BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 PerspektifParadigma Kajian - Peran Komunikasi Antar Pribadi Pengajar Tari Dalam Meningkatkan Potensi Diri Anak (Studi Kasus Pada Sanggar Tari Sir Istana Maimun Medan)

BAB II KAJIAN PUSTAKA

  2.1 Perspektif/Paradigma Kajian

  Perspektif dalam bidang keilmuan sering disebut paradigma (paradigm), kadang-kadang disebut pula sebagai mazhab pemikiran (school of thought) atau teori. Paradigma adalah suatu cara pandang untuk memahami kompleksitas dunia nyata (Mulyana, 2011: 8-9).

  Perspektif dalam penelitian ini menggunakan perspektif interpretif. Interpretif teori mencari sebuah pemahaman tentang bagaimana membangun memahami fenomena-fenomena melalui interaksi dan bagaimana kita bertindak dalam menghadapi fenomena-fenomena yang telah kita ciptakan. Teori-teori interpretif ini membantu dalam pemahaman kita mengenai sebuah fenomena sosial yang dibangun melalui hubungan komunikasi dan membantu untuk merefleksikan kerumitan antara fenomena sosial dan proses kontruksi sosial (Miller, 2005: 57-61). Sesuai dengan tujuan penelitian ini yang mencoba memahami, menggali pandangan dan pengalaman orang lain untuk mendapatkan informasi atau data yang diperlukan.

  2.2 Uraian Teoritis

  Fungsi teori dalam riset adalah membantu periset menerangkan fenomena konstruk (konsep), definisi dan proposisi yang mengemukakan pandangan sistematis tentang gejala dengan menjabarkan relasi antara variabel, untuk menjelaskan dan meramalkan gejala tersebut (Kriyantono, 2006: 45). Sebelum peneliti melakukan penelitian, hendaknya mengetahui teori-teori apa saja yang digunakan dalam menjelaskan dan menyelesaikan permasalahan yang akan diteliti. Teori-teori yang dianggap relevan dalam penelitian ini adalah:

2.2.1 Komunikasi Antarpribadi

2.2.1.1 Pengertian Komunikasi Antarpribadi

  Komunikasi antarpribadi (interpersonal communication) adalah komunikasi antara orang-orang yang bertatap muka, yang memungkinkan setiap pesertanya menangkap reaksi orang lain secara langsung baik secara verbal maupun non verbal. Secara teoritis komunikasi antarpribadi diklasifikasikan menjadi dua jenis yaitu pertama, komunikasi diadik (dyadic communication) yang melibatkan hanya dua orang, seperti suami- istri, dua sahabat dekat, guru-murid, dan sebagainya. Kedua, komunikasi triadik (Triadyc) yaitu komunikasi antarpribadi yang pelakunya terdiri dari tiga orang, diantarnya seorang komunikator dan dua orang komunikan. (Mulyana, 2008: 81). Apabila komunikasi diadik dan triadik dibandingkan, maka komunikasi yang lebih efektif adalah komunikasi diadik karena komunikatornya memusatkan perhatiannya hanya kepada seorang komunikan.

  Devito (1984) mendefinisikan komunikasi antarpribadi sebagai suatu proses pengiriman dan penerimaan pesan-pesan antara dua orang atau diantara sekelompok kecil orang-orang, dengan beberapa efek dan beberapa umpan balik seketika. Berdasarkan definisi Devito ini, komunikasi antarpribadi dapat berlangsung antara dua orang yang anaknya, dan seorang pengajar dengan anak didik. Pentingnya komunikasi antarpribadi ini karena prosesnya yang dialogis, bukan monologis. Komunikasi dialogis ini biasanya selalu lebih baik daripada monologis. Komunikasi dialogis adalah komunikasi antara dua orang yang berinteraksi secara aktif. Artinya ada proses komunikasi timbal balik. Sedangkan komunikasi secara monologis tidak terdapat interaksi secara aktif. Komunikator secara aktif dan komunikan hanya menjadi pendengar atau pasif (dalam Effendy 2003:60).

  Komunikasi antarpribadi sangat potensial untuk mempengaruhi dan membujuk orang lain. Karena kita dapat menggunakan alat indera kita dalam mempertinggi daya bujuk pesan kita. Sebagai komunikasi yang paling lengkap dan paling sempurna, komunikasi antar pribadi berperan penting sampai kapan pun. Kenyataannya komunikasi tatap muka ini membuat manusia merasa lebih akrab dengan sesamanya.

