T1__BAB IV Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengaruh Konsentrasi Air Kelapa terhadap Pertumbuhan dan Hasil Jamur Tiram Putih (Pleurotus ostreatus) = The Effect of Coconut Water’s Concentration on Growth and Yield of White Oyst

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil penelitian yang disajikan dalam bab ini meliputi pengamatan selintas dan
pengamatan utama.
4.1 Pengamatan Selintas
Pengamatan selintas adalah pengamatan yang hasilnya tidak diuji secara statistik
dan pengamatan ini digunakan untuk mendukung hasil dari pengamatan utama.
Pengamatan selintas pada penelitian ini meliputi suhu, kelembaban, hama, penyakit,
dan hari muncul tubuh buah pertama.

4.1.1 Suhu dan Kelembaban
Suhu dan kelembaban pada penelitian ini terdiri dari 2 tahap yaitu pada tahap
miselium dan tubuh buah. Pengamatan selintas ini dilakukan didalam kumbung jamur
tiram yang berbeda per tahapnya. Rata-rata suhu dan kelembaban pada tahap miselium
dapat dilihat dalam tabel 4.1 dan rata-rata suhu dan kelembaban pada tahap tubuh buah
dapat dilihat dalam tabel 4.2
Tabel 4.1 Suhu dan Kelembaban pada Tahap Miselium
Tahun 2016

Rata-Rata Suhu


Rata-Rata Suhu

Rata-Rata Kelembaban

Bulan

Maksimal (°C)

Minimal (°C)

(%)

September

29,02

25,79

65,44


Sumber: Hasil pengukuran pengamatan selintas.
Keterangan: Pengamatan selintas berlangsung pada tanggal 1 September 2016 hingga 16
September 2016.

20

Tabel 4.2 Suhu dan Kelembaban pada Tahap Tubuh Buah
Tahun 2016

Rata-Rata Suhu

Rata-Rata Suhu

Rata-Rata Kelembaban

Bulan

Maksimal (°C)

Minimal (°C)


(%)

September

29,31

25,38

81,33

Oktober

28,84

24,86

81,80

November


28,42

25,10

81,33

Sumber: Hasil pengukuran pengamatan selintas.
Keterangan: Pengamatan selintas pada bulan September berlangsung pada tanggal 17
September 2016 hingga 30 September 2016 dan pada bulan November
berlangsung pada tanggal 1 November 2016 hingga 30 November 2016.
Pada tabel 4.1 dapat dilihat bahwa pada tahap miselium, untuk suhu udara yaitu
suhu maksimal 29,02°Cdan suhu minimal25,79 °C, sedangkan kelembaban yaitu 65,44
%. Pada tabel 4.2 dapat dilihat bahwapada tahap tubuh buah, untuk suhu udara
maksimal berkisar antara 28,42 °C hingga 29,31 °Cdan suhu udara minimal berkisar
antara 24,86 °C hingga 25,38 °C, sedangkan kelembaban berkisar antara 81,33% hingga
81,80 %. Menurut Djarijah dan Djarijah (2001), pertumbuhan tubuh buah dari sebagian
besar species jamur tiram tumbuh optimal pada suhu 18°C hingga 20°C dengan
kelembaban 80% hingga 85%, sehingga pada tahap tubuh buah kondisi suhu kurang
sesuai dengan pembentukan tubuh buah dari jamur tiram yang optimal.

Pada penelitian ini, kumbung pada tahap tubuh buah kelembabannya lebih tinggi
dari pada kelembaban pada kumbung tahap miselium, hal ini disebabkan oleh kumbung
pada tahap tubuh buah ditambahkan alat penambah kelembaban atau humidifier
sehingga kelembaban lebih tinggi. Pada kumbung tahap miselium tidak ditambahkan
alat penambah kelembaban atau humidifier karena kelembaban pada tahap miselium
sudah mencapai kondisi yang cukup optimal, dimana menurut Djarijah dan Djarijah
(2001), miselium jamur tumbuh optimal pada kelembaban 65 % hingga 70%.

