Pengembangan Model Pembinaan Perempuan Kader Politik oleh Partai Politik Sebagai Upaya Peningkatan Kualitas Keterwakilkan Perempuan di Lembaga Legislatif Daerah - Universitas Negeri Padang Repository

, LAPORAN PENELITIAN HlBAH BERSAING

PENGEMBANGAN MODEL PEMBINAAN
PEREMPUAN KADER PARTAI OLEH PARTAI POLlTlK
SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN KUALITAS
KETERWAKILAN REREMPUAN
D l LEMBAGA LEGlSLATlF DAERAH

Oleh :

--LZ..

.'-=

1
.

--llf-*-,

=
.-,


~ r aAl
. Rafni, MmSi
NlDN 0012026808

Drs. suryanef, M-Si
NlDN 0006066407

DlBlAYAl OLEH
DlPA UNlVERSlTAS NEGERI PADANG
SESUAI DENGAN SURAT PENUGASAN PELAKSANAAN
PENELlTlAN DESENTRALISASI HlBAH BERSAING TA 2012
NOMOR : 087/UN35.2/PG/2012
TANGGAL 2 9 FEBRUARI 2012

UNlVERSlTAS NEGERI PADANG
DESEMBER 2 0 12

k. Memberikan persetujuan terhadap rencana kerjasama antara daerah dan
dengan pihak ketiga yang membebani masyarakat dan daerah.

DPRD mempunyai beberapa hak berikut : (1) interpelasi ; (2) angket ; dan (3)
menyatakan pendapat. Sementara itu anggota DPRD mempunyai hak sebagai berikut ;

(I) mengajukan rancangan Peraturan Daerah ; (2) mengajukan pertanyaan ; (3)
menyampaikan usul dan pendapat ; (4) memilih dan dipilih ; (5) membela diri ; (6)
imunitas ; (7) protokoler ; dan (8) keuangan dan administratif (UU No.32 Tahun 2004
Pasal43 ayat 1 dan Pasal44).
Sementara itu kewajiban anggota DPRD diatur dalam UU No. 32 Tahun 2004
Pasal45 yaitu :
a. Mengamalkan Pancasila, melaksanakan Undang-Undang Dasar Negara
Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) Tahun. 1945, dan mentaati segala
peraturan perundang-undangan.
b. Melaksanakan kehidupan demokrasi dalam penyelenggaraan pemerintahan
daerah.
c. Mempertahankan dan memelihara kerukunan nasional serta keutuhan
NKRI.
d. Memperjuangkan peningkatan kesejahteraan daerah.
e. Menyerap, menampung, menghimpun dan menindaklanjuti aspirasi
masyarakat.


f. Mendahulukan kepentingan negara di atas kepentingan pribadi, kelompok
dan golongan.

g. Memberikan pertanggung jawaban atas tugas dan kinerjanya selaku
anggota DPRD sebagai wujud tanggung jawab moral dan politis terhadap
daerah pemilihannya.
h. Mentaati peraturan tata tertib, kode etik, dan sumpahljanji anggota DPRD,
menjaga norma dan etika dalam hubungan kerja dengan lembaga yang
terkait. Untuk itu anggota DPRD harus memahami etika politik dan etika
pemerintahan sebagai refleksi dan sistem norma.
Bila dilihat lebih lanjut DPRD terdiri dari alat kelengkapan dan fraksi-fraksi.
Alat kelengkapan DPRD terdiri dari : Pimpinan Badan Musyawarah, Komisi, Badan
Legislasi Daerah, Badan Anggaran, Badan Kehormatan dan alat kelengkapan lainnya
yang diperlukan dan dibentuk dalam rapat paripurna. Pimpinan DPRD Propinsi
Sumatera Barat (Sumbar) terdiri atas 1 (satu) orang ketua yang berasal dari Partai
Politik yang memperoleh kursi terbanyak pertama di DPRD dan 3 (tiga) orang wakil
ketua yang berasal dari partai politik berdasarkan urutan kursi terbanyak berikutnya
(Sitti Izzati Azis, 201 1).
Pimpinan DPRD mempunyai tugas :


1) Memimpin siding dan menyimpulkannya untuk mengambil keputusan.
2) Menyusun rencana kerja dan mengadakan pembagian kerja antara Ketua dan
Wakil Ketua.

3) Menjadi juru bicara DPRD.
4) Melaksanakan dan memasyarakatkan keputusan DPRD.
5) Mengadakan konsultasi dengan Kepala Daerah dan instansi pemerintah
lainnya sesuai dengan keputusan DPRD.
6) Mewakili DPRD dan atau alat kelengkapan DPRD di pengadilan.

7) Melaksanakan keputusan DPRD berkenaan dengan penetapan saksi atau
rehabilitasi anggota sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

8) Mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugasnya dalam rapat paripurna
DPRD. (Sadu Wasistiono dan Yonatan Wiyoso, 2009).
Badan musyawarah terdiri dari unsur-unsur fraksi berdasarkan perimbangan
jumlah anggota dan sebanyak-banyaknya tidak lebih dari setengah jumlah anggota
DPRD yang tugas'utamanya menetapkan kegiatan dan jadwal acara rapat DPRD.
Pada Badan Musyawarah ini anggota DPRD Propinsi Sumatera Barat yang
perempuannya ada 5 (lima) orang.

Badan Musyawarah merupakan alat kelengkapan DPRD yang bersifat tetap
dan dibentuk oleh DPRD pada awal masa jabatan keanggotaan DPRD yang terdiri
dari unsur-unsur fraksi berdasarkan perimbangan jumlah anggota dan sebanyakbanyaknya tidak lebih dari setengah jumlah anggota DPRD. Setiap anggota Badan
Musyawarah mempunyai kewajiban :
1) Mengadakan konsultasi dengan fraksi-fraksi sebelum mengikuti rapat.
2) Menyampaikan pokok-pokok hasil rapat badan musyawarah kepada fraksi.

Badan Musyawarah mempunyai tugas untuk :
1) Memberikan pertimbangan tentang penetapan program kerja DPRD baik
diminta atau tidak diminta.
2) Menetapkan kegiatan dan jadwal acara rapat DPRD.

3) Memutuskan pilihan mengenai isi risalah rapat bila timbul perbedaan
pendapat.

4) Memberikan saran pendapat untuk memperlancar kegiatan.

5) Merekomendasikan pembentukan panitia khusus. (Sadu Wasistiono dan
Yonatan Wiyoso, 2009).
Komisi merupakan alat kelengkapan DPRD yang bersifat tetap dan dibentuk

oleh DPRD pada awal masa jabatan keanggotaan DPRD. Setiap anggota DPRD
kecuali pimpinan DPRD, wajib menjadi anggota salah saru komisi. Masa penempatan
anggota dalam komisi dan perpindahan ke komisi lain, diputuskan dalam rapat
paripurna DPRD atas usul fiaksi pada awal tahun anggaran. DPRD Propinsi Sumbar
memiliki 4 (empat) komisi, yaitu : Komisi I membidangi pemerintahan. Pada komisi
ini ada terdapat 2 perempuan. Komisi I1 yang membidangi ekonomi dan keuangan.
Komisi 111 membidangi pembangunan. Dalam komisi ini terdapat 1 orang Perempuan.
Komisi IV yang membidangi kesejahteraan rakyat. Disini terdapat 4 orang Perempuan
(Sitti Izzati Azis, 201 1).
Komisi mempunyai tugas untuk :
1) Mempertahankan dan memelihara kerukunan nasional serta keutuhan NKRI

dan daerah.

2) Melakukan pembahasan terhadap rancangan Perda dan rancangan Keputusan
DPRD.

