DOCRPIJM 0d4cd53e8a BAB III03 Konsep Akhir Renc Pemb Wilayah
RENCANA PEMBANGUNAN
BAB 3 WILAYAH 3.1. Dasar Perumusan Rencana Pola Ruang Wilayah Kabupaten Rencana pola ruang wilayah kabupaten merupakan rencana distribusi
peruntukkan ruang dalam wilayah kabupaten yang meliputi rencana peruntukkan ruang untuk fungsi lindung dan rencana peruntukkan ruang untuk fungsi budidaya. Rencana pola ruang wilayah kabupaten sebagai berikut :
1. Sebagai alokasi ruang untuk berbagai kegiatan sosial ekonomi masyarakat dan kegiatan pelestarian lingkungan dalam wilayah kabupaten; 2. Mengatur keseimbangan dan keserasian peruntukkan ruang; 3. Sebagai dasar penyusunan indikasi program utama jangka menengah lima tahunan untuk dua puluh tahun; dan
4. Sebagai dasar dalam pemberian izin pemanfaatan ruang pada wilayah kabupaten.
Rencana pola ruang wilayah kabupaten dirumuskan berdasarkan : 1.
Kebijakan dan strategi penataan ruang wilayah kabupaten; 2. Daya dukung dan daya tampung wilayah kabupaten; 3. Kebutuhan ruang untuk pengembangan kegiatan sosial ekonomi dan lingkungan; dan
4. Ketentuan peraturan perundang-undangan terkait. Rencana pola ruang wilayah kabupaten dirumuskan dengan kriteria : 1.
Merujuk rencana pola ruang yang ditetapkan dalam RTRWN beserta rencana rincinya;
2. Merujuk rencana pola ruang yang ditetapkan dalam RTRWP beserta rencana rincinya;
3. Mengakomodasi kebijakan pengembangan kawasan andalan nasional yang berada di wilayah kabupaten bersangkutan;
4. Memperhatikan rencana pola ruang wilayah kabupaten/kota yang berbatasan;
5. Mengacu pada klasifikasi pola ruang wilayah kabaupaten yang terdiri atas kawasan lindung dan kawasan budidaya, sebagai berikut : a.
Kawasan lindung yang terdiri atas : 1).
Kawasan hutan lindung; 2). Kawasan yang memberikan perlindungan terhadap kawasan bawahannya, meliputi : kawasan bergambut dan kawasan resapan air; 3). Kawasan perlindungan setempat, meliputi sempadan pantai, sempadan sungai, kawasan sekitar danau atau waduk, kawasan sekitar mata air, serta kawasan lindung spritual dan kearifan lokal lainnya;
4).
Kawasan hutan konservasi terdiri dari kawasan suaka alam (KSA) dan kawasan pelestarian alam (KPA), KSA meliputi : cagar alam dan suaka margasatwa, KPA meliputi taman nasional, taman hutan raya, dan taman wisata alam; 5). Kawasan rawan bencana alam, meliputi : kawasan rawan tanah longsor, kawasan rawan gelombang pasang dan kawasan rawan banjir; 6). Kawasan lindung geologi, meliputi : kawasan cagar alam geologi, kawasan rawan bencana alam geologi dan kawasan yang memberikan perlindungan terhadap air tanah; dan
7). Kawasan lindung lainnya, meliputi : cagar alam biosfer, ramsar, taman buru, kawasan perlindungan plasma nuftah, kawasan pengungsian satwa, terumbu karang dan kawasan koridor bagi jenis satwa atau biota laut yang dilindungi.
b.
Kawasan budidaya yang terdiri atas : 1).
Kawasan peruntukkan hutan produksi, yang dirinci meliputi kawasan-kawasan : peruntukkan hutan produksi terbatas, peruntukkan hutan produksi tetap, dan peruntukkan hutan produksi yang dapat dikonversi; 2). Kawasan hutan rakyat; 3). Kawasan peruntukkan pertanian, yang dirinci meliputi kawasan-kawasan : peruntukkan pertanian lahan basah, peruntukkan pertanian lahan kering, dan peruntukkan hortikultura;
4).
Kawasan peruntukkan perkebunan, yang dirinci berdasarkan jenis komoditas perkebunan yang ada di wilayah kabupaten; 5).
