BAB 3 RENCANA PEMBANGUNAN WILAYAH KABUPATEN WONOSOBO - DOCRPIJM 7f1e041c0c BAB III03 BAB 3 Renc Pengemb Wil

BAB 3 RENCANA PEMBANGUNAN WILAYAH KABUPATEN WONOSOBO

3.1 Skenario Pengembangan Wilayah

  3.1.1 Kondisi Struktur dan Pola Pemanfaatan Ruang Wilayah Struktur ruang wilayah diwujudkan berdasarkan arahan pengembangan sistem

pusat pelayanan yang berhierarki satu sama lain yang dihubungkan oleh sistem jaringan

prasarana wilayah kabupaten terutama jaringan transportasi. Struktur kota-kota di

Kabupaten Wonosobo terbentuk berdasarkan pola geografiis wilayah yang meliputi

topografi, bentuk wilayah, dan pola jaringan utama aksesibilitas yang berbentuk jaringan

jalan kolektor yang cenderung linier. Pengembangan struktur kota-kota di Kabupaten

Wonosobo juga diarahkan pada pola yang telah terbentuk dengan pengembangan wilayah

di sekitarnya. Perlu penetapan sub pusat baru yang didukung dengan penyediaan sarana

dan prasarana yang memadai. Sehingga arahan untuk pengembangan struktur kota yang

ada dapat dilakukan dengan beberapa hal sebagai berikut :

  • - Struktur kota yang sudah terbentuk diperkuat lagi dengan sistem jaringan yang lebih

    memadai sehingga mendukung wilayah pengembangan di sekitarnya.
  • - Struktur kota diarahkan pada pembentukan wilayah yang terintegrasi dan terpadu

    dalam pengembangan wilayah yang dinamis.
  • - Struktur kota lebih merupakan upaya pemerataan pembangunan secara umum dengan

    mempermudah aksesibilitas dan meningkatkan peran dan fungsi kota.

  Rencana struktur ruang wilayah meliputi:

  • Rencana pengembangan pusat kegiatan
  • Rencana pengembangan sistem jaringan prasarana

  3.1.2 RENCANA PENGEMBANGAN PUSAT KEGIATAN

  3.1.1 Rencana Pengembangan Sistem Perkotaan Sistem permukiman diarahkan pada perkembangan linear wilayah, mengikuti

jaringan jalan regional dan kondisi fisik wilayah di Kabupaten Wonosobo. Sistem

permukiman dikembangkan untuk membentuk struktur perkotaan yang dinamis dan

Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)

  III - 1

  

akomodatif, dengan pola pengembangan kota yang berkelanjutan dengan proses

pembangunan yang terpadu. Keberadaan perkotaan dalam suatu wilayah kabupaten

  merupakan barometer perkembangan wilayah secara umum, dengan berbagai karakteristik tertentu yang menjadi pendukung perkembangannya. Untuk itu, perkotaan yang ada harus dikembangkan sebagai satu pintu pengembangan wilayah Kabupaten Wonosobo secara keseluruhan, yang terintegrasi dengan pola pengembangan wilayah secara umum.

  Berdasarkan konsep tersebut maka arahan pengembangan sistem perkotaan dapat dilakukan dengan beberapa hal berikut ini:

  • - Menentukan sistem pusat pelayanan sebagai pusat-pusat pengembangan wilayah

    kabupaten.
  • - Pengembangan wilayah perkotaan dengan peningkatan fungsi dan peran kota-kota

    yang terbentuk dalam sistem perkotaan yang terintegrasi, dalam fungsi utama sebagai pusat pengembangan wilayah sekitarnya sesuai dengan fungsi kotanya, untuk membentuk struktur perkotaan yang dinamis dan terintegrasi. Membuka - kesempatan investasi keuangan dan jasa dalam usaha meningkatkan

  fungsi dan peran kota, dengan beberapa hal berikut ini:  Dengan kemudahan-kemudahan penanaman modal yang telah diatur dalam tata aturan perundangan yang berlaku.