21

4.1.2 Hama dan Penyakit
Hama dijumpai pada kumbung tahap miselium dan tubuh buah. Hama yang
ditemui didalam penelitian ini pada tahap miselium adalah laba-laba dan semut,
sedangkanpada tahap tubuh buah antara lain kumbang, laba-laba, semut, ulat,rayap, dan
tungau. Berikut rincian dari hama yang menyerang jamur tiram selama penelitian
berlangsung:
1. Kumbang:
Hama ini sering dijumpai dibagian bawah tudung jamur, sela-sela antar tangkai
jamur, dan lamela jamur. Kumbang ini merusak tudung jamur dengan memakan sedikit
bagian dari tudung jamur, dimana hal ini mengakibatkan tudung jamur berlubang atau

tidak membentuk suatu tudung jamur yang utuh. Berdasarkan dari hasil penelitian di
Natural History, London, hama ini dapat mengakibatkan kerusakan secara langsung
pada tubuhbuah jamur tiram, karena baik imago maupun larva kumbang tersebut
merupakanpemakan jamur yang aktif (Pakki et al., 2001 lihatSianipar, M. S,
2006).Menurut Gemalasari (2002), kumbang sering masuk kedalam bag log hingga
kedalaman beberapa sentimeter untuk berpupa. Pengendalian yang dilakukan dalam
penelitian ini yaitu dengan cara mengumpulkan kumbang tersebutke luar kumbung
dengan cara memasukannya ke dalam kantong plastik agar tidak terbang dan kemudian
membunuhnya hingga mati.

Gambar 4.1 Kumbang yang merusak tubuh buah jamur saat penelitian

22

2. Laba-laba:
Hama ini dijumpai diatas dan disekitar rak jamur yang kemudian laba-laba ini
membuat sarangyang menempel di antar rak. Menurut Djarijah, N. M. dan Djarijah, A.
B. (2001), laba- laba dapat memakan dan merusak miselium serta tubuh buah, hama ini
sering ditemukan pada sela-sela dan media tumbuh bag log jamur yang tidak disiapkan
secara cermat dan terkontrol. Laba-laba dapat menularkan spora jamur saprofit dan

parasit. Pengendalian yang dilakukan pada penelitian ini yaitu merusak sarang dengan
tongkat dan membunuh laba-laba tersebut hingga mati.
3. Semut:
Hama ini dijumpai pada rak jamur tiram, dimana semut ini keluar melalui lubang
sarang yang berada di rak-rak kayu yang ada pada kumbung. Semut mencoba
memasuki baglog jamur diduga karena aroma dan bahan baglog yang dapat
mengundang datangnya semut tersebut. Pengendalian hama ini yaitu dengan
menggoreskan kapur semut pada rak jamur.

23

4. Lalat:
Lalat merupakan perantara penularan hama dan penyakit atau spora jamur parasit
atau saprofit (Djarijah dan Djarijah, 2001). Diduga lalat pada saat stadia larva juga
menyerang jamur tiram saat penelitian. Hal ini diperkuat oleh Rajesha (2016), larva
dapat menyerang jamur tiram putih, salah satunya adalah larva dari Megaselia
halterata. Larva ini sering terdapat pada tudung jamur khususnya bagian lipatan-lipatan

lamela jamur dan bersembunyi di sela-sela bagian lamela dan juga di pangkal batang
jamur. Larva ini akan terlihat pada saat pemanenan yaitu pada lamela tudung dan

permukaan baglog bekas panenan. Pencegahan yang dilakukan pada penelitian ini
adalah jamur yang dipanen benar-benar dipanen dengan bersih hingga ke akar jamur,
tidak ada bagian jamur yang tertinggal di dalam baglog karena akan menyebabkan
busuk yang kemudian ulat tersebut akan bersarang pada baglog.