Kawasan peruntukkan perikanan, yang dirinci meliputi kawasan-kawasan : peruntukkan perikanan tangkap, peruntukkan budidaya perikanan, dan peruntukkan kawasan pengelolaaan pengolahan ikan;
6).
Kawasan peruntukkan pertambangan , yang dirinci meliputi kawasan-kawasan : peruntukkan mineral dan batubara, peruntukan minyak dan gas bumi, peruntukan panas bumi dan peruntukkan air tanah di kawasan pertambangan;
7).
Kawasan peruntukkan industri, yang dirinci meliputi kawasan-kawasan : peruntukan industri besar, peruntukkan industri besar dan peruntukkan industri rumah tangga; 8). Kawasan peruntukkan pariwisata, yang dirinci meliputi kawasan-kawasan : peruntukan pariwisata budaya, peruntukan pariwisata alam, peruntukan wisata buatan, dan peruntukan wisata lainnya;
9).
Kawasan peruntukan permukiman, yang dirinci meliputi kawasan-kawasan : peruntukan permukiman perkotaan dan peruntukan permukiman perdesaan. Sebagai kawasan budidaya maka permukiman diarahkan dalam kajian lokasi dan fungsi masing masing permukiman, terutama dikaitkan dengan karakter lokasi, misalnya di pegunungan, dataran tinggi, permukiman pantai, dan sebagainya; dan c. Kawasan peruntukan lainnya.
1).
Menurut kawasan-kawasan yang diprioritaskan pengemba- ngannya dan kawasan-kawasan yang diprioritaskan untuk dilindungi fungsinya; 2).
Jelas, realistis dan dapat diimplementasikan dalam jangka waktu perencanaan pada wilayah kabupaten bersangkutan; 3).
Harus mengikuti peraturan perundang undangan terkait.
3.2. Kebijakan Pola Ruang Wilayah Nasional Dan Provinsi Di Kabupaten Bangka Barat
3.2.1. Kabupaten Bangka Barat dalam Penetapan Pola Ruang
Wilayah NasionalBerdasarkan penetapan pola ruang nasional yang berkenaan dengan Kabupaten Bangka Barat adalah: 1.
Kawasan Lindung Nasional, yang berkenaan dengan wilayah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung adalah penetapan Cagar Alam G.Lalang, G.Menumbing, G.Maras, G.Mangkol, G.Permisan, Jering Mendayung dan yang termasuk dengan Kabupaten Bangka Barat adalah Cagar Alam Gunung Menumbing, Cagar Alam Gunung Maras, dan Cagar Alam Jering Menduyung.
2. Kawasan Budidaya menurut Kawasan Andalan, ditetapkan Kawasan
Andalan Bangka, dengan sektor unggulan: pertanian, perkebunan, industri, pariwisata, perikanan.
3. Kawasan Andalan Laut Bangka dan sekitarnya, dengan sektor unggulan: perikanan dan pariwisata, yang mencakup kawasan laut di Kabupaten Bangka Barat (di Laut Natuna, Selat Bangka, dan Teluk Kelabat).
3.2.2. Kabupaten Bangka Barat dalam Penetapan Pola Ruang Wilayah Provinsi
Dalam penetapan pola ruang pada RTRWP Kepulauan Bangka Belitung, baik pada naskah rencana maupun pada gambar peta pola ruang, dapat dikemukakan pola ruang (kawasan lindung dan kawasan budidaya) yang ditetapkan di wilayah Kabupaten Bangka Barat, seperti pada Tabel 3.1 berikut ini :
Tabel 3.1 Pola Ruang Dalam RTRWP Kepulauan Bangka Belitung yang
Terletak di Kabupaten Bangka Barat
KAWASAN LINDUNG LOKASI KECAMATAN
1 Kawasan Hutan Lindung Muntok, Simpangteritip, Jebus, Parittiga,
Kelapa, Tempilang.
2 Kawasan Bergambut Kecamatan Muntok, Sungai Teritip, Kelapa
dan Jabus .
3 Kawasan Hutan Bakau Kelapa, Jebus, Tempilang, Simpangteritip.
4 Sempadan Pantai Kelapa, Parittiga, Simpangteritip.
5 Sempadan Sungai Tersebar.
6 Sempadan Kolong Muntok, Jebus, Tempilang.
7 Suaka Alam/Cagar Alam Muntok, Simpangteritip, Kelapa.
8 Cagar Budaya Muntok.
- 9 Taman Hutan Raya
10 Rawan Banjir Muntok, Parittiga, Jebus,
11 Rawan Abrasi Pantai Parittiga, Tempilang, dan Simpangteritip
KAWASAN BUDIDAYA LOKASI KECAMATAN
1 Hutan Produksi Muntok, Simpangteritip, Jebus, Parittiga,
Kelapa, Tempilang.
