BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Analisis Yuridis Terhadap Batas Waktu Di Dalam Perjanjian Sewa-Menyewa Rumah (Studi Kasus Putusan Perkara Perdata No.577/Pdt.G/2013/ Pn-Mdn)

  • Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.
    • Dosen Pembimbing I Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.
      • Dosen Pembimbing II Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia mempunyai banyak sekali kebutuhan. Bahkan jika dibandingkan

  dengan makhluk lain, manusia adalah merupakan makhluk yang memiliki kebutuhan yang sangat kompleks. Tidak saja kebutuhan lahiriah, tetapi juga kebutuhan bathiniah. Mulai dari soal pernafasan sampai kepada cara-cara menyelenggarakan kematian. Bagi mereka yang merasa haus, merasa butuh minum. Bagi mereka yang ingin bepergian mereka membutuhkan transportasi.

   Mereka yang ingin mengetahui tentang sesuatu,membutuhkan ilmu.

  Pada prinsipnya masyarakat mengalami perkembangan, semula masyarakat sederhana kemudian berkembang menjadi semakin kompleks. Adanya perkembangan kehidupan masyarakat diikuti dengan perkembangan hukum yang berlaku. Keduanya dapat saling mempengaruhi satu sama lain. Perkembangan masyarakat tersebut dapat menimbulkan perubahan di bidang hukum sesuai dengan pergaulan hidup setiap orang yang memiliki kebutuhan dan kepentingan yang berbeda-beda. Kebutuhan dan kepentingan masyarakat dapat diklasifikasikan menjadi kebutuhan fisiologis, seperti makanan, minuman,

  1 pakaian, perumahan, kebutuhan keamanan, ketertiban, dan ketentraman,

   kebutuhan akan kerja sama yang saling menguntungkan.

2 Sudarsono, Pengantar Ilmu Hukum, cetakan keempat, Rineka Cipta, Jakarta, 2004, hal

  Berbagai hubungan antara individu di dalam masyarakat sebagai akibat dari kenakeragaman kepentingan yang ada di dalam kehidupan sosial. Agar tidak timbul kekacauan di dalam masyarakat, diperlukan peraturan-peraturan yang mampu menjamin stabilitas para anggota masyarakat. Maksudnya, diperlukan aturan-aturan hukum yang timbul atas dasar dan kesadaran tiap-tiap individu di

   dalam masyarakat.

  Hidup bermasyarakat memiliki konsekuensi tersendiri bagi individu- individu yang menjadi anggota kelompok. Salah satu konsekuensi yakni rasa tanggung jawab masing-masing individu akan keutuhan dan kelancaran hidup sosial. Perasaan demikian tidak timbul dengan sendirinya, melainkan harus ditanamkan sedini mungkin, terutama bagi masyarakat yang heterogen.

  Setiap manusia untuk melangsungkan hidupnya harus bekerja sama dengan manusia lain di sekitarnya. Apabila manusia menjalin kerja sama dengan orang lain maka kemungkinan kebutuhan hidupnya secara minimal akan dapat terpenuhi sehingga dapat hidup layak. Hubungan kerja sama yang dilakukan oleh masyarakat tersebut menimbulkan perbuatan-perbuatan yang diperbolehkan oleh hukum, seperti, jual beli, sewa-menyewa, hibah, wasiat, dan beberapa perbuatan-

   perbuatan lainnya yang diperbolehkan.

  Hukum adalah segala aturan yang menjadi pedoman perilaku setiap orang dalam hubungan hidup bermasyarakat atau bernegara disertai sanksi yang tegas

   apabila dilanggar.

  3 4 Ibid., hal 48. 5 Ibid., hal 65.

  Abdulkadir Muhammad I, Hukum Perdata Indonesia, PT.Citra Aditya Bakti, Bandung, Tujuan hukum memberikan peraturan-peraturan (petunjuk, pedoman) dalam pergaulan hidup, untuk melindungi individu dalam hubungannya dengan masyarakat, sehingga dengan demikian dapat diharapkan terwujud suatu keadaan

   aman, tertib, dan adil.

