Analisis Kualitatif dan Kuantitatif Baha

Analisis Kualitatif dan Kuantitatif Bahan Baku Amoxicillin
Maura Syafa Islami
260110150163
Jurusan Farmasi, Fakultas Farmasi, Universitas Padjadjaran, Jatinangor,
Sumedang

Abstrak
Telah dilakukan analisis terhadap bahan baku Amoxicillin secara kualitatif dan
kuantitatif. Uji kualitatif yang dilakukan meliputi uji organoleptik, reaksi
pembakaran, uji warna, serta uji kelarutan. Pada pengujian kuantitatif dengan
metode iodometri, diketahui kadar bahan baku Amoxicillin rata-rata adalah
5,2067% (5,9762% terhadap anhidrat), yang di mana hasil tersebut tidak sesuai
dengan standar bahan baku Amoxicillin dalam Farmakope Indonesia.
Kata kunci: Amoxicillin, iodometri, reaksi warna, reaksi pembakaran, uji
kelarutan, uji organoleptik

Qualitative and Quantitative Analysis of Raw Materials
Amoxicillin
Abstract
Qualitative and quantitative analysis of Amoxicillin raw material have been done.
The qualitative tests were organoleptic tests, combustion reaction, color test, and

solubility test. In quantitative analysis by using iodometric method, average
concentration of Amoxicillin raw material was 5.2067% (5.9762% as anhydrous).
on the anhydrous substance.

Keyword: Amoxicillin, iodometric, color test, combustion reaction, solubility test,
organoleptic test

Banyak dan tipe degradasi produk

PENDAHULUAN
Amoxicillin merupakan antibiotik
berspektrum luas dan merupakan
turunan dari Penicillin semi sintetik
(Wishart, et.al, 2006). Obat ini
merupakan drug of choice di kelasnya
karena

dapat

dengan


mudah

terabsorbsi pada saluran pencernaan
dan stabil di dalam suasana lambung
(Siswandono,

2000).

Amoxicillin

dari

beta-laktam

ditentukan

(antibiotik) sering kali bergantung
pada beberapa faktor yang berbeda
(solven, konsentrasi dari substitusi

dan ion hidrogen, suhu, dll), yang
menyebabkan

terpengaruhnya

stabilitas beta-laktam di dalam larutan
(Cielecka, et.al, 2013).
Salah satu metode tercepat dan

dapat berpenetrasi lebih jauh daripada

termudah

Ampicillin dan golongan Penicillin

integritas cincin beta laktam dari

lainnya terhadap dinding sel dan lebih

kelompok


efektif melawan bakteri gram negatif

berdasarkan

(Florey, 1978).

substrat yang terhidrolisis (Salois,

Amoxicillin

berbentuk

serbuk

hablur, putih, praktis tidak berbau;
sukar larut dalam air dan metanol.
Mengandung tidak kurang dari 900
µg dan tidak lebih dari 1050 µg per


untuk

antibiotik
reduksi

pengukuran

ini

adalah

iodin

oleh

et.al, 2015). Reduksi didefinisikan

sebagai proses penerimaan elektron,
sedangkan


oksidasi

merupakan

proses pelepasan elektron (Sunarya,
2012).

mg, C16H19N3O5S.3H2O, dihitung

Adapun

terhadap zat anhidrat (Depkes RI,

melakukan

1995).

Amoxicillin adalah (1) Kompleksasi,

Mengetahui kadar antibiotik pada

suatu sediaan termasuk dalam faktorfaktor yang harus dipertimbangkan
pada penggunaan antibiotik (BPOM
RI, 2011).

prinsip-prinsip
analisis

untuk
kualtatif

ialah proses pembentukan kompleks
yang biasanya terjadi antara logam
dengan ligan (Gaillard, 2017); (2)
Fluoresensi yaitu suatu bentuk dari
fotoluminesensi, seperti fotoresensi
(Day dan Underwood, 2002); (3) Like

dissolve like, di mana senyawa polar

Uji organoleptik dilakukan


akan terlarut pada senyawa polar lain,

dengan

namun tidak terlalu baik di senyawa

warna, dan rasa dari Amoxicillin

non polar, begitu pun sebaliknya

kemudian hasil tersebut dibandingkan

(Smith, 2016).