   Meningkatkan sarana dan prasarana wilayah yang lebih memadai.

  Berdasarkan beberapa hal yang dijadikan bahan pertimbangan maka rencana pengembangan sistem pusat permukiman perkotaaan akan diarahkan pada kawasan- kawasan yang cepat berkembang, kawasan di sepanjang jalur potensial dan juga kawasan-kawasan pusat-pusat pelayanan. Pada pengembangan kawasan permukiman perkotaan diperbolehkan dilakukan alih fungsi pada lahan persawahan yang berada di sepanjang jalan, kurang lebih 100 (seratus) m kanan kiri jalan yang potensial perkembangannya. Jalan yang potensial perkembangannya yang boleh dilakukan alih fungsi lahan adalah jalan kolektor primer yang menghubungkan pusat-pusat PKL serta jalan kolektor sekunder yang menghubungkan antar kecamatan. Sedangkan untuk jalan arteri tidak diperbolehkan terjadi alih fungsi lahan.

  Rencana Pembagian Sistem Pusat Pelayanan dilakukan berdasarkan skenario terpilih yang telah diungkapkan dalam konsep pengembangan tata ruang wilayah dan juga berdasarkan karakteristik wilayah secara keseluruhan. Wilayah pengembangan dan kawasan pengembangan dalam struktur tata ruang Kabupaten Wonosobo ditentukan berdasarkan efisiensi jangkauan pelayanan dan kawasan-kawasan strategis.

  Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)

  III - 2 Pengembangan tersebut secara efektif tidak termasuk pada kawasan-kawasan yang dilindungi (kawasan lindung).

  Titik simpul pengembangan (kota-kota), baik sebagai pusat pertumbuhan maupun pusat-pusat pelayanan dari permukiman. Sistem pusat pelayanan wilayah kabupaten merupakan simpul pelayanan sosial, budaya, ekonomi dan/ atau administrasi masyarakat di wilayah kabupaten tersebut. Dalam rencana sistem pusat pelayanan terdiri dari PKN, PKW dan PKL yang berada pada wilayah kabupaten serta pusat-pusat lain di dalam wilayah kabupaten yang terdiri dari PPK (Pusat Pelayanan Kawasan) yang berfungsi untuk melayani kegiatan skala kecamatan atau beberapa desa serta PPL (Pusat Pelayanan Lingkungan) yang berfungsi melayani kegiatan skala antar desa. Selain itu Pusat Pelayanan Kawasan (PPK) merupakan pusat kegiatan yang di kemudian hari dapat dipromosikan segagai PKL (dengan notasi PKLp).

  Berdasarkan kondisi tersebut pembagian sistem pusat pelayanan di Kabupaten Wonosobo adalah sebagai berikut:

  • PKW yang mencakup wilayah Kecamatan Wonosobo - PKLp yang mencakup wilayah Kecamatan Kertek dan Selomerto

  PPK yang mencakup wilayah Kecamatan Mojotengah, Kejajar, dan Sapuran -

3.1.2 Rencana Pengembangan Sistem Perdesaan

  Pengembangan sistem permukiman perdesaan di Kabupaten Wonosobo diarahkan pada usaha pemerataan pembangunan dan perkembangan wilayah sebagai salah satu usaha mencegah kesenjangan wilayah. Hal ini terutama karena hambatan-hambatan strategis yang meliputi kondisi geografis yang mempengaruhi pola distribusi dengan tingkat kesulitan aksesibilitas yang cukup tinggi, yang ditunjukkan adanya hambatan- hambatan fisik kawasan dan sistem jaringan yang belum memadai. Berdasarkan kondisi tersebut maka pengembangan kawasan perdesaan di Kabupaten Wonosobo adalah sebagai berikut:

