GAMBARAN DMF-T DAN TINGKAT PENCAPAIAN PTI (PERFORMED TREATMENT INDEX) PADA SISWA SISWI SD N 94 PALEMBANG TAHUN 2012 Listrianah Dosen Jurusan Keperawatan Gigi Poltekkes Kemenkes Palembang ABSTRAK - Gambaran DMF-T Dan Tingkat Pencapaian PTI (Performed Treat

  

( PERFORMED TREATMENT INDEX) PADA SISWA SISWI

SD N 94 PALEMBANG TAHUN 2012

Listrianah

Dosen Jurusan Keperawatan Gigi Poltekkes Kemenkes Palembang

ABSTRAK

  Performed Treatment Index adalah indeks yang menunjukan persentase jumlah gigi

tetap yang telah dilakukan penambalan terhadap jumlah gigi yang mengalami DMF-T . PTI

menggambarkan motivasi dari seseorang untuk menambalkan giginya yang berlubang dalam

upaya mempertahankan gigi tetap. Dari data Reskesdas rata-rata penduduk Indonesia

memiliki angka PTI sangat rendah, yaitu hanya sebesar 1.6 %. Tujuan : penelitian ini

adalah untuk mengetahui gambaran DMF-T dan tingkat pencapaian PTI (Performed

Treatment Index) pada siswa-siswi SD Negeri 94 Silaberanti Palembang tahun 2012.

Jumlah populasi dalam penelitian ini adalah 640 anak, dengan jumlah sampel 287 anak.

Sampel diambil dari kelas 4,5, dan 6 di SD N 94 Palembang. Metode : penelitian ini

menggunakan metode deskriptif analitik, dengan teknik pengambilan sampel yang digunakan

adalah Non Probability sampling dan analisa data yang digunakan adalah analisa

univariate. Hasil : penelitian ini didapat index rata-rata pengalaman karies gigi tetap

(DMF-T), berdasarkan jumlah sampel sebanyak 287 didapat jumlah DMF-T sebanyak 800

dengan rata-rata 2,78, hal ini menunjukan masih tingginya karies pada siswa-siswi SD

Negeri 94 Palembang, sedangkan siswa-siswi yang melakukan penambalan ( Filling ) hanya

18 dan jumlah DMF-T 800 sehingga diperoleh angka pencapaian PTI (Performed

Treatment Index) adalah 2,25 %. Dengan demikian usaha mempertahankan gigi dengan

melakukan penambalan di SD N 94 Palembang masih sangat rendah.

  Kata kunci : DMF-T dan ( PTI )

A. Latar Belakang

  Pembangunan di bidang kesehatan bertujuan untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat agar tingkat kesehatan masyarakat menjadi lebih baik. Pembangunan di bidang kesehatan gigi merupakan bagian integral pembangunan kesehatan Nasional. Artinya, dalam melaksanakan pembangunan kesehatan umum, pembangunan di bidang kesehatan gigi tidak boleh ditinggalkan, demikian juga sebaliknya. Bila ingin melaksanakan pembangunan di bidang kesehatan gigi, tidak boleh dilupakan kerangka yang lebih luas, yaitu pembangunan di bidang kesehatan umumnya (Suwelo, 1995).

  Program pembangunan kesehatan yang telah dilaksanakan selama ini telah berhasil meningkatkan derajat kesehatan masyarakat secara cukup bermakna, walaupun masih dijumpai berbagai masalah dan hambatan yang akan mempengaruhi pelaksanaan pembangunan kesehatan. Gambaran masyarakat Indonesia dimasa depan yang ingin dicapai melalui pembangunan kesehatan adalah masyarakat, bangsa dan Negara yang ditandai oleh penduduknya yang hidup dalam lingkungan dan dengan perilaku hidup sehat, memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayananan kesehatan yang bermutu secara adil dan merata, serta memiliki derajat kesehatan yang setinggi-tingginya diseluruh wilayah Republik Indonesia (Depkes RI, 1999).

  Menurut Suwelo status atau derajat kesehatan masyarakat ditentukan oleh berbagai faktor seperti penduduk, lingkungan, perilaku masyarakat dan pelayanan kesehatan, faktor tersebut perlu mendapat perhatian serta penanganan sebagai satu kesatuan. Untuk menunjang upaya kesehatan agar mencapai derajat kesehatan optimal (hidup sehat), upaya kesehatan gigi juga perlu mendapat perhatian. Kurangnya perhatian terhadap gigi sulung anak usia sekolah dasar disebabkan oleh umumnya orang tua beranggapan bahwa gigi sulung tidak perlu dirawat karena akan sulung yang dijumpai di klinik gigi atau puskesmas biasanya sudah parah, sehingga anak menderita sakit gigi dengan segala macam akibat yang akan mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak.

  Upaya kesehatan gigi perlu ditinjau dari aspek lingkungan, pendidikan, kesadaran masyarakat dan penanganan kesehatan gigi termasuk pencegahan dan perawatan. Aspek tersebut saling berhubungan dan saling mempengaruhi, baik cara pencegahan dan perawatan gigi masyarakat (upaya kesehatan gigi masyarakat) maupun keadaan kesehatan gigi masyarakat. Untuk mendapatkan hasil sebaik-baiknya dalam upaya pencegahan penyakit gigi, perlu diketahui masalah yang berkaitan dengan proses terjadinya kerusakan gigi (karies) termasuk etiologi karies gigi, resiko yang menyebabkan timbulnya karies gigi, dan juga faktor distribusi penduduk, lingkungan serta perilaku masyarakat terhadap kesehatan gigi (Zainab, 2008).

  Penambalan gigi adalah salah satu cara untuk memperbaiki kerusakan gigi agar gigi bisa kembali ke bentuknya semula dan bisa kembali berfungsi dengan baik. (Ramadhan, 2010).

  Indikator keberhasilan penambalan gigi tetap adalah dengan membandingkan jumlah gigi tetap karies yang telah ditambal dengan pengalaman karies seseorang (DMFT) sehingga akan diperoleh angka persentase yang disebut dengan Performed Treatment

  Index (PTI). PTI menggambarkan motivasi

  dari seseorang untuk menambalkan giginya yang berlubang dalam upaya mempertahankan gigi tetap. Rata-rata penduduk Indonesia memiliki angka PTI sangat rendah, yaitu hanya sebesar 1.6 %. (Riskesdas, 2007). Padahal indikator derajat kesehatan gigi yang telah ditetapkan untuk tahun 2000 DMFT lebih kecil atau sama dengan tiga dengan PTI lebih besar dari 50 %.