dengan pemerian pada Farmakope.

mengamati

bentuk,


bau

Uji warna yang dilakukan
meliputi uji warna dengan FeCl3 3%
METODE

dan

dengan

yang

difluoresensi. Pertama, Amoxicillin

a. Alat

diletakkan
Alat yang digunakan dalam
praktikum antara lain beaker glass,

buret, erlenmeyer, gelas ukur, kertas
saring, neraca analitik, perkamen,
pipet, plat tetes, spatel, dan spirtus.
b. Bahan

adalah Amoxicillin, aquades, amilum
1%, iodin 0,1N, kalium dikromat
(K2Cr2O7) 0,1N, natrium hidroksida
(NaOH) 1N, kalium iodida (KI) 10%,
tiosulfat

(Na2S2O3),

hidroklorida (HCl) 1N, metanol,

secukupnya,
larutan

atas


plat

kemudian

FeCl3

perubahan

3%

warna

tetes

diteteskan

dan

diamati

yang

terjadi.

Sedangkan untuk uji warna dengan
menggunakan asam sulfat, plat tetes

setelah

(H2SO4).
c. Prosedur

ditetesi

dengan

reagen

tersebut. Adapun perubahan warna
positif pada FeCl3 adalah biru, hijau,
merah,

ungu

tua,

atau

hitam;

sedangkan untuk H2SO4, sampel akan
berwarna kuning kehijauan di bawah
sinar ultraviolet.
Reaksi

FeCl3 3%, asam, dan asam sulfat

Untuk

ke

difluoresensi dengan sinar ultraviolet

Bahan-bahan yang digunakan

natrium

H2SO4

pembakaran

Amoxicillin

dilakukan

dengan

memasukkan

sedikit

sampel

Amoxicillin ke dalam tabung reaksi,
analisis

secara

kualitatif, dilakukan beberapa metode
seperti organoleptik, uji warna, reaksi
pembakaran, serta uji kelarutan.

kemudian dipanaskan/dibakar dengan
spirtus. Diamati perubahan bau yang
terjadi.

Uji

kelarutan

Amoxicillin

hingga larutan dalam erlenmeyer

dilakukan dengan melarutkan 100mg

berubah warna menjadi putih susu.

sampel dengan 10mL aquades dalam

Titrasi

beaker glass yang dimana akan

natrium tiosulfat yang digunakan

ditambahkan sedikit demi sedikit

dihitung totalnya.

hingga sampel larut sepenuhnya.

dihentikan

Selain

dan

titrasi

volume

sampel

uji,

Kemudian volume aquades yang

dilakukan

digunakan untuk melarutkan sampel

Prosedur untuk titrasi ini adalah 5mL

Amoxicillin dijumlahkan. Hal yang

larutan

sama dilakukan juga pada uji dengan

(dengan

metanol.

ditambahkan dengan 1mL larutan

Kadar Amoxicillin ditentukan
dengan

menggunakan

titrasi

pula

titrasi

Amoxicillin
titrasi

blanko.

yang

sama

iodometri)

iodin 0,1N, kemudian didiamkan
selama 20 menit dalam keadaan

iodometri. Prosedur yang dilakukan

terlindung

adalah 50mg Amoxicillin dilarutkan

tersebut kemudian dititrasi dengan

dengan 100mL aquades kemudian

menggunakan baku natrium tiosulfat

5mL larutan tersebut ditambahkan

0,01N hingga coklat tua berubah

1mL NaOH 1N di dalam erlenmeyer.

menjadi kuning kehijauan. Amilum

Campuran larutan Amoxicillin dan

1% ditambahkan sebanyak 3 (tiga)

NaOH didiamkan selama 20 menit,

tetes hingga sampel berwarna biru tua

lalu ditambahkan 1mL HCl 1N dn

dan titrasi dilanjutkan kembali hingga

1mL iodin 0,1N. Larutan uji tersebut

larutan berwarna putih susu. Setelah

kembali didiamkan selama 20 menit

itu volume natrium tiosulfat dihitung.

