Karena sesungguhnya Rupiah yang diciptak

Perjalanan Sejarah Rupiah
Persiapkan diri anda.... karena disini
anda akan melihat sesuatu yang
selama ini tampak dimata anda namun
tidak seperti sebenarnya....
Semoga setelah anda memahami
pembahasan tentang Rupiah ini,
penampakan yang sebenarnya menjadi
benar2 tampak dimata anda....
Karena sesungguhnya, Rupiah yang
diciptakan dari sistem riba uang
hutang ini adalah FRAUD & SCAM
TERBESAR SEPANJANG SEJARAH
INDONESIA....
Sebagaimana
kita
tahu
bahwa
Indonesia
memproklamasikan
kemerdekaannya pada 17 Agustus

1945.
Namun
sebenarnya,
kemerdekaan Indonesia ini adalah
awal dari perjuangan Rakyat Indonesia terhadap penjajahan/perbudakan modern
yang akhirnya kalah dengan berdirinya Bank Sentral pada tahun 1968.
Sejak saat itu, jika Pemerintah membutuhkan Rupiah, maka harus berhutang
kepada BI. Padahal sebelumnya Rupiah yang dicetak BI diberikan secara gratis
kepada Pemerintah..., sehingga tidak ada hutang nasional untuk dibebankan
kepada Rakyat.... Namun semenjak UU 13/1968 berlaku, maka Rakyat Indonesia
pasti akan dibebani dengan hutang nasional yang terus meningkat jumlahnya...
Jangan harap untuk lunas, apalagi berkurang...!!! Hal itu tidak mungkin terjadi
dalam sistem keuangan yang sekarang ini...!!!
UU 13/1968 itu sebenarnya merupakan UU yang melegalkan penjajahan/
perbudakan modern di Indonesia ini... Berdasarkan UU 13/1968 serta seluruh UU
turunannya, sistem riba uang hutang perbankan secara legal melakukan
perampokan massal secara sistematis terhadap kita semua hingga hari ini...
Melalui sistem uang hutang inilah kekayaan rakyat ditransfer ke pemerintah dan
sektor perbankan setiap saat tanpa henti, tanpa kita sadari...


Masih ingat dengan kutipan berikut ini....
">“Dengan cara seperti ini, Pemerintah bisa secara diam2 dan tak terlihat
merampas kekayaan Rakyat, dan tak seorangpun dari sejuta yang akan
mengetahui pencurian tersebut.” ( John Maynard Keynes )
Ya... melalui sistem riba uang hutang itulah selama ini kekayaan Rakyat dirampas
& dicuri oleh para penguasa perbudakan modern, dan tidak banyak Rakyat yang
menyadarinya....
Sekaranglah saatnya bagi anda untuk memahami sistem yang selama ini telah
merampas, mencuri, & merampok kekayaan kita secara masal tanpa kita sadari....
OK... Karena salah kaprah yang terjadi selama ini, maka disini saya akan
menyebut “mata uang” cukup dengan istilah “uang”, untuk mempermudah
pembahasan kita tentang Rupiah... :-)
Dengan berdirinya BI sebagai Bank Sentral dengan sistem riba uang hutangnya,
maka sejak saat itu sebenarnya Pemerintahan Indonesia merupakan
PEMERINTAHAN : DARI, OLEH, & UNTUK BANKIR...!!!
Mari, kita mulai...
Di
Indonesia
kekuasaan yang
kendali, yaitu...


ada
dua
memegang

1. Pemerintah, sebagai otoritas
yang memegang kekuasaan
Pemerintahan serta membuat
aturan & UU.
2. Bank Indonesia, sebagai
Bank Sentral yang memegang
otoritas moneter. Satu2nya
bagian dari Indonesia yang
mempunyai
hak
untuk
mencetak Rupiah. Satu2nya
sumber uang yang ada di
Indonesia.


Sebenarnya kedudukan Bank Indonesia lebih tinggi dari pada Pemerintah. Karena
jika membutuhkan uang, maka Pemerintah harus berhutang kepada Bank
Indonesia. Sehingga kebijakan Pemerintah sebenarnya bergantung kepada
kebijakan BI....
Di dunia perbankan, dalam hubungannya dengan penciptaan uang, ada 2 jenis
Bank, yaitu...
1. Bank Sentral
Satu2nya Bank yang mempunyai hak istimewa untuk mencetak Rupiah
dalam bentuk kertas & koin.
2. Bank Sirkulasi/ Bank komersial/ Bank umum.
Bank yang berada di bawah jaringan Bank Sentral & bertugas
mensirkulasikan Rupiah kertas dari Bank Sentral.
Meskipun tidak punya hak istimewa untuk mencetak uang kertas, namun
Bank sirkulasi mempunyai hak istimewa untuk menciptakan Rupiah
digital menggunakan rumusan fractional reserve Banking... Akan kita
bahas nanti... :-)
Sebagaimana telah anda ketahui, bahwa sistem keuangan global saat ini
menggunakan sistem uang = hutang. Maka, Bank hanya akan menciptakan uang
baru saat ada yang berhutang kepadanya.
Bank Sentral akan menciptakan uang kertas baru ke peredaran jika

Pemerintah berhutang kepadanya, dan Bank sirkulasi akan menciptakan uang
digital baru jika ada Masyarakat yang berhutang kepadanya...
Jangan bingung dengan pernyataan di atas... :-)
Mari kita pahami secara bertahap...
Sekarang perhatikan skema sederhana berikut ini...!!!
perhatikan 2 point penting berikut ini...

Namun sebelumnya,

a. Bank Indonesia, sebagai Bank Sentral adalah satu2nya sumber Rupiah.
Hanya BI lah yang mencetak uang kertas. Dan setiap Rupiah yang
keluar dari BI adalah hutang, jadi harus dikembalikan ke BI + bunga.
b. Bayangkan belum ada Rupiah dalam peredaran sama sekali...
Sudah bisa membayangkannya... :-)
Ok, sekarang perhatikan skema sederhana berikut ini...

Keterangan...
1.

Pemerintah menerbitkan SUN (Surat

memberikannya kepada Bank Sentral

Utang

Negara)

lalu

Apakah SUN itu...?
SUN adalah surat pernyataan utang dari Pemerintah. Hanyalah
lembaran kertas yang bertuliskan sejumlah angka. Dan disitu kira2
tertulis...

Yang perlu anda pahami adalah bahwa SUN merupakan hutang nasional
kita. Hutang ini nantinya akan dibayar oleh seluruh Rakyat. Ya... akan
dibayar oleh anda dan saya serta keturunan kita dengan pajak selama
beberapa tahun kedepan.

2. Setelah Bank Sentral menerima SUN dari Pemerintah, lalu ngeprint
sejumlah Rupiah yang dibutuhkan & menghutangkannya kepada

Pemerintah
Ingat, sebelum langkah ke 2 ini, belum ada Rupiah sama sekali dalam
peredaran...
Lalu Bank Sentral ngeprint sejumlah Rupiah yang
dibutuhkan dan memberikannya dalam bentuk hutang kepada
Pemerintah.
Apakah Rupiah itu...?
Rupiah bukanlah apa2... Rupiah hanyalah kertas yang bergambar
pahlawan & bertuliskan sejumlah angka yang diprint oleh Bank Sentral.
Kertas Rupiah inipun tidak punya nilai lebih dari selembar kertas...
Sama dengan kertas SUN...
Jadi sebenarnya, Pemerintah dan Bank Sentral saling tukar menukar
kertas yang bertuliskan angka.... :-)
Namun Pemerintah, membuat aturan dan menetapkan bahwa kertas
Rupiah yang diprint oleh Bank Sentral adalah alat pembayaran yang
syah di Indonesia, dan Rakyat harus menerimanya atau akan berurusan
dengan “pengadilan yang tidak adil”.... :-)
Kertas Rupiah inilah yang disebut dengan FIAT MONEY....
Ya... RUPIAH adalah FIAT MONEY, yaitu sesuatu yang ditetapkan dan
dipaksakan sebagai “uang” oleh Pemerintah kepada Rakyat Indonesia....

