Berbakti Kepada Kedua Orang Tua (1)

Berbakti Kepada Kedua Orang Tua
Merupakan sebuah nikmat yang sangat besar, dimana pada siang hari ini kita masih diberikan
nikmat, baik iman, islam, jasmani dan rohani, sehingga kita masih bisa melaksanakan shalat
jum’at berjamaah. Shalawat dan salam tak lupa kita haturkan kepada junjungan kita nabi besar
Muhammad saw, nabi yang sangat mencintai keluarga, sahabat dan ummatnya. Nabi yang telah
memberikan kita petunjuk kearah yang benar, yang menerangi kehidupan, sehingga kita dapat
merasakan nikmatnya iman dan Islam.
Khatib ingin berwasiat khususnya kepada diri khatib dan umumnya kepada jama’ah jum’at agar
selalu meningkatkan takwa kepada Allah SWT, yaitu dengan selalu berusaha untuk mengikuti
perintah-perintah-Nya menurut batas maksimal kemampuan kita dan berusaha menjauhkan
larangan-larangan-Nya. Dan juga selalu merasakan bahwa Allah SWTselalu hadir bersama kita
kapan dan dimana pun kita berada. Sebagaimana firman-Nya:
ّ ‫“يَآأَيهَُا الّ ِذينَ َءا َمنُوا اتّقُوا اَ َح‬
.” َ‫ق تُقَاتِ ِه َولَ تَ ُموتُ ّن إِلّ َوأَ ْنتُ ْم ُم ْسلِ ُمون‬
“Wahai orang-orang yang beriman bertaqwalah kamu kepada Allah dengan sebenar-benar
taqwa dan janganlah kamu mati terkecuali dalam keadaan Muslim”. (QS. 3 Ali Imran : 102).
Sidang Jum’at yang berbahagia
‫ّ أَ َل تَ ْعبُدُوا إِ َل إِيَاهُ َو‬
َ ‫ضى َرُه‬
َ َ‫َوق‬
ُ

‫ك ْال ِكبَ َر أَ َح ُدهُ َما أَوْ ِك َلهُ َما فَ َل تَقُلْ لَُُ َما أُفٍ َو َل تَ ْنَُرْ هُ َما َوقلْ لَُُ َما قَوْ ًل َك ِري ًما‬
َ ‫ُِ ْال َوالِ َد ْي ِن إِحْ َسانًا إِ َما يَ ْبلُغ ََن ِع ْن َد‬.
Artinya:
“Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan
hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di
antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka
sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan "ah"dan janganlah kamu
membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia”. (QS. al Isra’[17]:23)
Beriringannya perintah beribadah kepada Allah dan berbakti kepada orang tua, memberikan
isyarat penekanan berbakti kepada kedua orang tua memiliki kebaikan yang berkualitas unggul,
terlebih lagi orang tua yang sudah memasuki usia senja, ia butuh kasih sayang dan pengertian
yang mendalam dari anak-anaknya.
Sudah menjadi kemestian dalam hidup ini setiap anak mempunyai orang tua, orang tua menjadi
kandidat orang pertama yang paling berhak memperolaeh kebaikan dari anaknya dibanding
orang lain di sekitarnya, bukan saudaranya, pasangannya apalagi hanya sekedar kekasihnya.
Peran orang tua dalam kelangsungan hidup ini sangat besar dibanding peran orang lain, oleh
karenanya terlalu mahal untuk dikorbankan demi apa saja. Namun faktanya terkadang tidak
demikian adanya, banyak anak yang memandang sebelah mata ketikan keberhasilan hidup telah
diraihnya, sungguh suatu saat kehidupannya akan hancur sejak di dunia terlebh di akhiranya.
Berbakti kepada orang tua adalah kebaikan yang spesial termasuk dalam infak, Allah berfirman:


