BAB V MEDIA SOSIAL SEBAGAI PANGGUNG PRESENTASI DIRI MORDELENTE - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Media Sosial sebagai Panggung Presentasi Diri Mordelente: Pendekatan Dramaturgi dalam Melihat Presentasi Diri Mordelente sebagai

BAB V MEDIA SOSIAL SEBAGAI PANGGUNG PRESENTASI DIRI MORDELENTE Pada bab ini peneliti memaparkan analisis data berdasarkan konsep pada

  bab sebelumnya. Dari analisis ini dimunculkan temuan penelitian yang dapat disajikan dalam bentuk pola, tema, kecenderungan dan motif yang muncul dari data, di samping dapat juga berupa penyajian kategori, sistem, klasifikasi maupun tipologi yang tentunya mengacu pada fokus penelitian. Pada tahap ini data yang diperoleh dari berbagai sumber yaitu wawancara, pengamatan, catatan lapangan, dokumen dan data lain yang mendukung dikumpulkan, diklasifikasikan dan dianalisis secara induktif.

5.1. Aktivitas Mordelente Melalui Media Sosial

  Mordelente menggunakan media sosial Facebook, Twitter, YouTube Instagram dan Path dalam kegiatan aktivitas penyebaran foto, video dan teks. Aktivitas Mordelente di media sosial terlihat sangat vulgar dengan menampilkan postingan yang mengeksplorasi seksualitas (bukan pornografi). Peneliti mendeskripsikan aktivitas Mordelente di media sosialnya menjadi tiga aspek yaitu kehidupan pribadinya, tanggapan pengikut media (followers) dan pesan-pesan yang disampaikan melalui kiriman-kirimannya.

1. Kehidupan Pribadi

  Meski berasal dari pedalaman Provinsi Lampung, namun Mordelente menampilkan kesan glamor dan mewah di media sosialnya. Tidak banyak yang mengetahui jika Mordelente yang memilki nama asli Angga Rega Nesta ini merupakan lulusan sekolah perhotelan. Dengan bekal pendidikan semasa Sekolah Menengah Kejuruan, Rega memberanikan diri merantau ke Pulau Jawa untuk bekerja. Setelah melalui berbagai pengalaman bekerja di Bandung, Tangerang dan Jakarta, Rega sempat menikmati hasil kerja kerasnya melalui penjualan properti dari bantuan beberapa temannya.

  Rega menunjukkan diri lewat media sosial sebagai seorang yang memiliki identitas dan ekspresi gender yang berbeda dengan jenis kelaminnya ketika ia lahir. Rega juga merupakan transeksual dan memiliki ketertarikan dengan laki-laki. Dari latar belakang tersebut ia membentuk citra dirinya dengan nama Mordelente untuk menghibur pengguna internet di media sosial. Mordelente menunjukan kenyamanan dalam ekspresi pertunjukannya melalui media sosial. Seorang Mordelente merasa asli, dan nyaman dengan penampilan luarnya serta menerima identitas asli sebagai kesesuaian transgender.

Gambar 5.1.1 Penampilan Mordelente

  

(Sumber: Arsip pribadi, 7 Juli 2017)

  Sejak kecil Rega memiliki perilaku yang berbeda dibandingkan dengan saudara-saudaranya. Keluarga Rega juga tidak menyukai pembawaan Rega yang terkesan kemayu, hal inilah yang membuat seorang Rega menjadi trauma terhadap pengalaman masa lalunya dan menjadikan dirinya seorang introvert. Rega Mordelente juga tidak sungkan menunjukan sisi homoseksualitasnya di depan media. Mordelente memiliki rasa ketertarikan dan orientasi seksual pada sesama jenis. Meski begitu sisi homoseksualitasnya tidak memberikan efek psikologi negatif dan perilaku menyimpang serta melanggar hukum.

2. Video Blog via YouTube Mordelente

  Angga Rega Nesta membangun sebuah channel YouTube dengan nama Mordellente Itil. Vlog Mordelente termasuk dalam kategori komedi dan memiliki lisensi Creative Common. Lisensi Creative

  Commons adalah cara standar bagi pembuat konten untuk memberikan

  izin penggunaan karyanya kepada orang lain. YouTube mengizinkan pengguna untuk menandai video mereka dengan lisensi Creative

  Commons . Video yang ditandai tersebut dapat diakses oleh pengguna

  YouTube untuk digunakan, bahkan secara komersial, dalam video mereka sendiri melalui Editor Video YouTube.

Gambar 5.1.2 Konten Channel YouTube Mordelente

  (Sumber:diakses 2 September

2017; 02:26)

  Beberapa topik yang dibawakan Mordelente via channel YouTube antara lain: tanya jawab (#tanyateteh), parodi lagu, video Smule, parodi Barbie dan lain-lain. Mordelente memiliki Video Blog (Vlog) dengan jumlah viewer terbanyak pada topik wawancara dengan Mimi Peri. Mimi Peri merupakan salah satu selebriti instagram

  (selebgram) yang cukup terkenal dan memiliki 684,000 follower (pengikut) aktif. Mimi Peri dan Mordelente memiliki kesamaan dalam pembawaan topik vlog, sehingga topik tentang mordelente dan mimi peri cukup mendapatkan antusiasme dari pengguna media sosial.

