Pengaruh Pola Asuh Terhadap Prestasi Bel

PENGARUH POLA ASUH TERHADAP PRESTASI BELAJAR ANAK DI
KAMPUNG WISATA
(STUDI KASUS KAMPUNG BIRU AREMA)

UNTUK MEMENUHI TUGAS MATAKULIAH
Metodologi Penelitian Sosial
yang dibina oleh Ibu Anggaunitakiranantika, S.Sos, M.Sosio

oleh
R.M THAREQ RAHMATULLAH

160751615415

OLIFANIS JAYA

160751615457

QURROTUL A’YUNI

160751615481


RIMA KUSUMASTUTI

160751615431

UNIVERSITAS NEGERI MALANG
FAKULTAS ILMU SOSIAL
JURUSAN SOSIOLOGI
Maret 2018

KATA PENGANTAR
Puji syukur kami haturkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat, karunia,
serta berkat-Nya penyusun dapat menyelesaikan LAPORAN PENELITIAN dengan judul
“PENGARUH POLA ASUH TERHADAP PRESTASI BELAJAR ANAK DI KAMPUNG
WISATA(STUDI KASUS KAMPUNG BIRU AREMA) tepat waktu. Laporan Penelitian ini
disusun dalam rangka memenuhi tugas Mata Kuliah Metodologi Penelitian Sosiologi
Kuantitatif Jurusan Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Malang. Penyusun juga
mengucapkan terimakasih kepada Ibu Anggaunitakiranantika, S.Sos, M.Sosio, selaku dosen
mata kuliah metodologi penelitian sosiologi kuantitatif sekaligus pembimbing yang telah
membimbing dengan penuh rasa sabar hingga terselesaikannya laporan penelitian ini.
Penyusun sangat berharap laporan penelitian ini dapat berguna dan bermanfaat bagi pembaca

pada umumnya. Selain itu, kami mengharap kritik dan saran yang membangun demi upaya
penyempurnaan penulisan sehingga nantinya penulis mampu melakukan penelitian yang
lebih baik dan lebih bermanfaat bagi pembaca.

Malang, 22 April 2018

Tim Peneliti

II

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...............................................................................................................II
DAFTAR ISI............................................................................................................................III
BAB I.........................................................................................................................................1
PENDAHULUAN......................................................................................................................1
A.

LATAR BELAKANG.................................................................................................1

B.


TUJUAN PENELITIAN.............................................................................................3

C.

MANFAAT PENELITIAN.........................................................................................3

D.

KAJIAN TEORI..........................................................................................................4

E.

DEFINISI OPERASIONAL.......................................................................................4

BAB II METODE PENELITIAN...........................................................................................6
A.

RANCANGAN PENELITIAN...................................................................................6


B.

POPULASI DAN SAMPEL........................................................................................6

C.

WAKTU DAN SAMPLE............................................................................................7

D.

OBJEK PENELITIAN................................................................................................8

E.

INSTRUMEN PENELITIAN...................................................................................8

F.

PENGUMPULAN DATA.........................................................................................8


G.

ANALISIS DATA.......................................................................................................9

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN...............................................................................11
A.

Pengaruh Pola Asuh Orang Tua................................................................................11

B.

Indikator Intensitas Interaksi Antara Orangtua dan Anak dalam Pola Pengasuhan. .14

C.

Indikator Prestasi Belajar Anak.................................................................................16

D.

Hubungan Antar Variabel..........................................................................................19


E.

Diskusi Teoritik.......................................................................................................22

BAB IV....................................................................................................................................24
PENUTUP...............................................................................................................................24
Kesimpulan...........................................................................................................................24
Saran....................................................................................................................................24
DAFTAR RUJUKAN.............................................................................................................25
LAMPIRAN 1.........................................................................................................................29
LAMPIRAN 2.........................................................................................................................34

III

BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Keluarga merupakan satuan terkecil dalam masyarakat. Dalam keluarga, individu
mendapatkan pendidikan pertamanya. Nilai dan norma diajarkan keluarga. Dari

keluargalah lahir individu dengan berbagai macam kepribadian. Dalam Undang-Undang
No 23 tahun 2002 pasal 26 tentang kewajiban dan tanggung jawab orangtua untuk :
mengasuh, memelihara, mendidik, dan melindungi anak. Menumbuhkembangkan anak
sesuai dengan kemampuan, bakat, dan minatnya. Mencegah terjadinya perkawinan dini
pada usia anak-anak.

Dengan demikian maka orangtua berperan penting terhadap

penyampain ilmu dalam pendidikan pertama dan utama kepada anak. Sebagai orangtua
tentunya tidak mudah untuk membuat anak untuk mengerti dengan apa yang diajarkan.
Orangtua harus mempunyai strategi agar anak berhasil menyerap pelajaran yang
diberikan. Keluarga dan komponen didalamnya merupakan media yang cocok untuk
menanamkan dan mengembangan dorongan untuk anak berprestasi.
Pada dasarnya, semua orangtua menghendaki anak-anak mereka tumbuh menjadi
anak yang cerdas, baik, dan terampil. Jika orangtua menerapkan pola asuh secara efektif,
anak akan tumbuh dengan baik dan mengalami perubahan yang positif pada diri mereka
sesuai dengan yang diharapkan. Lingkungan keluarga sangat berpengaruh terhadap
prestasi anak, umumnya seorang anak yang memiliki kebutuhan berprestasi tinggi,
orangtuanya menentukan standar prestasi yang tinggi pula kepada anaknya. Prestasi yang
dicapai anak berkaitan langsung dengan sampai sejauh mana harapan orangtua terhadap

prestasi yang ingin dicapai anaknya (Sara Margareth,2016).
Upaya dalam peningkatan prestasi belajar pada anak dapat terwujud apabila
diterapkan pola pengasuhan yang tepat. Pola asuh adalah cara, bentuk atau strategi dalam
pendidikan keluarga yang diberikan oleh orangtua kepada anaknya. Menurut Dr. Baumrind
(dalam Shochib,2010) terdapat 3 macam pola asuh orangtua yaitu demokratis, otoriter dan
permisif. Karakteristik anak dalam kaitannya dengan pola asuh keluarga berbeda-beda. Pola
asuh demokratis akan menghasikan karakteristik anak-anak yang mandiri, dapat mengontrol
diri, mempunyai hubungan baik dengan teman, mampu menghadapi stress, mempunyai minat
terhadap hal-hal baru dan koperatif terhadap orang-orang lain. Pola asuh otoriter akan
menghasilkan karakteristik anak yang penakut, pendiam, tertutup, tidak berinisiatif, gemar

1

menentang, suka melanggar norma, berkepribadian lemah, cemas dan menarik diri.
Sedangkan, pola asuh permisif akan menghasilkan karakteristik anak-anak yang impulsive,
agresif, tidak patuh, manja, kurang mandiri, mau menang sendiri, kurang percaya diri, dan
kurang matang secara sosial.
Pendidikan merupakan proses pengubahan sikap atau tata laku seseorang atau kelompok
orang di usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan. Pendidikan
adalah modal bagi anak untuk melangkah ke jenjang kehidupan selanjutnya. secara umum

pendidikan juga dipandang menjadi faktor utama dalam pembangunan. Anak-anak menjadi
tumpuan kearah mana negara ini akan dibawa. Menuju kemajuan atau malah mengalami
kemunduran. Untuk itu pendidikan merupukan aspek yang sangat penting. Dalam kehidupan
sehari-hari banyak dijumpai permasalahan mengenai prestasi belajar yang dialami oleh anak.
Ada beberapa faktor yang mempengaruhinya. Terdapat faktor internal dan eksternal. Faktor
internal berasal dalam diri anak, bisa berupa kecerdasan, minat dan bakat juga motivasi.
Sedangkan faktor eksternal dapat berupa lingkungan sosial masyarakatnya, lingkungan
sekolah, keadaan keluarga dan lain-lain.