  Hukum sangat terkait dengan kehidupan sosial masyarakat. Dalam konteks hubungan sosial masyarakat, dimensi hukum dapat dipahami sebagai kaidah atau norma yang merupakan petunjuk hidup dan pedoman perilaku yang pantas atau diharapkan. Hukum bermaksud mengatur tata tertib masyarakat. Oleh karena itu, ketika petunjuk hidup tersebut yang berisi perintah atau larangan ini dilanggar, maka dapat menimbulkan tindakan dalam bentuk pemberian sanksi dari pemerintah atau penguasa masyarakat.

  Hukum tersebut memiliki 4 (empat) unsur : 1.

  Peraturan mengenai tingkah laku manusia dalam pergaulan masyarakat.

  2. Peraturan diadakan oleh badan-badan resmi yang berwenang.

  3. Peraturan bersifat memaksa, artinya bahwa setiap orang harus patuh atau taat kepada hukum.

   4.

  Sanksi terhadap pelanggaran tersebut adalah tegas. Perbuatan hukum adalah setiap perbuatan yang akibatnya diatur oleh hukum, karena akibat tersebut dianggap menjadi kehendak dari yang melakukan perbuatan itu. Perbuatan hukum dapat bersifat sederhana dan perbuatan hukum yang bersifat tidak sederhana. Perbuatan hukum yang bersifat sederhana merupakan perbuatan hukum yang bersegi satu, ialah apabila hanya merupakan 6 Soedjono Dirdjosisworo, Pengantar Ilmu Hukum, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2010, hal 133. 7 satu kejadian saja atau apabila akibat hukumnya ditimbulkan oleh kehendak seorang saja yaitu orang yang yang melakukan perbuatan itu, seperti pembuatan surat wasiat. Perbuatan hukum yang bersifat tidak sederhana merupakan perbuatan hukum yang bersegi dua atau lebih, perbuatan hukum ini akibat hukumnya ditimbulkan oleh kehendak dari dua atau lebih subyek hukum, seperti sewa-menyewa, jual-beli, perjanjian kredit,semua perjanjian dan perikatan, seperti

   yang disebutkan dalam Pasal 1313 KUH Perdata.

  Para pihak yang terkait didalam perbuatan hukum tersebut dapat secara tertulis yang disebut sebagai perjanjian atau kontrak. Pihak yang terkait di dalam suatu perjanjian tertulis memiliki kebebasan dalam hal membuat perjanjian. Sehingga para pihak dapat leluasa untuk membuat perjanjian apa saja, asal tidak melanggar ketertiban umum atau kesusilaan. Perjanjian yang dibuat oleh kedua pihak memiliki unsur mengikat diantara keduanya.

  Salah satu kebutuhan manusia yang terpenting adalah tempat tinggal. Adanya pertumbuhan penduduk yang semakin tinggi mengakibatkan banyak penduduk yang kekurangan tempat tinggal rumah maupun tempat usaha. Salah satu cara untuk mengatasi kebutuhan akan rumah sebagai tempat tinggal adalah dengan cara menambah jumlah rumah. Sebagian masyarakat tersebut tidak semua bisa membangun rumah. Hal ini dikarenakan taraf ekonomi dari lapisan masyarakat yang berbeda-beda. Bagi masyarakat yang taraf perekonomiannya mampu untuk membangun rumah tersebut, mereka dapat menyewakan rumah- rumah mereka kepada orang-orang yang membutuhkan dan tidak mampu untuk membangun rumah. Masyarakat yang perekonomiannya golongan kebawah tidak 8 mampu untuk membeli rumah ataupun membangun rumah mereka sendiri. Sehingga mereka memilih untuk menyewa rumah dengan harga yang dapat dijangkau mereka.

  Perjanjian sewa-menyewa merupakan salah satu bentuk perjanjian khusus yang sering dilakukan di dalam kehidupan sehari-hari. Perjanjian sewa-menyewa yang dilakukan oleh para pihak tersebut merupakan salah satu dari bentuk hubungan-hubungan hukum yang sekarang ini sering dilakukan oleh seseorang demi memenuhi kebutuhannya. Sewa-menyewa,seperti halnya dengan jual-beli dan perjanjian-perjanjian lain pada umumnya,adalah suatu perjanjian konsensual.

