Makalah Pkn Falsafah Pancasila Isi

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Hak merupakan unsur normatif yang melekat pada diri setiap manusia
yang dalam penerapannya berada pada ruang lingkup hak persamaan dan hak
kebebasan yang terkait dengan interaksinya antara individu atau dengan
instansi. Hak juga merupakan sesuatu yang harus diperoleh. Masalah HAM
adalah sesuatu hal yang sering kali dibicarakan dan dibahas terutama dalam
era reformasi ini. HAM lebih dijunjung tinggi dan lebih diperhatikan dalam
era reformasi dari pada era sebelum reformasi. Perlu diingat bahwa dalam hal
pemenuhan hak, kita hidup tidak sendiri dan kita hidup bersosialisasi dengan
orang lain. Jangan sampai kita melakukan pelanggaran HAM terhadap orang
lain dalam usaha perolehan atau pemenuhan HAM pada diri kita sendiri.
Dalam hal ini penulis merasa tertarik untuk membuat makalah tentang HAM.
Maka dengan ini penulis mengambil judul “Hak Asasi Manusia”.
Secara teoritis Hak Asasi Manusia adalah hak yang melekat pada diri
manusia yang bersifat kodrati dan fundamental sebagai suatu anugerah Allah
yang harus dihormati, dijaga, dan dilindungi. hakikat Hak Asasi Manusia
sendiri adalah merupakan upaya menjaga keselamatan eksistensi manusia
secara utuh melalui aksi keseimbangan antara kepentingan perseorangan
dengan kepentingan umum. Begitu juga upaya menghormati, melindungi, dan

menjunjung tinggi Hak Asasi Manusia menjadi kewajiban dan tangung jawab
bersama antara individu, pemeritah (Aparatur Pemerintahan baik Sipil
maupun Militer), dan negara.
Berdasarkan beberapa rumusan hak asasi manusia di atas, dapat ditarik
kesimpulan tentang beberapa sisi pokok hakikat hak asasi manusia, yaitu :
a.

HAM tidak perlu diberikan, dibeli ataupun di warisi, HAM adalah

bagian dari manusia secara otomatis.
b.

HAM berlaku untuk semua orang tanpa memandang jenis kelamin,

ras, agama, etnis, pandangan politik atau asal usul sosial, dan bangsa.

1

c.


HAM tidak bisa dilanggar, tidak seorangpun mempunyai hak untuk

membatasi atau melanggar hak orang lain. Orang tetap mempunyai HAM
walaupun sebuah negara membuat hukum yang tidak melindungi atau
melanggar HAM.
1.2 Rumusan Masalah
Dalam makalah ini penulis mengidentifikasi masalah sebagai berikut:
1.2.1 Apa pengertian dan ruang lingkup Hak Asasi Manusia (HAM)?
1.2.2 Bagaimana pemahaman Hak Asasi Manusia?
1.2.3 Bagaimana Hak Asasi Manusia di Indonesia?
1.2.4 Permasalahan dan Penegakan HAM di Indonesia
1.2.5 Apa itu Rule of Law?
1.3 Tujuan
Adapun yang menjadi tujuan dalam makalah ini adalah :
1.3.1 Untuk mengetahui pengertian dan ruang lingkup Hak Asasi Manusia
1.3.2 Untuk memahami Hak Asasi Manusia
1.3.3 Untuk mengetahui Hak Asasi Manusia di Indonesia
1.3.4 Untuk mengetahui Permasalahan dan Penegakan HAM di Indonesia
1.3.5 Untuk mengetahui tentang Rule of Law


2

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian dan Ruang Lingkup Hak Asasi Manusia
HAM adalah hak-hak dasar yang melekat pada diri manusia,tanpa hakhak itu manusia tidak dapat hidup layak sebagai manusia.Menurut John
Locke HAM adalah hak-hak yang diberikan langsung oleh Tuhan Yang Maha
Pencipta sebagai hak yang kodrati. Dalam pasal 1 Undang-Undang Nomor 39
Tahun 1999 tentang HAM disebutkan bahwa “Hak Asasi Manusia adalah
seperangkat hak yang melekat pada hakekat dan keberadaan manusia sebagai
makhluk Tuhan Yang Maha Esa dan merupakan anugerah-Nya yang wajib
dihormati, dijunjung tinggi, dan dilindungi oleh negara, hukum, pemerintah
dan setiap orang, demi kehormatan serta perlindungan harkat dan martabat
manusia.
Ruang lingkup HAM meliputi:
a. Hak pribadi: hak-hak persamaan hidup, kebebasan, keamanan, dan lainlain;
b. Hak milik pribadi dan kelompok sosial tempat seseorang berada;
c. Kebebasan sipil dan politik untuk dapat ikut serta dalam pemerintahan;
serta
d. Hak-hak berkenaan dengan masalah ekonomi dan sosial.

