ANALISIS FAKTOR PENYEBAB TERJADINYA KORBAN KEKERASAN SEKSUAL TERHADAP PEMBANTU RUMAH TANGGA

ABSTRAK ANALISIS PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA TERHADAP PELAKU PEMERASAAN SOPIR TRUK YANG DILAKUKAN OLEH PREMAN.

  

(Studi PutusanNomor : 370/Pid.B/2013/PN.GS)

Oleh :

Zakia Tiara Faragista, Firganefi, A. Irzal Fardiansyah

(Email: faragistazakiatiara@yahoo.com)

  Tindak pidana pemerasan merupakan perbuatan menyimpang yang sangat merugikan diri sendiri dan orang lain. Kata „pemerasan‟ tersebut bisa bermakna „meminta uang dan jenis lain dengan ancaman

  ‟. Tindakan tersebut telah melawan hukum dan terbukti melanggar Pasal 368 KUHP. Seperti putusan Pengadilan Negeri Gunung Sugih nomor:370/Pid.B/2013/PN.GS yang menjatuhkan vonis penjara kepada pelaku pemerasan sopir truk yang dilakukan oleh preman. Permasalahan dalam penelitian ini yang perlu diketahui adalah bagaimana pertanggungjawaban pidana serta apa dasar pertimbangan hakim dalam menjatuhkan pidana terhadap pelaku pemerasan sopir truk yang dilakukan oleh preman. Penelitian ini dilakukan menggunakan pendekatan masalah melalui pendekatan yuridis normatif dan yuridis empiris dengan data primer dan data sekunder dimana masing-masing data diperoleh dari penelitian kepustakaan dan di lapangan. Analisis data di deskripsikan dalam bentuk uraian kalimat dan di analisis secara kualitatif, kemudian untuk selanjutnya ditarik suatu kesimpulan. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka disimpulkan, pelaku telah memenuhi unsur-unsur kesalahan, yaitu adanya kemampuan bertanggungjawab, hubungan batin pembuat dengan perbuatannya berupa kesengajaan dan memenuhi unsur-unsur Pasal 368 Ayat (2) tentang Tindak Pidana Pemerasan. Akibat perbuatan terdakwa serta kondisi diri terdakwa yang berterus terang dan menyesali perbuatannya, serta belum pernah dihukum.

  Hakim mengacu pada teori keseimbangan dan teori pendekatan keilmuan. Hakim menganggap tuntutan jaksa pidana penjara 5 (lima) tahun kurang tepat dan kurang memenuhi rasa keadilan terdakwa sehingga hakim memutuskan agar terdakwa dipidana penjara selama 3 (tiga) tahun dan 6 (enam) bulan.

  Kata kunci: Pertanggungjawaban Pidana, Pelaku, Pemerasan.

  

ABSTRACT

ANALYSIS OF CRIMINAL ACCOUNTABILITY AGAINST THE OFFENDER

EXTORTION TRUCK DRIVER WHO PERFORMED BY THUGS.

  

(THE STUDY PUTUSAN NOMOR: 370 / Pid.B / 2013 / PN.GS)

By:

Zakia Tiara Faragista, Firganefi, A. Irzal Fardiansyah

(Email: faragistazakiatiara@yahoo.com)

  Criminal acts of extortion is a very deviant acts harming themselves and others. The word 'extortion' could mean 'asking for money and other types of threats'. Such actions have been against the law and it violates Article 368 of the Criminal Code. As the award district court Gunung Sugih number: 370/Pid.B/2013/PN.GS that drops verdict prison to an offender extortion truck driver who performed by goons. The problem in this research is to know is how and what the basis of criminal liability of judges in imposing criminal judgment against the perpetrators of extortion truckers conducted by thugs. This research was conducted using an approach through the problem of normative juridical approach and empirical jurisdiction with primary data and secondary data in which each of the data obtained from the research literature and in the field. The data analysis described in in the form of description sentences and in qualitative analysis, then for the next drawn to a conclusion. Based on the results of the study and the discussion is concluded, then the offender has fulfilled the elements of fault, i.e. the ability of responsible, inner relationship with the maker of his deeds in the form of deliberate action and meet the elements of article 368 paragraph (2) of the criminal acts of Extortion. As a result of the defendant's actions and the condition of the defendant himself forthright and regretted his actions, and has never been convicted. Judge reference to theory balance and theory approach scholarship.Judge regard demands prosecutor imprisonment 5 ( five ) years not exactly and are less a sense of justice the defendant so judges decided to make the defendant be imposed prison for 3 years and 6 ( six ) month.