  

Tabel 5.1

Most Popular Vlog Mordelente

  Jumlah No. Judul Vlog Durasi Bulan Viewers

  WAWANCARA

  1. MORDELLENTTE 4:07 Februari 2017 106,957 TENTANG MIMI PERI

  2. Berbie Season 9 6:31 Oktober 2016 90,293

  3. Bila, Aku Jatuh Cinta 5:55 Oktober 2016 64,368 DialyML #2 SIAPA

  4. 5:08 Juni 2017 58,497 MORDELENTE?!

  5. SANTET 6:47 Juli 2017 55,819

  Sumber: Diolah dari data YouTube (2 September 2017, 01:29)

  Dengan durasi rata-rata lima menit per video blog (vlog), seorang Mordelente mampu memikat puluhan ribu pengguna channel YouTube. Sejak memposting kiriman vlog pada September 2016, grafik peningkatan viewer.nya sangat signifikan. Meskipun begitu popularitas Mordelente jauh dibandingkan dengan Mimi Peri. Jumlah Subscribe Mimi Peri 14,381 hampir tiga kali lipat dibandingkan Subscribe milik Mordelente. Melihat fenomena pesaingnya, Mordelente memberikan tanggapan lewat vlog pada Februari 2017:

  “Apa yang dijiplak mimi peri kan mimi peri yang

  ngejiplak banci Thailand, bikin-bikin, apa baju-baju dari daun-daun, terus dari kain bekas apa terus naik-naik ke pohon, naik ke pohon, itu kan ngejiplak banci Thailand. Mimi Peri yang njiplak bukan teteh. Dasar lo Mimi Peri tukang njiplak. Sini lo gua tantang lo, tukang njiplak .

  ” Peneliti menganalisis ketertarikan pengguna media sosial YouTube terhadap Vlog hasil karya Mordelente melalui grafik statistik pada gambar berikut:

  35000 30000 25000 20000 15000 10000

  5000 QnA Serial Cover Karaoke vs Mimi Drama ft

  Barbie Lagu (Smule) Peri Vino Assad

  

Gambar 5.9

Rating Channel YouTube Mordelente Berdasarkan Tema Vlog

  Mayoritas netizen yang mengakses channel YouTube Mordelente menyukai Serial Barbie. Kemudian diikuti oleh tema konfrontasi dengan Mimi Peri dan topik QnA (Question and Answer). Tema tentang Drama yang dimainkan Mordelente dengan tokoh lain serta video karaoke mendapatkan antusias yang lebih rendah.

3. Pesan-Pesan yang Disampaikan Berdasarkan aspek konteks gaya bahasa dari Teori Edward T.

  Hall (1977), gaya komunikasi Mordelente termasuk kebudayaan konteks rendah yang memiliki ciri: eksplanatif (menjelaskan tetang sebab terjadinya sesuatu), detail, eksplisit (secara langsung dan linier), lugas dan terus terang. Gaya bahasa yang disampaikan cenderung tidak sopan dan aneh. Karakteristik dari budaya komunikasi yang dipaparkan oleh

  Mordelente adalah opened system, bebas dan tidak beraturan namun tetap memilki makna dan maksud tujuan yang positif.

  Drama berjudul Barbie merupakan serial vlog unggulan dari Mordelente yang mengangkat drama isu-isu sosial. Sisi yang menarik dari beberapa vlog yang diunggah, Mordelente tampil sebagai bentuk androgini yaitu dua karakter berbeda namun satu aktor pada cerita yang sama.

Gambar 5.1.3 Serial Drama Barbie Channel Mordelente

  

(Sumberiakses 2 September

2017; 02:43)

  Mordelente sering mengangkat isu masalah kehidupan Pekerja Seks Komersial dalam drama yang dibawannya. Dengan bahasa yang hampir mirip dan tidak di sensor, Mordelente memberikan pesan kepada

  follower dan pengguna media agar lebih memahami dan tidak tabu

  terhadap kehidupan Pekerja Seks Komersial. Selain itu, pesan yang disampaikan agar oknum-oknum yang selama ini berperilaku menyimpang dapat malu dan sadar.

4. Tanggapan Followers

  Follower dapat dijadikan indikator gambaran bagaimana

  komunikasi yang dibangun di media sosial berhasil atau tidak dalam menyampaikan pesan. Karakteristik follower menjadi bagian yang penting bagi Mordelente untuk mempertimbangkan bagaimana bentuk- bentuk postingan. Tidak semua follower adalah penyuka, ada pula

  follower yang memang membenci (hatter) ataupun follower pasif yang hanya melihat tanpa memberikan respon apapun.

Gambar 5.1.4 Tanggapan Negatif Pengguna Media Sosial terhadap Mordelente

  (Sumber:iakses 2 September

2017; 02:44)

  Sebuah kewajaran jika seorang Vlogger mendapatkan persepsi negatif dari masyarakat pengguna media sosial. Melalui channel YouTube, pengguna media dapat bebas memberikan komentar pendapatnya terhadap postingan Mordelente. Mordelente mendapatkan opini negatif salah satunya dikarenakan komparasi perbandingan dengan kompetitornya yang memiliki topik yang mirip dengannya yaitu Mimi Peri.

  faishal ba’abdullah: Mimi Peri labih baiklah soalnya bancinya gak binal, ga kasar, ga dandan make up waria, Cuma pakai baju-baju aneh sama ngomong-ngomong manja. Kalau yang ini kan jijik, dari dandanan sama bahasa, waria jalanan banget.