  • Wilayah yang memiliki fungsi pelayanan lingkungan, melayani kegiatan antar desa, penetapannya berdasarkan analisis, meliputi wilayah Kecamatan Kepil, Kaliwiro, Wadaslintang, Leksono, Kalikajar, Garung, Watumalang, Sukoharjo, dan Kalibawang. Kecamatan tersebut akan diarahkan menjadi Pusat Pelayanan Lingkungan (PPL) -

  Selain itu, di Kabupaten Wonosobo sistem perdesaan yang dikembangkan sebagai kawasan agropolitan terdapat di Kawasan Agropolitan Rojonoto yang meliputi Kecamatan Kaliwiro, Sukoharjo, Leksono, dan Selomerto. Kegiatan ekonomi yang dikembangkan pada Kawasan Agropolitan terutama adalah agribisnis. Pada Kawasan

  Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)

  III - 3 Agropolitan Rojonoto terdapat kota tani utama yaitu Kota Tani Sawangan serta 4 (empat) Kota Tani lainnya yaitu Kota Tani Sukoharjo, Kota Tani Tlogo, Kota Tani Selomerto dan Kota Tani Kaliwiro.

  Arah aliran distribusi produk kawasan Agropolitan Rejonoto dari pusat Kota Tani Utama Sawangan terbagi menjadi 3, yaitu:

   Sawangan – Banjarnegara  Sawangan – Kaliwiro – Wadaslintang  Sawangan – Selomerto – Wonosobo Jalur-jalur akses tersebut lebih diprioritaskan untuk mendukung kegiatan agribisnis di Kawasan Agropolitan Rojonoto. Di Kawasan Agropolitan Rojonoto juga perlu ditingkatkan adanya zona strategis untuk pusat sarana prasarana penunjang kegiatan wisata (lokasi perdagangan sarana prasarana produksi pertanian) yang terletak di desa Sawangan. Oleh karena itu dikembangkan kawasan terbangun terutama perdagangan dan jasa di sepanjang jalur Sawangan – Selokromo yang dapat mendukung kegiatan agrobisnis di Kawasan Agropolitan Rojonoto.

3.1.3 Rencana Fungsi Pusat Pelayanan dan Kawasan Pengembangan

  Pusat pelayanan adalah kota yang mengemban peran sebagai pusat pelayanan bagi wilayah sekitarnya (hinterland), bedasarkan pola tata jenjang pusat pelayanan yang telah ditentukan. Kota Wonosobo memiliki tata jenjang pelayanan utama yang mempunyai fungsi pusat pelayanan daerah, sekaligus sebagai kota administratif, pusat pelayanan pendidikan dan kesehatan. Untuk lebih jelas fungsi pusat pelayanan dan wilayah pengembangan di Kabupaten Wonosobo dapat dilihat pada tabel berikut:

TABEL 3.1 HIRARKI KOTA DAN FUNGSI PUSAT PELAYANAN DALAM RENCANA STRUKTUR TATA RUANG KABUPATEN WONOSOBO PUSAT NO KECAMATAN FUNGSI PELAYANAN

  1. PKW Wonosobo • Pusat pemerintahan tingkat kabupaten

  • Pusat permukiman
  • Pusat pendidikan
  • Pusat pelayanan sosial ekonomi skala kabupaten
  • Pusat transportasi wilayah
  • Pengembangan pariwisata
  • Pusat pengembangan permukiman perkotaan
  • Daerah pengembangan perdagangan
  • Pusat pengembangan industri

  2. PKLp Kertek • Pusat permukiman

  • Pusat pengembangan sosial ekonomi dan jasa tingkat kecamatan
  • Pusat pengembangan kegiatan perdagangan
  • Pengembangan kegiatan peternakan
  • Pengembangan tanaman lahan kering Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)