Pada langkah kedua inilah terletak keajaiban sistem uang hutang...
Jika dalam sistem keuangan standar emas, uang hanya akan tercipta
dari emas. Jika bank punya emas, baru bisa muncul uang kertas...
Namun dalam sistem uang hutang..., Ada HUTANG, maka bisa muncul
UANG...
Ya... hanya dengan pernyataan utang dari Pemerintah, maka akan
tercipta uang dari ketiadaan... Bank akan ngeprint sejumlah Rupiah
yang dihutang oleh pemerintah....
Dengan kata lain, uang diciptakan dari hutang....
Sebenarnya ini adalah suatu paradoks, dimana uang yang merupakan
“nilai/value” bisa
diciptakan
dari hutang yang
merupakan
“kewajiban/liability”...

Jadi, dalam sitem uang hutang, memang benar2 UANG = HUTANG....
Maka setelah Pemerintah menerima kertas Rupiah tersebut... CLING...
:-)
Ajaib... Muncullah sejumlah uang ke peredaran....

Kertas Rupiah baru tersebut menjadi alat pembayaran yang syah di
Indonesia, dan dapat digunakan untuk membayar dan membeli segala
sesuatu yang diinginkan Pemerintah.... Luar biasa... !!!
Tapi ingat, saat itu juga muncul hutang nasional yang sama jumlahnya
dengan Rupiah baru tersebut + bunga....
3. Pemerintah membelanjakan Rupiah baru tersebut ke peredaran
Lalu Pemerintah menggunakan Rupiah baru tersebut untuk biaya
operasional Pemerintahan, membiayai berbagai proyek pembangunan,
membiayai berbagai program sosial, pendidikan, kesehatan, sarana
prasarana hankam (perlengkapan militer, termasuk perang), dll....
4. Rakyat menerima bayaran Rupiah
Rakyat dengan berbagai macam profesinya menerima bayaran Rupiah
yang berasal dari pembelanjaan Pemerintah tersebut. Mulai dari
pegawai Pemerintahan, kontraktor, pekerja, tentara, polisi, dll.....
5. Rakyat membayar pajak
Ironis..., setelah Rakyat menerima Rupiah atas jerih payah & pekerjaan
yang mereka lakukan, maka Pemerintah akan memotongnya dengan
PPh....
Selain itu, berbagai kekayaan yang dimiliki ataupun barang yang dibeli
oleh Rakyat juga akan dikenai berbagai macam pajak, seperti PPN,

PBB, DLL....
6. Pemerintah membelanjakan pajak yang telah dikumpulkan
Pemerintah membagi pajak tersebut menjadi 2 bagian, yaitu...
a. Sebagian digunakan untuk mencicil pembayaran utang + bunga
kepada Bank Sentral
b. Sebagian dibelanjakan lagi ke sektor publik yang ada pada langkah 3.

Timbul pertanyaan.....!!???
Pada langkah ke 6, sebagian Rupiah yang sudah ada dalam peredaran
digunakan untuk membayar hutang. Maka jumlah uang dalam peredaran pasti
berkurang... dan lama kelamaan pasti akan habis untuk membayar hutang
kepada Bank Sentral.... ???
Sekarang perhatikan...
Pada contoh diatas, sebelumnya belum ada Rupiah sama sekali di
Masyarakat. Lalu Pemerintah berhutang 1 milyar Rupiah yang akan dibayar
dalam 10 tahun plus bunga. Maka di peredaran hanya ada Rupiah sebanyak 1
milyar kan... yaitu Rupiah yang dipinjam Pemerintah dari Bank Sentral...
Ok... Katakanlah setiap tahun cicilan hutang Pemerintah adalah 100juta
Rupiah, maka dalam 10 tahun hutang pokok tersebut akan lunas. Dan ini
berarti tiap tahun jumlah Rupiah dalam peredaran berkurang 100juta kan...

Jadi, pada tahun kedua, Rupiah yang ada dalam peredaran tinggal
900juta, karena yang 100juta sudah digunakan untuk membayar cicilan
pertama. Dan pada tahun ketiga tinggal 800juta, dst.... hingga akhirnya habis
pada tahun ke 10...
Saat Rupiah yang ada di peredaran sudah habis, Pemerintah baru bisa
membayar hutang total senilai 1 milyar Rupiah, dan itu baru hutang pokok,
sedang bunga belum terbayar.....
Lantas darimanakah Pemerintah mendapatkan Rupiah untuk membayar
bunga tersebut, padahal sudah tidak ada Rupiah lagi di peredaran...??? Dan
mengapa pada kenyataannya selama ini juga tetap ada Rupiah di
peredaran....???
Jawabnya adalah... Pemerintah harus berhutang lagi kepada Bank
Sentral...!!!
Karena ada bunga yang harus dibayar dari setiap Rupiah yang ada
dalam peredaran, maka jumlah hutang pasti selalu lebih besar daripada
jumlah Rupiah yang ada dalam peredaran... Sehingga, agar tetap ada
Rupiah dalam peredaran namun juga bisa membayar hutang + bunga yang
lalu, maka Pemerintah harus berhutang lebih banyak lagi di tahun
berikutnya....

Menutup hutang lama dengan hutang baru yang lebih besar..., lalu
menutup hutang baru yang lebih besar tersebut dengan hutang yang lebih
baru & lebih besar lagi..., begitu seterusnya...
Jadi, selalu lebih besar
pengeluaran daripada pemasukan negara... Hal ini biasa kita dengar dengan
istilah “defisit spending/ defisit anggaran”...
Inilah tujuan dari sistem uang hutang, yaitu HUTANG ABADI YANG
TERUS BERTAMBAH JUMLAHNYA....
Gali lobang baru, untuk menutup lobang yang lama... Dan karena ada
bunga yang harus dibayar, maka lama kelamaan lobang yang digali harus
semakin dalam.... Jadi, bisa dikatakan bahwa yang dilakukan Pemerintah
adalah menutup defisit spending dengan cara melakukan defisit spending
yang lebih besar lagi setiap tahunnya.... :-)
Ya... agar bisa membayar hutang + bunga yang lalu, dan tetap ada
Rupiah dalam peredaran, maka hutang nasional harus semakin bertambah
tiap tahun.... Hutang yang dibebankan kepada Rakyat harus semakin
besar agar sistem keuangan tidak runtuh...
Dan karena hutang nasional semakin besar, maka cicilan hutang pun juga
semakin besar.... Sehingga porsi APBN yang digunakan untuk membayar
cicilan hutang pokok + bunga akan semakin besar pula... Dan agar tetap bisa
membayar cicilan hutang pokok + bunga yang semakin besar, maka Pemerintah
pasti akan melakukan “penghematan” dengan cara mengurangi anggaran
belanja publik dalam APBN nya... Seperti mengurangi subsidi pendidikan,
kesehatan, BBM, dll.... Apakah anda sudah merasakannya.... ??? :-)
Sekarang... Perhatikan ilustrasi yang tidak lazim berikut ini.... :-)
1. Jika Pemerintah meminjam Rupiah pertama ke peredaran, dan itu adalah
satu2nya Rupiah yang ada di Indonesia...
Perhatikan gambar dibawah ini... :-)

2. Namun Pemerintah harus membayarnya kembali + bunga...

3. Lalu dari manakah Pemerintah akan mendapatkan Rupiah yang kedua
untuk membayar bunga tersebut...?
Jawabannya adalah..., Pemerintah harus meminjam Rupiah kedua untuk
membayar bunga tersebut. Namun tentu saja, juga ada bunga yang
harus dibayar pada Rupiah kedua yang dipinjam tersebut...
Sehingga sekarang ada 2 Rupiah dalam peredaran, tapi Pemerintah
berhutang 4 Rupiah....