Hakikat Hak Asasi Manusia sendiri adalah merupakan upaya menjaga
keselamatan eksistensi manusia secara utuh melalui aksi keseimbangan antara
kepentingan perseorangan dengan kepentingan umum. Begitu juga upaya
menghormati, melindungi, dan menjunjung tinggi Hak Asasi Manusia
menjadi kewajiban dan tangung jawab bersama antara individu, pemeritah
(Aparatur Pemerintahan baik Sipil maupun Militer),dan negara.
Berdasarkan beberapa rumusan hak asasi manusia di atas, dapat ditarik
kesimpulan tentang beberapa sisi pokok hakikat hak asasi manusia, yaitu :
a. HAM tidak perlu diberikan, dibeli ataupun di warisi, HAM adalah bagian
dari manusia secara otomatis.

3

b. HAM berlaku untuk semua orang tanpa memandang jenis kelamin, ras,
agama, etnis, pandangan politik atau asal usul sosial, dan bangsa.
c. HAM tidak bisa dilanggar, tidak seorangpun mempunyai hak untuk
membatasi atau melanggar hak orang lain. Orang tetap mempunyai HAM
walaupun sebuah negara membuat hukum yang tidak melindungi atau
melanggar HAM.
2.2 Pemahaman Hak Asasi Manusia

Manusia dengan akal budi dan nuraninya membuat dia memiliki
kebebasan dasar untuk memutuskan sendiri perilaku atau perbuatannya.
Kebebasan dan hak-hak dasar itulah yang disebut hak asasi manusia secara
kodrati sebagai anugerah Tuhan Yang Maha Esa. Hak-hak ini tidak dapat
diingkari. Pengingkaran terhadap hak-hak tersebut berarti mengingkari
martabat kemanusiaan. Oleh karena itu, negara, pemerintah, atau organisasi
ataupun mengemban kewajiban untuk mengakui dan melindungi hak asasi
manusia pada setiap manusia tanpa kecuali. Hal ini berarti pada bahwa hak
asasi manusia harus menjadi titik tolak dan tujuan dalam penyelenggaraan
kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Manusia sebagai makhluk Tuhan mempunyai dua sifat kodrat
monodualis yakni sifat individu (pribadi perorangan) dan sifat sosial
(bersama orang lain) yang seimbang dan dinamis, sehingga kebebasan setiap
orang dibatasi oleh kah asasi orang lain. Hal ini berarti bahwa setiap orang
mengemban kewajiban mengakui dan menghormati hak asai orang lain. Hal
ini berlaku juga bagi setiap organisasi masyarakat terutama negara dan
pemerintah harus bertanggung jawab untuk menghormati, melindungi,
membela, dan menjamin hak asasi manusia setiap warga negara dan
penduduk. Pemahaman hak asasi manusia meliputi perkembangan HAM dan
deklarasi universal HAM.

2.2.1 Perkembangan Hak Asasi Manusia
Pada umumnya para pakar di Eropa berpendapat bahwa lahirnya
HAM di kawasan Eropa dimulai dengan lahirnya Magna Charta yang
antara lain memuat pandangan bahwa raja yang tadinya memiliki

