BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang - Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Diare Pada Anak Balita Di Wilayah Kerja Puskesmas Matiti Kecamatan Doloksanggul Kabupaten Humbang Hasundutan Tahun 2012

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tujuan pembangunan bidang kesehatan menurut Undang-Undang No. 36

  tahun 2009 tentang Kesehatan adalah meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya sebagai investasi bagi pembangunan sumber daya

  1 manusia yang produktif secara sosial dan ekonomis.

  Salah satu strategi pembangunan kesehatan nasional untuk mewujudkan semua rakyat sehat adalah menerapkan pembangunan nasional berwawasan kesehatan, yang berarti setiap upaya program harus mempunyai kontribusi positif terhadap terbentuknya lingkungan yang sehat dan perilaku sehat. Sebagai acuan pembangunan kesehatan mengacu kepada konsep “Paradigma Sehat”, yaitu pembangunan kesehatan yang memberikan prioritas utama pada upaya pelayanan peningkatan kesehatan (promotif) dan pencegahan (preventif) dibandingkan upaya penyembuhan/pengobatan (kuratif) dan pemulihan (rehabilitatif) secara menyeluruh,

  2 terpadu dan berkesinambungan.

  Salah satu program pembangunan kesehatan yang dilakukan oleh pemerintah adalah program pencegahan dan pemberantasan penyakit menular dan salah satu diantaranya adalah penyakit diare. Pemerintah juga telah menetapkan suatu kebijakan yang bertujuan untuk menurunkan angka kesakitan, kematian dan penanggulangan KLB diare yaitu melaksanakan tata laksana penderita diare yang sesuai standar dan

  Penyakit diare tidak hanya terdapat di negara-negara berkembang atau terbelakang saja, akan tetapi juga dijumpai di negara industri bahkan di negara yang sudah maju sekalipun, hanya saja di negara maju kejadian diare karena infeksi jauh lebih kecil. Diare di negara berkembang banyak disebabkan oleh infeksi

  

fekal-oral . Diare dapat mengenai semua kelompok umur dan berbagai golongan

  sosial, baik di negara maju maupun di negara berkembang, dan erat hubungannya

  5 dengan kemiskinan serta lingkungan yang tidak higienis.

  Menurut WHO (World Health Organization) 2004 penyakit diare menempati urutan ketujuh dari sepuluh besar penyakit penyebab kematian dengan Proportional

  

Mortality Rate (PMR) 3,2%. Kematian akibat diare ini sebagian besar terjadi di

  Afrika dengan Proportional Mortality Rate 39% dan juga di Asia Tenggara dengan 6.

  Proportional Mortality Rate 24%. Survei Kesehatan Nasional tahun 2005-2006 di India melaporkan prevalensi diare pada anak usia di bawah 3 tahun 10,38%.

  Sementara hanya 68,7 % dari kasus yang diberi elektrolit. Tingginya kejadian diare pada negara ini disebabkan karena kekurangan zat gizi sehingga membuat anak lebih

  7 rentan terhadap serangan infeksi.

  Berdasarkan laporan WHO 2011 diare masih tetap menjadi salah satu penyebab utama kematian anak secara global di seluruh dunia. Dari semua kematian yang terjadi pada anak usia di bawah lima tahun 14,0% diakibatkan oleh diare. Kejadian diare pada anak balita erat kaitannya dengan sanitasi lingkungan, perilaku

  Penyakit diare masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di negara berkembang seperti di Indonesia, karena morbiditas dan mortalitasnya yang masih tinggi. Hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) 2007 menyatakan insidensi diare klinis (berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan dan gejala) secara nasional 9,0%. Di dengan insidens tertinggi terjadi di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam 18,9% dan yang terendah di Provinsi DI Yogyakarta 4,2%. Selain itu, penyakit diare juga menempati urutan pertama dari sepuluh besar penyakit penyebab kematian pada

  9 balita dengan Proportional Mortality Rate 25,2%.