  Indek DMF-T mencapai rata-rata 5,26% ini berarti jumlah kerusakan gigi rata- rata perorang adalah lebih dari 5 gigi.

  Performed Treatment Index

  atau motivasi untuk menumpatkan gigi yang karies pada umur 12-18 tahun sangat rendah sekitar 4-5% ditangani dan memerlukan penumpatan dan atau pencabutan (Required Tretment Index) pada usia ini sebesar 72,4% -82,5% sedangkan penyakit periodontal merupakan penyakit gigi dan mulut kedua terbanyak diderita masyarakat lebih kurang 70% dan sebesar kurang lebih 4-5 % penduduk menderita penyakit periodontal lanjut yang menyebabkan gigi goyang dan lepas ( Depkes, 2010)

  Apabila kita perhatikan data tersebut menggambarkan bahwa pelayanan kesehatan gigi ditangani pada kondisi penyakit yang sudah lanjut. Bila kembali pada data yang diambil dari Riskesdas 2007 mengenai indeks PTI (Performed Treatment Index) yang dapat diartikan sebagai upaya penduduk untuk menambalkan giginya dalam upaya mempertahankan gigi tetap, ternyata hanya 1,6%. Dan untuk menumpatkan gigi yang karies pada umur 12-18 tahun sekitar 4-5 %. Secara tersirat PTI 1,6% mengindikasikan kurangnya kesadaran masyarakat akan kesehatan giginya.

  2. Tujuan Khusus 1.

   II. TINJAUAN PUSTAKA A. Performed Treatment Index ( PTI )

  3. Untuk menambah referensi perpustakaan khususnya di perpustakaan Poltekkes Kemenkes Palembang Jurusan Keperawatan Gigi.

  2. Memberikan informasi kepada pembaca tentang pentingnya memperhatikan kesehatan gigi dan mulut guna untuk mencegah infeksi lebih lanjut akibat karies gigi kepada masyarakat.

  Menambah pengetahuan dan wawasan penulis mengenai gambaran upaya mempertahankan gigi pada siswa-siswi SD Negeri 94.

  D.Manfaat Penelitian 1.

  siswi di SD Negeri 94 Palembang tahun 2012.

  Treatment Index) pada siswa-

  2. Diketahui persentase tingkat pencapaian PTI (Performed

  Diketahui indek rata-rata pengalaman karies gigi tetap (DMF-T) pada siswa-siswi di SD Negeri 94 Palembang tahun 2012.

  SD Negeri 94 Palembang tahun 2012.

  Dari latar belakang tersebut di atas maka penulis tertarik untuk membuat suatu Karya Tulis Ilmiah yang berjudul

  Treatment Index ) pada siswa-siswi

  Diketahui gambaran DMF-T dan tingkat pencapaian PTI (Performed

  C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum

  PTI (Performed Treatment Index) Palembang tahun 2012?

  Berapa indek rata-rata pengalaman karies gigi tetap (DMF-T) pada siswa-siswi di SD Negeri 94 Palembang tahun 2012? 2. Berapa persentase tingkat pencapaian

   Pertanyaan Penelitian 1.

  Negeri 94 Palembang tahun 2012” B.

  Treatment Index ) pada siswa-siswi SD

  Dari uraian di atas maka penulis dapat merumuskan masalahnya adalah: “Bagaimanakah gambaran DMF-T dan tingkat pencapaian PTI (Performed

  “GAMBARAN DMF-T DAN TINGKAT PENCAPAIAN PTI ( PERFORMED TREATMENT INDEX ) PADA SISWA- SISWI SD NEGERI 94 PALEMBANG TAHUN 2012” A. Rumusan Masalah

  Untuk mengetahui seberapa besar usaha seseorang dalam mempertahankan gigi tetapnya digunakan suatu indeks yang dikenal dengan PTI (Performed Treatment adalah indeks yang menunjukan persentase jumlah gigi tetap yang telah dilakukan penambalan terhadap jumlah gigi yang mengalami DMF-T (Be Kien Nio, 1987). Rumus menghitung PTI :

  Jumlah gigi dengan F

  Dentin adalah jaringan termineralisasi yang membentuk sebagian besar komposisi gigi. Di daerah mahkota, dentin ada di lapisan dasar email dan di daerah akar, dentin ditutup oleh sementum. Warnanya kuning pucat, kekerasannya lebih keras dari pada tulang maupun sementum, tapi kurang keras dibandingkan email. Dentin mengandung 70 % bahan anorganik yang komponen utamanya adalah hidroksiapatit (Putri,dkk.2010).

  1). Pengunyahan

  3. Fungsi Gigi

  Sementum bagian dari jaringan gigi dan termasuk juga bagian dari jaringan periodontium karena menghubungkan gigi dengan tulang rahang dengan jaringan yang terdapat di selaput periodontal. Jaringan sementum tidak mengadakan resorpsi atau pembentukan kembali tetapi mengalami apposisi ( makin tua umur makin tebal lapisan semen), pembentukan semen ini berjalan dari arah selaput periodontal ( Itjingningsih,1991).

  d. Sementum

  Pulpa merupakan jaringan lunak yang di dalamnya terdapat jaringan ikat, limfe, saraf dan pembuluh darah. Limfe, saraf dan pembuluh darah masuk ke dalam gigi melalui lubang kecil yang berada di ujung akar gigi yang disebut foramen apikal. Bagian gigi ini mempunyai peran penting dalam pertumbuhan dentin.

  c. Pulpa

  b. Dentin

  PTI =

  Email merupakan bahan yang tidak mempunyai sel, pembuluh darah, saraf, dan limfe sehingga jika patah atau sakit, email tidak dapat mengadakan regenerasi atau tidak mempunyai daya reparatif. Jadi, pencegahan penting (Putri, dkk, 2010).

  Email merupakan bagian terluar dari gigi yang terlihat dalam mulut kita. Dibandingkan dengan bahan keras dalam tubuh seperti kuku, rambut, tulang semen dan dentin, email merupakan bahan yang terkeras tetapi getas (mudah patah).

  Gigi merupakan suatu organ keras yang fungsi utamanya adalah untuk mengunyah makanan. Gigi tertanam di tulang alveolar, yaitu suatu tulang yang menempel di permukaan tulang rahang. Tulang alveolar yang ditutupi gusi ini berfungsi untuk menopang gigi (Ramadhan, 2010).

  melakukan pemeriksaan pada suatu kelompok individu di suatu wilayah / tempat tertentu. Indikator derajat kesehatan gigi dan mulut yang optimal pada tahun 2000 adalah pada anak usia 12 tahun, index DMF-T 3 dan PTI 50 %.