4

kekuasaan absolut menjadi dibatasi kekuasaannya dan mulai dapat
diminta pertanggungjawabannya dimuka hukum. Perkembangan HAM
selanjutnya ditandai dengan munculnya The American Declaration of
Independence yang lahir dari paham Rousseau dan Montesquieu.
Mulailah dipertegas bahwa manusia adalah merdeka sejak didalam
perut ibunya, sehingga tidaklah logis bila sesudah lahir, ia harus
dibelenggu. Selanjutnya, pada 1789 lahirlah The French Declaration.
Dimana ketentuan tentang hal lebih dirinci lagi sebagaimana dimuat
dalam The Rule of Law yang antara lain berbunyi tidak boleh ada
penangkapan

dan


penahanan

yang

semena-mena,

termasuk

penangkapan tanpa alasan yang sah dan penahanan tanpa surat perintah
yang dikeluarkan oleh pejabat yang sah.
Perkembangan yang lebih signifikan adalah dengan kemunculan
The Four Freedoms dari Presiden Roosevelt pada 6 Januari 1941.
Selanjutnya pada 1944 diadakan konferensi buruh internasional di
Philadelphia yang kemudian menghasilkan deklarasi Philadelphia.
Semua hak diatas dijadikan dasar pemikiran untuk menjadi embrio
rumusan HAM yang bersifat universal sebagaimana dalam deklarasi
universal tentang Hak Asasi Manusia (The Universal Declation of
Human Rights) PBB tahun 1948.
2.2.2 Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia
Atas pertimbangan yang ada dalam mukadimah deklarasi

universal tentang hak asasi manusia yang telah disetujui dan
diumumkan oleh resolusi majelis umum PBB No. 217A (III) tanggal 10
Desember 1948 maka majelis umum PBB menyatakan : Deklarasi
Universal tentang Hak-hak Asasi Manusia ini merupakan suatu
pelaksanaan umum yang baku bagi semua bangsa dan negara. Setiap
orang dan setiap badan dalam masyarakat perlu memgingat pernyataan
ini dan berusaha dengan cara mengajar dan mendidik, untuk
mempertinggi penghargaan terhadap hak-hak dan kebebasan-kebebasan
ini, dan melalui tindakan-tindakan progresif secara nasional maupun
internasional, menjamin pengakuan dan pelaksaan hak-hak dan

5

kebebasan-kebebasan itu secara umum dan efektif oleh bangsa-bangsa
dari negara-negara anggota maupun dari daerah-daerah yang berada
dibawah keuasaan hukum mereka.
2.3 Hak Asasi Manusia di Indonesia
Di Indonesia HAM telah mendapat tempat dan diatur di dalam:
1. UUD tahun 1945
2. Tap MPR No XVII/MPR/1998 tentang HAM

3. Undang-Undang No. 39 tahun 1999 tentang HAM
4. Undang-Undang No. 8 tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen
5. Undang-Undang No. 26 tahun 2000 tentang Pengadilan HAM
6. Konvensi Internasional Anti Apartheid dalam Olahraga yang diratifikasi
dengan Keputusan Presiden No. 48 tahun 1993 tanggal 26 Mei 1993
7. Konvensi tentang Hak-Hak Anak tahun 19998 yang diratifikasi dengan
Keputusan Presiden No. 36 tahun 1990 tanggal 25 Agustus 1990
8. Konvensi tentang Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi terhadap
Perempuan tahun 1979 yang diratifikasi dengan Undang-Undang No. 7
tahun 1984 tanggal 24 Juli 1984.
9. Konvensi tentang Hak-Hak Politik Kaum Wanita tahun 1953 yang
diratifikasi dengan Undang-Undang No. 68 tahun 1998.
10. Konvensi Menentang Penyiksaan dan Perlakuan atau Hukuman yang
Kejam secara Tidak Manusiawi dalam Merendahkan Martabat Manusia
Lainnya tahun 1984 yang diratifikasi dengan Undang-Undang No. 5
tanggal 24 September 1998.
11. Konvensi Internasional tentang Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi
Rasial yang diratifikasi dengan Undang-Undang No. 29 tanggal 25 Mei
1999.
Sehubungan dengan hak-hak diatas untuk menciptakan dan mencapai

cita-cita yang diinginkan oleh Bapak Pendiri Negara kita maka perlulah ada
pengaturan mengenai HAM itu sendiri yang mana dapat dilihat sebagai
berikut :

