BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Faktor-Faktor Yang Berhubungan dengan Tingkat Partisipasi Ibu dalam Penimbangan Balita ke Posyandu di Wilayah Kerja Puskesmas Darussalam Kecamatan Medan Petisah Tahun 2013

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

  Human Development Report (UNDP) menyebutkan Indeks pembangunan

  manusia (IPM) tahun 2011 Indonesia menduduki urutan ke-124 dari 182 negara, terendah diantara negara-negara kawasan Asia Tenggara dan hal ini tentunya erat hubungannya dengan pertumbuhan dan perkembangan anak. Sumber daya manusia yang sehat dan berkualitas merupakan modal utama atau investasi dalam pembangunan kesehatan. Ukuran kualitas SDM dapat dilihat pada Indeks Pembangunan Manusia (IPM), sedangkan ukuran kesejahteraan masyarakat antara lain dapat dilihat pada tingkat kemiskinan dan status gizi masyarakat (Depkes RI, 2007). Upaya pengembangan kualitas SDM dengan mengoptimalkan potensi tumbuh kembang anak dapat dilaksanakan secara merata apabila sistem pelayanan kesehatan yang berbasis masyarakat dapat dilakukan secara efektif dan efisien dan dapat menjangkau semua sasaran yang membutuhkan layanan (Depkes RI, 2006).

  Di Indonesia berdasarkan data sensus penduduk pada tahun 2010 jumlah penduduk sebanyak 237.641.326 jiwa dengan anak usia 0-4 tahun 22.678.702 jiwa.

  Jumlah penduduk di Sumatera Utara sebanyak 12.982.204 jiwa dan jumlah anak usia 0-4 tahun sebanyak 1.450.693 jiwa. Usia 0-5 tahun adalah salah satu sasaran pelayanan kesehatan dan merupakan proporsi yang cukup besar dari komposisi penduduk Indonesia (Syalan, 1996). Menkes RI (2007), mengatakan masa bayi, balita bahkan sejak dalam kandungan merupakan “periode emas” karena jika pada masa tersebut pertumbuhan dan perkembangannya tidak dipantau dengan baik dan terjadi gangguan pertumbuhan dan perkembangan tidak akan dapat diperbaiki pada periode selanjutnya sampai usia dewasa dimana hal ini akan berpengaruh negative pada kualitas generasi penerus (Kemenkes RI, 2007).

  Masalah gizi masih merupakan masalah kesehatan masyarakat utama di Indonesia. Kekurangan gizi belum dapat diselesaikan, prevalensi masalah gizi lebih (obesitas) mulai meningkat khususnya pada kelompok sosial ekonomi menengah ke atas di perkotaan. Dengan kata lain, saat ini Indonesia tengah menghadapi masalah gizi ganda. Hal ini sangat merisaukan karena mengancam kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) yang sangat diperlukan di masa mendatang (Depkes RI, 2007).

  Kekurangan gizi pada umumnya terjadi pada balita karena pada umur tersebut anak mengalami pertumbuhan yang pesat. Balita termasuk kelompok yang rentan gizi di suatu kelompok masyarakat di mana masa itu merupakan masa peralihan antara saat disapih dan mulai mengikuti pola makan orang dewasa.

  Pada Tahun 2005 terdapat sekitar 5 juta balita mengalami gizi kurang diperkirakan masih terdapat sekitar 1,7 juta balita diantaranya menderita gizi buruk yang keberadaannya tersebar di Indonesia. United Nations Children's Fund (UNICEF) melaporkan Indonesia berada di peringkat kelima dunia untuk negara dengan jumlah anak yang terhambat pertumbuhannya paling besar dengan perkiraan sebanyak 7,7 juta balita (Depkes RI, 2007). Berbagai penelitian telah membuktikan ada hubungan yang sangat erat antara kematian bayi dan balita dengan kekurangan gizi. Keadaan gizi yang buruk akan menurunkan daya tahan anak sehingga anak mudah sakit hingga bisa berakibat pada kematian. Badan Kesehatan Dunia WHO memperkirakan bahwa 54% kematian bayi dan anak balita dilatarbelakangi keadaan gizi yang buruk. Menurut Menkes RI (2007), Upaya penanggulangan gizi kurang dan gizi buruk harus mengedepankan upaya-upaya promosi dan pencegahan artinya mengupayakan anak yang sehat agar tetap sehat. Seandainya saja setiap anak ditimbang di posyandu, berat badannya diplot didalam KMS maka dengan mudah ibu dan kader dapat mengetahui gangguan pertumbuhan anak sedini mungkin sebelum anak jatuh pada kondisi gizi kurang atau buruk. Kementrian Kesehatan memprioritaskan untuk selalu meningkatkan fungsi dan kinerja posyandu, utamanya untuk meningkatkan cakupan pemantauan pertumbuhan anak (Kemenkes RI, 2007).