  Keywords: Criminal Liability, Actors, Extortion.

I. PENDAHULUAN

  Pada hakikatnya manusia tidak luput dari suatu kesalahan, kesalahan manusia tersebut terjadi akibat kelalaian maupun faktor kesengajaan yang dilakukan oleh para manusia itu sendiri. Kesalahan yang dilakukan oleh manusia bisa terjadi dalam suatu tindak pidana kejahatan di masyarakat.Beberapa contoh kasus tindak pidana dalam masyarakat yaitu tindak pidana pencurian, tindak pidana pembunuhan, tindak pidana pemerkosaan dan tindak pidana penganiayaan. Banyaknya tindak pidana yang dilakukan oleh para pelaku dikarenakan lemah dan kurangnya pengetahuan yang dimiliki oleh pelaku sehingga dapat merugikan orang lain dan diri sendiri. Selain beberapa tindak pidana tersebut terdapat salah satu contoh tindak pidana lainnya yaitu tindak pidana pemerasan.

  Kata „pemerasan‟ dalam bahasa Indonesia berasal dari kata dasar „peras‟ yang bisa bermakna „meminta uang dan jenis lain dengan ancaman.

  pemerasan ditentukan dalam Bab XXII

  Pasal 368 KUHP tentang Tindak Pidana Pemerasan yaitu: “Barangsiapa dengan maksud untuk menguntungkan diri sendiri atau orang lain secara melawan hukum, memaksa seseorang dengan kekerasan atau ancaman kekerasan untuk memberikan sesuatu barang, yang seluruhnya atau sebagian adalah kepunyaan orang itu atau orang lain, atau supaya membuat utang atau menghapuskan piutang, diancam karena pemerasan, dengan pidana penjara paling lama sembilan tahun ”. 1 Tim Penyusun Kamus Besar Bahasa Indonesia,

  Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, Tindak pidana pemerasan sebenarnya

  terdiri dari dua macam tindak pidana, yaitu tindak pidana pemerasan (afpersing) dan tindak pidana pengancaman

  (afdreiging). Kedua macam tindak pidana

  tersebut mempunyai sifat yang sama, yaitu suatu perbuatan yangbertujuan memeras orang lain. Justru karena sifatnya yang sama itulah kedua tindak pidana ini biasanya disebut dengan nama yang sama, yaitu "pemerasan" serta diatur dalam bab yang sama. Walaupun demikian, tidak salah kiranya apabila orang menyebut, bahwa kedua tindak pidana tersebut mempunyai sebutan sendiri, yaitu "pemerasan" untuk tindak pidana yang diatur dalam Pasal 368 KUHP.

  2 Ancaman pidana penjara maksimal

  sembilan ( 9 ) tahun pada kenyataannya masih belum mampu mencegah terjadinya tindak pidana pemerasaan dan membuat pelaku tindak pidana pemerasan menjadi jera. Hal ini dapat dilihat dari contoh kasus pemerasan yang ada di dalam masyarakat, contoh kasus tersebut adalah sebagai berikut: Berdasarkan putusan No. 370/Pid.B/2013/PN.GS yang menerangkan bahwa pada hari Senin, 15 Juli 2013 sekitar pukul 05.00 wib, bertempat di Jalan Raya Lintas Sumatera. Awalnya saksi Dimas Sepriyanto bin Suyoto bersama 2 Kismadi, pemerasan pengancaman, 29 Januari

1 Tindak pidana

  2013, 20.00 WIB

  saksi Edwin berkandara menggunakan dilakukan oleh preman berdasarkan truck melintas dari arah Menggala ke putusan No. 370/Pid.B/2013/PN.GS ? Tegineneng, truk yang dikendarai kedua saksi tersebut diberhentikan oleh terdakwa

  Pembahasan Skripsi ini dilakukan dengan Ripto Anwar yang berkendara pendekatan yuridis normatif dan yuridis menggunakan sepeda motor Honda Supra empiris. Menggunakan pendekatan X 125 bersama Adon dengan cara normatif empiris karena skripsi ini memepet truck dari arah kanan lalu memfokuskan pada studi perkara sehingga saudara Adon mengacungkan jari telunjuk pendekatan atau metode yang digunakan kanan ke arah saksi Dimas Sepriyanto adalah normatif dengan menggunakan seraya mengatakan “berhenti! Berhenti dokumen-dokumen serta buku-buku kamu!”. literatur yang berhubungan dengan

