DOKUMEN LAPORAN PENDAHULUAN Ca Buli

PT. MURFA SURYA MAHARDIKA

DOKUMEN
LAPORAN
PENDAHULUAN
BIMBINGAN TEKNIS PERINTISAN
PENGEMBANGAN DATA PENDIDIKAN
UNTUK PENGEMBANGAN JARINGAN
PANGKALAN DATA PENDIDIKAN
KABUPATEN/KOTA YANG TERINTEGRASI
DENGAN PANGKALAN DATA DEPDIKNAS
Dudy Rudianto

[ T Y P E T H E C O M PA N Y A D D R E S S ]

2007

Daftar Isi
Daftar Isi..........................................................................................................2
BAB I................................................................................................................5
PENDAHULUAN................................................................................................5

Latar Belakang..............................................................................................5
Maksud dan Tujuan.......................................................................................6
Sasaran.........................................................................................................6
Sasaran.........................................................................................................7
BAB 2...............................................................................................................9
Metodologi Kerja..............................................................................................9
SDM dan Kompetensi....................................................................................9
Pengertian Standar Kompetensi..............................................................10
Struktur Standar Kompetensi..................................................................10
Format Standar Kompetensi....................................................................11
Aspek Koginitif (Pengetahuan)..........................................................13
Aspek psikomotor (keterampilan).....................................................15
Aspek Afektif.....................................................................................16
SDM dan Literasi Komputer / Teknologi Informasi......................................18
Pengertian Ragam Literacy........................................................................18
E-Literacy dan Digital Divide...................................................................20
Evolusi E-Literacy....................................................................................21
Tantangan E-Literacy..............................................................................23

2


Tingkat Kematangan E-Literacy..............................................................25
Sumber Data dan Pendataan......................................................................26
Faktor-Faktor Penghambat......................................................................28
Kondisi ideal di Lapangan...........................................................................29
Program Bimbingan Teknis.........................................................................30
Penyusunan Materi Ajar..............................................................................32
Pengembangan Materi Perangkat Keras dan Troubleshooting................33
Mengidentifikasi perangkat penyusun komputer..............................34
Batasan Variabel............................................................................34
Panduan Penilaian..........................................................................35
Melakukan Inventarisasi Software.....................................................35
Panduan Penilaian..........................................................................36
Memilih Casing dan Power Supply....................................................36
Panduan Penilaian..........................................................................37
Memilih Monitor.................................................................................37
Panduan Penilaian..........................................................................38
Memilih Harddisk...............................................................................39
Memasang Perkabelan pada Motherboard.......................................39
Melakukan Seting BIOS.....................................................................40

Mengkonfigurasi Harddisk.................................................................42
Melakukan Instalasi Operating System.............................................43
Menginstall Modem...........................................................................44
Menguji Kinerja Komputer.................................................................45
Rentang Variabel...........................................................................45
Pendampingan SDM Operator Entri Data Daerah.......................................48

3

4

BAB I
PENDAHULUAN
Laporan pendahuluan ini berisikan rencana kegiatan yang dilakukan
oleh konsultan untuk dapat menyelesaikan kegiatan Bimbingan Teknis
Perintisan

Pengembangan

Pengembangan


Pendataan Pendidikan

Jaringan

Pangkalan

untuk

Pendidikan

Kegiatan

Provinsi

dan

Kabupaten/Kota yang terintegrasi dengan Pangkalan Data Depdiknas
dalam Rangka Program Penelitian dan Pengembangan Pendidikan
Tahun Anggaran 2007.

Laporan Pendahuluan ini juga berisikan metodologi yang akan
digunakan oleh konsultan yang dalam hal ini PT. Murfa Surya
Mahardika

(MSM)

selaku

perusahaan

yang

ditunjuk

untuk

melaksanakan pekerjaan tersebut di atas. Selain menggunakan
Kerangka

Acuan


Kerja

(KAK)

yang

digunakan

sebagai

acuan

penyusunan dokumen laporan pendahuluan ini, sebagian besar isi dari
laporan

juga

didasarkan


pada

pengalaman

perusahaan

dalam

melakukan pekerjaan sejenis.

Latar Belakang
Salah satu bukti nyata berjalannya koordinasi pendataan pendidikan
secara nasional adalah hadirnya Pangkalan Data Pendidikan yang
terintegrasi secara nasional – pangkalan data yang ada di pusat
maupun yang ada di daerah seluruhnya terintegrasi membentuk
Jaringan Pangkalan Data Pendidikan.
Pada

tahun


pertama

sejak

Undang-Undang

Otonomi

Daerah

diberlakukan, volume data pendidikan yang terjaring dan sampai di

5

pusat (PSP-Balitbang-Depdiknas) mengalami penurunan yang sangat
drastis. Sekalipun sejak itu volume data pendidikan yang terjaring dan
sampai di pusat kembali mengalami peningkatan namun sampai
dengan saat ini tidak pernah kembali ke kondisi semula karena laju
peningkatannya


yang

demikian

rendah.

Dengan

volume

data

pendidikan yang terbatas itu tentunya sulit untuk menghasilkan
informasi pendidikan nasional yang representatif, terutama untuk
kepentingan

pengambilan

keputusan/kebijakan


ataupun

untuk

kepentingan konsumsi publik.
Untuk membantu mengatasi kendala tersebut di daerah dalam rangka
pengembangan Jaringan Pangkalan Data Pendidikan, maka pada tahun
Anggaran 2007 ini PSP-Balitbang-Depdiknas menetapkan kegiatan
”Bimbingan Teknis Perintisan Pengembangan Pendataan Pendidikan
Kabupaten / Kota untuk Pengembangan Jaringan Pangkalan Data
Pendidikan Kabupaten/ Kota yang Terintegrasi dengan Pangkalan Data
Departemen Pendidikan Nasional”.

Maksud dan Tujuan
Maksud dari kegiatan Bimbingan Teknis Perintisan Pengembangan
Pendataan Pendidikan Kabupaten/Kota untuk Pengembangan Jaringan
Pangkalan Data Pendidikan Kabupaten/Kota yang Terintegrasi dengan
Pangkalan Data Departemen Pendidikan Nasional adalah sebagai
berikut:
1. Meningkatkan kemampuan dan/atau kompetensi Sumber Daya

Manusia pendataan pendidikan di setiap Dinas Pendidikan
Kabupaten/Kota.
2. Menyediakan dukungan teknis demi berfungsinya dengan baik
sistem pendataan dan pengolahan data pendidikan di tingkat

6

Kabupaten/Kota yang mencakup perangkat keras, perangkat
lunak serta mekanisme kerja pendataan dan pengolahan data.
3. Menjamin
Pendidikan

keberlangsungan
Kabupaten/Kota

Pengembangan
untuk

Pendataan

Pengembangan

Jaringan

Pangkalan Data pendidikan Kabupaten/Kota yang terintegrasi
dengan Pangkalan Data Departemen Pendidikan Nasional.

