BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 New Media - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Media Sosial sebagai Panggung Presentasi Diri Mordelente: Pendekatan Dramaturgi dalam Melihat Presentasi Diri Mordelente sebagai Vlogger di Akun Youtube
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 New Media
New media merupakan gabungan dari dua kata, new yang berarti baru, dan dan
media yang berarti perantara, sehingga dapat dikatakan bahwa new media merupakan sarana
perantara baru bila dilihat dari waktu, manfaat, produksi, dan bagaimana distribusinya.Sejarah new media dipahami sebagai lahirnya apresiasi terhadap teknologi.
New media atau media baru merupakan sebuah studi komunikasi, dimana medium komunikasi secara luas terintegrasi dengan jaringan internet atau elektronik. Diakui awal mula perkembangan new media sebagai media komunikasi dimulai pada tahun 1960an (Mashall McLuhan:1962). Pada saat itu seorang peneliti bernama J.C.R. Licklider di Institute of technology pada 1962 menemukan komputer, kemudian ARPARNET yakni sebuah model dasar komunikasi jaringan internet pada 1969 ((Straubhaar, 2006:259). Kemudian sebuah perusahaan Apple Macintosh (1984) menemukan high-resolution graphic dan multimedia pada komputer, dilanjutkan dengan penemuan hypertext (1987) yang kemunculannya memberikan manfaat pada pengguna komputer hingga perkembangan teknologi komunikasi terus mengalami pembaruan, tak heran dekade ini disebut sebagai era new media dimana berbagai belahan dunia hampir terjadi bersamaan bahwa new media (internet) menjadi satu- satunya medium dalam mencari informasi, mempublikasi karya baik berbentuk tulisan atau blog, gambar, maupun video. Terry Flew (2002:10) mendefinisikan new media yang ditekankan pada forms atau format isi media yang dikombinasikan dan kesatuan data baik teks, suara, gambar, dan sebagainya dalam format digital, yang kemudian ditambahkan pada sistem penyebarannya yaitu melalui jaringan internet.
Keberadaan internet dengan beragam jaringan aplikasinya sangat membantu masyarakat yang ingin mengakses berbagai bentuk informasi digital. Contohnya, masyarakat dulu mendapatkan informasi atau hiburan hanya dengan mengandalkan koran, siaran radio maupun televisi, namun kini masyarakat dapat dengan mudah mencari berbagai informasi baik itu politik, pendidikan, kesehatan, dan bahkan gaya hidup hanya dengan menggunakan internet. Lebih canggih lagi, keberadaan smartphone maupun komputer jinjing yang praktis memudahkan penggunanya untuk mencari berbagai kebutuhan informasi maupun komunikasi via digital dimanapun dan kapanpun. Hal yang kemudian perlu disadari adalah bahwa keberadaan new media merupakan dampak dari perkembangan teknologi dan ilmu komunikasi, sehingga tidak dapat dipungkiri keberadaan new media berpengaruh pada perubahan sosial di masyarakat. Masyarakat seolah dibawa masuk kepada pola budaya baru yang berorientasi pada upaya untuk meninggalkan unsur-unsur dan nilai-nilai dimasa lampau untuk kemudian mulai mengarah pada pola pikir serta perilaku yang baru di masyarakat.
2.2 Media Sosial
Media sosial adalah media dimana penggunanya dengan mudah berpartisipasi didalamnya, berbagi dan menciptakan pesan, termasuk blog, jejaring sosial, wiki/ensiklopedia online, forum-forum maya, termasuk virtual world (dengan avatar/ karakter 3D) (Antony Mayfield: 2008).
