KANDOUSHI DALAM TINDAK TUTUR EKSPRESIF PADA KOMIK MEITANTEI CONAN
KANDOUSHI DALAM TINDAK TUTUR EKSPRESIF
PADA KOMIK MEITANTEI CONAN
マンガ『名探偵コナン』における感動詞
Skripsi Oleh :
RATNA DWI HAPSARI NIM 13050110120007
PROGRAM STUDI SASTRA JEPANG
FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2014
KANDOUSHI DALAM TINDAK TUTUR EKSPRESIF
PADA KOMIK MEITANTEI CONAN
マンガ『名探偵コナン』における感動詞
SKRIPSI
Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk Memenuhi Ujian Sarjana Program S1 Humaniora dalam Ilmu Bahasa dan Sastra Jepang
Fakultas Ilmu Budaya Universitas Diponegoro
Oleh : RATNA DWI HAPSARI NIM 13050110120007
PROGRAM STUDI SASTRA JEPANG
FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2014
HALAMAN PERNYATAAN
Dengan sebenarnya, penulis menyatakan bahwa skripsi ini disusun tanpa mengambil bahan dari hasil penelitian untuk suatu gelar sarjana atau diploma di suatu universitas maupun hasil penelitian lain. Sejauh penulis ketahui, skripsi ini juga tidak mengambil bahan dari publikasi atau tulisan orang lain, kecuali yang telah tercantum dalam rujukan dan daftar pustaka. Penulis bersedia menerima sanksi apabila terbukti melakukan penjiplakan
Semarang, September 2014 Ratna Dwi Hapsari
HALAMAN PERSETUJUAN
Disetujui oleh Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II Drs. Surono, S.U. Maharani Patria Ratna, S.S., M.Hum.
NIP. 1952 06 171979031003
HALAMAN PENGESAHAN
Diterima dan disahkan oleh Panitia Ujian Skripsi Program Studi Sastra Jepang Fakultas Ilmu Budaya Universitas Diponegoro Semarang
Ketua Drs. Surono, S.U. ..................................................... NIP. 1952 06 171979031003 Anggota I Maharani Patria Ratna, M.Hum. .....................................................
Anggota II Ribeka Ota, M.A. .....................................................
Semarang, 28 Oktober 2014 Ketua Program Studi Sastra Jepang
Elizabeth Ika Hesti A.N.R, S.S, M. Hum NIP. 197504182003122001
MOTTO
頭の大きい人はうんがいい “atama no ookii hito wa un ga ii”
Masa depan (yang baik) hanya untuk orang yang optimis ( dalam kamus bahasa Jepang )
Life is not fair. Life is not fair. But despite that harsh reality, you must keep striving for succes ( Rashema Melson )
PERSEMBAHAN
Skripsi ini saya dedikasikan untuk orang-orang tersayang yang telah membantu saya selama ini, yaitu kepada: Keluarga tercinta saya, bapak dan ibu yang selalu mendoakan saya setiap saat, kakak yang selalu mendukung dan membantu saya selalu, adik yang tidak banyak membantu tapi aku menyayangimu dek, dan saudara-saudara yang selalu menyemangati dan mendoakan bahkan memarahi saya setiap saat.
Sahabat-sahabat tercinta di Universitas Diponegoro. Buat Nova Tambun dan Putri Supangat yang tidak pernah bosan bersahabat dengan saya dari pertama masuk sampai sekarang, Ajeng yang selalu memberikan tumpangan tidur dan banyak membantu dalam segala hal terutama dalam pembuatan skripsi ini, ustadzah Hanas yang tidak pernah lelah memberikan wejangan dan kultumnya setiap hari, juga tidak lupa tumpangan tidurnya. Ayu dan Sindi yang sudah berbaik hati meminjami saya kamus dan mengajari saya banyak hal. Hendy, Dhea, Ajeng, dan Sindi, terimakasih karena sudah membantu saya dalam mengartikan teori bahasa Jepang ke bahasa Indonesia, tanpa kalian apalah jadinya skripsi ini. Ais yang sudah ikhlas meminjami saya komik Conan dalam waktu lama, jasamu yang besar tak terlupakan teman. Serta keluarga besar Sastra Jepang 2010 yang selalu penuh dengan kenangan, walaupun tidak semua nama saya sebutkan, tapi kalian semua sangat berharga di hati ini. Terimakasih atas tahun-tahun kebersamaannya, terimakasih atas semua kenangannya, terimakasih atas
Sahabat tercinta di SMA, Virgo, Tya, Runti, dan Ida yang selalu menyemangati saya agar cepat lulus.
Fifi, sahabat tak terduga yang nyatanya awet dari SMP sampai sekarang.
Terimakasih atas semangat dan dukungannya. Fara, teman komplek yang selalu menyemangati dan menemani saya di saat galau skripsi dan galau yang lainnya.
Ibu Ida yang ada di perpus FIB. Terimakasih banyak bu, atas doa dan semangatnya.
Orang-orang berharga yang selalu memantu saya baik sengaja maupun tidak disengaja. Saya ucapkan terimakasih atas semangat, dorongan, partisispasi, dan doanya.
PRAKATA
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas berkah, rahmat, taufiq, serta hidayah-Nya sehingga penulis akhirnya dapat menyelesaikan skripsi ini.
Penulisan skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan program strata I Sastra Jepang Fakultas Ilmu Budaya Universitas Diponegoro.
Penulis menyadari dalam proses penulisan skripsi yang berjudul “Kandoushi
Dalam Tindak Tutur Ekspresif Pada Komik Meitantei Conan
” ini mengalami banyak kesulitan. Namun, berkat bimbingan dari dosen pembimbing, serta kerja sama dan dukungan dari berbagai pihak, maka kesulitan-kesulitan tersebut dapat teratasi.