Sasaran
Sasaran yang ingin dicapai dari kegiatan Bimbingan Teknis Perintisan
Pengembangan

Pendataan

Pendidikan

Kabupaten/Kota

untuk

Pengembangan Jaringan Pangkalan Data Pendidikan Kabupaten/Kota
yang Terintegrasi dengan Pangkalan Data Departemen Pendidikan
Nasional adalah sebagai berikut:
1. Meningkatnya kemampuan dan atau kompetensi Sumber Daya
Manusia pendataan pendidikan di setiap Dinas Pendidikan
Kabupaten/Kota.
4. Berfungsinya dengan baik sistem pendataan dan pengolahan
data pendidikan di tingkat Kabupaten/Kota.
5. Terciptanya Pangkalan Data Pendidikan Nasional yang didukung
oleh

jaringan

pangkalan

data

Kabupaten/Kota

yang

lebih

terjamin kesinambungannya.

Sasaran
Ruang lingkup pekerjaan Bimbingan Teknis Perintisan Pengembangan
Pendataan Pendidikan Kabupaten/Kota untuk Pengembangan Jaringan
Pangkalan Data Pendidikan Kabupaten/Kota yang Terintegrasi dengan
Pangkalan Data Departemen Pendidikan Nasional adalah sebagai
berikut:

7

1. Mengembangkan

metodologi

Bimbingan

Teknis

Perintisan

Pengembangan Pendataan Pendidikan Kabupaten/Kota untuk
Pengembangan Jaringan Pangkalan Data Pendidikan Kabupaten/
Kota yang Terintegrasi dengan Pangkalan Data Departemen
Pendidikan Nasional.
6. Menyusun materi Bimbingan Teknis Perintisan Pengembangan
Pendataan Pendidikan Kabupaten / Kota untuk Pengembangan
Jaringan Pangkalan Data Pendidikan Kabupaten/ Kota yang
Terintegrasi dengan Pangkalan Data Departemen Pendidikan
Nasional yang meliputi:
a. Bahan ajar Bimbingan Teknis yang sesuai dengan metodologi
yang telah dikembangkan sebelumnya.
b. Pedoman pelaksanaan Bimbingan Teknis yang dapat dijadikan
acuan

bagi

semua

pihak

yang

terlibat

dalam

sistem

pendataan dan pengolahan data.
c. Instrumen

untuk

pengukuran

kemampuan

dan/atau

kompetensi serta evaluasi hasil bimbingan teknis sebelum
dan sesudah pemberian Bimbingan Teknis.
7. Melakukan seleksi dan rekrutmen tenaga Pendamping Teknis
dan melaksanakan pelatihan tentang sistem dan teknologi
informasi yang relevan, sistem pendataan dan pengolahan data
pendidikan serta teknik implementasi sistem pendataan dan
pengolahan data pendidikan yang efektif.
8. Merencanakan, memantau, mengendalikan dan melaporkan
Bimbingan

Teknis

serta

mengatasi

masalah-masalah

yang

muncul dalam pelaksanaan Bimbingan Teknis tersebut.
9. Melakukan/mendukung

pelaksanaan

pengecekan

akurasi,

penginputan dan kompilasi data-data pendidikan nasional di
setiap Dinas Kabupaten/Kota.

8

Sesuai dengan keluaran kerja di atas, maka ketiga aktivitas di atas
dapat dipecah menjadi dua kegiatan utama, yaitu:
1. Kegiatan Persiapan, terdiri atas persiapan materi bimbingan
teknis dan persiapan tenaga pendamping teknis
10.

Kegiatan Penyelenggaraan bimbingan teknis.

9

BAB 2
Metodologi Kerja
Untuk dapat memberikan pemahaman yang lebih dalam terhadap
kegiatan Bimbingan Teknis Perintisan Pengembangan Pendataan
Pendidikan Kabupaten / Kota untuk Pengembangan Jaringan Pangkalan
Data Pendidikan Kabupaten/ Kota yang Terintegrasi dengan Pangkalan
Data Departemen Pendidikan Nasional, dimana sasaran akhir dari
kegiatan ini adalah meningkatkan kemampuan dari tenaga pendataan
di kabupaten / kota, maka perlu diketahui terlebih dahulu beberapa
pengertian yang berhubungan dengan kegiatan Bimbingan Teknis
Perintisan Pengembangan Pendataan Pendidikan Kabupaten / Kota
untuk Pengembangan Jaringan Pangkalan Data Pendidikan Kabupaten/
Kota

yang

Terintegrasi

dengan

Pangkalan

Data

Departemen

Pendidikan Nasional.

SDM dan Kompetensi
Sukses tidaknya penjaringan data pendidikan diyakini dapat terus
meningkat

sesuai

dengan

sasaran

yang

ingin

dicapai

apabila

kompetensi SDM operator data entri meningkat. Berbagai pengertian
mendasar yang berhubungan dengan kegiatan bimbingan teknis perlu
ditelaah

lebih

dahulu

untuk

mendapatkan

kesamaan

persepsi

mengenai ukuran keberhasilan kegiatan bimbingan teknis.
Berdasar pada arti estimologi standar kompetensi terbentuk dari dua
kosa kata, yaitu standar dan kompetensi. Standar diartikan sebagai
ukuran

atau

patokan

yang

disepakati

sedangkan

kompetensi

diartikan sebagai kemampuan yang dibutuhkan untuk melakukan atau

10

melaksanakan

pekerjaan

yang

dilandasi

oleh

pengetahuan,

keterampilan dan sikap kerja. Sehingga dapatlah dirumuskan bahwa
kompetensi diartikan sebagai kemampuan seseorang yang dapat
terobservasi mencakup atas pengetahuan, keterampilan dan sikap
dalam menyelesaikan suatu pekerjaan atau tugas sesuai dengan
standar performen yang ditetapkan.

Pengertian Standar Kompetensi
Berdasar pada arti bahasa, standar kompetensi terbentuk atas kata
standar dan kompetensi. Standar diartikan sebagai "ukuran" yang
disepakati,

sedangkan

kompetensi

telah

didefinisikan

sebagai

kemampuan seseorang yang dapat terobservasi mencakup atas
pengetahuan, keterampilan dan sikap dalam menyelesaikan suatu
pekerjaan atau tugas sesuai dengan standar performen yang dengan
demikian dapatlah disepakati bahwa standar kompetensi merupakan
kesepakatan-kesepakatan tentang kompetensi yang diperlukan pada
suatu bidang pekerjaan oleh seluruh "stakeholder" di bidangnya.
Dengan kata lain, yang dimaksud dengan Standar Kompetensi adalah
perumusan tentang kemampuan yang harus dimiliki seseorang untuk
melakukan

suatu

tugas

atau

pekerjaan

yang

didasari

atas

pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja sesuai dengan unjuk kerja
yang dipersyaratkan.
Dengan dikuasainya kompetensi tersebut oleh seseorang, maka yang
bersangkutan akan mampu:
1. Bagaimana mengerjakan suatu tugas atau pekerjaan.
11.

Bagaimana

mengorganisasikannya

agar

pekerjaan

tersebut dapat dilaksanakan.
12.

Apa yang harus dilakukan bilamana terjadi sesuatu yang

berbeda dengan
13.

rencana semula.

11

14.

Bagaimana menggunakan kemampuan yang dimilikinya

untuk memecahkan
15.

masalah atau melaksanakan tugas dengan kondisi yang

berbeda.