Kampung Biru merupakan kelurahan yang terletak di bantaran Sungai Brantas Kota
Malang. Kampung Biru adalah kampung tematik untuk menjauhkan pandangan orang
luar mengenai perkampungan yang identik dengan situasi dan kondisi yang kumuh dan
konotasi yang negatif. Hasil temuan lapangan hampir seluruh warganya bekerja.
Banyakm diantara mereka yang bekerja dibidang swasta, baik pedagang maupun sebagai
karyawan. Terlepas dari hal tersebut ada hal yang menarik peneliti untuk meneliti
bagaiamana pengaruh pola asuh orangtua terhadap prestasi belajar pada anak di
lingkungan kampung wisata.
A. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana pengaruh pola asuh orangtua terhadap prestasi belajar anak di Kampung
Biru ?

2. Bagaimana intensitas interaksi antara orangtua dan anak dalam pengasuhan anak ?
3. Faktor apakah yang mendukung keberhasilan pola asuh orangtua terhadap prestasi
belajar anak di Kampung Biru ?

2

B. TUJUAN PENELITIAN
1. Mengetahui pola asuh orangtua terhadap prestasi belajar anak di Kampung Biru.
2. Mengetahui intensitas interaksi antara orangtua dan anak dalam pengasuhan anak.
3. Mengetahui faktor pendukung keberhasilan pola asuh orangtua terhadap prestasi
belajar anak di Kampung Biru.

C. MANFAAT PENELITIAN
Hasil dari penelitian ini diharapkan memberi manfaat bagi peneliti dan oranglain dan
khusunya institusi pendidikan. Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini
adalah sebagai berikut :
a. Manfaat Praktis
Bagi warga Kampung Biru dan bagi pembaca khusunya para orangtua, hasil dari
penelitian ini diharapkan dapat memotivasi keluarga dan mendorong anak untuk
lebih giat dalam meraih prestasi sekolahnya.

b. Manfaat Teoritis
Bagi mahasiswa, calon peneliti, peneliti, akademisi dan intstitusi pendidikan,
penelitian ini diharapkan dapat menambah referensi untuk ditulis dan menjadi rujukan
untuk penelitian berikutnya.
B. HIPOTESIS
H₀

: Tidak ada pengaruh pola asuh orangtua terhadap prestasi belajar anak di
Kampung biru

H₁

: Ada pengaruh antara pola asuh orangtua terhadap prestasi belajar anak di
Kampung Biru

H₀

: Tidak ada intensitas interaksi antara orangtua dan anak dalam pola pengasuhan.

H₁

: Ada intensitas interaksi antara orangtua dan anak dalam pola pengasuhan.

H₀

: Tidak ada faktor pendukung keberhasilan pola asuh orangtua terhadap

prestasi belajar anak di Kampung Biru.
H₁

: Ada faktor pendukung keberhasilan pola asuh orangtua terhadap prestasi

belajar anak di Kampung Biru.

3

D. KAJIAN TEORI
Dalam suatu masyarakat yang besar, keluarga merupakan kelompok terkecil. Pada
masyarakat terdapat norma, aturan, struktur, adat dan istiadat yang telah disepakati
bersama. Komponen yang membentuk masyarakat tersebut tentunya memiliki fungsi
masing-masing. Seperti halnya keluarga sebagai unit terkecil dalam kelompok masyarakat
memiliki fungsi untuk menghantar anggotanya ke masyarakat yang lebih besar. Oleh
karena itu pada penelitian ini menggunakan teori Fungsionalisme Struktural.
Salah satu tokoh teori Fungsionalisme Struktural adalah Robert K. Merton. Dalam
analisis fungsional struktural memusatkan perhatian pada kelompok, organisasi,
masyarakat dan kultur. Pada studinya sasaran Merton adalah peran sosial, pola institional,
proses sosial, pola kultur, norma sosial, emosi yang berpola secara kultural, alat-alat
pengendalian sosial dan sebagainya.
Peran orangtua berfungsi ketika terjadi perilaku memtovasi anak dalam prestasi
belajar, namun peran orangtua mengalami disfungsi apabila terjadi hal yang sebaliknya.
Fungsi nyata (manifest) dalam kasus ini seperti sikap orangtua uyang memotivasi anak
untuk giat belajar dengan cara memfasilitasi alat-alat segala yang dibutuhkan anak dalam
kegiatan belajarnya. Sedangkan fungsi tidak langsung (Laten) dari orangtua yaitu
menghimbau anaknya untuk mengikuti bimbingan belajar guna untuk menambah waktu
belajar juga membuat anak untuk lebih mendapat banyak ilmu.

E. DEFINISI OPERASIONAL
1. Pola Asuh
Pola asuh adalah suatu keseluruhan interaksi orangtua dengan anak, dimana orangtua
yang memberikan dorongan kepada anak dengan mengubah tingkah laku,
pengetahuan, dan nilai-nilai yang dianggap paling tepat bagi orangtua agar anak bisa
mandiri, tumbuh serta berkembang secara sehat dan optimal, memiliki rasa percaya
diri, memiliki sifat rasa ingin tahu, bersahabat, dan berorientasi untuk sukses.
Jenis-jenis pola asuh menurut Hurlock (2011) yaitu:
 Permissif, orangtua yang menerapkan pola asuh permissif memperlihatkan
ciri-ciri sebagai berikut: orangtua cenderung memberikan kebebasan penuh
pada anak tanpa ada batasan dan aturan dari orangtua, tidak adanya hadiah
ataupun pujian meski anak berperilaku sosial baik, tidak adanya hukuman
meski anak melanggar peraturan.
4

 Otoriter, orangtua yang mendidik anak dengan menggunakan pola asuh
otoriter memperlihatkan ciri-ciri sebagai berikut: orangtua menerapkan
peraturan yang ketat, tidak adanya kesempatan untuk mengemukakan
pendapat, anak harus mematuhi segala peraturan yang dibuat oleh orangtua,
berorientasi pada hukuman (fisik maupun verbal), dan orangtua jarang
memberikan hadiah ataupun pujian.
 Demokratis,

orangtua

yang

menerapkan

pola

asuh

demokratis

memperlihatkan ciri-ciri adanya kesempatan anak untuk berpendapat
mengapa ia melanggar peraturan sebelum hukuman dijatuhkan, hukuman
diberikan kepada perilaku salah, dan memberi pujian ataupun hadiah kepada
perilaku yang benar.
2. Prestasi Belajar
Salah satu indikator untuk menilai kualitas pendidikan adalah prestasi belajar yang
dicapai oleh siswa. Prestasi belajar adalah tingkat keberhasilan siswa mencapai tujuan
yang telah ditetapkan dalam sebuah program.Prestasi belajar ini digunakan untuk menilai
hasil pembelajaran para siswa pada akhir jenjang pendidikan tertentu. Penguasaan hasil
belajar oleh seseorang dapat dilihat dari perilakunya, baik perilaku dalam bentuk
penguasaan pengetahuan, keterampilan berpikir maupun keterampilan motorik (Isni
Agustiawati. 2014).