6

Dalam Pancasila
1. Ketuhanan Yang Maha Esa Kesadaran masyarakat Indonesia akan
perbedaan agama yang terdapat dalam kesehariannya dikembangkan
dengan adanya toleransi antar umat beragama dan juga hormat
menghormati antara pemeluk agama aliran kepercayaan yang berbedabeda.
2. Kemanusiaan yang Adil dan Beradab Dengan sila ini, manusia diakui dan
diperlakukan sesuai dengan harkat dan martabatnya sebagai makhluk
Tuhan Yang Maha Esa yang sama derajat yang sama hak dan
kewajibannya tanpa membedakan suku, agama dan kepercayaan dan jenis
kelamin.
3. Persatuan Indonesia Dalam sila ini manusia menempatkan persatuan dan
kesatuan serta kepentingan bangsa dan negara diatas kepentingan pribadi
dan golongan.
4. Kerakyatan


yang

Dipimpin

oleh

Hikmat

Kebijksanaan

dalam

Permusyawaratan Perwakilan Dalam sila ini manusia Indonesia sebagai
warga negara mempunyai kedudukan hak dan kewajiban yang sama. Hal
ini tampak jelas dari sistem perwakilan rakyat.
5. Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia Dengan sila ini maka
mansuia Indonesia menyadari hak dan kewajiban yang sama untuk
menciptakan keadilan sosial.
Hak-Hak Asasi Manusia dalam UUD tahun 1945
UUD tahun 1945 sudah memuat beberapa hak asasi manusai baik dalam
Pembukaan maupun dalam Batang Tubuh.
Di dalam pembukanya yaitu mulai dari alinea I sampai alinea IV
semuanya mengatur tentang HAM, sedangkan dalam Batang Tubuh UUD
tahun 1945 HAM diatur dalam pasal :
1. Dalam pasal 1 ayat (1) dikatakan bahwa kedaulatan adalah di tangan
rakyat dan dilakukan sepenuhnya oleh MPR. Ketentuan ini mengandung
pengertian bahwa negara kita adalah negara yang demokratik negara yang
tidak mengakui absolutisme yaitu bersifat sewenang-wenang oleh sebab
itu ketentuan ini mengakui hak manusia.

7

2. Dalam pasal 27 ayat (1) yaitu pasal yang menjunjung tinggi hak-hak asasi
manusia. Pasal ini menentukan persamaan hak di depan hukum dan
pemerintahan, persamaan untuk memperoleh pekerjaan dan penghidupan
yang layak bagi kemanusiaan.
3. Pasal 28 yaitu yang mengatur kebebasan untuk berkumpul, berserikat dan
mengeluarkan pendapat.
HAM dalam peraturan perundang-undangan yaitu:
1. Dalam KUHP yaitu hak manusia tercantum dengan dianutnya asas
legalitas.
2. Dalam BW yang terdapat dalam pasal 1 ayat (2) anak yang di dalam
kandungan seorang perempuan dianggap telah dilahirkan bilamana
kepentingan si anak menghendakinya.
3. UU No. 14 tahun 1970 tentang Kekuasaan Kehakiman
4. UU No. 8 tahun 1981 yaitu KUHAP yang mengatur tentang perlindungan
HAM misalnya bantuan hukum, ganti ruhi maupun rehabilitasi.
5. UU No 9 tahun 1986 yaitu Pengadilan Tata Usaha Negara, di dalam
undang-undang ini pengakuan dan perlindungan hak-hak asasi juga
terdapat pengaturan dalam pasal 4 yang menyatakan bahwa PTUN adalah
salah satu pelaksanaan kekuasaan bagi rakyat pencari keadilan terhadap
sengketa TUN (Tata Usaha Negara).
6. UU No 39 tahun 1999 tentang HAM
7. UU No. 26 tahun 2000 tentang Peradilan terhadap Pelanggaran HAM.
2.4 Permasalahan dan Penegakan HAM di Indonesia
Sejalan dengan amanat Konstitusi, Indonesia berpandangan bahwa
pemajuan dan perlindungan HAM harus didasarkan pada prinsip bahwa hakhak sipil, politik, ekonomi, sosial budaya, dan hak pembangunan merupakan
satu kesatuanyang tidak dapat di pisahkan, baik dalam penerapan,
pemantauan, maupun dalam pelaksanaannya. Sesuai dengan pasal 1 (3), pasal
55, dan 56 Piagam PBB upaya pemajuan dan perlindungan HAM harus
dilakukan melalui sutu konsep kerja sama internasional yang berdasarkan