  III - 4

PUSAT NO KECAMATAN FUNGSI PELAYANAN

  • Pengembangan tanaman perkebunan (tembakau, teh, kopi)
  • Pengembangan hutan rakyat
  • Pengembangan industri besar, menengah dan kecil Selomerto • Pusat pemerintahan kecamatan
  • Pengembangan pelayanan sosial ekonomi dan jasa
  • Pusat orientasi perdagangan tingkat kecamatan dan kabupaten
  • Pengembangan pusat transportasi
  • Pengembangan kegiatan agropolitan
  • Pengembangan pendidikan
  • Pengembangan tanaman pangan dan holtikultural
  • Pengembangan tanaman perkebunan
  • Pengembangan peternakan
  • Pengembangan perikanan
  • Pengembangan permukiman

  3. PPK Kejajar • Pusat pemerintahan kecamatan

  • Pengembangan pelayanan sosial ekonomi dan jasa tingkat kecamatan
  • Pusat transportasi
  • Pusat pengembangan pariwisata
  • Pengembangan permukiman
  • Pengembangan perikanan
  • Pengembangan tanaman holtikultura
  • Pengembangan tanaman perkebunan
  • Pengembangan tanaman hutan rakyat
  • Pengembangan industri kecil dan menengah Mojotengah • Pusat pemerintahan kecamatan
  • Pusat pengembangan kegiatan pendidikan
  • Pengembangan pelayanan sosial dan ekonomi
  • Pengembangan tanaman perkebunan (kopi, coklat)
  • Pengembangan industri kecil dan menengah
  • Pengembangan permukiman Sapuran • Pusat pemerintahan kecamatan
  • Pengembangan pelayanan sosial ekonomi dan jasa tingkat kecamatan
  • Pusat orientasi perdagangan tingkat kecamatan dan kabupaten
  • Pengembangan pariwisata
  • Pengembangan kegiatan industri kecil, menengah dan besar
  • Pengembangan simpul transportasi
  • Pengembangan permukiman

  4. PPL Garung • Pusat pemerintahan kecamatan

  • Pengembangan pelayanan sosial ekonomi dan jasa tingkat kecamatan
  • Pengembangan tanaman pangan dan holtikultura
  • Pengembangan tembakau , kopi, coklat
  • Pengembangan peternakan
  • Pengembangan pariwisata
  • Pengembangan permukiman
  • Pengembangan perikanan Leksono • Pusat pemerintahan kecamatan
  • Pengembangan pelayanan sosial ekonomi dan jasa tingkat kecamatan
  • Pusat pengembangan kawasan agropolitan Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)

  III - 5

PUSAT NO KECAMATAN FUNGSI PELAYANAN

  • Pengembangan industri pertanian
  • Pengembangan tanaman perkebunan dan tanaman holtikultura (buah-buahan)
  • Pengembangan pariwisata
  • Pengembangan permukiman
  • Pengembangan perikanan
  • Pengembangan peternakan Sukoharjo • Pusat pemerintahan kecamatan
  • Pengembangan pelayanan sosial ekonomi dan jasa
  • Pengembangan kegiatan agropolitan
  • Pengembangan perkebunan
  • Pengembangan hutan rakyat
  • Pengembangan kegiatan pertanian lahan kering, holtikultura
  • Pengembangan kegiatan peternakan Watumalang • Pusat pemerintahan kecamatan
  • Pengembangan pelayanan sosial ekonomi dan jasa tingkat kecamatan
  • Pengembangan permukiman
  • Pengembangan perikanan
  • Pengembangan kegiatan perkebunan dan hutan rakyat
  • Pengembangan tanaman pangan dan holtikultura
  • Pengembangan tanaman perkebunan kelapa, coklat dan kopi
  • Pusat pengembangan peternakan
  • Pengembangan industri kecil dan kerajinan rumah tangga Kalikajar • Pusat pemerintahan skala kecamatan
  • Pusat permukiman
  • Pengembangan perdagangan
  • Pengembangan fasilitas sosial ekonomi
  • Pengembangan tanaman sayur-sayuran
  • Pengembangan tanaman perkebunan teh, kopi
  • Pengembangan hutan rakyat Kaliwiro • Pusat pemerintahan kecamatan
  • Pusat pengembangan pelayanan sosial ekonomi dan jasa
  • Pusat pengembangan permukiman
  • Pengembangan pertanian tanaman pangan, palawija dan buah-buahan
  • Pengembangan tanaman perkebunan (cengkeh, kopi, coklat)
  • Pengembangan peternakan
  • Pengembangan permukiman Wadaslintang • Pusat pemerintahan kecamatan
  • Pengembangan pelayanan sosial ekonomi dan jasa tingkat kecamatan
  • Pengembangan pariwisata
  • Pengembangan perikanan
  • Pengembangan permukiman
  • Pengembangan hutan rakyat Kepil • Pusat pemerintahan kecamatan
  • Pengembangan pelayanan sosial ekonomi dan jasa tingkat kecamatan
  • Pengembangan kegiatan perdagangan
  • Pusat pengembangan home industry (anyaman, kerajinan tanduk, tulang, logam)
  • Pengembangan tanaman pangan, palawija, buah- Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)