  Index ) dapat diketahui dengan

  PTI (Performed Treatment

  x 100% Jumlah gigi dengan DMF-T

B. Gigi 1. Pengertian Gigi

2. Bagian – bagian gigi : a. Email

  proses penguyahan untuk menghaluskan makanan agar lebih mudah ditelan serta meringankan kerja proses pencernaan. 2). Berbicara

  Berbicara merupakan cara untuk berkomunikasi dalam kehidupan manusia sehari- hari agar timbul saling pengertian diantara sesama. Sebagai fungsi untuk berbicara gigi sangat diperlukan untuk mengeluarkan bunyi ataupun huruf-huruf tertentu seperti huruf T, V, F dan S. 3). Estetika

  Estetika dalam bidang kedokteran gigi adalah berhubungan langsung dengan perasaan indah bagi seseorang. Jika seseorang kehilangan gigi depan ( misalnya gigi incisivus, caninus) maka orang tersebut akan terlihat kurang keindahan, malu untuk tertawa karena timbul rasa kurang percaya diri.

  4) Menjaga kesehatan rongga mulut dan rahang

  Banyak hal yang akan terjadi jika gigi hilang. Diantaranya gangguan pengunyahan makanan, susunan gigi menjadi tidak teratur, migrasi dalam bentuk kemiringan letak, rotasi dan ekstraksi, terjadinya diastema, gingivitis, pembentukan saku gusi, karies, tulang alveolar yang berkurang (resorpsi), gangguan pada sendi rahang dan penyakit pada jaringan periodontal (Ramadhan, 2010).

  C. Gigi sehat

  Gigi dikatakan sehat, apabila gigi dapat berfungsi dengan baik tanpa ada keluhan rasa sakit atau nyeri serta tidak menimbulkan bau yang tidak sedap (Helianti,2012).

  Gambar 1. Gigi Sehat

  ( Sumber : Vhyanrh.wordpress.com)

  D. Pengertian Karies

  Karies merupakan penyakit jaringan keras gigi, yaitu email, dentin, sementum, yang disebabkan oleh aktifitas suatu jasad renik dalam suatu karbohidrat yang dapat diragikan. Tandanya adalah demineralisasi jaringan keras gigi yang kemudian diikuti oleh kerusakan bahan organiknya. Akibatnya, terjadi invasi bakteri dan kematian pulpa serta penyebaran infeksinya ke jaringan periapeks yang dapat menyebabkan nyeri ( Edwin. A. M Kidd,1991).

  Karies berasal dari bahasa latin yaitu caries yang artinya kebusukan. Karies gigi adalah suatu proses kronis regresif yang dimulai dengan larutan mineral email sebagai akibat terganggunya keseimbangan antara email dan sekelilingnya yang disebabkan pembentukan asam mikrobial dan subsrat sehingga timbul dektruksi komponen- komponen yang akhirnya terjadi interaksi dari bakteri di permukaan gigi, plak atau biofilm, dan diet (khusunya komponen karbohidrat yang dapat difermentasikan oleh bakteri plak menjadi asam,tertuma asam latat dan asetat) sehingga terjadi dimenaralisasi jaringan karies gigi dan memerlukan cukup waktu untuk kejadiannya (Putri,dkk 2010).

  • –bakteri ini biasanya tumbuh dari sisa
  • –sisa makanan yang membusuk, lambat laun bakteri ini akan bertambah banyak dan menghasilkan asam yang dapat merusak email gigi. Email dibawa plak mengalami demineralisasi, demikianlah tejadinya karies ( Sutriyanto 2012).

  Karies gigi adalah proses kerusakan gigi yang dimulai dari enamel terus ke dentin. Proses tersebut terjadi karena sejumlah faktor didalam mulut yang berinteraksi satu sama lain (Suwelo, 1992).

  Karies gigi adalah gigi berlubang disebut karies gigi . Karies akan mengakibatkan kerusakan struktur gigi sehingga terbentuk lubang (Pratiwi, 2009).

  Karies adalah kerusakan yang terbatas pada jaringan gigi mulai dari email gigi hingga menjalar ke dentin ( Kusumawardani,2011).

  Plak adalah merupakan deposit lunak yang melekat erat pada permukaan gigi, terdiri atas mikroorganisme yang berkembang biak dalam suatu matrik interseluler jika seorang melalaikan kebersihan gigi dan mulut (Putri dkk,2005). Dengan adanya berbagai kemajuan di bidang teknologi perubahan pola hidup sehat serta pola makanan masyarakat, diperkirakan konsumsi makanan yang mengandung karbohidrat dan gula di masa mendatang akan meningkat. Makanan tersebut antara lain biskuit, kue, coklat. permen, roti dan sebagainya.Makanan ini umumnya lengket dan mudah melekat pada pemukaan gigi dan menyebabkan timbulnya plak bila tidak dibersihkan. pula streptococus lain yaitu yang berbentuk batang yang menyertai bakteri streptococus mutans. Bakteri

  b. Saliva

  Saliva memegang peranan yang penting dalam proses pencernaan. Dalam proses pencernaan di dalam mulut terjadi kontak antara gigi dan makanan dengan saliva, di dalam mulut selalu ada saliva yang berkontak dengan gigi sehingga berperan dalam kelestarian gigi saliva juga dapat menjadi self cleansing sehingga secara tidak langsung membantu membersihkan plak atau debris yang menempel pada permukaan gigi (Suwelo, 1992).

  Mulut merupakan pintu masuk makanan dan minuman kedalam tubuh manusia. Beraneka ragam makanan dan minuman masuk kedalam tubuh melalui mulut. Maka perlu dilumatkan dengan cara dikunyah di dalam mulut proses pelumatan oleh gigi di bantu oleh saliva.

1. Penyebab Karies Gigi a. Plak

  Para ahli mengatakan bahwa fungsi saliva sebagai pelicin, pelindung, buffer (penyangga). Pembersih, anti pelarut dan bakteri. Namun saliva memegang peranan penting dalam pembentukan plak gigi, saliva juga merupakan media yang baik untuk kehidupan bakteri tertentu yang berhubungan terjadinya karies gigi (Suwelo, 1992).

  c. Permukaan dan Bentuk Gigi

  Bentuk dari pada gigi yang mempengaruhi permukaan oklusal di dalam sehingga memudahkan urutan kerja diantara terjadinya karies. tertimbunya makanan. Gigi dengan fissure yang dalam mengakibatkan sisa-sisa makanan mudah melekat dan bertahan, sehingga produksi asam bakteri akan berlangsung dengan cepat dan menimbulkan karies (Tarigan,1999).

d. Karbohidrat yang dapat difermentasikan

  Bakteri pada mulut seseorang Gambar 2. Proses Karies Gigi akan mengubah glukosa, fruktosa, dan sukrosa menjadi asam laktat melalui sebuah proses glikolisis yang disebut fermentasi. Bila asam ini mengenai gigi dapat menyebabkan

  MIKROORGANIS

  demineralisasi. Proses sebaliknya,

SALIVA ME PLAK

  remineralisasi dapat terjadi bila pH telah dinetralkan. Mineral yang diperlukan gigi tersedia pada air liur

  DIET

  dan pasta gigi berfluorida dan cairan

GIGI KARIES SUKROSA

  pencuci mulut. Karies lanjut dapat ditahan pada tingkat ini. Bila demineralisasi terus berlanjut, maka akan terjadi proses perubahan ( Pramesti,2012).