Struktur Standar Kompetensi
Standar Kompetensi suatu Bidang Keahlian distrukturkan dengan
bentuk seperti di bawah ini (bentuk ini diterapkan secara luas di dunia
internasional) :

Format Standar Kompetensi
Sementara untuk format standar kompetensi ditunjukkan seperti pada
tabel berikut ini:

12

Dari berbagai skema di atas, jelaslah terlihat bahwa penyiapan materi
ajar, penyediaan tenaga bimbingan teknis dan penyelenggaraan
bimbingan teknis harus dipersiapan berdasarkan kaidah-kaidah dasar
pengembangan kompetensi SDM.
Dalam menyiapkan materi ajar, tenaga pendidik dan penyelenggaraan
bimbingan teknis, maka perlu juga diperhatikan kompetensi kunci.
Yang dimaksud dengan kompetensi kunci adalah kemampuan kunci
atau generik yang dibutuhkan untuk menyelesaikan suatu tugas atau
pekerjaan. Kompetensi kunci tersebut terkandung pada setiap unit-unit
kompetensi. Berikut ini adalah 7 (tujuh) kunci kompetensi :
1. Mengumpulkan, menganalisa dan mengorganisasikan informasi
16.

Mengkomunikasikan ide dan informasi

13

17.

Merencanakan dan mengatur kegiatan

18.

Bekerjasama dengan orang lain dan kelompok

19.

Menggunakan ide dan teknik matematika

20.

Memecahkan persoalan / masalah

21.

Menggunakan teknologi

(Sumber: Key Competencies, William Hall & Mark C. Werner)
Untuk setiap jenjang / level kompetensi, dapat dibuat menurut urutanurutan sebagai berikut ini:
1. Unjuk Kerja Level 1
Diartikan

bahwa

aktifitas

secara

kompetensi
efisien

dibutuhkan

dan

untuk

memuaskan

melakukan
berdasarkan

kemampuan mandiri dan memperoleh hasil kerja berdasarkan
pada kriteria dan parameter yang telah ditetapkan.
22.

Unjuk Kerja Level 2

Diartikan

bahwa

kompetensi

dibutuhkan

untuk

mengatur

kegiatan yang memerlukan alternatif / pilihan, aplikasi dan
integerasi

sejumlah

elemen

untuk

membuat

penilaian

(judgment) atas kualitas proses dan hasil.
23.

Unjuk Kerja Level 3

Diartikan bahwa kompetensi dibutuhkan untuk mengevaluasi
dan merancang kembali proses, menetapkan dan menggunakan
kembali prinsip-prinsip (rumus) dalam rangka menentukan cara
terbaik dan tepat untuk pendekatan kegiatan serta menetapkan
kriteria untuk penilaian kualitas hasil dan proses.
Mengingat dalam awal pengembangan konsep standar kompetensi
didasarkan pada teori psikologi belajar yang dikembangkan oleh

14

Benjamin S. Bloom dan timnya (Taksonomi Bloom), maka dalam
merumuskan standar kompetensi prinsip-prinsip teori tersebut akan
selalu dipergunakan. Dalam teori belajar tersebut terbagi atas tiga
ranah belajar yaitu kognitif, psikomotoris dan afektif (pengetahuan,
keterampilan dan sikap) yang dapat diajarkan terintegrasi untuk
mencapai tujuan suatu proses pendidikan dan pelatihan. Setiap tipe
belajar

tersebut

memiliki

karasteristik

dan

tingkat

pencapaian

didasarkan atas tingkat kesulitan yang dihadapinya.
Aspek Koginitif (Pengetahuan)
Aspek kognitif mencakup pengembangan kemampuan intelektual dan
pengetahuan yang terdiri atas enam katagori utama, yang tersusun
dari yang sederhana hingga yang kompleks berdasar pada tingkat
kesulitan yang ditanganinya. Dalam hal ini aspek yang sederhana
harus dikuasai terlebih dahulu sebelum meningkat ketingkat kesulitan
yang berikutnya.
Level Taksonomi

Deskripsi

Pengetahuan







Komprehensif

Mengetahui
terminologi
secara umum.
Mengetahui
fakta yang
spesifik.
Mengetahui
konsep
dasar.

Memahami fakta.
Mengintepretasika
n
chart dan grafik.
Menjastifikasi
prosedur dan
metode.
Mengestimasikan

15

Kata Kerja Yang
Dipergunakan
Mendifine,
mengenal,
mencocokkan,
mengingat,
mengulang,
membedakan,
mengidentifikasi,
menyebut,
melabel,
memanggil
kembali,
menghubungkan,
mencatat
Menterjemahkan,
merubah,
mengatur
kembali,
mengekspresikan,
memberi contoh,
mengilustrasikan,
menggeneralis,

kebutuhan.

Aplikasi

Analisis

Sintesis

Evaluasi

menyimpulkan,
mendiagnosis
Mengaplikasikan
Mengaplikasikan,
konsep dan prinsip mengorganisasi–
kan,
prinsip ke dalam
meresturkturisasi,
situasi yang baru.
memecahkan,
Memecahkan
mentransfer,
problem
menggunakan,
matematika.
mengklasifikasi,
Menyusun
grafik memilih,
dan
mendramatisasi,
chart.
membuat sket,
Mendemonstrasika mendemonstrasi
n
penggunaan kan,
metode
mengilustrasikan,
dan prosedur.
menangani,
mengkalkulasi.
Mengenal dan
Membedakan,
menggunakan
memilahkan,
logika
membandingkan,
berfikir untuk
mendeferensialmenyampaikan
kan,
suatu
membuat diagram,
alasan.
menjelaskan,
Mengevaluasi
menganalisa,
relevansi data.
mengkatagori-kan,
memeriksa,
mendebat,
menguji,
melakukan
eksperimen.
Mengungkap suatu Memadukan,
konsepsi yang
mengkomposisi,
terorganisasi
mengkonstruksi,
secara
merencanakan,
baik.
memodifikasi,
Merumuskan suatu menformulasi.
konsepsi
yang
baru.
Menjastifikasi nilai
Menyimpulkan,
suatu pekerjaan.
menjastifikasi,
meranking,
mendukung,
mengradasi,
menjelaskan,
menilai,
menyeleksi,
mengapresiasi,
membobot,

16

merevisi.

Aspek psikomotor (keterampilan)
Aspek psikomotor mencakup kemampuan dalam mengkoordinasikan
gerakan

phisik

dan

menggunakan

motoris.

Untuk

memperoleh

kemampuan tersebut memerlukan pelatihan dan pembiasaan dan
pengukuran yang mencakup tentang kecepatan, jarak, prosedur dan
teknik pelaksanaan.

Level Taksonomi

Deskripsi

Imitasi

Mengetahui
terminologi secara
umum.
Mengetahui fakta
yang spesifik.
Mengetahui konsep
dasar.

