Lunturnya Kebudayaan Bangsa Di Indonesia

Lunturnya Kebudayaan Bangsa
Indonesia
Dari zaman dahulu kebudayaan telah melekat di dalam masyarakat Indonesia,
kebudayaan tersebut sangat beragam antara wilayah 1 dengan wilayah yang lain pun
akan berbada. Namun di era sekarang ini nilai kebudayaan di dalam masyarakat telah
mulai meluntur bahkan ada sebagian yang mulai menghilang. Salah satu penyebabnya
adalah era globalisasi yang dapat menggeser nilai-nilai kebudayaan yang telah
melekat di dalam masyarakat Indonesia. Sebagai generasi penerus hendaknya kita
mencintai dan melestarikan kebudayaan yang telah diwariskan dari dulu, agar nilainilai kebudayaan yang telah ada dapat diwariskan pada anak cucu kita. Tidak hanya
diciptakan dan dibentuk dalam waktu yang singkat dan pembentukan kebudayaan
tersebut tidak semudah membalikkan telapak tangan yakni melalui proses waktu yang
lama dan turun temurun dari nenek moyang kita. Selain itu, klaim-klaim dari negara
tetangga atas kebudayaan kita juga membuktikan bahwa kebudayaan yang kita miliki
adalah salah satu kebudayaan paling luar biasa di dunia. Sudah sepantasnya kita jaga
dan kita lestarikan dengan baik dan seharusnya kita mulai bangga akan budaya kita
sendiri, dan melestarikannya dengan sebaik dan sebisa mungkin..
B. PEMBAHASAN
Kebudayaan-kebudayaan bangsa sekarang sudah mulai luntur dari masyarakat kita
karena masyarakat kita khususnya para pemuda lebih condong senang meniru
budaya-budaya luar dari pada budaya asli kita sendiri. Sebagai contoh para remaja
putri atau pemudi kita lebih senang meniru memakai celana pendek seperti remaja

putri atau pemudi bule yang ternyata merupakan kebudayaan barat yang mereka
anggap dapat membuat mereka lebih cantik dari pada memakai pakaian yang
menutup anggota tubuh yang merupakan salah ciri khas kita sebagai negara yang
penuh sopan santun dan keramahannya. Remaja sekarang ini berbeda jauh dengan
remaja-remaja zaman dulu. Jika remaja dulu cenderung aktif, kreatif, ulet dan mau
berusaha sedangkan remaja sekarang ini sudah dimanjakan dengan peralatan serba
canggih dan makanan instan, dan kebanyakan tidak mau berusaha dengan keras,
sebagi generasi penerus hendaknya kita harus berusaha lebih keras . Zaman yang
serba ada ternyata mampu membuat seorang menjadi pemalas dan lamban dalam
berfikir serta bertindak.
Sampai dengan saat ini, masyarakat Indonesia mengalami krisis kebudayaan. hal ini
disebabkan Kebudayaan asli bangsa Indonesia dibiarkan merana, tidak terawat, dan
tidak dikembangkan oleh pihak-pihak yang berkompeten . Bahkan kebudayaan asli
bangsa terkesan dibiarkan mati merana digerilya oleh kebudayaan asing khususnya
kebudayaan barat. Watak-watak negatif masyarakat Indonesia seperti munafik,
feodal, malas, tidak suka bertanggung jawab, suka gengsi dan prestis, dan tidak suka
bisnis, harus dihilangkan dan diganti dengan watak-watak yang baik. Semangat
rakyat yang senang bergotong royong dalam menyelesaikan suatu pekerjaan,
bermusyawarah memutuskan cara penyelesaian masalah sudah sangat jarang terlihat.
moral masyarakat sudah sangat jauh dari etika ketimuran bangsa kita. Budaya asli

kita yang rapuh dan luntur ini menyebabkan kemelut atau persoalan bangsa kita
semakin kompleks. Sikap saling menghargai mulai sulit kita jumpai, sikap egois
semakin merajalela sopan santun yang muda terhadap yang tua semakin menjadi
barang mewah, sungguh budaya sangat luntur dari masyarakat kita sekarang. Karena

lunturnya kebudayaan bangsa yang ramah, santun, saling tolong menolong dan
pekerja keras maka menambah begitu banyak persoalan bangsa. Kemiskinan dimanamana, pencurian merajalela,pergaulan bebas,narkoba,hilangnya semangat gotong
royong dan masih lebih banyak lagi yang lainnya. Rapuhnya dan lunturnya
kebudayaan Indonesia sangat terasa sekali, membuat kemunduran negara Indonesia.