  WAKTU SALIVA e.Waktu

  Tingkat frekuensi gigi terkena dengan lingkungan yang kariogenik dapat memengaruhi Sumber: (Putri dkk,2011). perkembangan karies. Setelah seseorang mengkonsumsi makanan mengandung gula, maka bakteri pada

  3. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi mulut dapat metabolisme gula Terjadinya Karies Gigi menjadi asam dan menurunkan pH.

  Banyak sekali faktor-faktor yang pH dapat menjadi normal karena mempengaruhi terjadinya karies. Makin dinetralkan oleh air liur dan proses dekat manusia hidup dengan alam sebelumnya telah melarutkan mineral semakin sedikit dijumpai karies pada gigi.Demineralisasi dapat terjadi giginya. setelah 2 jam. Dengan pH normal = 7

  Dengan semakin canggih pabrik ( Massler,2000). makanan, maka semakin tinggi juga fermentasi karies pada masyarakat.

  Dibawah ini akan diterangkan hal yang 2.

   Proses Terjadinya Karies

  dapat mempengaruhi terjadinya karies: Makanan Menyikat gigi Makanan sangat berpengaruh Dengan menggunakan sikat terhadap gigi dan mulut ( Tarigan, gigi merupakan bentuk 1990). pembersihan plak secara mekanis. pengaruh makanan terhadap gigi dan Sebagimana diketahui, plak mulut menjadi : adalah faktor penyebab gigi a. berlubang atau karies. Tujuan

  Isi dari makanan yang menghasilkan energi menyikat gigi adalah untuk Misalnya : karbohidrat, memelihara kebersihan dan protein, lemak, vitamin serta kesehatan mulut terutama gigi mineral-mineral. dan jaringan sekitarnya, Unsur-unsur diatas tersebut menimbulkan rasa segar dengan diatas berpengaruh pada masa pasta gigi sehingga karies dapat pra-erupsi dan pasca erupsi dicegah. (Natalina, 2009). dari gigi geligi b.

  3. Penggolongan Karies

  Fungsi mekanisme dari makanan yang dimakan

  1. Berdasarkan cara meluasnya karies gigi Makan-makanan yang a.Penetrierend karies. bersifat membersihkan gigi, Karies yang meluas dari merupakan salah satu cara email ke dentin dalam bentuk pembersihan gigi secara kerucut. Perluasannya secara langsung, tentu saja akan penetrasi, yaitu merembes kearah mengurangi kerusakan gigi. dalam (Tarigan,1990). Makanan yang bersifat

  b. Unterminirende karies membersihkan ini contonya Karies yang meluas dari adalah : apel, jambu air, tebu, email ke dentin dengan jalan meluas bengkoang dan lain-lain. kearah samping, sehingga Sebaliknya makanan yang menyebabkan bentuk seperti periuk lunak dan melekat pada gigi (Tarigan, 1990). seperti : permen, coklat, biscuit.

  2. Berdasakan stadium karies

  a. Karies Surperfisialis 2.

  Dimana karies baru mengenai Pengetahuan

  Kurangnya pengetahuan enamel saja, sedangkan dentin seseorang terhadap pentingnya belum terkena kesehatan gigi, merupakan salah

  Gambar 3. Karies Superfisialis

  satu faktor pendukung berkembangnya karies gigi. Sebagian besar masyarakat Indonesia mengaggap bahwa kebersihan gigi dan mulut tidak terlalu penting, mereka baru merasakan pentingnya penyuluhan kesehatan gigi terhadap orang tua dan anak dengan harapan dapat mengubah pandangan mereka tentang pentingya kesehatan gigi dan

  ( Sumber : http://repository.usu.ac.id , 2009) mulut (Suwelo,1992).

  b. Karies Media dentin, tetapi belum melebihi setengah dentin.

  Gambar 4. Karies Media ( Sumber : http://repository.usu.ac.id , 2009)

  c. Karies Propunda Dimana karies sudah mengenai lebih dari setengah dentin dan kadang –kadang sudah mengenai pulpa. Karies profunda ini dapat kita bagi lagi atas:

  1. Karies profunda stadium 1 Karies telah melewati setengah dentin biasanya radang pulpa belum dijumpai 2. Karies profunda stadium II

  Masih dijumpai lapisan tipis yang membatasi karies dengan pulpa. Biasanya disini telah terjadi radang pulpa

  3. Karies profunda stadium III Pulpa telah terbuka. Dijumpai bermacam-macam radang pulpa.

  Gambar 5. Karies Profunda

   ( Sumber : http://repository.usu.ac.id , 2009)

  3. Berdasarkan banyaknya permukaan gigi yang terkena karies.

  a. Simpel karies Karies yang dijumpai pada satu permukaan saja b. Kompleks karies Karies yang sudah luas dan mengenai lebih dari satu bidang permukaan gigi

  (Tarigan, 1990).

  4. Sifat-sifat karies gigi a.

  Karies dapat terjadi pada setiap gigi sulung maupun gigi permanen b. Karies dapat terjadi pada setiap permukaan gigi baik oklusal, mesial, distal, lingual, karies dapat terjadi setiap saat sesudah gigi tumbuh dan terlihat didalam rongga mulut. Jadi meskipun gigi belum tumbuh sempurna sesudah ada kemungkinan terkena karies c.

  Karies tidak mengenal jenis kelamin , jadi dapat menyerang baik pria maupun wanita d. Karies tidak mengenal ras, artinya dapat menyerang segala bangsa baik berkulit putih maupun warna kulit lainya

  Pengaruh ras terhadap terjadinya karies gigi amat sulit ditentukan. Tetapi keadaan tulang rahang suatu ras bangsa mungkin berhubungan dengan persentase karies yang meningkat atau menurun. Misalnya pada ras tertentu dengan rahang yang sempit sehingga gigi pada rahang tidak teratur. Hal ini akan mempersulit pembersihan gigi (Tarigan, 2000).

