BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 PerspektifParadigma Kajian - Peranan Pembimbimbing Kegiatan Public Speaking (Muhadoroh) Dan Kepercayaan Diri Siswi(Studi Deskriptif Tentang Peranan pembimbing Dalam Kegiatan Public Speaking (Muhadoroh) Dalam Meningkatkan Rasa Per

BAB II KAJIAN PUSTAKA

2.1 Perspektif/Paradigma Kajian

  Setiap penelitian memerlukan paradigma teori dan model teori sebagai dasar dalam menyusun kerangka penelitian. Menurut Sudjana (2000:5) paradigma adalah pandangan dalam kepercayaan yang telah diterima dan disepakati bersama oleh masyarakat ilmuwan berkaitan dengan teori suatu keilmuwan.

  Paradigma merupakan perspektif riset yang digunakan peneliti yang berisi bagaimana peneliti melihat realita (world views), bagaimana mempelajari fenomena, cara‐cara yang digunakan dalam penelitian dan cara‐ cara yang digunakan dalam menginterpretasikan temuan. Pemilihan paradigma penelitian menggambarkan pilihan suatu kepercayaan yang akan mendasari dan memberi pedoman seluruh proses penelitian (Guba, 1990). Paradigma penelitian menentukan masalah apa yang dituju dan tipe penjelasan apa yang dapat diterimanya (Kuhn, 1970)

  

  ‘Paradigma merupakan perspektif riset yang digunakan peneliti yang berisi bagaimana peneliti melihat realita (world views), bagaimana mempelajari fenomena, cara‐cara yang digunakan dalam penelitian dan cara‐cara yang digunakan dalam menginterpretasikan temuan ‘(Chariri, 2009)

  Perspektif atau paradigma yang peneliti gunakan adalah kualitatif yang memiliki tahapan berpikir kritis-ilmiah, yang mana seorang peneliti memulai berpikir secara induktif yaitu menangkap berbagai fakta atau fenomena sosial melalui pengamatan di lapangan kemudian menganalisisnya dan kemudian berupaya melakukan teorisasi berdasarkan apa yang diamati itu (Bungin, 2010:6).

  Penelitian dengan pendekatan kualitatif lebih menggunakan dan menjaga setting alamiah (natural) di mana fenomena atau perilaku yang akan diamati terjadi. Pendekatan ini merupakan penelitian yang lebih terfokus dan mendalam (Hartono, 2004:16). Paradigma ini disebut juga dengan pendekatan konstruktifis, naturalistik atau interpretatif (constructivist, naturalistic or interpretative approach), atau perspektif post-modern (Hartono, 2004:16).

  Paradigma interpretif didasarkan pada keyakinan bahwa individu (manusia) merupakan makhluk yang secara sosial dan simbolik membentuk dan mempertahankan realita mereka sendiri. Oleh karena itu, tujuan dari pengembangan teori dalam paradigma ini adalah untuk menghasilkan deskripsi, pandangan- pandangan dan penjelasan tentang peristiwa sosial tertentu sehingga peneliti mampu mengungkap sistem interpretasi dan pemahaman (makna) yang ada dalam lingkungan sosial. Intinya paradigma ini berusaha mengungkap bagaimana (how) realitas sosial dibentuk dan dipertahankan oleh individu tertentu dan bagaimana mereka memaknainya(Johansson,2003:4,diunduhdari www.infrah.kth.se/~rolfj/Foufaces2003.

  pdf).

2.2 Kajian Pustaka

  Kajian pustaka merupakan acauan atau landasan berfikir peneliti dengan basis pada bahan pustaka yang membahas tentang teori atau hasil penelitian terdahulu yang berkaitan dengan penelitian yang akan dijalankan (Prajarto, 2004: 49). Dengan adanya kajian teori, maka peneliti mempunyai landasan untuk menentukan tujuan dan arah penelitian. Adapun teori yang dianggap relevan dalam penelitian ini adalah komunikasi antarpribadi, komunikasi kelompok kecil, pembimbing, public speaking dan kepercyaan diri.

2.2.1 Komunikasi Kelompok Kecil

2.2.1.1 Pengertian Komunikasi Kelompok kecil

  Kelompok kecil merupakan kelompok yang belum terorganisir misalnya, tiga atau empat orang berdiskusi atau, sepuluh orang yang akan mengadakan rapat juga merupakan kelompok kecil tetapi bukan organisasional (Ardial, 2007: 28). Kelompok menentukan cara seseorang berbicara, berpakaian, bekerja dan juga mempengaruhi emosi seseorang suka dan duka. Komunikasi kelompok telah digunakan untuk saling bertukar informasi, menambah pengetahuan, memperteguh atau mengubah sikap dan prilaku, mengembangkan kesehatan jiwa, dan menigkatkan kesadaran (Jalaludin, 2010).

  Komunikasi kelompok kecil merupakan salah satu tipe komunikasi interpersonal, dimana beberapa orang terlibat dalam suatu pembicaraan, percakapan, diskusi, musyawarah dan sebagainya. Istilah “kelompok kecil” memiliki tiga makna: (1) jumlah anggota kelompok terdiri dari beberapa orang, (2) antar kelompok itu saling mengenal dengan baik dan (3) pesan yang dikomunikasikan bersifat unik, khusus dan terbatas bagi anggota sehingga tidak sembarangan orang bergabung dalam kelompok itu (Suranto AW, 2011). Sedangkan Jalaludin Rahmat (2010: 141) menyatakan kelompok mempunyai dua tanda psikologis yaitu: (1) anggota-anggota kelompok merasa terikat dengan kelompok (2) nasib anggota kelompok saling bergantungan sehingga hasil setiap orang terkait dalam cara tertentu dengan hasil yang lain.

  Ada empat elemen kelompok yang dikemukakan oleh Adler dan Rodman (Sendjaja, 2002:3.5), yaitu: 1.

  Interaksi Interaksi dalam komunikasi kelompok merupakan faktor yang penting, karena melalui interaksi inilah, kita dapat melihat perbedaan antara kelompok dengan coact. Coact adalah sekumpulan orang yang secara serentak terikat dalam aktivitas yang sama namun tanpa komunikasisatu sama lain.

  2. Waktu Kelompok mempersyaratkan interaksi dalam jangka waktu yang panjang, karena dengan interaksi ini akan dimiliki karakteristik atau ciri yang tidak dipunyai oleh kumpulan yang bersifat sementara.

  3. Ukuran Ukuran atau jumlah partisipan dalam komunikasi kelompok kecil pada umumnya terdiri dari 2 sampai 15 orang. Jumlah yang lebih kecil dari 2 orang bukanlah kelompok, begitu pula jumlah anggota kelompok yang melebihi 15 kelompok lainnya secara intensif dan face to face.

  4. Tujuan Keanggotaan dalam suatu kelompok akan membantu individu yang menjadi anggota kelompok tersebut dapat mewujudkan satu atau lebih tujuannya.