  III - 6

  • Pengembangan tanaman perkebunan (teh dan kopi)
  • Pengembangan permukiman
  • Pengembangan hutan rakyat
  • Pengembangan kegiatan perikanan Kalibawang • Pusat pemerintahan kecamatan
  • Pengembangan pelayanan sosial ekonomi dan jasa tingkat kecamatan
  • Pengembangan permukiman
  • Pengembangan hutan rakyat
  • Pengembangan peternakan
  • Pengembangan perkebunan

  Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)

  III - 7 NO PUSAT PELAYANAN KECAMATAN FUNGSI buahan

  Sedangkan untuk kawasan pengembangan adalah merupakan kegiatan pengembangan kawasan potensial sebagai pusat pertumbuhan maupun kawasan terbelakang yang direncanakan selama kurun waktu 20 tahun. Kemudian tahapan pelaksanaannya diperinci tiap tahun sesuai dengan prioritasnya untuk mencapai sasaran yang diinginkan. Dari hasil analisis, dapat direncanakan kawasan pengembangan di Kabupaten Wonosobo yaitu sebagai berikut:

  a. Kawasan-kawasan Potensial Perkembangan di Kabupaten Wonosobo

  1. Kawasan Pusat Pertumbuhan, meliputi:  Sebagai pusat pertumbuhan yaitu Kecamatan Wonosobo dan Kertek  Pusat pertumbuhan potensial sebagai kawasan perdagangan yaitu Kecamatan Wonosobo, Kertek, Sapuran, Kaliwiro, Kepil, dan Kejajar.

  2. Pertumbuhan Ekonomi  Pusat kawasan peruntukan industri yaitu Kecamatan Kertek, Selomerto, Wonosobo, dan Sapuran.

  3. Kawasan Pariwisata  Pusat pertumbuhan potensial sebagai kawasan pengembangan wisata yaitu Kecamatan Kejajar, Garung, Wonosobo, Kertek, dan Wadaslintang.

  b. Kawasan Kurang Berkembang di Kabupaten Wonosobo Kriteria-kriteria yang diperlukan yaitu :  Kawasan yang secara geografis dan potensi wilayahnya kurang menguntungkan untuk pengembangan daerahnya.

   Merupakan daerah yang lambat perkembangnya serta terbatasnya sarana dan prasarana.  Pusat pengembangan sebagai sarana wilayah perbatasan yaitu Kecamatan Kejajar, Garung, Kertek, Selomerto, Kalikajar, Sapuran, Kepil, Kalibawang, Wadaslintang, Kaliwiro, Sukoharjo, dan Watumalang. Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)

  III - 8

   Kawasan kurang berkembang yaitu Kecamatan Garung, Watumalang, Sukoharjo dan Kalibawang.

  c. Kawasan Konservasi, merupakan kawasan lindung  Pusat kawasan konservasi alam dan lingkungan hidup yang tersebar di sebagian

  Kecamatan Kertek, Garung, Kalikajar, Sapuran, Kepil, Kejajar, Mojotengah, Watumalang, Sukoharjo, Leksono, Wadaslintang, dan Kaliwiro (kawasan lindung).