  Artinya, perjanjian itu sah dan mengikat pada detik tercapainya sepakat mengenai

   unsur-unsur pokoknya, yaitu barang dan harga.

  Meskipun sewa-menyewa adalah suatu perjanjian yang konsensual, namun oleh undang-undang diadakan perbedaan antara sewa-menyewa tertulis dan lisan.

  Jika sewa-menyewa itu diadakan secara tertulis, maka sewa-menyewa itu berakhir demi hukum(otomatis) apabila waktu yang ditentukan sudah habis, tanpa diperlukannya sesuatu pemberitahuan pemberhentian itu. Sebaliknya, kalau sewa- menyewa tidak dibuat secara tertulis,maka sewa itu tidak berakhir pada waktu yang ditentukan,melainkan jika pihak yang menyewakan memberitahukan kepada si penyewa bahwa ia hendak menghentikan sewanya, pemberitahuan mana harus dilakukan dengan mengindahkan jangka waktu yang diharuskan menurut kebiasaan setempat. Jika tidak ada pemberitahuan seperti itu, maka dianggaplah bahwa sewa itu diperpanjang untuk waktu yang sama. Perihal sewa tertulis itu

  9 diatur dalam Pasal 1570 KUH Perdata dan perihal sewa yang tidak tertulis diatur

   dalam Pasal 1571 KUH Perdata.

  Peraturan tentang sewa-menyewa yang termuat dalam bab ketujuh dari Buku III KUH Perdata berlaku untuk segala macam sewa menyewa, mengenai semua jenis barang, baik bergerak maupun tidak bergerak, baik yang memakai waktu tertentu maupun yang tidak memakai waktu tertentu, oleh karena “waktu tertentu” bukan syarat mutlak untuk perjanjian sewa-menyewa.

  Perjanjian yang telah disepakati oleh kedua pihak menimbulkan hak dan kewajiban diantara keduanya. Kewajiban yang timbul diantara keduanya harus dilaksanakan demi berlangsungnya perjanjian yang baik. Kewajiban pihak yang satu adalah menyerahkan barangnya untuk dinikmati oleh pihak lain, sedangkan kewajiban pihak yang kedua ini adalah membayar harga sewa. Jadi, barang diserahkan tidakuntuk dimiliki seperti halnya dalam jual beli, tetapi hanya untuk dipakai, dinikmati kegunaannya. Dengan demikian maka penyerahan hanya bersifat menyerahkan kekuasaan belaka atas barang yang disewa itu. Selain melaksanakan kewajiban, para pihak juga harus memenuhi hak yang seharusnya didapatkan oleh masing-masing pihak, seperti pihak yang menyewakan harus menyewakan rumahnya dalam keadaan yang layak untuk disewa, dan pihak penyewa harus membayar uang sewa sesuai seperti yang disepakati dengan pihak

   yang menyewakan rumah tersebut.

  Hak dan kewajiban merupakan akibat hubungan hukum yaitu hubungan yang diatur oleh hukum. Hubungan antara dua orang, misalnya janji untuk bersama-sama pergi ke kampus, meskipun menurut moral atau kesopanan 10 11 Ibid., hal 47

  menimbulkan hak dan kewajiban, bukanlah perikatan dalam pengertian hukum, sebab hak dan kewajiban tersebut bukan lahir dari hubungan hukum. Namun, tidak berarti semua hubungan yang diatur oleh hukum dianggap sebagai perikatan dalam pengertian hukum. Untuk menentukan apakah suatu hubungan hukum merupakan perikatan dalam pengertian hukum atau tidak, pada mulanya para sarjana mempergunakan ukuran dapat tidaknya dinilai dengan uang. Bilamana suatu hubungan hukum, hak dan kewajiban yang ditimbulkannya dapat dinilai

   dengan uang, hubungan tersebut adalah perikatan.