3. Keluarga
Keluarga merupakan lembaga pertama dalam kehidupan anak, tempat anak belajar
dan menyatakan diri sebagai makhluk sosial. Keluarga yang memberikan dasar
pembentukan tingkah laku, watak moral, dan pendidikan anak.
4. Anak
Dalam UU Nomor 23 tahun 2002 anak adalah sesorang yang belum berusia 18 tahun
termasuk anak yang masih dalam kandungan.

5

BAB II
METODE PENELITIAN
A. RANCANGAN PENELITIAN
Pada penelitian ini, peneliti akan menggunakan metode penelitian kuantitatif
deskriptif dengan hasil berupa angka dan deskripsi. Penelitian ini merupakan penelitian
yang bertujuan menjelaskan fenomena yang ada dengan menggunakan angka-angka
untuk mencandarkan karakteristik individu atau kelompok (Syamsudin & Damiyanti:
2011). Deskripsi bertujuan untuk menjelaskan angka-angka yang dihasilkan setelah
proses analisis data melalui kuisioner. Jenis penelitian atau pendekatan yang digunakan
yaitu jenis penelitian korelasional. Penelitian korelasional bertujuan untuk mengkaji
tingkat keterkaitan antara variasi suatu faktor dengan variasi faktor lain berdasarkan
koefisien korelasi. Peneliti akan menggunakan kuisioner untuk mengumpulkan informasi
dari responden.
B. POPULASI DAN SAMPEL
Populasi merupakan keseluruhan subjek penelitian. Populasi yang dipilih adalah
seluruh warga kampung biru yang berstatus sebagai orangtua yang memiliki anak yang
sedang menempuh pendidikan, dari jenjang sekolah dasar sampai sekolah menengah atas.
Sampel penelitian adalah bagian dari populasi. Teknik penentuan sampel yang digunakan
adalah penarikan sampel secara sengaja (purposive sampling) dengan target responden
sebanyak minimal 10% dari total populasi. Penarikan sampel secara sengaja dipilih
karena penentuan sampel jenis ini menggunakan pertimbangan khusus. Peneliti telah
sedikit banyak mengetahui lingkungan dan penduduk kampung biru setelah melakukan
observasi dan pengambilan data, sehingga peneliti akan mudah menentukan sampel dari
beberapa warga di Kampung Biru.
Berdasarkan kerangka sampel yang diperoleh maka perlu diketahui cara menggunakan
metode ini adalah dengan cara mengetahui jumlah seluruh populasi (N) dan besar sampel
yang akan diambil adalah n maka hasil bagi itu dinamakan interval sampling dan diberi
kode k. Unsur pertama dalam sampel lalu dipilih secara kebetulan di antara satuan
elementer yang bernomor urut i, satuan yang bernomor urut k dari populasi. Andaikan
yang terpilih itu adalah satuan elementer yang bernomor urut s maka unsur – unsur
selanjutnya dalam sampel dapat ditentukan dengan:
6

Unsur pertama : s
Unsur kedua

:s+k

Unsur ketiga

: s + 2k

Unsur keempat : s + 3k
Unsur kelima

: s + 4k

(Singarimbun, 1989: 160, dalam Anggaunitakiranantika. 2013)
Total warga Kampung Biru berjumlah 1549 jiwa. Sampel ideal adalah 10% dari
populasi, hasil dari penghitungan sampel ideal dengan jumlah total populasi adalah
154,9. Jika dibulatkan berjumlah 151 reponden.
No.Urut

Nama Setiap Unsur Populasi

Alamat Pada Setiap Populasi

Unsur
025

Nanik Setyowati

RT.01/RW.04
Kelurahan Kidul Dalem

055

Moh. Arifin

RT.02/RW.04
Kelurahan Kidul Dalem

075

Zainurui

RT.01/RW.05
Kelurahan Kidul Dalem

095

Fujiati

RT.02/RW.05

Alat pengumpul data berbentuk angket. Prosedur yang ditempuh dalam pengumpulan
data adalah dengan mengadministrasikan angket kepada sampel penelitian. Data yang
telah terkumpul akan dianalisis dan diolah dengan menggunakan aplikasi SPSS.
C. WAKTU DAN SAMPLE
Sebagian besar waktu habis untuk mengumpulkan data lapangan dan waktu untuk
mengurus administrasi dan perizinan penelitian. Penelitian ini diharapkan dapat memakan
waktu yang cukup singkat mengingat tehnik pengumpulan data menggunakan angket
kuisioner. Rencana penelitian dapat dilaksanakan pada bulan Maret-April dengan hasil
laporan pada awal bukan Mei.

7

D. OBJEK PENELITIAN
Titik perhatian dari penelitian ini adalah pola asuh orangtua terhadap prestasi
belajar anak. Sasaran atau responden dari penelitian ini adalah para orangtua yang
memiliki anak yang masih duduk di bangku sekolah mulai dari SD, SMP, SMA atau
jenjang pendidikan yang lain yang tinggal di Kampung Biru.
E. INSTRUMEN PENELITIAN
Instrumen yang digunakan pada penelitian ini adalah menggunakan angket atau
kuisioner. Yaitu pemberian sejumlah pertanyaan tertulis untuk memperoleh informasi
atau respon dari reponden dalam jumlah yang relatif banyak dalam waktu yang relatif
singkat. Pemilihan kuisioner sebagai instrument penelitian, sebab peneliti dapat menulis
pertanyaan dengan sistematik sesuai masalah yang diteliti.
F. PENGUMPULAN DATA
Pengumpulan data yang dilakukan peneliti dalam penelitian ini diklasifikasikan
menjadi dua bagian yaitu berupa data primer dan data sekunder. Adapun cara peneliti
dalam menggumpulkan data primer terdiri dari dua macam, yaitu pengamatan langsung
dan pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberikan seperangkat pertanyaan
atau pernyataan tertulis kepada otangtua sebagai responden untuk dijawab, terkait
Pengaruh Pola Asuh Terhadap Prestasi Belajar Pada Anak Di Kampung Biru. Adapun
kegiatan yang dilakukan pada waktu pengamatan (observasi) yaitu mengamati dan
mencatat sikap, perilaku dan aktivitas-aktivitas masyarakat secara khusus orang tua dan
anak-anak yang tinggal di kampung Biru. Sedangkan data-data sekunder diperoleh
melalui dokumen-dokumen pemerintah, lembaga-lembaga serta berbagai stakeholders
yang mempunyai arsip data Monografi Masyarakat Kampung Biru.
Data Primer merupakan data yang dikumpulkan atau diolah sendiri oleh
peneliti atau pihak yang melakukan penelitian (Subana, 2000:21). Data tersebut
dikumpulkan dengan menggunaakan kuisioner yang telah dibuat oleh peneliti.
Kuesioner merupakan alat teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara
memberikan seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk
dijawabnya. Sedangkan data skunder merupakan jenis data penunjang yang agar data
yang

diperoleh

lebih

akurat

dan

dapat

diperanggungjawabkan

mengenai

keabsahannya. Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang efisien bila

8

peneliti tahu pasti variabel yang akan diukur dan tahu apa yang bisa diharapkan dari
responden (Iskandar, 2008: 77).
Uma sekaran (1992) dalam Sugiyono mengungkapkan beberapa prinsip
penulisan angket yaitu sebagai berikut:
1.