Dalam menyelesaikan skripsi ini penulis menerima banyak bantuan dari berbagai pihak baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu, penulis menyampaikan terima kasih kepada : 1.
Bapak Drs. Agus Maladi Irianto, M.A selaku Dekan Fakultas Ilmu Budaya Universitas Diponegoro Semarang.
2. Ibu Elizabeth Ika Hesti ANR, S.S, M. Hum, selaku Ketua Jurusan Sastra Jepang Fakultas Ilmu Budaya Universitas Diponegoro Semarang.
3. Bapak Drs. Surono, S.U, selaku dosen pembimbing I dalam penulisan skripsi ini. Terima kasih untuk waktu, arahan, dan bimbingannya selama menjadi pembimbing.
4. Ibu Maharani Patria Ratna, S.S, M.Hum, selaku Dosen Pembimbing II dalam penulisan skripsi ini. Terima kasih waktu, arahan dan bimbingannya selama menjadi pembimbing.
5. Ibu Bapak Drs. Surono, S.U, selaku Dosen Wali Akademik Sastra Jepang Fakultas Ilmu Budaya Universitas Diponegoro.
6. Seluruh Dosen Sastra Jepang Fakultas Ilmu Budaya Universitas Diponegoro Semarang yang telah membagikan ilmunya. Kepada Lina 先生, Nur 先生, Novi 先生, Yuli 先生, Budi 先生, Zaki 先生, Astuti 先生, Elis 先生, Rani 先 生, Reni 先生, Yuko 先生, Asada 先生. Domo Arigatogozaimasu.
7. Kedua orang tua, kakak dan adik, serta keponakan tercinta yang telah mendukung terselesaikannya skripsi ini.
8. Sahabat-sahabat tercinta dan seluruh teman-teman sastra Jepang angkatan 2010, terima kasih atas doa, dukungan, saran, nasehat dan bantuannya selama ini. Walaupun kita bukan keluarga sedarah, tetapi kebersamaan kita bagaikan keluarga dekat yang tidak akan tergantingkan.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih belum sempurna. Oleh karena itu penulis dengan segala kerendahan hati menerima kritik dan saran dari semua pihak. Akhir kata, semoga penulisan skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca umumnya.
Semarang, September 2014 Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
PERSEMBAHAN ................................................................................................ vii
i
BAB IPENDAHULUAN ....................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang dan Permasalahan ............................................................... 1
1.1.1 Latar Belakang .................................................................................. 1
1.1.2 Permasalahan..................................................................................... 4
1.2 Tujuan Penelitian ......................................................................................... 4
1.3 Ruang Lingkup .............................................................................................. 5
1.4 Metode Penelitian......................................................................................... 6
1.5 Manfaat Penelitian ....................................................................................... 11
1.6 Sistematika Penulisan ................................................................................. 12
BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI........................14
2.1 Tinjauan Pustaka ......................................................................................... 14
2.2 Kerangka Teori ............................................................................................ 16
2.2.1 Definisi Pragmatik .......................................................................... 16
2.2.2 Tindak Tutur.................................................................................... 18
2.2.3.2 Tindak Ilokusi .............................................................................. 20
2.2.3.3 Tindak Perlokusi .......................................................................... 22
2.2.4 Definisi Kandoushi ......................................................................... 22
2.2.5 Jenis-Jenis Kandoushi ..................................................................... 24
BAB III ANALISIS JENIS DAN FUNGSI KOMUNIKATIF KANDOUSHI
DALAM TINDAK TUTUR EKSPRESIF PADA KOMIK “MEITANTEI CONAN” ....................................................................... 31BAB IVKESIMPULAN DAN SARAN ............................................................. 65
4.1 Simpulan ...................................................................................................... 65
4.2 Saran ............................................................................................................ 68
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 69
SINOPSIS ........................................................................................................... 71
LAMPIRAN ......................................................................................................... 74
BIODATA PENULIS .......................................................................................... 95
ABSTRACT
Kandoushi is a word that also used as sentence which is used to express the speaker‟s feeling. In Indonesian language, kandoushi often called as Interjection.In general, kandoushi is spoken by Japanese people in their daily conversation.
The purpose of the writer examines kandoushi in expressive spech act is to know the function of each kandoushi in expressive speect act, so that the learners of Japanese language can use kandoushi in accordance with the functions of each kandoushi.
The writer using descriptive-qualitative method and taking data source through
Meitantei Conan comic. Theory that is used in this research is theory from
Namatame Yasu and the writer also limit it by the age of 30 to 40 years old, also
taking speech which containing expressive speech act that contain kandoushi. From the result of the research, there are 20 data conversations which contain 18 types of kandoushi and 10 expressive speech act.
Keywords : Kandoushi (interjection words), expressive spech act
BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang dan Permasalahan
1.1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan suatu alat komunikasi terpenting bagi manusia.