  Kemudian saudara Adon meminta uang pertanggungjawaban pidana terhadap sebesar Rp 200.000.- kepada saksi Darwis pelaku pemerasan sopir truk yang Sepriyanto namun saksi Darwis Sapriyanto mengatakan kepada Adon “saya tidak ada

  PutusanNo: duit”, Lalu Adon mengatakan kepada saksi 370/Pid.B/2013/PN.GS.Sedangkan

  Darwis Sepriyanto “masa tidak ada duit” empiris dilakukan untuk mempelajari dan dijawab saksi “kalau bisa dikurangi”. hukum dalam kenyataan berupa penilaian,

  Lalu Adon memukul kepala saksi Darwis perilaku, pendapat dan sikap berkaitan Sepriyanto dan saksi Edwin menggunakan dengan pertanggungjawab pidana terhadap tangan kosong. Kemudian saksi Darwis pelaku pemerasan sopir truk yang Sepriyanto pun menyerahkan uang sebesar dilakukan oleh preman. Rp 100.000,- kepada Adon dan terdakwa mengambil 1 buah handphone cross V5

  Data yang digunakan dalam skripsi ini: dari saku baju saksi Darwis Sepriyanto

  1. Data Primer sebagai jaminan agar saksi Darwis data dari penelitian lapangan atau lokasi

  Sepriyanto menebusnya dengan tempat penelitian dilakukan. Adapun memberikan uang sebesar Rp 100.000,-. yang menjadi bahan hukum primer

  Berkaitan dengan kasus tersebut maka dalam tulisan ini adalah berupa terdakwa dijatuhkan hukuman pidana wawancara Hakim Pengadilan Negeri penjara selama 3 tahun dan 6 bulan

  3 Gunung Sugih, Jaksa Kejaksaan Negeri berdasarkan Pasal 368 Ayat (2).

  Gunung Sugih, dan Dosen Fakultas Hukum Universitas Lampung. Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka permasalahan penelitian yang

  2. Data Sekunder diangkat dalam penelitian ini adalah : data tambahan berbagai sumber

  a. Bagaimanakah pertanggungjawaban hukum yaitu buku-buku dan peraturan pidana terhadap pelaku tindak pidana perundang-undangan yang menjadi pemerasan terhadap sopir truk yang refrensi untuk skripsi ini. dilakukan oleh preman berdasarkan putusan No. 370/Pid.B/2013/PN.GS ?

  Metode pengumpulan data dalam

  b. Apakah yang menjadi dasar penelitian ini adalah studi kepustakaan, pertimbangan hakim dalam yang dilakukan melalui membaca, memutuskan perkara tindak pidana mencatat dan mengutip dari sumber- pemerasan terhadap sopir truk yang sumber baik primer maupun sekunder berhubungan dengan permasalahan, dan

  

  juga studi lapangan dilakukan dengan

   mewawancarai para pihak yang berkaitan dengan penelitan ini.

  Analisis data digunakan dengan analisis kualitatif, dengan cara mendeskripsikan dan menguraikan data dalam bentuk kalimat yang tersusun secara sistemati. Penarikan kesimpulan dilakukan dengan metode induktif, yaitu menguraikan hal- hal yang bersifat khusus sesuai dengan permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini.

  Pada dasarnya sistem pertanggungjawaban pidana adalah yang menjadi syarat utama yang harus dipenuhi untuk memidana seseorang yang melakukan perbuatan pidana. Dengan kata lain, harus dibuktikan terlebih dahulu bahwa seseorang telah melakukan suatu kesalahan, sehingga ia patut dipidanan atas kesalahannya itu.