Gambar 4.2Larva lalat yang menyerang jamur tiram saat penelitian

5. Rayap:
Hama ini muncul dengan membentuk sarang di bagian rak kayu.Kumbung jamur
tiram ini mengundang rayap untuk membentuk sarang akibat dari rak-rak jamur yang
terbuat dari kayu. Menurut Djarijah, N. M. dan Djarijah, A. B. (2001), rayap masuk
kekumbung jamur yaitu dengan cara menembus dinding atau melalui permukaan lantai
tanah. Pengendalian yang dilakukan didalam penelitian ini yaitu dengan merusak
sarang rayap, mengumpulkan rayap menggunakan sapu untuk dibawa keluar kumbung
kemudian membunuh rayap hingga mati.
6. Tungau:
Hama ini terdapat pada tudung dan batang jamur tiram. Hama ini muncul
bersama-sama mengerumi bagian tubuh buah jamur tiram yaitu pada bagian tudung.
Tungau yang menyerang pada penelitian ini adalah jenis tungau yang berwarna hitam.
24


Penyakit yang dijumpai ada pada tahap tubuh buah yaitu Black Pin Moulds,
Agent Orange, Penyakit yang disebabkan oleh Penicillium spp, dan Brown Blotch.

Berikut rincian dari penyakit yang menyerang jamur tiram selama penelitian
berlangsung:
Terlihat noda berwarna hitam pada permukaan baglog. Diduga baglog terserang
penyakit Black Pin Moulds. Menurut Djarijah, N. M. dan Djarijah, A. B (2001),
penyakit Black Pin Mouldsdisebabkan oleh Mucor spp, dimana gejala yang ditimbulkan
adalah tumbuh noda hitam pada permukaan media tumbuh atau baglog. Pengendalian
yang dilakukan adalah dengan menurunkan suhu ruangan rumah jamur dengan
membuka dan mengatur lubang ventilasi atau sirkulasi udara.

Gambar 4.3 Baglog yang diduga mengalami penyakit Black Pin Moulds saat
penelitian

Terlihat noda berwarna orange pada permukaan baglog. Diduga baglog terserang
penyakit Agent Orange. Menurut Djarijah, N. M. dan Djarijah, A. B (2001), penyakit
Agent Orangedisebabkan oleh Neurospora spp, dimana gejala yang ditimbulkan adalah


terdapat tepung berwarna orange pada permukan kapas penyumbat media tumbuh. Efek
serangan yang dihasilkan adalah menghambat pertumbuhan miselium dan tubuh buah
jamur tiram. Pengendalian dari penyakit ini adalah menutup kapas sumbatan dengan
kantong plastik saat sterilisasi (Djarijah, N. M. dan Djarijah, A. B, 2001).

Gambar 4.4 Baglog yang diduga mengalami penyakit Orange Agent saat penelitian

25

Terlihat noda berwarna coklat pada permukaan baglog. Diduga baglog terserang
Penicillium spp. Menurut Djarijah, N. M. dan Djarijah, A. B (2001), Penyakit yang
terserang Penicillium spp, menimbulkan gejala yaitu tumbuh miselium berwarna coklat.
Pengendalian dari penyakit ini adalah menjaga kebersihan ruang dan membuang media
tumbuh yang terkontaminasi (Djarijah, N. M. dan Djarijah, A. B, 2001). Pada penelitian
ini, Penicillium spp yang menyerang baglog tersebut membentuk tubuh buah yang kecil
dan banyak yaitu pada depan baglog dan pada sekitar plastik bagian depan baglog.

c

(a)


(b)

Gambar 4.5 Penicillium spp yang diduga menyerang saat penelitian dan
membentuk tubuh buah yang kecil dan banyak: (a) Depan baglog. (b) Sekitar
plastik bagian depan baglog

26

4.1.3 Waktu Muncul Tubuh Buah Pertama
Pada pengamatan selintas waktu muncul tubuh pertama dihitung mulai dari awal
penyobekan baglog yaitu pada saat setelah penyuntikan air kelapa hingga muncul tunas.
Hasil pengamatan selintas untuk waktu muncul tubuh buah pertama disajikan dalam
gambar sebagai berikut:

Waktu Muncul Tubuh Buah Pertama
12,8

12,7

Waktu Muncul Tubuh buah
Pertama (hari)