Dalam berkomunikasi, penyampaian bahasa yang benar merupakan suatu hal yang penting, karena bahasa membantu penutur untuk menyampaikan sesuatu yang ia rasakan. Melalui bahasa seseorang dapat menyampaikan ide, pikiran, dan keinginannya terhadap lawan tutur. Sutedi (2011:2) menjelaskan bahwa,
“Salah satu fungsi bahasa adalah sebagai media atau sarana untuk menyampaikan suatu ide, pikiran, hasrat, dan keinginan kepada orang lain. Memang bahasa terkadang digunakan bukan untuk menyampaikan sesuatu pada orang lain, tetapi hanya ditunjukkan pada diri sendiri seperti saat berbicara sendiri baik yang dilisankan maupun hanya di dalam hati. Akan tetapi yang paling penting adalah ide, pikiran, hasrat, dan keinginan tersebut dituangkan melalui bahasa
.” Dalam berkomunikasi, bahasa tidak hanya digunakan untuk menyampaikan ide, pikiran, dan keinginannya terhadap lawan tutur, bahasa juga digunakan untuk mengekspresikan perasaan penutur dengan menggunakan Interjeksi. Interjeksi biasanya berupa teriakan yang lepas yang terletak di awal kalimat. Misalnya pada interjeksi “aduh” yang dapat di artikan untuk mengungkapkan interjeksi kesakitan atau Interjeksi dalam bahasa Jepang disebut Kandoushi ( 感 動 詞 ). Sudjianto (1996:110) mengungkapkan bahwa kandoushi adalah kelas kata yang dapat berdiri sendiri dan tidak mengenal konjugasi atau deklinasi. Kandoushi digunakan untuk mengungkapkan perasaan, panggilan, jawaban, dan persalaman.
Dahidi (2004:169) menjelaskan bahwa kandoushi dengan sendirinya dapat menjadi bunsetsu atau kalimat walaupun tanpa bantuan kelas kata lain. Kandoushi merupakan sebuah kata yang dapat menjadi bunsetsu, hal tersebut karena fungsi dari kandoushi sebagai sebuah kata untuk mengungkapkan perasaan penutur. Suatu kata dalam kandoushi memiliki makna yang luas tergantung dengan konteks pembicaraan penutur.
Tidak semua kata dalam suatu tuturan dapat diartikan hanya dengan tuturan yang disampaikan saja. Dalam sebuah percakapan konteks suatu tuturan mempengaruhi makna dari tuturan masing-masing penutur. Macam-macam aspek dapat dimasukkan dalam konteks suatu tuturan. Untuk memahami konteks tuturan diperlukan aspek latar fisik dan sosial dari penutur. Yule (1996:81) menyatakan bahwa,
“Dalam usaha untuk mengungkapkan diri mereka, orang-orang tidak hanya menghasilkan tuturan yang mengandung kata-kata dan struktur- struktur gramatikal saja, tetapi mereka juga memperlihatkan tindakan- tindakan melalui tuturan- tuturan itu.”
Tindak tutur yang berfungsi untuk menyatakan sesuatu yang dirasakan oleh penutur biasa disebut sebagai tindak tutur ekspresif. kesukaan, kebencian, kesenangan, dan kesengsaraan. Dalam menafsirkan suatu tuturan konteks juga sangat penting dalam pemahaman tindak tutur.
Konteks tuturan sangat mempengaruhi interpretasi tindak tutur oleh penutur maupun lawan tuturnya. Nadar (2009:6) mengungkapkan, “Konteks adalah hal-hal yang gayut dengan lingkungan fisik dan sosial sebuah tuturan ataupun latar belakang pengetahuan yang sama- sama dimiliki oleh penutur dan lawan tutur dan yang membantu lawan tutur menafsirkan makna tuturan.”
Dari penjelasan di atas, dapat dipahami bahwa lingkungan fisik dan sosial penutur berperan dalam penafsiran lawan tutur pada suatu tuturan.
Pendidikan dan lingkungan sosial penutur berpengaruh dalam pemahaman suatu tuturan.
Berdasarkan latar belakang di atas, penelitian ini difokuskan pada
kandoushi apa saja yang dapat muncul pada tindak tutur ekspresif dan
fungsi dari kandoushi tersebut. Fungsi dari kandoushi yang merupakan suatu kata yang digunakan untuk mengungkapkan perasaan batin merupakan salah satu kelas kata yang tuturannya berada pada tindak tutur ekspresif yang di gunakan untuk menyatakan sesuatu yang dirasakan oleh penutur. Suatu kalimat ekspresif tidak hanya diungkapkan dalam kalimat lisan, kalimat ekspresif juga banyak terdapat dalam cerita bergambar.
Berdasarkan hal tersebut, peneliti mengambil sumber data pada manga 「まんが」atau komik Jepang.
1.1.2 Permasalahan
Gambaran situasi dalam sebuah komik dibuat untuk memudahkan pembaca dalam memahami maksud cerita tersebut. Adanya berbagai macam situasi dalam sebuah komik seperti pertemuan antartokoh, hubungan tiap tokoh, hingga konflik dalam sebuah cerita merupakan suatu contoh percakapan yang di tuangkan dalam cerita. Banyaknya situasi yang terjadi dalam cerita menambah keberagaman tindak tutur ekspresif dari masing-masing karakter. Sedangkan kandoushi, digunakan untuk menyatakan emosi ataupun maksud dan tujuan suatu tokoh.
Berdasarkan hal tersebut, masalah yang akan diteliti dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut:
1. Kandoushi apa saja yang muncul dalam tindak tutur ekspresif pada
Komik Meitantei Conan? 2. Fungsi komunikatif kandoushi apa saja yang terdapat dalam tindak tutur ekspresif pada Komik Meitantei Conan?
1. 2 Tujuan
Sesuai dengan permasalahan, tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui penggunaan kandoushi yang terdapat dalam tindak tutur
Meitantei Conan , kandoushi digunakan untuk menghidupkan alur cerita.
Terdapat banyak fungsi dari kandoushi dan tindak tutur ekspresi di dalamnya.
Adapun tujuan khusus dari penelitian ini adalah: 1.
Mendeskripsikan kandoushi apa saja yang muncul dalam tindak tutur ekspresif pada komik Meitantei Conan.