  Hubungan hukum yang menimbulkan hak dan kewajiban dalam perikatan tersebut adalah antara dua pihak. Pihak yang berhak atas prestasi (pihak yang aktif) adalah kreditur atau orang yang berpiutang. Sedangkan pihak yang berkewajiban memenuhi prestasi (pihak yang pasif) adalah debitur atau orang

   yang berutang. Kreditur dan debitur inilah yang disebut subyek perikatan.

  Persoalan kapan lahirnya perjanjian adalah sangat penting untuk diketahui dan ditetapkan,adakalanya terjadi perubahan dalam peraturan perundang- undangan yang mempunyai pengaruh terhadap pelaksanaan perjanjian, beralihnya risiko dalam perjanjian, tempat lahirnya dan ditutupnya perjanjian dan

   sebagainya.

  Perjanjian sewa-menyewa rumah, si penyewa diwajibkan melakukan pembetulan-pembetulan kecil dalam sehari-hari. Pasal 1583 KUH Perdata memberikan penjelasan tentang apa yang dimaksudkan dengan pembetulan- pembetulan kecil dan sehari-hari itu, sebagai berikut: 12 Riduan Syahrani, Seluk-Beluk dan Asas-Asas Hukum Perdata, Alumni, cetakan ketiga, Bandung,2004, hal 196. 13 14 Ibid., hal 197

  “Jika tidak ada perjanjian, maka dianggap sebagai demikian pembetulan- pembetulan pada lemari toko, tutupan jendela, kunci-kunci dalam, kaca- kaca jendela, baik di dalam maupun di luar rumah dan segala sesuatu yang dianggap termasuk itu, menurut kebiasaan setempat”.

  Berhubung dengan semakin banyaknya kasus mengenai perjanjian sewa- menyewa yang melanggar isi dari perjanjian tersebut. Salah satu contoh kasus menegenai perjanjian sewa-menyewa terdapat di dalam kasus Putusan perkara Perdata No.577/Pdt.G/2013/PN-Mdn. Kasus tersebut mengenai perjanjian sewa- menyewa rumah yang tidak disebutkan batas waktunya. Perjanjian sewa- menyewa rumah yang tidak disebutkan batas waktunya tersebut membuat masalah diantara pihak yang membuat perjanjian. Sehingga tidak ada batasan waktu kapan penyewa harus mengakhiri masa sewanya. Berdasarkan kasus yang terdapat di dalam Putusan Perkara Perdata No.577/Pdt.G/2013/PN-Mdn tersebut, penulis mencoba meninjau lebih lanjut mengenai kasus tersebut dengan menganalisis batas waktu di dalam perjanjian sewa-menyewa rumah.

B. Permasalahan

  Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan di atas, maka terdapat beberapa pokok permasalahan yang akan menjadi pembahasan dalam skripsi ini.

  Pokok permasalahan yang dimaksud adalah : 1.

  Bagaimanakah perlindungan hukum bagi para pihak dalam Putusan Perkara Perdata No.577/Pdt.G/2013/PN-Mdn ?

  2. Bagaimanakah akibat hukumnya jika di dalam perjanjian sewa-menyewa rumah tidak disebutkan batas waktunya ?

  3. Bagaimanakah pertimbangan hukum dalam Putusan Perkara Perdata No.577/Pdt.G/2013/PN-Mdn ? C.

   Tujuan Penulisan Setiap penulisan skripsi tentu mempunyai tujuan pembahasan penulisan.

  Berdasarkan permasalahan yang telah dikemukakan di atas, maka tujuan yang hendak dicapai dalam penulisan ini adalah :

  1. Untuk mengetahui bagaimana perlindungan hukum bagi para pihak yang terkait di dalam perjanjian sewa-menyewa rumah pada Putusan Perkara Perdata No.577/Pdt.G/2013/PN-Mdn.

  2. Untuk mengetahui akibat hukum yang terjadi di dalam perjanjian sewa- memyewa rumah apabila tidak disebutkan batas waktunya.

  3. Untuk mengetahui bagaimana pertimbangan hukum yang terdapat pada Putusan Perkara Perdata No.577/Pdt.G/2013/PN-Mdn di dalam menyelesaikan perkara perdata di antara pihak yang terkait di dalam perjanjian sewa-menyewa rumah.