2 Perkebunan Muntok, Simpangteritip, Jebus, Parittiga,
Kelapa, Tempilang.
3 Permukiman Muntok, Simpangteritip, Jebus, Parittiga,
Kelapa, Tempilang.4 Pertanian (Sawah) Simpangteritip, Jebus, Kelapa, Muntok Sumber: Naskah RTRWP Kep. Bangka Belitung 3.2.3.
Rencana Pola Ruang Wilayah Kabupaten Bangka Barat
Penentuan pola ruang Kabupaten Bangka Barat dirumuskan dengan pertimbangan sebagai berikut: o Potensi kegiatan aktual; o Potensi Sumber Daya Alam; o Daya dukung dan daya tampung ruang aspek lingkungan hidup; o Kesesuaian lahan; o Existing penggunaan lahan (landuse); dan o Arahan RTRW Provinsi;
3.2.4. Rencana Pola Ruang Kawasan Lindung 1. Kawasan Hutan Lindung (HL)
Hutan Lindung Kabupaten Bangka Barat terletak hanya di pulau utama/induk Pulau Bangka, yakni seluas + 15.560 hektar dan merupakan Hutan Lindung Pantai (HLP) yang tersebar di Kecamatan Muntok, Simpangteritip, Kelapa, Jebus, Parittiga, dan Tempilang.
Kecamatan Muntok : HLP Jenu Muntok Tanjung Punai, HLP Jenu Muntok Tj.Ular I, dan HLP Jenu Muntok Tj. HLP Air Nyatoh/S.Kampak, dan sebagian HLP Jenu Muntok Tj.Ular I
Kecamatan Kelapa : Sebagian HLP Jering Menduyung, sebagian
HLP Jebu Antan, dan HL di tepi Sungai Semubur, Hutan Lindung Gunung Maras;
Kecamatan Jebus & Prittiga : HLP Jebu Bembang, dan sebagian
HLP Jebu Antan;
Kecamatan Tempilang : Sebagian HLP Jering Menduyung, dan HL Kotawaringin.
2. Kawasan yang Memberi Perlindungan Terhadap Kawasan Bawahannya
Perlindungan terhadap kawasan resapan air dilakukan untuk melindungi mata air dari kegiatan budidaya yang dapat merusak kualitas air dan kondisi fsik kawasan sekitarnya. Dalam wilayah Kabupaten Bangka Barat kawasan sekitar mata air ini berpeluang terletak dalam Kawasan Lindung dan Kawasan Budidaya pada penetapan Rencana Pola Ruang Wilayah Kabupaten Bangka Barat, dengan penjelasan sebagai berikut ini.
Sebagian dari kawasan sekitar mata air terletak dalam Kawasan Lindung yaitu: Hutan Lindung dan Cagar Alam yang telah ditetapkan. Dengan demikian maka kawasan sekitar mata air tersebut akan menjadi bagian langsung dari Kawasan Lindung yang bersangkutan.
Sebagian dari kawasan sekitar mata air terletak dalam Kawasan
Budidaya yang telah ditetapkan; oleh karena itu kawasan sekitar mata air akan didelineasikan dalam rencana yang lebih rinci atau lebih detail pada kawasan yang bersangkutan.
3. Kawasan Perlindungan Setempat a).
Sempadan Pantai Perlindungan terhadap sempadan pantai dilakukan untuk melindungi wilayah pantai dari kegiatan yang mengganggu kelestarian pantai. Kriteria sempadan pantai adalah daratan sepanjang tepian yang lebarnya proporsional dengan bentuk dan kondisi fisik pantai minimal 100 (seratus) meter dari titik pasang tertinggi ke arah darat. (Pasal 13 dan 14 Keppres 32/1990 tentang
Pengelolaan Kawasan Lindung).
Dalam wilayah Kabupaten Bangka Barat, sempadan pantai ini terletak di pesisir yang berhadapan dengan Laut Natuna, Selat Bangka, dan Teluk Kelabat. Bila dikaitkan dengan penetapan Rencana Pola Ruang Wilayah Kabupaten Bangka Barat, maka terhadap sempadan pantai ini dapat dijelaskan sebagai berikut ini.