  B. Curtis, James J.Floyd, dan Jerril L. Winsor (2005) menjabarkan sifat-sifat komunikasi kelompok sebagai berikut:

  1. Kelompok berkomunikasi melalui tatap muka.

  2. Kelompok memiliki sedikit partisipan.

  3. Kelompok bekerja di bawah arahan seseorang pemimpin (guru).

  4. Kelompok membagi tujuan atau sasaran bersama.

  5. Anggota kelompok memiliki pengaruh atas satu sama lain.

  2.2.1.2 Karakteristik Komunikasi Kelompok Kecil

  Karakteristik komunikasi dalam kelompok ditentukan melaui dua hal, yaitu norma dan peran. Norma adalah kesepakatan dan perjanjian tentang bagaimana orang- orang dalam suatu kelompok berhubungan dan berprilaku satu denga lainnya. Norma oleh para sosiolog disebut juga dengan ‘hukum’ (law) ataupun ‘aturan’ (rule), yaitu perilaku-perilaku apa saja yang pantas dan tidak pantas untuk dilakukan dalam suatu kelompok.

  Ada tiga kategori norma kelompok, yaitu: a. Norma sosial yaitu nnorma yang mengatur hubungan diantara para anggota kelompok.

  b.

  Norma prosedural yaitu norma yang menguraikan dengan lebih rinci bagaimana suatu kelompok harus membuat keputusan, apakah melalui suara mayoritas ataukah dilakukan pembicaraan sampai tercapai kesepakatan.

  c.

  Norma tugas yaitu norma yang memusatkan perhatian bagaimana suatu pekerjaan harus dilakukan (Sendjaja, 2002: 3.6).

  Peran adalah aspek dinamis dari kedudukan (status). Apabila seseorang melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai denga kedudukannya, maka dia menjalankan suatu peran (Soekanto, 2002: 242).

  Peran mencakup tiga hal, yaitu: a. Peran meliputi norma-norma yang dihubungkan dengan posisi atau tempat seseorang dalam masyarakat, dengan demikian peran berfungsi membimbing seseorang dalam kehidupan masyarakat. Peran adalah suatu konsep tentang apa yang dapat dilakukan oleh individu dalam masyarakat sebagai organisasi.

  c.

  Peran juga menyangkut perilaku individu yang penting bagi struktur sosial masyarakat (Soekanto, 2002: 244).

  2.2.1.3 Fungsi Komunikasi Kelompok Kecil

  Keberadaan suatu kelompok kecil dalam masyarakat dicerminkan oleh adanya fungsi-fungsi yang akan dilaksanakannya. Fungsi –fungsi tersebut mencakup fungsi hubungan sosial, pendidikan, persuasi, pemecahan masalah dan pembuatan keputusan, serta fungsi terapi (Sendjaja, 2002: 3.8). Semua fungsi ini dimanfaatkan untuk kepentingan masyarakat, kelompok, dan para anggota kelompok itu sendiri. a.

  Fungsi pertama dalam kelompok adalah hubungan sosial, dalam arti bagaimana suatu kelompok mampu memelihara dan memantapkan hubungan sosial di antara para anggotanya, seperti bagaimana suatu kelompok secara rutin memberikan kesempatan kepada anggotanya untuk melakukan aktivitas yang informal, santai, dan menghibur b. Pendidikan adalah fungsi kedua dari kelompok, dalam arti bagaimana sebuah kelompok secara formal maupun informal bekerja untuk mencapai dan mempertukarkan pengetahuan.

  c.

  Fungsi persuasi, seorang anggota kelompok berupaya mempersuasi anggota lainya supaya melakukan atau tidak melakukan sesuatu.

  d.

  Fungsi problem solving, kelompok juga dicerminkan dengan kegiatan- kegiatannya untuk memecahkan persoalan dan membuat keputusan-keputusan.

  e.

  Fungsi terapi. Objek dari kelompok terapi membantu setiap individu mencapai perubahan personalnya. Kelompok-kelompok terapi dikenal dengan nama pengungkapan diri (self disclosure).

2.2.1.4 Tipe Kelompok kecil

  Ronald B. Adler dan George Rodman (Sendjaja, 2003: 3.14), membagi kelompok dalam tiga tipe, yaitu: a.

  Kelompok Belajar (Learning Group) Kata ‘belajar’, tidak tertuju pada pengertian pendidikan di sekolah, namun juga termasuk belasjar dalam kelompok (learning group), seperti kelompok bela learning group ini adalah meningkatkan informasi, pengetahuan, dan kemampuan diri para para anggotanya.

  b.

  Kelompok Pertumbuhan (Growth Group) Kelompok pertumbuhan memusatkan perhatiannya kepada permasalahan pribadi yang dihadapi anggotanya. Seluruh tujuan kelompok diarahkan kepada usaha membantu para anggotanya mengidentifikasi dan mengarahkan mereka untuk perduli dengan persoalan pribadi yang mereka hadapi untuk perkembangan pribadi mereka.

  c.

  Kelompok Pemecahan Masalah Kelompok ini bertujuan untuk membantu anggota kelompok lainnya memecahkan masalahnya (problem solving). Sering kali seseorang tak mampu memecahkan masalahnya sendiri, karena itu ia menggunakan kelompok sebagai sarana memecahkan masalahnya.

  Bila dikaitkan dengan penelitian ini, komunikasi kelompok kecil dapat dilihat dari dibentuknya beberapa kelompok kecil dengan jumlah anggota sembilan sampai sebelas orang siswi dalam kegiatan bimbingan (konseling) pengembangan bakat dan keterampilan public speaking (muhadoroh). Komunikasi kelompok kecil yang terjadi antara sesama siswi dalam satu kelompok ketika diadakannya diskusi. Dimana siswi memberikan saran kepada temannya yang lain dalam hal berpidato.

2.2.2 Komunikasi Antarpribadi

2.2.2.1 Pengertian Komunikasi Antarpribadi

  Secara umum komunikasi antarpribadi dapat diartikan sebagai suatu proses pertukaran makna antara orang-orang yang saling berkomunikasi. Pengertian proses mengacu kepada perubahan dan tindakan (action) yang berlangsung terus-menerus. Komunikasi antarpribadi merupakan suatu pertukaran, yaitu tindakan menyampaikan dan menerima pesan secara timbal balik. sedangkan makna yaitu sesuatu yang dipertukarkan dalam proses tersebut, adalah kesamaan pemahaman diantara orang- orang yang berkomunikasi terhadap pesan-pesan. (Sendjaja, 2005:21).

  Komunikasi antarpribadi juga merupakan penggunaan pesan-pesan dari seseorang dan siterima oleh orang lain atau sekelompok orang dengan efek dan umpan balik langsung. Joseph A. Devito dalam bukunya Human Communication (1994) menjelaskan definisi komunikasi antarpribadi dari tiga persfektif, yaitu:

  Perspektif Konvensional Persfektif ini mendominasikan komunikasi antarpribadi berdasarkan pada unsure-unsur atau komponennya, yaitu merupakan proses pengiriman dan penerimaan pesan diantara dua orang ataupun sekelompok kecil orang, dengan berbagai efek dan umpan balik.