D. Manfaat Penulisan

  Manfaat dari penulisan skripsi ini antara lain : 1. Secara teoretis, penulis berharap agar skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi masyarakat pada umumnya dan khususnya bagi mahasiswa yang tertarik pada bidang keperdataan khususnya mengenai masalah perjanjian sewa-menyewa rumah. Penulisan ini dapat dijadikan bahan kajian untuk menambah pengetahuan bagi perkembangan hukum dalam masalah perjanjian sewa-menyewa rumah, serta diharapkan mampu membuka cakrawala berpikir dalam menilai tentang masalah yang timbul terhadap perjanjian sewa-menyewa rumah.

  2. Secara praktis, adalah untuk memberikan masukan sekaligus pengetahuan kepada para pihak baik penyewa maupun yang menyewakan dalam melakukan kegiatan sewa-menyewa rumah mengenai hak dan kewajiban masing-masing pihak, dapat menjadi bahan pertimbangan masyarakat pada umumnya untuk menghindari permasalahan yang mungkin dapat terjadi di dalam melakukan perjanjian sewa-menyewa rumah, khususnya di antara para pihak yang membuat perjanjian E.

   Metode Penelitian

  Penelitian hukum pada dasarnya merupakan suatu kegiatan ilmiah yang didasarkan pada metode,sistematika,dan pemikiran tertentu , yang bertujuan untuk mempelajari satu atau beberapa gejala hukum tertentu dengan cara menganalisisnya, kecuali itu, maka juga diadakan pemeriksaan mendalam terhadap fakta hukum tersebut untuk kemudian mengusahakan suatu pemecahan atas permasalahan-permasalahan yang timbul di dalam gejala yang

   bersangkutan.

  Adapun metode penelitian yang digunakan dalam skripsi ini sebagai berikut : 15 Bambang Sunggono, Metodologi Penelitian Hukum, Raja Grafindo Persada, Jakarta,

  1. Jenis Penelitian Sesuai dengan karakteristik perumusan masalah yang ditujukan untuk menganalisa Batas Waktu Di dalam Perjanjian Sewa-Menyewa Rumah (Studi

  Kasus Putusan Perkara Perdata No.577/Pdt.G/2013/PN-Mdn), maka metode penelitian yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah yuridis normatif yaitu mengacu kepada norma-norma hukum yang terdapat dalam peraturan perundang-undangan dan putusan-putusan pengadilan serta norma-norma hukum yang ada pada masyarakat.

  Penulisan skripsi ini dilakukan dengan cara menelaah kasus (studi kasus/case study) yang berkaitan dengan isu yang dihadapi yang telah menjadi

   putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum yang tetap.

  2. Sumber data Sumber data yang dipergunakan dalam penulisan skripsi ini adalah data sekunder dan didukung data primer. Data primer yaitu data yang secara langsung diperoleh, data primer yang diperoleh yaitu dari Pengadilan Negeri Medan. Data sekunder yaitu data yang diperoleh melalui hasil studi pustaka, tulisan ilmiah dan berbagai sumber tulisan tangan lainnya.Data sekunder didapatkan melalui : a.

  Bahan Hukum Primer yaitu Putusan Perkara Perdata No.577/Pdt.G/2013/PN-Mdn, bahan hukum yang terdiri dari peraturan perundang-undangan di bidang hukum perdata yang mengikat, antara lain Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (Burgerlijk Wetboek) maupun literatur yang berkaitan dengan penelitian yang dibahas.

  16 b.

  Bahan Hukum Sekunder, yang memberikan penjelasan mengenai bahan hukum primer, yakni hasil karya para ahli hukum berupa buku-buku, pendapat-pendapat pakar hukum, rancangan undang-undang, dan hasil- hasil penelitian yang berhubungan dengan pembahasan skripsi ini.

  c.

  Bahan Hukum Tersier atau bahan hukum penunjang, yaitu bahan hukum yang memberikan petunjuk atau penjelasan bermakna terhadap bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder yaitu kamus, ensiklopedia, makalah dan sebagainya yang berkaitan dengan permasalahan.

