserta Photovoice di Desa
Lambanapu.
Peserta yang hadir
dalam sesi ini sejumlah 39 peserta.

Reportase Event Pameran Seni Tenun Ikat karya Kelompok Tenun Paluanda Lama Hamu

Talkshow Interaktif
Wisata Minat Khusus ke Desa Dua Desa Tenun

Sesi bincang – bincang yang mengangkat tentang
potensi wisata desa tenun, dibawakan oleh
Jaladwara yang merupakan Tenaga Ahli dari
Yayasan Sekar Kawung untuk pengembangan
pariwisata minat khusus di Desa Lambanapu
dan Mauliru, Sumba Timur. Dalam sesi ini,
Antonia dan Okta, pemandu wisata lokal juga
turut berbagi untuk menceriterakan kepada para
hadirin mengenai pengalaman mereka mengikuti
pelatihan pemandu wisata. Para hadirin diajak
untuk melihat bagaimana proses Jaladwara
menerapkan wisata yang minim sampah, sarat
pengetahuan dan interaktif. Peserta yang hadir
dalam sesi ini berjumlah 46 orang.

Reportase Event Pameran Seni Tenun Ikat karya Kelompok Tenun Paluanda Lama Hamu

35

Pameran Photovoice
Anak Kandung Tenun Sumba

Melengkapi pameran seni tenun ikat
ini adalah karya-karya 19 Anak usia 10
– 15 tahun dari desa Lambanapu dan
Mauliru. Ke 19 anak ini dididik mengenai
ilmu fotografi, dan bagaimana bisa
menyuarakan pandangan mereka tentang
kondisi lingkungan sosial ekonomi,
budaya dan alam di sekitar mereka
melalui fotografi oleh fotografer senior
Indonesia dari Yogyakarta, Nurpinto
Hadi. Selama 6 minggu, ia mendampingi

36

mereka di kelas dan di lapangan hingga
menghasilkan ribuan foto. Anak-anak
kemudian dipandu memilih 50 foto
terbaik dan memberikan caption kepada
foto-foto itu untuk mengungkapkan
perspektif mereka. Selain dipamerkan
ke 50 foto tersebut juga dipublikasikan
menjadi buku, berjudul Photovoice Anak
Kandung Sumba. Dari sisi antropologi,
Transpiosa Rhiomanda memberikan
ulasan kepada pameran ini.

Reportase Event Pameran Seni Tenun Ikat karya Kelompok Tenun Paluanda Lama Hamu

Reportase Event Pameran Seni Tenun Ikat karya Kelompok Tenun Paluanda Lama Hamu

37

Bazaar
Setelah menikmati pameran seni tenun, pengunjung kemudian bisa
berbelanja di bazaar yang menjual kain-kain karya seniman dan artisan
Paluanda Lama Hamu. Di bazaar ini, dijamin bahwa kain-kain dibuat
dengan menggunakan pewarna alam.
Pameran yang juga dilengkapi dengan bazaar, dan kegiatan lelang seni
ini menghasilkan penjualan total enam ratus tujuh puluh tujuh juta tiga
ratus enam puluh empat ribu rupiah (Rp 677,364,000). Dua persen dari
penjualan ini disisihkan oleh para anggota Paluanda Lama Hamu sebagai
dana kelompok, dan 10 persen lainnya disisihkan sebagai modal awal
untuk dikontribusikan kepada sebuah Usaha Bersama atau Koperasi
yang akan dibentuk bersama Yayasan Sekar Kawung.

38

Reportase Event Pameran Seni Tenun Ikat karya Kelompok Tenun Paluanda Lama Hamu

Reportase Event Pameran Seni Tenun Ikat karya Kelompok Tenun Paluanda Lama Hamu

39

Cafetaria dengan produk
olahan hijau

Melengkapi
pameran
adalah
kafetaria yang diawaki oleh kolega
dari Kopi Cukil, minuman sehat
kombucha buatan Sage, dan
minuman segar asem Sumba yang
dihasilkan oleh kelompok Paluanda
Lamu Hamu dari buah asam yang
banyak tumbuh subur di desa
Mauliru dan Lambanapu.