2. Perspektif Relasional

  Menurut perpektif ini komunikasi antrpribadi di definisikan sebagai komunikasi yang terjadi di antara dua orang yang mempunyai hubungan jelas diantar mereka. Definisi relasional acapkali disebut definisi pasangan (diadik) karena melibatkan hubungan antara dua orang yang berinteraksi.

3. Perspektif Pengembangan

  Pada perspektif pengembangan komunikasi antarpribadi adalah suatu proses yang berkembang, yaitu dari komunikasi yang bersifat impersonal meningkat menjadi komunikasi yang sangat pribadi atau intim. Artinya, ada peningkatan diantara para peserta komunikasi (Cahyana, 1996:196). Secara teoritis, komunikasi antarpribadi juga diklasifikasikan menjadi dua jenis menurut sifatnya yaitu, komunikasi diadik (diadyc communication) dan komunikasi triadic (triadic communication), adalah komunikasi yang berlangsung antara dua orang yakni yang seorang adalah komunikator yang menyampaikan pesan, dan seorang lagi komunikan yang menerima pesan. Sedangkan komunikasi triadik (triadic communication) adalah komunikasi antarpribadi yang pelakunya terdiri dari tiga orang, yakni seorang sebagai komunikator dan dua orang komunikan (Effendi, 2003:62).

  Didalam komunikasi antarpribadi, memahami diri pribadi merupakan suatu yang mendasar. Diri pribadi biasanya menjadi pusat dari proses komunikasi, dan dengan memahami diri pribadi, kita akan lebih memahami komunikasi yang kita lakukan. Upaya kita untuk memahami diri pribadi ini disebut persepsi dimana mealui indra yang kita miliki, kita menangkap informasi atas objek tertentu. Melalui alat pikiran dan logika kita mempresentasikan informasi yang telah kita peroleh melaui penginderaan. Proses ini memiliki subjektivitas tinggi dan beberapa kelemahan didalamnya. Persepsi memiliki sifat-sifat: pengalaman, selektif, penyimpulan, tidak akurat, dan evaluatif. Langkah pertama dalam persepsi adalah menyadari diri kita sendiri yaitu pengungkapan dan siapa kita ini. Beberapa elemen yang membentuk kesadaran diri yaitu konsep diri, self esteem, dan multiple selves. Sementara itu sepanjang hidup kita.

  Memahami komunikasi dan hubungan antarpribadi dari sudut pandang individu adalah menempatkan pemahaman mengenai komunikasi didalam proses psikologis. Setiap individu dalam tindakan komunikasi memiliki pemahaman dan makna pribadi terhadap setiap hubungan dimana dia terlibat didalamnya. Karena pemahaman tersebut bersifat sangat pribadi dan sangat bermakna bagi individu, maka pemahaman psikologis acapkali dianggap sebagai makna yang sesungguhnya dari suatu hubungan antarpribadi. (West, 2008:135).

  Aspek psikologi dari komunikasi antarpribadi menempatkan makna hubungan sosial kedalam individu, yaitu dalam diri partisipan komunikasi. Hal ini akan tampak jika kita melihat suatu hubungan dari sudut pandang kita sendiri, maka kita akan menyertakan semacam rasa memiliki ketika kita berfikir bahwa orang lain dan hubungan kita dengan orang tersebut seolah-olah milik kita. Suatu pemahaman psikologis terhadap komunikasi pribadi merupakan bagian penting dari pemahaman yang menyeluruh terhadap komunikasi antarpribadi. Beberapa persoalan dapat muncul dalam proses pemahaman oleh individu yang disebut juga sebagai proses antarpribadi ini. Fisher (1987:106) menyebutkan tiga diantaranya, yaitu: pertama, munculnya respon individu terbatas setelah kegiatan komunikasi. Kedua, ingatan atau persepsi individu dapat berubah setelah suatu tindakan komunikasi. Ketiga, individu sering mencampur adukkan hubungan antarpribadi dengan respon, emeosional mereka.

  Hal terpenting dari lokus psikologi dalam komunikasi adalah asumsi bahwa diri pribadi individu terletak pada suatu tempat di dalam individu, dan tidak mungkin dapat diamati secara langsung. Dalam komunikasi antarpribadi, memahami diri pribadi merupakan suatu yang mendasar. Diri pribadi biasanya menjadi pusat dari proses komunikasi dan dengan memahami diri pribadi, kita akan lebih memahami komunikasi yang kita lakukan. Upaya kita untuk memahami diri pribadi ini disebut persepsi, dimana melalui indera yang dimiliki, kita menagkap informasi atas objek tertentu. Melaui alat fikiran dan logika kita mempresentasikan informasi yang telah kita peroleh melalui penginderaan. Proses ini memilki subjektivitas tinggi dan pengalaman, selektif, penyimpulan, tidak akurat, dan evaluatif.

  Cassagrade, 1986 (Liliweri, 1991:48) berpendapat bahwa orang melakukan komunikasi dengan orang lain karena:

  1. Interaksi hari ini merupakan spectrum pengalaman masa lalu, dan membuat orang mengantisipasi masa depan.

  2. Setiap orang memerlukan orang lain untuk saling mengisi kekurangan dan membagi kelebihan.

  3. Setiap orang terlibat dalam proses perubahan yang relatif cepat.

  4. Hubungan yang diciptakan kalau berhasil merupakan pengalaman yang baru.

  Pendapat Cassarande diatas dapat diartikan bahwa keinginan berkomunikasi antarpribadi disebabkan karena dorongan pemenuhan kebutuhan yang belum, tidak dimilki seseorang sebelumnya atau belum layak dihadapannya (Liliweri, 1991:49)

  Dalam komunikasi antarpribadi tidak hanya tertuju pada pengertian melainkan pada fungsi dan komunikasi antarpribadi itu sendiri. Adapun fungsi komunikasi antarpribadi ialah berusaha meningkatkan hubungan insan, menhindari dan mengatasi konflik-konflik pribadi, mengurangi ketidakpastian sesuatu, serta berbagai pengetahuan dan pengalaman dengan orang lain (Cangara,2005:56). Komunikasi antarpribadi dapat meningkatkan hubungan kemanusiaan diantara pihak-pihak yang berkomunikasi. Melalui komunikasi antarpribadi juga kita dapat berusaha membina hubungan yang baik, sehingga menghindari dan mengatasi konflik-koflik yang muncul.

  Komunikasi antarpribadi sebenarnya merupakan satu proses sosial dimana orang-orang yang terlibat di dalamnya saling mempengaruhi. (Liliweri, 1991:12) Mengemukakan bahwa pada hakekatnya komunikasi adalah komunikasi antar komunikator dengan seorang komunikan. Komunikasi antarpribadi yang dimaksudkan dalah suatu proses sosial dimana orang-orang yang terlibat didalamnya saling mempengaruhi. Secara keseluruhan, komunikasi antarpribadi dapat diartikan sebagai komunikasi yang berlangsung dalam situasi tatap muka antara dua orang atau lebih, baik secara terorganisasi maupun pada kerumunan orang.