  Terjadinya suatu tindak pidana belum tentu diikuti dengan pemidanaan. Dengan kata lain Pemidanaan baru dapat dilakukan ketika orang yang melakukan tindak pidana dapat dipertanggungjawabkan dalam hukum pidana, sehingga walaupun orang tersebut telah melakukan perbuatan sebagaimana yang telah dirumuskan dalam undang –undang sebagai tindak pidana ia tidak akan dijatuhi tindak pidana apabila 4 Chairul Huda, Dari Tiada Pidana Tanpa

  Kesalahan Menuju Tiada Pertanggungjawaban Pidana Tanpa Kesalahan, Kencana, Jakarta, 2006,

  perbuatannya tersebut tidak dapat dipertanggungjawabkan. Kasus ini diadili oleh Pengadilan Negeri Gunung Sugih dengan putusan perkara Nomor:370/Pid.B/2013/PN.GS agar pelaku tindak pidana pemerasan dapat mempertanggungjawabkan perbuatannya sesuai ketentuan hukum yang berlaku. Tindak pidana pemerasan telah diatur didalam Bab XXII Pasal 368 KUHP dan pelaku harus mempertanggungjawabkan perbuatannya karena telah melanggar ketentuan Pasal 368

  “Barangsiapa dengan atau orang lain secara melawan hukum, memaksa seseorang dengan kekerasan atau ancaman kekerasan untuk memberikan sesuatu barang, yang seluruhnya atau sebagian adalah kepunyaan orang itu atau orang lain, atau supaya membuat utang atau menghapuskan piutang, diancam karena pemerasan, dengan pidana penjara paling lama sembilan tahun

A. Pertanggungjawaban Pidana Pemerasan Terhadap Sopir Truk yang Dilakukan oleh Preman Putusan Nomor 370/Pid.B/2013/PN. GS.

  ”. Pertanggungjawaban pidana pemerasan dengan terdakwa Ripto Anwar Bin M.

  Haki diatur dan diancam hukuman dalam

  Pasal 368 Ayat (2) tentang tindak pidana pemerasan dengan ancaman hukuman paling lama 3 tahun dan 6 bulan namun didakwa ole Jaksa Penuntut Umum selama 5 tahun berupa pidana penjara. Menurut Endang Supriyadi selaku Jaksa di Kejaksaan Negeri Gunung Sugih mengatakan bahwa, pertanggungjawaban pidana pelaku yang melakukan perbuatan pidana harus didasarkan pada undang- undang dilanggarnya, dan dalam kasus ini terdakwa melanggar Pasal 368 Ayat (2) tentang Tindak Pidana Pemerasan. Jaksa mempunyai pedoman dari Kejaksaan Agung mengenai tingkatan atau panduan dalam penuntutan. Ini merupakan dasar bagi jaksa dalam membuat tuntutan pidana kepada terdakwa Ripto Anwar Bin M. Hakim sebagai pelaku tindak pidana

4 Pertanggungjawaban dalam hukum pidana ini dilandaskan pada asas hukum pidana.

  pemerasan terhadap sopir truk dengan pidana penjara selama 5 tahun.

5 Berdasarkan hasil wawancara penulis

  dengan Endang Supriyadi maka dapat dianalisis oleh penulis bahwa menurut Endang Supriyadi terdakwa telah terbukti melakukan perbuatan melawan hukum, dimana adanya unsur kesalahan dari si pelaku yaitu adalah terdakwa melakukan tindak pidana pemerasan, dimana perbuatanya tersebut telah merugikan orang lain. Menurut Firdaus Syafaat selaku Majelis Hakim pada Pengadilan Negeri Gunung Sugih menerangkan bahwa, dalam hal menjatuhkan pidan terhadap terdakwa, hakim mempunyai suatu pertimbangan dan keyakinan, akan tetapi kedua hal tersebut harus diimbangi dan tetap mengacu pada ancaman yang terdapat dalam Pasal yang didakwakan kepada terdakwa,disamping itu hakim juga harus menganut sistem yang diatur dalam undang-undang mengenai berapa lama pidana yang diterima terdakwa. Pertanggungjawaban pidana harus memiliki 2 (dua) prinsip asas, yaitu asas legalitas dan asas culpa bilitas. Asas legalitas yaitu perbuatan melawan hukum yang dilakukan oleh terdakwa sedangkan asas kulpa bilitas yaitu tidak adanya alasan pemaaf maupun adanya alasan pembenar. Pertanggungjawaban pidana pelaku pemerasaan tidak hanya dilakukan dengan cara pembuktian oleh Hakim dan KUHP yang berlaku, hakim juga harus berpatokan pada syarat pemidanaan sehingga hakim akan mengetahui benar tidaknya terdakwa melakukan tindak pidana pemerasaan sesuai dengan ketentuan yang berlaku agar terdakwa dapat mempertanggungjawabkan