Menurut Mayfield media sosial adalah mengenai menjadi manusia biasa, manusia biasa yang membagi ide, bekerjasama dan berkolaborasi untuk menciptakan kreasi, berfikir, berdebat, menemukan orang yang bisa menjadi teman baik, menemukan pasangan dan membangun sebuah komunitas. Kehadiran teknologi ini pun telah memberikan kemudahan bagi penggunanya untuk tetap dapat terhubung dengan siapapun diberbagai belahan dunia. Seseorang dapat dengan mudah menulis pesan, status, mengirim gambar, mengunggah video, mencari informasi hanya dengan membuat akun pada aplikasi yang ingin digunakan. Contoh media sosial yang sering digunakan diantaranya Path, Facebook, Instagram, Twitter, dan Youtube. Media sharing ini bukan lagi menjadi hal asing di masyarakat, malah telah menjadi budaya baru, yang mana penggunanya dapat melakukan interaksi tidak harus face to face tetapi juga secara virtual. Hal ini kemudian yang menjadikan media sosial sebagai sarana presentasi dan aktualisasi diri, memberikan ruang berekspresi menjadi diri sendiri dengan menciptakan karya-karya yang kemudian menjadi personal branding.
Penggunaan teknologi internet, khususnya media sosial sangat membantu penggunanya, mereka dapat dengan mudah menyebarluaskan karya dan melakukan promosi gratis hanya dengan membuat konten yang menarik, sehingga siapapun dan dari mana saja dapat tertarik dan melihatnya. Bahkan pengguna dapat memasangkan iklannya secara cuma- cuma tanpa harus membayar jasa periklanan (Zarella, 2010:2)
2.3 Youtube
Youtube merupakan sebuah situs yang disediakan bagi mereka yang ingin melakukan pencarian informasi Youtube merupakan situs video yang menyediakan berbagai informasi berupa ‘gambar bergerak’ yang dapat ditonton langsung. Kita juga bisa berpartisipasi mengunggah (upload) video ke server YouTube dan membaginya ke seluruh dunia (Baskoro, 2009:58). YouTube diprakarsai oleh tiga orang mantan pegawai perusahaan Paypal yaitu Chad Hurley, Steve Chen, dan Jawed Karim. Nama domain
‘YouTube.com’ sendiri diaktifkan pada 15 Februari 2005, dan pada bulan-bulan berikutnya YouTube mulai dibangun. Mereka mempublikasikan preview dari website tersebut pada Mei 2005, atau 6 bulan sebelum launching secara resmi
Situs Youtube memberikan kebebasan bagi pengguna untuk mengunggah berbagai
konten seperti video klip, klip TV, video musik, hingga video blogging dengan teknologi
HTML5 dan Adobe Flash Video. Untuk dapat menyaksikan video yang diunggah ke dalam
situs Youtube, seseorang tidak perlu menjadi pengguna, meski begitu untuk menyaksikan
video yang dinilai agak ofensif dibutuhkan konfirmasi umur.2.4 Video Blogging (Vlog)
Sebuah video blog, atau vlog, adalah log Web (blog) yang menggunakan teks video
daripada teks atau audio sebagai sumber media utamanya. Ponsel yang dilengkapi dengan
kamera, kamera digital yang bisa merekam video berdurasi pendek, atau kamera video murah
yang dilengkapi mikrofon memudahkan memperoleh bahan baku videoblog atau biasa
disingkat Vlog. Vlog biasanya disertai teks atau gambar foto, dan beberapa vlog menyertakan
metadata (data yang menggambarkan isi file, seperti kata kunci) untuk memberi keterangan
lebih lanjut pada situs. Perangkat lunak pengeditan video digital memungkinkan vlogger
untuk memotong dan menempelkan urutan dan mengintegrasikan audio (musik latar, efek
khusus, dan lain-lain). Seperti blog teks, videoblog diperbarui secara rutin, biasanya
mencakup refleksi pribadi, sering berisi komentar di situs lain, dan menawarkan mekanisme
sederhana untuk berlangganan dan pengiriman melalui umpan RSS.Videoblogging menawarkan pengalaman Web yang lebih kaya daripada blog teks
karena menggabungkan film, suara, gambar diam, dan teks, meningkatkan informasi - dan
berpotensi menimbulkan emosi - dibagikan dengan pengguna. Media yang kaya
memungkinkan penulis untuk mengeksplorasi cara baru berkomunikasi - banyak vlogger
percaya bahwa video memungkinkan ekspresi yang lebih alami daripada menulis.