  (Liliweri, 1991:45) Keberadaan interaksi dalam komunikasi antarpribadi menunjukkan bahwa komunikasi antarpribadi tersebut menghasilkan suatu umpan balik pada tingkat keterpengaruhan tersebut. Interaksi dalam komunikasi antarpribadi mengemukakan suatu perubahan pendapat, sikap, dan tindakan tertentu. Ada tiga faktor yang perlu diketahui tentang interaksi antarpribadi, yaitu: 1.

  Bagaimana ikatan-ikatan individu dengan organisasi sosial maupun politik yang menjadi affiliasi individu.

  2. Bagaimana status dan peranan individu dalam lingkungan tertentu.

  3. Pertemuan-pertemuan apa yang biasa diikuti oleh individu tersebut.

2.2.2.2 Ciri - Ciri Komunikasi Antarpribadi

  Komunikasi antarpribadi juga memiliki sifat beragam meliputi tujuh sifat yang menunjukkan bahwa suatu komunikasi antara dua orang merupakan komunikasi antarpribadi bukan komunikasi lainnya, sifat-sifat komunikasi antarpribadi itu adalah (Liliweri, 1991: 31): 1.

  Komunikasi antarpribadi melibatkan perilaku yang spontan, scripted, dan contrived. Perilaku spontan dalam komunikasi antarpribadi dilakukan secara tiba-tiba serta merta untuk menjawab suatu rangsangan dari luar tanpa terpikir terlebih dahulu. Bentuk perilaku scripted terjadi atas reaksi dari emosi terhadap pesan yang diterima jika pada taraf yang terus menerus dan akhirnya pada perilaku ini dilakukan karena dorongan faktor kebiasaan, perilaku contrived merupakan perilaku yang sebagian besar didasarkan pada pertimbanga kognitif.

  2. Komunikasi antarpribadi melibatkan didalamnya perilaku verbal maupun nonverbal. Dalam komunikasi, tanda-tanda verbal diwakili dalam penyebaran kata-kata, pengungkapannya baik yang lisan dan tertulis. Sedangkan tanda- tanda nonverbal terlihat dalam ekspresi wajah, gerakan tubuh atau gesture.

  3. Komunikasi antarpribadi sebagai suatu proses yang berkembang, komunikasi antarpribadi tidak bersifat statis melainkan dinamis.

  4. Komunikasi antarpribadi harus menghasilkan umpan balik, mempunyai interaksi dan koherensi.

  5. Komunikasi antarpribadi biasanya diatur dengan tata aturan yang bersifat standard dari pelaku yang dikembangkan oleh seorang sebagai panduan bagaimana mereka meaksanakan komunikasi. Sedangkan ekstrinsik adalah adanya standar atau tata aturan lain yang ditimbulkan karean adanya pengaruh pihak ketiga atau pengaruh situasi dan kondisi sehingga komunikasi antarmanusia harus diperbaiki atau malah harusdihentikan.

  6. Komunikasi antarpribadi merupakan suatu persuasi antar manusia. dalam (Sunarjo, 1983) dari berbagai sumber menyebutkan persuasi tidak lain merupakan teknik untuk mempengaruhi manusia dengan memanfaatkan data dan fakta psikologis maupun sosiologis dari komunikan yang tidak dipengaruhi.

  7. Komunikasi antarpribadi menunjukkan adanya suatu tindakan. Jadi kedua pihak yang berkomunikasi harus sama-sama mempunyai kegiatan, aksi tertentu sehingga tanda bahwa mereka memang berkomunikasi. Menurut Barnlund (Liliweri, 1991: 13), ada beberapa ciri yang biasa diberikan untuk mengenal komunikasi antarpribadi, yakni:

  d.

  5. Menggunakan berbagai lambang-lambang yang bermakna.

  4. Mempersyaratkan adanya hubungan (paling sedikit dua orang) antarpribadi.

  3. Kerap kali berbalas-balasan.

  2. Berakibat sesuatu yang disengaja maupun tidak disengaja.

  1. Dilaksanakan karena adanya faktor pendorong.

  Readon, 1987 (Liliweri, 1991:13) juga mengemukakan bahwa komunikasi antarpribadi mempunyai paling sedikit enam ciri, yaitu:

  Kesetaraan (equality), pengakuan secara diam-diam bahwa kedua belah pihak disumbangkan.

  e.

  Rasa positif (positiveness), seseorang harus memiliki rasa positif terhadap dirinya, mendorong orang lain lebih aktif berpartisipasi, dan menciptakan situasi komunikasi kondusif untuk interaksi yang efektif.

  Dukungan (supportiveness), situasi yang terbuka untuk mendukung komunikasi berlangsung efektif.

  1. Komunikasi antarpribadi terjadi secara spontan.

  c.

  Empati (empathy), merasakan apa yang dirasakan orang lain.

  b.

  Keterbukaan (openness), kemauan menanggapi dengan senang hati informasi yang diterima didalam menghadapi hubungan antarpribadi.

  Menurut De vito (Liliweri, 1991: 13) komunikasi antarpribadi mempunyai lima ciri sebagai berikut: a.

  6. Bisa terjadi hanya sambil lalu saja.

  5. Identitas keanggotaannya kadang-kadang kurang jelas.

  4. Terjadi secara kebetulan.

  3. Tidak mengejar tujuan yang direncanakan.

  2. Tidak mempunyai struktur yang teratur dan diatur.

  6. Serta suasana hubungan harus bebas, bervariasi, dan adanya keterengaruhan.

2.2.2.3 Tujuan Komunikasi Antarpribadi

  Komunikasi antarpribadi memiliki tujuan agar komunikasi anatrpribadi tersebut dapat berjalan dengan baik. adapun tujuan komunikasi antarpribadi adalah sebagai berikut: 1.

  Menciptakan dan memelihara hubungan Manusia diciptakan sebagai makhluk sosial, sehingga dalam kehidupan sehari- hari orang ingin menciptakan dan memelihara hubungan dekat dengan orang lain. Dengan demikian banyak waktu yang di gunakan dalam komunikasi bertujuan untuk menciptakan dan memelihara hubungan sosial dengan orang lain. Hubungan demikian mengurangi kesepian dan ketegangan serta membuat kita merasa lebih positif tentang diri kita sendiri.

  2. Mengenal diri sendiri dan orang lain Salah satu cara mengenal diri sendiri adalah melaui komunikasi antarpribadi.

  Komunikasi antarpribadi memberikan kesempatan bagi kita untuk memperbincangkan diri kita sendiri, dengan membicarakan diri kita sendiri kepada orang lain, kita akan mendapatkan perspektif baru tentang diri kita sendiri dengan memahami lebih mendalam tentang sikap dan perilaku kita. Pada kenyataannya, persepsi-persepsi diri kita sebagian besar merupakan hasil dari apa yang kita pelajari tentang diri kita sendiri dari orang lain melaui komunikasi antarpribadi.

  3. Mengetahui dunia luar Komunikasi antarpribadi memungkinkan kita untuk memahami lingkungan Banyak informasi yang kita miliki dengan interaksi antarpribadi.