Komprehensif

Aplikasi

Kata Kerja Yang

Dipergunakan
Mendifine,
mengenal,
mencocokkan,
mengingat,
mengulang,
membedakan,
mengidentifikasi,
menyebut,
melabel,
memanggil
kembali,
menghubungkan,
mencatat
Memahami fakta.
Menterjemahkan,
Mengintepretasika
merubah,
n
mengatur
chart dan grafik.
kembali,
Menjastifikasi
mengekspresikan,
prosedur dan
memberi contoh,
metode.
mengilustrasikan,
Mengestimasikan
menggeneralis,
kebutuhan.
menyimpulkan,
mendiagnosis
Mengaplikasikan
Mengaplikasikan,
konsep dan prinsip mengorganisasi–
kan,
prinsip ke dalam
meresturkturisasi,
situasi yang baru.
memecahkan,
Memecahkan
mentransfer,
problem
menggunakan,
matematika.
mengklasifikasi,

17

Menyusun
grafik
dan
chart.
Mendemonstrasika
n
penggunaan
metode
dan prosedur.

memilih,
mendramatisasi,
membuat sket,
mendemonstrasi
kan,
mengilustrasikan,
menangani,
mengkalkulasi.
Membedakan,
memilahkan,
membandingkan,
mendeferensialkan,
membuat diagram,
menjelaskan,
menganalisa,
mengkatagori-kan,
memeriksa,
mendebat,
menguji,
melakukan
eksperimen.
Memadukan,
mengkomposisi,
mengkonstruksi,
merencanakan,
memodifikasi,
menformulasi.

Analisis

Mengenal dan
menggunakan
logika
berfikir untuk
menyampaikan
suatu
alasan.
Mengevaluasi
relevansi data.

Sintesis

Mengungkap suatu
konsepsi yang
terorganisasi
secara
baik.
Merumuskan suatu
konsepsi
yang
baru.
Menjastifikasi nilai
Menyimpulkan,
suatu pekerjaan.
menjastifikasi,
meranking,
mendukung,
mengradasi,
menjelaskan,
menilai,
menyeleksi,
mengapresiasi,
membobot,
merevisi.

Evaluasi

18

Aspek Afektif
Aspek afektif mencakup hal yang berkaitan dengan emosi seperti
perasaan, apresiasi, entutiasme, motivasi, sikap. Tabel berikut ini
menjelaskan mengenai aspek-aspek afektif.
Level Taksonomi
Receive/
Menerima

Responding/
Menerima

Valuing/

Organization/
Mengorganisasi

Characterization

Deskripsi
Ingin menerima.
Ingin
menghadiri.
Sadar akan
situasi dan
kondisi serta
fenomena.
Aktif
berpartsipasi

Menerima nilai
– nilai / norma.
Taat kepada
nilai / norma.
Memegang
teguh nilai /
norma.
Menghubung
kan nilai /
norma yang
telah dianutnya.
Mengintegrasik
an nilai, norma
kedalam
kebiasaan hidup
sehari – hari.
Menghubung
kan nilai /
norma yang
telah dianutnya.
Mengintegrasik
an nilai, norma
kedalam

19

Kata Kerja Yang
Dipergunakan
Menerima,
memilih,
menanyakan,
mendengar,
menyeleksi, dan
menghadiri.
Membuktikan,
memberitahukan,
menolong,
melakukan dengan
sukarela,
mengklaim.
Memilih,
mendukung,
“sharing”
mengapresiasi,
mengundang,
bergabung.
Menformulasi,
mempertahankan,
mengabstrak,
menghubungkan,
melakukan dengan
benar dan
menetapkan.
Menformulasi,
mempertahankan,
mengabstrak,
menghubungkan,
melakukan dengan
benar dan
menetapkan.

kebiasaan hidup
sehari – hari.

Pemilihan kata kerja dari masing-masing ranah taksonomi untuk
dipakai pada pernyataan judul unit, sub kompetensi dan kriteria unjuk
kerja, harus disesuaikan dengan tingkat kesulitan yang terkandung
dalam unit serta level kompetensi yang akan ditetapkan. Berdasar
pada domain kognitif, psikomotor dan afektif, telah digradasi secara
sistimatis dengan menggunakan kata kerja (verbs) sebagaimana
tertuang

dalam

matrik

di

atas.

Dengan

demikian

pada

saat

merumuskan unit-unit kompetensi gradasi pada level taksonomi
tersebut harus dipergunakan untuk memilih dan menentukan kata
kerja yang tepat sesuai dengan tingkat kesulitan unit dimaksud.
Kata-kata kerja yang tertuang dalam matrik terutama dipergunakan
untuk

merumuskan

Kriteria

Unjuk

Kerja,

agar

memenuhi

persyaratan yang terdiri dari kognitif, psikomotor dan afektif agar
mencerminkan tentang hal yang terukur dan sesuai dengan level yang
ditetapkan.

SDM dan Literasi Komputer / Teknologi Informasi
Istilah “information literacy” sering dikaitkan dengan “information
competency”, yaitu kemampuan seseorang dalam mendayagunakan
informasi yang diperolehnya untuk membantu meningkatkan kinerja
aktivitas sehari-hari. Seorang individu dikatakan memiliki “information
literacy” yang baik apabila yang bersangkutan dapat melakukan
investigasi terhadap informasi apa yang dibutuhkan dalam suatu
konteks kondisi tertentu, dapat menyatakannya dalam terminologi
yang tepat, dapat melakukan pencarian secara efektif terhadap
informasi berkualitas dari berbagai sumber data yang tersedia, dapat
melakukan analisa berdasarkan hasil koleksi informasi tersebut, dapat

20

memanfaatkannya

untuk

berbagai

keperluan

positif

dan

mendatangkan value yang signifikan, dan dapat mengolahnya lebih
lanjut menjadi sebuah sumber daya pengetahuan.
Adalah merupakan suatu kenyataan bahwa keberhasilan pemerintah
dalam mengakselerasi pertumbuhan ekonomi negaranya ini tidak
terlepas dari usaha segenap praktisi industri dan akademisi dalam
meningkatkan information literacy dari masyarakat negara terkait,
sehingga ketika teknologi informasi dan komunikasi diperkenalkan,
hampir tidak terjadi hambatan yang berarti dalam menerapkan dan
mengembangkannya di berbagai bidang. Kemampuan menggunakan
perangkat

teknologi

informasi

ini

dikenal

sebagai

“e-literacy”.

Indonesia sebagai salah satu negara yang dianggap mengalami
permasalahan “digital divide” (kesenjangan digital) terancam akan
semakin diasingkan dan ditinggalkan oleh negara-negara lainnya jika
tingkat e-literacy-nya tetap rendah.