2. Mendeskripsikan fungsi komunikatif kandoushi apa saja yang terdapat dalam tindak tutur ekspresif pada Komik Meitantei Conan.
1. 3 Ruang Lingkup
Ruang lingkup penelitian ini adalah kandoushi dan tindak tutur ekspresif dalam komik Meitantei Conan. Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini berupa tuturan dari teks bergambar dalam komik Meitantei Conan .
Dalam menafsirkan suatu tuturan perlu diperhatikan maksud, tujuan, serta tindakan-tindakan yang diperlihatkan oleh lawan tutur. Yule (1996:5) mengungkapkan,
“Pragmatik adalah studi tentang hubungan antarbentuk-bentuk linguistik dan pemakaian bentuk-bentuk itu disebut dengan pragmatik.” berada dalam komik Meitantei Conan. Data yang digunakan dalam penelitian ini berupa tuturan yang di dalamnya terdapat kandoushi. Data
kandoushi yang dikaji berupa data yang memiliki hubungan antar bagian kalimat dan hubungan antar kalimat.
Kandoushi merupakan suatu kata yang berfungsi untuk
mengekspresikan sesuatu yang dirasakan oleh penutur. Berdasarkan dari pemahaman tersebut kandoushi dan tindak tutur ekspresif mempunyai fungsi yang sama. Oleh karena itu penelitin ini fokus pada kandoushi yang terdapat dalam tindak tutur ekspresif dalam komik Meitantei Conan.
Dalam penelitian ini penulis memfokuskan pada kandoushi apa saja yang terdapat dalam tindak tutur ekspresif dan fungsi penggunaan kandoushi yang terdapat dalam komik Meitantei Conan.
1. 4 Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif- kualitatif. Menurut Sudaryanto (1986:62) metode deskriptif merupakan penelitian yang dilakukan berdasarkan fakta yang ada yang memang secara empiris hidup pada penuturnya, sehingga yang dihasilkan berupa bahasa yang biasa dikatakan seperti potret atau paparan seperti adanya. Mahsun menjelaskan,
“...hakikat penelitian kualitatif yang bertujuan untuk memahami fenomena sosial termasuk fenomena kebahasaan yang diteliti, yang berbeda dengan hakikat penelitian kuantitatif yang bertujuan untuk menjelaskan fenomena yang sedang dikaji.” (2005:257)
Dalam sebuah cerita, konteks berperan dalam membantu pembaca untuk memahami alur cerita. Adapun cerita yang menggunakan teks bergambar, hal tersebut dimaksudkan untuk mempermudah penafsiran pembaca terhadap alur cerita. Konteks percakapan dalam sebuah cerita bergambar membantu pembaca untuk mengetahui latar fisik dan lingkungan sosial setiap tokoh, dengan begitu pembaca dapat memahami makna tuturan yang disampaikan dalam cerita tersebut.
Komik merupakan salah satu media komunikasi tertulis yang memberikan bahan bacaan dari yang berupa bacaan ringan hingga berat.
Sasaran pembaca komik juga beragam, dari anak-anak hingga orang dewasa sesuai dengan tema cerita komik tersebut. Dalam bahasa Jepang, komik disebut Manga. Manga di Jepang merupakan suatu media cetak yang banyak digemari oleh masyarakat Jepang. Tidak terkecuali dengan masyarakat Indonesia dan negara-negara lain, manga atau komik Jepang merupakan suatu media massa yang peredaraannya selalu ada di setiap negara. Manga berfungsi untuk mengembangkan daya imajinasi pembacanya melalui cerita yang dituangkan dalam bentuk gambar dan teks tertulis. Gambar manga yang ekspresif membantu pembaca untuk lebih mendalami penuturan dari setiap tokoh dalam manga.
Bahasa tulis yang terdapat pada komik disusun menurut gambar tokoh dan situasi yang terjadi dalam cerita. Melalui gambar dan karakter tokoh dalam manga menimbulkan perbedaan tuturan tiap tokoh. Contohnya, gaya bahasa yang digunakan oleh orang dewasa berbeda dengan gaya bahasa anak kecil.
Data pada penelitian ini berupa tuturan dari teks bergambar dalam komik Meitantei Conan. Sumber data tersebut dikaji dengan mendeskripsikan kandoushi yang berada dalam tindak tutur ekspresif beserta fungsi kandoushi tersebut. Dilanjutkan dengan metode kualitatif yaitu data yang telah dianalisis akan diklasifikasikan berdasarkan
kandoushi apa saja yang berada pada tindak tutur ekspresif beserta
fungsinya.Demikian pula hasil dari data tersebut akan berupa simpulan yang bersifat kualitatif dari data yang sudah dianalisis.
1. Pengumpulan Data
Tahap pengumpulan data dilakukan dengan metode simak dengan teknik catat. Dalam metode simak, Pemerolehan data dilakukan dengan menyimak penggunaan bahasa yang terdapat di dalam komik Meitantei
Conan . Selanjutnya penulis menggunakan teknik catat sebagai
sambungan metode simak, yaitu mencatat beberapa data berupa kalimat yang termasuk kandoushi yang terdapat dalam tindak tutur ekspresif.
Data dianalisis berdasarkan konteks percakapan yang terdapat dalam komik tersebut.
Komik Meitantei Conan yang dijadikan sumber data banyak menceritakan tentang kriminalitas. Banyaknya kasus dalam cerita menambah konflik antar tokoh dan menyebabkan banyaknya tuturan ekspresif di dalam cerita tersebut. Setiap kasus dalam komik Meitantei
Conan selalu memunculkan karakter tokoh baru di dalamnya.
Perbedaan tiap karakter tokoh mempengaruhi pemahaman lawan tutur dalam memahami setiap tuturan.