  5. Akibat Karies

  Akibat yang timbul pada penyakit karies ini adalah sebagai berikut:

  3. Gigi akan mengalami kematian sehingga gigi tidak bisa dipertahankan 4. Menganggu aktifitas sehari-hari.

  Pengaturan Diet Tidak ada diet yang mengandung karbohidrat yang tidak terfermentasi, yang tidak dapat menyebabkan karies pada manusia.

  Prevalensi karies diseluruh dunia adalah sebanding dengan konsumsi fermentasi karbohidrat. Selama perang dimana dibeberapa negara persediaan gula sangat terbatas maka prevalensi karies sangat menurun.

6. Pencegahan Karies

  1. Tindakan pra erupsi Tindakan ini ditujukan kepada kesempurnaan struktur enamel dan dentin atau gigi pada pada umumnya. Seperti kita ketahui yang mempengaruhi pembentukan dan pertumbuhan gigi kecuali protein untuk pembentukan matriks gigi, juga terutama vitamin dan zat mineral mempengaruhi atau menentukan kekuatan dan kekerasan gigi.

  Oleh karena itu ibu-ibu yang hamil sebelum terjadinya pengapuran pada gigi bahkan dapat diberi makanan yang mengandung unsur- unsur yang dapat menguatkan enamel dan dentin.

  2. Tindakan pasca erupsi Pada dasarnya hampir sama dengan pra erupsi hanya ditambah dengan: a.

  Kebersihan gigi dan mulut yang harus diperhatikan supaya tetap sehat b. Pemeriksaan berkala 6 bulan sekali c.

  Makanan yang menguatkan gigi dan gusi d.

  Pencegahan karies gigi bertujuan untuk mempertinggi taraf hidup dengan memperpanjang kegunaan gigi dan mulut. Pencegahan karies gigi dapat dibagi atas 2 bagian yaitu:

  2. Pasca erupsi

  1. Pra erupsi

  2. Plak kontrol Plak kontrol merupakan tindakan –tindakan pencegahan menumpuknya dental plak dan deposit-deposit lainnya pada permukaan gigi dan sekitarnya. Suatu program yang berhasil mengurangi plak akan berpengaruh pada pengurangan keparahan penyakit periodontal dan kerusakan gigi 3.

  Penggunaan fluor.

  Penggunaan fluor merupakan metode yang paling efektif untuk mencegah timbulnya dan berkembangnya karies gigi. Penggunaan flour ini perlu didukung oleh sikap perorangan yang positif terhadap kesehatan gigi ,

  Fluor selain mempunyai pengaruh pada gigi sebelum erupsi (pra erupsi) juga mempengaruhi gigi sudah erupsi (pasca erupsi). Proses bersenyawanya flour dengan gigi sebelum erupsi berbeda dengan proses erupsi, karena sesudah erupsi proses ini di pengaruhi oleh pematangan pasca erupsi dari enamel. Pengaruh terbesar dari fluor dalam masa pasca erupsi gigi terjadi pada tahun-tahun pertama, dan dalam tahun-tahun berikutnya kehidupan bakteri yang ada didalam plak.

  E. Cara Menjaga Kesehatan Gigi Anak Usia Sekolah a.

  Perhatian Orang tua Fase perkembangan anak usia sekolah masih sangat tergantung pada pemeliharaan dan bantuan orang dewasa dan pengaruh paling kuat dalam

  Kesehatan badan Metode-metode yang digunakan untuk mengurangi aktivitas karies dibuat secara sistematis berdasarkan gangguan terhadap kerja bakteri dalam fermentasi karbohidrat, dibagi atas 3 golongan kerja : halnya dalam bidang kesehatan, peranan seorang ibu sangat menentukan, biasanya ibu yang pertama kali merawat dan menjumpai keadaan kesehatan anaknya (Suwelo,1992).

  b.

  Menyikat gigi yang benar dan waktu yang tepat Tujuan menyikat gigi adalah untuk memelihara kebersihan dan kesehatan mulut terutama gigi dan jaringan sekitarnya. Cara-cara pemeliharaan yang dikenal dan mudah pengerjaannya adalah menyikat gigi. Teknik menyikat gigi yang baik dan benar adalah : 1). Menyikat permukaan gigi bagian luar yang menghadap ke bibir dan pipi dengan menggunakan teknik modifikasi Bass. Mulai rahang atas terlebih dahulu lalu dilanjutkan dengan yang rahang bawah. 2). Menyikat permukaan kunyah gigi pada lengkung gigi sebelah kanan dengan gerakan maju mundur, atau mungkin boleh juda dengan sedikit di putar dan kiri dengan sebanyak 10-20 kali gosokan juga. Lakukan pada rahang atas terlebih dahulu dulu lalu dilanjutkan dengan rahang bawah. Bulu sikat gigi diletakkan tegak lurus menghadap permukaan kunyah gigi. 3). Menyikat permukaan dalam gigi yang menghadap ke lidah dan langit- langit dengan menggunakan modifikasi Bass untuk lengkung gigi sebelah kanan dan kiri. Untuk lengkung gigi bagian depan dapat Anda bersihkan dengan cara memegang sikat gigi secara vertical menghadap ke depan. Lalu gunakan ujung sikat dengan gerakan menarik dari gusi kearah mahkota gigi. Lakukanlah pada rahang atas terlebih dulu dan dilanjutkan dengan rahang bawah. 4). Terakhir, sikat gigi pula permukaan lidah untuk membersihkan bakteri yang berada di yang kasar dan berpapil membuat bakteri mudah menempel di sana. Selain dengan sikat gigi, Anda juga bisa membersihkan lidah dengan menggunakan sikat lidah, lidah yang bersih juga akan membuat mulut Anda terasa lebih segar ( Ramadahn, 2010 ).

  Waktu terbaik untuk menggosok gigi adalah setelah makan dan sebelum tidur. Menggosok gigi setelah makan bertujuan mengangkat sisa-sisa makanan yang menempel dipermukaan ataupun di sela-sela gigi dan gusi. Sedangkan menggosok gigi sebelum tidur berguna untuk menahan perkembangbiakan bakteri dalam mulut karena dalam keadaan tidur tidak diproduksi ludah yang berfungsi membersihkan gigi dan mulut secara alami (Kusumawardani, 2011).

  c.

  Memilih sikat gigi yang benar Sikat gigi yang baik memenuhi syarat-syarat sebagai berikut: 1.