Pengertian Ragam Literacy
Dalam berbagai kamus bahasa Inggris, istilah “literacy” diartikan
sebagai “the ability to read and write” atau kemampuan untuk
membaca dan menulis. Kata ini kemudian berkembang dan sering
dipadankan

dengan

kata

“technology”

sehingga

dikenal

istilah

“technology literacy” yang didefinisikan sebagai kemampuan untuk
memahami

dan

menggunakan

teknologi

sebagai

mempermudah mencapai tujuan (Bunz, 2002).

alat

Ketika

untuk

teknologi

komputer berkembang, dikenal pula istilah “computer literacy” yang
secara luas dipergunakan dalam berbagai diskursus. Berbagai definisi
“computer literacy” kemudian diperkenalkan di masyarakat luas, dari
yang bersifat sederhana yaitu “the ability to use computer to satisfy
personal needs” (Rhodes, 1986) sampai yang sangat berbau filosofis
seperti “the collection of skills, knowledge, understanding, values, and

21

relationships that allow a person to function comfortably as a
productive citizen in a computer-oriented society” (Watt, 1980).
Sejalan dengan perkembangan teknologi komputer, berkembang pula
sejumlah produk-produk teknologi lain berbasis digital seperti personal
digital assistant, tablet computing devices, pocket communicatior, dan
lain sebagainya. Seiring dengan berkembangnya teknologi tersebut,
diperkenalkanlah

istilah

“digital

literacy”

yang

secara

lugas

didefinisikan sebagai “the ability to understand and use information
from a variety of sources when presented via digital devices” (Gilster,
1997) yang oleh Central European University disempurnakan menjadi
“the

ability

to

communicated

understand
in

all

how

formats

information

through

the

is

generated

creation

of

and

critical

frameworks for the retrieval, organisation, evaluation, presentation,
and use of information by using digital technology devices”.
Ketika internet berkembang secara pesat, istilah “internet literacy”pun (i-literacy) lahir dengan sendirinya, yaitu “the ability to use
theoretical and practical knowledge about the internet as a medium of
communication and information retrieval” (Doyle, 1996). Dan ketika
terjadi konvergensi antara teknologi komputer dengan teknologi
komunikasi,

dipergunakan

pula

secara

luas

istilah

“information

technology literacy” maupun “ICT literacy” (ICT=Information and
Communication Technology) yang memiliki arti kurang lebih sebagai “a
combination of intellectual capabilities, fundamental concepts, and
contemporary skills that a person should posses in order to navigate
and use information technology efectively” (Young, 1999).

E-Literacy dan Digital Divide
Salah satu bentuk ancaman bagi negara berkembang seperti Indonesia
untuk dapat bersaing di alam globalisasi adalah adanya fenomena
kesenjangan digital atau yang lebih dikenal sebagai digital divide –
yaitu keadaan dimana terjadi gap antara mereka yang dapat
22

mengakses internet melalui infrastruktur teknologi informasi dengan
mereka yang sama sekali tidak terjangkau oleh teknologi tersebut
(Hayslett-Keck, 2001).

Bahkan bagi mereka yang telah terjangkau oleh infrastruktur teknologi
informasi pun belum tentu dapat memanfaatkannya secara optimum,
dalam

arti

kata

dipergunakan

untuk

dapat

secara

signifikan

meningkatkan kualitas hidupnya. Fenomena ini dipandang sebagai
sebuah warna digital divide lain yang disebabkan karena rendahnya
“e-literacy”

dari

kebanyakan

masyarakat

Indonesia,

yang

oleh

pemerintah didefinisikan sebagai “kesadaran dan pemahaman tentang
pentingnya informasi serta pendayagunaan teknologi informasi dan
komunikasi di kalangan masyarakat dalam rangka pengembangkan
budaya informasi ke arah terwujudnya the information society”
(Kominfo, 2003). Dari definisi tersebut dapat dirumuskan bahwa yang
dimaksud dengan e-literacy di sini merupakan kemampuan sumber
daya

manusia

dalam menguasai sejumlah

literacy

direpresentasikan melalui sebuah fungsi sebagai berikut:
23

yang

dapat

e-literacy = f (ICT literacy, computer literacy, digital literacy, i-literacy)

Evolusi E-Literacy
Siklus evolusi e-literacy di dalam masyarakat berbeda-beda, yang jika
diamati sungguh-sungguh memperlihatkan adanya ketersamaan pola
berdasarkan kelompok generasi (Tapscott, 2000). Pada old generation
yang oleh Tapscott diistilahkan sebagai generasi baby boomers
biasanya mengawali proses evolusi e-literacy-nya dengan kompetensi
information literacy yang telah dikuasainya terlebih dahulu.

Generasi yang sarat diwarnai dengan para individu yang sangat gemar
baca buku dan menulis ini tidak semua yang “bersedia” atau tertarik
untuk berinteraksi dengan sejumlah teknologi digital. Dari beragam
produk

digital

dipergunakan

yang
oleh

terdapat
mereka

di

pasar,

adalah

yang

digital

paling

handphone

banyak
untuk

berkomunikasi secara langsung maupun via SMS (Short Message
System). Adapun perangkat digital lainnya seperti personal digital
assistant, camera digital, tablet computing, digital videocam, dan lain
sebagainya masih sangat sedikit peminatnya. Namun demikian, benihbenih pertumbuhan digital literacy di kalangan old generation ini patut
diberikan penghargaan. Tahap selanjutnya dalam evolusi yang cukup
sulit dilakukan adalah meningkatkan kemampuan e-literacy mereka ke
arah penggunaan komputer dan teknologi internet untuk membantu
aktivitas keseharian mereka.

24

Berbeda dengan komunitas old generation, pada new generation yang
oleh Tapscott istilah ini diberikan kepada para bayi yang masih
memakai popok di tahun 2000-an, evolusi e-literacy diawali semenjak
diperkenalkannya teknologi komputer pada usia dini.

Di Indonesia – khususnya di kota-kota besar – fenomena ini mulai
tampak dengan dilibatkannya teknologi komputer sebagai salah satu
alat bantu ajar yang dipergunakan oleh lembaga pendidikan preschool atau taman kanak-kanak dengan salah satu tujuannya untuk
merangsang dan meningkatkan kemampuan multiple intelligence
peserta didik (komputer sebagai alat bermain dan belajar). Sejalan
dengan perkembangan si anak, maka yang bersangkutan akan mulai
mengenal teknologi digital lainnya yang kelak akan banyak dapat
ditemukan pada sejumlah consumer products, seperti peralatan rumah
tangga, perangkat yang dapat dibawa ke mana-mana (digital mobile
devices), mainan, alat-alat tulis dan kantor, dan lain-lain. Karena
mereka sudah memiliki computer literacy dan digital literacy dari awal,
maka tidak sulit bagi mereka untuk dapat memahami cara kerja
internet dan memanfaatkannya (i-literacy). Pada saat remaja, dimana
mereka sudah mulai memahami akan pentingnya arti informasi
sebagai salah satu faktor produksi penting dan bahan baku knowledge
(pengetahuan), dengan sendirinya kemampuan information literacy
akan terbentuk. Dibandingkan dengan old generation, terlihat jelas

25

bahwa evolusi e-literacy pada new generation akan jauh lebih cepat
dan efektif.
Bagaimana dengan para remaja dan pemuda saat ini, yang secara
kategori generasi berada pada dua titik ekstrim tersebut? Hasil kajian
memperlihatkan bahwa pola evolusi e-literacy mereka sangat beragam
sesuai dengan sejumlah aspek seperti: latar belakang pendidikan,
lingkungan, kemampuan ekonomi, konteks pekerjaan/aktivitas, lokasi
geografis

(tempat

tinggal),

jenis

kelamin,

dan

lain

sebagainya

(Schaumburg, 1999). Oleh karena itu, pola atau siklus penguasaan
sejumlah literacy-nya pun tidak dapat digambarkan sebagai suatu hal
yang bersifat sekuensial, tetapi lebih merupakan sebuah proses yang
simultan seperti yang digambarkan berikut.