  Messya Elzhara:

  Setuju banget cc: faishal ba’abdullah

  Anjas Yanuar Pramata:

  Betul cc: faishal ba’abdullah

  Deltaable:

  Setuju cc: faishal ba’abdullah

  Rahman Bogor:

  Iya cc: faishal ba’abdullah”

  Dari pengamatan peneliti, mayoritas pengguna media dan pengikut Mordelente di channel YouTube juga banyak memberikan komentar positif dari kualitas pesan yang disampaikan:

Gambar 5.5 Tanggapan Positif Pengguna Media Sosial terhadap Mordelente

  

(Sumber:iakses 2 September

2017; 02:45)

  “merin puspita

  lu ganteng kalau jadi cowo maco. Sumpah

  Indra Fernandes

  Sedih banget

  Achmad Baihaqqi Video favorit, penjiwaanya dapat banget, setiap peran punya karakter tersendiri, mantab.

  Sasuke Uchiha

  Aktingnya si teteh emang gila, layak Oscar lah.”

  Meski berbagai pro dan kontra didapatkan Mordelente lewat media sosial namun dari observasi yang penulis dapatkan secara langsung, Mordelente adalah sosok yang sangat baik dan sabar. Mordelente selalu menilai bahwa semua pengguna media baik hatters maupun lovers adalah personal-personal yang secara langsung maupun tidak langsung menjadi bagian penting dari perjalanannya merintis Video Blogger .

5.2. Strategi Presentasi Diri Mordelente Melalui Media Sosial

  Pada sub bab ini peneliti mendeskripsikan strategi presentasi diri Mordelente melalui media sosial YouTube. Penulis mengidentifikasi strategi presentasi diri Mordelente sesuai dengan teori dari Jones dan Pittman (1982) dalam bukunya yang berjudul: Toward a General Theory of

  Strategic Self Presentation yang dipublikasikan oleh Lawrence Erlbaum Associates di London, Inggris.

1. Pengembangan Personality Mordelente (Self Promotion)

  Mordelente menunjukkan keterampilannya dalam membuat Video

  Blogging (Vlog) dengan semangat menyalurkan kebutuhan pribadinya

  akan entertainment serta menyesuaikan perubahan gaya hidup anak muda serta menggunakan teknologi smartphone yang telah menyesuaikan kemajuan zaman.

  “Musiknya dulu biar ada scene-scene.nya. Kita tu

  ngerekam ga langsung segitu, jadi bisa pindah-pindah tempat. Itu udah jadi misal bikin segini, ini bisa langsung dilihat disini ini Beb (smartphone). Bikin greenscreen juga

dari sini (smartphone) yang backgroundnya bisa diganti-

ganti .” – wawancara 7 Juli 2017, Serpong, Tangerang.

  Tahap pertama dalam strategi presentasi diri Mordelente melalui media sosial adalah dengan kemampuan adaptasinya memanfaatkan teknologi smarthpone . Survei yang dilakukan oleh Asosiasi Penyelenggara Jaringan Internet Indonesia (APJII) pada tahun 2016, sebanyak 67,2 juta orang atau 50,7 persen pengguna media sosial mengakses internet melalui perangkat smartphone. Mordelente menunjukan kepada peneliti secara langsung bagaimana dengan hanya menggunakan modal smartphone dapat memproduksi Vlog dengan kualitas yang cukup baik. Dengan kemampuan fleksibilitas yang dimiliki teknologi smartphone kini yaitu dapat diakses dimanapun dan kapanpun Mordelente dapat secara alami menampilikan personality dirinya dalam kehidupan sehari-hari kepada para pengguna media sosial termasuk para

  follower -nya.

2. Strategi Mordelente Mendapatkan Perhatian dari Pengguna Media Sosial (Ingratiation)

  Awareness merupakan strategi Mordelente

  Brand Personality dalam mendapatkan peluang perhatian dari pengguna media sosial.

  Mordelente menampilkan diri di media sosial dengan menghibur dan berkomunikasi dengan para follower-nya. Banyak dari para penikmat channel Mordelente adalah wanita, para wanita dapat merasa bahwa dengan pesan-pesan yang disampaikan Mordelente sangat terbuka, secara langsung dan dapat menghibur mereka. Selain itu dari sisi demografi para pengguna media sosial didominasi oleh usia muda yang notabene selalu membutuhkan hiburan up to date dan kreatif.

  

Gambar 5.2.1

Consumer Insight (YouTube)

  

(Content and Product Marketing YouTube via think with Google - 2016)

3.

   Kualitas Vlog Mordelente (Competence)

  Dari sisi kualitas Video Blogging Mordelente terjadi penurunan drastis pada awal Bulan Juli 2017, namun kembali meningkat pada awal Bulan Agustus 2017.