Isi dan tujuan pertanyaan, yang dimaksud disini adalah isi pertanyaan tersebut
merupakan bentuk pengukuran atau bukan. Kalau berbentuk pengukuran, maka
dalam membuat pertanyaan harus teliti, setiap pertanyaan harus ada skala
pengukuran dan jumlah itemnya mencukupi untuk mengukur variabel yang
diteliti.

2. Bahasa yang digunakan, bahasa yang digunakan dalam penulisan angket harus
disesuaikan dengan kemampuan berbahasa responden.
3. Tipe dan bentuk pertanyaan, tipe pertanyaan dalam angket dapat berupa terbuka
atau tertutup, (dalam wawancara bisa terstruktur dan tidak terstruktur), dan
bentuknya dapat menggunakan kalimat positif dan negatif.
4. Pertanyaan tidak mendua
5. Tidak menanyakan yang sudah lupa
6. Pertanyaan tidak menggiring, artinya usahakan pertanyaan tidak menggiring
pada jawaban yang baik saja atau yang jelek saja.
7. Panjang pertanyaan, pertanyaan dalam angket sebaiknya tidak terlalu panjang,
sehingga tidak akan membuat jenuh responden dalam mengisi.
8. Urutan pertanyaan, urutan pertanyaan dalam angket, dimulai dari yang umum
menuju ke hal yang spesifik, atau dari yang mudah menuju hal yang sulit.
9. Verivikasi data agar sebuah fenomena memiliki nilai social, akademis dan
ilmiah. Kegiatan dalam analisis data adalah : mengelompokan data berdasarkan
variabel dan jenis responden, mentabulasi data berdasarkan variabel dan seluruh
responden.
G. ANALISIS DATA
Analisis data disebut juga pengolahan data dan penafsiran data. Analisis data adalah
rangkaian kegiatan penelaahan, pengelompokan, sistematisasi, penafsiran dan verivikasi data
agar sebuah fenomena memiliki nilai sosial, akademis dan ilmiah. Kegiatan dalam analisis
data adalah : mengelompokan data berdasarkan variabel dan jenis responden, mentabulasi
data berdasarkan variabel dan seluruh responden, menyajikan data tiap variabel yang diteliti,
9

melakukan perhitungan untuk menjawab rumusan masalah dan melakukan perhitungan untuk
menguji

hipotesis.

Tujuan analisa menurut Sofian Effendi dalam bukunya Metode Penelitian Survai (1987 :
231) adalah menyederhanakan data dalam bentuk yang lebih mudah dibaca dan diinterpretasi.
Teknik analisis data yang akan dilakukan peneliti dalam penelitian ini adalah:
1.

Reduksi data
Bentuk analisis data dengan cara mempertajam, meggolongkan dan
mengarahkan, membuang yang tidak perlu serta mengorganisasi data dengan
cara sedmikian rupa sehingga dapat ditarik kesimpulan yang tepat.

2.

Penyajian data
Setelah melakukan reduksi data, akan dilakukan penyajian data sebagai bahan
laporan. Data yang akan disajikan berupa sekumpulan informasi yang tersusun
yang member kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan
tindakan.

3.

Penarikan kesimpulan atau verifikasi
Setelah reduksi data dan data disajikan, maka dilakukan penarikan kesimpulan
sehingga laporan penelitian telah selesai dibuat. Penarikan kesimpulan
dilakukan dengan jalan mengambil intisari dari penyajian data yang telah
dilakukan untuk memaksimalkan kesimpulan awal.

10

BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Pengaruh Pola Asuh Orang Tua
1. Tempat tinggal anak
Tempat tinggal anak dihitung mulai dari anak mulai mengenyam pendidikan
hingga pada proses pelaksanaan pengambilan data atau pengisian kuisioner. Tempat
tinggal anak sangat perlu dan penting untuk diketahui supaya peneliti dapat
mengkategorikan tempat tinggal anak. Selain itu untuk mengetahui seberapa jauh
pengawasan orang tua kepada setiap anak terkait dengan pengambilan keputusan dan
kebijaksanaan mereka. Adapun sebaran frekuensi tempat tinggal anak dapat dilihat
pada tabel dibawah ini.
Tabel 3.1
Tabel Lokasi Tempat Tinggal Anak Responden
Tempat Tinggal
Jumlah
Presentasi
Rumah
101
65,6 %
Asrama/Pondok Pesantren
18
11,7 %
Kos
7
4,5 %
Rumah Saudara
25
16,2 %
Total
151
98, 1 %
Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa jumlah anak yang tinggal bersama orangtua
adalah sebanyak 101 orang, di asrama atau pondok pesantren sebanyak 18 orang, di
kos sebanyak 7 orang, dan di rumah saudaranya sebanyak 25 orang. Dapat diambil
kesimpulan lokasi tempat tinggal terbanyak adalah di rumah. Para orangtua memilih
mengurus anaknya sendiri dari pada membiarkan mereka tinggal jauh dan tidak bisa
membimbing dan mengawasi mereka.
2. Kontrol Kegiatan Anak
kontrol diri adalah suatu aktivitas pengendalian tingkah laku yang
mengandung makna, yaitu untuk melakukan pertimbangan-pertimbangan terlebih
dahulu sebelum memutuskan sesuatu untuk bertindak. Semakin tinggi kontrol diri
seseorang, berdampak pada semakin intens pula orang tersebut melakukan
pengendalian terhadap tingkah laku terhadap anak. Adapun frekuensi seberapa intens
orang tua dalam mengontrol anak, dapat dilihat pada tabel berikut.

11

Tabel 3.2
Tabel Kontrol Kegiatan Anak oleh Responden
Kontrol Terhadap Anak
Jumlah
Presentasi
Selalu
122
79,2 %
Kadang-kadang
15
9,7 %
Sesuai Kondisi
12
7,8 %
Tidak Sama Sekali
2
1,3 %
Total
151
98,1 %
Dari tabel diatas, dapat diketahui pendapat para orangtua di Kampung Biru mengenai
kegiatan mereka untuk mengontrol kegiatan anak. Dari jumlah totak keseluruhan
responden, orangtua yang selalu mengontrol kegiatan anak sebanyak 122 orang,
orangtua yang kadang-kadang mengontrol kegiatan anak sebanyak 15 orang, orangtua
yang melakukan kontrol kegiatan anak sesuai situasi kondisi sebanyak 12 orang, dan
orangtua yang memilih untuk tidak melakukan kegiatan pengontrolan kegiatan anak
sebanyak 2 orang. Dalam tabel dapat ditarik sebagian besar dari orangtua di Kampung
Biru merasa kegiatan mengontrol kegiatan anak adalah yang perlu dan wajib
dilakukan. Hal tersebut dapat dilihat dari perolehan presentase orangtua yang tidak
mengawasi kegiatan anaknya sebanyak 1,3 % saja.
3. Pengawasan Orang tua terhadap Anak
Orang tua berperan sebagai pembentuk karakter dan kepribadian anak. Oleh
karena itu, keluarga merupakan tempat dimana anak-anaknya akan dibentuk sesuai
dengan norma dan nilai sosial. Walaupun dalam keluarga tida terdapat rumusan
pendoidikan yang resmi akan tetapi sifat pembelajaran dan pengawasan orang tua
sangat mendasar dan potensial. berikut akan dijabarkan tanggapan orang tua terhadap
pentingnya Pengawasan Terhadap Anak.