26

Tantangan E-Literacy
Setiap negara terdiri dari masyarakat dengan beragam portofolio
generasi yang berbeda tingkat e-literacy-nya. Semakin banyak jumlah
penduduk yang memiliki tingkat e-literacy yang tinggi, akan semakin
kompetitif nilai keunggulan masyarakat di negara tersebut. Jika ketiga
generasi tersebut dipetakan ke dalam sebuah matriks agar dapat
dilihat keterkaitannya dengan tinggi rendahnya akselerasi e-literacy
yang ada, maka dapat dihasilkan sebuah diagram seperti berikut ini

Pada gambar tersebut terlihat bahwa new generation merupakan
generasi

dengan

tingkat

e-literacy

tinggi,

namun

baru

akan

memberikan kontribusi bagi negara di kemudian hari, ketika mereka
sudah beranjak dewasa. Sementara kondisi saat ini dikendalikan oleh
dua generasi, yaitu old generation yang secara perlahan-lahan akan
memberikan tongkat estafetnya kepada generasi muda (today’s
generation). Permasalahan muncul ketika melihat kenyataan bahwa
justru masyarakat Indonesia yang pada saat ini memegang kendali
atas pergerakan roda perekonomian dilakukan oleh orang-orang yang
rata-rata tingkat e-literacy-nya rendah (karena mereka berada pada

27

kuadran

yang

tingkat

akselerasi

evolusi

e-literacy-nya

lambat).

Kenyataan ini tidak saja berakibat semakin sulitnya Indonesia untuk
bersaing secara kompetitif dengan bangsa lain di dunia, namun lebih
jauh dapat mengakibatkan persmasalahan di kemudian hari ketika
new generation mengambil alih kendali perekonomian karena belum
disiapkannya

sejumlah

infratruktur

dan

suprastruktur

untuk

mendukung mereka. Melihat kenyataan ini, maka tidak ada jalan lain
kecuali mencoba sekuat tenaga untuk menerapkan strategi yang
ampuh

agar

terjadi

akselerasi

peningkatan

e-literacy

para

old

generation dan today’s generation secara signifikan dan dramatis
(Fulk, 1993). Untuk menjawab permasalahan tersebut, diusulkan tiga
tahapan strategi sebagai pendekatan efektif guna mengakselerasi
peningkatan e-literacy di kalangan old generation dan today’s
generation,

yaitu:

Melibatkan

Menciptakan

Teknologi

(Supply

Konteks

Providing),

(Demand
dan

Creation),

Merubah

Perilaku

(Behaviour Change).

Tingkat Kematangan E-Literacy
Setiap individu akan memiliki pola pematangan e-literacy-nya masingmasing. Kalau dapat menggunakan kerangka konsep atau teori
Personal-Capability Maturity Model (P-CMM), maka kurang lebih level
e-literacy seseorang dapat digambarkan seperti demikian:
1. Level 0 – jika seorang individu sama sekali tidak tahu dan tidak
perduli

akan

pentingnya

informasi

dan

teknologi

untuk

kehidupan sehari-hari;
24.

Level

1



jika

seorang

individu

pernah

memiliki

pengalaman satu dua kali dimana informasi merupakan sebuah
komponen penting untuk pencapaian keinginan dan pemecahan
masalah, dan telah melibatkan teknologi informasi maupun
komunikasi untuk mencarinya;

28

25.

Level

2

menggunakan



jika

seorang

teknologi

individu

informasi

dan

telah

berkali-kali

komunikasi

untuk

membantu aktivitasnya sehari-hari dan telah memiliki pola
keberulangan dalam penggunaannya;
26.

Level 3 – jika seorang individu telah memiliki standar

penguasaan
teknologi

dan

pemahaman

yang

terhadap

diperlukannya,

mempergunakan

standar

dan

informasi
secara

tersebut

maupun
konsisten

sebagai

acuan

telah

sanggup

penyelenggaraan aktivitasnya sehari-hari;
27.

Level

4

meningkatkan



jika

secara

seorang
signifikan

individu
(dapat

dinyatakan

secara

kuantitatif) kinerja aktivitas kehidupannya sehari-hari melalui
pemanfaatan informasi dan teknologi; dan
28.

Level 5 – jika seorang individu telah menganggap informasi

dan teknologi sebagian bagian tidak terpisahkan dari aktivitas
sehari-hari, dan secara langsung maupun tidak langsung telah
mewarnai

perilaku

dan

budaya

hidupnya

(bagian

dari

information society atau manusia berbudaya informasi).
Walau bagimanapun juga, peningkatan e-literacy ini akan sangat
dipengaruhi pula oleh sejumlah faktor ekseternal lainnya, seperti:
ketersediaan infrastruktur, keberadaan regulasi, tingkat pertumbuhan
ekonomi,

kemauan

politik

pemerintah

(political

will),

kualitas

penyelenggaraan pendidikan, human development index, dan lain
sebagainya.
Melihat pola e-literacy di atas, maka program Bimtek yang akan
dijalankan menghadapi berbagai kendala yang tidak kecil. Kendalakendala tersebut dapat dikatakan sebagai faktor-faktor penghambat
yang harus mendapatkan perhatian tersendiri dalam menjalankan
program Bimtek.

29

Sumber Data dan Pendataan
Kegiatan Bimbingan Teknis Perintisan Pengembangan Pendataan
Pendidikan Kabupaten / Kota untuk Pengembangan Jaringan Pangkalan
Data Pendidikan Kabupaten/ Kota yang Terintegrasi dengan Pangkalan
Data Departemen Pendidikan Nasional merupakan usaha untuk
menjamin

bahwa

pendataan

pendidikan

yang

dilakukan

dapat

menghasilkan data-data yang berujung kepada kualitas informasi yang
dihasilkan.

Gambar. Sumber Data Pendidikan
Dari gambar diatas terlihat bahwa data-data diperoleh dari satuan
pendidikan terendah yang berada di tingkat kabupaten / kota berupa
data-data kurikulum, data-data pengajar, data-data siswa dan datadata sarana prasarana sekolah. Dalam hal pendataan ini, maka Pusat
Statistik

Pendidikan

Depdiknas

telah

mengembangan

aplikasi

pendataan berbasis web yang disebut dengan PADATI-WEB. Adapun

30

fitur yang didukung oleh aplikasi PADATI-WEB dalam melakukan
pendataan adalah sebagai berikut:
1. Program aplikasi individual jenjang persekolahan Taman KanakKanak.
29.

Program aplikasi individual jenjang persekolahan Sekolah

Dasar.
30.

Program aplikasi individual jenjang persekolahan Sekolah

Menengah Pertama.
31.

Program aplikasi individual jenjang persekolahan Sekolah

Menengah Umum.
32.

Program aplikasi individual jenjang persekolahan Sekolah

Menengah Kejuruan.
33.

Program

aplikasi

individual

jenjang

persekolahan

individual

jenjang

persekolahan

jenjang

persekolahan

jenjang

persekolahan

Pendidikan Luar Biasa.
34.

Program

aplikasi

Pendidikan Luar Biasa (Paket A).
35.

Program

aplikasi

individual

Pendidikan Luar Biasa (Paket B).
36.

Program

aplikasi

individual

Pendidikan Luar Biasa (Paket C).
37.