  Tangkai lurus dan mudah dipegang

  2. Kepala sikat gigi kecil, sebab jika besar tidak dapat masuk kebagian – bagian yang sempit di dalam mulut 3. Bulu sikat gigi harus lembut dan datar

  (Ircham,2005).

  d. Pemberian makanan bergizi Susu sangat baik untuk kesehatan gigi, karena sangat kaya akan kalsium.

  Makanan lain yang juga banyak mengandung kalsium adalah keju. Keju merupakan olahan dari susu yang selain kaya kalsium juga mengandung fosfat yang membantu mengurangi proses mengurangi pelunakan email yang mengakibatkan gigi berlubang (Afriliana,dkk,2006). Serta memberikan makanan yang dapat dan sayur-sayuran yang berserat dan mengandung air.

  Contoh buah-buahan yang menyehatkan gigi a.

  (Hutabarata, 2009). c.Penghitungan DMF-T

  Penentuan def-t

  c.

  2) Gigi susu dengan tumpatan tanpa karies (Depkes, 1995).

  f= filling

  1) Gigi susu di cabut dengan karies

  e = extraksi

  2) Gigi susu yang di tambal dengan karies sukunder

  1) Gigi susu yang mengalami karies gigi

  d= decay

  Penentuan skor def-t

  Pengertian def-t def_t adalah suatu keadaan gigi di mana dilakukan pemeriksaan pada gigi geligi susu seseorang yang pernah mengalami kerusakan, hilang dan perbaikan yang disebabkan penyakit karies (Depkes,1995). Angka yang menunjukan klinis penyakit karies gigi susu yang meliputi gigi yang masih dapat ditambal, gigi yang telah/ harus dicabut, dan gigi yang telah dilakukan perawatan/ penambalan (Herijulianti,2001) b.

  G. Indeks karies untuk gigi anak-anak (def-t) a.

  Jumlah keadaan gigi yang mengalami kerusakan, hilang, dan perbaikan, pada gigi tetap yang disebabkan oleh karies DMF-T= D+M+F

  1) Gigi tetap dengan tumpatan tanpa karies

  Jambu b.

  F=Filing

  2) Gigi tetap dicabut karena sebab lain (usia >30 tahun)

  1) Gigi tetap dicabut karena karies (usia <30 tahun)

  1 ) Gigi tetap yang mengalami karies gigi 2) Gigi tetap yang di tambal dengan karies sekunder

  D = Decay

  b. Penentuan Skor DMF-T Untuk Pemeriksaan dilakukan dengan pemeriksaan sebagai berikut:

  Indeks karies gigi permanen meliputi kerusakan, pencabutan, dan penambalan. Di mana setiap gigi hanya memperoleh satu skor D atau M atau F, dilihat mana yang lebih parah (Priyono,2010).

  a.Pengertian DMF-T DMF_T adalah suatu keadaan gigi di mana dilakukan pemeriksaan pada gigi geligi tetap atau permanent, seseorang yang pernah mengalami penyakit karies, hilang dan perbaikan (Depkes, 1995).

  e. Membawa Anak ke Dokter Gigi Setiap 6 bulan sekali untuk periksa ke dokter gigi guna untuk mengetahui kerusakan gigi sedini mungkin (Depkes RI ,1995).

  Kangkung

  Katu c. Bayam d.

  Kubis b.

  Semangka Contoh sayuran-sayuran yang menyehatkan gigi a.

  Mangga c. Pepaya d.

F. Indeks Karies untuk gigi dewasa (DMF- T)

   Alat

  yang mengalami Alat yang dipakai dalam kerusakan, hilang, dan penelitian ini adalah : perbaikan pada gigi susu.

  a.

  Kaca mulut def-t= d+e+f b.

  Sonde c. Nier bekken d. Pincet

III. METODE PENELITIAN e.

  Senter f. Masker A. g.

   Desain Penelitian Handscoon

  Metode penelitian yang dilakukan pada penelitian ini adalah

  2. Bahan

  metode deskriftif analitik. Bahan yang dipakai dalam penelitian ini adalah :

B. Waktu dan Tempat Penelitian 1.

  a.

   Waktu Penelitian Alkohol 70 %

  Penelitian ini dilaksanakan pada b.

  Cotton roll atau tissue roll bulan April tahun 2012.

2. E. Tempat Penelitian Prosedur dan Cara Kerja

  Penelitian ini dilaksanakan di SD Tahap I Negeri 94 Silaberanti Palembang.

  1. Menentukan waktu pemeriksaan C.

  2. Populasi dan Sampel Penelitian Menyiapkan status pemeriksaan 1. kesehatan gigi

   Populasi Penelitian

  Populasi penelitian ini adalah 3.

  Menyiapkan alat dan bahan seluruh siswa-siswi SD Negeri 94 pemeriksaan gigi Silaberanti Palembang yang 4.

  Melakukan pemeriksaan kepada berjumlah 640 orang. seluruh siswa – siswi kelas 4, 5, dan 6 Sekolah Dasar Negeri 94 Silaberanti Palembang yang untuk mencari sampel penelitian,

  2.

  yaitu siswa-siswi yang telah

   Sampel Penelitian

  Pengambilan sampel melakukan penambalan dengan dilakukan secara Non Probability cara : sampling dengan menggunakan

  a. Mempersilahkan pasien duduk metode Purposive sampling di di kursi pemeriksaan dengan mana pengambilan sampel penerangan yang cukup. didasarkan pada suatu

  b. Pemeriksaan di mulai dari pertimbangan tertentu yang rahang bawah kiri ke kanan dan dibuat sendiri oleh si peneliti, rahang atas kanan ke kiri. berdasarkan ciri atau sifat-sifat

  c. Pemeriksaan dilakukan dengan populasi yang sudah diketahui menggunakan basic instrument peneliti sebelumnya dan bahan yang telah (Notoadmojo, 2010). disediakan. Basic instrument di Adapun kriteria sampel yang desinfeksikan terlebih dahulu diambil yaitu : sebelum dipakai untuk pasien a. selanjutnya dengan kapas yang

  Siswa - siswi kelas 4, 5, dan 6 Sekolah Dasar 94 sudah di olesi alkohol 70 %.

  Silaberanti Palembang

  b. Sampel mudah diajak

  Tahap II bekerja sama.

D. Persiapan Alat dan Bahan

  Mengidentifikasi responden yang memiliki karies tapi tidak melakukan penambalan.

2. Penghitungan DMF-T

  NO Kategori Jumlah Rata- rata

  D+M+F DMF-T rata-rata = Jumlah orang yang diperiksa

  Rata-rata DMF-T D = 782 287 = 2,72 M = 0 287 = 0 F = 18 287 = 0,06

  Rata-rata DMF-T dan PTI pada Siswa-siswi di SD Negeri 94 Silaberanti Palembang tahun 2012 1.