  Pemanfaatan sarana pelayanan kesehatan berbasis masyarakat secara optimal oleh masyarakat seperti Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) merupakan salah satu pendekatan untuk menemukan dan mengatasi persoalan gizi pada balita (Depkes RI, 2006). Posyandu adalah salah satu bentuk Upaya Kesehatan Bersumber Daya Masyarakat (UKBM) yang dikelola dan diselenggarakan dan, oleh, untuk dan bersama masyarakat dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan guna memberdayakan masyarakat dan memberikan kemudahan kepada masyarakat dalam memperoleh pelayanan kesehatan dasar (Depkes RI, 2011).

  Secara kuantitas, perkembangan jumlah posyandu sangat menggembirakan karena di setiap desa ditemukan sekitar 3 sampai 4 Posyandu. Pada saat Posyandu dicanangkan, tercatat sebanyak 25.000 Posyandu, tahun 2004 sebanyak 238.699 Posyandu, dan tahun 2011 meningkat menjadi 268.439 Posyandu. Namun, bila ditinjau dari aspek kualitas, masih ditemukan banyak masalah antara lain kelengkapan sarana dan ketrampilan kader yang belum memadai (Depkes RI, 2011).

  Menurut Depkes RI, 2006, perubahan berat badan balita dari waktu ke waktu merupakan petunjuk awal perubahan status gizi balita. Anak balita sehat, gizi kurang atau gizi lebih (obesitas) khususnya di daerah perkotaan dapat diketahui dari pertambahan berat badannya tiap bulan. Upaya pemantauan terhadap pertumbuhan balita dilakukan melalui kegiatan penimbangan balita di posyandu secara rutin tiap bulannya yang hasilnya dicatat dalam Kartu Menuju Sehat (KMS).

  Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Nasional Tahun 2010 menunjukkan bahwa status gizi kurang balita di Provinsi Sumatera Utara pada Tahun 2010 mencapai 13,5% dengan gizi buruk 21,4% angka ini sedikit berbeda dari Data menurut Profil Kesehatan Sumatera Utara tahun 2010 dengan gizi buruk 20,2% prevalensi gizi buruk di Sumatera Utara masih termasuk dalam kategori tinggi (standar WHO ; 5-9% rendah, 10-19 medium, 20-39% tinggi, >40% sangat tinggi).

  Sebagian besar balita ditimbang di posyandu yaitu sebesar 67,5%, sedangkan ditimbang di puskesmas sebesar 14,5%. Secara umum 26% balita tidak mempunyai KMS, 24% mempunyai KMS tetapi tidak dapat menunjukkan. Hal ini disebabkan KMS yang dimiliki anak yang lebih tua sudah banyak yang hilang atau dibuang.

  Ibu yang tidak menimbang balitanya ke posyandu dapat menyebabkan tidak terpantaunya pertumbuhan dan perkembangan balita dan berturut-turut berisiko keadaan gizinya memburuk sehingga mengalami gangguan pertumbuhan (Depkes RI, 2006). Penelitian Asdhany (2012) menyatakan bahwa semakin tinggi partisipasi ibu balita dalam kegiatan posyandu semakin baik pula status gizi anak balita.

  Dalam penelitian ini yang akan dilihat adalah Faktor-faktor yang berhubungan dengan tingkat partisipasi ibu dalam penimbangan balita ke posyandu. Faktor-faktor tersebut antara lain pendidikan, pekerjaan, pengetahuan, sikap, kehadiran kader, jarak posyandu, kelengkapan peralatan posyandu, sikap kader dan sikap keluarga.