Sebagian dari sempadan pantai terletak dalam Kawasan Lindung yang telah ditetapkan, yaitu: Hutan Lindung (yang merupakan Hutan Lindung Pantai/ HLP) dan Cagar Alam.
Dengan demikian maka sempadan pantai tersebut akan menjadi bagian langsung dari Kawasan Lindung yang bersangkutan.
Sebagian lainnya dari sempadan pantai terletak dalam Kawasan Budidaya yang ditetapkan; oleh karena itu sempadan pantai akan didelineasikan dalam rencana yang lebih rinci atau lebih detail yang berkenaan dengan kawasan budidaya yang terletak di tepi pantai tersebut.
b).
Sempadan Sungai Perlindungan terhadap sempadan sungai dilakukan untuk melindungi sungai dari kegiatan manusia yang dapat mengganggu dan merusak kualitas sir sungai, kondisi fisik pinggir dan dasar sungai, serta mengamankan aliran sungai. (Pasal 15 Keppres 32/1990 tentang
Pengelolaan Kawasan Lindung). Kriteria sempadan sungai adalah:
daratan sepanjang tepian sungai bertanggul dengan lebar paling sedikit 5 (lima) meter dari kaki tanggul sebelah luar;
daratan sepanjang tepian sungai besar tidak bertanggul di luar kawasan permukiman dengan lebar paling sedikit 100 (seratus) meter dari tepi sungai;
daratan sepanjang tepian anak sungai tidak bertanggul di luar kawasan permukiman dengan lebar paling sedikit 50 (lima puluh) meter dari tepi sungai; (kriteria 1 sampai 3) sesuai
dengan Pasal 56 Ayat (2) PP28/2008 tentang RTRWN);
untuk sungai di kawasan permukiman berupa sempadan sungai yang diperkirakan cukup untuk dibangun jalan inspeksi antara 10
- – 15 meter (sesuai dengan Pasal 8 Permen PU
No.63/PRT/1993 tentang Garis sempadan Sungai, Daerah Manfaat Sungai, Daerah Penguasaan Sungai dan Bekas Sungai).
Dalam wilayah Kabupaten Bangka Barat sempadan sungai ini terletak dalam Kawasan Lindung dan Kawasan Budidaya pada penetapan Rencana Pola Ruang Wilayah Kabupaten Bangka Barat, dengan penjelasan sebagai berikut ini:
Sebagian dari sempadan sungai terletak dalam Kawasan Lindung yang telah ditetapkan, yaitu: Hutan Lindung dan Cagar Alam. Dengan demikian maka sempadan sungai tersebut akan menjadi bagian langsung dari Kawasan Lindung yang bersangkutan.
Sebagian dari sempadan sungai terletak dalam Kawasan Budidaya yang telah ditetapkan; oleh karena itu sempadan sungai akan didelineasikan dalam rencana yang lebih rinci atau lebih detail pada kawasan yang bersangkutan.
c).
Sempadan mata air Perlindungan terhadap sempadan mata air dilakukan untuk melindungi mata air dari kegiatan budidaya yang dapat merusak kualitas air dan kondisi fsik kawasan sekitarnya. Kriteria sempadan mata air adalah sekurang-kurangnya dengan jari-jari 200 (dua ratus) meter di sekitar mata air. (Pasal 19 dan 20 Keppres 32/1990 tentang Pengelolaan Kawasan Lindung).
d).
Sempadan kolong atau waduk Berdasarkan proses terbentuknya dan kondisi fisik kolong, maka dalam penetapan sempadan kolong atau kawasan sekitar kolong dipakai prinsip perlindungan dan kriteria untuk waduk atau danau buatan. Perlindungan terhadap kawasan sekitar kolong atau sempadan kolong adalah untuk melindungi kolong dari kegiatan budidaya yang dapat mengganggu kelestarian fungsi kolong sebagai badan air. (Didasarkan pada Pasal 17 Keppres 32/1990 tentang
Pengelolaan Kawasan Lindung). Sementara kriteria kawasan sekitar
kolong atau sempadan kolong adalah: daratan dengan jarak 50 (lima puluh) meter sampai dengan
100 (seratus) meter dari titik pasang air kolong tertinggi; atau daratan sepanjang tepian kolong yang lebarnya proporsional terhadap bentuk dan kondisi fisik kolong.
