Generasi meninggalkan Shalat & Mengikuti Syahwat

Generasi meninggalkan Shalat & Mengikuti Syahwat Oleh: H. Hartono Ahmad Jaiz

  إهّلإل ْنإم ْه ُرإفْغَتْسَنَو ُُهُدَمْحَن َدْمَحْلا إهللاإب ُذوُعَنَو ُُهُنْيإعَتْسَنَو ّنإإ َ لَف اَنإسُفْنَأ ،اَنإلاَمْعَأ ُهللا إهإدْهَي ْنَم إتاَئّيَس ْنإمَو إرْو ُر ُش َ ل . َ لَف ْنَأ

  ّلإضُم ُهَل َيإداَه ُهْلإلْضُي ْنَمَو ُهَل ّ لإإ َهَلإإ ُدَه ْشَأَو َ ل . اَي ّنَأ ُُهُدْبَع اًدّمَحُم ُهَل ُهَدْحَو ُهللا ُُهُلْوُس َرَو ُدَه ْشَأَو َكْيإر َش . ُأ َزاَف ْدَقَف إهللا

  اَهّيَأ ىَوْقَتإب ْمُكْيإصْو ُساّنلا َنْوُقّتُمْلا َياّيإإَو َلاَق : إهإتاَقُت اوُقّتا َاهّيَأ اَي ىَلاَعَت اوُنَماَء َنْيإذّلا َ لَو ّقَح َهللا َلاَق : . اَي ىَلاَعَت اَهّيَأ ْمُتن ُساّنلا َنْوُمإلْسّم َأَو ّ لإإ ّنُتْوُمَت اَهْنإم َُقَلَخَو ٍُةَدإحاَو ْنّم ْمُكَقَلَخ ْيإذّلا ُمُكّب َر اْوُقّتا ٍسْفَن اَمُهْنإم ْيإذّلا َهللا اوُقّتاَو ًءآ َسإنَو ا ًرْيإثَك ّثَبَو اَهَجْو َز ً لاَجإر . اَي َناَك اَهّيَأ ْمُكْيَلَع َهللا اًبْيإق َر َماَح ْرَلْاَو إهإب َنْوُلَءآَسَت ّنإإ . اوُقّتا اًدْيإدَس اوُنَماَء ْمُكَل ْحإلْصُي ً لْوَق اْوُلْوُقَو َهللا َنْيإذّلا َأ ْدَقَف ُهَلْوُس َرَو َهللا ْنَمَو ْمُكَبْوُنُذ ْمُكَل ْرإفْغَيَو ْمُكَلاَمْع إعإطُي . َزاَف اًمْيإظَع ا ًزْوَف إثيإدَحْلا ؛ُدْعَب ،َهللا ُباَتإك اّمَأ ُيْدَه َقَدْصَأ إيْدَهْلا َرْيَخَو

  ّنإإَف ُ لا هللا إهْيَلَع اَهُتاَثَدْحُم ٍدّمَحُم ّلُكَو َر ّشَو َُمّلَسَو ىّلَص إروُم . يإف ٌةَلَلَض ٍةَلَلَض ّمُهّللَا

  ٌةَعْدإب ٍةَثَدْحُم ّلُكَو ٍةَعْدإب ّلُكَو إراّنلا ىَلَع إهإلآ ٍدّمَحُم ْمُهَعإبَت إهإبْحَصَو ىَلَعَو اَنّيإبَن ْمّل َسَو ّلَص ْنَمَو . إةَماَيإقْلا ٍنا َسْحإإإب إمْوَي ىَلإإ

Allah Ta’ala berfrrman: "Mereka itu adalah orang-orang yang telah diberi nikrmat oleh

  

Allah, yaitu para Nabi dari keturunan Adarm, dan dari keturunan Ibrahirm

dan Israil, dan dari orang-orang yang telah Karmi beri petunjuk dan telah

Karmi pilih. Apabila dibacakan ayat-ayat Allah Yang Maha Permurah

kepada rmereka, rmaka rmereka rmenyungkur dengan bersujud dan

rmenangis. Maka datanglah sesudah rmereka, pengganti (yang jelek) yang

rmenyia-nyiakan shalat dan rmermper-turutkan hawa nafsunya, rmaka

rmereka kelak akan rmenermui kesesatan. Kecuali orang yang bertaubat,

berirman dan berarmal saleh, rmaka rmereka itu akan rmasuk surga dan

tidak dianiaya (dirugikan) sedikitpun." (terjermah QS. Maryarm: 58-60).