2.2.1.2 Proses Komunikasi Antarpribadi

  Komunikator dan komunikan memiliki pengertian yang sama tentang isi suatu pesan maka dapat dikatakan komunikasi tersebut berlangsung secara efektif. Komunikasi antarpribadi dapat dikatakan efektif apabila prtemuan komunikasinya merupakan hal yang menyenangkan bagi komunikan dan prosesnya tercipta sebuah kebersamaan dalam makna yang secara langsung hasilnya dapat diperoleh.

  Komunikasi antarpribadi dapat dilakukan melalui dua cara yaitu melalui media dan tatap muka. Komunikasi antarpribadi yang dianggap paling sukses adalah melalui tatap muka, karena dalam komunikasi antarpribadi yang dilakuka melalui tatap muka tersebut pengirim pesan dan umpan baliknya dapat diamati secara langsung dengan melihat, mendengar, mencium, meraba dan merasa. Proses komunikasi antarpribadi menggunakan lambang-lambang sebagai media penyimpan pesan. Adapun

  a. Lambang Verbal Lambang verbal ini biasanya dalam bentuk bahasa. Dengan bahasa, seorang komunikator dapat mengungkapkan pikirannta mengenai hal atau peristiwa, baik yang kongkrit maupun abstrak yang terjadi pada masa lalu, masa kini dan masa depan kepada komunikannya.

  b. Lambang Non Verbal Lambang non verbal ini merupakan lambang yang dipergunakan dalam komunikasi berbentuk isyarat dengan menggunakan anggota tubuh seperti kepala, mata, jari, dan lainnya. Batasan komunikasi non verbal secara garis besar sebenarnya sebagai arah dari suatu gejala seperti setiap bentuk penampilan wajah dan gerak gerik tubuh seseorang sebagai suatu cara dan symbol statusnya.

2.2.1.3 Tujuan Komunikasi Antarpribadi

  Adapun tujuan komunikasi antarpribadi adalah : a. Mengenal diri sendiri dan orang lain.

  Salah satu cara mengenal diri sendiri adalah melalui komunikasi antarpribadi. Komunikasi antarpribadi memberikan kesempatan bagi kita untuk memperbincangkan diri kita sendiri, dengan membicarakan tentang diri kita sendiri kepada orang lain. Dengan begitu kita akan mendapatkan perspektif baru tentang diri kita dan memahami lebih dalam tentang sikap dan perilaku lain. Pada kenyataannya, persepsi- persepsi diri kita sebagian besar merupakan hasil dari apa yang kita pelajari tentang diri kita sendiri dari orang lain melalui komunikasi antarpribadi.

  b. Mengetahui dunia luar.

  Komunikasi antarpribadi ini juga memungkinkan kita untuk memahami lingkungan di sekitar kita dengan baik tentang objek, kejadian-kejadian dan orang lain.

  c. Menciptakan dan memelihara hubungan menjadi bermakna.

  Manusia pada umumnya diciptakan sebagai makhluk sosial, menciptakan dan memelihara hubungan dekat dengan orang lain.

  Hubungan yang demikian digunakan dalam komunikasi antarpibadi yang dapat membantu mengurangi kesepian, ketegangan, serta membuat kita merasa lebih positif tentang diri kita sendiri.

  d. Mengubah sikap dan perilaku.

  Komunikasi antarpribadi ini sering kita lakukan untuk mengubah sikap dan perilaku orang lain. Dengan komunikasi antarpribadi, kita dapat mempengaruhi seseorang melalui bujukan-bujukan yang dapat mengubah pola berpikir orang lain. Dengan demikian, komunikasi antarpribadi juga dapat digunakan untuk mempersuasikan orang lain.

  e. Bermain dan mencari hiburan.

  Kegiatan komunikasi antarpribadi ini juga mencakup untuk memperoleh kesenangan. Hal ini sangat diperlukan karena dapat memberikan suasana lepas dari keseriusan, ketegangan, kejenuhan dan sebagainya.

  f. Membantu orang lain.