  4. Bermain dan mencari hiburan Bermain mencakup semua kegiatan untuk mencari kesenangan. Pembicaraan- pembicaraan yang hampir sama merupakan kegiatan yang bertujuan untuk memperoleh hiburan. Seringkali hal tersebut tidak dianggap penting, tapi sebenarnya komunikasi yang demikian dilakukan, karena memberikan suasana lepas dari keseriusan, ketegangan, kejenuhan, dan sebagainya.

  5. Membantu orang lain Kita sering memberikan berbagai nasehat dan saran pada teman-teman yang sedang menghadapi masalah atau suatu persoalan dan berusaha untuk menyelesaikannya. Hal ini memperlihatkan bahwa tujuan dari proses komunikasi antarpribadi adalah membantu orang lain.

6. Mengubah sikap dan perilaku

  Dalam komunikasi anatarpribadi sering kita berupaya menggunakan sikap dan perilaku orang lain, keinginan memilih suatu cara tertentu, mencoba makanan baru, membaca buku, berfikir dalam cara tertentu, dan sebagainya. Singkatnya, banyak yang kita gunakan untuk mempersuasi orang lain melalui komunikasi anatrpribadi (Widjaja, 2000:12).

2.2.2.4 Proses Komunikasi Antarpribadi

   Komunikasi Antar Pribadi adalah proses pengiriman dan penerimaan pesan

  antara dua orang, atau diantara sekelompok kecil orang-orang dengan beberapa efek dan beberapa umpan balik seketika. Apabila kita perhatikan batasan Komunikasi Antar Pribadi dari Devito, maka kita dapat melihat elemen-elemen apa saja yang terkandung di dalamnya. Dengan menguraikan elemen-elemen yang ada itu, dapatlah diuraikan proses-proses Komunikasi Antar Pribadi, yaitu: 1.

  Adanya Pesan Yang dimaksud dengan pesan adalah semua bentuk komunikasi baik verbal maupun non verbal. Bentuk pesan dapat bersifat: a.

  Informatif: Memberi keterangan dan komunikan membuat persepsi sendiri.

  b.

  Persuasif: Bujukan untuk membangkitkan pengertian, kesadaran, c. Koersif: Memaksa dengan ancaman sanksi, biasanya berbentuk perintah.

  2. Adanya Orang-Orang atau Sekelompok Kecil Orang-Orang Yang dimaksud disini adalah bahwa apabila seseorang berkomunikasi, paling sedikit akan melibatkan dua orang, tapi mungkin juga akan melibatkan sekelompok kecil orang.

  3. Adanya Penerimaan Pesan (komunikan) Yang dimaksud dengan penerimaan ialah bahwa dalam suatu Komunikasi Antarpribadi, tentu pesan-pesan yang dikirimkan oleh seseorang harus dapat diterima oleh orang lain. Misalnya kita berbicara dengan seseorang yang sedang memakai telepon dan mendengarkan musik tertentu, sudah tentu komunikasi kita akan sukar atau tidak dapar diterima oleh orang tersebut. Dengan demikian Komunikasi Antar Pribadi tidak akan terjadi.

  4. Adanya Efek Dalam suatu komunikasi tentu akan terjadi beberapa efek. Efek mungkin berupa suatu persetujuan mutlak atau ketidak setujuan mutlak, atau mungkin berupa pengertian mutlak atau ketidak-mengertian mutlak pula. Dengan demikian sipenerima tentu akan terpengaruh pula oleh pengiriman pesan oleh komunikator.

  5. Adanya Umpan Balik Yang dimaksud dengan umpan balik adalah pesan yang dikirim kembali oleh si penerima, baik secara sengaja maupun tidak sengaja. Apabila komunikasi itu tatap muka, maka umpan balik bisa berupa kata-kata, kalimat, gerakan mata, senyum, anggukan kepala atau gelengan kepala. Konsep umpan balik ini dalam proses Komunikasi Antar Pribadi amat penting, karena dengan terjadinya umpan balik, komunikator mengetahui apakah komunikasinya berhasil atau gagal, dengan kata lain apakah umpan baliknya itu positif atau negatif.

  Kelima hal diatas saling berhubungan dan bila salah satu diantaranya terlupakan, maka dapat mengakibatkan komunikasi berjalan lambat. Dengan begitu, tujuan pesan terhambat atau bahkan dapat mengakibatkan tidak tercapainya sasaran seperti yang diharapkan komunikator.

   Komunikasi Antar Pribadi

  Pola-pola komunikasi antarpribadi mempunyai efek yang berlainan pada hubungan antarpribadi. Komunikasi antarpribadi yang efektif bukan karena komunikasi tersebut sering dilakukan tetapi bagaimana komunikasi itu dilakukan. Dalam komunikasi antar pribadi ada beberapa faktor yang mempengaruhi hubungan anatrpribadi (Rakhmat, 2007:129), yaitu:

1. Percaya

  Diantara berbagai faktor yang mempengaruhi komunikasi antarpribadi, faktor percaya adalah hal yang penting. Secara ilmiah, “percaya” di definisikan sebagai mengandalkan perilaku orang untuk mencapai tujuan yang dikehendaki, yang pencapaiannya tidak pasti dan dalam situasi yang penuh resiko. Definisi ini menyebutkan tiga unsur percaya: a.

  Orang-orang yang menaruh kepercayaan kepada orang lain berarti menyadari bahwa akibat-akibatnya bergantung pada orang lain.

  b.

  Orang-orang yang menyakini bahwa perilaku orang lain akan berakibat baik baginya.

  c.

  Ada situasi yang menimbulkan resiko. Bila orang menaruh kepercayaan kepada seseorang, ia akan menghadapi resiko. Bila tidak ada resiko, percaya itu tidak diperlukan.

2. Sikap Suportif

  Deskripsi artinya penyampaian perasaan dan persepsi yang dimiliki tanpa menilai.

  b.

  Adalah sikap yang mengurangi sikap depensisif dalam komunikasi. Orang bersikap depensif bila ia tidak menerima, tidak jujur, dan tidak empatis. Jack R. Gibb, 1961 (Rakhmat,2007:130) menyebutkan enam perilaku yang menimbulkan perilaku suportif: a.

  c.

  Orientasi masalah. Dalam orientasi masalah artinya mengajak orang lain bersama-sama untuk menetapkan tujuan dan memutuskan bagaimana mencapainya. Spontanitas artinya sikap jujur dan tidak memiliki motif yang terpendam.

  e.

  Empati artinya menempatkan diri kita pada posisi orang lain; kita ikut serta secara emosional dan intelektual dalam pengalaman orang lain.

  Tanpa empati, orang seakan-akan “mesin” yang hampa perasaan dan tanpa perhatian.

  f.

  Provisionalisme adalah kesediaan untuk meninjau kembali pendapat kita, untuk mengakui bahwa pendapat dan keyakinan bisa berubah.

  Persamaan artinya adalah sikap memperlakukan orang lain secara horizontal dan demokratis. Dalam persamaan seseorang tidak mempertegas persamaan.