  Ibnu Katsir rmenjelaskan, generasi yang adhoo’ush sholaat itu,

kalau rmereka sudah rmenyia-nyiakan sholat, rmaka pasti rmereka lebih

  

tiang agarma dan pilarnya, dan sebaik-baik perbuatan harmba. Dan akan

tarmbah lagi (keburukan rmereka) dengan rmengikuti syahwat dunia dan

kelezatannya,, senang dengan kehidupan dan kenikrmatan dunia. Maka

rmereka itu akan rmenermui kesesatan,, artinya kerugian di hari qiyarmat.

  Adapun rmaksud lafazh Adho’us sholaat ini, rmenurut Ibnu Katsir,

ada beberapa pendapat. Ada orang-orang yang berpendapat bahwa

adho'us sholaat itu rmeninggalkan sholat secara keseluruhan (tarkuhaa

bilkulliyyah). Itu adalah pendapat yang dikatakan oleh Muharmrmad bin

Ka’ab Al-Quradhi, Ibnu Zaid bin Aslarm, As-Suddi, dan pendapat itulah

yang dipilih oleh Ibnu Jarir. Pendapat inilah yang rmenjadi pendapat

sebagian orang salaf dan para irmarm seperti yang rmasyhur dari Irmarm

Ahrmad, dan satu pendapat dari As-Syaf’i sarmpai ke pengkafran orang

yang rmeninggalkan shalat (tarikus sholah) setelah ditegakkan, iqarmatul

hujjah (penjelasan dalil), berdasarkan Hadits:

  يف ملسم هاور ( إدْبَعْلا إةَلّصلا ُك ْرَت َنْيَب إك ْر ّشلا َنْيَبَو .) رباج ثيدح نم 82 : مقرب هحيحص

  “(Perbedaan) antara harmba dan kermusyrikan itu adalah

rmeninggalkan sholat.” (HR Muslirm dalarm kitab Shohihnya normor 82 dari

hadits Jabir).

  Dan Hadits lainnya: .

  ْدَقَف اَنَنْيَب ُدْهَعْلا ْنَمَف ْمُهَنْيَبَو ْيإذّلا َرَفَك اَهَك َرَت ،ُةَلّصلا لاقو، 1/231 ئاسنلاو 2621 مقر يذمرتلا هاور ( .) بيرغ حيحص نسح ثيدح اذه : يذمرتلا

  “Batas yang ada di antara karmi dan rmereka adalah sholat, rmaka

barangsiapa rmeninggalkannya, sungguh-sungguh ia telah kafr.” (Hadits

Riwayat At-Tirrmidzi dalarm Sunannya normor 2621dan An-Nasaai dalarm

Sunannya 1/231, dan At-Tirrmidzi berkata hadits ini hasan shohih ghorib).

  Tafsir Ibnu Katsir, tahqiq Sarmi As-Salarmah, juz 5 hal 243).

  Penuturan dalarm ayat Al-Quran ini rmermbicarakan orang-orang

saleh, terpilih, bahkan nabi-nabi dengan sikap patuhnya yang armat

tinggi. Mereka bersujud dan rmenangis ketika dibacakan ayat-ayat Allah.

Narmun selanjutnya, disarmbung dengan ayat yang rmermberitakan sifat-

sifat generasi pengganti yang jauh berbeda, bahkan berlawanan dari

sifat-sifat kepatuhan yang tinggi itu, yakni sikap generasi penerus yang

rmenyia-nyiakan shalat dan mengumbar hawa nafsu.

  Betapa rmenghujarmnya peringatan Allah dalarm Al-Quran dengan

cara rmenuturkan sejarah "keluarga pilihan" yang datang setelah

rmereka generasi rmanusia bobrok yang sangat rmerosot rmoralnya.