Dalam wilayah Kabupaten Bangka Barat sempadan kolong atau kawasan sekitar kolong ini terletak dalam Kawasan Lindung dan Kawasan Budidaya pada penetapan Rencana Pola Ruang Wilayah Kabupaten Bangka Barat, dengan penjelasan sebagai berikut ini.
Sebagian dari sempadan kolong atau kawasan sekitar kolong terletak dalam Kawasan Hutan Lindung yang telah ditetapkan.
Dengan demikian maka sempadan kolong atau kawasan sekitar kolong tersebut akan menjadi bagian langsung dari Kawasan Hutan Lindung yang bersangkutan.
Sebagian dari sempadan kolong atau kawasan sekitar kolong terletak dalam Kawasan Budidaya yang telah ditetapkan; oleh karena itu sempadan kolong atau kawasan sekitar kolong akan didelineasikan dalam rencana yang lebih rinci atau lebih detail pada kawasan yang bersangkutan.
e).
Ruang terbuka hijau kota Perlindungan terhadap ruang terbuka hijau kota dilakukan untuk menciptakan keindahan atau estetika dan perbaikan iklim mikro di kawasan perkotaan. Kriteria ruang terbuka hijau kota adalah: lahan dengan luas paling sedikit 2.500 (dua ribu lima ratus) meter persegi; berbentuk satu hamparan, berbentuk jalur, atau kombinasi dari bentuk satu hamparan dan jalur; dan didominasi komunitas tumbuhan.
Dalam wilayah Kabupaten Bangka Barat ruang terbuka hijau kota ini merupakan kawasan sebagaimana yang ditetapkan dalam Peraturan Bupati Nomor 27 Tahun 2010 tentang Penetapan Lokasi Ruang Terbuka Hijau Publik Kecamatan Muntok, yakni seluas kurang lebih 99.180 (sembilan puluh sembilan ribu seratus delapan puluh) meter persegi yang terletak di Kecamatan Muntok. Selain kawasan tersebut, ruang terbuka hijau akan terdapat dalam kawasan permukiman perkotaan yang telah ditetapkan dalam rencana pola ruang wilayah perkotaan. Dengan demikian maka dalam penyusunan rencana yang lebih rinci atau lebih detail berupa rencana tata ruang untuk kawasan permukiman perkotaan tersebut akan didelineasikan dan ditetapkan ruang terbuka hijau kota.
4. Kawasan Suaka Alam, Pelestarian Alam dan Cagar Budaya a).
Kawasan Hutan Konservasi dan Cagar Alam Kawasan hutan konservasi dan cagar alam Kabupaten Bangka Barat yang terletak di pulau utama/ induk Pulau Bangka adalah tersebar di Kecamatan Muntok, Simpangteritip, dan Kelapa, yang meliputi:
Kawasan hutan konservasi Gunung Menumbing seluas 3.316,86 ha, terletak di Kecamatan Muntok;
Kawasan hutan konservasi Jering Mendayung seluas 3.537,71 ha, terletak di Kecamatan Simpangteritip dan 71,08 ha di
Kecamatan Tempilang;
Kawasan hutan konservasi Gunung Maras seluas 1.215,55 ha, terletak di Kecamatan Kelapa;
Cagar Alam Laut Pantai Tanjung Ular di Kecamatan Muntok; dan
Cagar Alam Laut Pulau Pemuja di Desa Penganak Kecamatan Jebus.
Untuk pulau-pulau kecil, selama belum ditetapkan adanya pengembangan fungsi tertentu, maka pada tahap awal ini ditetapkan sebagai Cagar Alam kecuali Pulau Nanas di Kecamatan Paritiga yang telah ditetapkan sebagai objek wisata pulau kecil.
b).