11,6
9,4

10,2

8,2

0%

10%

20%

30%

40%

50%

Konsentrasi Air Kelapa (%)
Gambar 4.7 Waktu Muncul Tubuh Buah Pertama

Pada gambar 4.7 menunjukan hasil yang berbeda pada masing-masing tingkatan
konsentrasi air kelapa pada waktu munculnya tubuh buah pertama. Rata-rata saat
muncul tubuh pertama berkisar antara 8,2 hari hingga 12,8 hari setelah awal
penyobekan baglog. Rata-rata munculnya tubuh buah tercepat dihasilkan pada media
baglog yang dilakukan penyuntikan air kelapa dengan konsentrasi 10% yaitu 8,2 hari
setelah penyobekan baglog. Sedangkan media baglog yang dilakukan penyuntikan air
kelapa dengan konsentrasi 0% yaitu dengan waktu rata-rata 12,85 hari merupakan
waktu munculnya tubuh buah paling lambat.

27

4.2 Pengamatan Utama
Pengamatan utama yang dilakukan dalam penelitian ini adalah umur panen per
panen, interval panen,diameter tudung, panjang tangkai tudung, dan bobot segar per
baglog.

4.2.1 Umur Panenper Panen
Tabel 4.3Pengaruh Konsentrasi Air Kelapa terhadap Umur Panen per Panen
Konsentrasi Air Kelapa

Umur Panen per Panen

(%)

(hari)

0

2,75 a

10

2,38 b

20

2,36 b

30

2,39 b

40

2,48 ab

50

2,51 ab

KV= 7,19
Keterangan: Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama menunjukan hasil
yangtidak berbeda nyata antar perlakuan berdasarkan pada Uji Duncan
5%.
Hasil analisis statistik mengenai pengaruh konsentrasi air kelapa terhadap umur
panen per panen dapat dilihat pada tabel 4.3. Berdasarkan hasil analisis statistik
menunjukan bahwa pemberian air kelapa pada konsentrasi 10%memberikan hasil umur
panen per panen yang lebih cepat secara nyata dibandingkan pada pemberian air kelapa
pada konsentrasi 0% atau kontrol. Selanjutnya pada pemberian air kelapa pada
konsentrasi 20% dan 30% memberikan hasil yang tidak berbeda nyata dengan
konsentrasi 10%. Pada pemberian air kelapa pada konsentrasi 40% dan 50%
memberikan hasil yang tidak berbeda nyata dibanding dengan kontrol.
Pada penelitian ini, perlakuan pemberian air kelapa 10% sudah mampu
mempercepat umur panen per panen. Hal ini diduga karena pada air kelapa
mengandung hormon sitokinin dan auksin. Hal ini diperkuat oleh pernyataan Morel
(1974) lihat Karimah, Purwanti, Rogomulyo (2013), air kelapa mengandung hormon
sitokinin (5,8 mg/l), auksin (0,07 mg/l), selain itu juga sedikit giberelin. Hormon
merupakan senyawa organik yang akan memberikan efek fisiologis pada konsentrasi
28

yang rendah (Gardner, 1991).Auksin adalah hormon yang dapat meningkatkan
pemanjangan sel, pembelahan sel serta pembentukan akar adventif (Pierik, 1997 lihat
Zulkarnain, 2009). Menurut Salisbury dan Ross (1995), auksin mengakibatkan
pengenduran atau sifat plastis pada dinding sel.Fungsi auksin berperan dalam kegiatan
pembelahan sel dan juga dalam pengembangan sel-sel yaitu dengan mempengaruhi
pengembangan

dinding

sel.