3. Sifat Penelitian

  Sifat penelitian dalam skripsi ini adalah deskriptif analitis yaitu memberikan gambaran dan memaparkan sebagian atau keseluruhan dari objek yang diteliti yang bersumber dari data sekunder yang didukung oleh data primer yaitu putusan pengadilan dan selanjutnya data tersebut dianalisis secara kualitatif sehingga memperoleh suatu kesimpulan.

  

4.

  Analisis Data Untuk mengolah data yang didapatkan dari penelusuran kepustakaan, putusan Pengadilan Negeri Medan, dan hasil penelitian ini menggunakan analisa kualitatif, dan beberapa hal yang dapat dijadikan kesimpulan dan pembahasan skripsi ini.

F. Keaslian Penulisan

  Masalah sewa-menyewa diatur dalam Buku III Bab VII Pasal 1547-1600 KUH Perdata. Ketentuan tersebut berlaku untuk segala macam sewa-menyewa, 17 mengenai semua jenis barang baik bergerak maupun tidak bergerak, baik barang yang memakai jangka waktu tertentu maupun tidak memakai jangka waktu tertentu.

  Untuk mengetahui keaslian penulisan skripsi ini, sebelum melakukan penulisan “Analisis Yuridis Terhadap Batas Waktu Di dalam Perjanjian Sewa- Menyewa Rumah” (Studi Kasus Putusan Perkara Perdata No.577/Pdt.G/2013/PN- Mdn)”, terlebih dahulu melakukan penelusuran terhadap berbagai judul skripsi yang tercatat pada Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

  Berdasarkan hasil penelusuran kepustakaan, serta hasil penelitian baik itu dari media elektronik yang ditelusuri tidak ada kesamaan dalam penulisan judul skripsi ini. Selain itu, Pusat Dokumentasi dan Informasi Hukum/Perpustakaan Universitas cabang Fakultas Hukum USU melalui surat tertanggal 23 Desember 2014 menyatakan bahwa tidak ada judul yang sama.Sekalipun ada, hal tersebut di luar sepengetahuan penulis dan tetntu saja substansinya berbeda dengan substansi yang ada pada skripsi ini. Permasalahan dan pembahasan yang diangkat dalam penulisan skripsi ini merupakan hasil olah pikir sendiri. Maka dengan demikian keaslian penulisan ini dapat terjamin dan dapat dipertanggungjawabkan.

G. Sistematika Penulisan

  Dalam penulisan suatu skripsi harus terdapat keteraturan agar terciptanya karya ilmiah yang baik. Untuk memudahkan pembahasan skripsi ini, maka akan dibuat sistematika secara teratur daoam bagian-bagian yang berhubungan satu dengan yang lainnya.

  Sistematika tersebut dibagi dalam beberapa bab yang saling berkesinambungan antara bab yang satu dengan yang lainnya. Adapun sistematika tersebut adalah sebagai berikut : BAB I :PENDAHULUAN.

  Pada bab ini diuraikan latar belakang yaitu apa yang melatarbelakangi penulis mengangkat judul tersebut, perumusan masalah yaitu hal yang menjadi permasalaham skripsi ini, tujuan dan manfaat penulisan yaitu maksud dari penulis dalam menulis skripsi ini, metode penelitian yaitu metode yang digunakan penulis dalam mengkaji permasalahan yang ada pada skripsi ini, dan keaslian penulisan yaitu bahwa skripsi tentang Analisis Yuridis Terhadap Batas Waktu Di dalam Perjanjian Sewa-Menyewa Rumah (Studi Kasus Putusan Perkara Perdata No.577/Pdt.G/2013/PN-Mdn) belum pernah dibahas sebelumnya di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

  BAB II :TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN. Bab ini berisikan hukum perikatan pada umumnya, yang terdiri dari pengertian perikatan, sumber-sumber perikatan, sistem terbuka dalam hukum perikatan. Selain itu, pada bab ini juga dibahas pengaturan mengenai perjanjian yang terdiri

  dari syarat sahnya perjanjian, asas-asas dalam perjanjian, berakhirnya suatu perjanjian.

