BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang - Hubungan Faktor Predisposisi, Pendukung dan Penguat dalam Penggunan Alat Pelindung Diri (APD) dengan Pencegahan Pneumokoniosis pada Tenaga Kerja Kongkar Muat (TKBM) di Pelabuhan Laut Kuala Tanjung Tahun 2013

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

  Setiap tempat kerja terdapat berbagai potensi bahaya yang dapat mempengaruhi kesehatan tenaga kerja atau dapat menyebabkan timbulnya penyakit akibat kerja, debu adalah partikel yang merupakan salah satu faktor kimia yang ada di tempat kerja (Meita 2012). Debu adalah partikel-partikel zat padat yang disebabkan oleh kekuatan-kekuatan alami atau mekanis dari bahan-bahan organik maupun anorganik. Akibat penumpukan debu yang tinggi di paru-paru dapat menyebabkan kelainan dan kerusakan paru. Penyakit akibat penumpukan debu pada paru disebut pneumokoniosis (Susanto, 2011).

  Pneumokoniosis merupakan salah satu penyakit utama akibat kerja, yang terjadi hampir di seluruh dunia dan merupakan masalah yang mengancam para pekerja. Salah satu bentuk kelainan paru yang bersifat menetap adalah berkurangnya elastisitas paru, yang ditandai dengan penurunan pada kapasitas vital paru. Debu asbes dan silika serta batubara merupakan penyebab utama pneumokoniosis. Pneumokoniosis baru tampak secara klinis dan radiologis setelah pajanan debu berlangsung 20-30 tahun (Susanto, 2011).

  Data World Health Organization (WHO) tahun 1999 menunjukkan bahwa terdapat 1,1 juta kematian oleh penyakit akibat kerja di seluruh dunia, 5% dari angka tersebut adalah pneumokoniosis. Pada survei yang dilakukan di Inggris secara rutin yaitu surveillance of work related and occupational respiratory disease (SWORD) menunjukkan pneumokoniosis hampir selalu menduduki peringkat 3-4 setiap tahun.

  Menurut International Labour Organization (ILO) tentang kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja di dunia tahun 2005 dari 2,8 milyar pekerja yang mengalami kematian sebanyak 2,2 juta orang karena kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja. Data dari ILO menyebutkan bahwa penyebab kematian yang berhubungan dengan pekerjaan diantaranya adalah kanker (34%), kecelakaan (25%), peyakit saluran pernapasan (21%), penyakit kardiovaskuler (15%) dan lain-lain (5%).

  Hasil studi Depkes RI (2005) tentang Profil Masalah Kesehatan Pekerja di Indonesia tahun 2005 didapatkan 40,5% dari pekerja memiliki keluhan gangguan kesehatan yang berhubungan dengan pekerjaan salah satunya adalah gangguan pernapasan. Data pneumokoniosis nasional di Indonesia belum ada. Data yang ada adalah penelitian-penelitian berskala kecil yang berasal dari industri yang berisiko terjadi pneumokoniosis dan sebagian besar tidak terlaporkan karena data dilapangan tidak ada.

  Kuala Tanjung adalah pelabuhan yang lokasinya berada di Kabupaten Batubara memiliki peranan yang penting dalam kegiatan bongkar muat barang baik impor maupun ekspor, lokasi pelabuhan Kuala Tanjung berada di bibir Selat Malaka berdampingan dengan pelabuhan besar Malaysia dan Singapura yang merupakan lintasan pelayaran kapal dagang dunia, sehingga menjadikan pelabuhan ini begitu strategis.

  Kondisi lingkungan kerja di pelabuhan laut Kuala Tanjung memiliki risiko potensi bahaya terhadap keselamatan dan kesehatan pekerja. Salah satu bidang pekerjaan yang perlu mendapat perhatian adalah tenaga kerja bongkar muat (TKBM). TKBM adalah orang yang berisiko terpapar debu, dan kegiatan bongkar muat merupakan kegiatan yang menimbulkan risiko potensi bahaya dimana tempat kerjanya berada pada daerah terbuka, sehingga mempunyai risiko bahaya kesehatan. Adapun risiko bahaya kesehatan berasal dari kegiatan bongkar muat ketika TKBM melakukan pembongkaran bahan baku aluminium dan semen dimana kedua bahan baku ini dapat membahayakan kondisi kesehatan, jika kegiatan pembongkaran bahan baku dari palka kapal ke dermaga, TKBM tidak menggunakan APD sehingga berisiko mengalami gangguan saluran pernafasan.

  Adapun kegiatan yang paling berisiko dengan paparan debu berasal dari kegiatan pembongkaran bahan baku aluminium (alumina in bulk, coal tar pitch dan petroleum coke), dimana selain mengandung alumina bahan baku tersebut juga mengandung batubara dan karbon jika terhirup dapat menyebabkan terjadinya penurunan fungsi paru dan jika terhirup dalam jangka waktu lama maka pertikel- partikel debu tersebut akan terakumulasi di paru-paru sehingga menimbulkan reaksi jaringan terhadap partikel-partikel debu tersebut, inhalasi debu yang berkepanjangan dapat menyebabkan penyakit paru akibat kerja (Ikhsan dkk, 2009).