dan terlindung dari cahaya. Sampel

Untuk menunjang metode

kemudian dititrasi dengan larutan

titrasi iodometri di atas, maka dibuat

baku natrium tiosulfat 0,01N hingga

beberapa reagen. Larutan NaOH 1N

terjadi perubahan warna coklat tua

dibuat dengan menlarutkan 800mg

menjadi kuning kehijauan. Larutan

pelet NaOH dengan 20mL aquades.

amilum 1% ditambahkan sebanyak 3

Larutan HCl 1N didapatkan dengan

(tiga) tetes hingga larutan menjadi

melarutkan 730mg HCl ke dalam

biru tua. Titrasi dilanjutkan kembali

20mL aquades. Pembuatan larutan KI

dari

cahaya.

Larutan

10% dilakukan dengan melarutkan
10gram

kalium

100mL;
iodium

Ada pun natrium tiosulfat

iodida

dengan

perlu dibakukan sebelum digunakan

dan

pembuatan

larutan

untuk titrasi. Prosedur yang dilakukan

0,1N

dilakukan

dengan

adalah 10mL larutan kalium dikromat

melarutkan 12,69gram I2 ke dalam

0,1N

larutan

ditambahkan dengan 5mL HCl dan

KI

yang

telah

dibuat,

di

dalam

erlenmeyer

kemudian diencerkan dngan aquades

5mL

hingga 1000mL. Larutan kalium

campuran tersebut didiamkan selama

dikromat

dengan

1-2 menit dalam keadaan tertutup

sebanyak

rapat. Setelah itu, dialakukan titrasi

aquades.

dengan menggunakan larutan natrium

Indikator amilum 1% dapat dibuat

tiosulfat hingga sampel berwarna

dengan melarutkan 100mg amilum

kuning,

dalam 10mL aquades, kemudian

amilum 1% sebanyak 3 tetes dan

dipanaskan dan disaring dengan

dititrasi hingga sampel berwarna biru.

kertas saring.

Volume natrium tiosulfat dicatat dan

0,1N

melarutkan
0,4908

dibuat

padatannya

dengan

100mL

larutan

KI

kemudian

10%.

Larutan

ditambahkan

ditotalkan.

HASIL
a. Uji kualitatif
No.
1.

Perlakuan

Hasil

Organoleptis
- Sampel diamati dengan
panca indra.

Serbuk berwarna putih
kekuningan, berbau
khas, rasa pahit.

2.

Reaksi Warna
1. Reaksi FeCl3
- Sample dimasukkan
ke dalam plat tetes

Gambar

kemudian diteteskan

Saat ditambahkan

FeCl3.

FeCl3, sampel berubah

2. Reaksi H2SO4

warna menjadi hitam.

- Sample dimasukkan
ke dalam plat tetes
kemudian diteteskan

Saat ditambahkan

H2SO4 10%.

H2SO4, sampel berubah

- Dilakukan fluoresensi
dengan sinar UV

warna menjadi kuning
dan berfluoresensi
dengan sinar UV

3.

Reaksi Pembakaran
- Amoksisilin
dimasukkan ke dalam
tabung reaksi.
- Sampel di bakar di atas
spirtus.

4.

- Sampel di dalam
tabung reaksi.
- Sampel
mengeluarkan bau
seperti karet.

Uji Kelarutan
1. Kelarutan dalam air
- Sebanyak 100 mg

Dibutuhkan 136 ml

amoksisilin dilarutkan

aquades (kelarutan:

dalam aquades.

1gram dalam 1360mL)

2. Kelarutan dalam
metanol

- Sebanyak 100 mg

Dibutuhkan 180 ml

amoksisilin dilarutkan

metanol (kelarutan:

dalam metanol.

1gram dalam 1800mL)

b. Uji kuantitatif
No.
1.

Perlakuan

Hasil

Pembakuan Natrium
Tiosulfat
- Dipipet 5 ml kalium

- Larutan kalium

dikromat 0,1 N,

dikromat dalam

dimasukkan ke dalam

erlenmeyer.

erlenmeyer.
- Ditambahkan 2,5 ml
HCl 1 N.

- Suasana menjadi
asam.