Lalu... ada 3 Rupiah dalam peredaran, tapi Pemerintah berhutang 6
Rupiah...

Dst.......

4. Hasilnya, tentu saja sampai kapanpun tetap tidak akan pernah ada cukup
Rupiah dalam peredaran untuk membayar hutang + bunga... Karena
selalu ada bunga yang harus dibayar dari setiap Rupiah yang ada di
peredaran...
Setiap Rupiah yang dihutangkan ke Pemerintah harus dikembalikan +
bunga.... Jadi jumlah hutang harus semakin besar agar Pemerintah bisa
membayar hutang pokok + bunganya, dan tetap ada Rupiah dalam
peredaran...
Jadi pada dasarnya, sistem keuangan seperti ini adalah sistem yang mustahil...
Karena kemampuan Pemerintah untuk membayar hutang terbatas... Jika jumlah
hutang harus terus bertambah tiap tahunnya, maka suatu saat pasti akan benar2
jauh lebih besar pasak daripada tiang..., sehingga suatu saat seluruh pendapatan
negara pun kurang untuk membayar cicilan hutang + bunga....
Sistem uang hutang pasti akan runtuh dengan sendirinya suatu saat nanti...!!!
Nah..., apa yang akan terjadi jika Pemerintah berhenti berhutang untuk
menghentikan defisit anggaran...?
Apakah pembayaran cicilan hutang + bunga dari SUN juga akan berhenti...???
Tentu saja tidak...!!! Ada cicilan yang harus dibayar setiap bulannya atas hutang
pokok + bunga dari setiap Rupiah yang ada di peredaran saat ini... dan
pembayaran cicilan ini tidak pernah berhenti...!!!
Jika Pemerintah berhenti berhutang, maka tidak ada Rupiah baru dalam
peredaran untuk menggantikan Rupiah lama yang sudah digunakan untuk
membayar hutang + bunga... Rupiah akan lenyap semua dari peredaran...
Saat Pemerintah membayar cicilan hutang + bunga kepada Bank Sentral, maka
Rupiah yang digunakan untuk membayar cicilan tersebut masuk ke Bank Sentral
lagi dan menghilangkan hutang dari pembukuan. Namun sebaliknya, hilangnya
hutang tersebut juga mengakibatkan hilangnya Rupiah dari peredaran, karena
Rupiah sudah pulang lagi ke Bank Sentral...
Jadi, disini Rupiah dan hutang adalah seperti materi & anti materi, saling
melenyapkan satu sama lain...
Jika Pemerintah hanya membayar hutang, tanpa berhutang lagi, maka seluruh
Rupiah yang ada dalam peredaran akan lenyap. Jika jumlah hutang tidak

meningkat setiap tahunnya, maka sistem keuangan akan hancur karena sudah
tidak ada lagi uang dalam peredaran....
Berikut gambaran jika Pemerintah tidak berhutang lagi, dan hanya membayar
hutang saja....

Mungkin anda pernah mendengar para politisi mengatakan bahwa akan melunasi
hutang nasional dan tidak akan melakukan defisit anggaran lagi. Hal itu tidaklah
mungkin dalam sistem keuangan yang saat ini... Karena, agar sistem uang hutang
terus berjalan, maka jumlah hutang harus selalu meningkat setiap tahunnya....
Apakah anda paham atau bingung dengan ilustrasi yang tidak lazim diatas... ???
:-)
Sekarang perhatikan....
Pernyataan I
Jika Bank Sentral adalah benar2 milik Pemerintah/Negara, lantas mengapa
Rupiah yang dicetaknya harus diberikan dalam bentuk hutang + bunga kepada
Pemerintah... ???
Yang pada gilirannya hal tersebut membuat Pemerintah kerepotan dalam
mengatur APBN nya, karena harus mengalokasikan sebagian pendapatan pajak
untuk membayar hutang kepada Bank Sentral. Bahkan porsi untuk membayar
hutang akan terus meningkat tiap tahunnya, sehingga semakin mengurangi belanja
publik & semakin menyengsarakan Rakyatnya...?

Dan juga kemanakah profit yang didapat oleh Bank Sentral selama ini...? Dan
jika profit tersebut hanyalah kertas Rupiah, Bank Sentral kan bisa ngeprint
sebanyak yang dia mau...??? Dan jika profit yang diperoleh Bank Sentral
akhirnya diberikan kepada pemerintah lagi, lalu untuk apa Bank Sentral
menghutangkan Rupiah yang dicetaknya kemudian menyuruh Pemerintah
membayarnya + bunga...???
Dan jika kita perhatikan, maka sebenarnya bukan Pemerintahlah yang
membayar hutang kepada Bank Sentral. Akan tetapi, Rakyatlah yang
membayar hutang kepada Bank Sentral lewat pajak yang dipungut oleh
Pemerintah...
Pemerintah hanyalah perantara untuk melegalkan sistem
uang hutang dan menarik pembayaran hutang pokok + bunga dari Rakyat....
Pernyataan II
Jika Bank Sentral adalah benar2 milik Pemerintah & Rakyat, seharusnya
menggunakan “sistem uang negara/ sistem uang gratis”, dimana Bank Sentral
mencetak sejumlah Rupiah yang diperlukan, lalu memberikannya secara gratis
kepada Pemerintah... Bukan “sistem uang hutang”... !!! Bukan dalam bentuk
hutang...!!!
Jadi Rupiah tersebut dapat beredar secara permanen di Masyarakat, karena
tidak harus dikembalikan kepada Bank Sentral. Maka dalam skema sederhana di
atas, tanda panah (6a) akan hilang, karena tidak ada hutang + bunga yang harus
dibayar. Dan yang diberikan oleh Pemerintah kepada Bank Sentral adalah SPMR
(Surat Perintah Mencetak Rupiah), bukan SUN (Surat Utang Negara).... :-)
Pemerintah ga perlu repot2 mikir utang kepada Bank Sentral, dan pendapatan
pajak pun murni sepenuhnya untuk operasional Pemerintahan dan belanja publik
guna mensejahterakan Rakyatnya.... Sehingga, dengan “sistem uang negara”
seperti ini; maka sekolah, rumah sakit, dan program sosial yang lain pun bisa
murah, bahkan gratis, karena disubsidi sepenuhnya dari pendapatan pajak
negara.... Enak tow.... :-)
Tapi mengapa selama ini Bank Sentral selalu menghutangkannya kepada
Pemerintah...???
Inilah sistem perbudakan modern...!!! Seluruh Rakyat, melalui Pemerintahnya
akan terikat kontrak hutang yang abadi kepada Bankir.... Bukan hanya sekedar
abadi, namun hutang tersebut juga harus terus bertambah....

Apakah anda sudah mengerti bahwa sebenarnya Rupiah yang diciptakan
berdasarkan sistem uang hutang ini adalah DARI, OLEH, & UNTUK
BANKIR...???
Lanjut....
SUN, biasa juga disebut sebagai SBN (Surat Berharga Negara), mungkin agar
Masyarakat tidak mengetahui kalau itu sebenarnya adalah pernyataan utang yang
harus dibayar oleh Rakyat lewat pajak, makanya disebut surat berharga..... :-)
SUN mereka bagi menjadi 2 jenis, yaitu....
1. SPN (Surat Perbendaharaan Negara), masa pembayaran 12 bulan atau kurang.
Di beberapa negara, SPN disebut dengan nama T-Bills (Treasurry Bills)
2. ON (Obligasi Negara), masa pembayaran 1 – 10 tahun
Sekarang, mari kita lihat rangkuman data JUB (Jumlah Uang Beredar) & SUN
dari BPPS, Kementerian Perdagangan, & DJPU berikut ini....