  70000 60000 50000 40000 30000 20000 10000

  t t t gus gus gus A 04-Jul 06-Jul 08-Jul 10-Jul 12-Jul 14-Jul 16-Jul 18-Jul 20-Jul 22-Jul 24-Jul 26-Jul 28-Jul 30-Jul

  01-A 03-A 05-

Gambar 5.2.2 Grafik Perkembangan Viewers Mordelente Periode Juli

  • – Agustus 2017

  

(Sumber: Data Analisis YouTube, Diolah 5 Agustus 2017)

  Ketidakstabilan jumlah viewer menunjukan ketertarikan atau tidak pada kualitas Vlog yang diposting oleh Mordelente. Fluktuasi dan penurunan jumlah viewer menjadi bahan koreksi sekaligus sebagai acuan pemilihan tema Video yang di upload melalui channel YouTube. Kesimpulannya tidak semua video harus di upload, perlu pertimbangan dan penyuntingan yang sesuai.

  4. Gertakan Mordelente di Media Sosial (Intimidation)

  Di era kebebasan berkespresi kini, Mordelente menggunakan media sosial dengan konten yang tidak lazim. Kata-kata yang diutarakannya juga tidak di sensor, sehingga pengguna media sosial yang baru akan merasa kaget dengan tampilan konten Video Blogging Mordelente. Berikut adalah cuplikan drama monolog Barbie Season 10 (59,063 viewers) yang diposting pada tanggal 4 Juli 2017:

  “-Mami aku pergi dulu ya, kampuse banjir -

  • -Aduh Mas Riko ini ning endi ta, janji jam 4 kok jam segini belum dateng. Nesu aku, punya kemaluan ga punya perasaan, genjot sak penake dewe. Ngomong sak penake cangkeme.-
  • -Loh itu kan si Ferdi, suaminya Annisa, sama siapa ya?

  “ Mordelente bereksperimen dengan kata-kata yang kurang pantas untuk mengetahui bagaimana reaksi para pengguna media sosial.

  Meskipun sering menggunakan kata-kata yang kotor dalam monolognya namun setelah 2 tahun berada di channel YouTube, para follower-nya mulai tidak terganggu lagi. Para pengguna media dan follower yang mengakses channel Mordelente mulai dapat mengambil inti pesan sesungguhnya dari drama yang dimainkan.

  5. Penggambaran Presentasi Mordelente terhadap Isu Sosial (Exemplification)

  Banyak isu sosial yang dijadikan topik Video Blogging oleh Mordelente diantaranya kehidupan Pekerja Seks Komersial (PSK), isu tentang kehidupan transgender dan transeksual serta penggambaran aktivitas seksual yang dianggap tabu di masyarakat.

Gambar 5.2.3 Presentasi Monolog Mordelente terhadap Isu Sosial di Masyarakat

  (Sumber: Data Media Sharing Network Mordelente, Diakses 2 September 2017)

  Mordelente seolah selalu menjelaskan bahwa kehidupan transgender, transeksual dan penyuka sesama jenis selalu ada di sela-sela kehidupan masyarakat. Seorang transgender tidak selalu mengganggu namun dapat pula menghibur masyarakat. Mordelente memberikan gambaran point of view (sudut pandang) penilaian kehidupan sosial terkini di masyarakat bukan lagi dari sisi pria atau wanita tetapi dari pembawaannya yang sosok laki-laki namun kewanitaan. Dari sisi ini pengguna media sosial baik pria maupun wanita dapat melihat dan menjadi tidak lagi tabu serta merasa aneh dengan kehidupan transgender.

6. Intropeksi Diri Mordelente di Media Sosial (Supplication)

  Media sosial sudah menjadi sarana hampir setiap orang untuk mengungkapkan pendapat, bahkan untuk bersikap kritis terhadap para

  

Vlogger . Tak jarang, netizen mencaci, bahkan memberikan makian

sehingga terkesan memberikan perundungan (bully) kepada Mordelente.

  Melihat pengguna media sosial yang lebih masif, seorang Mordelente berusaha untuk tetap bertahan dengan Channel Video Blogging nya. Interopeksi yang dilakukan oleh Mordelente adalah dengan membuat video #tanyateteh (teteh adalah panggilan orang Sunda untuk kakak perempuan).

  “Sepertinya teteh harus membuat sesuatu yang bisa

  

menjawab semua rasa penasaran mereka itu. Nah

makanya sekarang di video kali ini teteh mau bikin video

#tanyateteh. Nah kalian boleh tanya apapun tentang

teteh

  .” Mordelente menerima setiap masukan dan menjawab setiap pertanyaan dari follower.nya. Hal ini dilakukan Mordelente sebagai sarana interopeksi diri agar dalam memposting video dapat lebih diterima oleh masyarakat.

  “Raditya oke

  

#tanyateteh Nanyak dong, gimana cara ngadepin homo-

homo yang sok normal yang suka nuduh orang lain homo

  Anzar kurniawan

  

#tanyateteh Teteh ada niatan buat nikah sama cewe gak

kedepannya?

  Ari Fauzi

  

#tanyateteh apa bener pas konflik sama miper itu

settingan teh, hahaha, gpp tapi lucu

  .” Ada sisi yang menarik bahwa tidak sedikit laki-laki pengguna media sosial yang penasaran serta respect kepada Mordelente. Hal ini menunjukkan bahwa pembawaan Mordelente sebagai seorang transgender tidak lagi dinilai buruk oleh para follower-nya. Pengguna media sosial yang memiliki gender perempuan juga merasa bahwa Video

  

Blogging Mordelente lucu dan dapat menghibur disamping terdapat

aspek-aspek negatif melalui kata-kata dan penampilannya.