Video ditangkap menggunakan kamera digital, Webcam, atau kamera video digital.
Meskipun dapat diterima hanya dengan mengirim rekaman video mentah, banyak situs
videoblog mulai menggabungkan judul, klip diedit, suara, musik, dan efek film lainnya untuk
meningkatkan pesan mereka. Pengeditan seperti itu dilakukan dengan perangkat lunak
pengeditan video murah (atau gratis). Karena keterbatasan penyimpanan dan bandwidth, klip
yang ideal adalah 1-3 menit. Klip video yang dihasilkan dikompres dan ditempatkan pada
server Web. Konten juga ditempatkan di umpan RSS dan URL dibagikan dengan komunitas
videoblogging. Agregator Videoblog (FireAnt, misalnya) mengotomatisasi pengunduhan dan
tampilan vlog melalui antarmuka titik-dan-klik yang mudah.2.5 Presentasi diri
Presentasi diri atau sering disebut manajemen impresi (impression management) merupakan sebuah tindakan menampilkan diri yang dilakukan oleh setiap individu untuk mencapai sebuah citra diri yang diharapkan. Presentasi diri yang dilakukan ini bisa dilakukan oleh individu atau bisa juga dilakukan oleh kelompok, individu, tim, atau organisasi (Boyer,dkk, 2006:4). Presentasi diri muncul ketika seseorang mulai sadar akan keberadaan dirinya yang ingin diakui dan bahwa ia dipandang oleh orang lain disekitarnya. Tujuan utamanya adalah untuk mempermudah seseorang untuk mencapai apa yang . diinginkannya. Dalam mempresentasikan diri, seseorang harus mempunyai strategi dalam mengkonstruksikan identitasnya. Jones (1990) menyatakan beberapa strategi dalam konstruksi presentasi diri yang diperoleh dari eksperimen terhadap situasi interpersonal : 1.
Self Promotion Tujuan strategi ini adalah untuk terlihat berkompeten atau ahli terhadap hal tertentu sehingga keberadaanya diakui oleh orang lain. Karakteristik umum meliputi melebih- lebihkan kemampuan diri, memberi kesan dengan prestasi diri, mengiklankan diri sendiri, melakukan suatu hal yang baik agar mendapat penilaian positif dari orang lain.
2. Ingratiation Tujuan strategi ini adalah untuk mendapatkan perhatian sehingga individu akan disukai oleh orang lain. Karakteristik umum yang dimiliki ialah mengatakan hal-hal positif mengenai orang lain dengan sedikit mengatakan hal negatif terhadap dirinya sendiri. Dalam konteks media sosial, strategi jenis ini terlihat dengan jelas saat seseorang mengapresiasi postingan orang lain, berkomentar, membalas pesan atau status media sosial.
3. Competence Tujuan dari strategi ini agar dianggap terampil dan berkualitas. Karakteristik umum meliputi pengakuan tentang kemampuan, prestasi, kinerja, dan kualifikasi. Pengguna media sosial dengan profesi tertentu akan mengupayakan untuk menunjukkan kompetensinya . Contohny seorang fotografer yang tentunya akan memposting karya foto terbaiknya di media sosial miliknya, hal ini merupakan bentuk pernyataan akan kompetensi yang dimilikinya.
4. Intimidation Strategi ini biasanya digunakan seseorang untuk mendapatkan kekuasaan. Karakteristik umumyang dimiliki adalah ancaman, pernyataan kemarahan, dan ketidaksukaan terhadap sesuatu. Karakter ini dapat dilihat pada akun-akun yang kontra terhadap suatu suasana politik tertentu. Ia selalu menyatakan hal yang tidak disukainya dengan sangat ekspresif dan penuh kebencian.