  Selain bahan baku aluminium kegiatan pembongkaran bahan baku semen juga dilakukan, yang bahan bakunya adalah clinker dimana clinker mengandung kalsium oksida (CaO), silika oksida (SiO

  2 ), aluminium oksida (Al2O 3 ), besi oksida

  (FeO ) dan magnesium oksida (MgO), kemudian kelima bahan tersebut dicampur

  3

  dengan gips (gypsum) sehingga terbentuk menjadi semen (Mengkidi, 2006), jika bahan-bahan ini terhirup secara terus-menerus dapat menyebabkan terjadinya penurunan fungsi paru. Bahan-bahan baku ini diimpor dari luar negeri dan dibongkar dari palka kapal untuk didistribusikan ke perusahaan yang memesan, serta paparan debu juga berasal dari kegiatan memuat bahan baku untuk pakan ternak (palm kernel expeller) yang di muat ke palka kapal untuk diekspor ke luar negeri.

  Berdasarkan data Surveilans Epidemiologi Penyakit Menular KKP Kuala Tanjung Tahun 2012 bahwa jumlah kasus penyakit menular sebanyak 1.610 kasus, dan kasus yang tertinggi adalah penyakit ISPA sebesar 838 kasus (52%) (KKP Kelas

  I Medan, 2012). Data yang diperoleh KKP Kuala Tanjung dari Koperasi TKBM Tahun 2012 bahwa jumlah kasus penyakit ISPA anggota koperasi TKBM (petugas koperasi dan TKBM) sebanyak 121 kasus (59%) dan jumlah TKBM yang mengalami

  ISPA sebanyak 108 kasus, keluhan yang dialami TKBM yang berkunjung ke poliklinik adalah demam, selain demam keluhan lainnya adalah batuk berdahak, batuk kering, sesak nafas, dan nyeri dada, keluhan yang dialami oleh TKBM dimungkinkan karena paparan debu yang berasal dari aktifitas bongkar muat TKBM di pelabuhan, dari keluhan-keluhan yang dialami oleh TKBM dimungkinkan mengarah kepada pneumokoniosis, risiko penyakit ini akan meningkat seiring dengan lama pajanan terhadap partikel debu.

  Berdasarkan survei pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti bahwa TKBM yang bekerja di shift pagi terdiri dari 4 grup (1 grup ada 9 orang) di masing-masing dermaga, dan ditemukan sebanyak 28 orang (70%) dari 36 orang pada shift pagi di dermaga A tidak menggunakan APD (masker) sewaktu melakukan pembongkaran muatan dari palka kapal ke dermaga pelabuhan dengan alasan tidak nyaman bekerja jika menggunakan APD (masker) pada saat melakukan kegiatan bongkar muat di Pelabuhan. TKBM yang bekerja tanpa menggunakan APD khususnya masker diduga sebagai faktor risiko penyebab terjadinya pneumokoniosis, artinya semakin sedikit TKBM yang menggunakan APD saat bekerja maka semakin besar risiko terkena pneumokoniosis jika dibandingkan dengan TKBM yang bekerja dengan menggunakan APD.

  Menurut hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Khairani (2012) bahwa hasil pengukuran konsentrasi debu rata-rata di Pabrik Semen yang lokasinya tidak jauh dari Pelabuhan Laut Kuala Tanjung, konsentrasi debu rata-rata adalah 86,5 µg/m³ yang diukur pada tanggal 20 September 2012 dan yang diukur pada tanggal 20 November 2012 sebesar 76,0 µg/m³, hal ini menunjukkan bahwa konsentrasi debu masih memenuhi syarat (150 µg/m³), walaupun demikian keterpaparan yang terjadi secara berulang dapat menyebabkan gangguan kesehatan.

  Perilaku TKBM dalam penggunaan APD saat melakukan pekerjaan merupakan perilaku kesehatan yang dipengaruhi oleh pengetahuan. Pengetahuan yang dimaksud adalah pengetahuan TKBM dalam penggunaan APD yang memiliki manfaat untuk pencegahan pneumokoniosis. Dengan adanya pengetahuan diharapkan tumbuhnya sikap kesadaran dari diri TKBM dalam penggunaaan APD untuk pencegahan pneumokoniosis pada saat bekerja disertai dengan ketersediaan APD dan dukungan dari Koperasi TKBM serta Petugas Kesehatan.

  Dari latar belakang di atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang hubungan faktor predisposisi (pengetahuan dan sikap), pendukung (ketersediaan APD) dan penguat (dukungan koperasi TKBM dan petugas kesehatan) dengan penggunaan APD (masker) pada TKBM untuk pencegahan pneumokoniosis di Pelabuhan Laut Kuala Tanjung Tahun 2013.