  Ketika teman kita dihadapkan dengan suatu persoalan, kita sering memberikan berbagai nasihat dan saran kepada teman kita tersebut dan berusaha untuk membantu menyelesaikannya. Dengan begitu, dengan komunikasi antarpribadi, kita dapat menolong orang lain. (Fajar 2009, 78).

2.2.1.4 Karakteristik Komunikasi Antarpribadi

  Hubungan antarpribadi terdapat beberapa didalamnya menurut Judy C. Pearson (dalam Devito, 1997: 121), diantaranya adalah:

  1. Komunikasi antarpribadi dimulai dengan diri sendiri (self). Berbagai persepsi komunikasi yang menyangkut pemaknaan berpusat pada diri kita, artinya dipengaruhi oleh pengalaman dan pengamatan kita.

  2. Komunikasi antarpribadi bersifat transaksional. Anggapan ini bersifat sejajar, menyampaikan dan menerima pesan.

  3. Komunikasi antarpribadi mencakup aspek-aspek isi pesan dan hubungan antarpribadi. Artinya isi pesan dipengaruhi oleh hubungan antar pihak yang berkomunikasi.

  4. Komunikasi antarpribadi mensyaratkan kedekatan fisik antar pihak yang berkomunikasi.

  5. Komunikasi antarpribadi melibatkan pihak-pihak yang saling bergantungan satu sama lainnya dalam proses komunikasi.

  6. Komunikasi antarpribadi tidak dapat diubah maupun diulang. Jika kita salah mengucapkan sesuatu pada seseorang maka itu tidak dapat diubah lagi. Bisa memaafkan tapi tidak bisa melupakan atau menghapuskan yang sudah dikatakan.

  7.

2.2.1.5 Sifat-sifat Komunikasi Antarpribadi

  Menurut pendapat Reardon, Effendy, Porter dan Samover (dalam Liliweri, 1991: 13), sifat-sifat komunikasi antarpribadi itu adalah:

  a. Komunikasi antarpribadi melibatkan perilaku verbal maupun non verbal di dalamnya.

  b. Komunikasi antarpribadi melibatkan perilaku yang spontan.

  c. Komunikasi antarpribadi sebagai suatu proses yang berkembang.

  d. Komunikasi antarpribadi harus menghasilkan umpan balik, mempunyai interaksi dan koherensi.

  e. Komunikasi antarpribadi biasanya diatur dengan tata aturan yang bersifat intrinsik dan ekstrinsik.

  f. Komunikasi antarpribadi menunjukkan adanya suatu tindakan.

  g. Komunikasi antarpribadi merupakan persuasi antar manusia.

  Keberhasilan dalam menyampaikan informasi sangatlah ditentukan oleh sifat dan mutu informasi yang diterima dan ini pada gilirannya ditentukan oleh sifat dan mutu hubungan di antara pribadi yang terlibat. dengan teman-teman, keluarga, dan orang-orang lain yang mereka kenal baik, yakni dengan orang-orang yang mereka rasa nyaman (Ron Ludlow & Fergus Panton, 1996: 7).

  Komunikasi antarpribadi mempunyai berbagai macam manfaat. Melalui komunikasi antarpribadi, kita dapat mengenal diri kita sendiri dan orang lain. Melalui komunikasi antarpribadi ini juga kita bisa mengetahui dunia luar, bisa menjalin hubungan yang lebih bermakna, bisa mengubah nilai-nilai dan sikap hidup seseorang. Singkatnya, komunikasi antarpribadi ini mempunyai banyak berbagai macam kegunaan.

2.2.2 Komunikasi Efektif

2.2.2.1 Pengertian Komunikasi Efektif

  Komunikasi efektif adalah komunikasi yang mampu menghasilkan perubahan sikap (attitude change) pada orang yang terlibat didalam komunikasi. Komunikasi efektif ini mempunyai tujuan untuk memberikan kemudahan dalam memahami pesan yang diberikan (Effendy, 2003: 69).