  Angkat (2010) menyatakan bahwa faktor penyebab cakupan penimbangan balita di Desa Penanggalan Kota Subulussalam pada tahun 2008 berada pada posisi paling rendah di tingkat kecamatan yaitu sebesar 28,18%. Widiastuti yang dikutip dalam Gultom (2010) menyatakan ibu balita yang tidak mau datang ke posyandu karena tidak mengetahui manfaat posyandu dan tujuan ibu balita berkunjung ke posyandu untuk memantau perkembangan balitanya melainkan hanya untuk mendapatkan makanan tambahan serta dapat berkumpul dengan ibu balita yang lain. Hartaty (2006) menyatakan ibu balita mengunjungi posyandu hanya didasari faktor kebiasaan orang tuanya ke posyandu, tanpa diawali dengan pengetahuan tentang posyandu.

  Hasil penelitian Hanafiah (2004) di Desa Matang Tepah Kabupaten Aceh Tamiang dapat dilihat tingginya frekuensi pemanfaatan posyandu (12 kali dalam satu tahun) dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain faktor karakteristik ibu bayi/balita yang meliputi pengetahuan dan pendidikan ibu bayi/balita dan faktor jarak posyandu. Hasil Penelitian Gultom (2010) di Desa Binjai Kecamatan Medan Denai menunjukan bahwa pekerjaan, pengetahuan, sikap mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap partisipasi ibu dalam penimbangan balita di posyandu.

  Puspasari (2002) menyatakan bahwa keberhasilan posyandu sangat ditentukan ketersediaan peralatan yang memadai di posyandu. Pada umumnya permasalahan yang dihadapi dalam pelaksanaan kegiatan posyandu adalah partisipasi pengguna posyandu masih rendah, sarana/peralatan di posyandu belum memadai dan kurangnya dukungan dari kader posyandu.

  Cakupan penimbangan balita di Kota Medan dalam Profil Kesehatan Sumatera Utara Tahun 2011 masih tergolong cukup rendah yaitu 251.199 balita yang ada hanya 126.107 balita yang ditimbang (50,20%) dengan gizi kurang 3.223 orang.

Tabel 1.1 Cakupan Penimbangan Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Medan Petisah Tahun 2011

  No. Puskesmas Balita Balita BB Naik % Cakupan % BB yang Ada Ditimbang (N/D) Penimbangan Naik Balita (D/S)

  1. Puskesmas 4.142 2.088 1.522 50,41 72,89 Petisah

2. Puskesmas 3.168 1.115 1.025 35,19 91,93 Darusalam

  3. Puskesmas 2.603 2.431 2.315 93,39 95,23 Rantang

  Sumber : Profil Kesehatan Kota Medan, 2011 Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 741 Tahun 2008 Tentang

  Standard Pelayanan Minimal (SPM) Kesehatan Kabupaten/Kota, cakupan pelayanan anak balita yaitu 90% pada Tahun 2010. Puskesmas Darussalam menargetkan cakupan penimbangan balita mencapai 75%. Berdasarkan Profil Kesehatan Kota Medan Tahun 2011, diketahui bahwa dari 3.168 balita di Wilayah Kerja Puskesmas hanya 1.115 balita yang dtimbang didapat 22 balita BGM (1,97%) dan balita gizi buruk terdapat 2 balita (0,18%).

  Puskesmas Darussalam merupakan salah satu puskesmas yang menjadi pusat pembangunan, pembinaan dan pelayanan kesehatan.

  Berdasarkan survei pendahuluan yang dilakukan dengan wawancara kepada salah seorang petugas gizi Puskesmas yang juga bertugas di Posyandu diketahui bahwa kesadaran masyarakat di Wilayah Kerja Puskesmas Darussalam Kecamatan Medan Petisah dalam kegiatan Posyandu khususnya membawa balitanya untuk ditimbang masih kurang sehingga Puskesmas mengalami kesulitan dalam mendata balita. Sebagian besar ibu bayi/balita hanya membawa anaknya untuk imunisasi dan menimbang anaknya hingga usia tiga tahun, kemudian mereka tidak datang lagi membawa anaknya ke posyandu. Laporan cakupan penimbangan di posyandu adalah cakupan penimbangan bayi hingga usia dibawah tiga tahun (batita) dan keadaan ini menunjukkan pertumbuhan anak balita tidak terpantau, oleh karena itu petugas puskesmas terus mengingatkan ibu bayi/balita pada saat pelaksanaan posyandu untuk rutin memantau pertumbuhan anaknya ke posyandu hingga usia lima tahun.