Program aplikasi individual jenjang Lembaga Pendidikan

Tinggi
38.

Program aplikasi pendukung pendataan di Pendidikan

dasar, Pendidikan menengah dan pendidikan tinggi.
39.

Pengembangan program aplikasi integrator dan Monev.

Selain menggunakan PADATI-WEB, proses pendataan juga dilakukan
secara konvensional dengan menggunakan kuisioner yang dibuat oleh
PSP Depdiknas. Kuisioner tersebut dibuat dan dicetak di tingkat pusat
untuk kemudian disebar di masing-masing dinas Pendidikan tingkat
kabupaten / kota. Tenaga pendata pada dinas pendidikan kabupaten /

31

kota tersebut kemudian melakukan pendataan ke masing-masing
sekolah di wilayahnya masing-masing. Data-data dari masing-masing
sekolah tersebut kemudian dikumpulkan kembali ke tingkat dinas
pendidikan kabupaten/kota untuk diolah dan dikirimkan kembali ke
tingkat pusat.
Dari hasil pengumpulkan data-data yang telah dilakukan selama ini,
bahwa ternyata yang ada lebih kurang 30% yang terkumpulan.
Dengan demikian, menjadi sulit bagi pihak Depdiknas untuk berbagai
kebijakan yang berhubungan dengan pendidikan.

Faktor-Faktor Penghambat
Lemahnya kualitas pendataan tersebut disebabkan oleh beberapa
faktor seperti:
1. Kurangnya biaya operasional pendataan di lapangan, terutama
berkaitan dengan kondisi geografis di daerah;
40.

Lemahnya

pendataan,

baik

kemampuan
ditinjau

SDM

dari

di

aspek

daerah

dalam

kompetensi,

hal

tingkat

awarerness dan tingkat ketersediaan tenaga yang ada.
41.

Faktor Geografis yang berpengaruh langsung terhadap

jangkauan pendataan.
Kegiatan

bimbingan

teknis

pendataan

pendidikan

pada

470

kabupaten / kota diarahkan kepada pendampingan terhadap pengguna
yang sebelumnya telah dilatih untuk menggunakan aplikasi pendukung
yang ada. Pendampingan terhadap proses entri data pendidikan
dilakukan untuk menjamin ketersediaan data yang dibutuhkan baik
dari segi kualitas dan kuantitas dengan dengan memperhatikan aspek
seperti relavansi konteks data, akurasi data mentah, tingkat akurasi
pemasukan data, koreksi terhadap data yang ada sampai dengan
rekapitulasi dan pengiriman data-data yang ada.

32

Elemen bimbingan teknis yang akan diberikan kepada tenaga operator
dilapangan adalah sebagai berikut:

Kondisi ideal di Lapangan
Dalam melakukan pendataan, tentu terdapat asumsi dimana lokasi
pendataan yang berada di kabupaten/kota berada pada kondisi
idealnya. Asumsi kondisi ideal sehingga data-data yang dibutuhkan
dapat terjaring dengan benar baik dari segi kualitas dan kuantitas di
tingkat pusat adalah sebagai berikut:
1. Tersedianya data-data yang telah dikumpulkan melalui kuisioner
di tingkat kabupaten / kota.
2. Tersedianya perangkat keras komputer yang memadai untuk
dapat

menyimpan

dan

mengolah

data-data

yang

telah

terkumpulkan.
3. Tersedianya

aplikasi

pendataan

pendidikan

yang

dapat

digunakan untuk menyimpan dan mengolah data pendidikan

33

4. Tersedianya jaringan internet yang dapat digunakan untuk
mengirimkan data-data pendidikan yang ada.
Kondisi lapangan ternyata tidak seideal yang diharapkan, sehingga
dibutuhkan adanya program bimbingan teknis agar dapat dicapai
kondisi yang lebih baik sehingga kegiatan pendataan pendidikan dapat
mencapai hasil yang maksimal.
Dari dokumen Kerangka Acuan Kerja (KAK) yang ada, maka kegiatan
bimbingan teknis yang dimaksud terdiri atas aktivitas-aktivitas sebagai
berikut:
1. Program

Bimbingan

teknis

dibutuhkan

untuk

membantu

terselenggaranya kualitas pendataan pendidikan di seluruh
Indonesia.
2. Program Bimbingan Teknis diselenggarakan untuk menjamin
bahwa pengisian data harus dilakukan dengan benar. Termasuk
menjamin kemampuan SDM di dalam melakukan pengisian data.
3. Melatih tenaga operator pendataan di daerah terkait dengan
pendataan pendidikan, baik dengan menggunakan mekanisme
konvensional

atau

dengan

menggunakan

sistem

berbasis

teknologi informasi.
Program

Bimbingan Teknis

Perintisan Pengembangan Pendataan

Pendidikan Kabupaten / Kota untuk Pengembangan Jaringan Pangkalan
Data Pendidikan Kabupaten/ Kota yang Terintegrasi dengan Pangkalan
Data Departemen Pendidikan Nasional umumnya terkendala berbagai
masalah seperti telah diterangkan sebelumnya seperti:
1. Kondisi sarana dan prasarana umum, terutama yang berkaitan
dengan transportasi darat, laut dan udara sehingga menyulitkan
pihak

operator

pendataan

melakukan koleksi data

34

pendidikan

di

daerah

untuk

42.

Kurangnya dukungan dana keuangan dalam melakukan

pendataan pendidikan
43.

Kurangnya

atau

lemahnya

SDM

operator

pendataan

pendidikan, baik ditinjau dari aspek kompetensi dan juga tingkat
awareness.

Program Bimbingan Teknis
Program

Bimbingan Teknis

Perintisan Pengembangan Pendataan

Pendidikan Kabupaten / Kota untuk Pengembangan Jaringan Pangkalan
Data Pendidikan Kabupaten/ Kota yang Terintegrasi dengan Pangkalan
Data Departemen Pendidikan Nasional. Sesuai dengan ruang lingkup
pekerjaan ini, maka kegiatan bimbingan teknis terdiri dari:
1. Pengembangan

metodologi

Bimbingan

Teknis

Perintisan

Pengembangan Pendataan Pendidikan Kabupaten / Kota untuk
Pengembangan Jaringan Pangkalan Data Pendidikan Kabupaten/
Kota yang Terintegrasi dengan Pangkalan Data Departemen
Pendidikan Nasional
44.

Penyusunan

materi

ajar

Bimbingan

Teknis

Perintisan

Pengembangan Pendataan Pendidikan Kabupaten / Kota untuk
Pengembangan Jaringan Pangkalan Data Pendidikan Kabupaten/
Kota yang Terintegrasi dengan Pangkalan Data Departemen
Pendidikan Nasional yang meliputi:
a. Materi

Bimbingan

Pendataan

Teknis

Pendidikan

Pengembangan

Perintisan

Kabupaten

Jaringan

Pangkalan

Pengembangan
/

Kota

Data

untuk

Pendidikan

Kabupaten/ Kota yang Terintegrasi dengan Pangkalan Data
Departemen Pendidikan Nasional yang disesuaikan dengan
metodologi yang telah dikembangkan sebelumnya.
b. Tersedianya instrumen pengukuran evaluasi kemampuan dan
atau kompetensi hasil bimbingan teknis sebelum dan sesudah

35

pemberian
Pendataan

Bimbingan

Teknis

Pendidikan

Pengembangan

Perintisan

Kabupaten

Jaringan

Pangkalan

Pengembangan

/
Data

Kota

untuk

Pendidikan

Kabupaten/ Kota yang Terintegrasi dengan Pangkalan Data
Departemen Pendidikan Nasional
45.