3. Sikap terbuka

  Sikap terbuka sangat besar pengaruhnya dalam menumbuhkan komunikasi anatarpribadi yang efektif. Beberapa karakteristik orang yang bersikap terbuka yaitu (Rakhmat, 2007:131): a.

  Menilai secara objektif, dengan menggunakan data dan logika.

  b.

  Membedakan dengan mudah, melihat nuansa, dan sebaginya.

  c.

  Berorientasi pada isi.

  d.

  Mencari informasi dari berbagai sumber.

  e.

  Lebih bersifat professional dan bersedia mengubah kepercayaannya.

  f.

  Mencari pengertian pesan yang tidak sesuai dengan rangkaian kepercayaannya. Bila dikaitkan dengan penelitian ini, komunikasi antarpribadi berarti komunikasi yang dilakukan oleh pembimbing kepada siswi-siswi yang dibimbing dalam kegiatan bimbingan (konseling) publik speaking (muhadoroh). Komunikasi antarpribadi yang terjadi antara pembimbing dengan siswi yang dibimbing adalah ketika pembimbing menyampaikan materi-materi tentang public speaking, memberikan motivasi tips dan saran kepada siswi secara tatap muka.

2.2.3 Pembimbing

2.2.3.1 Definisi Pembimbing

  Begitu banyak definisi-definisi bimbingan menurut para ahli namun terdapat juga unsur yang menunjukan kesamaan. Berbagai definisi pembimbing menurut para a.

  Menurut Miller (1961) dalam Surya (1988), menyatakan bahwa pembimbing adalah individu yang membantu individu lain untuk mencapai pemahaman diri dan pengarahan diri yang dibutuhkan untuk melakukan penyesuaian diri yang dibutuhkan secara maksimum kepada sekolah (dalam hal ini termasuk madarasah), keluarga, dan masyarakat.

  b.

  Surya (1988) mengutip pendapat Crow & Crow (1960) menyatakan bahwa Pembimbing adalah seseorang baik laki-laki maupun perempuan yang memiliki pribadi baik dan pendidikan yang memadai, yang memberikan bantuan kepada seseorang (individu) dari setiap usia untuk menolongnya mengembangkan kegiatan-kegiatan hidupnya sendiri, mengembangkan arah pandangannya sendiri, membuat pilihan sendiri, dan memikul bebannya sendiri (M. Tohirin 2008:17).

  c.

  Menurut Smith dalam McDaniel (1959), pembimbing adalah seseorang (individu) yang memberikan layanan kepada individu-individu guna membantu mereka memperoleh pengetahuan dan keterampilan-keterampilan yang diperlukan dalam membuat pilihan-pilihan, rencana-rencana, dan interpretasi-interpretasi yang diperlukan untuk menyesuaikan diri yang baik (Prayitno & Erman Amti 1994:94).

  d.

  Pembimbing adalah seorang ahli yang memberi bantuan kepada seseorang atau beberapa orang individu, baik anak-anak, remaja, maupun dewasa agar orang-orang tersebut dapat mengembangkan kemampuan dirinya sendiri dan mandiri, dengan memanfaatkan kekuatan individu dan sarana yang ada dan dapat dikembangkan berdasarkan norma-norma yang berlaku (Prayitno & Erman Amti 1994:99) Dari berbagai definisi di atas dapat kita tarik kesimpulan sederhana tentang pengertian pembimbing yakni, pembimbing adalah seseorang yang memiliki kepribadian baik dan pendidikan yang memadai (pengetahuan luas) serta memberikan bantuan kepada individu atau kelompok secara tatap muka, sistematis dan berkesinambungan untuk mengatasi kesulitan atau masalah-masalahnya sehingga ia sanggup mengarahkan diri dalam mengatasi pemecahan masalahnya.

2.2.3.2 Sayarat-Syarat Untuk Seorang Pembimbing

  maka pembimbing harus memenuhi syarat-syarat tertentu yaitu: a.

  Seorang pembimbing harus mempunyai pengetahuan yang cukup luas, baik dari segi teori maupun dari segi praktik. Segi teori merupakan hal yang penting karena segi inilah yang menjadi landasan didalam praktik. Praktik tanpa teori merupakan praktik yang ngawur. Segi praktik sangatlah perlu dalam bimbinganan.

  b.

  Dari segi psikologi, seorang pembimbing harus dapat mengambil tindakan yang bijaksana jika pembimbing telah cukup dewasa secara psikologis, yang dalam hal ini dimaksudkan sebagai adanya kemantapan atau ksetabilan di dalam psikisnya, terutama dalam hal emosi. c.

  Seorang pembimbing harus sehat jasmani dan psikisnya. Apabila jasmani dan psikis tidak sehat maka hal itu akan mengganggu dalam menjalankan tugasnya.

  d.

  Seorang pembimbing harus mempunyai kecintaan terhadap pekerjaannya dan juga terdapat anak dan individu yang dihadapinya.

  e.

  Seorang pembimbing harus mempunyai inisiatif yang baik sehingga usaha bimbingan dapat berkembang ke arah keadaan yang lebih sempurna untuk kemajuan sekolah.

  f.

  Karena bidang gerak dari pembimbing tidak terbatas pada sekolah saja, maka seorang pembimbing harus supel, ramah tamah, dan sopan santun di dalam segala perbuatannya sehingga pembimbing dapat bekerja sama dan memberikan bantuan secukupnya untuk kepentingan anak-anak.

  g.

  Seorang pembimbing diharapkan mempunyai sifat-sifat yang dapat menjalankan prinsip-prinsip, serta kode etik bimbingan sebaik-baiknya.

  Bila dikaitkan dengan penelitian ini, pembimbing adalah siswi kelas dua Aliyah yang memiliki wawasan yang luas dan pengalaman yang cukup dalam berpidato. Anggapan ini berdasarkan kepada pengalaman mereka selama empat tahun mengikuti kegiatan publik speaking (muhadoroh) di pesantren. Sehingga mereka bisa membimbing siswi-siswi mengenai pidato.

2.2.4 Publik Speaking

2.2.4.1 Pengertian Publik Speaking

  diantaranya adalah (Hidajat, 2006:19): a.

  Menurut James H. McBurney dan Ernest J. Wrage Publik speaking sebagai komunikasi gagasan dan perasaan dengan menggunakan lambang-lambang yang terlihat dan terdengar berasal dari pembicara itu yang berkenaan pemikiran dan gagasan, dengan menggunakan lambing-lambang-suara, kata- kata, perubahan nada, isyarat.

  b.

  Menurut Ys. Gunadi dalam Himpunan Istilah Komunikasi: Publik speaking adalah komunikasi yang dilakukan secara lisan tentang sesuatu hal atau topik dihadapan orang banyak. Tujuannya, antara lain mempengaruhi, mengajak, mendidik, mengubah opini, memberikan penjelasan, dan memberikan informasi kepada masyarakat di tmpat tertentu. c.

