BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang - Perilaku Kader dalam Pemantauan Pertumbuhan Balita di Puskesmas Mandala Kecamatan Medan Tembung

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

  Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) bidang kesehatan 2010-2014 menetapkan empat sasaran pembangunan kesehatan, satu diantaranya adalah menurunkan prevalensi gizi kurang menjadi setinggi-tingginya 20%. Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (2010), meskipun ada penurunan prevalensi gizi kurang (dari 18,4% pada tahun 2007 menjadi 17,9% pada tahun 2010), gizi buruk (5,4% pada tahun 2007 menjadi 4,9% pada tahun 2010), dan anak balita pendek (18,0% pada tahun 2007 menjadi 17,1% pada tahun 2010). Sedangkan prevalensi balita sangat pendek hanya sedikit menurun yaitu dari 18,8% pada tahun 2007 menjadi 18,5% tahun 2010. Penurunan juga terjadi pada prevalensi anak kurus, dimana prevalensi balita sangat kurus menurun dari 13,6% tahun 2007 menjadi 13,3% tahun 2010. Meskipun masalah gizi mengalami penurunan, namun persoalan gizi masih harus menjadi prioritas pembangunan, karena anak kerdil merupakan suatu indikator jangka panjang yang cukup baik untuk mengukur kekurangan gizi.

  Provinsi Sumatera Utara merupakan salah satu provinsi dengan masalah gizi buruk yang masih cukup tinggi di Indonesia, yaitu peringkat ke-8 dari 33 provinsi.

  Diperkirakan gizi buruk sebesar 7,8%, sedangkan gizi kurang sebesar 13,5% sehingga total gizi buruk dan kurang sebesar 21,4%. Ditargetkan penurunan masalah gizi sebesar 6% selama kurun waktu 2011-2015 untuk bisa mencapai target MDGs tahun 2015 sebesar 15,5%. Untuk itu diperlukan upaya keras dan sinergitas dengan semua

  

stakeholders dan semua lapisan masyarakat untuk bahu membahu mengatasi permasalahan gizi di Provinsi Sumatera Utara (Dinkes Sumut, 2012). Data Dinas Kesehatan Kota Medan tahun 2011, menunjukkan bahwa penderita gizi buruk mencapai 124 orang (4 orang diantaranya meninggal dunia) dan 1.896 kasus anak gizi kurang.

  Sesungguhnya teknologi untuk mengatasi gizi kurang telah dimiliki, yakni bila posyandu dapat melaksanakan fungsi dasarnya sebagai unit pemantau tumbuh kembang anak, serta menyampaikan peran kepada ibu sebagai agen pembaharuan dan anggota keluarga yang memiliki bayi dan balita dengan mengupayakan bagaimana memelihara anak secara baik, yang mendukung tumbuh kembang anak sesuai potensinya (Depkes RI, 2005).

  Kegiatan bulanan di posyandu merupakan kegiatan rutin yang bertujuan untuk: (a) memantau pertumbuhan berat badan balita dengan menggunakan kartu menuju sehat (KMS), (b) memberikan konseling gizi, (c) memberikan pelayanan gizi dan kesehatan dasar. Untuk tujuan pemantauan pertumbuhan balita dilakukan penimbangan balita setiap bulan. Dalam KMS berat badan balita hasil penimbangan akan diisikan dengan titik dan dihubungkan dengan garis, sehingga membentuk garis pertumbuhan anak. Berdasarkan garis pertumbuhan ini dapat dinilai apakah berat badan anak hasil penimbangan dua bulan berturut-turut = Naik (N) atau Tidak Naik (T) dengan cara yang telah ditetapkan dalam panduan penggunaan Kartu Menuju Sehat (KMS) (Depkes RI, 2005).

  Posyandu sebagai wadah pemantauan pertumbuhan dan perkembangan anak melalui grafik berat badan dan mencatatnya pada KMS. Kartu Menuju Sehat yang diisi lengkap oleh kader bisa dijadikan indikator bahwa anak rajin dibawa ke posyandu. Semakin rajin anak dibawa ke posyandu, maka keadaan tumbuh kembangnya semakin terkontrol dan lebih cepat dilakukan penanggulangan apabila tumbuh kembang anak terhambat. Beberapa hal yang dapat menghambat tumbuh kembang anak di antaranya dikarenakan kurang gizi atau penyakit tertentu pada anak.