- Ditambahkan 2,5 ml
KI 10%, didiamkan
dan ditutup.
- Dititrasi secara duplo

- Analit menjadi

dengan natrium

berwarna kuning

tiosulfat hingga

jerami.

menjadi kuning.
- Ditambahkan indikator
amilum.
- Dititrasi lanjut hingga
berwarna biru.

- Analit menjadi
berwarna biru.
- V1 = 5 ml, V2 = 5,2
ml, Vrata-rata = 5,1 ml.

2.

Titrasi Iodometri
- Ditimbang 50 mg
amoksisilin dan

Gambar

dilarutkan dalam 100
ml aquades.
- Dipipet 3x5 ml larutan

- Amoksisilin 0,05 mg
dalam 100 ml
aquades.

amoksisilin dan
ditambahkan 3x1 ml
NaOH, lalu didiamkan

- Cincin β-laktam
terhidrolisis.

selama 20 menit.
- Ditambahkan 3x1 ml
HCl 1 N dan 3x1 ml
iodin 0,1 N, lalu

- Suasana menjadi

didiamkan selama 20

asam dan terjadi

menit dalam keadaan

reaksi redoks.

terlindung dari cahaya.
- Dititrasi dengan
natrium tiosulfat 0,1 N.
- Analit ditotolkan pada

- Warna analit menjadi

amilum yang sudah

kuning jerami.

berada di plat tetes.

- Totolan berwarna

- Titrasi dilanjutkan

biru/ungu.

hingga analit bening.
- Dihitung kadar
amoksisilin.

- Analit menjadi
bening.
- V1 = 0,4 ml, V2 = 0,6
ml, V3 = 0,6 ml.
Vrata-rata = 0,53 ml

3.

Tirtasi Blanko
- Dipipet 3x5 ml larutan
amoksisilin yang sudah
dibuat, ditambahkan
3x1 ml larutan iodin

- Tidak terjadi reaksi
apapun.

0,1 N lalu didiamkan
selama 20 menit
dengan kondisi
terlindung dari cahaya.
- Dititrasi dengan
natrium tiosulfat 0,1.
- Analit ditotolkan ke

- Analit berwarna
kuning jerami.
- Totolan berwarna
biru/ungu.

amilum yang sudah
berada di plat tetes.
- Titrasi dilanjutkan

- Analit menjadi
bening.

hingga analit menjadi
bening
- Dihitung kadar
amoksisilin.

- V1 = 1,5 ml, V2 = 0,7
ml, V3 = 0,5 ml
Vrata-rata = 0,9 ml

Pembuatan Reagen
No.
1.

Perlakuan

Hasil

NaOH
- Ditimbang 800 mg

Larutan reagen NaOH

NaOH.
- Dilarutkan ke dalam 20
ml aquades.
2.

HCl
- Ditimbang 730 mg HCl.

Larutan reagen HCl

- Dilarutkan ke dalam 20
ml aquades.
3.

KI 10%
Larutan reagen KI 10%

Gambar

- Ditimbang 10 g kalium
iodida.
- Dilarutkan dalam 100
ml aquades, diaduk
hingga homogen.
4.

Larutan Iodium 0,1 N
- Ditimbang 12,69 g I2.

Larutan reagen I2 0,1 N

- Dilarutkan dalam KI
yang telah dibuat.
- Diencerkan dengan
aquades hingga 1000
ml.
5.

Kalium dikromat 0,1 N
- Ditimbang 0,49 g
kalium dikromat kering.

Larutan reagen kalium
dikromat 0,1 N

- Dilarutkan dalam 100
ml aquades dalam labu
ukur 100 ml, dikocok
hingga homogen.
6.

Amilum 1%
- Ditimbang 100 mg
amilum.
- Dilarutkan dalam 10 ml
aquades.
- Larutan dipanaskan
diatas penangas air.