  • – unsur kesalahan yang membuat terdakwa dapat dipidana sudahlah terpenuhi dengan berpatokan pada syarat pemidanaan sehingga hakim yakin akan mengetahui benar terdakwa melakukan tindak pidana tersebut. Menurut Eddy Rifai selaku Dosen Hukum Pidana Fakultas Hukum Universitas Lampung mengatakan bahwa, seseorang dikatakan bertanggung jawab atas tindak pidana yang dilakukannya apabila, terdapat atau mempunyai kesalahan dalam dirinya yang merupakan asas-asas dari pertanggungjawaban pidana. Tuntutan jaksa dalam perkara pemerasan terhadap sopir truk yang dilakukan Ripto Anwar Bin M. Haki sudah tepat karena didasarkan pada Pasal 368 Ayat (2) tentang Tindak Pidana Pemerasan. Jaksa dalam membuat dakwaan harus jelas, baik pasal yang didakwakan maupun uraian detail perbuatan pidana dan pertanggungjawaban agar hakim mudah dalam membuktikan dalam persidangan dan memberikan putusan dengan adil.

  di Kejaksaan Negeri Gunung Sugih tanggal 22 Mei

  perbuatannya. Hakim juga harus berpatokan pada syarat pemidanaan.

  6 Berdasarkan hasil wawancara penulis

  dengan Firdaus Syafaat maka dapat dianalisis oleh penulis bahwa terdakwa sudah patut untuk dikenakan pertanggungjawaban pidana karena unsur

  7 Menurut analisis penulis bahwa jika

  seseorang telah melakukan perbuatan melawan hukum maka orang tersebut harus mempertanggungjawabkan perbuatannya tersebut dan sesuai dengan kasus ini terdakwa telah melakukan tindak pidana pemerasan yang merugikan orang lain sehingga terdakwa harus mempertanggungjawabkan perbuatannya 6 Berdasarkan hasil wawancara dengan narasumber

  di Pengadilan Negeri Gunung Sugih tanggal 19 Mei 2014 Pukul 11.30 Wib 7 Berdasarkan hasil wawancara dengan narasumber di Fakultas Hukum Universiitas Lampung tanggal

5 Berdasarkan hasil wawancara dengan narasumber

  tersebut sesuai Pasal 368 Ayat (2) tentang Tindak Pidana Pemerasan.

  Hakim adalah salah satu aparat yang berwenang dalam upaya penegakan hukum terhadap pelaku tindak pidana. Pada Pasal

  2 Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman disebutkan bahwa semua peradilan diseluruh wilayah Negara Republik Indonesia adalah peradilan negara yang diatur dengan undang-undang serta menerapkan dan menegakkan hukum serta keadilan berdasarkan Pancasila dan peradilan dilakukan “Demi Keadilan Berdasarkan KeTuhanan Yang Maha Esa” juga diselenggarakan dengan sederhana, cepat, dan biaya ringan. Menurut Endang Supriyadi, jaksa harus mengkaji ulang seluruh penyidikan guna mendapatkan gambaran jelas tentang materi perkara yang dihadapi, agar penuntut umum dapat menetapkan ketentuan pidana yang paling tepat untuk diterapkan. Dalam membuat tuntutan pidana terhadap terdakwa pada kasus pemerasan memperhatikan hal-hal berupa alat bukti yang mendukung dimana ditentukan dalam Pasal 184 KUHAP, yaitu keterangan saksi, keterangan ahli, alat bukti surat, petunjuk dan keterangan terdakwa menjadi dasar jaksa dalam membuat tuntutannya.

  cukup dan memiliki kekuatan pembuktian yang kuat mempermudah jaksa dalam membuat surat tuntutan, maka dipertimbangkan pula pemeriksaan oleh jaksa adalah yang meringkan dan memberatkan terdakwa untuk menentukan tuntutan pidana terhadap terdakwa. 8 Berdasarkan hasil wawancara dengan narasumber

  di Kejaksaan Negeri Gunung Sugih tanggal 22

  Berdasarkan hasil wawancara dengan Endang Supriyadi maka dapat penulis analisis bahwa sebelum menentukan tuntutan pidana terhadap terdakwa jaksa terlebih dahulu harus mengkaji ulang seluruh penyidikan agar mendapatkan gambaran jelas tentang perkara yang tersebut. Sehingga jaksa yakin betul untuk memberikan tuntutan pidana terhadap pelaku tindak pidana dengan benar berdasarkan bukti-bukti yang ada.