  Para peminat komunikasi dalam memahami komunikasi sehingga komunikasi itu dapat dikatakan efektif adalah dengan sering mengutip paradigma yang dikemukakan oleh Harold D. Lasswell dalam karyanya,

  The Structure and Fuction of Communication in Society . Lasswell

  mengatakan bahwa cara yang baik untuk menjelaskan komunikasi ialah dengan menjawab pertanyaan “siapa yang menyampaikan, apa yang disampaikan, melalui saluran apa, kepada siapa dan apa pengaruhnya”. Paradigma lasswell tersebut menunjukkan bahwa komunikasi meliputi lima unsur sebagai jawaban dari pertanyaan yang diajukan, yaitu: a. Komunikator (communicator), yaitu seseorang yang menyampaikan pesan kepada komunikan.

  b. Pesan (message), yaitu isi ataupun simbol yang disampaikan oleh komunikator, baik berupa verbal maupun nonverbal. Terdapat 3 bentuk pesan yaitu pertama, informatif adalah memberi keterangan dan komunikan membuat persepsi sendiri; kedua, persuasif adalah bujukan perubahan pada pendapat atau sikap; ketiga, koersif adalah memaksa dengan ancaman sanksi, biasanya berbentuk perintah.

  c. Media (channel, media), yaitu saluran berupa alat atau wahana yang digunakan seorang komunikator untuk menyampaikan pesannya kepada komunikan. Saluran boleh jadi merujuk pada bentuk pesan yang disampaikan kepada penerima, apakah saluran verbal atau saluran non verbal.

  d. Komunikan (communicant), yaitu seseorang yang menerima pesan dari sumber. e. Efek (effect), yaitu apa yang terjadi pada penerima setelah menerima pesan tersebut, misalnya menambah pengetahuan (dari tidak tahu menjadi tahu), terhibur, perubahan sikap (dari tidak setuju menjadi setuju), perubahan keyakinan, perubahan perilaku dan sebagainya.

2.2.2.2 Pengaruh Komunikasi Efektif

  Menurut Stewart L. Tubbs dan Sylvia Moss (Lubis, 2012: 146- 150), komunikasi efektif menimbulkan lima hal yaitu:

  1. Pengertian Arti pokok pengertian ini adalah penerimaan yang cermat dari isi stimuli seperti yang dimasudkan oleh komunikator. Dalam hal ini, komunikator dikatakan efektif bisa penerima memperoleh pemahaman yang cermat atas pesan yang disampaikannya (kadang- kadang komunikator menyampaikan pesan tanpa disengaja, yang juga dipahami dengan baik). Semakin banyak jumlah orang yang terlibat dalam konteks komunikasi, semakin sulit pula untuk menentukan seberapa cermat pesan diterima.

  2. Kesenangan Tidak semua komunikasi ditujukan untuk menyampaikan maksud tertentu. komunikasi ini dimaksudkan untuk menjadikan hubungan kita hangat, akrab, dan menyenangkan. Tingkat kita terhadap orang berinteraksi dengan kita.

  3. Pengaruh pada sikap Komunikasi dilakukan agar komunikasi bertindak sesuai harapan komunikator berdasarkan atas kehendaknya sendiri.

  Tindakan mempengaruhi orang lain merupakan bagian dari kehidupan sehari-hari. Dalam berbagai situasi kita berusaha mempengaruhi sikap orang lain dan berusaha agar orang lain memahami ucapan kita. Proses mengubah dan merumuskan kembali sikap atau pengaruh sikap (attitude influence) berlangsung terus seumur hidup.

  4. Memperbaiki Hubungan Dengan berkomunikasi maka akan tercipta hubungan yang positif dan mempertahankan hubungan yang salin memuaskan.

  Sudah menjadi keyakinan umum bahwa bila seseorang dapat memilih kata yang tepat pula, mempersiapkannya jauh sebelumnya, dan mengemukakannya dengan tepat pula, maka hasil komunikasi yang sempurna dapat dipastikan. Namun keefektifan komunikasi secara keseluruhan masih memerlukan suasana psikologis yang positif dan penuh kepercayaan. Bila hubungan manusia masih dibayang-bayangi oleh ketidakpercayaan, maka pesan yang disampaikan oleh komunikator bisa berubah-ubah.

  5. Tindakan Komunikasi untuk menimbulkan pengertian memang sukar, tetapi lebih sukar lagi mempengaruhi sikap. Dan jauh lebih sukar lagi mendorong orang untuk bertindak. Tetapi efektivitas komunikasi biasanya diukur dari tindakan nyata yang dilakukan oleh komunikan. Tindakan adalah hasil akumilasi dari seluruh proses komunikasi. Banyak orang berpendapat bahwa komunikasi apapun tidak ada gunanya bila tidak memberikan hasil sesuai orang lain untuk melakukan tindakan sesuai dengan yang diinginkan dan ini merupakan hasil yang sulit untuk dicapai. Untuk menimbulkan tindakan, kita harus berhasil lebih dahulu menanamkan perngertian, membentuk dan mengubah sikap atau menumbuhkan hubungan yang baik (Rahkmat, 2004:13-16).