Melakukan seleksi dan rekrutmen tenaga pendamping

teknis

dan

melaksanakan

pelatihan

tentang

sistem

dan

tekno0logi informasi yang relevan, sistem pendataan dan
pengolahan data pendidikan serta teknik implementasi sistem
pendataan dan pengolahan data pendidikan yang efektif.
46.

Merencanakan,

memantau,

mengendalikan

dan

melaporkan bimbingan teknis serta mengatasi masalah-masalah
yang muncul dalam pelaksanaan bimbingan teknis tersebut.
47.

Melakukan/mendukung pelaksanaan pengecekan akurasi,

penginputan dan kompilasi data-data pendidikan nasional di
setiap kabupaten/kota.

Penyusunan Materi Ajar
Penyusunan materi ajar harus dilakukan dengan memperhatikan aspek
pemenuhan terhadap kegiatan pendataan pendidikan. Materi-materi
yang dikembangkan digali atas dasar hal-hal sebagai berikut:
1. Lingkungan pendukung pendataan pendidikan yang terdiri atas:
a. Pendataan
b. Perangkat Keras Komputer
c. Jaringan Internet
d. Aplikasi Perangkat Lunak Pendataan.
48.

Hasil acara Training of Trainer (TOT) yang diselenggarakan

oleh PSP Depdiknas.

36

Pengembangan

materi

Bimtek

seperti

yang

tersebut

di

dalam

dokumen Kerangka Acuan Kerja (KAK) akan terlihat seperti pada
gambar berikut ini:

Pengembangan

Materi

Perangkat

Keras

dan

Troubleshooting
Unit materi ini dikembangkan untuk membantu tenaga operator entri
data daerah agar memiliki kemampuan untuk menjalankan, merawat,
memperbaiki (pada skala tertentu) perangkat keras yang ada sehingga
tidak mengalami ketergantungan terhadap vendor atau pihak lainnya.
Materi-materi bimbingan teknis berkaitan dengan perangkat keras
komputer dan troubleshooting adalah sebagai berikut:
1. Mengidentifikasi perangkat penyusun komputer
49.

Melakukan inventarisasi software

50.

Memilih Casing dan Power Supply

37

51.

Memilih Monitor

52.

Memilih Harddisk

53.

Memasang Perkabelan pada Motherboard

54.

Melakukan Seting BIOS

55.

Mengkonfigurasikan harddisk

56.

Melakukan instalasi operating system

57.

Menginstall modem

58.

Menguji kinerja komputer

59.

Melakukan instalasi software aplikasi

60.

Mengkonfigurasi software aplikasi

61.

Menganalisa kebutuhan perawatan

62.

Menentukan ruang lingkup kegiatan perawatan

63.

Melakukan perawatan peralatan jaringan

Detail

dari

masing-masing

materi

bimtek

dalam

rangka

pengembangan kompetensi tenaga operator pendataan di daerah
adalah sebagai berikut:
Mengidentifikasi perangkat penyusun komputer
Uraian Unit Materi Unit
Bimtek:

kompetensi

ini

berkaitan

dengan

tindakan

identifikasi perangkat penyusun komputer yang terdiri
dari persiapan identifikasi, identifikasi dan memeriksa
hasil identifikasi. Unit kompetensi ini diperlukan untuk
membantu dan memperlancar pelaksanaan perakitan
komputer.
Sub Kompetensi

 Mempersiapkan

Kriteria Unjuk Kerja

identifikasi  Perangkat penyusun computer
dan

perangkat penyusun komputer

buku

manual

perangkat

penyusun komputer disiapkan.


Peralatan tulis untuk identifikasi
disiapkan.



Tempat

identifikasi

disiapkan

dalam keadaan kering, bersih

38

dan aman.


Mengidentifikasi perangkat
penyusun komputer







Memeriksa hasil identifikasi
perangkat penyusun komputer





Buku manual perangkat penyusun
komputer dibaca.
Perangkat penyusun komputer
didaftar sesuai dengan spesifikasi.
Perangkat penyusun komputer
dikelompokkan sesuai dengan
daftar yang telah dibuat.
Perangkat penyusun komputer
diperiksa dan disesuaikan dengan
daftar hasil identifikasi.
Perangkat penyusun komputer
diletakkan pada tempat yang
kering, bersih, aman serta mudah
dijangkau.

Batasan Variabel
Batasan variabel yang digunakan pada unit kompetensi ini mencakup
hal-hal sebagai berikut:
1. Jenis komputer dan spesifikasi komputer
64.

Perangkat peripheral komputer

65.

Jumlah atau besar sistem

66.

Beban kerja tiap perangkat

67.

OS yang digunakan

68.

Tools yang digunakan

Panduan Penilaian
Penilaian mungkin terjadi pada pekerjaan, atau diluar pekerjaan atau
suatu kombinasi dari keduanya. Penilaian diluar pekerjaan harus
dilaksanakan

dalam

suatu

lingkungan

kerja

yang

disimulasikan

mendekati pekerjaan yang semestinya.
Penilaian mungkin menggabungkan serangkaian metode untuk menilai
kemampuan dan penerapan pengetahuan pendukung penting, dan
mungkin mencakup:

39

1. Demontrasi praktis (pengamatan langsung harus terjadi lebih
dari sekali untuk menentukan konsistensi kemampuan)
69.

Studi kasus

70.

Contoh-contoh kerja atau kegiatan-kegiatan simulasi kerja

Melakukan Inventarisasi Software
Uraian Unit Materi Unit
Bimtek:

kompetensi

ini

berkaitan

dengan

tindakan

melakukan inventarisasi software meliputi menyiapkan
inventarisasi software, identifikasi CD software dan
menyimpan
diperlukan

CD
untuk

sofware.
membuat

Unit

kompetensi

suatu

ini

inventarisasi

software yang sewaktu waktu diperlukan
Sub Kompetensi
Kriteria Unjuk Kerja
 Menyiapkan inventarisasi
 CD software original/legal yang
software
akan dijadikan sebagai inventaris
disiapkan.
 Peralatan tulis untuk identifikasi CD
software disiapkan.
 Tempat untuk penyimpanan CD
software disiapkan.
 Daftar nama CD software inventaris
disiapkan.
 Identifikasi CD software
 CD software inventaris diberi
kode/label.
 CD software inventaris
dikelompokkan sesuai dengan
nama dan jenis software.
 CD software inventaris didaftar
sesuai dengan kode/label yang
diberikan.
 CD software inventaris diidentifikasi
sudah sesuai dengan kode/label
yang diberikan.
Menyimpan CD software inventaris
 Tempat penyimpanan CD software
inventaris dibersihkan dan
dikeringkan.
 Tempat penyimpanan CD sofware
inventaris diberi kode/label untuk
memudahkan pencarian.