B. Dasar Pertimbangan Hakim dalam Menjatuhkan Sanksi Pidana Terhadap Pelaku Jual Beli Gading Gajah Putusan Nomor: 11/Pid. Sus/2013/PN.KTA

  Menurut Firdaus Syafaat mengatakan kebebasan hakim untuk menentukan berat ringannya sanksi pidana penjara juga harus juga minimum, serta kebebasan yang dimiliki juga harus berdasarkan rasa keadilan baik terhadap terdakwa maupun masyarakat dan bertanggung jawab terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Hakim dalam menjatuhkan hukuman lebih cenderung memperhatikan tingkat kesalahan yang dilakukan oleh pelaku tindak pidana, kemudian hakim juga akan melihat hal yang berkaitan dengan keadaan psikologi pelaku tindak pidana pada saat melakukan tindak pidana. Berdasarkan hasil wawancara dengan Firdaus Syafaat maka dapat penulis analisis bahwa hakim harus memepertimbangkan hukumana pidana terhadap terdakwa harus dengan rasa keadilan baik terhadap terdakwa maupun masyarakat. Hakim dalam menjatuhkan hukuman lebih cenderung memperhatikan tingkat kesalahan yang dilakukan oleh pelaku tindak pidana, kemudian hakim juga akan melihat hal yang berkaitan dengan keadaan psikologi pelaku tindak pidana pada saat melakukan tindak pidana.

8 Alat bukti yang

  Menurut Eddy Rifai, bahwa tingkah laku terdakwa dimuka persidangan dapat dipertimbangkan sebagai hal yang memberatkan jika terdakwa bersikap

9 Terdakwa Ripto Anwar Bin M.

  arogan.

  Haki pada persidangan telah didakwa oleh jaksa penuntut umum dengan dakwaan tunggal, yaitu melanggar Pasal 368 Ayat (2) tentang Tindak Pidana Pemerasan.

  Berdasarkan hasil wawancara dengan Eddy Rifai maka dapat penulis analisis bahwa tingkah laku terdakwa dipersidangan dapat menentukan berat atau ringannya suatu hukuman pidana yang harus diterima oleh terdakwa, apabila terdakwa bersikap tidak sopan atau arogan maka hakim boleh memutuskan hukuman yang berat.

  Pertanggungjawaban pidana terhadap pelaku tindak pidana pemerasan berdasarkan putusan nomor: 370/Pid.B/2013/PN.GS merupakan hal yang harus dilaksanakan oleh terdakwa akibat perbuatan ataupun kesalahannya berdasarkan ketentuan hukum yang berlaku. Terdakwa telah memenuhi unsur-unsur kesalahan. Unsur-unsur kesalahan adalah dengan sengaja atau alpa dan tidak adanya alasan pemaaf/pembenar. Terdakwa Ripto Anwar Bin M. Haki dalam perkara ini dapat disimpulkan mampu bertanggung jawab didasarkan pada perbuatan terdakwa merupakan perbuatan melawan hukum, mampu memberikan keterangan di persidangan dalam keadaan sehat jasmani dan rohani, serta tidak adanya alasan pemaaf/alasan pembenar. Kesalahan terdakwa tidak dapat dihapuskan atau dibenarkan tetapi tetap bersifat melawan hukum dan tetap merupakan pidana karena terdakwa sehat akalnya. Terkait dalam kasus ini, terdakwa dipandang mampu bertangung jawab atas perbuatan yang 9 Berdasarkan hasil wawancara dengan narasumber

  di Universitas Lampung Fakultas Pidana 20 Mei

  dilakukannya, terdakwa memeras, merampas atau mengambil kepunyaan orang lain dengan cara melawan hukum dengan adanya kehendak yang memenuhi unsur kesalahan.

  2. Dasar pertimbangan hakim dalam menjatuhkan sanksi pidana dalam putusan No: 370/Pid.B/2013/PN.GS, terdakwa Ripto Anwar Bin M. Haki yang melakukan tindak pidana pemerasan didasarkan pada ketentuan yang terdapat dalam Pasal 183 dan

  Pasal 184 KUHAP dan pertimbangan- pertimbangan hakim yang bersifat yuridis dan pertimbangan-pertimbangan hakim bersifat non-yuridis. Selain itu hakim tidak menemukan hal-hal yang menghapuskan kesalahan terdakwa maupun hal-hal yang dapat meniadakan sifat pidana baik sebagai alasan pemaaf maupun alasan pembenar, sehingga terdakwa harus bertanggung jawab atas kesalahan tersebut dan dijatuhkan hukuman.