   Kawasan rawan bencana banjir di Kecamatan Wonosobo dan Mojotengah.  Kawasan rawan bencana longsor di Kecamatan Kertek, Kalikajar, Kaliwiro, Sukoharjo, Watumalang, Kejajar, Garung, Wadaslintang, Sapuran, dan Kepil.

   Kawasan rawan bencana kebakaran merupakan kecamatan yang memiliki hutan. Kawasan rawan angin topan di Kecamatan Wonosobo, Mojotengah, Kertek, Sapuran, Kalikajar, dan Watumalang A.

   Kondisi Pola Pemanfaatan Ruang Wilayah

  Rencana pola ruang adalah rencana distribusi peruntukan ruang dalam suatu wilayah yang meliputi peruntukan ruang untuk fungsi lindung dan peruntukan ruang untuk fungsi budidaya. Rencana pola ruang wilayah kabupaten berfungsi: 1. sebagai alokasi ruang untuk berbagai kegiatan sosial ekonomi masyarakat dan kegiatan pelestarian lingkungan dalam wilayah kabupaten; 2. mengatur keseimbangan dan keserasian peruntukan ruang; 3. sebagai dasar penyusunan indikasi program utama jangka menengah lima tahunan untuk dua puluh tahun; dan 4. sebagai dasar dalam pemberian izin pemanfaatan ruang pada wilayah kabupaten. Pola pemanfaatan ruang wilayah Kabupaten Wonosobo dibedakan atas:  RENCANA POLA RUANG KAWASAN LINDUNG

  Merupakan kawasan dengan fungsi utama adalah melindungi pelestarian fungsi daya alam, sumber daya buatan serta nilai budaya dan sejarah bangsa. Kawasan ini harus dilindungi dari kegiatan produksi dan kegiatan manusia, dilindungi yang dapat mengurangi atau merusak fungsi lindungnya. Secara umum tujuan dan penentuan arahan kebijakan dalam pemanfaatan kawasan lindung adalah mengurangi resiko kerusakan lingkungan hidup dan kehidupan sebagai akibat dari kegiatan pembangunan.

  Pengelolaan kawasan lindung dilakukan untuk melestarikan kawasan- kawasan yang berfungsi lindung, dengan sasaran untuk: Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)

  III - 9

  a. Mempertahankan keutuhan dan keanekaragaman hayati meliputi tumbuhan, satwa, tipe ekosistem, dan keunikan alam.

  b. Meningkatkan fungsi lindung terhadap tanah, air, iklim, tumbuhan dan satwa, serta nilai sejarah dan budaya.

  c. Merehabilitasi/ memperbaiki kawasan lindung yang rusak.

  d. Mengembangkan kawasan lindung untuk fungsi-fungsi wisata alam, pendidikan dan penelitian.

  e. Menambah kawasan fungsi baru: hutan lindung fisiografis, kawasan karst, dan kawasan geologi.

  f. Tidak adanya alih fungsi kawasan lindung menjadi kawasan budidaya. Kawasan Lindung yang terdapat di Kabupaten Wonosobo terdiri atas :  Kawasan Hutan Lindung  Kawasan yang Melindungi Kawasan Bawahannya Kawasan yang memberikan perlindungan terhadap kawasan bawahannya terdiri dari:

  a. Kawasan lindung yang dikelola masyarakat; dan b. Kawasan resapan air.  Kawasan Perlindungan Setempat Kawasan perlindungan setempat meliputi:

  a. kawasan sempadan sungai;