  Menurut Onong U. Effendy (2003: 69), faktor-faktor penunjang komunikasi efektif diantaranya faktor yang berasal dari komunikan, apabila komunikasinya memang mendukung, maka tinggal bagaimana komunikatornya melakukan langkah-langkah selanjutnya untuk mewujudkan komunikasi yang efektif.

2.2.2.3 Ciri-ciri Komunikasi Efektif

  Operasionalisasi konsep peran seorang pengajar tari didalam penelitian ini dapat diukur melalui 5 ciri komunikasi efektif menurut Kumar (2000, 121-122) melalui :

  a. Keterbukaan (Openess) Yaitu kemauan menanggapi dengan senang hati informasi yang diterima di dalam menghadapi hubungan antarpribadi. komunikator dan komunikan saling mengungkapkan segala ide/gagasan suatu permasalahan secara bebas (tidak ditutupi) dan terbuka tanpa rasa takut/malu, keduanya saling mengerti dan memahami pribadi masing-masing.

  b. Empati (Empathy) Yaitu kemampuan seseorang untuk merasakan apa yang dirasakan orang lain.

  c. Dukungan (Supportiveness) Yaitu situasi yang terbuka untuk mendukung komunikasi berlangsung efektif. Setiap pendapat, ide/gagasan yang disampaikan mendapat dukungan dari pihak-pihak yang berkomunikasi. Dengan demikian keinginan/hasrat yang ada dimotivasi untuk mencapainya. melaksanakan aktivitas serta meraih tujuan yang diinginkan.

  d. Rasa positif (Positiveness) Yaitu seseorang harus memiliki perasaan positif terhadap dirinya, mendorong orang lain lebih aktif berpartisipasi dan menciptakan situasi komunikasi kondusif untuk interaksi yang efektif.

  e. Kesamaan (Equality) Yaitu pengakuan secara diam-diam bahwa kedua belah pihak menghargai, berguna dan mempunyai sesuatu yang penting untuk disumbangkan. Suatu komunikasi yang akrab dan jalinan pribadi pun lebih kuat apabila memiliki kesamaan tertentu seperti kesamaan pandangan, sikap dan sebagainya.

2.2.2.4 Karakteristik Komunikasi Efektif

  Komunikasi disebut efektif apabila penerima menginterprestasikan pesan yang diterimanya sebagaimana yang dimaksudkan oleh pengirim. Kenyatakaannya, sering kita gagal saling memahami. Sumber utama kesalahpahaman dalam komunikasi adalah cara penerima menangkap makna suatu pesan berbeda yang dimaksud oleh pengirim, karena pengirim gagal mengkomunikasikan maksudnya dengan tepat (Supraktiknya, 1995:34).

  Menurut Johnson (1981), ada tiga syarat yang harus dipenuhi agar dapat mengirimkan pesan secara efektif, yaitu: pertama, kita harus mengusahakan agar pesan-pesan yang kita kirimkan mudah dipahami. Kedua, sebagai pengirim kita harus memiliki kredibilitas di mata penerima. Ketiga, kita harus berusaha mendapatkan umpan balik secara optimal tentang pengaruh pesan kita itu dalam diri penerima. Dengan kata lain, kita harus memiliki kredibilitas dan terampil mengirimkan pesan (Supraktiknya, 1995:35).

2.2.3 Psikologi Komunikasi

2.2.3.1 Pengertian Psikologi Komunikasi

  Komunikasi sangat erat kaitannya dengan perilaku dan pengalaman manusia. Dalam sejarah perkembangannya komunikasi memang dibesarkan oleh para peneliti psikologi. Bapak ilmu komunikasi yang disebut Wilbur Schramm adalah sarjana psikologi. Kurt Lewis adalah ahli psikologi dinamika kelompok. Komunikasi bukan subdisiplin dari psikologi. Sebagai ilmu, komunikasi dipelajari bermacam-macam disiplin ilmu, antara lain sosiologi dan psikologi.