Tabel 3.3
Pentingnya Pengawasan Orangtua Terhadap Anak
Pengawasan Terhadap

Jumlah

Frekuensi

Anak
Sangat Perlu
Perlu

74
59

48,1%
38,3%
12

Tidak Perlu
2
1,3%
Sesuai Situasi dan Kondisi
16
10,4%
Total
151
98,1%
Dalam tabel diatas, dapat dilihat data jumlah pendapat repsonden tentang pentingnya
pengawasan orangtua terhadap anak. Jumlah terbanyak adalah sejumlah 74 orang
memilih pengawasan anak sangat perlu dilakukan oleh orangtua, kemudian sebanyak
59 orang memilih orangtua perlu mengawasi kegiatan anak, 2 orang memilih untuk
tidak perlu melakukan kegiatan anak dengan alasan tertentu dan 16 orang memilih
mengawasi anak sesuai dengan situasi dan kondisi.
2. Cara orang tua menyikapi anak yang melanggar
Berkaitan dengan permasalahan yang sering dihadapi orang tua, yaitu anak
yang susah diatur, diperlukan strategi pengawasan yang tepat agar anak dapat
menerima masukan atau nasihat orang tua. Berikut tabel yang menerangkan
tanggapan orang tua terhadap cara menyikapi perilaku anak yang melanggar.
Tabel 3.4
Cara Orangtua Untuk Menyikapi Perilaku Anak Yang Melanggar Peratarun
Cara Orang Tua Bersikap
Menegur anaknya agar jera
Memberi masukan kepada

Jumlah
34
77

Frekuensi
22,1%
50,0%

kesalahannya
Memberi kesempatan anak

35

22,7%

untuk menjelaskan
Membiarkannya

5

3,2%

anak agar memahami

berintropeksi diri tanpa harus
ditegur
Total
151
98,1%
Dalam tabel tersebut dapat dilihat data responden mengenai cara orangtua menyikapi
anak yang melakukan pelanggaran di lingkungannya. Sejumlah 34 orangtua
menyikapi anak yang melakukan pelanggaran dengan menegur anaknya supaya jera,
77 orangtua memilih untuk memberi masukan kepada anak agar memahami kesalahan
yang diperbuat, 35 orangtua memilih untuk memberi kesempatan anak untuk
menjelaskan mengapa mereka melakukan pelanggaran, dan sisanya sebanyak 5
orangtua membiarkan anak untuk berintrospeksi diri tanpa harus menegurnya. Data
data tersebut dapat dilihat dan digolongkan cara orangtua mendidik anaknya dengan

13

cara yang demokratis, otoriter ataupun permisif. Banyak yang memilih untuk
mendidik anaknya dengan cara demokratis dengan presentase 50% dan 22,7%.

B. Indikator Intensitas Interaksi Antara Orangtua dan Anak dalam Pola Pengasuhan
1. Pentingnya Quality Time Dalam Keluarga
Quality Time dapat diartikan sebgai waktu bermakna yang biasa dihabiskan oleh
orang-orang terdekat, seperti keluarga. Tak jarang banyak dijumpai bahwa quality time
dianggap hal yang sepele. Kenyataannya quality time memiliki beberapa manfaat seperti
lebih saling mengerti anggota keluarga satu dengan yang lain atau lebih dapat memaknai
arti keluarga sendiri yang selalu ada dalam kondisi apapun.
Tabel 3.5
Pentingnya Quality Time atau Meluangkan Waktu untuk Berkumpul Bersama
Keluarga
Pentingnya Quality Time
Sangat Penting
Penting
Tidak Penting
Menyesuaikan Situasi dan

Jumlah
102
47
1
1

Frekuensi
66,2%
30,5%
0,6%
0,6%

Kondisi
Total
151
98,1%
Dari tabel tersebut dapat dilihat pendapat responden tentang pentingnya Quality Time
atau waktu berkumpul bersama keluarga. Sebanyak 102 orangtua memilih waktu
berkumpul bersama keluarga adalah hal yang sangat penting dilakukan, 47 orangtua
memilih waktu berkumpul adalah penting, 1 orangtua menganggap waktu berkumpul
bersama keluarga adalah tidak penting, dan sisanya sebanyak 1 orangtua memilih untuk
berkumpul bersama keluarga menyesuaikan situasi dan kondisi dengan alasan tertentu.
2. Waktu Keluarga Melakukan Quality Time
Ditengah kesibukan sehari-hari, keluarga merupakan salah satunya tempat kembali
pulang ternyaman. Waktu luang setelah penat dengan kegaiatan yang padat dapat di
netralisir dengan berkumpul bersama keluarga. Sangat disayangkan ketika terdapat
pemikiran bahwa waktu untuk berkumpul bersama keluarga tidaklah penting Setiap
keluarga mempunya waktu juga cara-cara tersendiri untuk dapat merealisasikan
kesempatan berkumpul.
Tabel 3.6
Waktu Yang Digunakan Keluarga Untuk Berkumpul

14

Waktu

Berkumpul Jumlah

Frekuensi

Keluarga
Setiap hari
115
74,7%
Pada saat akhir pekan
24
15,6%
Pada saat libur saja
3
1,9%
Pada acara keluarga
9
5,8%
Total
151
98,1%
Dari tabel diatas, diketahui waktu-waktu yang digunakan keluarga untuk berkumpul.
Keluarga yang dimaksud adalah keluarga yang tinggal dalam satu rumah atau terdiri dari
orangtua dan anak dan anggota keluarga lain yang tinggal bersama misalnya nenek atau
yang lain. Sejumlah 115 orangtua meluangkan waktunya setiap hari untuk berkumpul
bersama keluarga, 24 orangtua memilih untuk berkumpul bersama keluarga pada saat
akhir pekan, mereka yang mimikih untuk berkumpul bersama pada saat libur saja
sebanyak 3 orangtua dan 9 orangtua memilih untuk berkumpul pada acara keluarga.
3. Orang tua melakukan pembimbingan terhadap proses pembelajaran Anak
Sebagai orang tua sudah sewajarnya melakukan pembimbingan terhadap
anaknya. Terlepas dari kesibukan kerja atau yang lainnya, orang tua haruslah dapat
menyempatkan

waktu

untuk

membimbing

buah

hatinya.