  Menurut Onong Uchjana effendi, dalam Hubungan Masyarakat-Suatu Studi Komunikologis, “Pidato, dalam pengertian sempit adalah seni berbicara di depan umum atau publik. Pidato tidak hanya merupakan paparan informatif yang berisi keterangan atau penjelasan, tetapi persuasive, yakni mengandung ajakan atau bujukan sehingga para hadirin tergerak hatinya untuk melaksanakannya”.

  d.

  Menurut David zarefsky, dalam Publik Speaking: Strategies for Success: “Publik speaking is a continuous communication process in which messages and signals circulate back and forth between speakers and listeners” (pembicaraan didepan umum adalah sesuatu proses komunikasi yang bersinambungan dalam mana pesan dan lambang bersirkulasi ulang secara terus menerus antara pembicara dan pendengar. Dari beberapa definisi atau pengertian mengenai publik speaking tersebut diatas, dapat dipahami bahwa publik speaking merupakan seni berbicara didepan umum di mana suatu komunikasi lisan yang efektif berlangsung secara berkesinambungan dalam mana pesan dan lambang bersirkulasi ulang secara terus menerus antara pembicara dan pendengar dengan maksud agar pendengar berpikir, merasakan, dan bertindak sesuai dengan yang diharapkan oleh pembicara.

  Ada tiga unsur dalam Publik speaking (Suhandang, 2009: 52) yaitu: 1) Pembicara

  Pembicara merupakan pusat transaksi. Pembicara bertindak sebagai komunikator tampil sebagai sentral kegiatan yang menggambarkan terpusatnya jiwa Pembicara dituntut untuk bisa menggunakan teknik dan taktik komunikasinya agar tujuan pidatonya tercapai. Dengan cara mengenali “selera” audiensnya sehingga dapat mengemas pesan yang bisa memikat hati hadirin, dalam arti mau dan mampu memahami maksud pembicara dan mengerti akan manfaat isi pidatonya bagi kehidupan mereka. 2) Pesan

  Semua pesan dalam kegiatan publik speaking mengalir, bertolak dari pembicara menuju pendengarnya. Pesan yang dikirimkan dan diterima secara simultan dan vokal menunjukkan adanya kombinasi penyaluran pesan yang efektif, karena satu dan lainnya saling melengkapi.

  3) Audiens Para pendengar atau hadirin (audiens) yang terlibat dalam proses kegiatan publik speaking pada hakikatnya merupakan insane-insan yang jelas masing-masing berbeda dan memiliki kekhasan sendiri. Masing-masing pendengar dimaksud masuk dalam situasi publik speaking dengan berbagai maksud, berbeda motif, berlainan harapan, berbeda pengetahuan, dan berlainan sikap, kepercayaan dan nilai. Konsekuensinya, masing-masing pendengar akan memandang penampilan dan pidato itu sedikit berbeda satu dengan yang lain. Adapun maksud prinsipil tiada lain adalah mengubah “iklim” pertemuan menuju arah yang lebih baik, sesuai dengan “iklim” yang diinginkan pembicaranya.

2.2.4.2 Teknik Berbicara Di Depan Umum Menurut beberapa pakar publik speaking, antara lain Dale Carnegie, H.N.

  Casson, Stuart Turner, David Zarefsky, Hamilton Gregory, Larry King, seorang pembicara yang baik di depan umum harus memperhatikan hal-hal dibawah ini (Hidajat, 2006:90) : a.

  Pendekatan Dan Permulaan Apabila anda dipersilahkan untuk berbicara, tinggalkan tempat duduk tanpa melihatnya lagi atau berkomat-kamit, berjalan dengan percaya diri menuju mimbar. Pergunakan waktu berdiri sejenak dengan sangat tenang (suasana hening ini adalah merupakan waktu yang baik untuk meletakkan catatan anda dan mendapatkan kalimat pertama yang meyakinkan untuk diucapkan), dan b.

  Mengatasi Kegugupan Dan Demam Panggung Bangunlah sikap positif mengenai diri anda sendiri, pembicaraan anda, dan pendengar anda. Jadi, anda harus percaya diri (self-confidence). Berdirilah dengan tegak dan rasa enak, tenang, dan selalu perhatian kepada pendengar. Hindarkan bersandar pada podium atau duduk membungkuk di kursi.

  c.

  Membuat Ketertarikan Pendengar Orang menyukai pembicaran yang menarik. Pendengar akan sangat terkesan dan memberikan penghargaan kepada pembicara karena ucapannya.

  Sebagai pembicara jangan pernah memohon maaf pada para pendengar. Anda jangan sekali-kali meremehkan diri anda sendiri.

  d.

  Menjaga Ketepatan Berbicara, Kejernihan Dan Volume Suara

  Ucapkan kata-kata dengan jelas dan bicara dengan suara yang cukup kuat agar semua pendengar dapat mendengar suara Anda dengan jelas. Bicara secara tepat-tidak terlalu lambat dan tidak terlalu cepat- memudahkan pendengar untuk menerima ide Anda.

  e.

  Mempercayai Kemampuan Anda Anda harus menghilangkan semua keraguan mengenai kemampuan yang anda miliki untuk maju. Segala hal yang telah dilakukan oleh orang lain, yang kemampuannya sama dengan anda, atau bahkan apabila anda merasa lebih mampu dari orang lain itu, dapat juga anda lakukan. Anda harus harus belajar bagaiman mengatur dan menguasai para pendengar. Mahir berbicara di depan umum membutuhkan keahlian dan latihan.

  f.

  Memperbanyak Perbendaharaan Kata-kata Pengusaan perbebdaharaan kata-kata yang banyak dan pemilihan kata-kata yang tepat akan mampu meningkatkan kelancaran dan ketepatan bicara.

  Kemampuan berpikir juga kan berkembang dengan ilustrasi-ilustrasi yang menyegarkan. Isi pembicaraan bertambah variatif sehingga tidak membosankan.

  g.

  Memberi Tekanan Dalam pembicaraan Dan Bersemangat (Enthusiasm) Semua gerakan anda-mata (eye contact), eksperesi wajah, gerakan tubuh, suara-haruslah Anda tunjukkan dengan penuh semangat kepada pendengar anda. Anda harus selalu tampak penuh perhatian dalam mengkomunikasikan ide Anda.

  Menepati Waktu Rentetan kata yang meluncur bertubi-tubi atau bertele-tele tanpa mengingat terbatasnya waktu bukanlah suatu pembicaraan dalam arti professional.

  Berbicaralah singkat, tetapi padat, dan tepat. i.

  Memiliki Kelancaran Berbicara Dan Rasa Humor Kelancaran merupakan hal yang terpenting untuk berbicara secara efisien.

  Seseorang yang mempunyai pengalaman, imajinasi, teknik berbicara dan suara yang baik, dan rasa humor, tetapi jika tidak memiliki kelancaran akan menghambat dirinya sebagai seorang pembicara. Untuk berbicara dengan lancar, anda harus berbicara dengan santai, rileks, dan tidak kaku. Ketidaklancaran berbicara sering disebabkan oleh cara berbicara yang membosankan, kering, tidak ada variasi. Dalam hampir setiap pembicaraan yang efektif harus ada unsur sedikit humor, yaitu sesuatu yang lucu atau yang menggelikan hati sehingga menimbulkan tertawa. j.