  Berdasarkan Profil Kesehatan Indonesia 2008, dilaporkan KLB (Kejadian

  10 Luar Biasa) diare terjadi di 15 provinsi dengan Case Fatality Rate (CFR) 2,48%.

  Berdasarkan Profil Kesehatan Indonesia 2009, dilaporkan KLB diare terjadi di 15

  11

  provinsi dengan CFR 1,74%. Berdasarkan Profil Kesehatan Indonesia 2010, bahwa

  12 KLB diare terjadi di 11 provinsi dengan CFR 1,74%. Berdasarkan laporan

  Surveilans Terpadu Penyakit (STP) KLB 2009-2010 secara keseluruhan, provinsi yang sering mengalami KLB diare pada tahun 2009 adalah Jawa Barat, Jawa Timur dan Banten dan CFR tertinggi terjadi di Sulawesi Tenggara (20,0%) sedangkan pada tahun 2010 provinsi yang lebih sering mengalami KLB diare adalah provinsi Sulawesi Tengah dan Banten akan tetapi CFR tertinggi terjadi pada provinsi

13 Lampung (33,0%).

  Survei morbiditas yang dilakukan oleh Subdit Diare, Departemen Kesehatan

  374/1.000 penduduk, tahun 2006 naik menjadi 423/1.000 penduduk dan tahun 2010

  4 menjadi 411/1.000 penduduk.

  Salah satu langkah dalam pencapaian target Millennium Development Goals (MDG’s) adalah menurunkan kematian anak menjadi 2/3 bagian dari tahun 1990 (SKRT), Studi Mortalitas dan Riset Kesehatan Dasar dari tahun ke tahun diketahui bahwa diare masih menjadi penyebab utama kematian balita di Indonesia. Penyebab utama kematian akibat diare adalah tata laksana yang tidak tepat baik di rumah maupun di sarana kesehatan. Untuk menurunkan kematian karena diare perlu tata

  4 laksana yang cepat dan tepat.

  Berdasarkan Profil Kesehatan Nanggroe Aceh Darussalam (NAD) 2005, insidens diare pada balita meningkat 16,43% jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya dengan CFR 0,04%. Hal ini diakibatkan oleh bencana alam gempa dan tsunami yang melanda NAD pada saat itu. Selain itu , gempa dan tsunami tersebut juga menyebabkan banyak korban meninggal dan menghancurkan berbagai fasilitas termasuk fasilitas kesehatan yang ada. Banyak orang yang kesulitan mendapatkan sarana air bersih, tempat tinggal yang layak dan kurangnya kecukupan makanan. Dalam kondisi seperti inilah terjadi peningkatan penyakit diare dan penyakit infeksi

  14 lainnya.

  Berdasarkan Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Utara bahwa pada tahun 2010, dari 549.147 kasus diare yang ditemukan, yang ditangani adalah sebanyak

  1.000 penduduk mencapai 18,73%. Angka ini mengalami peningkatan dari tahun

  15 2009 yaitu 12,98%.

  Berdasarkan Profil Kesehatan Kabupaten Humbang Hasundutan bahwa pada tahun 2010 jumlah kasus diare diperkirakan sebanyak 7.261 kasus dan yang ditangani

  12

  tersebar di semua kelompok umur dengan insidensi tertinggi terdeteksi pada anak

  15 balita (1-4 tahun) yaitu 16,7%.

  Berdasarkan data kesakitan diare yang didapat dari Puskesmas Matiti Kecamatan Doloksanggul Kabupaten Humbang Hasundutan tahun 2011, diperoleh 753 penderita diare dan 366 diantaranya adalah balita. Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka perlu dilakukan penelitian tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian diare pada anak balita di wilayah kerja Puskesmas Matiti Kecamatan Doloksanggul Kabupaten Humbang Hasundutan Tahun 2012.

1.2. Rumusan Masalah

  Belum diketahuinya faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian diare pada anak balita di wilayah kerja Puskesmas Matiti Kecamatan Doloksanggul Kabupaten Humbang Hasundutan tahun 2012.

1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum

  Untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian diare pada anak balita di wilayah kerja Puskesmas Matiti Kecamatan Doloksanggul tahun

1.3.2. Tujuan Khusus a.

  Untuk mengetahui karakteristik anak balita meliputi umur, jenis kelamin, ASI eksklusif, status imunisasi, dan status gizi di wilayah kerja Puskesmas Matiti Kecamatan Doloksanggul tahun 2012.

  b.

  Untuk mengetahui karakteristik ibu balita meliputi pendidikan dan pekerjaan di wilayah kerja Puskesmas Matiti Kecamatan Doloksanggul tahun 2012.

  c.

  Untuk mengetahui karakteristik lingkungan tempat tinggal anak balita meliputi sanitasi lingkungan, higiene perorangan, penyediaan air bersih, dan ketersediaan jamban di wilayah kerja Puskesmas Matiti Kecamatan Doloksanggul tahun 2012.

  d.

  Untuk mengetahui insidens rate diare pada anak balita di wilayah kerja Puskesmas Matiti Kecamatan Doloksanggul tahun 2012.

  e.