Dalam

hal

ini,

pembimbingan untuk belajar dianggap sebagai hal sangat berpengaruh terhadap setiap
anak. Kedisiplinan anak dapat terlihat ketika mereka dapat memulai belajar dengan
sendirinya.
Tabel 3.7
Tabel Intensitas Orangtua Dalam Mendampingi Proses Belajar Anak Dirumah
Membimbing anak
Selalu
Kadang-kadang
Jarang
Tidak Pernah
Total

Jumlah
72
47
22
10
151

Frekuensi
46,8%
31,1%
14,3%
6,5%
98,1%

Dari data diatas dapat diketahui intensitas seberapa sering orangtua mendampingi
proses belajar mandiri anak dirumah. Mayoritas memilih selalu mendampingi proses
belajar mandiri anak dirumah, sejumlah 72 responden. 47 responden mengaku
kadang-kadang mendampingi proses belajar anak, sebanyak 22 responden mengaku

15

jarang mendampingi proses belajar anak karena alasan tertentu misalnya anak
diikutkan bimbingan belajar atau belajar bersama temannya.

C. Indikator Prestasi Belajar Anak
1.

Waktu Anak melakukan kegiatan belajar
Dalam hal ini setiap anak mempunyai rutinitas masing-masing. Hal ini dapat
berpengaruh terhadap waktu belajar anak. Selain itu faktor kebiasaan juga
berpengaruh dalam hal ini. Karena setiap anak tidak melulu mempunyai semangat
belajar yang tinggi. Peran orang tua sangatlah penting dalam hal menumbuhkan
semangat belajar para anak-anaknya.
Tabel 3.8
Tabel Waktu Belajar Yang Dilakukan oleh Anak di Rumah

Waktu

belajar

anak

di Jumlah

Frekuensi

Rumah
Setiap hari
97
63,0%
Ketika ada ujian
29
18,8%
Saat ada kerja kelompok
19
12,3%
Tidak pernah
6
3,9%
Total
151
98,1%
Pada tabel diatas, bisa dilihat waktu belajar yang dilakukan oleh anak. Hal ini
berkaitan dengan faktor internal atau faktor dalam diri anak untuk melakukan upaya
peningkatan prestasi belajar. Sebanyak 97 orangtua mengaku anaknya melakukan
kegiatan belajar setiap hari, 29 orangtua mengaku anaknya melakukan kegiatan
belajar di rumah ketika ada ujian saja, 19 orangtua mendapati anaknya melakukan
rutinitas belajar sendiri dirumah saat ada kerja kelompok saja dan sisanya 6 orangtua
memili anak yang tidak pernah sama sekali melakukan kegiatan belajar mandiri di
rumah.
2.

Tipe belajar anak
Dalam belajar, setiap anak mempunyai cara masing-masing. Tahapan anakanak sampai dewasa tidaklah sama dalam tipe pembelajaran yang mereka terapkan.
Misalnya untuk anak yang masih duduk dibangku Sekolah Dasar, tentunya masih
diperlukan pengarahan yang intensif dari orang tua, agar sang anak terbiasa dalam
melakukukannya. Hal ini diharapkan dapat terus berlangsung hingga sang anak
tersebut tumbuh besar.
Tabel 3.9
Tabel Tipe Belajar Anak
16

Tipe belajar anak
Kesadaran diri
Selalu diingatkan
Mengikuti bimbingan belajar
Belajar bersama teman /

Jumlah
87
24
22
18

Frekuensi
56,5%
15,6%
14,3%
11,7%

kelompok
Total
151
98,1%
Dari tabel tersebut memuat tipe belajar yang dilakukan oleh anak. Sebanyak 87
orangtua memberikan keterangan bahwa anak melakukan kegiatan belajar dengan
kesadaran sendiri, 24 orangtua memiliki anak dengan tipe belajar selalu diingatkan,
orangtua dengan tipe belajar anak yang diikutkan bimbingan belajar sebanyak 22
orang dan sebanyak 18 orangtua memiliki anak dengan tipe belajar bersama
teman/kelompok.
3.

Bidang prestasi anak
Selain pembelajaran akademik yang di terima di Sekolahan, setiap anak juga
pasti memiliki minat serta bakat. Penyaluran minat dan bakat sangat dianjurkan agar
sang anak dapat aktif serta dapat menyalurkan kemampuannya. Ini menjadi nilai plus
bagi sang anak tersebut.
Tabel 3.10
Bidang Yang Diminati oleh Anak

Bidang yang diminati oleh Frekuensi

Jumlah

anak (selain akademik)
Bidang seni
64
Bidang olahraga
69
Bidang literasi
9
Bidang wirausaha
9
Total
151
Pada tabel diatas, dapat dilihat bidang apa saja selain

41,6%
44,8%
5,8%
5,8%
98,1%
akademik atau sekolah yang

diminati oleh anak di Kampung Biru. Mayoritas memilih bidang seni dan olahraga
dengan perolehan seni sebanyak 64 dan olahraga sebanyak 69. Sebanyak 9 orangtua
mengaku anaknya berminat di bidang literasi dan sebanyak 9 orangtua juga megaku
anaknya berminat di bidang wirausaha. Banyak anak yang sudah mencetak prestasi
maupun masih dalam skala berminat pada bidang tersebut.
4.

Presatasi anak
Bagi orang tua, memiliki anak yang berprestasi tentulah merupakan
kebanggan tersendiri. Selain dapat menyalurkan apa yang dimilikinya, anak tersebut
17

dapat membawa nama keluarga serta instansi yang menanungi. Dukungan dari
lingkungan sekitar dapat memotivasi setiap anak agar dapat ikut aktif mengikuti
event-event yang biasanya sangat banyak dijumpai.
Tabel 3.11
Tabel Tingkat Prestasi Yang Diraih oleh Anak
Prestasi yang diraih oleh anak Jumlah
Frekuensi
Kelurahan
64
41,6%
Kecamatan
53
34,4%
Kota / Kabupaten
23
14,9%
Provinsi
11
7,1%
Total
151
98,1%
Tabel diatas memperlihatkan tingkat kejuaraan yang diikuti oleh anak di bidangnya
dalam meraih prestasi. Sebanyak 64 orangtua memberi keterangan anaknya
berprestasi di tingkat kelurahan, sebanyak 53 orangtua memiliki anak yang berprestasi
ditingkat kecamatan, 23 orangtua yang anaknya pernah berprestasi di tingkat
kota/kabupaten dan 11 orangtua memiliki anak yang berprestasi di tingkat provinsi.

D. Hubungan Antar Variabel
Fungsi dari aplikasi SPSS yaitu menggambarkan keterkaitan antar variabel secara
sederhana melalui crosstab. Dalam penelitian ini variabel satu dengan yang lain
adalah saling berhubungan. Dari hubungan tersebut dapat ditarik kesimpulan sehingga
menghasilkan sebuah analisis data sebagai berikut dibawah.
1. Hubungan Antara Tempat Tinggal Anak Terhadap Prestasi Belajar
Untuk mencari pola hubungan antara tempat tinggal anak dan pengaruhnya
terhadap prestasi belajar dapat dilihat pada lampiran tabel 3.12. Pada tabel tersebut
memuat tentang hasil penghitungan menggunakan aplikasi SPSS melalui cross tab.
Hasil dari tabel menghasilkan analisis sebagai berikut.
Pada tabel case processing summary, menunjukan input data yang valid
sebanyak 151, dengan missing tiga, dan jumlah keseluruhan adalah 154 data.
Meskipun terdapat missing sebanyak tiga data, hal tersebut masih dianggap wajar di
dalam SPSS.
Selanjutnya pada crosstabulasi antara tempat tinggal dan pengaruhnya
terhadap prestasi belajar anak yang tinggal dirumah sebanyak 44 responden yg
memiliki anak yang berprestasi di tingkat kelurahan. Kemudian 31 responden
mengaku anaknya berprestasi ditingkat kecamatan. 16 responden memiliki anak yang

18

berprestasi ditingkat kabupaten dan sejumlah 10 responden memiliki anak yang
berprestasi ditingkat provinsi maupun nasional.
Dalam tabel chi-square test, dapat diketahui nilai hitung chi-square sebesar
18,504, sedangkan Asymp.Sig (2 side) diketahui sebesar 0,030. Ketika Asymp.Sig (2
side) lebih besar dari pada 0,05 maka H₁ yang diterima. Apabila dilihat dari data
tersebut, maka bisa ditarik kesimpulan bahwa 0,030 lebih dari 0,05 maka H₁ diterima
yaitu terdapat hubungan yang signifikan antara tempat tinggal anak terhadap prestasi
belajarnya.