8

pada prinsip saling menghormati, kesederajatan, dan hubungan antar
negaraserta hukum internasional yang berlaku.
Program penegakan hukum dan HAM meliputi pemberantasan korupsi,
antitrorisme, serta pembasmian penyalahgunaan narkotika dan obat
berbahaya. Oleh sebab itu, penegakan hukum dan HAM harus dilakukan
secara tegas, tidak diskriminatif dan konsisten.
Kegiatan-kegiatan pokok penegakan hukum dan HAM meliputi hal-hal
berikut:
1. Pelaksanaan Rencana Aksi Nasional Hak Asasi Manusia (RANHAM) dari
2004-2009 sebagai gerakan nasional
2. Peningkatan efektifitas dan penguatan lembaga / institusi hukum ataupun
lembaga yang fungsi dan tugasnya menegakkan hak asasi manusia
3. Peningkatan upaya penghormatan persamaan terhadap setiap warga
Negara di depan hukum melalui keteladanan kepala Negara beserta
pimpinan lainnya untuk memetuhi/ menaati hukum dan hak asasi
manusia \secara konsisten serta konsekuen
4. Peningkatan berbagai kegiatan operasional penegakan hukum dan hak
asasi manusia dalam rangka menyelenggarakan ketertiban sosial agar
dinamika masyarakat dapat berjalan sewajarnya.
5. Penguatan upaya-upaya pemberantasan korupsi melalui pelaksanaan
Rencana, Aksi Nasional Pemberantasan Korupsi.
6. Peningkatan penegakan hukum terhadao pemberantasan tindak pidana
terorisme dan penyalahgunaan narkotika serta obat lainnya.
7. Penyelamatan barang bukti kinerja berupa dokumen atau arsip/lembaga
Negara serta badan pemerintahan untuk mendukung penegakan hukum
dan HAM.
8. Peningkatan koordinasi dan kerja sama yang menjamin efektifitas
penegakan hukum dan HAM.
9. Pengembangan system manajemen kelembagaan hukum yang transparan.
10. Peninjauan serta penyempurnaan berbagai konsep dasar dalam rangka
mewujudkan proses hukum yang kebih sederhana, cepat, dan tepat serta
dengan biaya yang terjangkau oleh semua lapisan masyarakat.

9

2.5 Rule of Law
Aturan hukum juga disebut supremasi hukum, berarti bahwa hukum
diatas semua orang dan itu berlaku bagi semua orang. Apakah gubernur atau
diatur, apakah penguasa atau dikuasai, tidak ada yang diatas hukum, tidak ada
yang

dibebaskan

dari

memberikan dispensasi

hukum,
untuk

dan

tidak

penerapan

ada
hukum.

yang

dapat

Penegakan

hukum adalah sebuah pepatah hukum umum sesuai dengan keputusan yang
harus dilakukan

dengan

yang dikenal, tanpa

menerapkan

prinsip



intervensi kebijaksanaan

prinsip atau

hukum

dalam aplikasi mereka.

Peribahasa ini dimaksudkan sebagai pelindung terhadap pemerintahan yang
sewenang – wenang. Kata “sewenang – wenang” (dari bahasa latin
“penengah”) menandakan suatu keputusan yang dibuat di atas kebijaksanaan
wasit, bukan menurut aturan hukum.
Secara umum, hukum adalah kumpulan aturan-aturan yang ditetapkan
negara dikenakan sanksi atau konsekuensi. Yang dominan adalah bahwa
konsep “rule of law” mengatakan apa – apa tentang “justness” dari hukum
itu sendiri, tetapi

hanya

bagaimana sistem

hukum

beroperasi. Sebagai

konsekuensi dari ini, bangsa yang sangat tidak demokratis atau satu tanpa
menghargai hak asasi manusia bisa eksis dengan “rule of law” sebuah situasi
yang mungkin terjadi didalam beberapa diktator modern. “Aturan hukum”
atau

Rechssstaat

mungkin

kondisi

yang

diperlukan

untuk

demokrasi, tetapi bukan syara cukup.
Dari pengertian the rule of law ini menurut Prof. Sunarjati Hartono
yang mengutip pendapat yang digunakan Friedman bahwa kata “rule of law”
dapat dipakai dalam arti formil (in the formal sense) dan dalam arti materiil
(ideological sense). Dalam arti formil ini maka the rule of law adalah
“orgenised public power” atau kekuasaan umum yang terorganisir.
Sedangkan dalam arti materil, the rule of law adalah berbicara tentang just
law (hukum yang mengandung keadilan). Sehingga menurut Prof. Sunarjati
Hartono bahwa penegakan the rule of law, jika tidak diartikan sebagai the rule
of just law, yang diartikan juga sebagai the rule of social justice, maka