  Sumber: data primer 2012

  2 DMF-T 800 2,78

  18 0,06

  1 D 782 2,72 M F

  Tabel.1 Rata-rata indek DMF-T pada siswa-siswi kelas IV,V,dan VI. Di SD N 94 Silaberanti Palembang tahun 2012

  Rumus yang digunakan untuk menghitung DMF-T : DMF-T = D + M + F

  Dari sampel tersebut diketahui indek rata DMF-T dan persentase usaha mempertahankan gigi (PTI) sebagai berikut:

  Dari hasil penelitian yang dilakukan di Sekolah Dasar Negeri 94 Silaberanti Palembang pada tahun 2012, dengan jumlah sampel sebanyak 287 orang. yang sesuai kriteria yang diambil dari kelas 4, 5, dan 6.

  F. Analisa Data Pada penelitian ini analisa data yang digunakan adalah analisa Univariate yang dilakukan terhadap variabel dari hasil penelitian. Analisa ini hanya menghasilkan distribusi dan persentasi dari tiap variabel.

  2. Dibawah 50 % = Buruk

  1. Diatas 50% = Baik

  Jumlah gigi dengan F PTI = x 100% Jumlah gigi dengan DMF-T

  Penghitungan PTI Rumus yang digunakan untuk menghitung PTI:

  Kategori DMF-T menurut WHO : 0,0 – 1,1 = sangat rendah 1,2 – 2,6 = rendah 2,7 – 4,4 = sedang 4,5 – 6,5 = tinggi 6,6 > = sangat tinggi 3.

  Jumlah D+M+F DMF-T rata-rata = Jumlah orang yang periksa

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian

  287 = 2.78

  Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa dari 287 sampel siswa-siswi SD N 94 Silaberanti Palembang yang memiliki D ( Decay ) sebanyak 782 gigi dengan rata-rata adalah ( 2,72) yang memiliki M ( Missing ) sebanyak 0 gigi adalah ( 0 ), dan yang memiliki F (Filling) sebanyak 18 gigi dengan rata-rata adalah ( 0,06 ) dan diperoleh indek rata-rata DMF-T adalah ( 2,78) berarti rata- rata kerusakan gigi di SD 94 ini 2 gigi perorang.

  Tabel 2. Persentase Tingkat Pencapaian PTI ( Performed Treatment Index) pada siswa- siswi kelas IV,V,dan VI. Di SD N 94 Silaberanti Palembang tahun 2012

  NO DMF-T F PTI 1 800 18 2.25%

  Sumber : data primer 2012 2.

  Persentase PTI PTI = 18 x 100% 800 = 2,25 %

  Dari tabel diatas dari jumlah 287 anak SD N 94 Silaberanti Palembang yang diperiksa dapat diketahui DMF-T 782 dengan rata-rata (2,78),sedangkan jumlah gigi yang dilakuka penambalan ( Filling ) adalah sebanyak 18 gigi dengan rata-rata ( 0.06 ). Sehingga diperoleh persentase Usaha mempertahankan gigi ( PTI ) adalah sebanyak 2.25%

  Jadi persentase usaha mempertahankan gigi ( PTI ) di SD N 94 Silaberanti Palembang sangat rendah yaitu 2.25% B.

   Pembahasan

  Dari hasil penelitian diatas diperoleh index rata-rata pengalaman karies gigi tetap (DMF-T) pada siswa-siswi di SD Negeri 94 Silaberanti Palembang tahun 2012 tergolong sedang dengan rata-rata (2,78) sedangkan sampel yang diperiksa adalah sebanyak 287 dengan jumlah DMF-T adalah 800 gigi. Didapatkan gambaran tingkat pencapaian PTI pada siswa siswi di SD N 94 Silaberanti Palembang tahun 2012 masih sangat rendah yaitu (2,25%) padahal indikator derajat kesehatan gigi yang telah ditetapkan lebih kecil atau sama dengan tiga dengan PTI lebih besar dari 50 %.

  Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor yaitu kurangnya penyuluhan tentang kesehatan gigi terutama manfaat dari unit pelayanan kesehatan gigi, sehingga pengetahuan yang kurang menyebabkan kesadaran guru dan orang tua kurang. Pengetahuan yang kurang menyebabkan kesadaran pun ikut berkurang bahkan tidak ada kesadaran untuk menjaga kesehatan gigi dan mulut dengan memanfaatkan pelayanan kesehatan gigi yang ada.

  Serta faktor kebiasaan diet makanan anak yaitu makanan yang manis dan lengket masih tinggi yang dapat mengakibatkan terjadinya karies gigi serta kurangnya makanan yang berserat dan mengandung air dimana makanan tersebut dapat menyehatkan gigi dan mulut.

  Selain itu, pemanfaatan unit pelayanan kesehatan gigi dan skor DMF- T dipengaruhi oleh faktor ekonomi atau pendapatan orang tua. Walaupun ada program berobat gratis namun untuk perawatan gigi misalnya penambalan dan skalingmasih ditarik biaya yang cukup tinggi kecuali jika ada asuransi pemerintah seperti askes dan jaminan sosial kesehatan lainya.

   V. KESIMPULAN DAN SARAN

  Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai Gambaran DMF-T dan Tingkat Pencapaian PTI pada siswa-siswi SD Negeri 94 Silaberanti Palembang. Maka peneliti menyimpulkan sebagai berikut:

  1. Berdasarkan data yang didapatkan index rata-rata pengalaman karies gigi tetap (DMF-T) pada siswa-siswi di SD Negeri 94 Silaberanti Palembang tahun 2012, dengan angka DMF-T sebanyak 800 dengan rata-rata (2,78) sedangakn sampel yang diperiksa adalah sebanyak 287, hal ini menunjukan masih tingginya karies.

  2. Berdasarkan data yang didapatkan persentase tingkat pencapaian PTI (Performed Treatment Index) pada siswa-siswi di SD Negeri

  94 Silaberanti Palembang tahun 2012 adalah ( 2,25%). Dengan demikian usaha untuk mempertahankan kesehatan gigi dengan melakukan penambalan di SD tersebut masih sangat rendah.

  B.

  Saran Dari kesimpulan diatas maka saran yang dapat penulis berikan guna meningkatkan mempertahankan kesehatan gigi dan mulut terutama pada anak sekolah dasar adalah sebagai berikut :

  1. Perlu diberikan penyuluhan kepada anak-anak di SD Negeri

  94 Silaberanti Palembang, berkunjung ke dokter gigi/ Puskesmas terdekat secara berkala setiap 6 bulan sekali sehingga masalah-masalah kesehatan gigi dapat diketahui sedini mungkin dan dapat diberikan perawatan yang tepat. Diharapkan dengan adanya penyuluhan, siswa-siswi dapat mengerti dan dapat menjaga kesehatan gigi dan mulut, dengan baik.