2. Hubungan Antara Kegiatan Kontrol Orangtua Terhadap Prestasi Belajar Anak
Untuk mencari pola hubungan antara kegiatan kontrol orangtua dan
pengaruhnya terhadap prestasi belajar dapat dilihat pada lampiran tabel 3.13. Pada
tabel tersebut memuat tentang hasil penghitungan menggunakan aplikasi SPSS
melalui cross tab. Hasil dari tabel menghasilkan analisis sebagai berikut.
Pada tabel case processing summary, menunjukan input data yang valid
sebanyak 151, dengan missing tiga, dan jumlah keseluruhan adalah 154 data.
Meskipun terdapat missing sebanyak tiga data, hal tersebut masih dianggap wajar di
dalam SPSS.
Dari jumlah total keseluruhan responden pada tabel crosstabulasi dapat
diketahui total orangtua yang selalu mengontrol kegiatan anak sebanyak 122 orang,
orangtua yang kadang-kadang mengontrol kegiatan anak sebanyak 15 orang, orangtua
yang melakukan kontrol kegiatan anak sesuai situasi kondisi sebanyak 12 orang, dan
orangtua yang memilih untuk tidak melakukan kegiatan pengontrolan kegiatan anak
sebanyak 2 orang.
Dalam tabel chi-square test, dapat diketahui nilai hitung chi-square sebesar
9,944, sedangkan Asymp.Sig (2 side) diketahui sebesar 0,355. Ketika Asymp.Sig (2
side) lebih besar dari pada 0,05 maka H₁ yang diterima. Apabila dilihat dari data
tersebut, maka bisa ditarik kesimpulan bahwa 0,355 lebih dari 0,05 maka H₁ diterima
yaitu terdapat hubungan yang signifikan antara kontrol orangtua kegiatan belajar
terhadap prestasi anak.
3. Hubungan Antara Pentingnya Pengawasan Orangtua dan Pengaruhnya
Terhadap Prestasi Belajar Anak

19

Untuk mencari pola hubungan antara pentingnya pengawasan orangtua dan
pengaruhnya terhadap prestasi belajar dapat dilihat pada lampiran tabel 3.14. Pada
tabel tersebut memuat tentang hasil penghitungan menggunakan aplikasi SPSS
melalui cross tab. Hasil dari tabel menghasilkan analisis sebagai berikut.
Pada tabel case processing summary, menunjukan input data yang valid sebanyak
151, dengan missing tiga, dan jumlah keseluruhan adalah 154 data. Meskipun terdapat
missing sebanyak tiga data, hal tersebut masih dianggap wajar di dalam SPSS.
Dalam tabel crosstabulasi dapat dilihat data jumlah pendapat repsonden tentang
pentingnya pengawasan orangtua terhadap anak. Jumlah terbanyak adalah sejumlah
74 orang memilih pengawasan anak sangat perlu dilakukan oleh orangtua, kemudian
sebanyak 59 orang memilih orangtua perlu mengawasi kegiatan anak, 2 orang
memilih untuk tidak perlu melakukan kegiatan anak dengan alasan tertentu dan 16
orang memilih mengawasi anak sesuai dengan situasi dan kondisi.
Dalam tabel chi-square test, dapat diketahui nilai hitung chi-square sebesar
12,911, sedangkan Asymp.Sig (2 side) diketahui sebesar 0,167. Ketika Asymp.Sig (2
side) lebih besar dari pada 0,05 maka H₁ yang diterima. Apabila dilihat dari data
tersebut, maka bisa ditarik kesimpulan bahwa 0,167 lebih dari 0,05 maka H₁ diterima
yaitu terdapat hubungan yang signifikan antara kegiatan pengawasan yang dilakukan
oleh orangtua terhadap prestasi anak.
4. Hubungan Antara Tindakan Pemberian Sanksi Terhadap Prestasi Belajar Anak
Untuk mencari pola hubungan antara tindakan sanksi yang diberikan kepada anak
yang melanggar peraturan dan pengaruhnya terhadap prestasi belajar dapat dilihat
pada lampiran tabel 3.15. Pada tabel tersebut memuat tentang hasil penghitungan
menggunakan aplikasi SPSS melalui cross tab. Hasil dari tabel menghasilkan analisis
sebagai berikut.
Pada tabel case processing summary, menunjukan input data yang valid sebanyak
151, dengan missing tiga, dan jumlah keseluruhan adalah 154 data. Meskipun terdapat
missing sebanyak tiga data, hal tersebut masih dianggap wajar di dalam SPSS.
Dalam tabel crosstabulasi dapat dilihat data responden mengenai cara orangtua
menyikapi anak yang melakukan pelanggaran di lingkungannya. Sejumlah 34
orangtua menyikapi anak yang melakukan pelanggaran dengan menegur anaknya
supaya jera, 77 orangtua memilih untuk memberi masukan kepada anak agar
memahami kesalahan yang diperbuat, 35 orangtua memilih untuk memberi
kesempatan anak untuk menjelaskan mengapa mereka melakukan pelanggaran, dan
20

sisanya sebanyak 5 orangtua membiarkan anak untuk berintrospeksi diri tanpa harus
menegurnya
Dalam tabel chi-square test, dapat diketahui nilai hitung chi-square sebesar
15,757, sedangkan Asymp.Sig (2 side) diketahui sebesar 0,072. Ketika Asymp.Sig (2
side) lebih besar dari pada 0,05 maka H₁ yang diterima. Apabila dilihat dari data
tersebut, maka bisa ditarik kesimpulan bahwa 0,072 lebih dari 0,05 maka H₁ diterima
yaitu ada hubungan yang signifikan antara tindakan pemberian sanksi oleh orangtua
terhadap prestasi belajar anak.