10

penegakkan the rule of law itu dapat menimbulkan suatu Negara kekuasaan
(machstaat).
Bahkan dapat merupakan alat bagi penguasa (the rulling class) untuk
mempertahankan dan memperbesar kekuasaannya. T. D. Weldon juga
memberikan pengertian mengenai Negara yang menganut paham the rule of
law yang berarti Negara tersebut tidak hanya memiliki suatu peradilan yang
sempurna diatas kertas saja, akan tetapi ada atau tidaknya the rule of law
dalam suatu Negara tergantung daripada kenyataan apakah rakyatnya benarbenar dapat menikmati keadilan, dalam arti perlakuan yang adil, baik dari
sesama warga negaranya, maupun dari pemerintahnya.
Prof. Sunarjati juga mengungkapkan bahwa pelaksanaan the rule of law
tidak hanya berarti pengadilan hanya berhak mengawasi dan mengadili
pertikaian yang terjadi diantara masyarakat, tetapi juga berwenang untuk
mengawasi bagaimana pemerintah menjalankan tugasnya, yang berarti bahwa
pengadilan diposisikan sebagai satu-satunya instansi sekaligus instansi
tertinggi (enigste en hoogste instantie) yang berwenang menentukan apakah
tindakan-tindakan pemerintah itu benar dan berdasarkan hukum yang berlaku.
Atau dengan kata lain bahwa hubungan antara the rule of law dengan konsep
Negara hukum adalah diberikannya kewenangan kepada pengadilan untuk
memutuskan apakah kebijaksanaan pemerintah itu adil dan sesuai dengan
grundsnorm atau falsafah hukum dan Negara, yang dianut oleh bangsa yang
bersangkutan.
Pembatasan kekuasaan Negara oleh hukum adalah sebuah ciri khas dari
paham konstitusionalisme atau demokrasi konstitusional yang menghendaki
adanya pemerintah yang terbatas kekuasaannya dan tidak dibenarkan
bertindak sewenang-wenang terhadap warga negaranya. Prof. Miriam
Budiarjo mengatakan bahwa pembatasan kekuasaan pemerintah oleh
konstitusi disebut sebagai constitutional government atau limited government
atau restrained government. Lebih lanjut prof. Jimly Asshiddiqie mengatakan
bahwa yang dimaksud dengan paham konstitusionalisme adalah pengaturan
yang sedemikian rupa, sehingga dinamika kekuasaan dalam proses
pemerintahan dapat dibatasi dan dikendalikan sebagaimana mestinya. Prof.

11

Miriam

Budiarjo

juga

mengatakan

bahwa

pada

waktu

demokrasi

konstitusional ini muncul sebagai suatu program yang konkret, dianggap
bahwa penyelenggaraan pemerintahan suatu Negara haruslah diatur dengan
sebuah konstitusi tertulis dengan memberikan jaminan perlindungan terhadap
hak-hak asasi warga Negara serta melakukan pemisahan kekuasaan Negara
pada cabang-cabang kekuasaan Negara.
Perumusan yuridis dari prinsip-prinsip inilah yang kemudian disebut
dengan The rule of law. Sehingga jika pengertian the rule of law ini
dihubungkan dengan paham Negara hukum (rechstaat) dapatlah dikatakan
bahwa the rule of law tidak lain daripada the rule of justice.
Negara hukum merupakan terjemahan dari konsep rechtsstaat atau Rule
Of Law yang bersumber dari pengalaman demokrasi konstitusional di eropa
abad ke – 19 dan ke – 20. Oleh karena itu , Negara demokrasi pada dasarnya
adalah Negara hukum . ciri Negara hukum antara lain : adanya supremasi
hukum , jaminan hak asasi manusia dan legalitas hokum. Di Negara hukum ,
peraturan perundang –undangan yang berpuncak pada undang – undang dasar
(konstitusi) merupakan satu kesatuan system hukum sebagai landasan bagi
setiap penyelenggaraan kekuasaan.Rule Of Law merupakan suatu doktrin
hukum yang mulai muncul pada abad ke XIX, bersamaan dengan kelahiran
Negara berdasarkan hukum (konstitusi) dan demokrasi. Kehadiran Rule Of
Lawboleh disebut sebagai reaksi dan koreksi terhadap Negara absolute
(kekuasaan di tangan penguasa) yang relah berkembang sebelumnya.
Berdasarkan pengertian, friedman membedakan Rule Of Law menjadi 2
yaitu pengertian secara formal (in the formal sense) dan pengertian secara
hakiki / materil (ideological sense). Secara formal , Rule Of Law diartikan
sebagai kekuasaan umum yang terorganisir (organized public power) . hal ini
dapat diartikan bahwa setiap Negara mempunyai aparat penegak hukum yang
menyangkut ukuran yang baik dan buruk (just anf unjust law). Rule Of
Law pada hakikatnya merupakan jaminan secara formal terhadap “ rasa
keadilan “ bagi rakyat Indonesia dan juga “ keadilan social “ . inti dari Rule
Of Law adalah adanya keadilan bagi masyarakat , teruatama keadilan social.