3) Melaksanakan pengawasan terhadap pembangunan, pemerintahan, dan
kemasyarakatan sesuai dengan bidang komisi masing-masing.


4) Membantu pimpinan DPRD dalam mengupayakan penyelesaian masalah yang
disampaikan oleh Kepala Daerah dan masyarakat kepada DPRD.

5) Menerima, manampung, dan membahas serta menindaklanjuti aspirasi
masyarakat.
6) Memperhatikan upaya peningkatan kesejahteraan rakyat di daerah.

7) Melakukan kunjungan kerja komisi yang bersangkutan atas persetujuan
Pimpinan DPRD.

8) Mengadakan rapat kerja dan dengar pendapat.
9) Mengajukan usul kepada Pimpinan DPRD yang termasuk dalam ruang
lingkup bidang tugas masing-masing komisi.
10)Memberikan laporan tertulis kepada Pimpinan DPRD tentang hasil
melaksanakan tugas komisi. (Sadu Wasistiono dan Yonatan Wiyoso, 2009).
Badan Legislasi (Baleg) Daerah merupakan alat kelengkapan DPRD yang
bersifat tetap, dibentuk dan ditetapkan dengan keputusan DPRD dalam rapat
paripurna DPRD, susunan keanggotaannya dibentuk pada permulaan masa
keanggotaan DPRD dan permulaan tahun sidang dalam rapat paripurna. Pimpinan
Baleg dipilih dari dan oleh anggota. Fenomena menarik bahwa pimpinan Baleg adalah

Perempuan yaitu Hasranita dari Partai Demokrat. Salah satu tugas Baleg adalah
menyusun rancangan program legislasi daerah yang memuat d a h r urutan dan
prioritas rancangan peraturan daerah beserta alasannya untuk setiap tahun anggaran
dilingkungan DPRD. Dalam Baleg ini terdapat 2 (satu) anggota DPRD yang
perempuan.
Badan Anggaran (Banggar) terdiri dari utusan fraksi berdasarkan perimbangan
jumlah anggota dengan mempertimbangkan ketenvakilan komisi, salah satu tugasnya
adalah memberikan saran dan pendapat berupa pokok-pokok pikiran DPRD kepada
Gubernur dan mempersiapkan rancangan APBD selambat-lambatnya 5 (lima) bulan
sebelum ditetapkannya APBD. Dalam Banggar ini terdapat 2 (dua) anggota DPRD
yang perempuan.
Badan Anggaran mempunyai tugas :

1) Memberikan saran dan pendapat pokok-pokok pikiran DPRD kepada Kepala
Daerah dalam menyusun Kebijakan Umum APBD (KU-APBD) dan Prioritas
Plafon Anggaran Sementara (PPAS).
2) Memberikan saran dan pendapat kepada Kepala Daerah dalam mempersiapkan
penetapan APBD, perubahan APBD, dan perhitungan APBD sebelum
ditetapkan dalam Rapat Paripuma DPRD.
3) Menyusun anggaran belanja DPRD dan memberi saran terhadap penyusunan

anggaran secretariat DPRD. (Sadu Wasistiono dan Yonatan Wiyoso, 2009).
Selanjutnya Badan Kehormatan (BK) anggotanya 5 (lima) orang yang dipilih
dari dan oleh anggota DPRD berdasarkan dari usulan fraksi-fraksi dalam rapat
paripurna. Pada badan kehormatan tidak ada anggotanya yang perempuan, semua
laki-laki. Salah satu tugas utama dari BK ini adalah mengamati, mengevaluasi
disiplin, etika dan moral para anggota DPRD dalam rangka menjaga martabat dan
kehormatan sesuai dengan kode etik DPRD.
Alat kelengkapan lainnya yang diperlukan adalah Panitia Khusus (Pansus)
atau bentuk lainnya dengan keputusan DPRD atas usul dan pendapat anggota DPRD
setelah mendengar pertimbangan Badan Musyawarah (Bamus) dengan persetujuan
rapat paripurna. Alat ini diusulkan oleh alat kelengkapan dewan berdasarkan
kebutuhan, bersifat tidak tetap dan keanggotaannya terdiri atas komisi terkait yang
mewakili semua unsur fraksi.
Untuk mengoptimalkan pelaksanaan fungsi, tugas dan wewenang DPRD serta
hak dan kewajiban anggota DPRD, dibentuk Fraksi sebagai wadah berhimpun
anggota DPRD, yang anggotanya paling sedikit sama dengan jumlah Komisi di
DPRD Propinsi Sumatera Barat (4 orang). Dalam ha1 partai politik yang jumlah

anggotanya di DPRD tidak memenuhi ketentuan, anggotanya dapat bergabung dengan
Fraksi yang ada atau membentuk Fraksi gabungan. Adapun fraksi-fraksi yang terdapat

dalam DPRD Propinsi Sumatera Barat sejumlah 8 Fraksi, terdiri dari : (1) Fraksi
Partai Demokrat ; (2) Fraksi Partai Golkar ; (3) Fraksi PKS ; (4) Fraksi PAN ; (5)
Fraksi Partai Hanura ; (6) Fraksi Partai Gerindra ; (7) Fraksi PPP ; dan (8) Fraksi
Partai Perjuangan Reformasi.
B. Temuan Khusus Penelitian.
1. Model Pembinaan Perempuan Kader Partai oleh Partai Politik dari Strategi,
Materi, dan Metode Pembinaan.

a. Strategi Pembinaan.

Strategi pembinaan terhadap perempuan kader partai pada hakekatnya adalah
usaha-usaha yang dilakukan partai untuk meningkatkan kemampuan kader, baik
berupa pengetahuan, sikap, dan keterampilan (skill). Upaya- upaya tersebut dilakukan
partai untuk membentuk dan mempersiapkan tenaga-tenaga potensial, militan, penuh
dedikasi, dan mampu menjadi kelestarian visi dan misi partai.
Partai Amanat Nasional (PAN) memiliki badan pengkaderan tersendiri. Badan
pengkaderan DPW PAN Sumatera Barat diharapkan menjadi "dapur" yang mengolah
sekaligus meng-upgrade pemahaman dan kualitas kader. Hal ini terungkap melalui
pernyataan salah seorang pengurus DPW PAN Sumatera Barat (wa~vancaratanggal
16 Juli 2012) berikut ini :


"Kerja organisasi badan pengkaderan tentu berorientasi pada penetapan
arah dan proyeksi potret Pgur partai ideal, tidak hanya perempuan tetapijuga
laki-laki. Untuk itu kegiatan dan strategi yang dilakukan badan pengkaderan
hendaknya mampu mendorong lahirnya kader partai yang memahami
ideologis serta platform partai sehingga segala sikap dan perilaku kader
dalam berhubungan dengan sesama kader dan masyarakat pada umumnya
betul-betul dapat mencerminkan watak seorang kader PAN yang jujur dan
berjiwa reformis. "