Kawasan pantai berhutan bakau Kawasan pantai berhutan bakau di Kabupaten Bangka Barat adalah tersebar pada kawasan berikut:
Kecamatan Muntok seluas + 3.363,36 ha;
Kecamatan Simpangteritip seluas + 6.369,60 ha;
Kecamatan Kelapa seluas + 4.632,11 ha;
Kecamatan Jebus seluas + 3.130,67 ha;
Kecamatan Paritiga seluas + 1.509,03 ha: dan Kecamatan Tempilang seluas + 3.646,80 ha.
c). Kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan Cagar Budaya (CB) yang ditetapkan dalam tingkatan RTRW Kabupaten Bangka Barat ini belum ditetapkan sebagai kawasan yang dapat diidentifikasi langsung di atas peta rencana, namun terselip atau terletak dalam kawasan lainnya yang telah ditetapkan. Dengan catatan bahwa dalam rencana rinci kawasan, baik berupa rencana detail, rencana teknis, ataupun rencana tata bangunan dan lingkungan, peruntukan bagi cagar budaya ini dapat didelineasikan secara lebih tepat. Cagar Budaya yang ditetapkan ada yang merupakan bagian dari ”Kota Muntok Lama” dan beberapa lainnya berada di luar. Cagar Budaya yang merupakan bagian dari ”Kota Muntok Lama” adalah berupa heritage building, yakni sebanyak 46 unit, meliputi:
Bangunan ”ex-pusat pemerintahan keresidenan” dahulu, yang sekarang merupakan Rumah Dinas Bupati Bangka Barat;
Bangunan ”Banka Tinwinning Bedriff” (BTW);
Bangunan ”Rumah Mayor Chung A Thiam”;
Bangunan “Rumah Kapten Cina”;
Bangunan “Mesjid Jami’ Muntok”;
Makam “Kanjeng Pangeran Pakoeningprang”;
Bangunan ”Kelenteng Kung Fuk Miau”;
Bangunan ”Petak Lima Belas”;
Bangunan ”Pesanggrahan Muntok”;
Komplek ”Benteng Kuta Seribu”, yang terdiri atas benteng dan kuburan keramat (komplek Makam Bangsawan Melayu);
Bangunan ”Gereja Santa Maria”;
Komplek ”Makam Belanda (Kerkhoff)”;
Bangunan ”Mercu Suar Tanjung Kalian” di dalam kawasan pelabuhan o Tanjung Kalian di Kecamatan Muntok;
Bangunan ”Surau Kampung Tanjung”, di Kelurahan Tanjung;
Monumen ”Perang Dunia II (Monumen Vivian Bullwinkel)”, di
Tanjung Kalian;
Bangunan ”Pesanggrahan Menumbing (Giri Sasana Menumbing)” di dalam kawasan Cagar Alam Menumbing, di Kecamatan Muntok;
Situs ”Benteng Kota” di Desa Benteng Kota, Kecamatan
Tempilang, yang terletak di dalam kawasan perkotaan Tempilang; dan Makam ”H. Khatamarrasyid”, di Desa Bakit Kecamatan Parittiga. Selain itu, cagar budaya yang ditetapkan di Kabupaten Bangka Barat adalah berupa situssitus bersejarah, yakni terdiri dari 42 lokasi sebagai berikut: 1.
Kampung Ulu (Kampung Pemohon) 2. Kampung Tanjung (Kampung Jiran Siantan) 3. Kampung Telukrubiah (Kampung Patenun) 4. Sekitar Pesanggerahan Muntok 5. Sekitar Masjid Jamik 6. Sekitar Rumah Mayor 7. Sekitar Batu Balai dan Menumbing 8. Sekitar Kantor Karesidenan Belanda 9. Petak 15 10.
Pelabuhan Muntok 11. Sekitar Pasar Lama 12. Kantor Pos 13. Sekitar Tangsi 14. Sekitar Kuburan Tanggaseribu 15. Jembatan Inggeris 16. SD Negeri 1 17. Mercusuar Tanjung Kalian 18. Bangunan dan Mercusuar Tanjung Ular 19. Sekitar Kantor Wilasi (BTW) 20. Gedung Kuning 21. Gereja GPIB 22. Lembaga Pemasyarakatan
23. Bina Jaya 24.
Rumah Macan 25. Gedung Syahbandar Lama 26. Lapangan Terbang Muntok 27. Kuburan Tua Portugis di Laut Jungku 28. Air terjun/Kolam Renang Puput 29. Penampung Air Airburung 30. Sumur Tua Sukal
31. Sekitar Kuburan Kebunnanas 32.
Gua Jepang Sekitar Jalan Menara 33. Sekitar Menjelang Lama 34. Sekitar Tanjung Punai, Belolaut 35. Sekitar Rumah Sakit Jiwa muntok 36. Bioskop Samudra 37. Bioskop Merdeka
5. Kawasan Rawan Bencana Alam
Lokasi yang teridentifikasi rawan banjir/ genangan di Kabupaten Bangka Barat adalah sebagai berikut.