Larutan reagen amilum
1%



c. Perhitungan

= 7,1 %

Pembakuan Natrium Tiosulfat

%kadarII

= V2 . N2

5,1 . N1

= 0,1 . 5

N1

= 4,26 %
%kadarIII

= 4,26 %
%

 Kadar Amoksisilin
kadar

=((0,9-

0,6)×79×0,098)/54,5×100%

= 0,5/5,1

= 0,098 N

%

((0,9-

0,6)×79×0,098)/54,5×100%

Na2S2O3 = K2Cr2O3
V1 . N1

=

I

kadar

rata-rata

=

(7,1+4,26+4,26)/3
=

((0,9-

= 5,2 %

0,4)×79×0,098)/54,5×100%

warna, reaksi pembakaran, serta

PEMBAHASAN
Telah

dilakukan

analisis

terhadap bahan baku Amoxicillin
secara kualitatif dan kuantitatif.
Pengujian secara kualitatif
dimaksudkan untuk memastikan
identitas bahan baku, dilihat dari
kesesuaian sampel uji dengan
monografi dalam farmakope dan
karakteristik
literatur

lain.

lainnya

dalam

Sedangkan

uji

kuantitatif umumnya bertujuan
untuk mengetahui kadar persen
analit di dalam cuplikan.
Uji kualitatif yang dilakukan
adalah uji organoleptik, reaksi

uji kelarutan.
Pada uji organoleptik terdapat
perbedaan antara warna sampel
dengan yang tertera di Farmakope
Indonesia, di mana sampel yang
diuji berupa serbuk berwarna
kuning

sedangkan

seharusnya

adalah berwarna putih. Hal ini
mungkin saja terjadi karena bahan
baku sudah terkontaminasi atau
sudah disimpan terlalu lama,
sehingga terjadi degradasi pada
struktur kimianya.
Pembakaran

Amoxicillin

menghasilkan bau seperti karet
terbakar yang sangat kuat, hal ini
mungkin

terjadi

karena

Amoxicillin melepas senyawa-

100mg

senyawa gas yang terdiri dari

180mL metanol. Jika dikonversikan

atom

dan

ke dalam 1gram/mL, maka diketahui

hidrogen yang menimbulkan bau

kelarutan sampel adalah 1g/1360mL

khas tersebut.

dalam aquades dan 1g/1800mL dalam

karbon,

nitrogen,

Amoxicillin dapat bereaksi
menghasilkan warna kehitaman
dengan reagen FeCl3 dikarenakan
reagen

ini

dapat

adanya

gugus

mendeteksi

hidroksi

yang

terikat pada inti aromatik, salah
satunya gugus fenol yang terdapat
dalam Amoxicillin. Reaksi FeCl3
dengan gugus fenol umumnya
menghasilkan

warna

merah

sampel

Amoxicillin

dan

metanol. Dalam rentang kelarutan
Farmakope Indonesia, sampel berati
memiliki sifat sangat sukar larut
(1000-10000
kelarutan

bagian),

sedangkan

Amoxicillin

yang

seharusnya adalah (100-1000 bagian
atau sukar larut). Hal ini dapat terjadi
akibat banyaknya kontaminan atau
pengotor di dalam sampel yang dapat
menurunkan kelarutan.

intens, biru, ungu, atau hijau

Uji kuantitatif Amoxicillin

karena terbentuknya kompleks

dilakukan dengan

fenol degan ion Fe.

iodometri, yang didasari oleh prinsip

metode titrasi

reduksi oksidasi. Menurut Gandjar
dan Rohman (2012), titrasi iodometri
atau titrasi tidak langsung dilakukan
ketika senyawa sampel memiliki
potensial oksidasi yang lebih besar
dari
Gambar 1. Struktur Amoxicillin

sistem

iodium-iodida

senyawa-senyawa

yang

atau

bersifat

oksidator. Sehingga pada iodometri,
sampel yang bersifat oksidator akan
direduksi
Gambar 2. Reaksi Fenol dengan ion Fe

dengan

kalium

iodida

berlebih dan akan menghasilkan

Dibutuhkan 136mL aquades

iodium yang selanjutnya dititrasi

untuk melarutkan secara sempurna

dengan natrium tiosulfat sebagai

titran. Banyaknya volume natrium

praktikum kali ini senyawa yang

tiosulfat yang digunakan sebagai

digunakan adalah NaOH karena bisa

titran

didapat dengan mudah dan tersedia di

setara

dengan

banyaknya

iodium yang dihasilkan dan setara

laboratorium.

dengan banyaknya sampel.