Adapun strategi pembinaan kader partai dilakukan melalui dua cara yaitu : (I)
secara reguler ; dan (2) secara insidental. Secara reguler dilakukan dengan beberapa
tingkat pelatihan yaitu : pertama, Latihan Kader Amanat Dasar (LKAD). Apabila
kader partai telah memiliki sertifikat LKAD sebagai tanda bukti kelulusan, maka akan
dilanjutkan ke latihan kedua yaitu Pelatihan Kader Amanat Madya (LKAM) untuk
tingkat propinsi dan jenjang strategi pembinaan ketiga yaitu Pelatihan Kader Amanat
Utama (LKAU) untuk tingkat nasional.
Sementara itu strategi kedua, pembinaan secara insidental seperti Coaching
Instruktur Nasional (CIN), Training of Instructure (TOO, dan Coaching Instruktur
Daerah Khusus (CID), dan pelatihan calon anggota anggota legislatif PAN seSumatera Barat.
Strategi pembinaan baik yang bersifat reguler maupun insidental dilaksanakan
oleh semua kader partai tanpa membedakan perempuan atau laki-laki. Bila dicermati
program kerja Badan Pemberdayaan Perempuan DPW PAN Propinsi Sumatera Barat
terdapat strategi pembinaan yang khusus yaitu kader propinsi seperti kerjasama antar
organisasi dalam bentuk kegiatan raker pemberdayaan perempuan PAN, mulai dari
DPW, DPD, DPC, dan DPRt se-Sumatera Barat, pembentukan pengajian amanah, dan
menjalin hubungan baik Mitra PAN dengan ibu-ibu Aisyah, dan melakukan TOT
untuk perempuan PAN.
Selain badan pemberdayaan perempuan DPW PAN Sumatera Barat juga
terdapat organisasi sayap yang disebut PUAN (Perempuan Amanat Nasional). Hal ini
dipaparkan oleh seorang anggota dewan perempuan dari PAN (wawancara tanggal 16
April 2012) seperti berikut ini :

"Sebenarnya di PUAN terdapat juga program-program pembinaan rutin dun
pembinaan insidental untuk menciptakan kader partai yang amanah, seperti
strategi pembinaan mental dan religius yang dilakukan dengan pembentukan
pengajian amanah secara reguler. Sementara untuk yang insidental juga
dilakukan kerja sama dengan berbagai organisasi perempuan lainnya. "
Sementara dari Partai Demokrat strategi pembinaan juga dilakukan secara
reguler dan secara insidental. Secara reguler bisa dilakukan di tingkat pusat, propinsi,
dan tingkat kabupatenlkota. Sementara secara insidental, bisa juga berasal dari partai
dan kerja sama dengan berbagai pihak seperti Badan Pemberdayaan Perempuan,
Lembaga Pengkajian Politik atau Lembaga Strategi Promosi dan Investasi Daerah
(LESPIDA), serta Lembaga Studi Politik dan Anggaran Daerah (LESPANGDA), dan
berbagai pihak lainnya.
Sebagaimana PAN, Partai Demokrat juga mempunyai organisasi sayap, yaitu
Perempuan Demokrat Republik Indonesia (PDRI) yang juga bergerak untuk
pemingkatan kapasitas dan menyiapkan kader-kader yang militan. Hal ini
diungkapkan oleh seorang anggota dewan dari Partai Demokrat (wawancara tanggal
19 April 2012).
"Sfrategiyang ditempuh oleh Partai Demokrat untuk membina perempuan
kader partai adalah memberikan pembekalan yang sifatnya rutin dari struktur
partai sebagaimana visi misi partai Pendidikan politik dilakukan secara
umum, khusus untuk perempuan, partai memfokuskan untuk merekrut
perempuan-perempuan yang berbakat dan potensial, misalnya untuk DPRD
propinsi dengan jumlah keseluruhan anggota 55 orang maka kami hams
merekrut 25 orang kader agar bisa disiapkan untuk dibina menjadi anggota
dewan. Forum silaturrahmi nasional perempuan demokrat (Silatnas) juga
menjadi agenda rutin. Sementara, pernbekalan yang berasal dari luar struktur
partai umumnya bersifat insidental, sesuai dengan keperluan. Misalnya
pembahasan rancangan undnng undnng atau sosialisasi suatu peraturan.
Peningkatan capacity building yang dilakukan dengan kerjasama LSM,
Pemda, dan Badan Pemberdayaan Perempuan juga kerap dilakukan. "
Tak

berbeda dengan PAN dan Partai Demokrat, Partai Gerindra juga

melakukan strategi pembinaan kader partainya melalui struktur partai dan di luar

struktur

partai.

Melalui

struktur

partai

dilakukan

konsolidasi

organisasi,

pelatihanlorientasi umum kader partai, baik yang dilakukan oleh partai maupun yang
di tingkat pusat, maupun pelatihan-pelatihan yang sifatnya insidental. Sedangkan di
luar partai sering dilakukan sesuai dengan kebutuhan sebagaimana dikemukakan oleh
seorang perempuan anggota dari partai ini (wawancara tanggal 19 Mei 20 12).
"Kalau ditanya bagaimana sistem pembinaan kader partai perempuan oleh
Partai Gerindra sebagai contoh saya. pada mulanya saya tidak tertarik
dengan politik karena selama ini saya bergerak di wiraswasta. Ajakan dun
motivasi dari seorang teman membuat saya tertarik. Jadi, pada awal Februari
2008, saya aktif di partai sebagai bendahara umum DPD Propinsi. Waktu itu
saya ingat betul diajak Bapak ZulkiJli Zaihani, Bapak Abel Tasman, dun yang
lainnya. Setelah aktf di partai saya mulai mendapat pembinaan orientasi
umum program partai dun berbagai pem binaan lainnya seperti yang
dilakukan oleh pemerintah pusat, pemerintah daerah, dinas atau instansi
terkait seperti dari badan pemberdayaan perempuan, Kaukus Perempuan
Politik Indonesia (XPPI) dan LSM-LSM lainnya. "
Dari pernyataan di atas terlihat telah terdapat program-program pembinaan
yang dilakukan

walaupun terlihat

belum

sistematis dengan rencana yang

komprehensif. Menarik untuk mencermati lebih lanjut bagaimana Partai Golkar
sebagai partai yang telah lama berkuasa dalam melaksanakan pembinaan kadernya,
khususnya kader perempuan yang memiliki strategi tersendiri.
Partai Golkar dalam pembinaan perempuan kader partainya dilaksanakan oleh
struktur partai dalam dua hal. Pertama, secara umum dilakukan dengan pendidikan
dan pelatihan kader, mulai dari kader dasar, sampai pada tingkatan kader paripurna.
Disamping itu, Partai Golkar juga melaksanakan Karakterdes (Kader Penggerak
Teritorial Desa). Diharapkan setiap desa ada satu orang kader Golkar. Kedua, Diklat
yang dilakukan oleh Kesatuan Perempuan Partai Golkar (KPPG). Melalui KPPG
dilakukan pendidikan dan pelatihan yang ditujukan untuk pembinaan dan peningkatan
perempuan kader partai. Dalam KPPG ini dilakukan strategi one gate policy, dimana

kebijakan satu pintu untuk menempatkan kader perempuan sesuai dengan
kompetensinya. Hal ini diungkapkan oleh seorang anggota dewantkader perempuan
Partai Golkar yang juga Ketua KPPG Propinsi seperti berikut ini :
"Sistem pembinaan diarahkan kepada pelatihan dan pendidikan kader yang
dilakukan secara umum dan secara khusus yang dilakukan KPPG. Secara
umum diklat pengkaderan dilakukan berjenjang sesuai dengan wilayah
kedudukan kader partai Diklat pengkaderan umum dilakukan oleh lenzbaga
pengkaderan, biasanya program bersifat rutin dan insidental. Sementara
khusus diklat KPPG dilaksanakan untuk pemberdayaan kader perempuan dun
biasanya dilaksanakan dengan melibatkan lembaga mitra seperti Pemda
dalam ha1 ini Badan Pemberdayaan Politik Perempuan, Kaukus Politik
Perempuan Indonesia (KPPI) atau LSM lainnya. "
Strategi pembinaan perempuan kader partai oleh Partai Golkar lebih diarahkan
kepada konsolidasi internal perempuan kader partai, peningkatan capacity building
dalarn rangka sukses kaderisasi dan melakukan sosialisasi kemasyarakatan guna
memahami hakikat Partai Golkar dan sekaligus menjaring perempuan-perempuan
potensial untuk terjun ke Golkar.

b. Materi Pembinaan.
Dalam gambaran strategi pembinaan perempuan kader partai yang dilakukan
oleh partai politik, baik PAN , Demokrat, Gerindra, maupun Golkar terlihat belum
tersistematisnya pola pembinaan strategi partai secara internal. Hal ini disebabkan
oleh karena yang banyak muncul ke permukaan adalah pelatihan-pelatihan yang
bersifat incidental. Misalnya, ketika ada rancangan peraturan baru atau ketika ada isuisu krusial yang hams ditanggapi, Persoalan berikutnya adalah bagaimana dengan
materi pembinaan? Berikut ini akan dipaparkan materi pembinaan yang telah diterima
oleh para anggota dewan perempuan di DPRD Propinsi Sumbar melalui partainya
masing-masing.