40

Reportase Event Pameran Seni Tenun Ikat karya Kelompok Tenun Paluanda Lama Hamu

Ajang Silaturahmi Keluarga
dan Komunitas Sumba
di Jakarta
Masyarakat Sumba di Jakarta menyambut
pameran dengan antusias dan menjadikannya
ajang pertemuan dan silaturahmi.

Reportase Event Pameran Seni Tenun Ikat karya Kelompok Tenun Paluanda Lama Hamu

41

Desain & Layout

Dengan kebutuhan untuk menampilkan seni
kain tenun bernilai tinggi dengan tantangan
persyaratan dari venue, Dian Mayang Sari
dan Miranti Dian Safitri meramu dengan
instalasi-instalasi terbuka.
Desain-desain motif terlihat maksimal
dengan instalasi instalasi kain yang megah.
Alur pengunjung yang telah direncanakan
disesuaikan dengan alur museum, sehingga
tidak saling mengganggu namun saling
melengkapi.

42

Reportase Event Pameran Seni Tenun Ikat karya Kelompok Tenun Paluanda Lama Hamu

Reportase Event Pameran Seni Tenun Ikat karya Kelompok Tenun Paluanda Lama Hamu

43

Behind the Scene

44

Reportase Event Pameran Seni Tenun Ikat karya Kelompok Tenun Paluanda Lama Hamu

Komite Pelaksana Pameran
Penanggung Jawab /
Ketua Yayasan Sekar Kawung

: Chandra Kirana Prijosusilo

Pendukung Pelaksana
Pelaksana Lelang

: Yayasan GAIA
: Sidharta Auctioneer

Ketua Panitia
Desain Pameran

: Eka Tresnawan
: Dian Mayang Sari
Miranti Dian Safitri
: Novi Tri Mujahidin
: Annisa Yuniar
Wahyu Sigit Rahadi
Kornelis Ndapakamang

Mediator Desain
Data Lapangan

Desainer Fashion
Stage manager Fashion Show

: Wahyu Perdana Saputra
: Noveleta Dinar

Konsumsi
Komunikasi
Bazaar dan Fashion Show
Desain Buku
Keuangan
Transportasi
Pelaksana Harian

: Jean Olivia
: Citra Kirana
: Ria Nabilah
: Vivi Rans
: Andrea Pirelina
Fitryan Wahyu
: Sakri
: Ira Humairah
Nadya Amanda
Soraya Daniella
Andika Utami
Nur Mauliddina
Clarisa Candrian
Leony
Lany RH

Reportase Event
Penulis
Lay-out
Foto

: Chandra Kirana Prijosusilo
: Novi Tri Mujahidin
: Novi Tri Mujahidin,
Pay Rafli (Fashion Show)

Reportase Event Pameran Seni Tenun Ikat karya Kelompok Tenun Paluanda Lama Hamu

45

Didukung Oleh:

Disclaimer
This report was partly made possible through a grant given by the people of the United States to Indonesia through the Millennium Challenge Corporation
{link “Millennium Challenge Corporation” to http://www.mcc.gov} under the terms of a compact {link “compact” to the compact agreement} signed between the two
countries. The information provided on this website is not official U.S. Government information and does not represent the views or positions of the U.S. Government
or the Millennium Challenge Corporation.
Dokumen ini dibuat dengan dukungan masyarakat Amerika Serikat melalui Millennium Challenge Corporation. Informasi, opini, dan kesimpulan yang
dicantumkan di sini tidak mewakili posisi Millennium Challenge Corporation atau Pemerintah Amerika Serikat

46

Reportase Event Pameran Seni Tenun Ikat karya Kelompok Tenun Paluanda Lama Hamu

Jalan Bantar Kemang 173,
Bogor, Jawa Barat
Indonesia 16243
info@sekarkawung.com
www.sekarkawung.com

sekarkawung_
/yayasansekarkawung
sekar kawung