  Kader merupakan ujung tombak pelaksanaan posyandu. Kader adalah anggota masyarakat yang dipilih untuk membantu petugas kesehatan yang bekerja sebagai tenaga sukarela, dididik dan dilatih untuk berpartisipasi pada masyarakat dalam bidang penyelenggaraan program posyandu. Kader berkewajiban untuk melaksanakan dan meningkatkan monitoring status gizi melalui kegiatan penimbangan dan pengukuran panjang atau tinggi badan dan penyuluhan kesehatan kepada masyarakat. Sehingga pengetahuan dan keterampilan kader dalam penimbangan dan pengukuran tinggi/panjang badan sangat penting untuk mendapat data yang akurat dan presisi.

  Pengukuran berat badan dan tinggi/panjang badan sebagai bagian pemantauan pertumbuhan balita merupakan kegiatan penting dalam menunjang upaya perbaikan gizi, deteksi gangguan pertumbuhan, penentuan intervensi, dan sebagai alat edukasi. Selama ini masalah kualitas data penimbangan posyandu sering dipertanyakan karena data sangat terbatas (Indriaty, 2002).

  Menurut Satoto dkk dalam Erman (2010), bahwa tingkat presisi dan akurasi para kader posyandu masih rendah. Hal tersebut berdasarkan penelitian di 72 posyandu di Jawa Barat dan Jawa Tengah menunjukkan bahwa hanya 30% kegiatan posyandu dilaksanakan dengan benar, 90% kader membuat kesalahan dalam penimbangan dan pencatatan sehingga dapat disimpulkan bahwa tingkat kemampuan, presisi dan akurasi data penimbangan masih rendah. Selain itu, berdasarkan penelitian UNICEF dalam Erman (2010), bahwa tingkat presisi kader dalam menimbang hanya 39% dan tingkat akurasinya hanya 3%.

  Data pemantauan pertumbuhan yang tidak tepat menyebabkan interpretasi status gizi yang salah pula dan berakibat pada kesalahan pengambilan keputusan penanganan masalah gizi. Oleh karena itu maka pengetahuan kader perlu diperhatikan karena sangat mempengaruhi keterampilan kader dalam melakukan monitoring status gizi (Ferizal & Hasanbasri, 2007).

  Penelitian-penelitian sebelumnya telah dilakukan untuk mengetahui tingkat pengetahuan dan keterampilan kader posyandu dalam pemantauan pertumbuhan balita di posyandu, seperti penelitian yang dilakukan oleh Satoto, et.al dalam Irwan (2013), pada 72 posyandu di Jawa Barat dan Jawa Tengah, sebesar 63,0% kader mengetahui tentang kegunaan Kartu Menuju Sehat (KMS), tetapi hanya 40% yang mengetahui manfaat KMS untuk konseling gizi. Tingkat pengetahuan kader tentang grafik pertumbuhan dalam KMS masih rendah yaitu 8,6%, Sedangkan konseling gizi yang harus diberikan kepada ibu hanya diketahui oleh 1,7% kader. Hasil studi Sukiarko (2007), menunjukkan bahwa guna KMS menurut kader adalah untuk memantau pertumbuhan balita (58,6%), dan sebagai sarana penyuluhan (3,4%).

  Demikian juga dengan penelitian Mastari (2009), bahwa 91% ibu balita kurang baik dalam membaca grafik pertumbuhan pada KMS. Lebih jauh lagi, hanya 40,7% kader yang mengetahui manfaat Kartu Menuju Sehat (KMS) untuk konseling gizi.

  Program yang dilaksanakan posyandu merupakan kegiatan rutin yang diadakan dalam bidang kesehatan di Puskesmas Mandala Kecamatan Medan Tembung. Posyandu ini dipimpin oleh bidan yang bekerjasama dengan puskesmas setempat juga ibu-ibu kader setempat. Posyandu ini dilakukan setiap satu bulan sekali. Salah satu kegiatan yang dilakukan di posyandu adalah penimbangan berat badan balita. Cakupan penimbangan balita berdasarkan Data Puskesmas Kecamatan Mandala pada tahun 2012, menunjukkan bahwa cakupan penimbangan balita yang ditimbang dibagi jumlah sasaran (D/S) sebesar 76,3%. Untuk cakupan balita yang mengalami kenaikan berat badan dibagi jumlah sasaran (N/D) yaitu pada balita sebesar 81,3%. Puskesmas Kecamatan Mandala menargetkan penimbangan balita di posyandu mencapai 100% (Puskesmas Kec. Mandala, 2012).