َ ‫ِر فَِإ ِ َن‬
‫اَ ُِِ ِه‬
َ َ‫يَسْأَلُون‬
ِ ‫ّ َما َذا يُ ْنفِقُونَ قُلْ َما أَ ْنفَ ْقتُ ْم ِم ْن خَ ي ٍْر فَلِ ْل َوالِ َد ْي ِن َو ْالَ ْق َرُِينَ َو ْاليَتَا َمى َو ْال َم َسا ِك‬
ٍ ِ‫ين َواُ ِْن ال َسبِي ِل َو َمِِا تَ ْف َعلُِِوا ِم ْن خَ ْي‬
‫ َعلِي ٌم‬.
Mereka bertanya kepadamu tentang apa yang mereka nafkahkan. Jawablah: "Apa saja harta yang
kamu nafkahkan hendaklah diberikan kepada ibu-bapak, kaum kerabat, anak-anak yatim, orangorang miskin dan orang-orang yang sedang dalam perjalanan." Dan apa saja kebajikan yang
kamu buat, maka sesungguhnya Allah Maha Mengetahuinya.(Al-Baqarah[2] : 215)
Kebaikan kepada orang lain secara umum disebut ihsan tetapi berbakti kepada kedua orang tua
memiliki istilah birrul waalidain. Arti birrul walidain itu sendiri memiliki beberapa makna yang
mendalam, namun kesemuanya memiliki kesamaan yang jelas yakni berbuat baik kepada kedua
orang tua, tidak menyakiti dengan baik secara fisik maupun perasaan, tidak menampakkan
kekesalan meskipun orang tua menjengkelkan, tidak bersuara lebih keras, hormat dan berkata
baik kepadanya dalam suasana apapun dan sederet kebaikan lainnya. Mendengar dan
menjalankan nasehat-nasehat baiknya secara istiqomah.
Hadirin jamaah jumat yang berbahagia,
Birrul waalidain itu berbuat baik sehingga kebaikan menjadi melejit dan berubah nama menjadi
berbakti, berbakti itu sendiri tidak berarti membalas kebaikan orang tua, karena jelas tidak setara

dengan kebaikan orang tua, melainkan berbuat baik karena memenuhi kewajiban seorang anak
kepada orang tuanya. Tak bisa dibenarkan jika dikatakan bahwa berbakti adalah membalas budi
baik orang tua, bahkan satu kali kesakitan disaat melahirkan saja seluruh kemampuan kita untuk
dikerahkan sebagai imbalannya tidak akan pernah seimbang, belum termasuk mengandungnya
apalagi mengasuhnya. Seungguh orang tua kita adalah pahlawan pertama yang membela
kehidupan ini, setelah nabi dan rasulnya.
birrul waalidain menurut Al-Imam Adz-Dzahabi adalah sebuah bakti kepada orang tua yang
hanya bisa terealisasi dengan memenuhi tiga kewajiban yaitu mentaati segala perintah orang tua
selama tidak ada unsur maksiat, menjaga amanah hartanya dan membantu atau menolong orang
tua, bila mereka membutuhkan. Bila diantara ketiga unsur tersebut ada yang diabaikan maka
belum layak disebut birrul waalidain
Berbeda lagi menurut Imam Nawawi, berbakti kepada kedua orang tua adalah berbuat baik
terhadap kedua orang tua, bersikap baik kepada keduanya, melakukan berbagai hal yang dapat
membuat mereka bergembira, serta berbuat baik kepada teman-teman mereka.” Senada dengan
definisi ini dapat ditemukan dalam sabda Nabi saw,

َ ‫صلَى‬
َ ‫َع ْن َع ْب ِد‬
‫ُول‬
َ ‫ال يَا َرس‬

َ َ‫اُ َعلَ ْي ِه َو َسلَ َم فَق‬
َ ‫ا‬
َ ‫ال ) أَتَى َر ُج ٌل َرس‬
َ َ‫اِ ُ ِْن َع ْم ٍرو ق‬
ِ َ ‫ُول‬
َ
ُ ‫ار ْال ِخ َرةَ َولَقَ ْد أَتَي‬
ُ ‫اِ إِنِي ِج ْئ‬
َ ‫ْت َوإِ َن َوالِ َد‬
‫ي‬
َ ‫ت أُ ِري ُد ْال ِجَُا َد َم َع‬
َ ‫ا َوال َد‬
ِ َ َ‫ّ أَ ُْتَ ِغي َوجْ ه‬
( ‫ال فَارْ ِج ْع إِلَ ْي ُِ َما فَأَضْ ِح ْكُُ َما َك َما أَ ُْ َك ْيتَُُ َما‬
َ َ‫ان ق‬
ِ َ‫لَيَ ْب ِكي‬.

Artinya: “Abdullah bin ‘Amr berkata: “Seseorang pernah mendatangi Rasulullah shallallahu
‘alaihi wasallam, ia berkata: Wahai Rasulullah, sungguh aku datang ingin berjihad bersama,
aku berharap wajah Allah dan kehidupan ahirat, dan aku telah datang dalam keadaan kedua

orang tuaku benar-benar menangis?”, beliau menjawab: “Kalau begitu, kembalilah kepada