Keterangan...
Currency Money

Demand Money
Quasi Money

: Rupiah fisik, Rupiah dalam bentuk kertas yang ada
dalam peredaran. Biasa juga disebut “Base Money/ Uang
Primer”.
: Rupiah digital, Rupiah dalam bentuk simpanan yang
dapat diambil sewaktu waktu
: Rupiah digital, Rupiah dalam bentuk simpanan
berjangka & surat berharga bukan saham

M1
M2
Currency vs M2
SUN

: Jumlah uang beredar sempit = currency + demand
money
: Jumlah uang beredar luas = M1 + quasi money
: Perbandingan antara Rupiah kertas dengan Rupiah
digital.
: Surat Utang Negara (tahun „96, „97 data SUN tidak
ada)

Perhatikan Grafik SUN berikut ini...

Naik atau turunkah trend utang negara tersebut...???
Ya... naik.... bahkan trend kenaikannya pun cenderung eksponensial, bukan linear
lagi lho.... Mantabs... :-)
Mungkin muncul pertanyaan dalam benak anda, mengapa pada tahun 98/99 jumlah
utang negara naik drastis dari 100 triliun menjadi 502 triliun....???
Silahkan lanjutkan membaca, nanti anda akan mengetahui jawabannya....
saya yakin, jawaban tersebut pasti akan mengagetkan anda.... :-)

Dan

OK... sebelum menjawab pertanyaan itu, mari kita pahami proses penciptaan uang
digital oleh perbankan modern melalui fractional reserve banking berikut ini....
JUAL BELI RUPIAH DIGITAL...!!!
Saat anda menabung/ menyimpan uang anda ke Bank, maka sebenarnya saat itu
juga anda membeli/ menukar Rupiah kertas anda dengan Rupiah digital.

Perhatikan contoh yang lagi2 tidak lazim berikut ini.... :-)
Misal, anda menabung 1 juta Rupiah di Bank, maka hal itu sama dengan anda
membeli Rupiah digital sebesar 1 juta di Bank tersebut. Maka Bank akan
mengetik Rupiah digital tersebut untuk anda dan memprintnya di buku tabungan
anda.
Anda bisa melihat 1 juta Rupiah digital anda di mesin ATM ataupun lewat
internet Banking. Meskipun Rupiah digital ini tidak mempunyai bentuk fisik dan
berbeda dengan Rupiah kertas, namun pada dasarnya sama dengan Rupiah kertas.
Anda tetap bisa membeli sesuatu atau membayar tagihan & hutang dengan Rupiah
digital tersebut. Pernahkan anda membayar sesuatu melalui transfer dari ATM
atau internet banking...? Ya..., anda hanya membayar dengan angka digital kan....
Dan jika anda ingin menukar Rupiah digital anda menjadi Rupiah kertas lagi, anda
hanya perlu ke ATM atau teller Bank tersebut untuk menukarnya. Maka Bank
akan memberikan Rupiah kertas kepada anda, lalu menghapus Rupiah digital anda
dari peredaran dengan cara menyeimbangkan pembukuannya.
Ok... Setelah Rupiah kertas anda diterima oleh Bank, maka Bank secara legal
boleh menghutangkan Rupiah kertas tersebut kepada orang lain. Berdasarkan
rumusan fractional reserve 1 : 9, maka Bank cukup menyimpan 10% dari Rupiah
kertas anda sebagai “cadangan wajib” jika sewaktu waktu anda ingin menukar
Rupiah digital anda dengan Rupiah kertas lagi... Menukar Rupiah digital menjadi
Rupiah kertas, selama ini dipahami Masyarakat sebagai mengambil tabungannya
dari Bank.
Selebihnya yang 90% disebut “kelebihan cadangan”,
menghutangkan yang 90% ini kepada orang lain....

lalu

Bank

akan

Jadi, jika tabungan anda 1 juta, maka Bank hanya menyimpan 100 ribu Rupiah
kertas untuk anda & menghutangkan yang 900 ribu kepada orang lain...
Lantas bagaimana jika anda ingin menukarkan kembali seluruh Rupiah digital
anda, kan hanya disediakan 10% Rupiah kertas untuk anda....?
Jangan khawatir, Bank memiliki banyak nasabah seperti anda... Jika anda ingin
menukar seluruh Rupiah digital anda ke Rupiah kertas lagi, maka Bank akan
memberikan Rupiah kertas kepada anda dari 10% nasabah2 lain yang belum
diambilnya.... Beres tow, seperti inilah cara kerja piramida keuangan... :-)

Ok.... Setelah 900 ribu itu dipinjam oleh orang lain, maka sekarang di peredaran
ada 1.900.000 Rupiah. Karena anda memiliki 1 juta dan si peminjam memiliki 900
ribu...
Tentu saja seseorang meminjam uang ke Bank pasti ingin membeli sesuatu,
katakanlah motor. Lalu setelah 900 ribu tersebut digunakan untuk membeli
motor, maka oleh si penjual motor, uang tersebut dimasukkan ke Bank lagi.
Meskipun Bank penjual motor ini berbeda dengan Bank anda, pada dasarnya tetap
sama saja, karena seluruh Bank bekerja sebagai satu kesatuan dibawah jaringan
Bank Sentral.
Setelah 900 ribu tersebut masuk Bank lagi, berdasarkan fractional reserve
maka yang 90% akan dihutangkan lagi, yaitu sebesar 810 ribu. Lalu setelah 810
ribu tersebut masuk ke Bank lagi, maka akan di hutangkan lagi sebesar 729
ribu.... Masuk lagi, dihutangkan lagi... Masuk lagi, dihutangkan lagi... Dst.....
Sehingga hanya berdasarkan Rupiah kertas sebesar 1 juta, secara teoritis Bank
bisa menciptakan Rupiah digital total senilai 10 juta... Wow.....
Oleh karena itulah, Rupiah kertas yang dicetak oleh BI biasa disebut sebagai
“Base Money/Uang Primer”... Karena Rupiah kertas inilah yang digunakan sebagai
dasar oleh Bank2 di bawah jaringan Bank Indonesia untuk menciptakan Rupiah
digital menggunakan prinsip fractional reserve banking....
Jadi berdasarkan contoh yang tidak lazim tersebut, dapat kita ketahui bahwa
ternyata seluruh Rupiah yang ada di Indonesia ini bukanlah apa2.... Nggak
sesuatu banget gitu loh.... Hanyalah sekumpulan angka kertas yang diprint oleh
BI dan angka digital yang diketik oleh perbankan....
Dapat kita ketahui, berdasarkan “base money” & “fractional reserve banking”
tersebut, Rupiah yang ada dalam peredaran, sebagian di print dan sebagian besar
lagi diketik dan hanya ada dalam komputer perbankan.... Nah lho.....
Dan ternyata memang benar.... dari tabel data JUB di atas pun dapat kita lihat,
bahwa dari tahun ke tahun jumlah Rupiah digital selalu jauh lebih besar daripada
Rupiah kertas.... Jika di rata2 dari tahun 1996 – 2013, maka dalam peredaran,
jumlah Rupiah kertas hanya 9,82%. Sisanya 90,18% hanyalah angka digital yang
ada dalam komputer perbankan....
Mantap tow....