Pengembangan

dinding sel

yang

terjadi

akan

mengakibatkan berkurangnya tekanan dinding sel pada protoplas sehingga protoplas
akan mendapatkan kesempatan untuk meresap air-air dari sel. Dengan adanya hal
tersebut maka diperoleh sel yang panjang-panjang dengan vakuola yang besar
(Dwidjoseputro, 1989).Mekanisme kerja auksin yaitu dengan pembentangan sel.
Pembentangan sel tersebut dengan cara memacu protein tertentu yang ada di membran
plasma sel tumbuhan untuk memompa ion H+ ke dinding sel (Fahmi, 2014). Ion H akan
menurunkan pH sehingga akan terjadi pengenduran dinding dan pertumbuhan yang
cepat. pH yang rendah ini bekerja dengan cara mengaktifkan enzim perusak dinding.
Enzim tersebut memutuskan ikatan pada polisakarida dinding sel, sehingga
memungkinkan dinding sel untuk lebih mudah merenggang (Salisbury dan Ross, 1995).
Sitokinin adalah senyawa yang dapatmengatur pertumbuhan dan perkembangan
serta meningkatkan pembelahan sel, sedangkan dalam pengaturan pembelahan sel,
pemanjangan sel, diferensiasi sel, dan pembentukan organ adalah peran dari auksin dan
sitokinin (Zulkarnain, 2009). Menurut Abidin (1983), sitokinin adalah salah satu zat
pengatur tumbuh yang berperan dalam proses pembelahan sel dan fungsi dari sitokinin
yaitu untuk sitokinensis atau pembelahan sel. Akibat dari adanya pembelahan sel yang
begitu cepat mengakibatkan tudung dari tubuh buah cepat berkembang dan lekas
mencapai masak sehingga akan lebih cepat dalam pemanenan.
Selain hormon auksin dan sitokinin, didalam air kelapa juga mengandung
karbohidrat. Menurut Sutonodkk (2015), air kelapa pada kelapa tua mengandung
karbohidrat sebesar 4,60%, dimana dengan penambahan air kelapa pada baglog jamur
tiram berfungsi juga untuk menambah karbohidrat sebagai sumber energi bagi
pertumbuhan misellium sampai terbentuknya tubuh buah dan mendukung nutrisi untuk
pertumbuhan tubuh buah sampai tubuh buah jamur mencapai pertumbuhan maksimal.
Adanya karbohidrat yang terkandung didalam air kelapa menyebabkan pertumbuhan
dari jamur tiram akan lebih baik dan cepat bertumbuh daripada kontrol, sehingga umur
panen per panen pun akan lebih singkat.
29

4.2.2 Interval Panen
Tabel 4.4 Pengaruh Konsentrasi Air Kelapa terhadap Interval Panen
Konsentrasi Air Kelapa

Interval Panen

(%)

(hari)

0

20,94 ab

10

16,78 c

20

16,62 c

30

17,45 c

40

18,25 bc

50

23,24 a

KV= 11,71
Keterangan: Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama menunjukan hasil yang
tidak berbeda nyata antar perlakuan berdasarkan pada Uji Duncan 5%.
Hasil analisis statistik mengenai pengaruh konsentrasi air kelapa terhadap interval
panen dapat dilihat pada tabel 4.4. Berdasarkan hasil analisis statistik menunjukan
bahwa pemberian air kelapa pada konsentrasi 10% memberikan hasil interval panen
yang lebih cepat secara nyata dibandingkan pada pemberian air kelapa pada konsentrasi
0% atau kontrol. Selanjutnya pada pemberian air kelapa pada konsentrasi 20% dan 30%
memberikan hasil yang tidak berbeda nyata dengan konsentrasi 10%. Pada pemberian
air kelapa pada konsentrasi 40% dan 50% memberikan hasil yang tidak berbeda nyata
dengan kontrol. Pada penelitian ini, perlakuan pemberian air kelapa 10% juga sudah
mampu mempercepat interval panen. Hal ini diduga karena pada perlakuan air kelapa
dengan konsentrasi 10%, waktu muncul tunas pertama (lihat gambar 4.7) lebih cepat
daripada perlakuan konsentrasi lainnya.
Tunas yang lebih cepat muncul ini, diduga akibat dari kandungan air kelapa yaitu
hormon sitokinin dan auksin. Fungsi dari sitokinin yaitu untuk sitokinensis atau
pembelahan sel, yang salah satunya dapat memacu pertumbuhan tunas sehingga tunas
akan lebih cepat muncul kembali setelah pemanenan berlangsung dan interval panen
yang didapat akan lebih pendek atau lebih cepat. Hal ini diperkuat oleh Abidin (1985),
yang mengatakan bahwa sitokinin berfungsi untuk diferensiasi sel pembentukkan tunas
dan organ juga berfungsi dalam sintesis protein dan pembelahan sel.