5.3. Dramaturgi Mordelente Melalui Media Sosial

  Dramaturgi Mordelente melalui media sosial dianalisis dengan konteks dari perilaku Mordelente dalam mencapai tujuannya dan bukan untuk mempelajari hasil dari perilakunya. Dramaturgi memahami bahwa dalam interaksi antara Vlogger dan Netizen ada kesepakatan perilaku yang disetujui yang dapat mengantarkan kepada tujuan akhir dari maksud interaksi sosial tersebut. Bukti nyata bahwa terjadi permainan peran dalam kehidupan Mordelente dapat dilihat pada panggung depan, tengah dan panggung belakang. Mordelente secara tidak langsung menciptakan suatu mekanisme tersendiri, dimana dengan permainan peran tersebut ia dapat tampil sebagai sosok tertentu.

1. Panggung Depan Dramaturgi Mordelente (Front Stage)

  Menurut Teori dari Erving Goffman (1959) dengan judul The

  Presentation of Self in Everyday Life yang diterbitkan kembali oleh

  Erlangga menyatakan bahwa panggung depan merujuk pada peristiwa sosial yang menunjukan bahwa individu bergaya atau menampilkan peran formalnya. Dalam penelitian dramaturgi ini, Mordelente memainkan perannya melalui Video Blogging di hadapan para pengguna media sosial. Secara umum panggung depan dramaturgi Mordelente menggambarkan kepentingan untuk mewakili kehidupan kelompok transgender dan gay (penyuka sesama jenis). Personal front mencakup bahasa verbal dan bahasa tubuh aktor dalam panggung depan dramaturgi.

  a.

  Cara Berbicara Dari segi cara berbicara, Mordelente sangat percaya diri dalam mengekspresikan pendapatnya. Mordelente memberikan penilaiannya pada isu sosial menurut sudut pandang pribadinya bukan menurut sudut pandang orang lain atau sudut pandang secara umum.

  Mordelente tidak kesulitan mempertahankan cara berbicaranya meskipun mendapatkan penilaian kontra dari pengguna media sosial. Mordelente selalu berusaha mengeluarkan apapun yang dipikirkan secara jujur dan terus terang.

  “Beneran mas, mau beliin aku mobil sport? Aku

  maunya yang seri terbaru ya mas, yang harganya 80 miliar itu. Makasih ya mas Loh karo Berbie, mesti tak laporke iki, gak bisa dibiarkan.

  ” Dengan berbicara secara langsung, Mordelente terlihat selalu terbuka sepenuhnya dan mengatakan hal yang terkadang tidak harus dikatakan, dan di dalam video blog sering terdapat batasan dan sisi negatif yang mengiringi.

  b.

  Pengucapan Istilah Salah satu strategi agar para viewer tidak merasa bosan dalam menonton video blogging adalah dengan adanya variasi hal-hal yang baru dan tidak umum (anti mainstream). Dalam mengungkapkan ekspresi terkejut dan kesal pada keadaan tertentu, Mordelente menggunakan istilah kata-kata yang kurang sopan, meskipun kata-kata tersebut adalah kata-kata yang biasa digunakan dalam kehidupan sehari-hari: “J*nc*k, k*n*l kowe, *su, bi*ch.

  Kalian berdua jangan meladeni sampah seperti dia. Ayo masuk. J*nc*k, tak p*tal kowe, Ayo thinkerbell

  • *su, bi*ch, *su anj**g

  .” (kata-kata yang sering diucapkan Mordelente dalam video unggahannya)

  Video Blogging adalah salah satu media yang tidak terlalu

  terkena imbas dari penerimaan sensor penyiaran. Mordelente menggunakan istilah-istilah dengan kata-kata yang tidak lazim semata-mata hanya untuk mendalami kararakter yang sedang dimainkannya disamping menghibur para viewer.

  c.

  Intonasi Intonasi adalah tinggi rendahnya nada pada kalimat dengan memberikan penekanan pada kata-kata tertentu. Mordelente sering menggunakan intonasi dengan penekanan nada tinggi dalam mengucapkan kalimat-kalimatnya. Dalam serial drama yang dibawakan, Mordelente secara fasih dapat mengucapkan kalimat dengan nada suara bervariasi (naik - turun) dalam tempo yang cepat dan berubah-ubah.

  d.

  Gerak Tubuh Gerak tubuh adalah salah satu bagian terpenting dalam kegiatan video blogging. Gerak tubuh dapat mencerminkan kepribadian dan menunjukkan kecakapan terhadap hal-hal tertentu. Beberapa karakteristik gerak tubuh Mordelente adalah menyilangkan kaki dan tangan, jarang tersenyum dan tertawa, sering terburu-buru dan dapat menunjukkan bahwa gerakan-gerakan tubuhnya tidak terbebani dengan tema Vlog yang dibawakan.

Gambar 5.3.1 Gerak Tubuh Mordelente via Video Blogging

  (Sumber:iakses, 2 September 2017; 08:13)

  Mordelente terlihat sangat energik dalam setiap drama Vlog yang dibawakan. Sebagai sutradara sekaligus aktor dan menyediakan

  setting sendiri, Mordelente telah dapat menyesuaikan gerak tubuhnya dengan baik. Secara gerak tubuh, Mordelente tidak kaku dan dapat mengatur posisi yang baik di depan kamera.

  e.