  b. kawasan sekitar danau atau waduk; dan c. kawasan ruang terbuka hijau kawasan perkotaan.  Kawasan Sekitar Danau/ Waduk  Kawasan Ruang Terbuka Hijau (RTH) perkotaan  Kawasan Suaka Alam, Pelestarian Alam, dan Cagar Budaya  Kawasan Rawan Bencana Alam Daerah rawan tanah longsor Daerah rawan angin topan Daerah rawan kebakaran hutan Daerah rawan bencana gas beracun Daerah rawan bencana gunung api  Kawasan Lindung Geologi Kawasan lindung geologi terdiri atas :

  a. Kawasan Imbuhan Air tanah

  b. Kawasan Sekitar Mata Air  Kawasan Lindung Lainnya

   KAWASAN BUDIDAYA Kawasan budidaya merupakan kawasan di luar kawasan lindung yang kondisi fisik dan potensi sumber daya alamnya dianggap dapat dan perlu dimanfaatkan baik bagi kepentingan produksi (kegiatan usaha) maupun pemenuhan kebutuhan permukiman. Oleh karena itu, dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Wonosobo, penetapan kawasan ini dititikberatkan pada usaha untuk memberikan arahan pengembangan berbagai kegiatan budidaya sesuai dengan potensi sumberdaya yang ada dengan memperhatikan optimasi pemanfaatannya.

  Kriteria untuk mendelinasikan kawasan/ sub kawasan budidaya secara umum lebih didasarkan pada faktor kesesuaian lahan. Dilihat dari kriterianya, pada dasarnya terdapat wilayah yang dapat saja memenuhi kriteria untuk pengembangan beberapa jenis kegiatan budidaya (misalnya pertanian sawah, ladang, perkebunan, holtikultura, Peternakan,Perikanan,pertambangan ,industri,Pariwisata,Peermukiman dadn Peruntukan lainnya ). Hal ini berarti penggarisannya di atas peta akan menjadi tumpang tindih. Dengan demikian, pengalokasian ruangnya di samping didasarkan pada kesesuaian lahan juga mempertimbangkan aspek ekonomis serta kebijaksanaan secara nasional atau daerah bagi prioritasnya.

  Didasarkan pada kepentingan pemanfaatan ruang secara optimal untuk kegiatan yang bersifat budidaya, maka dalam RTRW Kabupaten Wonosobo perlu dilakukan prioritas di dalam memberikan arahan pengembangannya yang secara umum dibedakan menurut perkembangan wilayah. Prioritas dalam mengarahkan jenis kegiatan budidaya yang akan dikembangkan adalah menurut intensitas pemanfaatan ruang-ruang.

  Dalam kaitannya dengan kondisi eksisting, kemungkinan terjadi permasalahan tumpang tindih antara kawasan budidaya yang ditetapkan dengan kegiatan budidaya lain yang ada. Secara umum masalah tumpang tindih ini berkaitan dengan penggunaan lahan yang telah berlangsung lama, proyek sektoral atau status penguasaan lahan. Untuk mengarahkan perkembangan, apakah kegiatan-kegiatan yang tumpang tindih tersebut dapat terus berlangsung atau tidak pada masa yang akan datang, maka perlu suatu arahan pengendalian. Pengembangan kawasan budidaya di Kabupaten Jepara sesuai dengan arahan untuk 20 tahun ke depan, pada dasarnya perlu ditunjang oleh pengembangan prasarana dan sarana pendukungnya agar sesuai dengan kawasan tersebut dapat berfungsi sebagaimana mestinya serta memberikan manfaat optimal.

  Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)

  III - 10 Penentuan suatu kawasan budidaya dilakukan bertahap mulai dari pemeriksaan kesesuaian dengan kriteria teknis sektoral untuk melihat/ kesesuaian secara teknis sektoral. Pemeriksaan ini akan menghasilkan beberapa kemungkinan alternatif kegiatan dalam ruang/ kawasan. Lebih lanjut setiap alternatif pemanfaatan yang sesuai secara teknis sektoral dinilai dengan kriteria ruang untuk melihat sinergi kegiatan-kegiatan yang ada dalam ruang terhadap kesejahteraan masyarakat dan pengembangan wilayah sekitamya. Dalam penentuan pemanfaatan suatu satuan ruang atau kawasan untuk kegiatan pada suatu saat tertentu dapat terjadi beberapa kemungkinan, yaitu:  Kegiatan yang ada tetap dipertahankan;  Kegiatan yang ada tetap tetapi ditingkatkan intensitasnya; dan  Kegiatan yang ada diubah. Kawasan budidaya yang dikelola pemanfaatan ruangnya terdiri dari:

   Kawasan peruntukan hutan produksi;  Kawasan peruntukan hutan rakyat;  Kawasan peruntukan pertanian;  Kawasan peruntukan perkebunan  Kawasan peruntukan peternakan  Kawasan peruntukan perikanan  Kawasan peruntukan pertambangan;  Kawasan peruntukan industri;  Kawasan peruntukan pariwisata; dan  Kawasan peruntukan permukiman.

   Kawasan budidaya lainnya  PENETAPAN KAWASAN STRATEGIS

  Kawasan strategis kabupaten adalah kawasan yang penataan ruangnya diprioritaskan karena mempunyai pengaruh sangat penting dalam lingkup kabupaten terhadap pertahanan kemanan, ekonomi, sosial dan budaya, lingkungan hidup dan pendayagunaan sumber daya alam serta teknologi tinggi.

  Tujuan dari penetapan kawasan strategis adalah untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi, sosial dan budaya kemudian pendayagunaan SDA dan teknologi tinggi serta lingkungan hidup.

  Sedangkan pada penetapan kawasan strategis pengaturannya adalah sebagai berikut:

  • Pelestarian dan peningkatan fungsi dan daya dukung lingkungan hidup untuk mempertahankan dan meningkatkan keseimbangan ekosistem, melestarikan keanekaragaman hayati, mempertahankan dan meningkatkan fungsi

  Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)

  III - 11 perlindungan kawasan, melestarikan keunikan bentang alam, dan melestarikan warisan budaya nasional;

  • Peningkatan fungsi kawasan untuk pertahanan dan keamanan negara;
  • Pengembangan dan peningkatan fungsi kawasan dalam pengembangan perekonomian nasional yang produktif, efisien, dan mampu bersaing dalam perekonomian internasional;
  • Pemanfaatan sumber daya alam dan/ atau teknologi tinggi secara optimal untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat;  Pelestarian dan peningkatan sosial dan budaya bangsa.

  Penetapan Kawasan Strategis Kabupaten (KSK) dilakukan dengan memperhatikan Kawasan Strategis Provinsi (KSP). KSP yang ada di wilayah Kabupaten huruf meliputi:

  a. kawasan Dataran Tinggi Dieng dengan sudut kepentingan fungsi dan daya dukung lingkungan; b. kawasan Sindoro Sumbing dengan sudut kepentingan fungsi dan daya dukung lingkungan; c. kawasan Perkotaan Wonosobo dan sekitarnya dengan sudut kepentingan pertumbuhan ekonomi; dan d. kawasan panas bumi dieng dengan sudut kepentingan pendayagunaan sumberdaya alam dan teknologi tinggi. Penentuan KSK berdasarkan sudut kepentingan :

  a. kawasan strategis untuk kepentingan pertumbuhan ekonomi;

  b. kawasan strategis untuk kepentingan pendayagunaan sumber daya alam dan teknologi tinggi; c. kawasan strategis untuk kepentingan sosial budaya; dan d. kawasan strategis untuk kepentingan fungsi dan daya dukung lingkungan.

  Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)

  III - 12 Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)

  III - 13 Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)

  III - 14