Larutan

sampel

kemudian

Sampel dengan cincin beta-

didiamkan beberapa saat agar dapat

laktam yang utuh tidak dapat bereaksi

terhidrolisis sempurna. Penambahan

dengan iodium. Senyawa basa (OH-)

HCl dilakukan setelahnya untuk

dapat menghidrolisis cincin beta

menetralkan kembali suasana basa

laktam

yang terbentuk dengan penambahan

sehingga

terbuka

dan

menghasilkan asam penisiloat. Pada

NaOH tadi.

Gambar 4. Reaksi antara beta-laktam dengan
iodium
Gambar 3. Reaksi hidrolisis cincin betalaktam

Menurut Salois (2015), setiap

Ketika

semua

I2

sudah

bereaksi dengan Amoxicillin, maka
larutan yang memiliki I2 berlebih

satu mol cincin beta-laktam yang

akan

terbuka akan

tiosulfat sesuai dengan reaksi:

bereaksi dengan 8

ekuivalen iodium seperti gambar di
bawah:

bereaksi

dengan

natrium

2S2O32- + I2  S4O62- + I(Gandjar dan Rohman, 2012).
Sehingga untuk mengetahui jumlah
iodium yang bereaksi dengan analit

diperlukan titrasi blanko. Selisih

adalah

volume larutan baku tiosulfat blanko

dikonversikan

dengan volume tiosulfat awal setara

adalah 5,9762% (Mr Amoxicillin

dengan jumlah iodium yang bereaksi

anhidrat/ Mr Amoxicillin x persen

dengan Amoxicillin.

hasil). Hasil ini cukup jauh dari hasil

Selanjutnya, perubahan warna
biru terjadi dengan penambahan
amilum sebanyak 3 tetes. Amilum 1%
merupakan indikator yang digunakan
untuk menentukan titik akhir titrasi
pada

titrasi

iodometri.

Hal

ini

disebabkan iodium dapat mengubah
bentuk rantai molekul amilosa pada
amilum yang pada mulanya terdiri
dari untaian tunggal molekul glukosa,
menjadi

beta-amilosa

menyebabkan

iodine

dan

terjebak

5,2067%,

atau

sebagai

jika
anhidrat

yang seharusnya, yaitu 900 µg dan
tidak lebih dari 1050 µg

per mg,

Amoxicillin, dihitung terhadap zat
anhidrat, atau sekitar 90-105%. Hal
ini dapat terjadi karena adanya
pengotor di dalam bahan baku (dapat
dikorelasikan dengan kelarutannya
yang

menurun

saat

pengujian),

ataupun terdegradasinya bahan baku
tersebut akibat masa penyimpanan
yang terlalu lama.

di

antara kumparan amilosa kemudian

KESIMPULAN

menghasilkan transfer muatan antara
Analisis

iodine dengan amilum. Akibatnya,

kualitatif

dan

terjadi perubahan susunan elektron

kuantitatif bahan baku Amoxicillin

dan jarak tingkat energi. Perubahan

dapat

ini dapat menyerap sinar tampak yang

percobaan, sampel memiliki bentuk

berbeda

serbuk, berwarna kekuningan, berbau

sehingga

menghasilkan

dilakukan.

Dari

hasil

yang

khas dan sedikit pahit. Uji warna

digunakan sebagai indikator harus

dengan FeCl3 menghasilkan warna

dibuat segar karena amilum mudah

kehitaman, dan dengan H2SO4 di

terurai oleh bakteri.

bawah

warna

biru

tua.

Amilum

sinar

UV

menghasilkan

fluoresensi kuning kehijauan. Reaksi
Hasil konsentrasi Amoxicillin
yang didapat dari titrasi tersebut

pembakaran memberikan bau khas
Amoxicillin,

yaitu

seperti

karet

terbakar, serta pada uji kelarutan
menunjukkan

hasil

bahan

baku

bersifat sangat sukar larut (100010000 bagian) dalam air dan metanol.
Uji kualitatif dengan metode titrasi
iodometri atau titrasi tidak langsung,
memberikan hasil 5,2067% terhadap
kadar Amoxicillin sampel.

Gandjar, I.G., dan A. Rohman. 2012.

DAFTAR PUSTAKA
Cielecka-Piontek, J., Paczkowska,
M., Lewandowska, K., Barszcz,
B., Zalewski, P. and Garbacki,

Kimia

Farmasi

Analisis.

Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Salois, A., I. Perez, E. Palma, E.

P. (2013) SolidState Stability

Goolish,

Study of Meropenem-Solutions

Evaluation of the Chemical

Based on Spectrophotometric

Integrity

Analysis. Chemistry Central

Antibiotics by Iodine-Based

Journal, 7, 98.

Assay. Journal od biosciences

Day, R. A., dan A. L. Underwood.
2002.

Analisis

Kimia

Kuantitatif. Jakarta: Erlangga.

Depkes

RI.

2014.

Farmakope

Y.

Griko.

of

2015.

Beta-Lactam

and Medicines, 91-99.

Siswandono. 2000. Kimia Medisinal.
Surabaya: UNAIR Press.
Smith,

M.

B.

2016.

Organic

Indonesia. Edisi IV. Jakarta:

Chemistry:

Depkes RI

Approach. 2nd Ed. US. CRC

Depkes

RI.

2014.

Farmakope

Indonesia. Edisi V. Jakarta:

Depkes RI

Substances.

Vol

7.

California: Academic Press.
Gaillard, J. F. 2017. Complexation
Reactions. Tersedia online di
http://www.civil.northwestern.e
du/EHE/COURSES/CE367/Chapters/Chap5.pdf

[diakses pada]

Acid-Base

Press
Sunarya, Y. Kimia Dasar 2. Bandung:
Yrama Widya

Florey, K. 1978. Analytical Profile of
Drugs

An

Wishart, D. S., et.a.. 2006. Drug
Bank:

A

Comprehensive

Resource for in Silico Drug
Discovery

and

Database
72.16381955.

Exploration.

issue:

D668-

Dokumen yang terkait

Keanekaragaman Makrofauna Tanah Daerah Pertanian Apel Semi Organik dan Pertanian Apel Non Organik Kecamatan Bumiaji Kota Batu sebagai Bahan Ajar Biologi SMA

26 317 36

FREKUENSI KEMUNCULAN TOKOH KARAKTER ANTAGONIS DAN PROTAGONIS PADA SINETRON (Analisis Isi Pada Sinetron Munajah Cinta di RCTI dan Sinetron Cinta Fitri di SCTV)

27 310 2

FREKWENSI PESAN PEMELIHARAAN KESEHATAN DALAM IKLAN LAYANAN MASYARAKAT Analisis Isi pada Empat Versi ILM Televisi Tanggap Flu Burung Milik Komnas FBPI

10 189 3

Analisis Sistem Pengendalian Mutu dan Perencanaan Penugasan Audit pada Kantor Akuntan Publik. (Suatu Studi Kasus pada Kantor Akuntan Publik Jamaludin, Aria, Sukimto dan Rekan)

136 695 18

DOMESTIFIKASI PEREMPUAN DALAM IKLAN Studi Semiotika pada Iklan "Mama Suka", "Mama Lemon", dan "BuKrim"

133 700 21

KONSTRUKSI MEDIA TENTANG KETERLIBATAN POLITISI PARTAI DEMOKRAT ANAS URBANINGRUM PADA KASUS KORUPSI PROYEK PEMBANGUNAN KOMPLEK OLAHRAGA DI BUKIT HAMBALANG (Analisis Wacana Koran Harian Pagi Surya edisi 9-12, 16, 18 dan 23 Februari 2013 )

64 565 20

PENERAPAN MEDIA LITERASI DI KALANGAN JURNALIS KAMPUS (Studi pada Jurnalis Unit Aktivitas Pers Kampus Mahasiswa (UKPM) Kavling 10, Koran Bestari, dan Unit Kegitan Pers Mahasiswa (UKPM) Civitas)

105 442 24

Pencerahan dan Pemberdayaan (Enlightening & Empowering)

0 64 2

KEABSAHAN STATUS PERNIKAHAN SUAMI ATAU ISTRI YANG MURTAD (Studi Komparatif Ulama Klasik dan Kontemporer)

5 102 24

Analisis Penyerapan Tenaga Kerja Pada Industri Kerajinan Tangan Di Desa Tutul Kecamatan Balung Kabupaten Jember.

7 76 65