5. Exemplification Tujuan dari strategi ini agar dianggap secara moral lebih unggul atau memiliki standar moral yang lebih tinggi. Karakter umumnya adalah komitmen ideologis atau militansi, pengorbanan diri, dan kedisiplinan diri. Hal ini biasanya dapat dilihat dari akun media sosial yang selalu memposting gambar, video, atau tulisan bersifat nasionalis, menunjukkan karakter pengguna sosial.
6. Supplication Tujuan strategi ini adalah merawat atau tampak tidak berdaya sehingga orang lain akan datang untuk membantu orang tersebut. Karakter dari pendekatan presentasi diri termasuk memohon bantuan dan rendah diri. Hal ini bisa dilihat dari postingan-postingan seorang pengguna media sosial yang selalu menyatakan kesedihan, kesusahan, sehingga orang lain menjadi iba terhadap dirinya.
Implementasi dari masing-masing strategi ini akan bergantung pada kehendak pengguna memodifikasi media sosial yang dimilikinya dan apa yang dipublikasikan atau konten dalam media sosial harus melalui standar editorial diri yang dimiliki.
2.6 Teori Dramaturgi
Erving Goffman dalalm kajian sosial psikologis dan sosiologis melalui bukunya berjudul The Presentation Of Self In Everyday Life (1959) dimana ia menekankan konep interaksi sosial yang menjelaskan bahwa interaksi sosial dimaknai sama dengan pertunjukan teater atau drama diatas panggung. Manusia adalah aktor yang menggabungkan karakteristik personal dan tujuannya kepada orang lain melalui pertunjukkan dramanya sendiri (Widodo, 2010:167). Goffman mengandaikan bagaimana kehidupan individu sebagai panggung sandiwara, lengkap dengan setting panggung, dan akting yang dilakukan oleh individu sebagai aktor kehidupan. Ia menyebut ada bagian Front pada depan, dan Back pada bagian belakang. Pada bagian Front terdapat setting, personal front, expressive equipment (alat-alat yang digunakan untuk mengekspresikan diri), dan kemudian pada bagian Back ialah The Self (semua kegiatan tersembunyi untuk membantu keberhasilan akting pada front).
Sebelum berinteraksi dengan orang lain, seseorang akan mempersiapkan seperti apa peran yang akan dimunculkan sehingga memicu tanggapan orang lain. Secara umum gambaran ini diidealkan dengan sandiwara yang ditampilkan, sehingga tercipta suasana interaksi yang kemudian memberikan makna tersendiri.Dramaturgi mempelajari konteks dari perilaku manusia unntuk mencapai tujuannya dan bukan untuk mempelajari hasil dari perilakunya. Dramaturgi memahami bahwa dalam interaksi manusia ada kesepakatan perilaku yang disetujui yang mengantarkan kepada tujuan akhir dari maksud interaksi sosial tersebut. Bukti nyara bahwa terjadi permainan peran dalam kehidupan manusia dapat dilihat pada masyarakat kita sendiri.
2.7 Penelitian Terdahulu 1.
Penelitian yang dilakukan oleh Dila Oktaputrining Catur Susandi, 2014, dari Universitas Muhammadiyah Surakarta dengan judul Hubungan Antara Harga Diri dengan Presentasi Diri Pada pengguna Jejaring Sosial Facebook, menggunakan metode penelitian kuantitatif dengan tujuan penelitian yaitu mengetahui hubungan antara harga diri dengan presentasi diri serta mengetahui tingkat presentasi diri dan harga diri pengguna Facebook. Hasil penelitian dengan sampel sebanyak 100 orang diketahui tidak ada hubungan positif antara harga diri dengan presentasi diri pada pengguna jejaring sosial Facebook, ditunjukkan dengan nilai (r) sebesar 0,029; (p) = 0,389 (p>0,05), berdasarkan nilai yang diperoleh pada presentasi diri rerata empirik (RE) sebesar 55 dan rerata hipotetik (RH) sebesar 59,27 yang berarti tingkat presentasi diri subjek tergolong rendah. Variabel harga diri mempunyai rerata empirik (RE) sebesar 119,59 dan rerata hipotetik (RH) sebesar 102,5 yang berarti harga diri pada subjek tergolong tinggi.