5. Hubungan Antara Pentingnya Waktu Berkumpul Bersama Keluarga (Quality
Time) Terhadap Prestasi Belajar Anak
Untuk mencari pola hubungan antara pentingnya waktu berkumpul bersama
keluarga (quality time) dan pengaruhnya terhadap prestasi belajar dapat dilihat pada
lampiran tabel 3.16. Pada tabel tersebut memuat tentang hasil penghitungan
menggunakan aplikasi SPSS melalui cross tab. Hasil dari tabel menghasilkan analisis
sebagai berikut.
Pada tabel case processing summary, menunjukan input data yang valid sebanyak
151, dengan missing tiga, dan jumlah keseluruhan adalah 154 data. Meskipun terdapat
missing sebanyak tiga data, hal tersebut masih dianggap wajar di dalam SPSS.
Dari tabel crosstabulasi dapat dilihat pendapat responden tentang pentingnya
Quality Time atau waktu berkumpul bersama keluarga. Sebanyak 102 orangtua
memilih waktu berkumpul bersama keluarga adalah hal yang sangat penting
dilakukan, 47 orangtua memilih waktu berkumpul adalah penting, 1 orangtua
menganggap waktu berkumpul bersama keluarga adalah tidak penting, dan sisanya
sebanyak 1 orangtua memilih untuk berkumpul bersama keluarga menyesuaikan
situasi dan kondisi dengan alasan tertentu.
Dalam tabel chi-square test, dapat diketahui nilai hitung chi-square sebesar
17,898, sedangkan Asymp.Sig (2 side) diketahui sebesar 0,036. Ketika Asymp.Sig (2
side) lebih besar dari pada 0,05 maka H₁ yang diterima. Apabila dilihat dari data
tersebut, maka bisa ditarik kesimpulan bahwa 0,036 lebih dari 0,05 maka H₁ diterima

21

yaitu ada hubungan yang signifikan antara pentingnya waktu berkumpul bersama
keluarga (quality time) dan pengaruhnya terhadap prestasi belajar.
6. Hubungan Antara Waktu Berkumpul Keluarga (Quakity Time) Terhadap
Prestasi Belajar Anak.
Untuk mencari pola hubungan antara waktu berkumpul bersama keluarga (quality
time) dan pengaruhnya terhadap prestasi belajar dapat dilihat pada lampiran tabel
3.17. Pada tabel tersebut memuat tentang hasil penghitungan menggunakan aplikasi
SPSS melalui cross tab. Hasil dari tabel menghasilkan analisis sebagai berikut.
Pada tabel case processing summary, menunjukan input data yang valid sebanyak
151, dengan missing tiga, dan jumlah keseluruhan adalah 154 data. Meskipun terdapat
missing sebanyak tiga data, hal tersebut masih dianggap wajar di dalam SPSS.
Dari tabel crosstabulasi diketahui waktu-waktu yang digunakan keluarga untuk
berkumpul. Keluarga yang dimaksud adalah keluarga yang tinggal dalam satu rumah
atau terdiri dari orangtua

dan anak dan anggota keluarga lain yang tinggal

bersama misalnya nenek atau yang lain. Sejumlah 115 orangtua meluangkan
waktunya setiap hari untuk berkumpul bersama keluarga, 24 orangtua memilih untuk
berkumpul bersama keluarga pada saat akhir pekan, mereka yang mimikih untuk
berkumpul bersama pada saat libur saja sebanyak 3 orangtua dan 9 orangtua memilih
untuk berkumpul pada acara keluarga.
Dalam tabel chi-square test, dapat diketahui nilai hitung chi-square sebesar 14.198,
sedangkan Asymp.Sig (2 side) diketahui sebesar 0,115. Ketika Asymp.Sig (2 side)
lebih besar dari pada 0,05 maka H₁ yang diterima. Apabila dilihat dari data tersebut,
maka bisa ditarik kesimpulan bahwa 0,115 lebih dari 0,05 maka H₁ diterima yaitu
ada hubungan yang signifikan antara waktu berkumpul bersama keluarga (quality
time) berpengaruh terhadap prestasi belajar.
7. Hubungan Antara Intensitas Orangtua Dalam Mendampingi Proses Belajar
Anak Dirumah Terhadap Prestasi Anak.
Untuk mencari pola hubungan antara intensitas orangtua dalam mendampingi
proses belajar anak dan pengaruhnya terhadap prestasi belajar dapat dilihat pada
lampiran tabel 3.18. Pada tabel tersebut memuat tentang hasil penghitungan
menggunakan aplikasi SPSS melalui cross tab. Hasil dari tabel menghasilkan analisis
sebagai berikut.

22

Pada tabel case processing summary, menunjukan input data yang valid sebanyak
151, dengan missing tiga, dan jumlah keseluruhan adalah 154 data. Meskipun terdapat
missing sebanyak tiga data, hal tersebut masih dianggap wajar di dalam SPSS.
Dari data crosstabulasi dapat diketahui intensitas seberapa sering orangtua
mendampingi proses belajar mandiri anak dirumah. Mayoritas memilih selalu
mendampingi proses belajar mandiri anak dirumah, sejumlah 72 responden. 47
responden mengaku kadang-kadang mendampingi proses belajar anak, sebanyak 22
responden mengaku jarang mendampingi proses belajar anak karena alasan tertentu
misalnya anak diikutkan bimbingan belajar atau belajar bersama temannya.
Dalam tabel chi-square test, dapat diketahui nilai hitung chi-square sebesar 16.808,
sedangkan Asymp.Sig (2 side) diketahui sebesar 0,052. Ketika Asymp.Sig (2 side)
lebih besar dari pada 0,05 maka H₁ yang diterima. Apabila dilihat dari data tersebut,
maka bisa ditarik kesimpulan bahwa 0,052 lebih dari 0,05 maka H₁ diterima yaitu
ada hubungan yang signifikan antara intensitas orangtua dalam mendampingi proses
belajar anak dan pengaruhnya terhadap prestasi belajar.
8. Hubungan Antara Intensitas Waktu Belajar Terhadap Prestasi Belajar Anak
Untuk mencari pola hubungan antara intensitas waktu belajar anak dan
pengaruhnya terhadap prestasi belajar dapat dilihat pada lampiran tabel 3.19. Pada
tabel tersebut memuat tentang hasil penghitungan menggunakan aplikasi SPSS
melalui cross tab. Hasil dari tabel menghasilkan analisis sebagai berikut.
Pada tabel case processing summary, menunjukan input data yang valid sebanyak
151, dengan missing tiga, dan jumlah keseluruhan adalah 154 data. Meskipun terdapat
missing sebanyak tiga data, hal tersebut masih dianggap wajar di dalam SPSS.
Pada tabel crosstabulasi bisa dilihat waktu belajar yang dilakukan oleh anak.
Hal ini berkaitan dengan faktor internal atau faktor dalam diri anak untuk melakukan
upaya peningkatan prestasi belajar. Sebanyak 97 orangtua mengaku anaknya
melakukan kegiatan belajar setiap hari, 29 orangtua mengaku anaknya melakukan
kegiatan belajar di rumah ketika ada ujian saja, 19 orangtua mendapati anaknya
melakukan rutinitas belajar sendiri dirumah saat ada kerja kelompok saja dan sisanya
6 orangtua memili anak yang tidak pernah sama sekali melakukan kegiatan belajar
mandiri di rumah.
Dalam tabel chi-square test, dapat diketahui nilai hitung chi-square sebesar 12.518,
sedangkan Asymp.Sig (2 side) diketahui sebesar 0,186 Ketika Asymp.Sig (2 side)
lebih besar dari pada 0,05 maka H₁ yang diterima. Apabila dilihat dari data tersebut,
23

maka bisa ditarik kesimpulan bahwa 0,186 lebih dari 0,05 maka H