  Puskesmas Mandala Kecamatan Medan Tembung bertempat di rumah salah satu kader di dusun tersebut. Biasanya alat-alat penunjang pelaksanaan posyandu sebagian telah ada di rumah kadernya seperti alat pengukur berat badan, dan alat lain seperti tensi meter dan stetoskop biasanya dibawa oleh ibu bidan yang datang ke posyandu tersebut sedangkan serum imunisasi biasanya dibawa oleh petugas kesehatan dari Puskesmas.

  Berdasarkan survei awal diketahui bahwa keterampilan kader posyandu yang dilaksanakan di wilayah kerja Puskesmas Mandala Kecamatan Medan Tembung memperlihatkan beberapa bentuk kesalahan yang dilakukan kader dalam menilai pertumbuhan balita, yaitu: ditemukan adanya kesulitan kader dalam memplot menghubungkan garis dalam Kartu Menuju Sehat (KMS); Kesalahan saat mencatat hasil pengukuran dan penimbangan; dan Kader juga masih kesulitan dalam menentukan umur balita.

  Hasil survei awal terhadap kader posyandu di Puskesmas Mandala Kecamatan Medan Tembung juga menunjukkan bahwa kader masih melakukan kesalahan dalam menginterpretasikan hasil penimbangan yang dilakukan. Hal ini menunjukkan bahwa apabila kader salah menginterpretasikan hasil penimbangan dalam menilai pertumbuhan balita berdampak pada kesimpulan hasil yang salah, menghasilkan informasi yang salah dan bermuara pada keputusan yang salah dalam upaya kebijakan program selanjutnya.

  Ketidaktelitian dan ketidaktepatan kader dalam melakukan penimbangan terletak pada ketidakmampuan mengatur posisi timbangan. Dari hasil survei awal masih banyak ditemukan bahwa posisi timbangan pada saat akan menimbang dalam keadaan tidak seimbang. Selain itu juga dari hasil pengamatan ternyata anak ditimbang menggunakan pakaian yang lengkap bahkan ada yang memakai sepatu, seharusnya anak tersebut ditimbang telanjang atau dengan pakaian seminimal mungkin. Salah satu faktor yang dapat menyebabkan rendahnya kemampuan kader dalam pemantauan pertumbuhan balita pada Kartu Menuju Sehat adalah tingkat pendidikan kader.

  Dari hasil pengamatan pada saat survei awal juga diketahui bahwa kader tidak memberikan pujian kepada ibu balita yang telah membawa balitanya ke posyandu secara rutin setiap bulan, dan terlihat bahwa kader tidak menganjurkan atau mengingatkan ibu balita agar datang kembali dibulan berikutnya untuk melakukan penimbangan balita. Dari hasil observasi juga diketahui bahwa kader tidak menjelaskan arti grafik pertumbuhan kepada ibu balita sesuai dengan yang tertera pada kartu menuju sehat.

  Dalam penyelenggaraannya, setiap kegiatan posyandu di Puskesmas Mandala Kecamatan Medan Tembung disediakan dana untuk pemberian makanan tambahan (PMT) balita dan untuk transpor kader. Uang transpor kader dinilai masih belum memadai, karena kader Posyandu harus melaporkan temuannya ke Puskesmas, bila sewaktu - waktu terdapat masalah gizi pada balita di wilayah Posyandu. Akibatnya, apabila ada balita yang tidak naik berat badannya selama tiga bulan berturut-turut, maka tidak segera dirujuk ke Puskesmas. Berdasarkan hasil survei awal juga diketahui bahwa jumlah kader yang relatif minim sehingga membuat kegiatan pelaksanaan 5 meja di posyandu tidak terlaksana dengan baik.

  Kader yang mempunyai tingkat pendidikan yang lebih tinggi akan memudahkan seseorang khususnya kader dalam menerima suatu program dan inovasi baru dalam masyarakat. Dengan tingkat pendidikan yang lebih tinggi akan memudahkan seseorang khususnya kader dalam menerima suatu perubahan. Semakin tinggi tingkat pendidikan kader diharapkan cara berpikir akan menjadi lebih rasional sehingga kader akan semakin mampu menilai pertumbuhan itu sendiri, dan dapat melakukan deteksi dini pertumbuhan balita.

  Belum maksimalnya kegiatan pemantauan pertumbuhan balita di Puskesmas Mandala Kecamatan Medan Tembung juga dapat dikarenakan kurangnya kegiatan pelatihan yang didapatkan kader, sehingga pengetahuan dan keterampilan kader dalam melakukan pemantauan pertumbuhan balita juga masih kurang.