  BAB III :TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN SEWA- MENYEWA. Bab ini berisikan tentang pengertian perjanjian sewa-menyewa yaitu membahas

  pengertian perjanjian sewa-menyewa dengan lebih luas, para pihak yang terkait di dalam perjanjian sewa-menyewa yaitu membahas pihak-pihak mana saja yang terkait di dalam membuat suatu perjanjian dan bagaimana kewajiban yang harus dilakukan oleh para pihak, dan usnur-unsur perjanjian sewa-menyewa merupakan pembahasan mengenai hal-hal apa saja yang terkait di dalam membuat suatu perjanjian.

  

BAB IV :ANALISIS TERHADAP BATAS WAKTU DI DALAM

PERJANJIAN SEWA-MENYEWA RUMAH. Pada bab ini dilakukan studi kasus terhadap Putusan Perkara Perdata No.577/Pdt.G/2013/PN-Mdn. Penulis juga membuat suatu kasus posisi di dalam

  bab ini agar lebih mudah dalam menganalisis kasus tersebut. Sebagai kelanjutan bab sebelumnya, bab ini akan membahas perlindungan hukum bagi para pihak, akibat hukum jika di dalam perjanjian sewa-menyewa rumah tidak disebutkan batas waktunya, pertimbangan hukum dalam Putusan Perkara Perdata No.577/Pdt.G/2013/PN-Mdn. Pada bab ini juga disertai amar putusan serta tanggapan terhadap Putusan Perkara Perdata No.577/Pdt.G/PN-Mdn.

  BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN. Bab ini merupakan akhir dari penulisan skripsi ini. Bab ini berisi kesimpulan dari

  ketiga pembahasan yang telah ada sebelumnya. Setelah mendapatkan kesimpulan dari pembahasan sebelumnya, maka penulis dapat menciptakan saran dalam kaitannya dengan masalah yang dibahas.

Dokumen yang terkait

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI A. Sejarah Singkat Berdirinya Kantor Pelayanan Pajak Pratama Binjai - Optimalisasi Penerimaan Pajak Penghasilan Pasal 21 di Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Binjai

0 0 11

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) - Optimalisasi Penerimaan Pajak Penghasilan Pasal 21 di Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Binjai

0 0 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA - Analisis Penerapan Iso 9001:2000 Kaitannya Dengan Harga Cpo Dan Keuntungan (Kasus : Pt Perkebunan Nusantara Iii (Persero) Kebun Sei Meranti Kabupaten. Labuhan Batu Selatan)

0 0 12

Analisis Penerapan Iso 9001:2000 Kaitannya Dengan Harga Cpo Dan Keuntungan (Kasus : Pt Perkebunan Nusantara Iii (Persero) Kebun Sei Meranti Kabupaten. Labuhan Batu Selatan)

0 1 12

BAB I PENDAHULUAN - Tinjauan Yuridis Atas Upaya Reformasi Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa Dalam Menciptakan Tatanan Negara-Negara Di Dunia Yang Berdaulat, Damai Dan Adil

0 0 12

Analisis Biomekanika pada Pekerja Pemanen Kelapa Sawit dengan Egrek di PT. Perkebunan Nusantara III (Kebun Ramnbutan)

0 3 25

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Jamur Patogen Tanaman - Uji Kemampuan Bakteri Kitinolitik dari Nepenthes tobaica dan Nepenthes gracilis dalam Menghambat Pertumbuhan Beberapa Jamur Patogen Tanaman

0 0 7

BAB II URAIAN TEORITIS 2.1 Kerangka Teori Setiap Penelitian memerlukan kejelasan berfikir dalam memecahkan atau menyoroti masalah-masalahnya. Untuk itu perlu disusun kerangka teori yang membuat pokok-pokok pikiran yang menggambarkan dari sudut mana masala

0 0 26

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Persepsi Mahasiswa Terhadap Pemberitaan Tv Swasta

0 0 7

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN A. Hukum Perikatan Pada Umumnya 1. Pengertian Perikatan - Analisis Yuridis Terhadap Batas Waktu Di Dalam Perjanjian Sewa-Menyewa Rumah (Studi Kasus Putusan Perkara Perdata No.577/Pdt.G/2013/ Pn-Mdn)

0 0 25