  Psikologi berasal dari kata “psyche” dan “logos”; masing-masing kata itu mempunyai arti “jiwa” dan “ilmu”. Jadi psikologi adalah ilmu yang menyelidiki dan membahas tentang perbuatan dan tingkah laku manusia (Zulkifli, 2005, 4). Dengan demikian, psikologi komunikasi yang pada awalnya merupakan salah satu disiplin ilmu yang berasal dari psikologi sosial kemudian berkembang menjadi bagian dari komunikasi yang luas. Psikologi komunikasi sangat bermanfaat dalam membantu kita memahami berbagai situasi sosial dimana kepribadian menjadi penting di dalamnya, atau bagaimana penilaian seseorang (judgements) menjadi bias karena adanya faktor kepercayaan dan perasaan serta bagaimana seseorang memiliki pengaruh terhadap orang lain (Morissan, 2010: 4).

  Psikologi juga tertarik pada komunikasi diantara individu, bagaimana pesan dari seorang individu menjadi stimulus yang menimbulkan respon pada individu lainnya. Komunikasi boleh ditujukan untuk memberikan informasi, menghibur dan persuasi. Persuasi sendiri dapat didefinisikan sebagai proses mempengaruhi dan mengendalikan perilaku orang lain melalui pendekatan psikologis.

2.2.3.2 Tujuan Psikologi Komunikasi

  Adapun tujuan psikologi komunikasi adalah:

  a. Agar kita mampu mengkonsumsi hasil analisa psikologi secara verbal dan efektif.

  b. Untuk memiliki kemampuan persuasi (bujukan, rayuan) untuk dapat c. Agar mampu menjabarkan laporan psikologi secara tertulis.

  Psikologi komunikasi berusaha untuk menganalisis proses berkomunikasi antar individu atau dengan diri sendiri dengan sejelas- jelasnya. Bila suatu komunikasi berhasil, maka tujuan yang kita inginkan dapat dicapai. Selain itu kepribadian yang kita miliki pun akan berkembang dengan baik. Pada diri manusia terdapat jiwa yang melatarbelakangi manusia melakukan suatu tindakan atau perilaku termasuk di dalamnya komunikasi.

2.2.3.3 Fungsi Psikologi Komunikasi

  Fungsi psikologi komunikasi tidak terlepas dari fungsi komunikasi itu sendiri, dan fungsinya banyak sekali dalam kehidupan manusia. Diantaranya adalah:

  a. Komunikasi memungkinkan kita untuk mengumpulkan informasi tentang orang lain.

  b. Komunikasi menolong seseorang memenuhi kebutuhan interpersonal.

  Komunikasi merupakan salah satu cara untuk memenuhi kebutuhan sosial kita, baik itu merasakan kenyamanan, persahabatan, diterima, dan disayangi.

  c. Komunikasi membentuk identitas pribadi.

  d. Komunikasi mempengaruhi orang lain.

2.2.4 Potensi Diri

2.2.4.1 Pengertian Potensi Diri Kata potensi berasal dari serapan bahasa inggris, yaitu potencial.

  Artinya dua kata, yaitu (1) kesanggupan dan tenaga; (2) kekuatan dan kemungkinan. Sedangkan menurut kamus besar bahasa Indonesia, definisi potensi adalah kemampuan yang mempunyai kemungkinan untuk dikembangkan, kekuatan, kesanggupan, daya. Intinya, secara sederhana potensi adalah sesuatu yang bisa kita kembangkan (Majdi, 2007: 86). Menurut Endra K Pihadhi (2004: 6), potensi bisa disebutkan sebagai kekuatan, energi, atau kemampuan yang terpendam yang dimiliki dan belum dimanfaatkan secara optimal. Potensi diri yang dimaksud disini suatu kekuatan yang masih terpendam yang berupa fisik, karakter, minat, bakat, kecerdasan dan nilai-nilai yang terkandung dalam diri tetapi belum dimanfaatkan dan diolah.

  Sedangkan menurut Sri Habsari (2005: 2), potensi diri adalah kemampuan dan kekuatan yang dimiliki oleh seseorang baik fisik maupun mental dan mempunyai kemungkinan untuk dikembangkan bisa dilatih dan ditunjang dengan sarana yang baik. Sedangkan diri adalah seperangkat proses atau ciri-ciri proses fisik, perilaku dan psikologis yang dimiliki. Dengan pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa potensi diri adalah kemampuan dasar yang dimiliki oleh seseorang yang masih terpendam dan mempunyai kemungkinan untuk dikembangkan jika didukung dengan latihan dan sarana yang memadai.