Temuan penelitian menunjukan bahwa pada umumnya materi pembinaan dari
struktur partai berkaitan dengan hakikat partai , visi dan misi partai serta upaya partai
dalam menyiapkan kadernya untuk terjun ke dunia politik praktis. Sementara dari luar
struktur partai terdapat beberapa ha1 sebagaimana diungkapkan oleh salah seorang
perempuan kader partai yang membidangi bidang pemberdayaan perempuan di Partai
Amanat Nasional (wawancara tanggal 14 Juni 2012) :
"Materi pembinaan dari struktur partai terhadap kader paratai secara
keseluruhan menyangkut landasan $loso$ partai, visi misi parta,i materimateri yang menyangkut nasionalisme seperti Pancasila, Bhineka Tunggal
Ika, NKRI dan hal-ha1 lain yang menurut partai penting dalam menyiapkan
kader partainya dalam berpolitik. Sepe rti dalam pelatihan reguler biasanya
terdapat pengetahuan-pengetahuan praktis tentang kampanye, kiat
memperoleh suara dengan simpati, pelatihan tentang pengelolaan keuangan
pemerintahan daerah dan pelatihan-pelatihan lainnya sesuai dengan
kebz~tuhanpartai. Sedangkan capacity building yang dari eksternal partai
lebih bersfat pendalaman materi seperti sosialisasi UU baru, pembahasan
rancangan UU baru dari pemerintah pusat , persoalan teknis pemilu,
pedoman pelaksanaan kampanye, komunikasi politik dalam pemilu, petunjuk
teknis, pelaksanaan pengelolaan keuangan daerah sampai kepada kedudukan
keuangan dun protokoler pimpinan dan anggota DPRD. "
Materi-materi yang disajikan dalam pembinaan kader pada umumnya tidak
dikhususkan untuk perempuan. Dari materi-materi tersebut tergambar kurang
tersusunnya materi-materi yang diperlukan oleh kader dalam meningkatkan
kualitasnya sebagai anggota dewan baik sebagai kader perempuan maupun kader lakilaki. Disamping itu persoalan krusial terkait dengan ini adalah substansial dari materi
yang diberikan dalam mendukung tugas-tugas legislatif para kader sebagai anggota
dewan, khususnya Perempuan.
Temuan penelitian juga mengungkapkan bahwa materi materi yang responsif
gender umumnya difasilitasi oleh organisasi-organisasi yang bergerak di bidang
politik

dan

perempuan.

Kondisi

ini

dikemukakan

oleh

Ketua

Bidang

Pengarusutamaan Gender (PUG) pada Badan Pemberdayaan Perempuan dan Anak
(wawancara tanggal 18 September 20 12) berikut ini :
"Program capacity building untuk perenzpuan kader partai yang dilaksanakan
oleh Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana Propinsi
Sumatera Barat telah dilaksanakan dalam berbagai bentuk kegiatan
diantaranya bekerjasama dengan Kaukus Perempuan Politik Indonesia
(KPPI) untuk mengadakan forum silaturrahmi bagi anggota legislatif se
Sumatera Barat. Tujuan dilaksanakannyaforum silaturrahmi ini adalah untuk
menjalin silaturrahmi sesama perempuan politi,k baik yang duduk di legislatif
maupun yang belum mendapat kesempatan serta menjalin sinergitas yang
dengan KPPI. Secara khusus
lebih intens bagi anggota legislatifper~~mpuan
forum silaturrahmi bertujuan untuk meningkatkan peran dan kedudukan
perempuan di ranah politik, meningkatkan rasa percaya diri dan pencitraan
kaum perempuan, meningkatkan proses perurnusan kebijakan partai,
pengambilan keputusan dalanz partai dan menggalang kekuatan serta
sinergitas dalam menghadapi pemilu 201 4 nanti. Kegiatan lain dalam bentuk
kegiatan Iokakarya dan monev perempuan di bidang politik serta dalam
bentuk pertemuan perempuan politik propinsi dan kabupaten atau kota se
Sumatera Barat. "
Berbagai program tersebut di atas memberikan bekal pengetahuan dan
keterampilan bagi perempuan untuk berkiprah di bidang politik. Adapun materimateri tersebut :
1) Program dan Kebijakan Pembangunan Pemberdayaan Perempuan di

bidang politik.

2) Tahapan pembentukan peraturan perundang-undangan berdasarkan UU
No 12 tahun 2012.
3) Eksistensi KPPI sebagai wadah aktifitas lintas partai dalam
pemenangan pemilu 20 14.
4) Resolusi gerakan politik perempuan (strategi cerdas investasi politik

menuju pemilu 2014).

5) Strategi peningkatan capability perempuan dalam meraih simpati
publik.

6) Kiat membangun komunikasi politik antar perempuan politik,

7) Strategi mempersiapkan kader politik perempuan menuju lembaga
legislatif pada pemilu 2014.
8) Motivasi diri bagi perempuan politik untuk meningkatkan kapasitas
diri.
9) Strategi kerjasama perempuan lintas partai.
10) Strategi cerdas komunikasi politik menuju pemilu legislatif 2014.
Disamping materi-materi di atas, capacity building untuk perempuan kader
partai juga dilakukan di luar struktur seperti : LSM, KPU, pusat-pusat studi yang ada
.di Universitas, Pemerintah Daerah maupun pusat dan LSM yang ada di luar negeri.
Kenyataan ini diungkapkan oleh salah seorang kader PAN (wawancara tanggal 27
September 2012) seperti berikut ini :
"Terdapat banyak instansi yang turut memberikan penguatan kepada anggota
dewan seperti Lembaga Strategi Promosi dun Investasi Daerah (LESPIDA),
Lembaga Studi Politik dan Anggaran Daerah (LESPANGDA), KPU Pusat,
Pusat Studi dan Pengembangan Kapasitas Legislatif dun sebagainya.
Lembaga-lembaga ini bekerjasama dalam rangka penguatan kapasitas
anggota dewan. "
Adapun materi-rnateri yang diberikan letnbaga-lembaga tersebut meliputi :
1) Pedoman penetapan alokasi kursi dan daerah pemilihan anggota DPRD
Propinsi dan KabupatenIKota dalam pemilu 2009.

2) Review singkat terhadap materi pokok RUU susunan dan kedudukan anggota
MPR, DPR, DPD, dan DPRD.

3) Pedoman pelaksanaan kampanye 2009.
4) Pedoman teknis pelaksanaan pemungutan dan perhitungan suara.
5 ) UU No. 15 tahun 20 1 1 tentang penyelenggaraan pemilu.