Penulis mengategorikan tuturan ini pada tokoh berusia 30 tahun sampai dengan 40 tahun. Pada umumnya, usia 30 sampai dengan 40 tahun masuk ke dalam tahap seseorang yang telah dewasa. Tuturan yang diucapkan pada penutur dalam kategori ini adalah orang yang sudah dewasa dengan penggunaan bahasa serta penggunaan kandoushi yang lebih luas daripada anak kecil. Namun pada kategori usia ini seseorang yang seharusnya dewasa belum tentu mempunyai sikap dewasa. Pada kategori usia ini terdapat tokoh yang masih memiliki sifat kekanakan dan tokoh yang sudah memiliki pemikiran matang dan dewasa.
Kedewasaan seseorang mempengaruhi ucapan dan emosi tiap tokoh, dengan demikian pola pikir setiap tokoh dapat mempengaruhi berfungsi untuk menyatakan suatu ekspresi atau emosi dan tindak tutur ekspresif yang digunakan untuk menyatakan sesuatu yang dirasakan oleh penutur akan berbeda pada tiap karakter tokoh.
2. Analisis Data
Pada tahap analisis sumber data dianalis berdasarkan jenis-jenis
kandoushi apa saja yang dapat muncul pada tindak tutur ekspresif. Pada
analisis pertama, sumber data dianalisis dengan mengambil contoh percakapan dalam komik Meitantei Conan. Dalam mendeskripsikan makna yang terdapat dalam sumber data, penjelasan tentang karakter tokoh, konteks dan situasi di dalam cerita digunakan untuk menafsirkan maksud dan tujuan yang terkandung dalam tuturan tersebut. Penulis mengklasifikasikan analisis data berdasarkan macam-macam pernyataan tindak tutur ekspresif dan memasukkan kandoushi ke dalam tiap-tiap pernyataan. Analisis kedua berupa fungsi dari kandoushi yang terdapat pada tiap-tiap pernyataan dalam tindak tutur ekspresif. Penulis mendeskripsikan fungsi dari kandoushi berdasarkan konteks percakapan yang terdapat dalam sumber data.
Analisis data menggunakan analisis silang dari data yang sama. Pada satu data terdapat dua hasil analisis. Data tindak tutur ekspresif yang memuat kandoushi di dalamnya akan di bedakan menjadi dua analisis berupa jenis-jenis apa sajakah yang terdapat dalam komik
3. Pemaparan Hasil Analisis Pemaparan hasil analisis data menggunakan metode informal, yaitu mendeskripsikan jawaban berupa kata-kata atas hasil dari Kandoushi pada tindak tutur ekspresif dalam Komik Meitantei Conan. Kemudian penulis menarik kesimpulan dari data yang sudah diklasifilasikan sehingga dapat memperjelas hasil dari analisis pada data yang telah dikaji.
1. 5 Manfaat Penelitian 1.
Manfaat Teoritis Diharapkan penelitian ini dapat memberikan manfaat terhadap perkembangan ilmu bahasa dalam bidang pragmatik, terkhususnya pada tindak tutur ekspresif dan kandoushi bahasa Jepang.
2. Manfaat Praktis a.
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan acuan yang bermanfaat pada bidang pragmatik dan kandoushi. Bagi peneliti, penelitian ini dapat membantu dan menambah ilmu pengetahuan dalam bidang pragmatik dan kandoushi.
b.
Penelitian ini diharap dapat membantu untuk menambah referensi khususnya bagi pihak-pihak yang tertarik pada kajian yang serupa pada umumnya.
1. 6 Sistematika
BAB I Pendahuluan Pada bab ini penulis menguraikan tentang latar belakang mengapa penulis memilih tema skripsi ini. Penulis juga menguraikan rumusan masalah apa saja yang akan diteliti, kemudian ruang lingkup permasalahan, metode penelitian, tujuan serta manfaat dalam penelitian ini.
BAB II Tinjauan Pustaka dan Kerangka Teori Pada bab ini akan diuraikan mengenai teori dari para ahli siapa saja yang penulis pakai dan beberapa penelitian terdahulu. BAB III Pemaparan Hasil dan Pembahasan Pada bab ini berupa analisis kandoushi apa saja yang terdapat dalam tindak tutur ekspresif dan fungsi dari kandoushi tersebut. Analisis pertama berupa jenis-jenis dari tindak tutur ekspresif apa saja yang terdapat pada sumber data yang sudah disediakan beserta kandoushi apa saja yang masuk di dalam sumber data tersebut. Analisis kedua berupa fungsi kandoushi yang terdapat dalam tindak tutur ekspresif. Penulis akan mengklasifikasikan fungsi dari
BAB IV Penutup Dalam bab ini berisi kesimpulan keseluruhan bab yang telah selesai dianalisis oleh penulis dan saran.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI
2.1 Tinjauan Pustaka
Pada penelitian kandoushi dalam tindak tutur ekspresif, penulis menemukan data-data Skripsi yang berhubungan dengan kandoushi dari Fransiska Nimas JP pada tahun 2013 yang berjudul “Danseigo (Bahasa Pria) dan Joseigo (Bahasa Wanita) dalam Komik Chibimarukochan
”. Skripsi tersebut membahas tentang bahasa pria dan bahasa wanita dalam komik
Chibimarukochan dilihat dari struktur bahasa dan pengaruh kebahasaan tersebut dalam masyarakat Jepang.