Masyarakat harus bekerja keras membanting tulang untuk mendapatkan angka
Rupiah dari peredaran, demi memenuhi kebutuhan hidupnya.... Sedang Bankir,
tinggal print & ketik jadilah Rupiah untuk dihutangkan kepada Masyarakat.....
Jadi, selama ini hanya ada sekitar 10% uang kertas Rupiah... Dan itu berarti
selama ini pula, sebagian besar uang yang dimiliki oleh Masyarakat hanyalah
angka digital yang ada di komputer perbankan.... Akan tetapi, selama ini
Masyarakat tidak mengetahuinya & tidak diberi tahu....!!!
Dan pernahkah timbul pertanyaan dalam benak anda, “bagaimana jika website
perbankan bobol dihack orang...?” :-)

Timbul pertanyaan lagi....!!???
Lalu bagaimana jika sebagian besar Masyarakat menarik dana mereka dari Bank
secara bersamaan... ??? Ya..., bagaimana jika Masyarakat menukarkan Rupiah
digitalnya menjadi Rupiah kertas secara bersamaan... ???
Jika Masyarakat menukarkan Rupiah digitalnya menjadi Rupiah kertas secara
bersamaan maka Bank akan kelabakan, karena tidak ada cukup Rupiah kertas,
inilah yang biasa disebut dengan “Rush”.... Dan hal ini akan terjadi jika
Masyarakat mengalami kepanikan, sehingga merasa dananya tidak aman di Bank,
lalu mereka mengambil dananya dari Bank secara bersamaan....
Masih ingat, waktu terjadi krisis moneter tahun 98...?
Ya... waktu itu Masyarakat Indonesia mengalami kepanikan dan menarik dana
mereka dari Bank secara bersamaan. Penarikan dana secara bersamaan tersebut
menyebabkan Bank mengalami kegagalan untuk mengembalikan dana nasabahnya,
yang biasa mereka sebut sebagai “kekurangan likuiditas” alias kekurangan Rupiah
kertas..., lalu colapse alias SCAM....
Perhatikan Grafik Demand Money vs Currency Money berikut ini...

Bisa anda lihat dari grafik diatas, demand money (Rupiah digital, dalam bentuk
tabungan yang bisa diambil setiap saat) selalu lebih besar daripada currency
money (Rupiah kertas). Sehingga jika seluruh nasabah mengambil dananya secara
bersamaan pasti Bank akan “kekurangan likuiditas”... Dan ini baru demand money
lho...., apalagi jika Masyarakat juga menarik quasi money (Rupiah digital, dalam
bentuk deposito berjangka)... Jumlah deposito berjangka jauh lebih besar
daripada tabungan lho... silahkan lihat pada tabel JUB diatas...
Jika Masyarakat menarik dananya dari Bank secara bersamaan... Maka seluruh
Rupiah kertas yang ada di Indonesia, baru bisa memenuhi sekitar 10%
permintaan Masyarakat..... Yang 90%, jangan berharap lagi... ?#@%!!
Namun, sebagaimana kita ketahui, bahwa selama ini dikatakan bahwa dana
nasabah yang disimpan di Bank tetap aman, karena dijamin oleh Pemerintah.
Jaminan seperti apakah itu....???
Sekarang mari kita perhatikan...!!!
Saat terjadi rush, seluruh Rupiah kertas yang ada di Indonesia baru bisa
memenuhi sekitar 10%..., Lantas darimana Pemerintah mendapatkan Rupiah
kertas untuk memenuhi yang 90%... Darimanakah Pemerintah mendapatkan
Rupiah kertas sebanyak itu untuk menjamin dana masyarakat...???
Disinilah Pemerintah berperan sebagai “My Hero” dalam sistem uang hutang.
Selama ini dikatakan bahwa, jika terjadi kekacauan moneter, maka
Pemerintah akan menjamin & menyelamatkan dana Masyarakat... Namun
sebenarnya yang terjadi adalah Pemerintah akan menyelamatkan sistem riba
uang hutang perbankan dari kehancuran dengan membebankan hutang lebih
banyak kepada Rakyat....
Kok bisa...????

Ok... pahami point penting berikut ini....
“Dalam sistem uang hutang, hanya BI selaku Bank Sentral lah yang mempunyai
hak istimewa untuk mencetak Rupiah di Indonesia. Dan setiap Rupiah yang keluar
dari BI adalah hutang yang harus dibayar + bunga... BI tidak akan mencetak
Rupiah kertas lalu diberikan begitu saja secara gratis kepada Pemerintah”...
Jadi, sebagai “My Hero” Pemerintah harus berhutang kepada BI untuk
mendapatkan Rupiah kertas yang digunakan untuk memenuhi permintaan
Masyarakat yang 90% tersebut... Ingat, hutang Pemerintah adalah hutang
nasional yang pada gilirannya harus dibayar oleh Rakyat lewat pajak selama
beberapa tahun kedepan...!!!
Ya..., Pemerintah akan menyelamatkan sistem riba uang hutang perbankan
dengan cara membebankan hutang lebih banyak kepada Masyarakat...!!!
Untuk menyelamatkan sistem riba uang hutang perbankan saat terjadi krismon
98, Pemerintah menerbitkan SUN. Ya..., Pemerintah berhutang kepada BI total
senilai Rp. 218,32 triliun untuk BLBI dan penjaminan serta Rp. 422,6 triliun
untuk rekapitalisasi perbankan. Sehingga benarlah grafik SUN diatas... hutang
nasional tiba2 melonjak drastis setelah terjadi rush... dan terus menanjak agar
bisa membayar hutang + bunga yang sebelumnya dan tetap ada Rupiah dalam
peredaran...
Jika anda ingin mengetahui rangkuman SUN tersebut secara lengkap, silahkan
lihat DISINI.
Sekarang perhatikan....
Sistem perbankan di bawah jaringan BI sebagai Bank Sentral mengalami rush,
kekurangan likuiditas, scam, atau apalah istilahnya.... yang jelas mengalami
kekurangan Rupiah kertas dan tidak mempunyai Rupiah kertas lagi untuk
diberikan kepada masyarakat yang menarik dananya dari Bank secara
bersamaan.....
Namun, tiba2 BI bisa mencetak Rupiah kertas baru untuk diberikan kepada
masyarakat sebagai jaminan dari Pemerintah setelah Pemerintah menyatakan diri
berhutang kepada BI lewat SUN....
Ter la lu.... !!!
Siapakah yang harus membayar hutang atas SUN tersebut...???

Rakyatlah yang harus membayar hutang tersebut, termasuk generasi yang
belum lahir....
Anda, saya, & seluruh keturunan kita lah yang harus
membayar hutang tersebut lewat pajak selama beberapa tahun ke depan...
Rakyat yang ingin mengambil seluruh Rupiah kertasnya dari Bank, justru
dibebani dengan hutang yang semakin besar... !!!
Namun tidak terasa
kan.... Inilah liciknya sistem perbudakan modern...!!!
Darimanakah BI mendapatkan Rupiah kertas yang dihutangkan kepada
Pemerintah untuk menyelamatkan sistem uang hutang tersebut....???
TINGGAL PRINT SAJA...!!!
HA HA HA....!!! KENA DECH...!!!
W T F ...!!!
Mengapa BI & Pemerintah lebih suka membebankan hutang kepada Rakyatnya
demi menyelamatkan sistem riba uang hutang perbankan....
Padahal, jika
sistemnya diganti dengan “sistem uang negara”, maka Rupiah kertas yang dicetak
oleh BI diberikan kepada Pemerintah secara gratis, sehingga tidak perlu ada
hutang untuk dibebankan kepada Rakyat, dan pendapatan pajak pun murni
sepenuhnya bisa digunakan untuk mensejahterakan Rakyat, bukan untuk
membayar hutang + bunga kepada BI....
Mengapa...???
Karena... Inilah sistem perbudakan modern...!!! Inilah sistem penjajahan
modern...!!!
Inilah perampokan massal yang dilegalkan...!!! Inilah skema
ponzi yang menyengsarakan Rakyat...!!!
Inilah piramida keuangan yang
merugikan Rakyat...!!!
Inilah fraud & scam terbesar sepanjang sejarah
Indonesia...!!!
Masih percaya bahwa dana yang kita simpan di Bank aman, karena dijamin oleh
Pemerintah....???
Jaminan macam apa itu...???
Apakah anda bingung...???
Memang inilah tujuan dari sistem uang hutang, dibuat seolah-olah rumit agar
tidak banyak Masyarakat yang memahaminya.... :-)
Sekarang perhatikan skema “My Hero” untuk menyelamatkan sistem riba uang
hutang perbankan berikut ini....