Bobroknya akhlaq rmanusia dari keturunan orang yang disebut rmanusia

pilihan, berarti rmerupakan tingkah yang keterlaluan. Bisa kita

bayangkan dalarm kehidupan ini. Kalau ada ularma besar, saleh dan

benar-benar baik, lantas keturunannya tidak bisa rmenyarmai

kebesarannya dan tak rmarmpu rmewarisi keulamaannya, maka ucapan

yang pas adalah:. "Sayang, kebesaran bapaknya tidak diwarisi anak-

anaknya.” Itu baru masalah mutu keilmuan nya yang merosot. lantas,

kata dan ucapan apa lagi yang bisa untuk menyayangkan bejat dan

bobroknya generasi pengganti orang-orang suci dan saleh itu? Hanya

ucapan “seribu kali sayang” yang mungkin bisa kita ucapkan.

  Setelah kita bisa rmenyadari betapa tragisnya keadaan yang

dituturkan Al-Quran itu, agaknya perlu juga kita bercerrmin di depan kaca.

Melihat diri kita sendiri, dengan rmermperbandingkan apa yang dikisahkan

Al-Quran.

  Kisah ayat itu, tidak rmenyinggung-nyinggung orang-orang yang

rmermbangkang di saat hidupnya para Nabi pilihan Allah. Sedangkan

jurmlah orang yang rmermbangkang tidak sedikit, bahkan rmelawan para

Nabi dengan berbagai daya upaya. Ayat itu tidak rmenyebut orang-orang

kafr, bukan berarti tidak ada orang-orang kafr. Narmun dengan

rmenyebut keluarga-keluarga pilihan itu justru rmerupakan pengkhususan

yang lebih tajarm. Di saat banyaknya orang kafr berkeliaran di burmi, saat

itu ada orang-orang pilihan yang armat patuh kepada Allah. Tetapi,

generasi taat ini diteruskan oleh generasi yang bobrok akhlaqnya. Ini

yang jadi rmasalah besar.

  Dalarm kehidupan yang tertera dalarm sejarah kita, Muslirmin yang

taat, di saat penjajah berkuasa, terjadi perarmpasan hak, kedhalirman

rmerajalela dan sebagainya, ada tanarm paksa dan sebagainya; rmereka

yang tetap teguh dan ta'at pada Allah itu adalah benar-benar orang

pilihan. Kaurm rmuslirmin yang tetap rmenegakkan Islarm di saat orientalis

dan antek-antek penjajah rmenggunakan Islarm sebagai sarana

penjajahan, narmun kaurm rmuslirmin itu tetap teguh rmermpertahankan

Islarm dan tanah airnya, tidak hanyut kepada irming-irming jabatan untuk

ikut rmenjajah bangsanya, rmereka benar-benar orang-orang pilihan.

  Sekalipun tidak sarma antara derajat kesalehan para Nabi yang

dicontohkan dalarm Al-Quran itu, dengan derajat ketaatan kaurm Muslirmin

yang taat pada Allah di saat gencarnya penjajahan itu, narmun alur

peringatan ini telah rmencakupnya. Dengan dermikian, bisa kita faharmi

  

terjadi di rmasa larmpau. Yaitu generasi pengganti yang jelek, yang

rmenyia-nyiakan shalat dan rmengikuti hawa nafsunya.

  Peringatan yang sebenarnya tajarm ini perlu disebar luaskan,

dihayati dan dipegang benar-benar, dengan penuh kesadaran, agar tidak

terjadi tragedi yang telah rmenirmpa kaurm Bani Israel, yaitu generasi

jelek, bobrok, rmeninggalkan shalat dan rmengikuti syahwat.

  Memberikan hak shalat Untuk itu, kita harus rmengkaji diri kita lagi. Sudahkan peringatan Allah itu kita sadari dan kita cari jalan keluarnya? Mudah-rmudahan sudah kita laksanakan. Tetapi, tentu saja bukan

berarti telah selesai. Karena rmasalahnya harus selalu dipertahankan.

Tanpa upaya rmermpertahankannya, kermungkinan akan lebih banyak

desakan dan dorongan yang rmengarah pada "adho'us sholat" (rmenyia-

nyiakan atau rmeninggalkan shalat) wattaba'us syahawaat (dan

rmengikuti syahwat hawa nafsu).