  Ekspresi Wajah Ekspresi wajah adalah hasil dari kombinasi gerakan otot-otot pada wajah. Ekspresi wajah merupakan salah satu bentuk komunikasi nonverbal, dan dapat menyampaikan keadaan emosi dari seseorang kepada orang yang mengamatinya. Dalam video blogging, ekspresi wajah merupakan salah satu cara penting dalam menyampaikan pesan sosial dalam kehidupan Mordelente.

Gambar 5.3.2 Ekspresi Wajah via Vlog Mordelente

  

(Sumber:iakses 2 September 2017;

08:23)

  Mordelente secara sengaja mengolah ekspresi wajah dengan menyesuikan perasaan terhadap tema-tema vlog yang dipublikasikan. Secara umum, sangat sulit untuk menyembunyikan perasaan atau emosi tertentu melalui ekspresi wajah, namun Mordelente sangat baik memerankan aktor satu dan aktor lainnya dalam video blogging yang dibawakan. f.

  Kostum Kostum merujuk pada suatu gaya pakaian tertentu yang dikenakan untuk menampilkan Mordelente dari karakter satu ke karakter yang lainnya. Secara umum kostum yang digunakan Mordelente merujuk pada gaya pakaian sehari-hari.

Gambar 5.3.3 Personal Costume via Mordelente

  

(Sumber:iakses 2 September 2017;

08:31)

  Kostum yang digunakan oleh Mordelente menampilkan sisi kreativitas dalam mengkombinasikan artistik panggung depant (front

  stage ). Kostum yang digunakan Mordelente dalam setiap tema Vlog

  yang dibawakan telah dapat menghidupkan suasana cerita. Mordelente juga tidak sungkan menggunakan kostum-kostum yang vulgar dan tidak wajar.

  g.

  Kesesuaian Tema Secara umum Mordelente dapat menyesuaiakan antara keseluruhan perangkat aspek panggung depang dengan tema yang dibawakan. Dalam durasi rata-rata lima menit Mordelente dapat dengan maksimal menyampaiakan pesannya kepada viewer. Kekurangan yang ada dalam setiap artistik video blog Mordelente beberapa dikarenakan tidak adanya crew yang turut serta, hampir semua Vlog Mordelente dirancang dan diambil gambar secara sendiri oleh Rega.

  Analisis Front Pribadi (Personal Front) Mordelente dalam dramaturginya dapat dilihat pada tabel 5.2 berikut:

  

Tabel 5.2

Matriks Personal Front Mordelente

  Hasil No. Aspek Positif Negatif

  Menggunakan bahasa- Langsung merujuk ke

  1. Cara berbicara bahasa yang tabu dan tujuan kurang lazim Belum fasih

  Bahasa Indonesia, daerah,

  2. Pengucapan istilah menggunakan istilah Jawa, Sunda bahasa asing

  Terkesan angkuh dan

  3. Intonasi Jelas sombong Mayoritas kewanita-

  4. Gerak tubuh Fleksibel tergantung tema wanitaan

  5. Ekspresi wajah Dapat menyesuaikan tema Transgender Jarang menggunakan

  6. Kostum Sesuai dengan topik Vlog kostum pria Kesesuaian Sering mengangkat

  7. Baik dengan tema tema tentang sensualitas Meskipun mayoritas front pribadi Mordelente sekilas cenderung negatif, namun dari sisi efektivitas komunikasi, pesan- pesan yang disampaikan mudah dipahami, langsung (direct) ke tujuan dan mampu menyelaraskan dengan banyak tema drama monolog.

  Hasil dari panggung depan dapat dilihat langsung oleh pengguna media sosial melalui kiriman video blogging mordelente dengan tema- tema yang beragam.

2. Panggung Tengah Dramaturgi Mordelente (Middle Stage)

  Panggung tengah merupakan area transisi panggung belakang dan panggung depan, aktor dramaturgi dalam panggung ini, akan melakukan sebuah persiapan yang dapat mendukung penampilannya ketika berada di panggung depan, yaitu seperti mempersiapkan make-up, pakaian, aksesoris yang akan dipergunakan ketika berada di panggung depan.

Gambar 5.3.4 Persiapan Kostum Mordelente

  (Sumber: Arsip Pribadi, 31 Agustus 2017)

  Pakaian kostum yang digunakan Mordelente divariasikan sesuai dengan kebutuhan tema video blogging. Setting front pribadi Mordelente hanya menggunakan alat-alat sederhana dalam membuat Video Blogging. Mordelente berdasarkan observasi, memperlihatkan secara langsung kepada peneliti bagaimana menyusun setting front pribadi hanya dengan alat-alat seadanya, seperti peralatan rumah tangga, smartphone dan kombinasi pakaian yang tepat

Gambar 5.3.5 Persiapan Make Up Mordelente

  (Sumber: Arsip Pribadi, 31 Agustus 2017)

  Tata rias wajah yang digunakan Mordelente dapat mengubah penampilan aslinya dengan bantuan alat-alat kosmetik. Mordelente biasa mengubah bentuk wajah dari laki-laki menjadi kesan perempuan. Berdasarkan observasi middle stage oleh peneliti, Mordelente selalu berusaha menyempurkan penampilan wajah dengan kesesuaian kostum serta berupaya menggambarkan karakter tokoh dan menambah aspek dramatik.