  1.2. Permasalahan

  Permasalahan dalam penelitian ini adalah apakah ada hubungan faktor predisposisi (pengetahuan, sikap), pendukung (ketersediaan APD) dan penguat (dukungan koperasi TKBM dan petugas kesehatan) dalam penggunaan APD dengan pencegahan pneumokoniosis pada TKBM di Pelabuhan Laut Kuala Tanjung Tahun 2013.

  1.3. Tujuan Penelitian

  Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan faktor predisposisi (pengetahuan dan sikap), pendukung (ketersediaan APD) dan penguat (dukungan koperasi TKBM dan petugas kesehatan) dalam penggunaan APD dengan pencegahan pneumokoniosis pada TKBM di Pelabuhan Laut Kuala Tanjung Tahun 2013.

  1.4. Hipotesis

  Hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : a. Ada hubungan faktor predisposisi (pengetahuan dan sikap) dalam penggunaan APD dengan pencegahan pneumokoniosis.

  b.

  Ada hubungan faktor pendukung (ketersediaan APD) dalam penggunaan APD dengan pencegahan pneumokoniosis.

  c.

  Ada hubungan faktor penguat (dukungan koperasi TKBM dan petugas kesehatan) dalam penggunaan APD untuk pencegahan pneumokoniosis.

  1.5. Manfaat Penelitian a.

  Sebagai bahan masukan bagi Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan (KSOP) dan Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP) Wilayah Kerja Kuala Tanjung dalam perencanaan dan evaluasi program penggunaan APD untuk pencegahan pneumokoniosis pada TKBM dan juga sebagai bahan referensi dalam menyusun program/kebijakan pencegahan penyakit akibat kerja.

  b.

  Sebagai bahan masukan bagi koperasi TKBM, bahwa penelitian ini dapat dijadikan pedoman bagi koperasi TKBM untuk memberikan informasi kepada tenaga kerja bongkar muat tentang manfaat penggunaan APD untuk pencegahan pneumokoniosis.

  c.

  Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat dan dapat dipakai sebagai referensi untuk penelitian lebih lanjut.

Dokumen yang terkait

Hubungan Faktor Resiko dengan Terjadinya Nyeri Punggung Bawah (Low Back Pain) Pada Tenaga Kerja Bongkar Muat (TKBM) di Pelabuhan Belawan Medan Tahun 2105

18 148 136

Hubungan Faktor Predisposisi, Pendukung dan Penguat dalam Penggunan Alat Pelindung Diri (APD) dengan Pencegahan Pneumokoniosis pada Tenaga Kerja Kongkar Muat (TKBM) di Pelabuhan Laut Kuala Tanjung Tahun 2013

10 126 132

Hubungan Faktor Predisposisi, Pendukung dan Penguat dengan Tindakan Penggunaan Kondom pada WPS untuk Pencegahan HIV/AIDS di Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2012

2 85 117

Pengaruh Faktor Predisposisi dan Faktor Pendukung terhadap Pencegahan Kecelakaan Kerja pada Tenaga Kerja Bongkar Muat di Primkop “Upaya Karya” Sektor II Ujung Baru Pelabuhan Belawan

0 71 124

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang - Pengaruh Karakteristik, Personal Hygiene dan Alat Pelindung Diri (APD) Dengan Gangguan Kelainan Kulit Pada Petugas Pengangkut Sampah Di Kota Padangsidimpuan Tahun 2016

0 0 9

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang - Pengaruh Pengetahuan, Sikap dan Kepatuhan Perawat terhadap Penggunaan Alat Pelindung Diri dalam Pencegahan Infeksi Nosokomial di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Sari Mutiara Medan Tahun 2014

0 0 7

Hubungan Faktor Resiko dengan Terjadinya Nyeri Punggung Bawah (Low Back Pain) Pada Tenaga Kerja Bongkar Muat (TKBM) di Pelabuhan Belawan Medan Tahun 2105

0 0 7

Hubungan Faktor Resiko dengan Terjadinya Nyeri Punggung Bawah (Low Back Pain) Pada Tenaga Kerja Bongkar Muat (TKBM) di Pelabuhan Belawan Medan Tahun 2105

0 0 16

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah - Hubungan Determinan yang Memengaruhi Perilaku Pekerja Las Karbit dalam Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) untuk Mencegah Trauma Mata di Kecamatan Medan Kota Pemerintahan Kota Medan Tahun 2013

0 0 8

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pneumokoniosis 2.1.1. Definisi Pneumokoniosis - Hubungan Faktor Predisposisi, Pendukung dan Penguat dalam Penggunan Alat Pelindung Diri (APD) dengan Pencegahan Pneumokoniosis pada Tenaga Kerja Kongkar Muat (TKBM) di Pelabuhan L

0 0 29