  Suatu rmisal, kasus nyata, bisa kita telusuri lewat pertanyaan-

pertanyaan. Sudahkah kita berikan dan kita usahakan hak-hak para

pekerja/ buruh, pekerja kecil, permbantu rurmah tangga, penjaga rurmah

rmakan, penjaga toko dan sebagainya untuk diberi kebebasan

rmengerjakan shalat pada waktunya, terutarma rmaghrib yang waktunya

sermpit? Berapa banyak pekerja kecil sermacarm itu yang terhirmpit oleh

peraturan rmajikan, tetapi kita urmat Islarm diarm saja atau belurm rmarmpu

rmenolong sesarma rmuslirm yang terhirmpit itu?

  Bahkan, dalarm arena pendidikan forrmal, yang diseleng-garakan

dengan tujuan rmermbina rmanusia yang bertaqwa pun, sudahkah

rmermberi kebebasan secara baik kepada rmurid dan guru untuk

rmenjalankan shalat? Sudahkah diberi sarana secara rmermadai di karmpus-

karmpus dan termpat-termpat pendidikan untuk rmenjalan-kan shalat? Dan

sudahkah para rmurid itu diberi birmbingan secara rmermadai untuk

rmarmpu rmendirikan shalat sesuai dengan yang diajarkan Nabi

Muharmrmad Shallallaahu alaihi wa Salarm ?

  Kita perlu rmerenungkan dan rmenyadari peringatan Allah dalarm

ayat tersebut, tentang adanya generasi yang rmeninggalkan shalat dan

rmenuruti syahwat.

  Ayat-ayat Al-Quran yang telah rmermberi peringatan dengan tegas

ini rmestinya kita sarmbut pula dengan sermangat rmenang-gulangi

rmunculnya generasi sarmpah yang rmenyianyiakan shalat dan bahkan

  

rmengurmbar syahwat. Dalarm arti penjabaran dan pelaksanaan agarma

dengan armar rma'ruf nahi rmunkar secara konsekuen dan terus rmenerus,

sehingga dalarm hal beragarma, kita akan rmewariskan generasi yang

benar-benar diharapkan, bukan generasi yang bobrok seperti yang telah

diperingatkan dalarm Al-Quran itu.

  Fakir miskin, keluarga, dan mahasiswa Dalarm hubungan kermasyarakatan yang erat sekali

hubungannya dengan ekonormi, terutarma rmasalah kermiskinan, sudahkah

kita rmermberi surmbangan sarung atau rmukena/ rukuh kepada fakir

rmiskin, agar rmereka bisa tetap shalat di saat rmukenanya yang satu-

satunya basah ketika dicuci pada rmusirm hujan? Dalarm urusan keluarga, sudahkah kita selalu rmenanya dan

rmengontrol anak-anak kita setiap waktu shalat, agar rmereka tidak lalai?

Dalarm urusan efektiftas da’wah, sudahkah kita rmenghidup-kan

jarma'ah di rmasjid-rmasjid karmpus pendidikan Islarm: IAIN (Institut Agarma

Islarm Negeri) ataupun STAIN (Sekolah Tinggi Agarma Islarm Negeri) yang

jelas-jelas rmermpelajari Islarm itu, agar para alurmninya ataupun

rmahasiswa yang rmasih belajar di sana tetap rmenegakkan shalat, dan

tidak rmengarah ke permikiran sekuler yang nilainya sarma juga dengan

rmengikuti syahwat?

  Lebih penting lagi, sudahkah kita rmengingatkan para pengurus

rmasjid atau rmushalla atau langgar untuk shalat ke rmasjid yang

diurusinya? Bahkan sudahkah para pegawai yang kantor-kantor rmenjadi

lingkungan rmasjid, kita ingatkan agar shalat berjarmaah di Masjid yang

rmenjadi termpat rmereka bekerja, sehingga tidak tarmpak lagi sosok-sosok

yang tetap bertahan di rmeja rmasing-rmasing --bahkan sarmbil rmerokok

lagi-- saat adzan dikurman-dangkan? Masih banyak lagi yang rmenjadi tanggung jawab kita untuk

rmenanggulangi agar tidak terjadi generasi yang rmeninggalkan shalat

yang disebut dalarm ayat tadi.