Penjelasan...
1. Pertama tama terjadi kepanikan, sehingga Masyarakat menarik dananya dari Bank
secara bersamaan, “rush”, alias menukarkan Rupiah digital mereka menjadi
Rupiah kertas secara bersamaan....
2. Bank “kekurangan likuiditas”, alias kekurangan Rupiah kertas. Karena memang
selama ini, di Indonesia, Rupiah kertas hanya ada sekitar 10%. Karena pada
sistem riba uang hutang, Bank umum dilegalkan untuk menciptakan Rupiah digital
menggunakan rumusan fractional reserve banking atas base money/ Rupiah
kertas. Jadi, sebagian besar uang yang ada di Indonesia diciptakan oleh Bank
Sirkulasi, dengan cara mengetiknya.... dan hanya ada sebagian kecil uang kertas
yang diciptakan oleh BI dengan cara mengeprintya... :-)
3. Jika “rush” tersebut dibiarkan maka Bank akan colapse alias scam...
a. Jika ini terjadi pada satu Bank tertentu, maka disebut “Bank run”.
b. Jika ini terjadi pada banyak Bank secara bersamaan, maka disebut “Bank
panic”, yang bisa menyebabkan scam nasional.
Karena sistem uang hutang perbankan memonopoli sistem keuangan, maka jika
yang terjadi adalah scam nasional, hal ini akan menyebabkan terjadinya
kekacauan sosial ekonomi dimana mana. Masyarakat akan mengalami kerugian
besar2an, sekitar 90% uang Masyarakat akan lenyap. Karena Masyarakat sudah
tidak mempercayai sistem perbankan lagi, sehingga tidak ada Masyarakat yang
percaya & mau bertransaksi dengan Rupiah digital perbankan lagi....

4. Karena sistem uang hutang perbankan selama ini telah memonopoli sistem
keuangan, maka perbankan menjadi “to big to fail”.... Terlalu besar akibatnya jika
dibiarkan runtuh... Jika terjadi scam nasional, hal ini akan mempengaruhi kondisi
ipoleksosbudhankam suatu negara. Sehingga Pemerintah tidak menginginkan hal
itu terjadi....
5. Pemerintah akan menjadi “My Hero” untuk menyelamatkan sistem uang hutang
perbankan. Pemerintah akan melakukan “Bailout/Jaminan” untuk memenuhi
“kekurangan likuiditas” agar tidak terjadi scam nasional.... Lantas, darimana
Pemerintah mendapatkan Rupiah kertas untuk melakukan bailout...?
Pemerintah akan menerbitkan SUN, alias berhutang kepada BI untuk
mendapatkan Rupiah kertas guna memenuhi kekurangan likuiditas tersebut.
Sehingga hutang nasional jadi membengkak dalam waktu singkat...
Ingat..., dalam sistem uang hutang, hanya BI satu2nya sumber Rupiah kertas &
setiap Rupiah yang keluar dari BI adalah hutang yang harus dibayar + bunga.
6. Bank Indonesia segera ngeprint Rupiah kertas yang dibutuhkan oleh Pemerintah,
lalu membagikannya kepada berbagai Bank yang membutuhkan Rupiah kertas
tersebut melalui Pemerintah.
7. Masyarakat secara bertahap mendapatkan Rupiah kertas mereka dari perbankan.
Sehingga, lama kelamaan timbul kepercayaan Masyarakat lagi atas sistem uang
hutang perbankan. Tapi ingat, Masyarakat juga dibebani dengan hutang nasional
yang membengkak...
8. Masyarakat membayar pajak, lalu sebagian dana pajak tersebut digunakan untuk
membayar hutang Pemerintah kepada BI. Karena hutang membengkak, maka
cicilan hutang + bunga pun juga membengkak. Pemerintah mengalami defisit
anggaran, dan akan melakukan 2 hal untuk menutupnya....
a. Menerbitkan SUN lagi untuk menutup SUN yang lama, alias gali lobang
tutup lobang...
b. Mengurangi belanja publik, seperti mengurangi subsidi pendidikan,
kesehatan, BBM, dll...
9. Bank untung..., Pemerintah linglung..., Masyarakat bingung....
Jadi untuk siapakah sebenarnya “jaminan Pemerintah” tersebut...???
Silahkan anda pikirkan....
Ok...

Sekarang mari kita lihat skema menyeluruh penciptaan Rupiah berdasarkan
sistem uang hutang perbankan berikut ini...

Ok, sekarang mari kita mulai...
1. Proses penciptaan Rupiah dimulai dari Pemerintah membutuhkan dana
segar, lalu memutuskan untuk berhutang.
Pemerintah membutuhkan dana segar untuk berbagai keperluan, antara
lain....
a. Pemerintah membutuhkan dana untuk melakukan “Pesta Demokrasi”
alias Pemilu
b. Politisi yang baru terpilih & menjabat, membutuhkan dana untuk
membiayai berbagai program yang pernah dia janjikan sebelum
terpilih.
c. Membutuhkan dana untuk menutup hutang yang jatuh tempo, alias
defisit anggaran. Gali lobang tutup lobang yang satu ini, pasti
dilakukan pemerintah. Makanya setiap tahun hutang nasional pasti
bertambah.... :-)
d. Membutuhkan dana yang besar untuk melakukan bailout/jaminan saat
terjadi rush terhadap bank tertentu, seperti kasus Bank Century;

atau bahkan rush nasional, seperti saat krisis moneter tahun 98
dulu.... :-)
2. Melalui DJPU Kemenkeu (Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang –
Kementerian Keuangan), Pemerintah menerbitkan SUN (Surat Utang
Negara) untuk mendapatkan hutang tersebut.
Yang perlu digaris bawahi, SUN adalah hutang nasional yang pada
gilirannya harus dibayar oleh rakyat lewat pajak kedepannya.
Jadi, sebenarnya saat pemerintah menerbitkan SUN, saat itu juga
pemerintah meletakkan Rakyatnya sebagai jaminan yang akan membayar
hutang tersebut lewat pajak selama beberapa tahun kedepan, termasuk
rakyat yang belum lahir. SUN adalah janji pemerintah untuk membuat
rakyat membayar hutang tersebut lewat pajak kedepannya...
SUN ini kemudian di “lelang” kepada Bank2 yang tergabung ke dalam
HIMDASUN (Himpunan Pedagang SUN). Dalam Himdasun, ada bank yang
menjadi “primary dealer” & “member”. Penjualan SUN untuk pertama kali
ke Himdasun ini disebut penjualan di “Pasar Perdana”, dan Primary dealer
lah yang berhak untuk ikut dalam lelang pasar perdana tersebut. Setelah
itu Primary dealer melakukan jual beli SUN kepada bank2 lain yang
menjadi member Himdasun, yang disebut sebagai “Pasar Sekunder”...
Kemudian, melalui suatu skema yang disebut OPT (Operasi Pasar
Terbuka), BI (Bank Indonesia) akan membeli sebagian SUN yang ada
pada Himdasun.
OPT/ jual beli SUN ini dilakukan secara digital alias tanpa kertas/ tanpa
warkat. Transaksi SUN dilakukan lewat sistem digital yang mereka sebut
BI-SSSS (Scripless Securities Settlement System) yang terhubung
langsung dengan BI-RTGS (Real Time Gross Settlement). Jadi, seluruh
transaksi dan kepemilikan SUN hanya tercatat secara digital.
Setelah BI membeli SUN melalui OPT, maka giliran BI melalui PERUM
PERURI (Perusahaan Umum Percetakan Uang RI) mencetak Rupiah kertas
yang digunakan untuk membayar SUN tersebut. Dan..... CLING....
muncullah sejumlah uang baru ke peredaran....
Proses ini terjadi berulang ulang, sehingga hasilnya adalah menumpuknya
SUN di BI dan menumpuknya Rupiah di Perbankan & Pemerintah..., yang
sebenarnya SUN tersebut hanyalah kumpulan data & angka digital di
komputer... Rupiah pun hanyalah kumpulan angka2 kertas & digital...