  1.2 Perumusan Masalah

  Rendahnya cakupan penimbangan balita ke Posyandu di Wilayah Kerja Puskesmas Darussalam.

  1.3 Tujuan Penelitian

  1.3.1 Tujuan Umum

  Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Tingkat Partisipasi Ibu dalam Penimbangan Balita ke Posyandu di Wilayah Kerja Puskesmas Darussalam Kecamatan Medan Petisah Tahun 2013.

  1.3.2 Tujuan Khusus

  1. Mengetahui hubungan factor predisposing yang meliputi tingkat pendidikan, pekerjaan, pengetahuan dan sikap ibu dengan tingkat partisipasi ibu dalam penimbangan balita ke posyandu.

  2. Mengetahui hubungan factor enabling yang meliputi kehadiran kader posyandu, jarak posyandu dari rumah ibu, dan kelengkapan sarana/peralatan posyandu dengan tingkat partisipasi ibu dalam penimbangan balita ke posyandu.

  3. Mengetahui hubungan factor reinforcing yang meliputi sikap kader, sikap keluarga dengan tingkat partisipasi ibu dalam penimbangan balita ke posyandu.

1.4 Manfaat Penelitian 1.

  Sebagai bahan masukan kepada kantor Dinas Kesehatan Kota Medan dalam rangka pembinaan Posyandu.

  2. Memberikan sumbangan pemikiran kepada Puskesmas Darussalam dalam rangka menyusun strategi pembinaan yang efektif dan efisien terhadap posyandu, inovatif dan menarik perhatian masyarakat Di Wilayah Kerjanya.

Dokumen yang terkait

Motivasi Ibu dalam Pemanfaatan Posyandu Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Tegal Sari Medan Tahun 2014

4 75 107

Faktor-Faktor Yang Berhubungan dengan Tingkat Partisipasi Ibu dalam Penimbangan Balita ke Posyandu di Wilayah Kerja Puskesmas Darussalam Kecamatan Medan Petisah Tahun 2013

28 315 123

Pengaruh Dukungan Sosial terhadap Partisipasi Ibu Balita dalam Kegiatan Posyandu di Kelurahan Tampan Wilayah Kerja Puskesmas Tampan Pekanbaru

3 63 105

Pengaruh Karakteristik Ibu Balita terhadap Partisipasi dalam Penimbangan Balita (D/S) di Posyandu Desa Binjai Kecamatan Medan Denai Kota Medan Tahun 2010.

7 87 100

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kelelahan Pengemudi Bus di CV. Makmur Medan Tahun 2014

0 0 8

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang - Perilaku Kader dalam Pemantauan Pertumbuhan Balita di Puskesmas Mandala Kecamatan Medan Tembung

0 1 8

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Hubungan Pengetahuan dan Sikap Ibu Pasangan Usia Subur Tentang Kanker Serviks dengan Pemeriksaan IVA di Wilayah Kerja Puskesmas Padang Bulan Kecamatan Medan Baru Tahun 2014”,

0 0 9

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Faktor-faktor yang Memengaruhi Pemberian Vitamin A kepada Ibu Nifas di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Sawang Kabupaten Aceh Selatan Tahun 2013

0 0 12

D. Data Tingkat Partisipasi Ibu Ke Posyandu - Faktor-Faktor Yang Berhubungan dengan Tingkat Partisipasi Ibu dalam Penimbangan Balita ke Posyandu di Wilayah Kerja Puskesmas Darussalam Kecamatan Medan Petisah Tahun 2013

0 1 19

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Posyandu 2.1.1 Defenisi Posyandu - Faktor-Faktor Yang Berhubungan dengan Tingkat Partisipasi Ibu dalam Penimbangan Balita ke Posyandu di Wilayah Kerja Puskesmas Darussalam Kecamatan Medan Petisah Tahun 2013

1 1 28