Kelurahan Tanjung, meliputi Kampung Tanjung, Kampung Ulu, dan Kampung Teluk Rubia seluas kurang lebih 29 hektar; dan
Kelurahan Sungai Daeng Kampung Culong seluas kurang lebih 1 (satu) hektar: dan
Ibukota Kecamatan Parittiga.
6. Kawasan Lindung Geologi
Kawasan lindung geologi yang ada di Kabupaten Bangka Barat merupakan kawasan rawan abrasi pantai, meliputi:
Kelurahan Tanjung Kecamatan Muntok;
Desa Belo Laut Kecamatan Muntok;
Desa Teluk Limau Kecamatan Parittiga;
Desa Bakit Kecamatan Parittiga; Desa Tanjung Niur Kecamatan Tempilang.
3.2.5. Rencana Pola Ruang Kawasan Budidaya 1. Kawasan Peruntukan Hutan Produksi (HP)
Kawasan Hutan Produksi (HP) di Kabupaten Bangka Barat adalah seluas + 74.447,23 ha, meliputi: sebagian hutan produksi Air Rambat di Kecamatan Muntok;
sebagian hutan produksi Air Rambat, hutan produksi Jering Menduyung, dan hutan produksi Air Nyatoh/S.Kampak di Kecamatan Simpangteritip;
sebagian hutan produksi Jering Menduyung dan sebagian hutan produksi Jebu
Antan/Air Bulin di Kecamatan Kelapa;
hutan produksi Jebu Bembang dan hutan produksi Jebu Antan di Kecamatan Jebus dan Parittiga; dan
hutan produksi Jering Menduyung dan hutan produksi Kotawaringin di Kecamatan Tempilang.
2. Kawasan Hutan Rakyat (HR)
Kawasan Hutan Rakyat (HR) terdapat di semua kecamatan, berturut- turut dari yang terluas adalah Kecamatan Jebus, Muntok, Simpangteritip, Kelapa, Tempilang dan Parittiga. Luas peruntukan kawasan hutan rakyat tersebut adalah + 290,60 hektar.
3. Kawasan Peruntukan Pertanian
Kawasan peruntukan pertanian adalah seluas 148.212,18 Ha, tersebar di seluruh kecamatan di Kabupaten Bangka Barat.
a).
Peruntukan pertanian lahan pangan Kawasan pertanian lahan pangan yang potensial terdapat di semua kecamatan, yang luas keseluruhannya sekitar 16.655,86 hektar.
b).
Peruntukan pertanian hortikultura Kawasan pertanian hortikultura terdapat di semua kecamatan, yang luas keseluruhannya sekitar 2.645,74 hektar.
c).
Kawasan peruntukan perkebunan
Perkebunan besar Kawasan perkebunan besar di Kabupaten Bangka Barat terdapat di semua kecamatan, yaitu seluas + 44.087,75 hektar.
Kawasan perkebunan rakyat
Kawasan perkebunan rakyat terdapat di semua kecamatan, yaitu seluas + 84.776,64 hektar. d).
Kawasan peruntukan peternakan Kawasan peternakan di Kabupaten Bangka terdiri dari Kawasan Penggembalaan Umum. Kawasan tersebut direncanakan berlokasi di Kecamatan Kelapa, tepatnya berada di areal Landbouw atau areal peternakan Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Bangka Barat seluas 71,74 hektar dan kawasan peternakan lainnya yang berada di Kecamatan Muntok dan Paritiga. Total luas kawasan peternakan di Kabupaten Bangka Barat seluas 76,19 hektar.
4. Kawasan Peruntukan Perikanan
Kawasan perikanan di kabupaten Bangka Barat terbagi 2 jenis, yaitu kawasan perikanan tangkap dan kawasan budidaya perikanan.
a).
Kawasan perikanan tangkap Sebagai kabupaten kepulauan yang sebagian wilayahnya terdapat wilayah perairan maka zonasi potensi perikanan tangkap terletak di sepanjang pantai di Kecamatan Muntok, Jebus, Simpangteritip, dan Tempilang dengan total luas kurang lebih 31.352,91 ha b).