Skripsi tersebut menjelaskan tentang pembelajar bahasa Jepang dalam berkomunikasi dengan baik tidak hanya memperhatikan waktu, situasi, kondisi, maupun kedudukan si pembicara terhadap lawan bicaranya namun pembelajar bahasa Jepang harus mengetahui kebiasaan masyarakat Jepang yang menonjol dan berbeda dari bahasa asing yakni, perbedaan gender dalam berbahasa. Dalam analisis skripsi tersebut menjabarkan tentang pemarkah
gender dalam komik Chibimarukochan dan kandoushi masuk ke dalam salah
satu aspek yang dikaji. Pada penelitian tersebut, Fransiska Nimas menganalisis data melalui contoh percakapan yang di dalamnya terdapat
kandoushi untuk mengungkapkan sesuatu yang dirasakan tokoh tersebut. tersebut mengungkapkan bahwa kandoushi ara dan iyaa biasa digunakan oleh penutur wanita, sedangkan kandoushi maa, hora, are dapat digunakan oleh penutur pria maupun wanita, kemudian pada kandoushi hoo, iya, dan ooi biasa digunakan oleh penutur pria. Kandoushi memiliki berbagai macam jenis dan fungsi, namun dalam penelitian Fransiska Nimas hanya memuat fungsi dari kandoushi berdasarkan ragam bahasa pria dan wanita. Oleh karena hal tersebut, dalam skripsi ini penulis menganalisis jenis-jenis dan fungsi kandoushi secara keseluruhan.
Dalam penelitian ini, penulis juga menemukan data-data pada skripsi Rikha Kusumaningtyas pada tahun 2011 yang berjudul “Tindak Tutur Ilokusi dalam Wacana
“Mice Cartoon” pada Surat Kabar Kompas”. Skripsi tersebut meneliti tentang jenis tindak tutur ilokusi serta fungsi tindak tutur ilokusi dalam wacana kartun “Mice Cartoon”. Jenis-jenis tindak tutur ilokusi dalam penelitian tersebut adalah tindak tutur representatif, tindak tutur direktif, tindak tutur komisif, tindak tutur ekspresif, dan tindak tutur deklarasi. Pada fungsi tindak tutur ilokusi dibagi berdasarkan fungsi kompetitif, fungsi menyenangkan, fungsi bekerjasana, dan fungsi bertentangan. Data yang dianalis dalam penelitian tersebut dikaji dengan menggunakan contoh percakapan yang di dalamnya terdapat tindak tutur ilokusi dan kemudian diklasifikasikan berdasarkan jenis dan fungsi dari masing-masing tindak tutur ilokusi. Kusumaningtyas memasukkan seluruh percakapan yang berunsur tindak tutur ilokusi, sedangkan dalam penelitian penulis hanya memasukkan Berdasarkan penulisan skripsi tersebut penulis tertarik untuk membahas
kandoushi yang terdapat dalam tindak tutur ekspresif. Tindak tutur ekspresif
sendiri merupakan salah satu dari jenis tindak tutur ilokusi sebagai data yang akan digunakan oleh penulis dalam analisis ini adalah komik Meitantei
Conan . Komik Meitantei Conan merupakan komik yang dapat dinikmati oleh
semua umur, cerita dalam komik Meitantie Conan bertema mengenai kriminalitas yang dirangkum secara ringan untuk memudahkan pembaca dalam memahami alur cerita. Penggunaan bahasa yang digunakan dalam komik tersebut disesuaikan oleh karakter tokoh dalam cerita. Pada penelitian
kandoushi dalam tindak tutur ekspresis pada komik Meitantei Conan ini,
penulis akan membahas tentang jenis-jenis kandoushi apa saja yang terdapat dalam tindak tutur ekspresif serta fungsi dari kandoushi tersebut.
2.2 Kerangka Teori
2.2.1 Definisi Pragmatik
Sub bab ini menjelaskan tentang definisi beberapa ahli. Yule (1996:5) mendefinisikan pragmatik sebagai studi tentang hubungan antara bentuk- bentuk linguistik dan pemakaian bentuk-bentuk tersebut.
Pragmatik mengkaji tentang bagaimana cara pendengar dapat menyimpulkan tentang apa yang dituturkan oleh penutur agar lawan tutur ternyata menjadi bagian yang disampaikan. Penutur tidak hanya menyampaikan maksud dan tujuannya dari tuturan saja, namun dengan menyampaikan sesuatu melalui tindakan juga termasuk dalam kajian studi ini. Oleh karena itu Yule (1996:4) menjelaskan bahwa pragmatik termasuk dalam studi pencarian makna yang tersamar. Selain itu Yule (1996:4) juga mengungkapkan bahwa,
“Pragmatik adalah studi tentang bagaimana agar lebih banyak yang disampaikan dari pada yang dituturkan”
Dari berberapa definisi di atas, dapat dipahami bahwa dalam kajian pragmatik hubungan keakraban baik secara fisik dan sosial dari penutur dan lawan tutur mempengaruhi lawan tutur dalam memahami maksud dan tujuan yang penutur sampaikan ご よ う ろ ん Pragmatik dalam bahasa Jepang disebut dengan Goyouron atau
「 語用論 ご よ う ろ ん ご ようほう ちょうさ けんとう ぶ も ん 」. Tamotsu (1993:281) mengungkapkan bahwa, の語 の用法 を調査 したり、検討 したりする部門 ではない。 げ ん ご で ん た つ は つ わ ば め ん は つ わ ぶん “語用論
言語伝達 において、発話 ある場面 にいおてなされ。発話 としての文 もち かんきょう なか はじ てきせつ い み は、それが用 いられる 環 境 の中 で初 めて適切 な意味 をもつことに なる。
” „Penggunaan bahasa pragmatik tidak hanya dikategorikan pada menganalisis atau mempertimbangkan. Penyampaian bahasa dapat diletakkan pada situasi atau tuturan. Kalimat yang menjadi sebuah tuturan, dapat memiliki makna yang tepat untuk pertama kalinya dalam suatu keadaan dimana tu turan tersebut dapat digunakan.‟ Secara sederhana Tamotsu menyebutkan bahwa pragmatik mengkaji sebuah tuturan bukan hanya dari makna suatu kata namun keadaan juga mempengaruhi pemahaman dari suatu tuturan tersebut.