keduanya, buatlah mereka berdua tertawa sebagaimana kamu telah membuat mereka berdua
menangis.” (HR. Ibnu Majah, Abu Daud dan An Nasai.)
Dibalik tatapan mata seorang ibu yang tak lagi jelas ada doa yang tulus, dibalik kulit keriputnya
ada hamparan kebaikan dan bukti telah mengurus serta membesarkan anak-anaknya, dibalik
pendengarannya yang mulai berkurang tersimpan nyaringnya do’a orang tua dalam pendengaran
tuhan. Oleh karenanya rugi besar bagi orang yang mempunyai oran orang tua sudah sepuh
namun ia tak bisa masuk ke dalam surga. Mengingat banyaknya kebaikan yang bisa kita lakukan
dari seorang ibu atau bapak.
Saking besarnya kebaikan berbakti kepada kedua orang tua, seolah olah pahala kebaikannya
melebihi pahala jihad. Hal ini dapat kita tadabburi hadits nabi yang menyuruh seorang pemuda
untuk tinggal bersama ibunya daripada berjihad, apabila orang tuanya lebih membutuhkan,
berdasarkan hadits Nabi saw:

َ ‫ض َي‬
‫صلَى اُ َعلَ ْي ِه َو َسلَ َم‬
َ ‫ي‬
َ ِ‫ أَتَى النَب‬،ُ‫اُ َع ْنه‬
ِ ‫ أَ َن َجا ِه َمةَ َر‬،َ‫اويَةَ ُ ِْن َجا ِه َمة‬

ِ ‫َع ْن ُم َع‬
ُ ‫ت أَ ْن أَ ْغ ُز َو فَ ِج ْئ‬
ُ ‫ إِنِي أَ َر ْد‬:‫فَقَا َل‬
:‫ال‬
َ َ‫ «أَل‬:‫ قَا َل‬.‫ك‬
َ ‫ت أَ ْستَ ِشي ُر‬
َ َ‫ ق‬،‫ نَ َع ْم‬:‫ال‬
َ َ‫ّ َوالِ َدةٌ؟» ق‬
ْ .
ٌ ‫ِ فَإِ َن ْال َجنَةَ ِع ْن َد ِرجْ لَ ْيَُا» هَ َذا َح ِد‬،‫«اذهَبْ فَ ْال َز ْمَُا‬
َ ‫ال ْسنَا ِد َولَ ْم يُ َخ‬
َ ‫يث‬
ُ‫رِجاه‬
ِ ْ ‫ص ِحي ُح‬

Artinya: “Mu’awiyah bin Jahimah meriwayatkan bahwa Jhimah radhiyallahu ‘anhu pernah
mendatangi Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, ia berkata: “Sungguh aku ingin
berperang, dan aku datang meminta petunjuk kepada engkau?”, beliau bersabda: “Apakah
kamu memiliki ibu?”, ia menjawab: “Iya”, beliau bersabda: “Pergilah dan tinggallah
bersamanya, karena sesungguhnya surga pada kedua kakinya.”( HR. Al Hakim)


Hadits di atas bernilai sahih, juga diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Imam Muslim. Surga di
telapak kaki ibu, darinya ridhoa Allah mengalir kepada sang anak begitu juga sebaliknya
durhakan kepada kedua orang tua akan mengalirkan durhaka Allah kepada sang anak.
Hadirin Jam’ah Jumat rahimakumullah
Mendurhakai orang tua sama saja dengan merusak hubungan manusia dengan tuhannya, sudah
menjadi ketentua sejarah, bahwa tak seorangpun bisa menuai bahagia apabila durhaka kepada
kedua orang tua. Durhaka kepada kedua orang tua siksaanya tidak hanya di akhirat saja
sebagaimana dosa-dosa lainnya, tetapi dosaanya sudah di cicil sejak di dunia dan kontan di
akhirat kelak. Sungguh mengerikan sekali,
Dalam cerita rakyat kita sering mendengar bahwa menanam kedurhakaan kepada orang tua akan
memanen kesengsaraan secara kontan di dunia terlebih di akhirat kelak, sebut saja misalnya
kisah Malin Kundang, kyai Barseso dan sederet legenda dan cerita lain yang sejenis. Durhaka
kepada seorang bapak adalah dosa besar terlbih kepada seorang ibu, jauh lebih besar lagi
dosanya. Keharusan berbuat baik kepada ibu disebut tiga kali kemudia kepada bapak
memberikan isyarat kebanyakan kedruhakaan seseorang itu justru kepada ibunya,(lihat syarh
Imam Muslim, 1/194)
Dalam hadits lain dikatakan “Sesungguhnya Allah mengharamkan sikap durhaka terhadap ibu
dan melarang mengabaikan orang yang hendak berhutang. Allah juga melarang menyebar kabar