  Untuk mengetahui hubungan umur anak balita dengan kejadian diare pada anak balita di wilayah kerja Puskesmas Matiti Kecamatan Doloksanggul tahun 2012.

  f.

  Untuk mengetahui hubungan jenis kelamin dengan kejadian diare pada anak balita di wilayah kerja Puskesmas Matiti Kecamatan Doloksanggul tahun 2012.

  g.

  Untuk mengetahui hubungan status ASI eksklusif dengan kejadian diare pada h.

  Untuk mengetahui hubungan status imunisasi dengan kejadian diare pada anak balita di wilayah kerja Puskesmas Matiti Kecamatan Doloksanggul tahun 2012. i.

  Untuk mengetahui hubungan status gizi dengan kejadian diare pada anak balita di wilayah kerja Puskesmas Matiti Kecamatan Doloksanggul tahun 2012.

  Untuk mengetahui hubungan pendidikan ibu dengan kejadian diare pada anak balita di wilayah kerja Puskesmas Matiti Kecamatan Doloksanggul tahun 2012. k.

  Untuk mengetahui hubungan pekerjaan ibu dengan kejadian diare pada anak balita di wilayah kerja Puskesmas Matiti Kecamatan Doloksanggul tahun 2012. l.

  Untuk mengetahui hubungan sanitasi lingkungan dengan kejadian diare pada anak balita di wilayah kerja Puskesmas Matiti Kecamatan Doloksanggul tahun 2012. m.

  Untuk mengetahui hubungan higiene perorangan dengan kejadian diare pada anak balita di wilayah kerja Puskesmas Matiti Kecamatan Doloksanggul tahun 2012. n.

  Untuk mengetahui hubungan penyediaan air bersih dengan kejadian diare pada anak balita di wilayah kerja Puskesmas Matiti Kecamatan Doloksanggul tahun 2012. o.

  Untuk mengetahui hubungan ketersediaan jamban dengan kejadian diare pada anak balita di wilayah kerja Puskesmas Matiti Kecamatan Dolok Sanggul tahun 2012.

1.4. Manfaat Penelitian 1.4.1.

  Sebagai bahan masukan dan informasi bagi pihak Puskesmas Matiti Kecamatan Doloksanggul dalam rangka penanggulangan dan pencegahan penyakit diare pada anak balita.

  Sebagai sarana bagi penulis untuk meningkatkan pengetahuan dan wawasan tentang faktor-faktor yang berhubungan kejadian diare pada anak balita dan sebagai kesempatan bagi penulis untuk menerapkan ilmu yang diperoleh selama pendidikan di FKM USU.

1.4.3. Sebagai bahan referensi bagi perpustakaan FKM-USU Medan dan penelitian selanjutnya.

Dokumen yang terkait

Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Diare Pada Anak Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Matiti Kecamatan Doloksanggul Kab. Humbang Hasundutan Tahun 2012

16 88 129

Pelaksanaan Program Usaha Kesehatan Sekolah (uks) Pada Sekolah Dasar Negeri Di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Doloksanggul Kabupaten Humbang Hasundutan

15 191 100

Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Diare Pada Anak Balita Di Wilayah Kerja Puskesmas Matiti Kecamatan Doloksanggul Kabupaten Humbang Hasundutan Tahun 2012

6 63 130

Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Diare Pada Balita Di Puskesmas Air Dingin Kecamatan Koto Tangah Kota Padang Sumatera Barat Tahun 2003

0 35 115

Analisis Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Diare Pada Balita Dikota Sibolga Tahun 2003

1 37 126

Analisis Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Diare Untuk Menentukan Kebijakan Penanggulangan Diare Di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Mutiara Kabupaten Pidie Tahun 2003

0 28 108

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang - Faktor-Faktor yang Memengaruhi Kejadian Diare pada Anak Balita (1-<5) Tahun di Kota Padang sidempuan Tahun 2015

0 0 7

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang - Hubungan Pemberian Asi Eksklusif Dengan Kejadian Diare Pada Anak Usia 12-24 Bulan Di Puskesmas TerjunKecamatan Medan Marelan Tahun 2014

0 0 7

BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar belakang - Pelaksanaan Program Usaha Kesehatan Sekolah (uks) Pada Sekolah Dasar Negeri Di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Doloksanggul Kabupaten Humbang Hasundutan

0 9 23

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Diare - Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Diare Pada Anak Balita Di Wilayah Kerja Puskesmas Matiti Kecamatan Doloksanggul Kabupaten Humbang Hasundutan Tahun 2012

0 1 24