2.2.4.2 Macam-macam Potensi Diri

  Manusia memiliki beragam potensi (Nashori, 2003: 89) diantaranya adalah: a. Potensi berfikir

  Setiap orang memiliki potensi untuk belajar informasi-informasi baru, menghubungkan berbagai informasi, serta menghasilkan pemikiran yang baru.

  b. Potensi emosi Potensi yang lain adalah potensi dalam bidang afeksi/emosi. Setiap manusia memiliki potensi cita rasa, yang dengannya manusia dapat memahami orang lain, memahami suara alam, ingin mencintai dan dicintai, memperhatikan dan diperhatikan, menghargai dan dihargai, cenderung kepada keindahan.

  c. Potensi fisik Adakalanya manusia memiliki potensi yang luar biasa untuk membuat gerakan fisik yang efektif dan efisien serta memiliki kekuatan fisik yang tangguh. Orang yang berbakat dalam bidang fisik mampu mempelajari olah raga dengan cepat dan selalu menunjukkan permainan yang baik.

  d. Potensi sosial Pemilik potensi sosial yang besar memiliki kapasitas menyesuaikan diri dan mempengaruhi orang lain. Kemampuan menyesuaikan diri dan mempengaruhi orang lain didasari kemampuan belajarnya. Baik dalam dataran pengetahuan maupun keterampilan.

2.2.5 Anak

  2.2.5.1 Pengertian Anak Anak adalah seorang lelaki atau perempuan yang belum dewasa.

  Tanpa kehadiran seorang anak, maka keluarga tidak akan lengkap. Menurut John Locke (dalam Gunarsa, 2003: 4), anak adalah pribadi yang masih bersih dan peka terhadap rangsangan-rangsangan yang berasal dari lingkungannya. Di dalam siklus kehidupan, masa anak-anak merupakan fase dimana anak mengalami tumbuh kembang yang menentukan masa depannya. Sangat diperlukan optimalisasi perkembangan anak, karena anak membutuhkan perhatian dan kasih sayang dari keluarga, terutama orangtua. Sehingga dengan begitu kebutuhan anak tersebut dapat terpenuhi secara baik.

  Anak juga merupakan makhluk sosial seperti juga orang dewasa. Anak membutuhkan orang lain untuk dapat membantu mengembangkan kemampuannya. Mereka juga membutuhkan pemeliharaan, kasih sayang dan tempat bagi perkembangannya.

  2.2.5.2 Masa Perkembangan Anak

  Menurut Langeveld (dalam Zulkifli, 2005: 20), terdapat 5 pembagian masa perkembangan anak, yaitu: a. Masa bayi, yang berusia sampai 2 tahun.

  c. Masa anak sekolah, yang berusia 6 sampai 12 tahun.

  d. Masa remaja, yang berusia 12 sampai 19/21 tahun.

  e. Masa dewasa, yang berusia 21 tahun ke atas.

  Jadi anak yang dimaksud dalam penelitian ini adalah dari masa kanak-kanak sampai masa anak sekolah yang berusia sampai dengan 12 tahun. Karena didalam sanggar SIR Istana Maimun Medan, anak-anak lah yang lebih mendominan menjadi anak didik dan juga dalam meningkatkan potensi biasanya dilakukan sejak masa kanak-kanak yang sehingga potensi tersebut berubah menjadi bakat dari si anak tersebut.

2.3 Model Teoretik

  Kerangka pemikiran sebagai dasar pemikiran peneliti dilandasi dengan konsep-konsep dan teori yang relevan guna memecahkan masalah penelitian. Hal ini juga sama halnya seperti yang dikatakan bahwa kerangka konsep sebagai hasil pemikiran yang rasional merupakan uraian yang bersifat kritis dan memperkirakan kemungkinan hasil penelitian yang dicapai dan dapat mengantarkan penelitian pada rumusan hipotesa (Nawawi, 2001: 40). Kerangka pemikiran penelitian ditunjukkan pada gambar berikut :

  ● Komunikasi Antarpribadi : Potensi Diri Anak a. Mengenal diri sendiri dan orang lain.

  b. Mengetahui dunia luar.

  c. Menciptakan dan memelihara hubungan menjadi bermakna.

  d. Mengubah sikap dan perilaku.

  e. Bermain dan mencari hiburan. Sanggar Tari SIR f. Membantu orang lain.