  Berdasarkan latar belakang di atas, penulis tertarik untuk meneliti perilaku kader dalam pemantauan pertumbuhan balita di Puskesmas Mandala Kecamatan Medan Tembung.

  1.2. Permasalahan

  Berdasarkan uraian pada latar belakang di atas dirumuskan masalah sebagai berikut: Bagaimana perilaku kader dalam pemantauan pertumbuhan balita di Puskesmas Mandala Kecamatan Medan Tembung.

  1.3. Tujuan Penelitian

  1.3.1. Tujuan Umum

  Untuk mengetahui perilaku kader dalam pemantauan pertumbuhan balita di Puskesmas Mandala Kecamatan Medan Tembung.

  1.3.2. Tujuan Khusus

  1. Untuk mengetahui karakteristik kader di Puskesmas Mandala Kecamatan Medan Tembung

  2. Untuk mengetahui pengetahuan kader dalam pemantauan pertumbuhan balita di Puskesmas Mandala Kecamatan Medan Tembung.

  3. Untuk mengetahui sikap kader terhadap pemantauan pertumbuhan balita di Puskesmas Mandala Kecamatan Medan Tembung.

  4. Untuk mengetahui tindakan kader dalam pemantauan pertumbuhan balita di Puskesmas Mandala Kecamatan Medan Tembung.

1.4. Manfaat Penelitian

  Hasil penelitian ini diharapkan memberi manfaat dan masukan bagi Puskesmas Mandala Kecamatan Medan Tembung, atau bahan masukan bagi pihak manajerial untuk meningkatkan kemampuan kader dalam pemantauan pertumbuhan balita pada Kartu Menuju Sehat.

Dokumen yang terkait

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Gambaran Sosial Budaya Terhadap Diabetes Mellitus pada Masyarakat di Wilayah Kerja Puskesmas Gunungtua Kecamatan Padang Bolak Kabupaten Padang Lawas Utara Tahun 2014

0 0 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Karakteristik 2.1.1 Umur - Gambaran Karakteristik dan Sosial Budaya Masyarakat Terhadap Kejadian Hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas Sawit Seberang Kecamatan Sawit Seberang Kabupaten Langkat 2014

1 12 28

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Gambaran Karakteristik dan Sosial Budaya Masyarakat Terhadap Kejadian Hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas Sawit Seberang Kecamatan Sawit Seberang Kabupaten Langkat 2014

0 2 9

II. RIWAYAT PENYAKIT SEBELUMNYA - Analisis Risiko Pajanan Gas SO2 dan NO2 Sumber Transportasi terhadap Gangguan Saluran Pernafasan pada Pedagang Kaki Lima (PKL) di Terminal Terpadu Amplas Kecamatan Medan Amplas Kota Medan

0 0 50

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pencemaran Udara 2.1.1. Definisi Pencemaran Udara - Analisis Risiko Pajanan Gas SO2 dan NO2 Sumber Transportasi terhadap Gangguan Saluran Pernafasan pada Pedagang Kaki Lima (PKL) di Terminal Terpadu Amplas Kecamatan Medan Ampla

0 0 34

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang - Analisis Risiko Pajanan Gas SO2 dan NO2 Sumber Transportasi terhadap Gangguan Saluran Pernafasan pada Pedagang Kaki Lima (PKL) di Terminal Terpadu Amplas Kecamatan Medan Amplas Kota Medan

0 0 40

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Remaja 2.1.1 Pengertian Remaja - Pengaruh Pengetahuan, Sikap dan Tindakan Vulva Hygiene terhadap pH Organ Genitalia Internal pada Siswi SMAN 1 Tiga Panah Kabupaten Karo Tahun 2013

0 0 35

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Pengaruh Pengetahuan, Sikap dan Tindakan Vulva Hygiene terhadap pH Organ Genitalia Internal pada Siswi SMAN 1 Tiga Panah Kabupaten Karo Tahun 2013

0 0 10

d) Penyuluhan e) Lampiran 1 - Perilaku Kader dalam Pemantauan Pertumbuhan Balita di Puskesmas Mandala Kecamatan Medan Tembung

0 0 26

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pertumbuhan Balita - Perilaku Kader dalam Pemantauan Pertumbuhan Balita di Puskesmas Mandala Kecamatan Medan Tembung

0 0 21