  Shalat, tali Islam yang terakhir Peringatan yang ada di ayat tersebut rmasih ditarmbah dengan

adanya penegasan dari Rasulullah, Muharmrmad Shallallaahu alaihi wa

  Salarm

  ْتَضَقَتْنا اَمّلُكَف ٌةَو ْرُع ًةَو ْرُع ًةَو ْرُع ا َرُع ّنَضُقْنَيَل إمَلْسإلْا اًضْقَن َثّب َشَت ُمْكُحْلا اَهْيإلَت ّنُه ُرإخآَو ّنُهُلّو َأَو ُساّنلا ْيإتّلاإب .) دمحأ هاور ( . ُةَلّصلا

  “Tali-tali Islarm pasti akan putus satu-persatu. Maka setiap kali

putus satu tali (lalu) rmanusia (dengan sendirinya) bergantung dengan tali

yang berikutnya. Dan tali Islarm yang pertarmakali putus adalah

hukurm(nya), sedang yang terakhir (putus) adalah shalat. (Hadits Riwayat

Ahrmad dari Abi Urmarmah rmenurut Adz – Dzahabir perawi Ahrmad perawi).

  Hadits Rasulullah itu lebih garmblang lagi, bahwa putusnya tali

Islarm yang terakhir adalah shalat. Selagi shalat itu rmasih ditegakkan oleh

urmat Islarm, berarti rmasih ada tali dalarm Islarm itu. Sebaliknya kalau

shalat sudah tidak ditegakkan, rmaka putuslah Islarm keseluruhannya,

karena shalat adalah tali yang terakhir dalarm Islarm. Maka tak

rmengherankan kalau Allah rmenyebut tingkah "adho'us sholah" (rmenyia-

nyiakan/ rmeninggalkan shalat) dalarm ayat tersebut diucapkan pada

urutan lebih dulu dibanding "ittaba'us syahawaat" (rmenuruti syahwat),

sekalipun tingkah rmenuruti syahwat itu sudah rmerupakan puncak

kebejatan rmoral rmanusia. Dengan dermikian, bisa kita faharmi, betapa

rmermuncaknya nilai jelek orang-orang yang rmeninggalkan shalat, karena

puncak kebejatan rmoral berupa rmenuruti syahwat pun rmasih pada

urutan belakang dibanding tingkah rmeninggalkan shalat.

  Di rmata rmanusia, bisa disadari betapa jahatnya orang yang

rmengurmbar hawa nafsunya. Lantas, kalau Allah rmermberikan kriteria

rmeninggalkan shalat itu lebih tinggi kejahatannya, berarti kerusakan

yang armat parah. Apalagi kalau kedua-duanya, dilakukan rmeninggalkan

shalat, dan rmenuruti syahwat, sudah bisa dipastikan betapa beratnya

kerusakan.

  Tiada perkataan yang lebih benar daripada perkataan Allah dan

Rasul-Nya. Dalarm hal ini Allah dan Rasul-Nya sangat rmengecarm orang

yang rmeninggalkan shalat dan rmenuruti syahwat. Maka rmarilah kita jaga

diri kita dan generasi keturunan kita dari kebinasaan yang jelas-jelas

diperingatkan oleh Allah dan Rasul-Nya itu. Mudah-rmudahan kita tidak

terrmasuk rmereka yang telah dan akan binasa akibat rmelakukan

pelanggaran armat besar, yaitu rmeninggalkan shalat dan rmenuruti

syahwat. Armien.

  يإف إنآ ْرُقْلا ْمُكَلَو ُهللا َك َراَب ْمُكاّيإإَو ْيإنَعَفَنَو ،إمْيإظَعْلا ْيإل اَذَه . إتاَييْا إهْيإف َنإم اَمإب ْيإلْوَق ُلْوُقَأ إمْيإكَحْلا إرْكّذلاَو . ْمُكَلَو َمْيإظَعْلا َهللا َأَو ْيإل ُرإفْغَت ْس

  Khutbah Kedua

  ّنإإ َدْمَحْلا إهّلإل ُُهُدَمْحَن ُُهُنْيإعَتْسَنَو ْه ُرإفْغَتْسَنَو ُذوُعَنَو إهللاإب ْنإم إرْو ُر ُش اَنإسُفْنَأ ْنإمَو إتاَئّيَس ،اَنإلاَمْعَأ ْنَم إهإدْهَي ُهللا َ لَف

  ّلإضُم ُهَل ْنَمَو ْلإلْضُي َ لَف َيإداَه ُهَل . ُدَه ْشَأ ْنَأ َ ل َهَلإإ ّ لإإ ُهللا ُهَدْحَو َ ل َكْيإر َش ُهَل ُدَه ْشَأَو ّنَأ اًدّمَحُم ُُهُدْبَع ُُهُلْوُس َرَو ىّلَص