6) Kebijakan dan arah pen~bahanUU Politik dan sistem pemilu tahun 2009.
7) Petunjuk teknis pelaksanaan pengelolaan keuangan daerah.

8) Dana alokasi umum propinsi dan kabupatenkota.
9) Pertanggungjawaban APBD.

10) Kedudukan keuangan dan protokoler pimpinan dan anggota DPRD.

1 1) Pelatihan Bedah Anggaran.
12) Keterampilan politik dan Public Speaking.
13) Civic Education.
14) Voter Education.
c. Metode Pembinaan.

Temuan penelitian menunjukkan bahwa metode pembinaan perempuan kader
partai, baik yang dilakukan oleh struktur partai maupun oleh institusi di luar struktur
partai dilaksanakan dengan beberapa metode sebagaimana disampaikan oleh
perempuan anggota dewan dari kader Partai Gerindra (wawancara 8 Juni 2012)
berikut ini :
"Peningkatan capacity umumnya dilakukan terhadap kader partai dengan
melakukan sosialisasi terhadap visi dun misi partai dun kebijakan-kebijakan
internal partai yang hams diketahui oleh seluruh kader partai. Pembekalan
melalui metode sosialisasi,juga pelatihan-pelatihan yang dilakukan di tingkat
pusat dengan metode pendidikan politik ataupun workshop mengenai
kebijakan-kebijakan tertentu. "
Berbeda dengan Partai Gerindra yang lebih banyak menggunakan metode
sosialisasi, maka pada Partai Golkar dilakukan dengan beberapa metode, sebagaimana
dipaparkan oleh salah seorang kader Golkar (wawancara 26 September 2012) berikut
ini :
"Di Golkar terdapat beberapa metode pembinaan kader. Secara umum
mungkin sama dengan partai-partai lainnya. Pembinaan dilakukan berjenjang

seperti kader penggerak partai, kader penggalang, kader fungsional dun
karakterdes. Tiap-tiap jenis memiliki metode tersebdiri. Seperti misalnya
untuk pengkaderan fungsional dilakukan diklat dun orientasi, sementara untuk
karakterdes dilakukan sosialisasi sesuai dengan daerah/territorial kader.
Yang menarik untuk Perempuan ditambah dengan diklat yang dilakukan oleh
KPPG (Kesatuan Perempuan Partai Golkar). "
Disamping itu temuan penelitian juga menunjukkan bahwa keempat partai
sama-sama menggunakan metode-metode pelatihan yang masih konvensional seperti
ceramah, sosialisasi, lokakarya, workshop, dan sejenisnya. Dengan demikian belum
menggunakan model-model pelatihan kontemporer sebagaimana yang dikemukakan
oleh salah seorang kader partai yang diteliti (wawancara 26 September 2012) :
"Bila dilihat nzetode pelatihan nampak yang itu-itu saja, ya ceramah,
sosialisasi, dun workshop atau sejenisnya. Kadang-kadang menimbulkan
kejenuhan bagi kader. Ini dibuktikari ada diantara kita yang curi waktu keluar
hanya sekadar menghilangkan kejenuhan. "
2. Relevansi Model Pembinaan Terhadap Pelaksanaan Tugas-tugas Legislatif.

Jika ditinjau dari strategi pembinaan, keempat partai yang diteliti memiliki
strategi umum dan strategi khusus dalam program pembinaan. Secara umum strategi
partai dalam melakukan pembinaan tercantum dalam Anggaran Dasar dan Anggaran
Rumah Tangga (ADIART). Sebagai contoh Partai Golkar di dalam ADIART pasal 5
disebutkan bahwa kader partai adalah anggota yang telah mengikuti pendidikan dan
latihan kader dan disaring atas dasar kriteria : (1) ideologi ; (2) penghayatan terhadap
visi-misi dan platform partai ; ( 3 ) prestasi, dedikasi, disiplin, loyalitas, dan tidak
tercela (PDLT) ; (4) kepemimpinan ;dan (5) militansi dan mandiri.
Disamping ADIART, pada program umum Partai Golkar juga memuat strategi
pengembangan sistem kaderisasi dan regenerasi sebagaimana berikut ini :

a. Menciptakan pola rekrutmen kader yang dilakukan secara terbuka dari
berbagai sumber dan lapisan masyarakat yang mencerminkan Partai Golkar
sebagai partai modem dan terbuka yang memiliki ciri pluralisme.
b. Menciptakan sistem perkaderan yang terprogram, terukur dan sistematis
terhadap basis-basis Partai Golkar terutama terhadap massa baru dalam
masyarakat.
c. Membangun institusi perkaderan yang mandiri guna menjamin berjalannya
proses sirkulasi dan regenerasi politik secara sehat dan demokratis.
d. Membangkitkan kembali semangat, militansi dan kecintaan kader terhadap
Partai Golkar melalui sistem Karakterdes (Kader Penggerak Teritorial Desa)
dan Karsinal (Kader Fungsional) dengan mendayagunakan secara optimal
organisasi-organisasi yang mendirikan, yang didirikan dan organisasi sayap
Partai Golkar.
e. Merekrut dan mengembangkan kader-kader hngsional di segala bidang
(petani, nelayan, guru, dan profesi-profesi lainnya) untuk dapat melaksanakan
program-program partai secara profesional di tengah-tengah masyarakat,
sebagai penjabaran dari konsep karya kekaryaan Partai Golkar.

f. Mendayagunakan kader-kader Partai Golkar secara efektif dalam berbagai
bidang sesuai dengan kompetensi yang dimilikinya sehingga mampu
memberikan kontribusi positif di bidangnya masing-masing.
g. Mewujudkan proses regenerasi kepemimpinan partai dalam semua tingkatan
termasuk distribusi kader untuk mengisi posisi (jabatan publik) yang dapat
menjamin peran partai di tengah-tengah masyarakat.

h. Merekrut kader-kader potensial secara merit sistem khususnya di kalangan
usia muda yang telah teruji, memiliki kompetensi dan dengan memperhatikan
kesetaraan gender untuk memperkuat struktur kepengurusan Partai Golkar.
Dari strategi di atas secara umum setiap partai memiliki kondisi ideal tentang
model pembinaan kader partainya, yang nantinya bermuara pada penciptaan kader
yang berkualitas. Namun secara khusus di tingkat operasionalisasi ternyata temuan
penelitian

mengungkapkan

bahwa

strategi

pembinaan

kader

partai

belum

dilaksanakan secara optimal.
Temuan penelitian juga mengungkapkan dari dua strategi pembinaan kader
yaitu : Pertama, melalui cara reguler dari dalam partai (melalui pelatihan-pelatihan
sesuai kebutuhan dan tingkatan kader partai). Sementara itu yang kedua, melalui cara
incidental dapat saja berasal dari partai dan bekerjasama dengan berbagai pihak
seperti Badan Pemberdayaan Perempuan, Lembaga Pengkajian Politik atau Lembaga
Strategi Promosi dan Investasi Daerah (LESPIDA), serta Lembaga Studi Politik dan
Anggaran Daerah (LESPANGDA) dan LSMXSM lainnya.
Dari kedua cara yang dipaparkan sebelumnya bila dicermati relevansinya
dengan pelaksanaan tugas-tugas legislatif, terlihat sudah cukup relevan, namun belum
optimal. Hal ini sejalan dengan pengungkapan seorang kader partai (wawancara 28
September 2012) berikut ini :