2.2.2 Tindak tutur
Tuturan tidak hanya dimaknai dalam suatu perkataan saja, namun tindakan-tindakan juga mempengaruhi makna suatu tuturan tersebut. Yule (Yule, 1996:81) menjelaskan bahwa, dalam usaha untuk mengungkapkan diri seseorang tidak hanya menghasilkan sebuah tuturan yang mengandung kata-kata dan struktur-struktur gramatikal saja, namun mereka juga memperlihatkan tindakan dalam tuturan-tuturan tersebut.
Dari penjelasan di atas dapat dipahami tindakan-tindakan yang ditampilkan lewat tuturan biasanya disebut dengan tindak tutur atau は つ わ こ う い 発話行為 」 .
hatsuwakoui 「 Pemahaman lawan tutur dalam menangkap
maksud komunikatif dari penutur biasanya terbantu oleh keadaan sekitar lingkungan tuturan tersebut. Keadaan semacam ini disebut dengan peristiwa tutur.
Yule (1996:82) mengatakan bahwa, “Peristiwa tutur ialah suatu kegiatan dimana para peserta berinteraksi dengan bahasa dalam cara-cara konvensional untuk mencapai suatu hasil. Peristiwa ini mungkin termasuk suatu tindak tutur sentral yang nyata, seperti „sungguh saya tidak menyukai ini‟, seperti dalam peristiwa tutur „keluhan‟, akan tetapi peristiwa ini juga termasuk tuturan-tuturan lain yang
Dari definisi diatas, dapat dipahami bahwa dalam banyak hal peristiwa tuturlah yang menentukan penafsiran terhadap suatu tuturan ketika menampilkan suatu tindak tutur. Dell Hymes (1972:55-60) menjelaskan bahwa, suatu peristiwa tutur harus memenuhi delapan komponen, yang disebut dengan teori SPEAKING. Delapan komponen tersebut adalah,
Setting and scene. Setting berkenaan dengan waktu dan tempat tutur
berlangsung, sedangkan scene mengacu pada situasi tempat dan waktu, atau situasi psikologis pembicaraan.
Participants merupakan pihak-pihak yang terlibat dalam pertuturan, bisa pembicara atau pendengar.
Ends : purpose and goal , mengacu pada maksud dan tujuan dalam sebuah pertuturan.
Act sequence , mengacu pada bentuk ujaran dan isi dari ujaran tersebut.
Bentuk ujaran bisa berhubungan dengan kata-kata yang digunakan, bagaimana penggunaannya, dan hubungan antara apa yang dikatakan dengan topik pembicaraan.
Key , mengacu pada nada, cara, dan semangat dimana suatu pesan disampaikan. Misalkan melalui perasaan senang hati, serius, atau sombong.
Instrumentalities , mengacu pada jalur bahasa yang digunakan, seperti jalur lisan, tertulis, melelui telegraf atau telepon.
Norm of Iteraction and Interpretation , mengacu pada norma atau
aturan dalam berinteraksi. Misalnya, hubungan dengan cara berinterupsi, bertanya, dan sebagainya.
Genre , mengacu pada jenis bentuk penyampaian, seperti narasi,puis, pepatah, doa, dan sebagainya.
2.2.3 Klasifikasi Tindak Tutur
Tindakan yang ditampilkan dengan melakukan suatu tuturan mengandung tiga tindak yang saling berhubungan . Yule (1996:83) membagi tindak tutur menjadi tiga macam, yaitu tindak lokusi, tindak ilokusi, dan tindak perlokusi.
2.2.3.1 Tindak Lokusi
Tindak lokusi merupakan tindak dasar tuturan yang menghasilkan suatu ungkapan linguistik bermakna. Tindak tutur ini semata-mata hanya menyatakan sesuatu yang dituturkan dari penutur. Penafsiran tindak tutur lokusi dilakukan tanpa meyertakan konteks tuturan saat penutur menyatakan sesuatu.
2.2.3.2 Tindak Ilokusi
Tindak ilokusi ditampilkan melalui penekanan komunikatif suatu tuturan. Apa yang ingin dicapai oleh penutur pada waktu ingin menuturkan sesuatu dapat merupakan tindakan seperti menyatakan, lain sebagainya. Dalam tindak ilokusi terdapat lima jenis fungsi umum yang ditunjukkan oleh tindak tutur, yaitu deklarasi, representatif, ekspresif, direktif, dan komisif.
1) Deklarasi
Deklarasi adalah jenis tindak tutur yang mengubah dunia melalui tuturan. Tindak tutur ini dimaksudkan oleh penuturnya untuk menciptakan hal yang baru. Seperti perubahan keadaan, status, dan sebagainya. Tuturan yang berupa menyatakan, mengesahkan, membatalakan, mengizinkan termasuk jenis tindak tutur deklarasi.
2) Representatif
Representatif merupakan jenis tindak tutur yang menyatakan apa yang diyakini oleh penutur. tindak tutur ini mengikat penuturnya akan kebenaran atas sesuatu yang diujarkan. Pernyataan yang termasuk dalam tindak tutur representatif adalah pernyataan suatu fakta, kesimpulan, dan pendeskripsian.