III. SIMPULAN A. Simpulan 1.

  B. Saran

  Saran dalam penelitian ini, hakim sebaiknya terus meningkatkan cara terbaik dalam memutuskan putusannya dengan memenuhi rasa keadilan, serta pemerintah dapat lebih memperketat penjagaan terhadap pengguna lalu lintas dan mempertegas peraturan yang sudah ada dengan sanksi yang lebih tegas untuk memberikan efek jera dan rasa takut bagi seseorang untuk melakukan tindak pidana pemerasan.

DAFTAR PUSTAKA

  Huda, Choerul, 2006, Dari Tiada Pidana

  Tanpa Kesalahan Menuju Kepada Tiada Pertanggungjawaban Pidana tanpa Kesalahan , Kencana, Jakarta Hamzah, Andi, 2011, KUHP dan KUHAP, Rineka Cipta, Jakarta

  Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman Putusan Pengadilan Negeri Gunung Sugih Nomor : 370/Pid.B/2013/PN.GS. Penyusun Kamus Besar Bahasa Indonesia. 2002. Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta

Dokumen yang terkait

ANALISIS PERTIMBANGAN HUKUM HAKIM TERHADAP TINDAK PIDANA PERKOSAAN YANG DILAKUKAN OLEH ORANG TUA KANDUNG (Studi Putusan No. 222/Pid.Sus/2014/PN. Kot)

0 0 15

THE CRIMINOLOGY REVIEW OF FIGHTING AND BEATING IN ORGAN TUNGGAL EVENT (Bandar Lampung Study) I Putu Budhi Yasa, Heni Siswanto, Diah Gustiniati M ABSTRACT - TINJAUAN KRIMINOLOGIS TERHADAP PERKELAHIAN DAN PENGEROYOKAN PADA ACARA HIBURAN ORGAN TUNGGAL (Studi

0 0 11

ANALISIS KRIMINOLOGIS TERHADAP TINDAK PIDANA KORUPSI PENYALAHGUNAAN WEWENANG DALAM JABATAN PEMERINTAHAN DI BANDAR LAMPUNG Indah Nurfitria, Maroni, Rini Fathonah email: (indahnur1204gmail.com)

0 0 12

ANALISIS PENYELENGGARAAN SISTEM PENEGAKAN HUKUM PIDANA DALAM MENGHADAPI TINDAK PIDANA PERDAGANGAN ORANG SEBAGAI KEJAHATAN LINTAS BATAS NEGARA (TRANSNASIONAL)

0 0 11

KEBIJAKAN PENGATURAN PAJAK PENGHASILAN DAN PAJAK PERTAMBAHAN NILAI TERHADAP TRANSAKSI E-COMMERCE

0 0 15

KAJIAN KRIMINOLOGIS TINDAK PIDANA PEMBUNUHAN YANG DILAKUKAN OLEH PELAKU ANAK TERHADAP ANAK

0 0 11

PENEGAKAN HUKUM TERHADAP MENARA TELEKOMUNIKASI TAK BERIZIN DI KOTA BANDAR LAMPUNG

1 0 16

PERAN KEPOLISIAN DALAM PENEGAKAN HUKUM TERHADAP PELAKU TINDAK PIDANA PEMBUNUHAN BERENCANA (Studi Kasus di Polda Metro Jaya) Desy Dwi Katrin, Diah Gustiniati, Rini Fathonah email: (desydwikatrinyahoo.co.id)

0 0 11

ANALISIS PEMIDANAAN TERHADAP PELAKU ANAK TINDAK PIDANA DENGAN SENGAJA MEMBUJUK ANAK UNTUK MELAKUKAN PERBUATAN KESUSILAAN ( Studi Putusan: No.202Pid.Sus2012PN.KTA ) Yogi Arsandi, Erna Dewi, Diah Gustiniati M. Program Studi Ilmu Hukum, Fakultas Hukum Univer

0 0 11

PERAN KEPALA KANTOR WILAYAH KEMENTERIAN HUKUM DAN HAM PROVINSI LAMPUNG DALAM PEMBERIAN PEMBEBASAN BERSYARAT TERHADAP NARAPIDANA DI LAPAS WANITA KELAS II A BANDAR LAMPUNG

0 0 16