"Strategipembinaan kader dalam tataranfilosofis idealis hendaknya terwujud
dalam tataran implementasi. Hams ada pengkajian yang mendalam tentang
kebijakan-kebijakan pembinaan kader, baik kader partai atau kader yang
dibina untuk caleg. Strategi pembinaan hams terstruktur dengan
sistematis/teknis yang jelas, sehingga dimanapun seorang kader berada dia
pasti mendapat fasilitas pembinaarz yang sama sehingga ada ukuran-ukuran
kualitas kade r.
"

Model pembinaan yang komprehensif, sistematis dan terukur pada akhirnya
akan turut mempengaruhi kualitas kader. Belum optimalnya strategi pembinaan
perempuan kader partai terlihat dengan belum sistematisnya pola pembinaan partai
secara internal. Hal ini disebabkan oleh karena yang banyak muncul ke permukaan

. adalah pelatihan-pelatihan bersifat incidental seperti ketika ada rancangan peraturan
baru atau ketika ada isu-isu krusial yang harus ditanggapi.
Menyangkut strategi pembinaan partai, temuan penelitian menunjukkan belum
adanya strategi khusus partai untuk kader perempuannya. Semua kader, baik laki-laki
maupun perempuan diperlakukan sama oleh keempat partai yang diteliti. Walaupun
keempat partai yang diteliti memiliki Badan Pemberdayaan Perempuan pada
partainya. Namun strategi yang dilakukan belum khusus mengarah pada persiapan
perempuan untuk menjalankan tugas-tugas legislatif. Dengan kata lain partai tidak
menciptakan strategi khusus untuk kader perempuannya.
Kemudian

bila

dilihat

dari

materi

pembinaan,

temuan

penelitian

mengungkapkan materi pembinaan yang dilakukan partai lebih besar muatannya pada
materi-materi yang bertujuan untuk menanamkan pemahaman dan militansi sebagai
anggota partai sekaligus keterampilan-keterampilan yang dibutuhkan untuk meraup
suara dalam suatu pemilihan. Hal ini sebagaimana terlihat dalam salah satu agenda
Orientasi Fungsionaris Partai Golkar yang diadakan di Cluster Bukittinggi pada
tanggal 20-2 1 Oktober 20 12.

Materi Orientasi Fungsionaris Partai Golkar
Bukittinggi, 20-2 1 Oktober 2012.
Harimanggal

Sabtul
20 Oktober 2012

Minggul
21 Oktober 20 12

Waktu
14.00 - 15.30

Materi
Kebijakan Umum Partai Golkar

15.30 - 16.00

Ishorna.

16.00 - 17.30

Kebijakan DPP Partai Golkar di Bidang Organisasi.

17.30 - 19.30

Ishoma.

19.30 - 21.30

Program Karya Kekaryaan Partai Golkar dan Strategi
Pemenangan Pemilu Partai Golkar.

21.30 - 23.30

Peran Fungsionaris dalam Upaya Pemenangan Partai
Golkar, Isu-isu Aktual dan Peran Fraksi Partai Golkar.

08.30 - 10.00

UU Politik, Tahapan Pemilu dan Antisipasi Partai
Golkar.

10.00 - 12.00

Peran Kaum Perempuan dalam Pemenangan Partai
Golkar, Strategi dan Penggalangan Pemilih Pemula dan
Pemuda.

Berdasarkan materi-materi

yang disampaikan di atas, terlihat materi

pembinaan masih menitikberatkan kepada upaya partai dalam menyiapkan kadernya
untuk terjun ke dunia politik praktis. Sementara materi-materi yang berkaitan dengan
pelaksanaan tugas-tugas legislatif, lebih banyak berasal dari luar struktur partai seperti
yang dilakukan oleh Badan Pemberdayaan Perempuan dan Anak, Kementerian Dalam
Negeri, Lembaga Pengkajian Politik atau Lembaga Strategi Promosi dan Investasi
Daerah (LESPANGDA), serta LSM-LSM lainnya.
Berikut ini akan dipaparkan materi-materi yang diberikan dalam pembinaan
kader partai di luar struktur partai. Sebagai contoh materi-materi yang diberikan oleh
Badan Pemberdayaan Perempuan dan Anak di Bidang Pengarusutamaan Gender
(PUG) bekerjasama dengan Kaukus Politik Perempuan sebagai berikut :
a. Program dan Kebijakan Pembangunan Pemberdayaan Perempuan di bidang
politik.

b. Tahapan pembentukan peraturan perundang-undangan berdasarkan UU No 12
tahun 20 12.
c. Eksistensi KPPI sebagai wadah aktifitas lintas partai dalam pemenangan
pemilu 2014.
d. Resolusi gerakan politik perempuan (strategi cerdas investasi politik menuju
pemilu 2014).
e. Strategi peningkatan capability perempuan dalam meraih simpati publik.
f. Kiat membangun komunikasi politik antar perempuan politik,
g. Strategi mempersiapkan kader politik perempuan menuju lembaga legislatif
pada pemilu 20 14.
h. Motivasi diri bagi perempuan politik untuk meningkatkan kapasitas diri.
i.

Strategi kerjasama perempuan lintas partai.

j.

Strategi cerdas komunikasi politik menuju pemilu legislatif 2014.
Sementara materi-materi yang diberikan oleh LSM-LSM dan yang lainnya

meliputi hal-ha1 berikut :
a. Pedoman penetapan alokasi kursi dan daerah pemilihan anggota DPRD

Propinsi dan KabupatenIKota dalam pemilu 2009.
b. Review singkat terhadap materi pokok RUU susunan dan kedudukan anggota
MPR, DPR, DPD, dan DPRD.
c. Pedoman pelaksanaan kampanye 2009.
d. Pedoman teknis pelaksanaan pemungutan dan perhitungan suara.
e. UU No.15 tahun 201 1 tentang penyelenggaraan pemilu.
f. Kebijakan dan arah perubahan UU Politik dan sistem pemilu tahun 2009.

g. Petunjuk teknis pelaksanaan pengelolaan keuangan daerah.

h. Dana alokasi umum propinsi dan kabupatenlkota.
i. Pertanggungjawaban APBD.
j.

Kedudukan keuangan dan protokoler pimpinan dan anggota DPRD.

k. Pelatihan Bedah Anggaran.
1. Keterampilan politik dan Public Speaking.
m. Civic Education.
n. Voter Education.

Dari dua pemaparan materi tersebut terlihat relevansinya dengan pelaksanaan
tugas-tugas dewan yaitu dalam ha1 menjalankan fungsi legislasi, fungsi anggaran, dan
fungsi pengawasan. Bila dilihat lebih jauh relevansi materi-materi yang diberikan
nampak pada tema-tema antara lain :
a. Strategi mempersipakan kader politik Perempuan menuju lembaga legislatif
pada pemilu 20 14.
b. Tahapan pembentukan peraturan perundang-undangan berdasarkan UU No. 12
tahun 20 12.
c. Review singkat terhadap materi peraturan perundang-undangan.
d. Petunjuk teknis pelaksanaan pengelolaan keuangan daerah.
e. Dana alokasi umum propinsi dan kabupaten/kota.

f. Pertanggungjawaban APBD.
g. Kedudukan keuangan dan protokoler pimpinan dan anggota DPRD.

h. Pelatihan Bedah Anggaran.
i. Komunikasi politik dan public speaking.
Sementara itu dari segi metode, temuan penelitian menunjukkan metode yang
dominan dipakai adalah metode-metode diklat, ceramah, lokakarya, dan workshop.