Globalisasi adalah proses integrasi internasional yang terjadi karena pertukaran
pandangan dunia, produk, pemikiran, dan aspek-aspek kebudayaan lainnya.[1][2]
Kemajuan infrastruktur transportasi dan telekomunikasi, termasuk kemunculan
telegraf dan Internet, merupakan faktor utama dalam globalisasi yang semakin
mendorong saling ketergantungan (interdependensi) aktivitas ekonomi dan budaya.[3]
Meski sejumlah pihak menyatakan bahwa globalisasi berawal di era modern,
beberapa pakar lainnya melacak sejarah globalisasi sampai sebelum zaman penemuan
Eropa dan pelayaran ke Dunia Baru. Ada pula pakar yang mencatat terjadinya
globalisasi pada milenium ketiga sebelum Masehi.[4][5] Pada akhir abad ke-19 dan
awal abad ke-20, keterhubungan ekonomi dan budaya dunia berlangsung sangat

cepat.
Istilah globalisasi makin sering digunakan sejak pertengahan tahun 1980-an dan lebih
sering lagi sejak pertengahan 1990-an.[6] Pada tahun 2000, Dana Moneter
Internasional (IMF) mengidentifikasi empat aspek dasar globalisasi: perdagangan dan
transaksi, pergerakan modal dan investasi, migrasi dan perpindahan manusia, dan
pembebasan ilmu pengetahuan.[7] Selain itu, tantangan-tantangan lingkungan seperti
perubahan iklim, polusi air dan udara lintas perbatasan, dan pemancingan berlebihan
dari lautan juga ada hubungannya dengan globalisasi.[8] Proses globalisasi
memengaruhi dan dipengaruhi oleh bisnis dan tata kerja, ekonomi, sumber daya
sosial-budaya, dan lingkungan alam.
Lunturnya nasionalisme tidak lepas dari pengaruh era modernisasi dan era globalisasi
yang menuntut setiap individu untuk mengikuti arus perubahan yang sangat cepat dan
menghadapi budaya-budaya baru yang mengancam budaya nasionalisme. Untuk
mencegah nasionalisme yang semakin berkurang, tentunya kita harus mengetahui
faktor-faktor apa saja yang menyebabkan lunturnya rasa nasionalisme. Menurut
pembagianya faktor-faktor tersebut dapat dibedakan menjadi dua jenis yaitu faktor
luar (extern) dan faktor dalam (intern):
a) Faktor luar (External)
Faktor yang berasal dari luar adalah sesuatu yang dapat berupa apa saja yang
disengaja atau tidak disengaja masuk di tengah masyarakat Indonesia yang dapat

menyebabkan lunturnya nasionalisme.
Beberapa contoh yang dapat dikatakan faktor luar adalah :

·
Budaya asing yang masuk ke Indonesia secara bebas dan kurangnya filterisasi
dari masyarakat Indonesia sendiri.
Pada era modernisasi dan globalisasi seperti saat ini segala informasi dari luar sangat
mudah untuk didapatkan. Jika masyarakat Indonesia tidak mampu menyaring apa saja
yang baik dan buruk bagi budaya Indonesia akan menjadi bumerang dan berdampak

merusak budaya nasionalisme. Contoh yang nyata akibat kurangnya filteriasi budaya
asing yang masuk di tengah masyarakat Indonesia saat ini adalah semakin
berkurangnya budaya gotong-royong. Kita dapat melihat di daerah perkotaan
kehidupan masyarakatnya lebih individualis dibandingkan dengan masyarakat
perdesaan. Semua itu diakibatkan oleh budaya materialis yang mengakibatkan
masyarakat kota kurang mementingkan untuk bersosialisasi dengan masyarakat lain
disekitarnya, rata-rata dari mereka lebih memilih menghabiskan waktu untuk mencari
uang dan materi untuk memenuhi kebutuhan hidup yang cenderung glamour. Budaya
tersebut adalah pengaruh dari budaya asing yang secara langsung menjadi faktor
lunturnya nasionalisme.

Contoh yang lainnya budaya asing yang masuk tanpa filterisasi pada saat ini adalah
budaya acuh tak acuh yang berlawanan dengan budaya sopan-santun yang pada
hakikatnya adalah budaya yang di junjung tinggi oleh bangsa Indonesia. Salah satu
bukti nyata adalah di kalangan masyarakat Jawa yang terkenal dengan keramahtamahannya sekarang mulai pudar akibat telah terkontaminasi oleh budaya asing yang
setiap hari mereka lihat dan mereka baca di media massa yang kemudian mereka
tirukan dan di terapkan di kehidupan bermasyarakat. Semua itu secara tidak langsung
dipengaruhi oleh media massa khususnya media massa elektronik yaitu televisi.
Sebagian besar tayangan di televisi kurang tepat bagi budaya bangsa Indonesia.
Contoh, maraknya film asing yang kurang mendidik yang di tayangkan di televisi
Indonesia mempengaruhi pola tingkah laku masyarakat Indonesia. Sehinga
masyarakat Indonesia berprilaku meniru budaya asing dengan menciptakan trend atau
mode yang kurang relevan dengan idiologi Pancasila yang notabene adalah sebagai
dasar negara dan pandangan hidup bangsa sehingga pada akhirnya nasionalisme
menjadi korban dari budaya materialis dan glamour. Dan kami rasa masih banyak lagi
contoh-contoh nyata yang lain di masyarakat.
Tidak diragukan lagibudaya asing yang masuk ke Indonesia secara bebas dan kurang
adanya filterisasi menjadi titik awal penyebab mulai lunturnya rasa Nasionalisme
bangsa Indonesia.