  Dengan hanya menggunakan setting front pribadi yang apa adanya Mordelente mampu menghasilkan Video Blogging dengan kualitas yang dapat bersaing. Kekurangan yang ada dalam setting tempat disiasati dengan pemberian konten yang menarik sehingga para pengguna media sosial fokus pada isi dan maksud tujuan Vlog.

3. Panggung Belakang Dramaturgi Mordelente (Back Stage)

  Mordelente adalah seorang yang introvert, Panggung belakang seorang Mordelente adalah sosok yang penyendiri dari keramian dunia nyata. Namun Mordelente bukanlah seorang yang pemalu, Mordelente sangat antusias memperhatikan dan menganalisis keadaan-keadaan yang terjadi di lingkungan sosialnya, juga mengangkat hal-hal tabu yang selama ini ada di masyarakat dan anak muda.

Gambar 5.3.6 Mordelente Back Stage (Offline)

  (Sumber: Arsip Pribadi, 31 Agustus 2017 ) “Beruntung sih diperlakukan beda seperti itu, aku jadi

  merasa aku itu kuat gitu menghadapi ejekan-ejekan dari luar karena aku mikirnya jangankan ejekan dari luar dari keluarga gue sendiri aja udah sering gue menghadapinya gitu.

  ” – wawancara 7 Juli di Apartemen Pribadi Serpong Tangerang Panggung belakang sering disebut juga dengan the self, yaitu semua kegiatan yang tersembunyi untuk melengkapi keberhasilan akting atau penampilan diri yang ada pada panggung depan (front). Konsep The

  Self pertama kali dipublikasikan oleh George Herbert Mead (1934) pada

  bukunya yang berjudul Mind, Self and Society. Teori The Self juga berhubungan erat dengan teori The Presentation of Self in Everyday Life dari Erving Goffman.

  

Gambar 5.3.7

Back Stage Mordelente dalam Memproduksi Video Blogging secara Monolog

  Arsip Pribadi, 31 Agustus 2017

  (Sumber: ) Panggung belakang merujuk kepada tempat dan peristiwa yang yang memungkinkan Mordelente mempersiapkan perannya di panggung depan. Panggung belakang ibarat panggung sandiwara bagian belakang (back stage) atau kamar rias tempat Mordelente mempersiapkan diri, atau berlatih untuk memainkan perannya di panggung depan. Mordelente memproduksi hampir semua Video Blogging dari apartemen pribadinya.

Gambar 5.3.8 Mordelente tanpa Artistik

  

(Sumber: Arsip Pribadi, 31 Agustus 2017)

5.4.

   Refleksi Hasil Penelitian

  Refleksi hasil penelitian merupakan sintesis dari analisis tujuan penelitian yang telah dipaparkan peneliti pada bab ini. Peneliti terlebih dahulu menganalisis aspek-aspek indikator strategi presentasi diri Mordelente yaitu self promotion, ingratiation, competence, intimidation,

  exemplification dan supplication, keseluruhan aspek dan indikator tersebut

  didasarkan pada studi kasus melalui channel YouTube. Setelah didapatkan hasil dari presentasi diri peneliti, melihat dan mengkorelasikan dengan teori dramaturgi yaitu dari sisi panggung depan, panggung tengah dan panggung belakang. Secara keseluruhan meskipun memiliki kesan negatif namun Vlog Mordelente mendapat apresiasi positif dari para pengguna media sosial:

  600 500 400

  Like

  300

  DisLike

  200 100

  04-Jul 05-Jul 07-Jul 11-Jul 18-Jul

Gambar 5.3.9 Grafik Perbandingan Lovers

  • – Haters Mordelente Periode Juli 2017

  Dari perkembangan teknologi dan kecerdasan analisis pengguna media sosial kini yang memilih konten negatif dan positif bukan hanya dari tampilan luar namun dari sisi kualitas pesan yang disampaikan. Mordelente merupakan fenomena baru dalam dunia publikasi Video Blogging di Indonesia yang berani menampilkan sisi nyata dari isu sosial yang dianggap tabu di masyarakat.

  Rega memberikan pesan bahwa isu sosial dimasyarakat seperti homoseksual, Pekerja Seks Komersial (PSK), dan sensualitas pada media sosial adalah nyata adanya dan wajar untuk diterima, meskipun masyarakat Indonesia masih menganggapnya tabu dan negatif. Berdasarkan konsep panggung depan (front stage) Erving Goffman, dan berdasarkan hasil empiris yang telah dilakukan peneliti ternyata saling berlawanan. Rega sebagai Mordelente menampilkan sosok dirinya yang sesungguhnya saat ada dipanggung depan. Rega merasa nyaman saat menjadi Mordelente yang apa adanya dan terbuka. Berbanding terbalik dengan saat menjadi Rega di kehidupan aslinya yang tertutup terhadap orang lain. Rega menekankan konsep presentasi diri dimana ia menciptakan kesan yang baik di masyarakat sebagai pria normal dan tidak ingin diketahui sisi lainnya sebagai Mordelente.

  Dramaturgi Erving Goffman menganggap bahwa seseorang menjadi dirinya sendiri saat berada di panggung belakang (back), namun konsep ini dianggap kurang tepat apabila diterapkan pada studi kasus vlog Mordelente. Rega justru merasa nyaman menjadi dirinya sendiri ketika ia menjadi sosok Mordelente di media sosial.