2. Penelitian yang dilakukan oleh Jandy E.Luik dari Universitas Kristen Petra dengan judul
Media Sosial dan Presentasi Diri, dengan menggunakan metode kualitatif ingin melihat permasalahan mengenai peran media sosial bagi pengguna untuk melakukan presentasi diri dengan menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa presentasi diri Presentasi diri melalui media sosial memberikan kesempatan yang luas bagi pengguna. Ketidakhadiran elemen-elemen nonverbal dalam komunikasi melalui media sosial tidak membuat komunikasi berjalan timpang. Akan tetapi, pengguna mendapatkan kesempatan untuk mempresentasikan diri dengan cara yang lebih inventif. Pengguna bisa memaksimalkan elemen-elemen aplikasi di dalam media sosial untuk memanfaatkan strategi-strategi presentasi diri yang ada.
3. Penelitian yang dilakukan oleh Wahyu Khairul Anshari, 2015 dari Universitas Brawijaya
Malang dengan judul Presentasi Diri Gay (Kajian Dramaturgi Mengenai Bentuk Presentasi Diri dalam Komunikasi Interpersonal Gay di Kota Malang), menggunakan pendekatan interpretatif ingin mengetahui bentuk kesan yang ditampilkan dari presentasi diri yang dilakukan oleh seorang gay di kota Malang. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa komunikasi interpersonal yang dilakukan oleh gay yang merujuk pada kesan yang berbeda saat di front stage yaitu lingkungan teman dengan membentuk sosok pria heteroseksual dan saat di back stage yaitu lingkungan gay dengan menampilkan dirinya yang sesungguhnya. Sehingga kesan yang yang terbentuk dari presentasi diri yang dilakukan oleh gay tersebut berbeda saat di front stage yaitu lingkungan teman dengan bentuk kesan seorang pria heteroseksual dan saat di back stage yaitu komunitas dengan menampilkan jatidiri mereka yang gay.
4. Penelitian yang dilakukan peneliti memiliki perbedaan dengan ketiga penelitian terdahulu diatas karena peneliti dalam hal ini ingin melihat presentasi diri seorang vlogger bernama Mordelente dengan akun youtube Mordelente Itil, menggunakan pendekatan Dramaturgi Erving Goffman.
2.8 Kerangka Pikir Penelitian MEDIA SOSIAL YOUTUBE MORDELENTE PRESENTASI DIRI PANGGUNG DEPAN DRAMATURGI PANGGUNG TENGAH ERVING GOFFMAN PANGGUNG BELAKANG HASIL PENELITIAN
Keterangan : Media sosial merupakan wadah atau sara bagi pengguna media online untuk berpresentasi, dan Youtube merupakan salah satu media sosial yang saat ini marak digunakan oleh masyarakat untuk berbagi, berkreasi, dan mendapatkan informasi. Salah satu kegiatan yang tengah marak dan menjadi tren baru dikalangan masyarakat maya adalah membuat
video bloggin
g. Dari sekian banyak Vlogger, Peneliti tertarik dengan akun Youtube Mordelente Itil. Peneliti ingin melihat dan mengkaji presentasi diri yang dimunculkan Rega sebagai Mordelente di beberapa postingan videonnya. Hal apa yang dilakukan Rega sehingga membuat penonton channelnya menjadi tertarik dan merespon positif unggahannya. Peneliti melakukan analisis dengan menggunakan pendekatan dramaturgi Erving Goffman sebagai pendukung analisa. Dramaturgi sendiri terbagi atas tiga bagian yaitu front, Setting, dan Back, yang kesemuanya saling berkaitan dengan presentasi diri yang ingin diteliti oleh Peneliti terhadap Mordelente.