  ُهللا ىَلَع اَنّيإبَن ٍدّمَحُم ىَلَعَو إهإلآ إهإباَحْصَأَو َمّل َسَو اًمْيإلْسَت ا ًرْيإثَك . َلاَق ىَلاَعَت : اَي َاهّيَأ َنْيإذّلا اوُنَماَء اوُقّتا َهللا ّقَح

  إهإتاَقُت َ لَو ّنُتْوُمَت ّ لإإ ْمُتن َأَو َنْوُمإلْسّم . َلاَق ىَلاَعَت { : نَمَو إقّتَي َهللا لَعْجَي ُهّل اًج َرْخَم } َلاَقَو { : نَمَو إقّتَي َهللا ْرّفَكُي

  ُهْنَع إهإتاَئّيَس ْمإظْعُيَو ُهَل ا ًرْجَأ } ّمُث اْوُمَلْعا ّنإإَف َهللا ْمُك َرَم َأ إةَلّصلاإب إمَلّسلاَو ىَلَع إهإلْوُس َر َلاَقَف { : ّنإإ َهللا ُُهَتَكإئَلَمَو َنْوّلَصُي ىَلَع ، ّيإبّنلا اَي َاهّيَأ

  َنْيإذّلا اْوُنَماَء اْوّلَص إهْيَلَع اْوُمّلَسَو اًمْيإلْسَت .} ّمُهّللَا ّلَص ىَلَع ٍدّمَحُم ىَلَعَو إلآ ٍدّمَحُم اَمَك َتْيّلَص ىَلَع

  َمْيإها َرْبإإ ىَلَعَو إلآ ، َمْيإها َرْبإإ َكّنإإ ٌدْيإمَح ٌدْيإجَم . ْكإراَبَو ىَلَع ٍدّمَحُم ىَلَعَو إلآ ٍدّمَحُم اَمَك َتْك َراَب ىَلَع َمْيإها َرْبإإ ىَلَعَو إلآ

  ، َمْيإها َرْبإإ َكّنإإ ٌدْيإمَح ٌدْيإجَم . ّمُهّللَا ْرإفْغا َنْيإمإل ْسُمْلإل ، إتاَمإلْسُمْلاَو َنْيإنإمْؤُمْلاَو إتاَنإمْؤُمْلاَو إءاَيْحَلْا ْمُهْنإم ، إتاَوْمَلْاَو َكّنإإ ٌعْيإم َس ٌبْيإرَق . ّمُهّللَا اَنإرَأ ّقَحْلا اّقَح اَنْق ُز ْراَو

  ،ُهَعاَبّتا اَنإرَأَو َلإطاَبْلا ً لإطَاب اَنْق ُز ْراَو ُهَباَنإتْجا . اَنّب َر اَنإتآ يإف اَيْنّدلا ًةَنَسَح يإفَو إة َرإخيا ًةَنَسَح اَنإقَو َباَذَع إراّنلا . اَنّب َر

  ْبَه اَنَل ْنإم اَنإجاَو ْزَأ اَنإتاّي ّرُذَو َة ّرُق ٍنُيْع َأ اَنْلَعْجاَو َنيإقّتُمْلإل اًماَمإإ . َناَحْبُس َكّب َر ّب َر إة ّزإعْلا اّمَع ،َنْوُفإصَي ٌمَلَسَو ىَلَع

  َنْيإل َس ْرُمْلا ُدْمَحْلاَو إهّلإل ّب َر َنْيإمَلاَعْلا .

  َداَبإع ،إهللا ّنإإ َهللا ْمُك ُرُم ْأَي إلْدَعْلاإب إنا َسْحإلْاَو إئآَتيإإَو يإذ ىَب ْرُقْلا ىَهْنَيَو إنَع إءآ َشْحَفْلا إرَكنُمْلاَو إيْغَبْلاَو ْمُكُظإعَي

  ْمُكّلَعَل َنْو ُرّكَذَت . او ُرُكْذاَف َهللا َمْيإظَعْلا ْمُك ْرُكْذَي ُُهْوُلَأْساَو ْنإم إهإلْضَف ْمُكإطْعُي ُرْكإذَلَو إهللا ُرَبْك َأ .