3) Ekspresif
Ekspresif merupakan jenis tindak tutur yang menyatakan sesuatu yang dirasakan oleh penuturnya. Tindak tutur ekspresif mencerminkan pernyataan-pernyataan psikologis dari kegembiraan, kesulitan, kesukaan, kebencian, kesenangan, dan kesengsaraan. Biasanya tindak tutur ini disebabkan oleh sesuatu yang dilakukan oleh penutur atau lawan tutur. 4)
Direktif Direktif adalah jenis tindak tutur yang dipakai oleh penutur untuk menyuruh orang lain melakukan sesuatu. Tindak tutur ini menyatakan apa yang menjadi keinginan dari penuturnya. Pernyataan yang meliputi tindak tutur ini seperti perintah, pemesanan, permohonan, dan pemberian saran.
5) Komisif
Komisif merupakan tindak tutur yang dipahami oleh penutur untuk mengikat dirinya terhadap tindakan-tindakan di masa depan. Tindak tutur ini berupa pernyataan yang dimaksudkan oleh penuturnya, seperti janji, ancaman, penolakan, dan ikrar.
2.2.3.3 Tindak Perlokusi
Tindak perlokusi merupakan tindak tutur yang tidak hanya untuk menyampaikan maksud dan tujuan yang disampaikan saja, namun tuturan tersebut memiliki pengaruh bagi lawan tuturnya. Dengan bergantung pada keadaan, menyatakan suatu tuturan dengan asumsi bahwa lawan tutur akan mengenali akibat yang ditimbulkan. Akibat atau pengaruh dari tindak tutur ini dapat dilakukan baik sengaja atau tidak sengaja oleh penuturnya.
2.2.4 Definisi Kandoushi
Kandoushi dalam bahasa Indonesia disebut dengan interjeksi. Fungsi kandoushi adalah untuk mengungkapkan suatu perasaan, panggilan,
jawaban, dan persalaman. Kandoushi dengan sendirinya dapat menjadi sebuah kalimat karena suatu kata kandoushi dengan sendirinya sudah mengekspresikan perasaan dari penutur.
Kandoushi menurut Namatame (1996:197), adalah sebagai berikut,
感動詞はそれだけで一つの文となり、感動の内容を全部表すことがで ふ つ う きるが、感動の内容を感動詞のあとに置く場合も多い。次に、普通 よ もち か ん ど う し く用 いられている感動詞 をあげる。“Setelah kandoushi itu sendiri menjadi satu kalimat, semua isi kandou (perasaan) bisa ditunjukkan, tetapi banyak keadaan dimana bahasa penunjuk kandou diletakkan setelah kandou. Selanjutnya, kandoushi akan ser ing digunakan.”
Teori kandoushi pada Namatame menunjukkan bahwa kandoushi tidak hanya diartikan dalam satu kata kandoushi namun banyak diantaranya makna dalam kandoushi ditunjukkan pada kalimat setelahnya. Oleh karena hal tersebut, penulis menggunakan teori dari Namatame dikarenakan teori tersebut membagi jenis-jenis kandoushi secara rinci dan terdapat pula penjelasan fungsi masing-masing kandoushi. Menurut Masuoka dan Takubo (1989:54), menyatakan bahwa,
感動詞は、文のほかの要素と結びついて事態を表すというよりも、事 い ち ご ひ ぶ ん せ き て き あらわ 態に対する感情や相手の発言に対する受け答えを一語 で非分析的 に 表 けいしき す形式 である。
“Kandoushi menunjukkan keadaan yang mengikat dan unsur di luar kalimat, serta menunjukkan formalitas terhadap ketidakparagrafan dengan satu bahasa terhadap jawaban lawan bicara dan perasaan dalam suatu keadaan.” Teori dari Masuoka dan Takubo menjelaskan bahwa kandoushi sendiri merupakan suatu kata yang mempunyai fungsi sebagai penunjuk perasaan penuturnya, sehingga sebuah kata kandoushi dapat berdiri sendiri.
Sedangkan menurut Sudjianto (1996:110), menjelaskan bahwa
kandoushi adalah suatu kelas kata yang berfungsi untuk mengungkapakan
suatu perasaan, panggilan, jawaban, atau persalaman, kandoushi juga dapat berdiri sendiri, dapat mengandung arti tanpa sokongan kata lain, dan dengan sendirinya dapat menjadi sebuah kaliamat.
Dari penjelasan di atas, dapat dipahami bahwa kandoushi merupakan suatu kelas kata yang berfungsi untuk menyatakan suatu ekspresi yang dirasakan oleh penutur. Kandoushi sendiri masuk ke dalam jiritsugo atau kata yang dapat berdiri sendiri.
2.2.5 Jenis-Jenis Kandoushi
Kandoushi yang merupakan suatu kata untuk mengekspresikan perasaan
penutur memiliki berbagai macam jenis dan fungsi dari tiap penggunaannya. Masuoka dan Takubo (1989:54-55) membagi kandoushi menjadi dua bagian, diantaranya:
1. Menunjukka ungkapkan perasaan, jawaban, dan panggilan
1) Kandoushi yang menunjukkan keterkejutan terhadap keadaan yang tidak terduga seperti, a (あ) , aa (ああ), oya (おや), maa
(まあ), ara (あら), are (あれ), aree (あれー), arere (あれれ),
arya (ありゃ), arya arya (ありゃありゃ), wa (わ), uwa (うわ), gya (ぎゃ), gya gya (ぎゃぎゃ), hyaa (ひゃー).
2) Menunjukkan diluar perasaan terhadap hal yang dikatakan oleh lawan bicara dan keadaan yang tidak terduga seperti, nanto (なん