30

Sitokinin bersama dengan auksin mengambil bagian dalam regulasi sel pada sel
tumbuhan (George dkk, 2008). Sitokinin dapat meningkatkan tingkat pembelahan sel
dengan menginduksi dari CycD3 yang mengkode D-type cyclin yang memainkan peran
dalam transisi dari fase G1 ke mitosis dari siklus sel (D’Agostino dan Kieber, 1999).
Sitokinin bersama auksin mengambil bagian dalam regulasi siklus sel pada sel
tumbuhan, mereka menginduksi CycD3 untuk merangsang perkembangan siklus sel
dari G1 ke S dan juga G2 ke M melalui induksi ekspresi cdc2 untuk histon H1-kinase
dan stimulasi defosforilisasinya oleh cdc25 (George, 2008).

Gambar 4.8 Mekanisme sitokinin dalam regulasi sel

31

Pada gambar 4.7, pada fase G1 sitokinin meginduksiCycD3. CycD3 akan
berikatandengancdc4/6. CAK (cdk activating kinase) akan mengaktifkan kompleks
tersebut. Pada fase G2, sitokinin mensintesis cdc2 yang kemudian akan bergabung
dengan Cyclin B. CAK juga akan mengaktifkan kompleks tersebut, namun protein
Wee1 menonaktifkan cdc2.Sitokinin mensintesis cdc25 yang kemudian cdc25 tersebut
akan mendefosforalisasi pada situs tersebut sehingga cdc2akan aktif kembali dan siklus
sel tetap berlangsung. Aplikasi dari sitokinin eksogen ini akan menaikan transkripsi
dari cdc2 dan CycD3.
4.2.3Diameter Tudung dan Panjang Tangkai Tudung
Tabel 4.5Pengaruh Konsentrasi Air Kelapa terhadap Diameter Tudung dan Panjang
Tangkai Tudung
Konsentrasi Air Kelapa

Diameter Tudung

Panjang Tangkai Tudung

(%)

(cm)

(cm)

0

6,92 a

5,42 a

10

7,02 a

5,59 a

20

7,12 a

5,83 a

30

6,99 a

5,63 a

40

6,97 a

5,53 a

50

6,90 a

5,60 a

KV= 5,59

KV= 7,26

Keterangan: Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama menunjukan hasil yang
tidak berbeda nyata antar perlakuan berdasarkan pada Uji Duncan 5%.
Hasil analisis statistik mengenai pengaruh konsentrasi air kelapa terhadap diameter
tudungdan panjang tangkai tudung dapat dilihat pada tabel 4.5. Berdasarkan hasil
analisis sidik ragam menunjukan bahwa konsentrasi air kelapa tidak berbeda nyata
terhadap diameter tudung dan panjang tangkai tudung.Hal ini diduga akibat dari
lingkungan yang kurang mendukung yaitu pada suhu saat pembentukan tubuh buah
berlangsung. Menurut Djarijah dan Djarijah (2001), pertumbuhan tubuh buah dari
sebagian besar species jamur tiram tumbuh optimal pada suhu 18 °C hingga 20 °C,
sedangkan suhu pada saat penelitian berlangsung yaitu suhu udara maksimal berkisar
antara 28,42 °C hingga 29,31 °C dan suhu udara minimal berkisar antara 24,86 °C hingga
25,38 °C(lihat tabel 4.2), dengan adanya suhu yang kurang sesuai atau kurang optimal