  ● Komunikasi Efektif : a. Keterbukaan.

  b. Empati.

  c. Dukungan. Peran Pengajar Tari d. Rasa Positif.

  e. Kesamaan.

  Dari kerangka pemirikan diatas, peneliti ingin mengungkapkan bagaimana peran komunikasi antarpribadi pengajar tari pada sanggar tari SIR Istana Maimun Medan. Peneliti akan menganalisisnya dari komponen tujuan komunikasi antarpribadi dan komponen komunikasi efektif. Komponen komunikasi antarpribadi berupa mengenal diri sendiri dan orang lain, mengetahui dunia luar, menciptakan & memelihara hubungan menjadi bermakna, mengubah sikap & perilaku, bermain dan mencari hiburan, juga membantu orang lain. Dan komponen komunikasi efektif berupa keterbukaan, empati, dukungan, rasa positif, dan kesamaan. Dalam hal ini, tujuan dari penelitian yang dilakukan adalah peran komunikasi antarpribadi yang dilakukan oleh pengajar tari dalam meningkatkan potensi diri anak didik. Tentunya di dalam proses meningkatkan potensi diri anak didik ini pasti menemukan kendala-kendala dan peneliti juga akan melihat bagaimana komunikasi antarpribadi tersebut dilakukan untuk mengatasi berbagai kendala yang ditemukan serta bagaimana komunikasi antarpibadi dapat dikatakan efektif.

Dokumen yang terkait

Peran Komunikasi Antar Pribadi Pengajar Tari Dalam Meningkatkan Potensi Diri Anak (Studi Kasus Pada Sanggar Tari Sir Istana Maimun Medan)

0 58 136

Komunikasi Antar Pribadi Dan Pembentukan Konsep Diri (Studi Kasus Mengenai Komunikasi AntarPribadi Orang Tua Terhadap Pembentukan Konsep Diri Remaja Pada Beberapa Keluarga di Medan)

11 139 114

Analisis Pola Komunikasi Kelompok Dalam Penguasaan Teknik Gerak Tari Tradisional Pada Anak (Studi Pada Sanggar Tari Sasana Budaya Bandar Lampung)

2 50 105

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 PerspektifParadigma Kajian - Penyingkapan Diri (Self Disclosure) Orangtua Tunggal dengan Anak (Studi Fenomenologi Penyingkapan Diri (Self Disclosure) Ibu Tunggal dengan Remaja Perempuan di Kelurahan Mangga Kecamatan Medan Tuntung

0 0 23

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 PerspektifParadigma Kajian - Strategi Komunikasi Pemasaran Dalam Rangka Meraih Konsumen (Studi Deskriptif Kualitatif Strategi Komunikasi Pemasaran Marketing PT Railink “Kereta Api Bandara Internasional Kualanamu” dalam Upaya Mera

0 0 27

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 - Landmark Kota Medan (Persepsi dalam Arsitektur) Studi Kasus : Istana Maimun

0 1 14

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 PerspektifParadigma Kajian - Strategi Komunikasi Customer Service Dalam Melayani Pengguna Jasa Bandara (Studi Deskriptif Kualitatif Strategi Komunikasi Customer Service Bandara Internasional Kualanamu Dalam Melayani Wisatawan Asi

0 0 18

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 PerspektifParadigma Kajian - Peran Orang Tua Dalam Membatasi Tayangan Televisi Bagi Anak di Perguruan TK Permata Bangsa Binjai Barat (Studi Kasus Terhadap Wacana Di Hapusnya Beberapa Tayangan Kartun Di Indonesia)

0 0 16

BAB II ETNIK MINANGKABAU DI KOTA MEDAN 2.1 Deskripsi Kota Medan - Tari Piring (Studi Etnografi Mengenai Komodifikasi Tari Piring di Kota Medan)

0 0 19

Peran Komunikasi Antar Pribadi Pengajar Tari Dalam Meningkatkan Potensi Diri Anak (Studi Kasus Pada Sanggar Tari Sir Istana Maimun Medan)

0 0 35