12

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa :
1. HAM adalah hak-hak dasar yang melekat pada diri manusia,tanpa hak-hak
itu manusia tidak dapat hidup layak sebagai manusia yang bersifat kodrati
dan fundamental sebagai suatu anugerah Allah yang harus dihormati,
dijaga, dan dilindungi. Ruang lingkup HAM meliputi : Hak pribadi: hakhak persamaan hidup, kebebasan, keamanan, dan lain-lain; Hak milik
pribadi dan kelompok sosial tempat seseorang berada; Kebebasan sipil dan
politik untuk dapat ikut serta dalam pemerintahan; sertaHak-hak berkenaan
dengan masalah ekonomi dan sosial.
2. Manusia dengan akal budi dan nuraninya membuat dia memiliki
kebebasan dasar untuk memutuskan sendiri perilaku atau perbuatannya.
Perkembangan HAM dimulai dengan lahirnya Magna Charta, selanjutnya
ditandai dengan munculnya The American Declaration of Independence
yang dimuat dalam The Rule of Law, kemudian lebih signifikan ditandai
dengan kemunculan The four freedoms, selanjutnya diadakan konferensi
buruh internasional. Deklarasi universal HAM memuat tentang pelaksaan
umum yang baku bagi setiap bangsa dan negara.
3. Hak Asasi Manusia di Indonesia diatur dalam pancasila, UUD 1945 dan
peraturan perundang-undangan.
4. Permasalahan HAM

di Indonesia meliputi pemberantasan korupsi,

antiterorisme, serta pembasmian penyalahgunaan narkotika dan obat
berbahaya. Oleh sebab itu, penegakan hukum dan HAM harus dilakukan
secara tegas, tidak diskriminatif dan konsisten.
5. Pelaksanaan rule of law tidak hanya bersifat mengawasi dan mengadili
pertikaian yang terjadi diantara masyarakat, tetapi juga berwenang untuk
mengawasi bagaimana pemerintah menjalankan tugasnya, yang berarti
bahwa pengadilan diposisikan sebagai satu-satunya instansi sekaligus
instansi tertinggi yang berwenang menentukan apakah tindakan-tindakan
pemerintah itu benar dan berdasarkan hukum yang berlaku.

13

3.2 Saran
Saran kami sebagai penulis yaitu sebagai makhluk sosial kita harus
mampu mempertahankan dan memperjuangkan HAM kita sendiri. Di
samping itu kita juga harus bisa menghormati dan menjaga HAM orang lain
jangan sampai kita melakukan pelanggaran HAM. Dan jangan sampai pula
HAM kita dilanggar dan dinjak-injak oleh orang lain. Jadi dalam menjaga
HAM kita harus mampu menyelaraskan dan mengimbangi antara HAM kita
dengan orang lain.

14

DAFTAR PUSTAKA
Bakry, Noor Ms. 2008. Pendidikan Kewarganegaraan. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar
Anonim. 2012. Sejarah Perkembangan Hak Asasi Manusia di Indonesia. (Online).
http://www.psychologymania.com/2012/12/sejarah-perkembangan-hakasasi-manusia_29.html (Diakses pada tanggal 25 Mei 2013 pukul 16.00
WITA)
Veronica, Lisbeth. 2010. Makalah Hak Asasi Manusia. (online).
http://makalahhakasasimanusiaham.blogspot.com/ (diakses pada tanggal 25
Mei 2013 pukul 16.30 WITA)

15