Rupiah, tidak punya nilai lebih dari sekedar kertas & angka digital...
Namun angka kertas & digital ini ditetapkan oleh Pemerintah sebagai alat
pembayaran yang syah di Indonesia.
Perhatikan...!!!
Dalam proses ini, yang terjadi sebenarnya adalah Pemerintah
membuat surat utang lalu memberikannya kepada BI dengan
perantara perbankan... Kemudian giliran BI ngeprint Rupiah kertas
lalu menghutangkannya kepada Pemerintah dengan perantara
perbankan pula...
Dengan menggunakan perantara perbankan dan berbagai istilah yang
mereka gunakan... proses ini dibuat menjadi seolah olah rumit....
:-)
3. Setelah Kemenkeu menerima Rupiah hasil hutang lewat penerbitan
SUN, kemudian Kemenkeu akan mendepositkan angka2 Rupiah
tersebut ke berbagai rekening pemerintahan untuk dibelanjakan.
Lalu, pemerintah membelanjakan angka2 Rupiah tersebut ke berbagai
program sosial, kesehatan, pendidikan, pembangunan, perlengkapan
militer, bahkan operasi militer atau perang.
Kemudian pegawai pemerintahan, kontraktor,
mendepositkan bayaran mereka ke bank.

polisi

&

tentara

4. Bank melipatgandakan angka2 Rupiah tersebut melalui rumusan
fractional reserve banking.
Masih ingat, dengan jual beli Rupiah digital....?
Disinilah... berdasarkan rumusan fractional reserve banking, bank2
menciptakan Rupiah digital baru dengan cara menghutangkan “kelebihan
cadangan” yang ada pada bank tersebut....
Dihutangkan.... lalu masuk ke bank lagi...., dihutangkan lagi... lalu masuk ke
bank lagi..., dst....
Proses ini berlangsung terus menerus, sehingga meningkatkan jumlah
Rupiah dalam peredaran secara signifikan... Secara teoritis, hanya
dengan 1 juta Rupiah kertas, maka bank secara legal bisa menciptakan 10
juta Rupiah digital....

Dari sinilah sebagian besar seluruh Rupiah yang ada dalam peredaran
berasal....
Sekitar 90% Rupiah yang ada di Indonesia, diciptakan oleh sistem
perbankan ini, yang hanya ada dalam wujud digital.... Hanya sekitar 10%
yang diciptakan oleh pemerintah lewat BI dalam bentuk Rupiah kertas....
Sehingga jumlah Rupiah dalam peredaran semakin meningkat..., dan
sebagaimana yang telah anda ketahui, semakin banyak jumlah uang dalam
peredaran maka semakin turun nilainya.... Inilah INFLASI...!!!
Saat terjadi inflasi, yang dirasakan masyarakat adalah kenaikan harga....
Ingat... !!!
Definisi sesungguhnya dari
dalam peredaran. Naiknya
berasal dari kata “inflate”
itu lho.... :-)
Jadi, jika memompanya
hiperinflasi & pecah....

inflasi adalah peningkatan jumlah uang
harga hanyalah akibat...!!!
INFLASI
= memompa, membumbung... kaya balon
terlalu

banyak,

maka

akan

terjadi

Bisa anda lihat, bahwa ternyata seluruh Rupiah dalam peredaran
hanyalah lembaran kertas yang “diprint” oleh BI melalui Perum Peruri
dan angka2 digital yang hanya “diketik” dalam komputer perbankan
saja....
Hanya itu...., Rupiah dalam peredaran hanyalah sekumpulan angka
kertas & digital yang sebenarnya tidak akan pernah bernilai lebih
dari sekedar kertas dan angka.... Sebagian di print, dan sebagian
besar lagi hanya diketik....
GUBRAK....!#@%*??
Angka2 Rupiah ini dipompakan terus menerus secara perlahan ke
peredaran, sehingga terjadi inflasi yang abadi....
Dan inflasi sangatlah menguntungkan pemerintah & bankir dengan
cara merugikan rakyat...
Dengan adanya inflasi, maka hutang
pemerintah setiap tahun seolah-olah berkurang & menjadi kecil
nilainya dengan sendirinya... dengan adanya inflasi maka sistem uang
hutang bisa bertahan lama... dan dengan inflasi pulalah rakyat
semakin sengsara....

Inflasi sebenarnya merupakan “pajak tersembunyi”.... Karena efek
dari inflasi sama dengan PPh (Pajak Penghasilan), yaitu sama2
mengurangi daya beli kita.... :-)
Bedanya, PPh memotong langsung angka Rupiah kita, sehingga daya
beli kita menurun karena jumlah uang yang dimiliki berkurang...,
sedang inflasi mengurangi daya beli kita dengan naiknya harga
barang2 yang akan kita beli....
Disini juga terjadi suatu paradoks... dimana BI sebagai otoritas moneter
yang tugas utamanya adalah menjaga kestabilan nilai Rupiah, tapi justru
menciptakan inflasi yang abadi dengan mencetak Rupiah kertas
terus2an..., yang kemudian digunakan sebagai base money atas fractional
reserve banking dalam menciptakan angka Rupiah baru...
Silahkan anda ingat..., sepanjang hidup anda apakah benar terjadi inflasi
abadi atau tidak.... Silahkan bandingkan harga sekarang dengan 10 tahun
yang lalu... kemudian bandingkan lagi dengan harga 20 tahun yang lalu....
Kalau anda masih ingat.... :-)
Dan silahkan disimpulkan sendiri....
5. Kita bekerja untuk mendapatkan angka2 tersebut.
Ya... Selama ini, sebenarnya kita bekerja hanya untuk mendapatkan
angka2 itu...
Selama ini masyarakat mempercayai angka Rupiah tersebut... Sehingga
angka Rupiah yang sebenarnya hanya diprint & diketik oleh perbankan
tersebut seolah olah menjadi sesuatu yang sangat berharga di mata
masyarakat....
Dalam pikiran masyarakat sudah terbentuk “pengalaman” yang membuat
mereka mempercayai angka Rupiah tersebut....
Masyarakat, sejak kecil melihat & merasakan bahwa kemarin dan dahulu
mereka bisa membayar sesuatu dengan angka Rupiah tersebut... sehingga
masyarakat pun percaya bahwa besok mereka juga bisa membayar
sesuatu dengan angka Rupiah tersebut.....
Di mata masyarakat angka Rupiah tersebut seolah olah menjadi kekayaan
yang sebenarnya...
Namun, tahukah anda bahwa kekayaan kita yang sebenarnya adalah
kebebasan dan waktu kita...???