  2. Untuk menurunkan angka rata-

  rata DMF-T tidak bertambah perlu dilakukan usaha preventif berupa topikal aplikasi dan fissure sealent.

  3. Selain dilakukan usaha promotif dan preventif perlu juga dilakukan usaha kuratif berupa penambalan.

  4. Memotivasi siswa agar dapat menjaga kesehatan gigi dan mulutnya 5. Diharapkan pada orang tua untuk lebih berperan aktif serta menanamkan kesadaran terhadap anak-anak akan pentingnya menjaga kesehatan gigi dan mulut.

  6. Diharapkan sekolah-sekolah dapat menjalankan program UKGS 7. Diharapkan instansi kesehatan yang terlibat langsung dapat lebih meningkatkan sarana dan prasarana kesehatan gigi yang ada

  DAFTAR PUSTAKA Be Kien Nio.1978. Preventev Dentistre.

  Bandung Edisi II.SPRG Depkes. 2010. Kebijakan Pelayanan Kedokteran Gigi Keluarga . Jakarta : Depkes RI Depkes.1999. Departemen Kesehatan. Jakarta : Depkes Ri Depkes RI.1995. Pendidikan Kesehatan Gigi Dan Mulut . jakarta : Departemen Kesehatan Edwina, dkk.1992. Dasar-dasar Karies Penyakit Penanggulangannya . Jakarta : EGC

  

Herijulianti, dkk. 2001. Pendidikan www.goegle.co.id/url?sa=t&rct=j&q=PTI

  • Kesehatan+gigi

  Kesehatan Gigi . Jakarta:EGC Hutabarata,Natalina.2009.http:/repository. usa.ac.id/bitstream/123456789/680 Tarigan, Rasinta.1995. Karies Gigi. 3/1/09E02237.pdf.

  Jakarta:Buku Kedokteran EGC Sihotang. Ircham, dkk.2005. Menjaga Kesehatan 2012.

  Gigi dan Mulut Anak-anak Ibu Repositrori.usa.ac.id/bitstream/12345678

  Hamil . Yogyakarta: Pitramaya 9/20092/.../Chapter%20II.pdf.

  Itjingningsih W.H. 1991. Anatomi Gigi.

  Suwelo, Ismu Suharsono. 1992. Karies Jakarta : EGC Gigi Pada Anak Dengan Pelbagai Faktor Etiologi . Jakarta : EGC

  Kusumawardani. 2002. Buruknya Kesehatan Gigi dan Mulut .

  WWW.Republika.co.id .Sutriyanto.2011 Yokyakarta: Hanggar Kreator http://www.google.co.id/search?q=mengh

  Notoadmojo, suekidjo. 2005. Promosi itung+DMF-

  Kesehatan. Jakarta: Pt. Rienika Cipta T+menurut+WHO&ie=utf- 8&oe=utf- Notoatmojo, Soekidjo. 2010. Metodelogi 8&aq=t&rls=org.mozilla:en-

  Penelitian Kesehatan . Jakarta : PT US:official&client=firefox-a Rineka Cipta

  Putri,dkk. 2011. Ilmu pencegahan penyakit jaringan keras dan jaringan pendukung gigi .jakarta: EGC Pratiwi,Dona. 2009. Gigi Sehat dan Cantik. Jakarta: kompas cetakan Pertama Ramadahan Ardiyan. 2010. Serba Serbi Kesehatan Gigi Dan Mulut . Jakarta : Bukune Riset Kesehatan Dasar. 2007. Badan penelitian Dan pengembangan Kesehatan Dalam URL

Dokumen yang terkait

BAB I PENDAHULUAN - Makalah Analisi Struktur Puisi “Meniti Tasbih”

1 90 31

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP DENGAN PERIL.dKU MENCUCI TANGAN DENGAN BENAR PADA SIS1VA KELAS V SDIT AN-NIDA' KOTA LUBT]KLINGGAU TAHUN 2013 Zuraidah, Yeni Elviani

0 1 5

Hubungan Fengetahuan Sikap Dan Penyuluhan Petugas Kesehatan Dengan Upaya Pencegahan Penyakit Demam Berdarah Dengue Di Kelurahan Dusun Baturaja Witayah Kerja UPTD Puskesmas Kemalaraja Kecamat

0 0 12

ABSTRAK FAKTOR.FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN MUTU PELAYANAN KEPBRAWATAN PADA UPTD PUSKESMAS RAWAT INAP MUARA DUA KECAMATAN MUARA DUA KABUPATBN OKU SELATAN 2014

0 0 23

FAKTOR.FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN BERAT BADAN LAHIR RENDAH DI RSUD DR.IBNU SOETOWO BATURAJA TAHUN 2014 – Suparno

0 0 10

Faktor Faktor Yang Berhubungan Dengan Perilaku Seks Pranikah Pada Siswa Kelas X Dan Xl Di SMA Negeri 1 OKU – Eni Folendra Rosa

2 7 22

Hj Zanzlbar, S.Pd.M.Kes ABSTRAK - Hubungan Pola Makan Dan Kebiasaan Merokok Dencan Kejadian Gastritis Pada Pria Dewasa Di Wilayah Kerja Puskesmas Tanjung Agung Kecamatan Baturaja Barat Kabupaten Oku Tahun 2014. Umar Hasan, M

0 1 8

Efektivitas Akupuntur terhadap Persepsi Nyeri Dan Penurunan Tekanan Darah Pada Pasien Hipertensi dikelurahan Sukaraya wilayah kerja UPTD Puskesmas Sukaraya Kecamatan Baturaja Timur OKU 2015

0 2 13

Pengaruh persepsi dan kecemasan mahasiswa tentang pemilihan dosen Pembimbing KTI terhdapat hasil ujian KTI di Prodi Keperawatan Baturajia Tahun 2015.Sapriantopdf

1 3 7

PERBANDINGAN KEBIASAAN MENYIKAT GIGI SETELAH MAKAN PAGI PADA ANAK KELAS II SD ISLAM AZ-ZAHRAH DENGAN ANAK SDN 167 PALEMBANG TAHUN 2010 Listrianah Dosen Jurusan Keperawatan Gigi Poltekkes Kemnekes Palembang ABSTRAK - Perbandingan Kebiasaan Menyikat Gigi Se

0 0 7