Bila dilihat dari efektifitas metode dalam pembinaan terlihat tidak begitu efektif
mengingat

yang

diperlukan

disini

adalah

bagaimana

metode

tersebut

"membelajarkan" kader agar berpengetahuan dan terampil dalam melaksanakan
tugas-tugas legislatifnya kelak.
3. Pengembangan Model Pembinaan Perempuan Kader Partai Sebagai Upaya
Peningkatan Kualitas Ketenvakilan Perempuan di Lembaga Legislatif.
Dari pemaparan sebelumnya telah teridentifikasi model pembinaan Perempuan
kader partai yang meliputi strategi, materi, dan metode pembinaan serta bagaimana
relevansinya dengan pelaksanaan tugas-tugas

legislatif. Berdasarkan temuan

penelitian tersebut perlu dikembangkan model pembinaan Perempuan kader partai
agar kelak setelah duduk di lembaga legislatif dapat melaksanakan tugas-tugasnya
secara baik dan bermanfaat banyak bagi masyarakat.
Pengembangan model pembinaan yang dimaksudkan tentu bertujuan untuk
meningkatkan pembinaan yang telah ada, baik dari segi strategi, materi dan metode.

a. Strategi Pembinaan.
Pengembangan model pembinaan perempuan kader partai dari segi strategi
pembinaan adalah dengan melakukan langkah-langkah sebagai berikut :

1) Partai hams menciptakan pola pembinaan kader yang terprogram, terukukr,
sistematis, dan komprehensif serta berlaku di semua lini kader dan wilayah
kader .

2) Adanya tata norma, aturan dan tata institusi dalam membentuk sistem
pengkaderan, baik pengkaderan umum dan pengkaderan khusus.

3) Partai hams menerapkan model rekrutmen yang terbuka dan demokratis.

4) Membangun institusi pengkaderan yang mandiri di dalam partai dan institusi
independen yang membina para caleg lintas partai.

5) Terdapatnya sistem evaluasi pembinaan kader yang berkesinambungan.

6) Membentuk jaringan kerja kader melalui interaksi antar kader demi
meningkatkan kualitas kader agar lahir kader-kader yang loyal dan berdedikasi
tinggi.
7) Perlu dilakukan affirmative action dalam merekrut dan melakukan pola

pembinaan perempuan kader partai guna mencapai critical mass (angka
strategis).
8) Model pembinaan perempuan kader partai, baik dari segi strategi pembinaan,
materi pembinaan maupun metode pembinaan hendaknya dikembangkan dan
sesuai dengan kebutuhan perempuan.

b. Materi Pembinaan.
Temuan penelitian menunjukkan bahwa materi pembinaan kader tidak
dibedakan antara kader partai perempuan dan kader laki-laki. Dari struktur dalam
partai materi pembinaan diarahkan kepada tiga ha1 utama yaitu : (1) materi-materi
yang berhubungan dan bertujuan menanamkan pemahaman dan militansi sebagai
anggota partai politik ; (2) materi-materi yang menyangkut pemahaman dan militansi
sebagai warganegara Republik Indonesia ; dan (3) materi-materi yang berkaitan
dengan upaya-upaya kader dan partai dalam memenangkan pemilu.
Sementara itu dari luar struktur partai, temuan penelitian menunjukkan
terdapatnya banyak materi-materi yang bertujuan untuk meningkatkan kapasitas kader
perempuan dari partai politik. Adapun pengembangan materi pembinaan Perempuan
kader partai dapat dikemukakan sebagai berikut :

1) Materi-materi yang berhubungan dengan penciptaan kader militansi partai.
2) Materi-materi

yang

berhubungan

dengan

masalah

kebangsaan

dan

nasionalisme.

3) Materi-materi yang berhubungan dengan komunikasi politik dan public
hearing.
4) Materi-materi

yang berhubungan dengan persiapan kader Perempuan

memenangkan pemilu.
5) Materi-materi seputar teknis penyelenggaraan pemilu.

6) Materi-materi yang berhubungan dengan teknis pelaksanaan pengelolaan
keuangan daerah dan anggaran responsif gender.
7) Materi-materi yang berhubungan dengan pelaksanaan fungsi legislasi seperti

teknik penyusunan peraturan perundang-undangan (legal drafting), dan
sebagainya.
8) Materi-materi yang berhubungan dengan pelaksanaan fungsi pengawasan.

9) Materi-materi yang berhubungan dengan fungsi penvakilan.
10) Materi-materi yang berhubungan dengan etika politik dan etika pemerintahan.
c. Metode Pembinaan.

Metode pembinaan yang digunakan partai dalam melakukan proses kaderisasi
pada saat ini adalah metode ceramah, brainstorming (curah pendapat), diskusi dan
tanya jawab. Metode ini perlu dikembangkan ke arah yang lebih dinamis. Berikut ini
terdapat beberapa metode pembinaan yang dipandang cukup efektif untuk melakukan
pembinaan terhadap perempuan kader partai. Metode tersebut adalah : (1) metode
kesadaran kritis ;(2) metode advokasi ; (3) metode evaluasi ; (4) metode sosialisasi ;
(5) metode fasilitasi ; (6) metode seminar ; (7) metode workshop ; (8) metode

pendidikan politik ; (9) metode dialog interaktif ;(10) metode forum koordinasi ;(1 1)
metode brainstorming ; dan (12) metode jejaringkemitraan.
Berdasarkan pemaparan sebelumnya dapat digambarkan rancang bangun
pengembangan model pembinaan perempuan kader partai.
Strategi Pembinaan :

1. Terprogram, terukur, sisternatis, clan kornprehensif.
2. Tata norma, aturan, dan tata institusi pengkaderan.
3. Model rekrutrnen terbuka dan demokratis.
4. lnstitusi pengkaderan independen.
5 . Evaluasi berkesinambungan.
6. Jaringan kerja.
7. Affirmative action.
8. Sesuai kebutuhan perernpuan.

Pembinaan perempuan

Materi Pembinaan :
Materi-materi yang berhubungan dengan :
1. Militansi terhadap partai.
2. Nasionalisme dan rnasalah
kebangsaan.
3. Komunikasi politik dan public
speaking.
4. Persiapan rnernenangkan pemilu.
5 . Teknis penyelenggaraan pemilu.
6. Pengelolaan keuangan dan anggaran
responsif gender.
7. Legal drafting.
8. Fungsi pengawasan.
9. Fungsi perwakilan.
10. Etika politik dan etika
pemerintahan.

Metode Pembinaan :

1. Kesadaran kritis.
2. Advokasi.
3. Evaluasi.
4. Sosialisasi.

7.

Fasilitasi.
Seminar.
Workshop.

8.

Pendidikan politik.

5.
6.

9. Dialog interaktif.
10. Forum koordinasi.
11. Brainstorming.
12. Kernitraan.

C . Pembahasan.

Salah satu peran strategis partai politik dalam melakukan upaya pemberdayaan
perempuan di bidang politik adalah menyiapkan perempuan kader partainya untuk
menjadi kader yang berkualitas ketika menduduki jabatan-jabatan publik, terutama
ketika perempuan kader partai politik tersebut berada di lembaga legislatif. Selama ini
di belahan dunia manapun juga, perempuan selalu termarjinal di dalam kehidupan
politik, baik dari segi kualitas maupun kuantitas.
Peran strategis partai tersebut terkenal dengan proses kaderisasi. Kaderisasi
mengandung makna suatu proses membentuk dan mempersiapkan tenaga-tenaga
potensial, militan yang terlatih dan terdidik untuk mengerahkan dan menggerakkan
berbagai kekuatan/sumberdaya, serta mampu memimpin dan melaksanakan tugastugas pencapaian misi organisasi secara optimal dimanapun berada (Bambang
Yudhoyono, 2001).
Untuk menjadi kader yang berkualitas, perempuan kader partai harus
mendapatkan sistem pembinaan yang jelas, komprehensif, dengan strategi, materi,
dan metode pembinaan yang sesuai dengan kebutuhan perempuan itu sendiri. Temuan
penelitian menunjukkan keempat partai politik yang diteliti yaitu PAN, Demokrat,
Golkar, dan Gerindra tidak memiliki program kaderisasi khusus untuk perempuan.
Yang ada hanya salah satu struktur partai yaitu badan partai yang mengurusi masalah
pemberdayaan perempuan, namun tidak khusus untuk pernberdayaan di bidang
politik. Kenyataan ini dapat dimaknai belum "seriusnya" partai membina dan
membekali perempuan untuk menjadi kader yang berkualitas. Penting dilakukan
tindakan afirmatif dari internal partai terhadap kader perempuannya demi
"mendongkrak" keterbatasan yang dimiliki oleh rata-rata perempuan kader partai.