Akan tetapi, selama ini kita telah menukar kekayaan kita yang
sesungguhnya dengan angka.... Ya... selama ini kita telah menukar masa2
dalam hidup kita berjam-jam, berhari-hari, bertahun-tahun demi untuk
mendapatkan angka yang hanya diprint atau hanya sekedar diketik di
komputer perbankan....
Dan karena hal ini sudah terjadi bertahun tahun, dari generasi ke
generasi..., maka kita melihatnya menjadi suatu kebenaran.... Sehingga,
angka2 tersebut mewakili tenaga, pikiran, darah, dan keringat kita...
Segala sesuatu yang kita lakukan dalam hidup ini, dinilai dengan angka
Rupiah tersebut.....
Sebenarnya kitalah yang memberikan nilai kepada angka Rupiah tersebut,
bukan sebaliknya... !!! Pekerjaan yang kita lakukan & kepercayaan kita
terhadap angka Rupiah itulah yang memberikan nilai kepada Rupiah
tersebut, bukan sebaliknya...!!!
Tanpa kepercayaan kita..., tanpa pekerjaan yang kita lakukan..., angka
Rupiah tidak ada nilainya sama sekali.... Kepercayaan kita inilah yang
selama ini dimanipulasi oleh para penguasa perbudakan modern....
Bukan hanya itu saja....,
Setelah kita bekerja keras, dan mendapatkan angka Rupiah tersebut...,
maka pihak berwenang akan segera memotong angka yang kita dapatkan...
Ya, angka yang dengan susah payah kita dapatkan akan dikenai PPh (Pajak
Pengasilan).... Padahal, mereka tinggal print & ketik lho.... :-)
Mereka benar2 cepat...., belum juga sampai di tangan sudah dipotong....
:-)
Selain itu berbagai barang yang kita miliki maupun kita beli juga dikenai
pajak, mulai dari PPN, PBB, DLL....
6. Sebagian angka Rupiah dari pajak, akan dikembalikan ke BI.
Setelah Dirjen Pajak memberikan angka Rupiah yang berhasil
dikumpulkannya ke Kemenkeu, maka sebagian angka Rupiah tersebut akan
dikembalikan kepada BI sebagai cicilan untuk membayar hutang pokok +
bunga atas SUN yang dibeli oleh BI dengan Rupiah yang tinggal mereka
print....

Pada proses inilah sistem uang hutang mulai merampok anda dan saya,
merampok Masyarakat secara masal dan besar2an... Sebagian pajak yang
kita bayar tidaklah digunakan untuk pendidikan, pembangunan, kesehatan,
ataupun layanan publik lainnya. Tapi untuk membayar cicilan pokok +
bunga kepada BI...
Dan karena hutang juga semakin besar, maka cicilan pokok + bunga pun
juga semakin besar.... Sehingga agar tetap bisa membayar cicilan hutang
pokok + bunga tersebut, maka Pemerintah akan melakukan “penghetaman”
dengan memotong belanja publik...
Seperti mengurangi subsidi
pendidikan, kesehatan, BBM, dll... Sudahkah anda merasakannya.... ? :-)
Jika saja sistem keuangan yang digunakan bukanlah “sistem uang hutang”,
melainkan “sistem uang negara”, maka langkah 6 ini tidak akan ada....!!!
Rupiah yang berhasil dikumpulkan oleh Dirjen Pajak, akan digunakan
sepenuhnya untuk subsidi pendidikan, kesehatan, program pembangunan,
dan layanan publik lainnya yang dapat mensejahterakan Rakyat....
Sehingga sekolah, rumah sakit, dan layanan publik lainnya bisa murah
bahkan gratis.... :-)
Sistem uang hutang adalah sistem perampokan massal yang dilegalkan...!!!
7. Penguasa rahasia mendapatkan keuntungan mereka.
Ya..., pada akhirnya penguasa rahasia mendapatkan keuntungan mereka
yang begitu besar....
a. Bank2 mendapatkan keuntungan yang luar biasa karena mempunyai hak
istimewa untuk menciptakan Rupiah digital melalui Fractional Reserve
Banking (FRB) & mendapatkan bunga dari kredit yang mereka berikan
kepada masyarakat.
b. Bank2 mendapatkan bunga dari Giro Wajib Minimun (GWM) yang ada
di BI.
c. Bank2 mendapatkan profit dari jual beli Surat Utang Negara (SUN).
Namun, saat ini, sangatlah sulit bagi kita untuk mengetahui siapa saja
“sang penguasa rahasia” tersebut..... Karena ada berbagai kepentingan
multi nasional dibalik sistem riba uang hutang ini, ada berbagai
perusahaan multi nasional yang ikut memiliki Bank2 besar yang ada di
Indonesia.... Termasuk kepentingan IMF & World Bank yang memberikan
hutang luar negeri kepada Indonesia melalui Bank Indonesia....

Jika anda mengatakan US lah yang menjadi dalang dari semua ini....,
tidak juga...! Karena ternyata penduduk US pun bernasib sama dengan
kita...
Jika anda menyalahkan golongan tertentu..., bisa jadi golongan tersebut
hanya dimanfaatkan dan dimanipulasi oleh penguasa rahasia yang
sesungguhnya...
Saya rasa, sudah bukan saatnya bagi kita untuk mencari tahu siapa yang
seharusnya bertanggung jawab terhadap sistem ini... Percuma...!!!
Kita semua, saat ini sama2 terjebak dalam sistem perbudakan modern
ini...!!! Bahkan, saudara2 kita yang berhubungan langsung dengan proses
penciptaan Rupiah dan mendapatkan penghasilan dari sistem uang hutang
ini pun sebenarnya juga terjebak dalam sistem perbudakan modern ini...!!!
Yang perlu kita lakukan saat ini adalah mencari jalan keluar dari sistem
riba uang hutang ini...!!!
Yang perlu kita lakukan adalah... “Munculkan yang benar, maka yang
keliru pasti akan ditinggalkan”...!!!
Ok...
Pada dasarnya, penciptaan Rupiah berdasarkan sistem uang hutang ini,
sangatlah tidak manusiawi & tidak fair..., sistem ini merampok kekayaan
dari masyarakat pekerja yang ada di sektor produktif ke pemerintah dan
sektor perbankan....
Sistem inilah yang menyebabkan adanya siklus “boom & bust” dalam
perekonomian modern ini.... Sistem ini pulalah yang menyebabkan jurang pemisah
yang semakin lebar antara si “kaya” dengan para “pekerja”....
Perhatikan cuplikan dari “Menanti Kemakmuran Negeri – Kumpulan Esai tentang
Pembangunan Sosial Ekonomi Indonesia”, Burhanuddin Abdullah (Gubernur BI ke12), berikut ini...
“Fakta-fakta kasat mata yang sudah lama tertampilkan, seperti semakin
melebarnya kesenjangan antarindividu, kota, dan wilayah, belum berubah. Sudah
sejak lama diketahui bahwa Jakarta adalah “pusat” dari segalanya. Uang beredar
lebih dari 70% berada di Jakarta. Laporan dari hampir semua kantor Bank

Indonesia menunjukkan bahwa uang dari daerah terus mengalir ke Jakarta, sejak
sebelum krisis, bahkan sampai sekarang.
Tingkat penanaman kembali di daerah lebih rendah (dengan rasio pinjaman
terhadap dana pihak ketiga/LDR mencapai 30-40%) dari sumber dana yang dapat
dimobilisasi. Pada tingkat yang lebih kecil (individual), lebih dari 90% simpanan
masyarakat yang berada di bank-bank dimiliki oleh kurang dari 10% penabung.
Keadaan ini, dan yang seperti ini, sudah berlangsung lama sebelum krisis, pada
saat krisis dan berlanjut sampai sekarng.
Ketidakadilan da