  Berbicaralah Dengan Menyenangkan Apabila tenggorokan terasa kering, minumlah sebelum Anda dipersilahkan untuk berbicara. Tetapi, usahakan jangan minum selama dalam pembicaraan tersebut. jika anda berkeringat dan Anda memerlukan untuk mengelapnya, gunakanlah sapu tangan Anda, dan jangan menggunakan serbet kertas (tissue paper) yang tampaknya kurang pantas untuk diperlihatkan di depan pembicaraan yang resmi. k.

  Berbicaralah Dengan Wajar Jangan bersikap berlebihan, sombong, atau menganggap diri Anda paling penting dan paling mengetahui permasalahannya. l.

  Menggerakkan Tubuh Secara Alamiah Apabila hal ini sesuai, gunakan gerakan isyarat mengikuti kata-kata anda.

  Biarkan gerakan ini secara alami dan anggun (gracefully), sehingga dapat membantu member tekanan pada pengertian apa yang anda ucapkan, tanpa mengalihkan pesan anda. m.

  Memakai Pakaian Yang Serasi Pepatah memngatakan bahwa pakaian mencerminkan kepribadian seseorang.

  Pendengar akan menaruh hormat (resfect) terhadap pembicara yang memakai pakaian yang serasi dalam hal potongan, warna, ikat pinggang, sepatu, dasi atau scraft, dan sebagainya. Menggunakan Catatan Kecil

  Liriklah catatan-catatan kecil (speaking notes) seperlunya untuk memindahkan pembicaran pada bagian berikutnya. o.

  Penutupan Dan Pengakhiran Simpulkan pembicaraan Anda. Berhentilah untuk sekejap, pergunakan transisi yang tepat. Ucapkan terimah kasih dan kemudian meninggalkan mimbar dengan senyuman manis.

2.2.4.3 Fungsi Publik Speaking

  Pada hakikatnya fungsi publik speaking dan komunikasi adalah sama karena publik speaking sebagai alat komunikasi. Seorang individu yang ingin menyampaikan pesan kepada individu lain pasti menggunakan lambang-lambang yang berarti itulah komunikasi dengan segala prosesnya. Ada unsur yang menyampaikan, ada isi pesan dan ada yang alat bantu atau media yang dipakai untuk menyampaikannya.

  Kehidupan manusia umumnya diliputi oleh proses komunikasi. Publik speaking sebagai alat dan metode komunikasi sudah mulai dikenal dan berfungsi dalam kehidupan sehari-hari. Fungsi Publik speaking yakni: 1.

  Menyampaikan informasi (to inform) Yakni kegiatan untuk mengumpulkan, menyimpan data, fakta dan pesan, opini dan komentar, sehingga orang bisa mengetahui keadaan yang terjadi diluar dirinya.

  2. Pendidikan (to educate) Membuka kesempatan untuk memperoleh pendidikan secara luas, baik untuk pendidikan secara formal di sekolah maupun diluar sekolah. Juga meningkatkan kualitas penyajian materi yang baik, menarik, dan mengesankan.

  3. Menghibur (to intertaint) Media massa telah banyak menyita waktu luang semua golongan usia dengan difungsikannya sebagai alat hiburan dalam rumah tangga.

  Mempengaruhi orang lain.

  Mendorong orang lain untuk mengikuti keinginan komunikator.

2.2.5 Kepercayaan Diri

2.2.5.1 Pengertian Percaya Diri

  Rasa percaya diri sangatlah diperlukan oleh setiap orang, terutama kaum muda. Tanpa rasa percaya diri, kita mungkin akan berperilaku kikuk, bahkan mungkin aneh. Kalau kita sedang melakukan sesuatu mungkin menyanyi, menari, bermain musik atau berpidato tanpa dilandasi rasa percaya diri pasti hasilnya tidak memuaskan. Jadi betapa pentingnya rasa percaya diri itu baik bagi yang muda maupun yang tua.

  Ada satu pendapat tentang bicara didepan publik atau pidato yang dituangkan dalam sejumlah buku. Pendapat ini mengatakan, bahwa kita bisa menjadi pembicara yang terampil, kalau kita yakin bahwa kita cukup percaya diri, dan cukup melakukan latihan. Rasa percaya diri dan ketenangan merupakan hasil pengembangan ejumlah keahlian untuk menyelesaikan sebuah tugas dengan sukses.

  Terdapat beberapa definisi kepecayaan diri menurut beberapa ahli (dalam buku Amitya Kumara, 1988) diantaranya adalah: a.

Dokumen yang terkait

Peranan Pembimbimbing Kegiatan Public Speaking (Muhadoroh) Dan Kepercayaan Diri Siswi(Studi Deskriptif Tentang Peranan pembimbing Dalam Kegiatan Public Speaking (Muhadoroh) Dalam Meningkatkan Rasa Percaya Diri siswi di Pesantren Darul Hikmah Medan)

4 39 94

Public Relations Dan Kepuasan Kerja (Studi Korelasional Tentang Peranan Kegiatan Internal Public Relations Terhadap Kepuasan Kerja Karyawan Pada Grand Swiss Bell Hotel Medan)

33 247 127

Peranan Internal Public Relations Dan Motivasi Karyawan (Studi Korelasional Tentang Peranan Internal Public Relations dalam Meningkatkan Motivasi Karyawan PT. BTN Medan)

1 69 115

Peranan Dan Fungsi Public Relations Dalam Meningkatkan Pelayanan Pada PDAM Tirtanadi Medan

0 26 81

Peranan Public Relations Hotel Jayakarta Bandung Dalam Menjaga Loyalitas Pelanggan Melalui Kegiatan Bermain Anak

1 4 86

Peranan Public Relations Dalam Menunjang Kegiatan Marketing Dengan Menggunakan Sales Call Di Hotel Puri Khatulistiwa Jatinangor

1 21 98

Gaya Komunikasi Tutor Public Speaking Dalam Komunitas "Beruang Matahari" di Panti Asuhan Hegarmanah Bandung (Studi Deskriptif Mengenai Gaya Komunikasi Tutor Public Speaking dalam Komunitas "Beruang Matahari" di Panti Asuhan Hegarmanah Bandung)

2 24 104

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 PerspektifParadigma Kajian - Peran Komunikasi Antar Pribadi Pengajar Tari Dalam Meningkatkan Potensi Diri Anak (Studi Kasus Pada Sanggar Tari Sir Istana Maimun Medan)

0 0 17

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 PerspektifParadigma Kajian - Peranan Komunikasi Antarpribadi Dalam Meningkatkan Kinerja Karyawan Di KFC Suzuya Binjai

0 1 36

Peranan Pembimbimbing Kegiatan Public Speaking (Muhadoroh) Dan Kepercayaan Diri Siswi(Studi Deskriptif Tentang Peranan pembimbing Dalam Kegiatan Public Speaking (Muhadoroh) Dalam Meningkatkan Rasa Percaya Diri siswi di Pesantren Darul Hikmah Medan)

0 0 11