Kawasan budidaya perikanan Lokasinya kawasan budidaya perikanan adalah tersebar di seluruh kecamatan, dengan menggunakan media kolong, sungai, dan air payau, terdiri dari: budidaya perikanan air tawar dan payau denngan luas kurang lebih 16.164,03 ha; dan
budidaya perikanan laut, yaitu seluas kurang lebih 46.661,57 ha.
5. Kawasan Peruntukan Pertambangan
Luas kawasan pertambangan di Kabupaten Bangka Barat adalah + 128.952 hektar. Kawasan pertambangan yang memiliki izin usaha pertambangan (IUP) di darat adalah sekitar 54.515 hektar, sedangkan yang memiliki izin usaha pertambangan (IUP) di laut adalah sekitar 74.437 hektar.
6. Kawasan Peruntukan Industri
Kawasan peruntukan industri di Kabupaten Bangka Barat adalah terdiri dari: kawasan stock pile batubara dan PLTU di Tanjung Kalian
Kecamatan Muntok seluas + 113,59 hektar; kawasan industri pengolahan minyak kelapa sawit (CPO) seluas 25 hektar;
kawasan industri perikanan Teluk Klabat di Kecamatan Parittiga; dan
kawasan industri dan pelabuhan terpadu (KIPT) di Tanjung Ular Kecamatan Muntok seluas + 1.275 hektar. Sebagian kecil dari kawasan ini (kurang lebih 425 hektar) sebelumnya merupakan bagian dari Hutan Lindung yang akan dimohonkan pengajuan perubahan status menjadi APL (Areal Penggunaan Lain).
7. Kawasan Peruntukan Pariwisata
Kawasan peruntukan pariwisata seluruhnya adalah seluas + 546 Ha, yang tersebar di seluruh Kecamatan di Kabupaten Bangka Barat. Kawasan Wisata dibagi menjadi 3 SKW (Satuan Kawasan Wisata), yaitu:
SKW I meliputi Kecamatan Muntok dan Simpangteritip. Objek wisata yang ada di SKW I meliputi: a.
Wisata Alam : Pantai Tanjung Kalian, Tanjung Ular, Pantai Bidadari, Pantai Muntok Asin, Pantai Batu Rakit, Pantai Air Mas Rambat, Pantai Air Nyatoh, Pantai Menggris dan Pantai Karang Aji, Gunung menumbing, Batu Balai, Tanah Merah, Tungau, dan Mentiba.
b.
Wisata Budaya : Pesanggrahan Menumbing, Pesanggrahan Muntok, Rumah Mayor Chung A Thiam, Mesjid Jami Muntok, Klenteng Cina Muntok, Pleburan timah Muntok, Makam Keluarga Abdi Dalem Hamengkubuwono IX, BTW, Makam Bangsawan Melayu, dan Kampung Melayu.
SKW II meliputi Kecamatan Jebus dan Prittiga. Objek wisata yang ada di SKW II meliputi: a.
Wisata Alam : Pantai Tanjung Ru, Pulau Nenas, Pantai Blembang, Pantai Brembang, Bukit Mempari, Kebun Teh Tayu, Pulau Beri-beri, Bembang, Siangau, dan Pala jebu.
b.
Wisata Budaya : Klenteng Cina, makam Haji Khotamarrasyid bin H. Usman, Sembahyang Bulan, dan Sembahyang Kubur.
SKW III meliputi Kecamatan Tempilang dan Kelapa, meliputi kawasan: a.
Wisata Alam : Pantai Pasir Kuning, Pantai Kedacak, Air panas Dendang, perkebunan sawit, sarang burung wallet.
b.
Wisata Budaya : Benteng Kuta Tempilang.
8. Kawasan Peruntukan Permukiman
Kawasan peruntukan permukiman secara keseluruhan adalah seluas + 8.850,08 Ha yang tersebar di seluruh kecamatan di Kabupaten Bangka Barat.
a).
Peruntukan permukiman perkotaan Kawasan Permukiman Perkotaan (PK) terdapat di semua kecamatan, berturut-turut dari yang terluas adalah Kecamatan Muntok, Jebus, Parittiga, Tempilang, Kelapa, dan Simpangteritip dengan total luas 7.299,04 hektar b).
Peruntukan permukiman perdesaan Kawasan Permukiman Perdesaan (PD) terdapat di semua kecamatan, berturut-turut dari yang terluas adalah Kecamatan Jebus, Parittiga, Kelapa, Simpangteritip, Tempilang, dan Muntok dengan total luas 1.551,03 hektar.