  Bentuk pengakuan pengguna media sosial terhadap sosok Mordelente pada akun Youtube Mordelente Itil memberikan Rega ruang seluas-luasnya untuk terus berkreativitas membuat konten video Mordelente.

  Bagi peneliti dramaturgi memiliki hubungan dengan konsep ilmu komunikasi terutama jika dikaitkan pada jejaring media sosial, bagaimana seorang komunikator berusaha mengemas pesan secara menarik, hal itu pula yang dilakukan Rega sebagai Mordelente, ia mengemas pesan dalam bentuk video di akun Youtube miliknya. Cara rega mengemas pesan dalam format parodi dimana ia menjadi aktor Mordelente yang cantik dengan pembawaan yang feminim. Berbeda dari dirinya dalam kehidupan sesungguhnya, yang adalah seorang laki-laki. Peranan Rega sebagai Mordelente memperlihatkan ia menjadi sesosok yang lebih percaya diri dengan tampil apa adanya sebagai pria feminim. Hal ini menggambarkan bahwa ketika seseorang tampil di media sosial jauh lebih percaya diri dan mampu mengeksplor dirinya.

Tabel 5.3 Matriks Analisis Presentasi Diri Mordelente Melalui Pendekatan Dramaturgi pada Studi Kasus Channel YouTube

  Dramaturgi No. Presentasi Diri Hasil Front Middle Behind

  1. Self Promotion Adaptasi teknologi

  Direct

  2. Ingratiation

  communication

  3. Competence Pemilihan tema hanya menggunakan alat-alat sederhana

  Menggunakan kata- menggambarkan dalam membuat Video memproduksi hampir kata yang tabu di kepentingan untuk

  Blogging

  semua Video Blogging

  4. Intimidation masyarakat dan mewakili kehidupan dari apartemen (peralatan rumah penampilan yang kelompok transgender pribadinya tangga, handphone vulgar dan gay dan kombinasi pakaian)

  Menggambarkan isu

  5. Exemplification sosial Siap menerima

  6. Supplication masukan dan kritikan

  51 Ketika di sosial media seseorang belum tentu menjadi dirinya sendiri, terutama jika hal itu digunakan untuk meraih kepopuleran. Di panggung depan sosial media, orang menyamarkan identitasnya dan dapat berubah 180 . Dalam teori dramaturgi Erving Goffman (1959), kehidupan sosial adalah serangkaian pertunjukan drama dan pentas yang mungkin tidak selalu sama dengan kenyataan asli. Fiksi Mordelente melalui Video

  

Blogging (Vlog) dengan memainkan tokoh dan karakter-karakter tertentu

merubah identitas aslinya.

  Media sosial kini telah menjadi ajang eksistensi diri di berbagai latar belakang kehidupan, termasuk transgender seperti Rega. Rega membuat berbagai karya Vlog dari apartemen pribadinya, menyusun sedemikian rupa dengan persiapan tertentu. Kalangan remaja merupakan pengguna terbesar media sosial, sehingga kemampuan Mordelente dalam mensiasati berbagai publikasi Vlog sangat berperan penting dalam mendidik viewer. Penemuan dari hasil analisis konten pada penelitian ini berbeda dengan apa yang dihasilkan oleh Anasari (2015) yang mengambil studi kasus media sosial Twitter. Media sosial twitter digunakan sering digunakan sebagai media sharing pendapat dengan topik yang up to date dan resmi. Sementara di sisi lain media YouTube dirancang lebih khusus sebagai sarana Video Blogger dengan menampilkan drama atau konten-konten cerita nyata maupun fiksi.

Dokumen yang terkait

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pola Komunikasi Suporter Klub Sepak Bola PSS Sleman dalam Membangun Solidaritas antar Anggota

0 0 15

Welcome to Repositori Universitas Muria Kudus - Repositori Universitas Muria Kudus

0 0 21

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Analisis Wacana Kritis terhadap Chat Mesum Habib Rizieq dan Firza Husein dari Perspektif Liputan 6

0 0 10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1.1 Media Massa - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Analisis Wacana Kritis terhadap Chat Mesum Habib Rizieq dan Firza Husein dari Perspektif Liputan 6

0 0 8

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Analisis Wacana Kritis terhadap Chat Mesum Habib Rizieq dan Firza Husein dari Perspektif Liputan 6

0 0 7

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Analisis Wacana Kritis terhadap Chat Mesum Habib Rizieq dan Firza Husein dari Perspektif Liputan 6

0 1 19

HALAMAN JUDUL - Welcome to Repositori Universitas Muria Kudus - Repositori Universitas Muria Kudus

0 1 15

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Analisis Wacana Kritis terhadap Chat Mesum Habib Rizieq dan Firza Husein dari Perspektif Liputan 6

0 0 11

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 New Media - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Media Sosial sebagai Panggung Presentasi Diri Mordelente: Pendekatan Dramaturgi dalam Melihat Presentasi Diri Mordelente sebagai Vlogger di Akun Youtube

0 0 9

PENGARUH TAX AVOIDANCE JANGKA PANJANG DAN PROFITABILITAS TERHADAP NILAI PERUSAHAAN DENGAN KARAKTER EKSEKUTIF SEBAGAI VARIABEL PEMODERASI

0 0 16