32

maka akan mempengaruhi panjang diameter tudungdan panjang tangkai tudung dari
jamur tiram.
Selain itu, juga diduga akibat dari sirkulasi udara yang kurang lancar. Pada
kumbung penelitian digunakan penutup dinding kumbung berupa sebagian paranet dan
sebagian besar plastik yang diberi lubang pada bagian atas agar terdapat sirkulasi udara.
Hal ini diduga kurang banyaknya sirkulasi udara yang dibentuk, dimana lubang yang
dibuat hanya pada bagian atas karena didalam kumbung ini diberikan alat penambah
kelembaban agar lebih efektif dalam penggunaan untuk mencapai kelembaban yang
dikehendaki maka bagian bawah tidak diberi lubang. Hal ini diperkuat oleh Djarijah
dan Djarijah (2001), jamur tiram merupakan jamur semi anaerob yang membutuhkan
oksigen sebagai senyawa pertumbuhan, dimana dengan sirkulasi udara yang lancar
akan menjamin pasokan oksigen dan terbatasnya oksigen akan mengakibatkan
pembentukan tubuh buah yang kecil dan abnormal. Sehingga dengan adanya sirkulasi
udara yang kurang lancar mempengaruhi panjang diameter tudung dan panjang tangkai
tudung jamur tiram.
Selain itu juga diduga akibat dari lingkungan yaitu suhu yang tinggi dan
kelembaban yang juga tinggi. Dengan keadaan tersebut akan memicu adanya penyakit
yang berkembang, dimana penyakit tersebut diduga disebabkan oleh bakteri atau jamur,
hal ini tampak pada kondisi baglog (Gambar 4.3, Gambar 4.4, dan Gambar 4.5). Bakteri
dan jamur akan hidup didalam baglog dan kemudian akan mengganggu perkembangan
dari jamur tiram yaitu dengan berkompetisi dalam merebutkan nutrisi yang ada di
dalam baglog jamur tiram. Hal tersebut diduga akan mempengaruhi diameter tudung
dan panjang tangkai tudung daru jamur tiram.

33

4.2.5Bobot Segarper Baglog
Tabel 4.7 Pengaruh Konsentrasi Air Kelapa terhadap Bobot Segar per Baglog
Konsentrasi Air Kelapa

Bobot Segar Jamur Tiram per Baglog

(%)

(gram)

0

255,22 a

10

255,70 a

20

268,02 a

30

256,66 a

40

232,06 a

50

246,22 a

KV= 13,9
Keterangan: Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama menunjukan hasil yang
tidak berbeda nyata antar perlakuan berdasarkan pada Uji Duncan 5%.

Pemanenan dilakukan saat tudung jamur mendatar, yang dimulai rata-rata 10 hari
setelah dilakukan penyobekan baglog atau miselium sudah memenuhi baglog. Data
tersebut adalah hasil panen dengan rata-rata 4 kali pemanenan. Hasil analisis statistik
mengenai pengaruh konsentrasi air kelapa terhadap bobot segar per baglog dapat dilihat
pada tabel 4.7. Berdasarkan hasil analisis sidik ragam menunjukan bahwa bahwa
konsentrasi air kelapa tidak berbeda nyata terhadap bobot segar per baglog. Hal ini
diduga karena pada parameter diameter tudung dan panjang tangkai tudung tidak
berbeda nyata, dimana pada bobot segar jamur tiram per baglog dipengaruhi oleh
diameter tudung dan panjang tangkai tudung.
Dalam penelitian ini hasil bobot segar per baglog tidak berbeda nyata, hal ini
diduga akibat faktor lingkungan yaitu suhu pada tahap pembentukan tubuh buah yang
kurang sesuai sehingga mempengaruhi hasil dari jamur tiram. Hal ini diperkuat oleh
Sutonodkk (2015) yang menyatakan pertumbuhan, perkembangan dan hasil suatu
tanaman ditentukan oleh dua faktor utama yaitu faktor genetik dan faktor lingkungan.
Salah satu faktor lingkungan yang mempengaruhi hasil dari jamur tiram adalah suhu.
Menurut penelitian Daryani (1999) yaitu dengan teknik pengendalian suhu pada rumah
jamur dalam skala laboratorium yang menghasilkan hasil panen jamur tiram mencapai
78,2%, dengan pengendalian suhu 17°C dan juga menghasilkan panen yang terbesar
yaitu 391 gram untuk jamur tiram per bag log.

34