burung, terlalu banyak bertanya dan membuang-buang harta (HR. Bukhariy-Muslim) status
hadits shahih
Hadirin jamaah jmat yang berbahagia,
Setiap perbuatan yang menyinggung orang tua adalah dosa besar meskipun dalam pandangan
umum tidaklah berdosa, misalnya memberikan sesuatu dengan melempar, begitulah Ibnu Hajar
Al-Haitsami menjelaskan, atau tidak segera menyambut kedatangan orang tua di muka umum,
merujuk pada kitab Az-Zawaajir II : 73. Nampaknya hal ini banyak terjadi di kalangan
lingkungan orang keren, yang sebentuk gengsi dengan penampilan orang tua yang terkesan tidak
trendy.
Disebut durhaka apabila ada perbuatan seorang anak yang mengusik atau mengganggu orang
tuanya. Lebih jauh lagi Imam Ghazali mengatakan: “berbuat yang subhat kepada orang lain,
berubah hukumnya menjadi wajib jika dilakukan kepada orang tua. Bepergian yang sunnat dan
mubah menjadi haram hukumnya jika orang tua tidak mengizinkan…” dan begitulah seterusnya,
tentunya apabila perintah dan larangan tersebut tidak mengandung unsur maksiat di dalamnya.
Di dalam sebuah keterangan lainnya, yang memberikan penegasan larangan durhaka kepada
kedua orang tua adalah Abdullah bin Ali Al-Ju’aitsan yang mengatakan, “Apabila kita sadar
betapa besar hak sang ibu kepada anaknya anaknya, betapa besar dosanya durhaka terhadap
kedua-nya, maafkan segala kekeliruannya di masa lalu, berusahalah menjalin hubungan baik
dengannya, menyenangkan dan dahulukan kepentingannya, kurang lebih seperti itulah cara kita
untuk menghindari durhaka kepadanya.

Imam Al Qurtubi erpendapat: “Termasuk durhaka kepada orang tua adalah menentang
keinginan-keinginan mereka yang mubah, sebagaimana berbakti kepada keduanya adalah
memenuhi apa yang menjadi keinginan mereka. Perintah yang sunnat menjadi wajib, wajib
bukan perbuatannya tetapi wajib kerena dalam kerangka berbakti kepada kedua orang tua,
kuranglebih seperti itulah penjelasan dalam Al Jami’ Li Ahkamil Qur’an 6/238.
Sungguh nista sekali, era saat ini banyak kita temukan ada seorang anak tega membunuh orang
tuanya, menghina dan berseteru di muka umum dengan ibunya, tak peduli ia pejabat atau artis
atau siapapun mereka. Mereka akan terlaknat di akhirat kelak.
Ketahuilah Allah telah memilihkan rahim seorang ibu sebagai tempat kita menetap selama
kurang lebih 9 bulan, begitu arif dan bijaksanaya seorang ibu tega merawatnya meskipun masih
dalam kandungan dan menyengsarakan dirinya. Orang tua selalu berusaha menyenangkan
anaknya meskipun terkadang orang tua harus berbohong, jika ada makanana ia katakan tidak,
agar sang anak bisa memakannya dengan ni’mat meskipun orang tua sungguh menginginkannya.
Air mata kesediahan orang tua dikatakan sebagai sakit mata biasa, karena khawatir kesedihan
orang tua mengganggu keceriaan anaknya, kesengsaraan kerja dikatakan sebagai hobi, meskipun
harus menanggung beban berat agar sang anak tidak menjadi sedih karena beban yang
tanggungnya. Begitulah seterusnya, sungguh orang tua berbohong kepada anaknya hanya
semata-mata agar anaknya tetap ceria dan bahagia, subhanallah…

Sungguh sangat meprihatinkan, faktanya satu ibu bisa mengurusi dan membesarkan 3, 4, 5 anak

atau lebih banyak lagi, tetapi tekadang lima anak tidak bisa mengurusi satu ibu saja. Kesedihan
yang dahulu ditanggung ibunya mudah dilupakan sang anak pada saat memperoleh kebahagiaan
di masa kini, tekadang saat mendapat kebahagiaan sang istri yang didahulukannya, jika awal
bulan mendapat gajian kepada isteri diserah terimakan bukan kepada sang ibu yang sekian lama
membesarkannya.
Ya rabb, mudahkan kedua orang tua kami dalam menjalani hidup di dunia, dan ampunkan
seluruh dosanya agar kelak meghadapmu dalam keadaan orang yang bersih dari dosa dan noda,
terimalah taubat nasuha mereka berdua
.‫أقول قولي هذا وأستغفرا العظيم لي ولكم ولسائر المسلمين والمسلمات والمؤمنين والمؤمنات فاستغفروه إنه هو الغفور الرحيم‬