·

Perdagangan bebas yang tidak terkebdali, produk dari luar negeri lebih
digemari daripada produk dalam negeri yang secara kualitas sama bahkan lebih
baik.
Budaya materialis dan glamour telah membutakan sebagian besar masyarakat
Indonesia sehingga mereka rela menggadaikan rasa nasionalisme demi sebuah
kemewahan dan gengsi. Mereka beranggapan bahwa dengan memakai produk dari
negeri asing lebih bergengsi daripada memakai produk dalam negeri. Contoh,
kebanyakan orang lebih bangga memakai sepatu dan tasproduksi Paris dibanding
dengan produksi Bandung, yang secara kualitas sama bahkan lebih baik. Itu
membuktikan bahwa masyarakat cenderung kurang menghargai produk dalam negeri.
Contoh yang lainnya, Indonesia adalah negara agraris yang sebagian besar
masyarakatnya adalah petani, namun beberapa tahun terakhir suplai bahan makanan
lebih banyak diimpor dari negara asing sehingga di pasaran hasil bumi petani
Indonesia kalah dengan bahan makanan impor yang notabene lebih digemari oleh
konsumen Indonesia, hal ini mengakibatkan petani Indonesia sangat dirugikan. Hal
tersebut membuktikan bahwa perdagangan bebas yang tidak terkendali telah merusak
pasar dalam negeri dan secara tidak sadar mengakibatkan rasa nasionalisme perlahan
terkikis.

Tentunya masih banyak contoh-contoh yata yang lain tentang adanya faktor luar

(external) yang mengakibatkan lunturnya nasionalisme yang secara sadar atau tidak
kita juga terpengaruh olehnya.

b) Faktor dalam (Internal)
Faktor dari dalam adalah sesuatu yang muncul dari diri masyarakat Indonesia sendiri
dan berpengaruh terhadap lunturnya rasa nasionalisme.
Beberapa contoh yang bisa dikatakan faktor dari dalam adalah :

Kurangnya kemauan masyarakat Indonesia untuk memahami arti Nasionalisme yang
sesungguhnya, sehingga berakibat pada kurangnya tindakan yang mencerminkan
rasa Nasionalisme.
Kemerdekaan yang telah di capai bangsa Indonesia pada 17 Agustus 1945 adalah
anugrah yang sangat besar dar Tuhan Yang Maha Esa. Seluruh bangsa Indonesia pada
masa itu tentunya ikut andil dalam memperjuangkan kemerdekaan, mereka adalah
para pahlawan bagi kita saat ini. Kemerdekaan yang mereka rebut dengan susah
payah bahkan dengan darah sekalipun mereka rela berkorban, sepatutnya harus kita
jaga dan kita pelihara jangan sampai kemerdekaan ini direbut oleh bangsa lain.
Namun yang menjadi masalah pada akhir-akhir ini adalah semangat nasionalisme
bangsa Indonesia mulai luntur, akibat tergerus oleh moderenisasi yang melanda
Indonesia bahkan di seluruh dunia. Tidak dipungkiri bahwa moderenisasi

mengakibatkan timbulnya budaya-budaya dan paham-paham baru yang
mengakibatkan paham nasionalisme mulai luntur. Akibat modernisasi sebagian besar
masyarakat Indonesia melupakan tentang pentingnya nasionalisme sehingga
dikesehariannya mereka bertingkah laku yang tidak mencerminkan rasa nasionalisme.
Contoh yang nyata yang terjadi di masyarakat kita saat ini khususnya generasi muda,
kenapa generasi muda?. Karena generasi muda adalah calon penerus peradaban
Indonesia yang notabene generasi muda sangat rentan terpengaruh oleh budaya
budaya dan faham yang kurang relevan bagi Idiologi Indonesia yang notabene adalah
Idiologi Pancasila. Kebanyakan generasi muda telah melupakan pancasila, dan tidak
mau mengkaji lebih dalam tentang keluhuran pancasila yang dibuat oleh para pendiri
bangsa yang juga merupakan sebuah dasar negara. Jika generasi muda telah
melupakan pandangan hidup dan dasar negaranya otomatis rasa nasionalisme juga
akan hilang.
·
Korupsi yang semakin merajalela akhir-akhir ini menjadi sebuah indikator
bahwa rasa nasionalisme telah luntur.
Korupsi sangat merugikan bangsa dan negara Indonesia, hal tersebut seakan-akan
telah menjadi budaya dan karakter bangsa Indonesia di mata dunia. Korupsi yang
merajalela mengakibatkan kesenjangan sosial yang sangat terlihat dikalangan
masyarakat Indonesia dan menjadikan kesejahteraan yang kurang merata. Yang

miskin semakin miskin dan yang kaya semakin kaya, itulah kenyataan yang terjadi di

masyarakat kita saat ini. Bukan tidak mungkin jika korupsi dapat menjadikan
nasionalisme semakin terpuruk.