Keterbatasan yang dimaksud adalah keterbatasan pengetahuan, keterampilan, minat
dan motivasi, serta kesempatan untuk berkiprah di bidang politik.
Model pembinaan perempuan kader partai dapat dicermati melalui strategi
pembinaan, materi pembinaan, dan metode pembinaan yang dilakukan terhadap kader
perempuannya, khususnya kader-kader yang dipersiapkan untuk menjadi calon
legislatif. Temuan penelitian menunjukkan belum terdapat model kebijakan strategis
partai yang responsif gender dalam melakukan pembinaan terhadap perempuan kader
partai. Di dalam program umum partai hanya dijabarkan grand design sukses
kaderisasi yang diharapkan, baik untuk kader perempuan atau laki-laki. Dengan
demikian sangat bersifat filosofis ideologis.
Sementara dalam tataran implementatif, belum terdapat strategi pembinaan
yang komprehensif, sistematis dan terukur. Strategi pembinaan hanya dilakukan
secara reguler dan insidental. Secara reguler dilakukan di dalam struktur partai dan
lebih menekankan penanaman militansi terhadap partai. Sementara secara insidental
lebih mengacu kepada pemahaman yang terkait hal-ha1 khusus seperti ketika ada
rancangan peraturan perundang-undangan yang baru atau ketika ada isu-isu krusial
yang harus ditanggapi. Pembinaan secara insidental dilakukan bekerjasama dengan
Kementerian Dalam Negeri, Badan Pemberdayaan Perempuan dan Anak di Propinsi,
dan lembaga LSM lainnya.
Bila dilihat lebih lanjut, strategi pembinaan terhadap kader partai mengandung
dua persoalan yaitu : Pertama, bagaimana usaha-usaha yang dilakukan partai untuk
meningkatkan

kemampuan

kader,

baik

merupakan

pengetahuan

maupun

keterampilan (skill). Kedua, bagaimana upaya yang dilakukan oleh partai untuk

membentuk dan mempersiapkan tenaga-tenaga potensial, militan, penuh dedikasi, dan
mampu menjaga kelestarian visi dan misi partai (Koirudin, 2004).
Menyangkut pada persoalan pertama, temuan penelitian menunjukkan semua
partai yang diteliti telah melakukan upaya peningkatan kemampuan kader walaupun
belum secara komprehensif. Pengetahuan dan kemampuan kader yang ditingkatkan
masih berorientasi bagaimana kader dapat meraih kursi dan kekuasaan seperti
keterampilan dalam berkomunikasi dan kampanye simpatik, keterampilan dan strategi
cerdas mempersiapkan kader politik perempuan menuju lembaga legislatif pada
pemilu 20 14 dan sebagainya.
Sedangkan menyangkut pada persoalan kedua, upaya yang dilakukan partai di
lapangan adalah melakukan pelatihan kader secara berjenjang. Seperti pada PAN,
pelatihan kader tingkat pertama adalah LKAD, kemudian dilanjutkan dengan
pelatihan LKAM, dan akhirnya pelatihan kader tingkat utama yang dikenal dengan

LKAU. Disamping itu juga dilaksanakan pelatihanlCoaching Instruktur Nasional
(GIN), Training of Instructure (TOO, dan Coaching Instruktur Daerah (CID).

Berdasarkan kedua upaya tadi, terlihat struktur partai hanya menginginkan dua ha1
yaitu kader partai militan dan partai menang dalam pemilu.
Strategi pembinaan yang dilakukan oleh Badan Pemberdayaan Perempuan di
partai dan bekerjasama dengan Badan Pemberdayaan Perempuan dan Anak di tingkat
propinsi, Kaukus Politik Perempuan Indonesia Sumatera Barat ataupun dengan LSMLSM lainnya, sudah cukup mengarah kepada kebutuhan l u s u s perempuan walaupun
belum optimal. Adapun pengembangan strategi pembinaan dan langkah-langkah yang
harus dilakukan oleh partai adalah sebagai berikut :

Pertama, partai harus menciptakan pola pembinaan perempuan kader partai
yang terprogram, terukur, sistematis, dan komprehensif serta berlaku di semua lini
kader dan wilayah (teritorial) kader. Dengan kondisi ini mengharuskan adanya
pengimplementasian yang terukur, sistematis dan komprehensif tentang pola dan
manajemen pengkaderan. Satu manfaat pasti yang dapat dipetik adalah kader dalam
jenjang pelatihan yang sama akan memiliki kualifikasi yang sama walaupun daerah
teritorialnya berbeda.

Kedua, adanya tata norma, aturan dan tata institusi dalam membentuk sistem
pengkaderan, baik pengkaderan umum maupun khusus. Aturan yang jelas diperlukan
untuk mengimplementasikan program umum partai dalam rangka sukses kaderisasi.

Ketiga, partai menerapkan rekrutmen kader yang terbuka dan demokratis.
Rekrutrnen politik harus dilakukan secara demokratis dengan memperhatikan azasazas kesetaraan, keadilan, transparansi, dan berlangsung dalam tatanan politik

@olitical order) yang jelas. Model rekrutmen legilslatif yang demokratis setidaknya
menurut Sutoro Eko (2003) hams mengandung prinsip-prinsip dasar : (1) partai
politik harus mempromosikan kandidat yang berkualitas, yakni yang memiliki
kapasitas, integritas, legitimasi dan populer (dikenal) di mata masyarakat ; (2) proses
rekrutmen hams berlangsung secara terbuka. Masyarakat hams memperoleh infromasi
yang memadai dan terbuka tentang siapa kandidat parlemen dari partai politik, track

record masing-masing kandidat dan proses seleksi hingga penentuan daftar calon ; (3)
proses rekrutmen harus bersandar pada'partisipasi elemen-elemen masyarakar sipil ;

(4) partai politik mau tidak mau hams mengembangkan basis atau jaringan dengan
komunitas atau organisasi masyarakat sipil ; dan (5) penerapan rekrutmen politik

dengan model demokratis membutuhkan dukungan pendidikan politik yang memadai
kepada rakyat.
Selanjutnya khusus untuk ketenvakilan perempuan, Norris (2004) menjelaskan
sangat tergantung dengan pilihan rasional dari lembaga partai politik (rational choice

institutionalism) dan nilai-nilai budaya dalam masyarakat dalam memilih atau tidak
memilih perempuan. Kenyataan yang ada dideskripsikan oleh IDEA (2002) "partaipartai politik memainkan peran penting dalam mempengaruhi jumlah perempuan
yang terpilih masuk ke parlemen. Saat ini partai-partai politik belum menunjukkan
komitmen yang kuat mengenai kesempatan yang setara bagi perempuan agar direkrut
sebagai fungsionaris partai dan anggota parlemen."